PANDUAN PRAKTIS SMK FULLDAY
Disarikan dari praktik terbaik SMK Indonesia
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Direktorat Pembinaan SMK
PANDUAN PRAKTIS SMK FULL DAY
Disarikan dari praktik terbaik SMK Indonesia
Copyright © 2017, Direktorat Pembinaan SMK All rights Reserved
Penyusun
Dr. Jumintono, MPd.
Perumus
Dr. Budi Santosa Dr. Tri Kuat
Dr. Ir. Dwi Sulisworo, MT. Muhammad Sayuti, M.Ed., PhD. Dr. Fatwa Tentama, MPsi.
Pembahas
Drs. M. Mustaghirin Amin, MBA. (Direktur PSMK)
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si., M.Ak. (Kasubdit Evaluasi PSMK) Arfah Laidiah Razik, SH., MA. (Staf subdit Evaluasi PSMK) Hendra, ST. (Staf subdit Evaluasi PSMK)
Dr. Bambang Noor Achsan (Dosen Magister Pendidikan Vokasi Universitas Ahmad Dahlan) Drs. Ima Ismara, M.Pd.,M.Kes. (Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta) Drs. Anastasius Ssagana Mulyanta (SMK Katolik Santo Mikael Surakarta)
Apri Nuryanto, SPd., ST., MT. (Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta) Kepala-kepala SMK yang menjadi tempat responden di 18 kota di Indonesia
Desain dan Tata Letak: Ari
Rayi Citha Dwisendy, S.Ds
ISBN:
Penerbit:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung E, Lantai 13
Syukur Alhamdulilah, buku panduan praktis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sistem fullday ini selesai disusun. Panduan disusun untuk memberikan kemudahan bagi SMK untuk langkah mengembangkan diri dari SMK regular biasa menjadi SMK dengan muatan lebih besar guna menjamin lulusan terserap di DUDI. Keberterimaan (employability) lulusan SMK sampai saat ini masih menjadi permasalahan besar bagi dunia pendidikan. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus terus berupaya mengambil langkah strategis untuk menjawab permasalahan ini. Panduan ini sangat ringkas dan praktis. Untuk mempertajam pelaksanaan kegiatan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
Perkenankan kami menghaturkan terima kasih kepada: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
2. Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud RI 3. Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
4. Teman-teman dosen di Magister Pendidikan Vokasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
5. Para tim perumus dan pembahas dengan segala kegigihan dan komitmennya 6. Para kepala-kepala sekolah yang terlibat dalam penelitian dan sekaligus menjadi peserta aktif dalam FGD demi tersusunnya panduan ini.
Tidak ada gading yang tidak retak, panduan ini masih membutuhkan uluran ide, saran dan perbaikan dari berbagai pihak untuk menghasilkan buku panduan yang mudah diikuti. Sehingga tujuan SMK untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja dapat terwujud dengan baik.
Penyusun
Buku panduan SMK sistem Fullday ii
SMK sistem fullday disusun bukan saja untuk menambah jam belajar siswa di SMK tetapi dirancang untuk lebih pada kebutuhan dan tuntutan pengguna lulusan SMK. Kebekerjaan (employability) siswa SMK adalah muara dari semua proses penyelenggaraan SMK dengan segenap daya dukung yang harus disiapkan.
Penajaman arah lulusan SMK untuk siap bekerja adalah mengembalikan ilosoi
dasar berdirinya pendidikan kejuruan.
Dalam buku panduan ini ada 3 ranah yang akan dijadikan tujuan SMK sistem fullday. Ranah pengetahuan, lulusan SMK bukan saja mencapai level mengevaluasi tetapi sampai pada level mencipta produk. Pada ranah keterampilan level kompetensi lulusannya mencapai level kompeten yang lebih tajam dan dan dalam. Dari dua ranah itu diharapkan sikap lulusannya menjadi lebih unggul, siap kekerja, disiplin
tinggi dan mandiri. Sehingga buku ini terdiri atas panduan penguatan kualiikasi
kompetensi, panduan kompetensi penunjang karir dan bagaimana mengoptimalkan daya dukung institusi sekolah. Kepada kepala sekolah SMK silahkan dapat diterapkan buku ini di sekolah masing-masing tentu dengan menyesuaikan kebutuhan dan kekuatan yang ada.
Dalam pengantar ini sebagai direktur PSMK mengucapkan terima kasih kepada tim Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Ahmad Dahlan dan subdit evaluasi yang tidak henti-hentinya untuk menyelesaikan buku panduan tepat waktu. Tidak ada gading yang tidak retak, kami masih memerlukan kritik, sara dan masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan buku panduan ini. Terima kasih.
Direktur PSMK
Kata Pengantar………... i
Pengantar Direktur PSMK... ... ii
Daftar Isi... iii
Daftar Gambar... iv
Daftar Tabel... v
BAB I Sekilas Fullday School dan Employability Skill... 1
Fullday School ... 2
Employability Skills ... 2
Menuju SMK sistem Fullday... 3
BAB II Penguatan Kualiikasi Kompetensi ... 7
Lomba Kompetensi Siswa (LKS mini)... 8
Revitalisasi Teaching Factory atau Unit Produksi atau Bisnis Center... 9
Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti... 11
Gerakan Literasi Sekolah... 14
Uji kompetensi dan Sertiikasi LSP P 1... 15
BAB III Kompetensi Penunjang Karir... 21
SMK ber-KAIZEN ... 22
Ketarunaan/ke-smapta-an... 25
Achievement Motivation Training... 27
Pengembangan Karir model Adversity Quotient ... 34
SMK Siaga Bencana... 35
Safety Health Environmental (SHE) ... 36
BAB IV Daya Dukung Institusi... 39
Workshop/Bengkel... 40
Guru... 40
Assessor... 41
Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI)... 42
Stakeholder Luar... 42
BAB V Penutup ... 45
Daftar Pustaka... 47
Buku panduan SMK sistem Fullday iv
Gambar 1. SMK sistem fullday... 4
Gambar 2. Model 1 Pembelajaran Teaching Factory... 9
Gambar 3. Model 2 Pembelajaran Teaching Factory... 10
Gambar 4. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti... 11
Gambar 5. Uji Kompetensi Terpadu... 18
Gambar 6. Arti Kaizen... 22
Gambar 7. Program Kaizen... 23
Gambar 8. Milestone program SMK ber-Kaizen... 23
Tabel 1. Tahapan pelaksanaan GLS di SMK... 15
Tabel 2. Contoh Format Skill Passport Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan... 19
Tabel 3. Struktur program SMK ber-Kaizen... 24
Tabel 4. Pembagian tugas program SMK ber-Kaizen... 24
Buku panduan SMK sistem Fullday 1
BAB I
Program fullday school pada hakekatnya tidak hanya upaya menambah waktu dan memperbanyak materi pelajaran saja, namun untuk mengkondisikan siswa agar memiliki pembiasaan hidup yang baik serta pembinaan kejiwaan, mental dan moral anak. Oleh karena itu sekolah dengan sistem ini harus dilengkapi dengan program rekreatif dalam pembelajaran agar tidak timbul kebosanan dalam menempuh studinya. Secara de facto banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia yang sudah menerapkan sistem fullday school. Penerapan sistem ini didasarkan pada kebutuhan capaian pembelajaran di setiap kompetensi. SMK sistem fullday dapat dilihat pada hampir semua pembelajaran kejuruan terutama praktik sudah menggunakan sistem blok atau semi blok. Selain itu pembelajaran di SMK dilaksanakan di dalam dan atau di luar sekolah dalam hal ini Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta pembelajaran dilakukan di dalam jam formal di luar jam formal. Bahkan di beberapa sekolah ada yang harus masuk malam karena menyesuaikan dengan perilaku praktik yang dibutuhkan, misalnya praktik pemijahan benih ikan harus dilakukan pada malam hari. Ada beberapa
deinisi tentang fullday school. Menurut Baharudin (2009:231) fullday school
mempunyai beberapa keunggulan yaitu siswa akan mendapatkan pendidikan umum dan pendidikan keIslaman serta dapat mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan ekstra kurikuler. Hasan (2006:111) menegaskan fullday school bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan
lebih seimbang. Sedangkan menurut Nur Asni Aliana Aliah (2014) menjelaskan
sekolah model fullday school dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan tingkat penyesuaian sosial. Sementara itu Budi Winarni (2015) menengarahi adanya pengaruh antara penerapan fullday school terhadap kedisiplinan siswa.
Dari beberapa deinisi di atas dapat disimpulkan bahwa fullday school adalah
model sekolah yang menerapkan pendidikan yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa dan meningkatkan kecerdasan emosional dan tingkat penyesuaian sosial yang dilakukan sehari penuh.
Secara sederhana employability skills adalah ketrampilan yang dapat digunakan untuk bekerja atau istilah populernya adalah kebekerjaan. Menurut Goodwin (2012: 3) employability skill meliputi: non-technical skills, including generic 1. FULLDAY SCHOOL
2. EMPLOYABILITY SKILLS
BAB I
Buku panduan SMK sistem Fullday 3
skills, essential skills, soft skills, key competencies, transferable skills, enterprise skills and general capabilities. Employability skill diperoleh pada saat seseorang mengikuti pembelajaran. Ketrampilan non teknik (non-technical skills) bukan saja ketrampilan yang berhubungan dengan kemampuan bekerja secara langsung, tetapi kemampuan yang secara luas yang berhubungan dengan kemasyarkatan, seperti kewarganegaraan dan etika berperilaku. Kompetensi kunci (key competencies) adalah kompetensi yang berkaitan dengan jenis pekerjaan. Sedangkan transferable skills adalah ketrampilan mentranfer jika ditempat pekerjaan ada perkembangan/perubahan ketrampilan kunci. Seseorang yang memiliki employability skill yang baik akan mempunyai kinerja yang baik pula.
Goodwin (2012: 3) membuat kerangka kerja yang menghubungkan antara employability skills, technical skills, dan ketrampilan inti dalam berbahasa dan berhitung dikaitkan dengan kinerja. Kerangka kerja tersebut menunjukkan bahwa kinerja sangat ditentukan oleh ketrampilan bekerja, ketrampilan teknik, ketrampilan berbahasa dan berhitung. Employability skills adalah suatu ketrampilan yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk dapat tetap bekerja, meliputi ketrampilan personal, ketrampilan
interpersonal, sikap kebiasaan, dan perilaku (Lankard, 1990). Employability skills
juga dimaknai sebagai sekumpulan ketrampilan non-teknis yang bersifat dapat ditransfer yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja, untuk tetap bertahan dan mengembangkan karir di tempat kerja, ataupun untuk pengembangan karir di tempat kerja baru (Yorke, 2006). Dari beberapa pendapat diatas, employability skills dapat disimpulkan sebagai ketrampilan teknis dan non teknis yang dapat digunakan untuk bekerja.
SMK sistem fullday tidak lain bertujuan untuk mencapai tingkat employability skills siswa yang tinggi. Tujuan ini sangat penting karena mengfokuskan lulusan SMK yang siap bekerja, baik untuk dirinya maupun orang lain, adalah erat kaitannya dengan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah. Menambah atau bahkan mengaburkan dengan tujuan lain bisa jadi akan memperburuk citra SMK bahkan menurunkan kualitas lulusannya. Secara mudah bagaimana SMK sistem fullday bekerja adalah seperti yang gambar di bawah ini.
Gambar di atas menunjukkan bahwa SMK sistem fullday memiliki konsekuensi yang sangat luas. Pencapaian pengetahuan dan ketrampilan serta sikap siswa harus memiliki nilai lebih dari SMK sistem reguler. Pengetahuan yang dicapai harus sampai pada tahap mencipta, sementara ranah keterampilan SMK sistem fullday harus mencapai level kompetensi yang lebih kuat dan tajam. Demikian juga sikap siswa yang dihasilkan adalah lebih baik dari SMK lainnya. Guna menjamin ketercapaian employability skills siswa yang tinggi, SMK harus memiliki dukungan kuat dari dalam maupun luar institusi. Dari internal sekolah penguatan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) sudah harus memiliki kelebihan dan keunggulan. Dari eksternal sekolah meliputi DUDI sebagai mitra wajib, asosiasi profesi dan LSP sebagai tolok ukur ketercapaian setiap kompetensi siswa menjadi sangat penting. Ketercapaian proses kualitas pelatian dapat terlihat dari berjalannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) minimal 6 bulan, magang minimal 8 bulan (khusus untuk SMK 4 tahun) dengan baik, berjalannya Teaching Factory atau Unit Produksi atau Bisnis
Center sampai menghasilkan proit.
Berdasarkan kebutuhan DUDI lulusan SMK selain dibutuhkan kualiikasi minimal
tamatan, tetapi juga dituntut memiliki kemampuan pengembangan karir sebagai
pekerja. Kualiikasi minimal tamatan, sekolah dapat dilakukan dengan dengan
penajaman kompetensi, pengelolaan Usaha Produk Kreatif, Revitalisasi Teaching Factory atau Unit Produksi atau Bisnis Center, menumbuhkan Gerakan Budi Pekerti,
Buku panduan SMK sistem Fullday 5
Gerakan Literasi Sekolah, Sinkronisasi Kurikulum DUDI dan sekolah, Uji kompetensi
dan sertiikasi minimal LSP P 1, Praktek Kerja Lapangan (PKL) 6 bulan, Magang 8
Buku panduan SMK sistem Fullday 7
BAB II
Pengembangan SMK sistem fullday adalah bagaiamana mewujudkan kompetensi siswa menjadi lebih kuat dan lebih tajam. Salah satu langkahnya adalah mengadakan Lomba Kompetensi Siswa (LKS mini). LKS mini adalah kompetisi yang dapat dilakukan dalam periode tertentu antar siswa sesuai bidang keahlian yang diajarkan pada SMK. Kompetisi ini dititikberatkan pada bidang keterampilan praktik yang didukung oleh pemahaman teori yang relevan dan sikap kerja dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai standar industri. Pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dimaksud adalah manifestasi kemampuan yang
dilandasi oleh daya pikir, daya qolbu, dan daya isik, untuk siap menjadi
tenaga kerja tingkat menengah yang handal dalam bidang masing-masing sesuai tuntutan kebutuhan dunia kerja. LKS mini dapat dijadikan pembibitan awal untuk menjadi wakil sekolah pada LKS tingkat di atasnya, baik tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan sampai pada tingkat dunia yaitu world skills international competition (Kompetisi Keahlian tingkat Dunia). Bagaimana LKS mini sekolah dijalankan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS MINI)
Membentuk panitia tetap baik di tingkat jurusan maupun sekolah Panitia membuat prosedur dan aturan kerja praktek sebelum kompetisi. Panitia kompetisi menyiapkan fasilitas kompetisi sebisa mungkin seperti suasana di DUDI
Pelaksanaan dapat dilakukan di dalam maupun di luar sekolah atau kombinasi antar keduanya.
Penilaian kompetisi menentukan pola dan teknik penilaian, baik teori maupun praktek
Dalam hal penjurian, sekolah dapat melibatkan pihak luar baik DUDI atau asosiasi profesi atau yang lain yang lebih kompeten di bidangnya.
Guna meningkatkan motivasi lomba, sekolah dapat menyiapkan hadiah sebagai stimulus.
Perekrutan peserta lomba dapat melalui penunjukkan langsung atau pendaftaran secara sukarela.
Lomba sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala sehingga peserta dapat mempersiapkan diri dengan baik.
Waktu lomba murni menggunakan sistem blok dengan durasi tertentu. a.
Buku panduan SMK sistem Fullday 9
Model Pembelajaran Teaching Factory adalah Model Pembelajaran yang memanfaatkan sarana prasarana yang dimiliki Sekolah dalam menciptakan suasana industri di sekolah untuk mencapai kompetensi satu atau beberapa mata pelajaran produktif. Siswa diberi pengalaman langsung suasana kerja industri meskipun di sekolah dengan dihadapkan pada pekerjaan nyata sesuai kompetensi yang harus dimiliki dari satu atau beberapa mata pelajaran produktif baik yang bersifat produk maupun jasa. Sehingga kompetensi yang dicapai sesuai dengan yang seharusnya dan tidak terjadi kesenjangan kemampuan/ kompetensi antara kebutuhan/tuntutan industri dengan kemampuan /
Teaching Factory ini dapat dilakukan kerjasama antara sekolah yang tidak atau kurang memiliki alat untuk praktik dan industri yang memproduksi produk yang dapat dikembangkan sesuai dengan program keahlian yang dimiliki sekolah. Sekolah dipersyaratkan mempunyai lahan yang cukup agar supaya industri dapat mendirikan site plan di sekolah. Dengan demikian ada kerja sama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan industri. Pelaksanaannya siswa akan mendapatkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri, kurikulum berasal dari industri, sehingga sebelumnya guru produktif akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu di industri sampai merasa memiliki kompetensi yang akan ditularkan kepada siswanya. Harapanya di dalam pembelajran guru dapat melatih siswa dalam mencapai kompetensi yang diminta oleh industri yang bekerja sama a.
Gambar 2. Model 1 Pembelajaran Teaching Factory
Model Pembelajaran Teaching Factory ini, dapat dilaksanakan oleh sekolah yang memiliki peralatan untuk praktik yang sama atau hampir sama yang dimiliki di industri. Jadi sekolah mencukupi alat-alat atau sarana prasarana yang memenuhi delapan standar pendidikan. Menurut Kuswantoro (2014), teaching factory menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri. Teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi yakni penerapan sistem industri mitra di unit produksi atau bisnis center yang telah ada di SMK. Unit produksi atau bisnis center adalah pengembangan bidang usaha sekolah selain untuk menambah penghasilan sekolah yang dapat digunakan dalam upaya pemeliharaan peralatan, peningkatan SDM, dll juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada siswanya. Penerapan unit produksi sendiri memiliki landasan hukum yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2 yaitu “Untuk
mempersiapkan siswa sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja, pada sekolah menengah kejuruan dapat didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional.”
Pembelajaran melalui teaching factory bertujuan untuk menumbuh-kembangkan karakter dan etos kerja (disiplin, tanggung jawab, jujur, kerjasama, kepemimpinan, dan lain-lain) yang dibutuhkan DU/DI serta meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dari sekedar membekali kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based b.
Buku panduan SMK sistem Fullday 11
Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (GPBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari masa orientasi siswa baru sampai dengan kelulusan. Seorang siswa tidak mungkin bisa berbudi pekerti dalam waktu sekejap. Budi pekerti membutuhkan langkah panjang dan pembiasaan-pembiasaan. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekertimerupakan salah satu ikhtiar
menerjemahkan visi Kemendikbud 2014-2019.
Tujuan dilaksanakannya Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di SMK sistem fullday adalah sebagai berikut:
Membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter.
Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi warga sekolah
Menumbuh-kembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di sekolah.
Menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga.
Menumbuh-kembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara sekolah, masyarakat, dan keluarga.
Sementara pembiasaan-pembiasaan yang dapat dikembangkan di SMK meliputi pembiasaan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan dan tahunan. Lihat gambar berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
Gambar 4. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti
a. Pembiasaan Umum
a. Pembiasaan Harian
Memberi salam, senyum, dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah;
Membersihkan lingkungan sekolah dari limbah isik dan visual
Santun dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku;
Berpakaian sopan sesuai norma dan budaya nasional dan/atau lokal;
Menggunakan sumber daya sekolah (air, listrik, telpon, dsb.) secara eisien
untuk mencegah berbagai bentuk pemborosan;
Mengurangi penggunaan plastik/bahan lain yang tidak mudah terurai; Mematikan lampu dan semua alat yang menggunakan listrik saat tidak diperlukan;
Mematikan kran air saat tidak diperlukan;
Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan;
Membersihkan sanitasi seperti toilet, wastafel, kamar mandi, dan/atau saluran air sekolah;
Menjaga ketertiban dan kenyamanan layanan sekolah; Menyanyikan lagu-lagu bermuatan moral;
Setiap warga sekolah menjenguk warga sekolah lainnya yang mengalami musibah, seperti sakit, kematian, dan sebagainya;
Siswa membiasakan membuat skala prioritas kebutuhan sesuai dengan tingkat kepentingannya; dan
Siswa membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (misalnya bank, celengan, dan sejenisnya).
Siswa mencium tangan dan/atau memeluk orang tua/wali sebelum berangkat ke sekolah;
Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan siswa sesuai dengan tata nilai yang berlaku;
Siswa berbaris menjelang masuk kelas yang dipimpin oleh satu orang siswa secara bergantian;
Secara bersama siswa mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang siswa secara bergantian; Siswa berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran, dipimpin oleh seorang siswa secara bergantian berdasarkan kesepakatan kelas;
Buku panduan SMK sistem Fullday 13
c. Pembiasaan Mingguan
Siswa dan warga sekolah harus membaca buku bacaan minimal 15 (lima belas) menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai di sekolah;
Siswa membiasakan diri untuk bertanya kepada guru selama proses pembelajaran dan/atau setelah selesai pembelajaran, dengan mengangkat tangan untuk memohon ijin terlebih dahulu;
Siswa selalu merapikan bangku masing-masing sebelum meninggalkan ruang kelas diakhir proses pembelajaran;
Warga sekolah menyanyikan lagu wajib nasional, lagu daerah, dan/ atau lagu patriotik, seperti Bagimu Negeri, Halo-Halo Bandung, Pancasila Rumah Kita, Kebyar– Kebyar, Bendera, Garuda di Dadaku, dan lain-lain;
Siswa melaksanakan piket kebersihan kelas secara beregu dan bergantian regu;
Warga sekolah menunaikan ibadah bersama di sekolah sesuai dengan agama dan kepercayaannya; dan
Setiap siswa dapat menjadi pemimpin dalam setiap kegiatan bersama, seperti berbaris menjelang masuk kelas, membaca doa sebelum dan sesudah belajar, piket kelas, kerja bakti.
Pemeriksaan isi tas dan gawai (gadget) siswa secara acak; Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan; dan
Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat.
Melaksanakan apel bendera setiap hari Senin dengan berpakaian seragam sekolah;
Melaksanakan senam nasional bersama dan/atau senam yang diciptakan oleh daerah masing-masing;
Pemeriksaan kebersihan pakaian, gigi, kuku, dan rambut oleh Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
Pembiasaan Bulanan
Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah; Melaksanakan kerja bakti;
Penataan ruang kelas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelas; membuat buletin dan/atau majalah dinding;
d. Pembiasaan Tengah Tahunan
e. Pembiasaan Tahunan
Sekolah menyediakan ruang publik untuk berkreasi siswa secara bebas dan bertanggung jawab.
Melaksanakan kerja bakti untuk lingkungan sekitar sekolah; Melaksanakan berbagai jenis lomba antarkelas;
Menyelenggarakan forum diskusi siswa dengan narasumber berasal dari siswa dihadiri oleh guru dan tenaga kependidikan;
Memelihara bangku kelas dan fasilitas sekolah lainnya agar selalu tetap bersih dari coretan dalam bentuk apapun; dan
Siswa berlatih membuat produk kreatif yang dapat dijual.
Memperingati hari besar nasional dan keagamaan;
Melaksanakan kerja bakti bersama warga lingkungan sekitar sekolah; Melaksanakan lomba kelas sehat secara berkelanjutan;
Mengikutsertakan perwakilan siswa dalam penyusunan tata tertib sekolah; Melaksanakan pentas seni dan/atau pameran karya siswa; dan
Mengikuti kegiatan perlombaan dan festival di luar sekolah baik tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional.
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik SMK. Membangun ekosistem literasi sekolah di SMK.
Menjadikan SMK sebagai organisasi pembelajaran (learning organization) Mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) di SMK.
Menjaga keberlanjutan budaya literasi di SMK. 12.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan Umum GLS adalah menumbuh-kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sementara tujuan khususnya meliputi:
Buku panduan SMK sistem Fullday 15
Tabel 1. Tahapan pelaksanaan GLS di SMK
- 15 menit membaca
- Pembuatan jurnal
membaca siswa
- Penyiapan sarana
literasi (penyediaan area
baca, buku bacaan dan
akses internet)
- Menciptakan
lingkungan sosial dan
afektif yang nyaman
untuk membaca
- Pembimbingan
e-literasi secara
bertanggung jawab
- Memperkenalkan etika
perilaku dan hukum
dalam menggunakan
teknologi informasi dan
komunikasi
- Minat baca untuk
meningkatkan
kemampuan literasi
- 15 menit membaca
- Pembuatan respons
bacaan: graphic
organizers, peta cerita,
Penilaian non-akademik
- Pembuatan bahan kaya
teks oleh siswa
- Pembimbingan
penggunaan k omputer
dan internet untuk
kegiatan literasi
- Pengenalan
- Penggunaan berbagai
bahan referensi cetak
dan digital untuk
mencari informasi
- 15 menit membaca
- Pemanfaatan berbagai
strategi literasi dalam
pembelajaran
- Pengembangan
kemampuan e-literasi
dalam pembelajaran
bagi guru dan siswa
- Penilaian akademik
- Pengembangan lingkungan isik, sosial, afektif, dan akademik
- Memilih cara dan
jenis e-literasi yang
tepat untuk proses
pembelajaran, produksi
pengetahuan, dan
menyebarkannya di
kalangan warga SMK
Pengembangan Standar Kompetensi
Dikembangkan berdasarkan paduan antara Standar Nasional/SNP dan Standar Kompetensi Lulusan/SKL Kemendikbud dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi di industri
a.
1.
2.
Uji kompetensi adalah suatu proses pengumpulan bukti kompetensi yang menjadi dasar untuk memutuskan seorang kompeten atau tidak kompeten. Dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia/SKKNI menyebutkan bahwa panduan penilaian praktik ketrampilan dasar dapat dinilai melalui pekerjaan dan tidak melalui pekerjaan. Ini mengandung makna bahwa uji kompetensi dapat dilakukan secara terpadu pada saat siswa SMK melaksanakan praktik kerja industri dan dilakukan dengan metode melalui porto folio. Uji kompetensi 5. UJI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI LSP P 1.
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Praktik Kerja Lapangan di Industri Pengembangan Pembelajaran Praktik di SMK
Sinkronisasi kurikulum berupa identiikasi dan validasi kompetensi dan
kriteria unjuk kerjanya dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dilakukan setiap tahun.
Disahkan dan ditandatangani oleh: Kepala SMK, asosiasi DUDI, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi.
Siswa diarahkan memilih tempat praktik yang telah memiliki MoU dengan Sekolah
Siswa melakukan observasi di tempat praktik dan menentukan pilihan fokus pekerjaan dan harus disetujui oleh industri.
Guru wajib memiliki sertiikat kompetensi dan menjadi asesor teknik
dari lembaga independen sesuai dengan bidang kompetensi yang diampunya.
Guru mengajar/mengampu pada kluster kompetensi tertentu. Pelajaran teori kejuruan mendukung pelajaran praktik.
Model pembelajaran berbasis kompetensi/ competency-based training (CBT).
Modul wajib digunakan dalam pembelajaran.
Siswa dibekali dengan soft skill (materi siswa SMK ber-Kaizen) Siswa dibekali dengan skill passport sebagai panduan untuk mencapai kompetensi.
Meskipun siswa belajar dalam kelompok kerja, setiap siswa mempelajari job yang berbeda.
SMK memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK)
Sebelum melaksanakan uji kompetensi, siswa wajib melakukan uji mandiri
Uji kompetensi dapat menyatu dengan pembelajaran.
Materi uji kompetensi meliputi aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan
Materi uji kompetensi meliputi kluster kompetensi (mengacu pekerjaan yang ada di industri).
Hasil uji kompetensi dicatat dalam skill passport.
Buku panduan SMK sistem Fullday 17
Siswa bekerja berdasarkan pilihan fokus pekerjaannya dengan dibimbing oleh pembimbing industri.
Bila pilihan pekerjaan pada saat itu tidak ada, siswa tetap bekerja pada pekerjaan yang ada saat itu.
Skill passport menjadi acuan dalam belajar/bekerja Uji kompetensi dilakukan melalui pekerjaan riil Pembimbing industri menguji siswa.
Siswa dapat berpindah fokus pekerjaan yang lain setelah dinyatakan lulus uji kompetensi.
Kompetensi yang telah dikuasai siswa dicatat dalam skill passport.
SMK memiliki Lembaga Sertiikasi Profesi Pihak 1/LSPP-1.
LSPP-1 mengadakan uji kompetensi sesuai pilihan siswa dan kemampuan TUK/LSPP-1
LSPP-1 memveriikasi kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki
siswa yang tertuang dalam skill passport.
Skill passport menjadi bukti dalam penentuan kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa.
Siswa yang belum dinyatakan kompeten pada saat prakerin dapat mengikuti uji kompetensi dengan pola simulasi di TUK/LSPP-1 SMK. Siswa yang telah memenuhi seluruh paket kompetensi (43 kompetensi)
akan mendapat sertiikat sebagai teknisi yunior kendaraan ringan dan bagi yang belum memenuhi akan mendapat sertiikat sesuai
kompetensi yang telah dikuasai yang tertuang dalam skill passport.
Ada jaminan kompetensi bagi lulusan SMK.
Sertiikat kompetensi diterbitkan sesuai kompetensi yang telah dimiliki
siswa.
Skill Passport dan sertiikat kompetensi merupakan bagian yang tak
terpisahkan.
Sertiikat kompetensi diterbitkan oleh BNSP/LSPP-1.
3.
Pengembangan Uji Kompetensi Terpadu
Out Put e.
Gambar 5. Uji Kompetensi Terpadu
Secara singkat model uji kompetensi terpadu dapat dilihat pada gambar berikut
Komponen uji kompetensi meliputi: skill passport, tempat uji kompetensi, dan
Lembaga Sertiikasi Profesi Pihak 1/LSPP-1. Secara rinci komponen-komponen uji
kompetensi terpadu adalah:
Seluruh kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SMK selama belajar di
SMK maupun di uspense diidentiikasi, dipilah per semester, dan diuraikan
kriteria unjuk kerjanya. Penyusunan skill passport melibatkan industri dan setiap tahun harus di-update sesuai perkembangan ilmu dan teknologi. Kompetensi dasar/basic competence dipelajari di SMK dan diuji oleh guru dengan skor nilai 0-100. Kompetensi kerja/working competence dipelajari di industri pada saat siswa melaksanakan praktik kerja industri /prakerin dan diuji oleh pembimbing industri dengan acuan standar kompetensi di
uspense tempat siswa prakerin dan dengan skor “kompeten” atau “belum
kompeten”. Siswa yang sudah dinyatakan kompeten di industri, skill passport-nya ditandatangani oleh pihak industri.
Buku panduan SMK sistem Fullday 19
Conventional Engine
tune-up / OTO.
KR.02.001.03
Servis/ perbaikan
rem / OTO.
KR.04.003.03
Servis/ perbaikan
transmisi / OTO.
KR.03.004.03
Servis/ perbaikan
kopling/ OTO.
KR.03.002.03
Servis/ perbaikan
uspense/ OTO.
KR.04.014.03
• Prosedur engine tune-up diidentiikasi • Engine tune-up pada mobil dilakukan sesuai spesiikasi dan SOP
• Prosedur servis rem diidentiikasi • Sistem rem pada mobil diservis dan diperbaiki sesuai spesiikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan
• Prosedur servis transmisi diidentiikasi • Transmisi pada mobil diservis dan diperbaiki sesuai spesiikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan
• Prosedur servis kopling diidentiikasi • Sistem kopling pada mobil diservis dan diperbaiki sesuai spesiikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan
• Prosedur servis suspense diidentiikasi • Sistem uspense pada mobil diservis dan diperbaiki sesuai spesiikasi dan SOP tanpa menyebabkan kerusakan
STANDAR KOMPETENSI/
KODE SKKNI KRITERIA UNTUK KERJA
UJI MANDIRI SISWA
KOMPETEN
TGL TTD & CAP
Tabel 2. Contoh Format Skill Passport Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Tempat Uji Kompetensi adalah tempat yang berdasarkan penilaian dinyatakan layak dan mampu melaksanakan uji kompetensi. Tujuan TUK adalah: untuk memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi bagi peserta didik kursus dan satuan pendidikan nonformal lainnya serta warga masyarakat yang belajar mandiri berdasarkan standar kompetensi yang ditetapkan. Tempat Uji Kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Tempat Uji Kompetensi/TUK
Persyaratan administrasi
Persyaratan teknis:
Memiliki struktur organisasi.
Memiliki alamat sekretariat yang tetap.
Mengajukan proposal untuk menjadi tempat uji kompetensi. Memiliki sarana dan prasarana untuk ujian teori dan praktik yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
Letak TUK strategis dan mudah dijangkau.
Memiliki ventilasi/pengatur udara yang baik dan penerangan yang cukup untuk terlaksananya uji kompetensi yang lancar, tertib, aman, dan nyaman.
Memiliki peralatan kantor yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
Struktur Organisasi, TUK dipimpin oleh seorang ketua, dibantu oleh seorang sekretaris, seorang bendahara, dan 2 (dua) orang tenaga operasional atau sesuai kebutuhan. Tugas TUK adalah: merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengontrol, serta mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan uji kompetensi.
LSPP-1 adalah lembaga sertiikasi profesi yang ada dalam lembaga
pendidikan kejuruan seperti SMK, yang mempunyai kewenangan untuk melakukan uji kompetensi/sertifkasi kepada para siswanya. Kebijakan,
prosedur, dan administrasi lembaga sertiikasi harus terkait dengan kriteria sertiikasi, harus jujur dan wajar terhadap seluruh calon dan harus
memenuhi semua persyaratan dan peraturan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Profesinya serta perundang-undangan yang berlaku. LSPP-1 tidak boleh menggunakan prosedur yang menghambat dan menghalangi akses oleh asesi dan calon, kecuali yang ditetapkan dalam pedoman BNSP
nomor 217 tahun 2009.
LSPP-1 dibentuk oleh SMK dengan mengajukan kepada Badan Nasional
Sertiikasi Profesi/BNSP, yang minimal terdiri dari minimal terdiri atas ketua, bagian administrasi, manajemen teknis sertiikasi dan manajemen
mutu.
Buku panduan SMK sistem Fullday 21
BAB III
SMK sistem fullday dapat diisi dengan SMK ber-KAIZEN. Salah satu tujuannya adalah upaya membangun karakter ‘problem solving’ menuju Indonesia yang lebih baik. Persaingan usaha dan tenaga kerja yang semakin ketat seiring dengan
terbukanya pasar bebas. Proil daya serap tenaga kerja dan pengangguran terbuka
gapnya terlalu besar. Institusi pendidikan memiliki peran strategis dan perlu menyiapkan lulusan yang memiliki daya saing untuk memenangkan persaingan ke depan. Maka perlu diupayakan generasi yang siap bersaing di dunia bisnis yang memiliki karakter problem solving (Kaizen). Kaizen berasal dari bahasa Jepang yang artinya seperti gambar berikut.
Kaizen bisa dilakukan oleh siapa saja baik karyawan, manager, direktur, pemilik, siswa bahkan ibu rumah tangga sekalipun dengan biaya yang diperlukan relatif murah. Secara umum program Kaizen dapat digambarkan seperti Gambar 7. 1. SMK BER-KAIZEN
Gambar 6. Arti Kaizen
BAB III
Buku panduan SMK sistem Fullday 23
Sumber: Star Consulting Kaizen Gambar 7. Program Kaizen
Gambar 8. Milestone program SMK ber-Kaizen
Adapun materi program SMK ber-Kaizen meliputi: Kaizen dan pilarnya
Tabel 3. Struktur program SMK ber-Kaizen (2 jam per pekan dalam 6 bulan)
Tabel 4. Pembagian tugas program SMK ber-Kaizen
Materi On the Job Training antara lain: Praktik 5 R di kelas
Praktik Kaizen di rumah
Praktik Kaizen di lingkungan sekolah
Kerja praktik di tempat kerja aktual (bengkel, pabrik, dll) a.
Pengertian & Pilar Kaizen
Problem Solving
Tool problem solving
Perangkat-perangkat ‘Kaizen’ - Gugus Kendali Mutu (QCC)
Ide Berkonsep
On the Job Training/OJT
TOTAL
NO KEGIATAN JUMLAH JAM
- Menyiapkan Guru
- Mempromosikan Program
ke siswa
- Menyediakan Tempat
Belajar dan Praktek
- Menentukan tempat On the
Job Training
- Mengontrol seluruh Proses
Belajar
- Membuat Materi Ajar (Buku
Pelajaran dan Alat Peraga)
- Mengajar Trainer (Guru)
- Memberi Konsultasi Teknis - Sertiikasi
- Publikasi & promosi program &
outputnya
- Memiliki Buku
Pelajaran program
Kaizen
- Belajar seluruh teori
pelajaran & lulus ujian
- Melaksanakan On the
Job Training - Menerima sertiikat
Buku panduan SMK sistem Fullday 25
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam program SMK ber-Kaizen adalah sebagi berikut:
Berikut adalah salah satu contoh bukti pelaksanaan program SMK ber-Kaizen Melakukan MoU dengan Konsultan Kaizen.
Melaksanakan Training of Trainer/ToT bagi guru. Malaksanakan pembelajaran bagi siswa. Melaksanakan On the Job Training bagi siswa.
Melakukan penilaian program SMK ber-Kaizen bagi siswa.
Menerbitkan sertiikat bagi siswa yang lulus.
a. b. c. d. e. f.
Gambar 9. Contoh Pelaksanaan Program SMK ber-Kaizen
anak tidak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan. Ketiga, siswa mampu melakukan kebajikan dan sekaligus terbiasa melakukannya. Ranah pengembangan ketarunaan meliputi:
Materi ketarunaan/ke-smapta-an dapat meliputi: wasawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan pelestarian nilai 45, kesadaran nasional, disiplin nasional, wawasan nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan nasional. Namun demikian dapat dilakukan penambahan sesuai dengan kebutuhan sekolah misalnya peraturan Baris-berbaris, tata upacara, pembinaan jasmani, peduli lingkungan, atau ketangkasan individu dan kelompok. Bagaimana langkah-langkah menerapkan ketarunaan/ke-smapta-an adalah sebagai berikut:
Latihan Dasar Ketarunaan
Mental Dan Daya Tahan Kedisiplinan
Keagamaan
Latihan Dasar Ketarunaan dilaksanakan untuk memberi landasan dasar-dasar untuk menjadi sang taruna sejati. Latihan ini sangat keras atau lebih
dikenal dengan semi militer sehingga akan mendapatkan isik yang sangat
kuat. Latihan ini diterapkan dengan melibatkan militer asli atau turunannya.
Daya tahan atau daya banting diajarkan untuk menjadi orang yang mentalnya kuat dan tahan terhadap segala cobaan dan rintangan. Setiap pagi akan di gembleng, bangun pagi sekali untuk melakukan sholat subuh, selesai lari pagi atau joging. Hal ini diterapkan untuk melatih mental dan daya tahan dalam kedisiplinan dalam mengatur waktu.
Disiplin dalam sistem ketarunaan adalah mutlak dan tidak boleh ada yang melanggar kalau tidak kena sanksi hukuman. Contoh kegiatan makan harus mengikuti tata tertib dan nilai kesopanan. Termasuk datang ke sekolah dan mengikuti segala kegiatan sekolah harus selalu tiba tepat waktu. Berpakaian
Sikap dan perilaku keagamaan adalah tiang dan akhlak seorang taruna yang sejati. Kalau dalam Islam terutama dalam sholat jamaah dan baca alqur’an. Siswa dengan agama lain akan menyesuaikan sendiri sesuai keyakinannya.
a.
c. b.
Buku panduan SMK sistem Fullday 27
Sekolah membentuk komite/satgas/gugus ketarunaan/ke-smapta-an SMK Komite/satgas/gugus menyusun prosedur dan aturan baku ketarunaan/ke-smapta-an SMK.
Komite/satgas/gugus dapat diketuai oleh komandan taruna.
Komite/satgas/gugus dapat melakukkan kerja sama dengan militer atau turunanya untuk memulai awal program.
Sekolah menyiapkan anggaran khusus, sarana dan prasarananya secara representatif
Guna menjamin ketarunaan/ke-smapta-an berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin dengan sistem blok setiap minggu dengan durasi sehari penuh atau sesuai kebutuhan.
Sistem ketarunaan/ke-smapta-an dapat diintegrasikan ke semua kegiatan proses belajar mengajar baik praktek maupun teori.
a.
Achievement Motivation Training adalah serangkaian kegiatan yang pada intinya memberikan kesadaran pada siswa untuk mengetahui potensi yang dimilikinya serta menyuntikkan semangat siswa untuk berprestasi semaksimal mungkin. Tujuan Achievement Motivation Training ini bukan menilai kepribadian siswa, tetapi untuk membantu mengembangkan potensi siswa melalui usaha pencapaian tujuan yang bersifat prestatif (achieving).
Contoh pelaksanaan Achievement Motivation Training dapat dilihat pada tabel berikut ini.
3. ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING
Tabel 5. Jadwal Achievement Motivation Training
SESI 1
09.00-09.15 • Kertas gambar
• Spidol
• Double tape Permainan
Perkenalan antar
Peserta
berprestasi”
Membangun
kedekatan dan
Supaya saling
mengenal satu sama
lain dan merasa ada
hubungan dengan
pelaksana
09.15-09.30
• LCD proyektor
• Lembar informed
consent
• Laptop
• LCD proyektor Ceramah
Ceramah, video
tugas, presentasi
dan game terkait
materi
Tanya jawab
Role play Menjelaskan
Manfaat dan
Tujuan pelatihan “Pelatihan motivasi berprestasi”
Informed Consent
Materi “Who am I”
Sesi Tanya Jawab
Relaksasi
- Mereview Kembali
Materi Yang Sudah
Diberikan - Releksi
Penutup
Peserta mengetahui
manfaat yang akan
didapatkan jika
mengikuti pelatihan “Motivasi Berpestasi”
Meminta persetujuan
dari peserta dan
meminta kesedian
peserta untuk
mengikuti pelatihan
ini dari awal hingga
akhir.
Peserta mengetahui
tentang siapa
diri mereka dan
menemukan potensi
yang ada dalam diri.
Peserta
mengeksplorasi
materi yang diberikan
Merefresh pikiran
Peserta lebih paham
tentang point-poin
penting didalam
materi yang sudah
Buku panduan SMK sistem Fullday 29
Ceramah, video
penugasan kelas,
presentasi dan
game terkait materi
Role play
Role play Mereview Materi
Yang Diberikan Hari
Pertama
Ice Breaking
Materi 2:
Motivasi Diri (Self
Motivation)
Relaksasi
Praktek Stimulasi
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 1
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta dapat
mengenal
kemampuan diri,
menanamkan
dorongan positif
di dalam diri,
membangun dan
memelihara motivasi
untuk terus meraih
prestasi terbaik
sesuai dengan usaha
yang dilakukan, serta
sikap mental terhadap
diri sendiri
Membuat diri rileks
dan santai
Peserta lebih paham
tentang poin-poin
penting didalam
materi yang sudah
12.45-13.30
Lembar identiikasi
• Kertas plano
• Spidol
• Lembar diskusi Tugas
Ceramah
Permainan Pemberian Tugas
Kepada Peserta
Dalam Memotivasi
Diri
Penutup
Mereview Materi
Yang Diberikan Hari
Kedua
Peserta sudah
mulai belajar mengidentiikasi kemampuan diri,
menanamkan
dorongan positif, dan
memelihara motivasi
untuk terus meraih
prestasi
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 2,
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Pembicara
mengetahui mengidentiikasi kemampuan diri,
menanamkan
dorongan positif, dan
memelihara motivasi
untuk terus meraih
Buku panduan SMK sistem Fullday 31
• LCD proyektor Role play Praktek
langsung dan
diskusi
Permainan
Ceramah
Permainan
Ceramah dan
diskusi Materi 3:
Pendukung
Motivasi dan
Hambatan Motivasi
Ice Breaking
Mereview Materi 3
Penutup
Mereview materi
yang diberikan hari
ketiga
Ice Breaking
Materi 4:
Menumbuhkan
Motivasi
Peserta dapat mengidentiikasi pendukung dan
hambatan motivasi
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta lebih paham
tentang point2
penting didalam
materi yang sudah
disampaikan
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 3,
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta mengetahui
pentingnya
membentuk
lingkungan anak
dengan mengajak
anggota keluarga
maupun masyarakat
untuk memberikan
stimulus secara
10.30-10.40
• Kertas plano
• Spidol
• Kertas plano
• Spidol Mencairkan
suasana dan
memompa
Ceramah dan
Diskusi
Ceramah
Permainan Ice Breaking
Mereview Materi 4
Pemaknaan semua
materi yang ada
Penutup
Mereview materi
yang diberikan hari
keempat
Ice Breaking
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta lebih paham
tentang point2
penting di dalam
materi yang sudah
disampaikan
Peserta mampu
memaknai arti
pentingnya
menumbuhkan rasa
motivasi prestasi
dalam diri
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 4
Mencairkan suasana
dan memompa
Buku panduan SMK sistem Fullday 33
• LCD proyektor
• Kertas plano
• Spidol
• Kertas plano
• Spidol Ceramah, video
penugasan kelas,
dan game terkait
materi
Role play
Ceramah dan
Diskusi
Ceramah
Permainan Materi 5: Goal
Setting dan
Achievement
Planning
Relaksasi
Meriview Materi 5
Releksi /
pemaknaan semua
materi yang ada
Penutup
Meriview materi
yang diberikan hari
kelima
Ice Breaking
Peserta mampu
mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
dengan asupan materi
pencapaian prestasi
kecil demi prestasi
kecil dan prestasi
bersama
Membuat diri rileks
dan santai
Peserta menuliskan
tujuan hidup dan
membuat rencana
berprestasi dalam
bentuk mind map
Peserta mampu
memaknai arti
pentingnya
pencapaian tujuan
tersebut
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 5
Mencairkan suasana
dan memompa
08.25-11.00
11.00-11.15
11.15-12.00
12.00-12.30
• Laptop
• LCD proyektor
• Kertas plano
• Spidol Ceramah, diskusi
kasus tanya jawab
Role play
Kasus Video
Role Play Materi 5: Problem
Solving disertai
Kasus dan Simulasi
Relaksasi
Releksi diri
Penutup
Melalui kasus dan
simulasi dengan
menerapkan materi
cara menumbuhkan
motivasi dan
bagaimana menjadi
problem solver yang
handal
Meregangkan otot
dan ketegangan tubuh
agar merasai santai
dan nyaman
Pemaknaan materi
terhadap diri peserta
Konsep tentang kecerdasan adversity atau adversity intelligence (AI) dibangun berdasarkan hasil studi empirik yang dilakukan oleh banyak ilmuwan serta lebih dari lima ratus kajian di seluruh dunia, dengan memanfaatkan tiga disiplin ilmu
pengetahuan, yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan neuroisiologi.
Kecerdasan adversity memasukkan dua komponen penting dari setiap konsep praktis, yaitu teori ilmiah dan aplikasinya dalam dunia nyata. Konsep kecerdasan adversity pertama kali digagas oleh Paul G. Stoltz (Jaffar, 2003). Menurut Stoltz (2005), pengertian kecerdasan adversity tertuang ke dalam tiga bentuk, yaitu: pertama, kecerdasan adversity sebagai suatu kerangka kerja konseptual yang baru yang digunakan untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, kecerdasan adversity sebagai suatu ukuran untuk mengetahui reaksi seseorang terhadap kesulitan yang dihadapinya. Ketiga, kecerdasan adversity sebagai seperangkat peralatan yang memiliki landasan ilmiah untuk merekonstruksi reaksi terhadap kesulitan.
Buku panduan SMK sistem Fullday 35
Menurut Stoltz (2005), merumuskan bahwa Adversity Quotient merupakan penjumlahan dari CO2RE (C+Ow+Or+R+E). C (Control) : kendali, O2 (Ow + Or) Origin
& Ownership kependekan dari “Origin” (asal usul) dan “Ownership” (Pengakuan). O2
mempertanyakan dua hal: Siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan? Dan sampai sejauh mana saya mengakui akibat-akibat kesulitan ini? Reach berkaitan dengan pertanyaan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan saya? Endurance mempertanyakan dua hal penting yaitu: Berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung? Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam program pengembangan karir model Adversity Quotient adalah sebagi berikut:
SMK Sekolah Siaga Bencana (SSB) adalah program berbasis sekolah dalam rangka membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana di Indonesia. Program ini bertujuan menggugah kesadaran seluruh unsur, baik individu maupun kolektif, di sekolah dan lingkungan sekolah agar memahami dan siap menghadapi bencana yang mungkin terjadi. Sekolah Siaga Bencana dicanangkan secara nasional oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana terkait tingginya frekuensi bencana dan banyaknya potensi bencana di Indonesia.
Ada beberapa syarat minimal untuk dapat menjalankan program sekolah siaga bencana di Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
Melakukan MoU dengan Konsultan Adversity Quotient.
Melaksanakan Training of Trainer/ToT tentang Adversity Quotient bagi guru. Malaksanakan Training tentang Adversity Quotient bagi siswa.
Melaksanakan On the Job Training bagi siswa.
Melakukan penilaian Training tentang Adversity Quotient bagi siswa.
Menerbitkan sertiikat bagi siswa yang lulus.
Memiliki komitmen dari kepala sekolah dan komunitas sekolah. Didukung oleh dinas pendidikan di wilayahnya.
Memiliki dukungan dari organisasi terkait pengurangan risiko bencana. Melakukan penguatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan bagi guru dan siswa sekolah.
Melakukan latihan berkala yang jelas dan terukur.
Melibatkan dukungan terus-menerus dari dinas pendidikan dan organisasi terkait Penanggulangan Risiko Bencana (PRB), termasuk dalam proses pemantauan dan evaluasi sekolah.
a.
Safety Health Environmental (SHE) dalam SMK sistem fullday dapat dilaksanakan dibawah koordinasi wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana. Tujuan SHE adalah untuk memastikan program kesehatan dan keselamatan kerja dalam
kampus sekolah teridentiikasi dan berjalan secara sistemik. Tujuan lainnya
aadalah terlaksananya kesehatan kerja dan keselamatan kerja sesuai peraturan yang berlaku. Bagaimana SHE dijalankan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan menuju SMK SSB dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Membentuk komite/satgas kesehatan dan keselamatan kerja di sekolah Membuat prosedur dan aturan baku kesehatan dan keselamatan kerja di setiap pekerjaan terutama praktek.
Membentuk petugas reaksi cepat untuk kondisi darurat.
Menyiapkan tim investigasi terhadap cedera dan merujuknya ke lembaga lain dengan tepat dan cepat
Memeriksa bangunan, tempat kerja, peralatan keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara rutin
Mengadakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja bagi guru dan siswa. Menyediakan pertolongan pertama untuk penghuni dan pengunjung sekolah
Mengidentiikasi, menghilangkan, mengendalikan tindakan dan kondisi yang
tidak aman
Sekolah membentuk komite/satgas/gugus SMK SSB
Komite/satgas/gugus menyusun prosedur dan aturan baku kesehatan dan keselamatan kerja di setiap pekerjaan terutama praktek.
Membentuk petugas tetap reaksi cepat untuk kondisi darurat.
komite/satgas menetapkan SOP langkah-langkah Pra Bencana, Saat Bencana maupun Setelah Bencana
Kalau diperlukan membentuk satgas sesuai dengan bentuk bencana, mulai dari kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan lain-lain
Sekolah menyiapkan anggaran khusus, sarana dan prasarananya secara representatif
Guna menjamin SMK SSB berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin setiap bulan dengan durasi 2 X 30 menit atau sesuai kebutuhan.
Buku panduan SMK sistem Fullday 37
Menyediakan untuk pencegahan kebakaran dan keselamatan semua bangunan
Memastikan bahwa kontraktor melakukan tugas mereka dengan cara yang aman dan bertanggung jawab
Memberi nasihat dan arahan ke semua lini dan unit kerja untuk mematuhi kesehatan dan keselamatan kerja
Mengadakan advokasi pada peristiwa kesehatan dan keselamatan kerja Guna menjamin SHE berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin setiap minggu dengan durasi 2 X 30 menit atau sesuai kebutuhan.
i.
j.
k.
Buku panduan SMK sistem Fullday 39
BAB IV
Prasyarat minimal SMK sistem fullday berjalan efektif adalah terpenuhinya daya dukung institusi SMK sebagaimana ketentuan pada Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan serta ketentuan yang lebih detil
sebagaimana tercantum dalam Peraturan-Peraturan Menteri yang mengatur tentang standar sarana-prasarana serta standar kompetensi guru. Daya dukung minimal SMK sistem fullday meliputi tersedianya DUDI itu sendiri sebagai pasangan utama sekolah, Workshop/Bengkel yang memadai, adanya pendidik yang memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas, adanya assesor, dan tersedianya dukungan institusi luar baik langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah penjelasannya.
Sebagaimana model yang telah dijelaskan di bagian awal buku ini, implementasi SMK sistem fullday akan efektif apabila kualitas dan manajemen bengkel SMK tidak hanya memenuhi standar sarana-prasarana sebagaimana termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar
Sarana dan Prasarana SMK dan MAK, namun juga tersertiikasi oleh Lembaga Sertiikasi Profesi (LSP). Artinya adalah kualitas dan manajemen bengkel SMK
juga harus memenuhi syarat untuk menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK). Jangka waktu berlakunya bengkel sebagai TUK yang hanya tiga tahun menjadi tantangan tersendiri bagi SMK, sebab mereka harus menjaga kualitas bengkel yang dimiki
agar setelah masa aktif sertiikat habis dan bengkel tetap memenuhi syarat jika
diakreditasi oleh LSP. Tantangan terberat adalah dalam hal menjamin bahwa peralatan bengkel masih memenuhi syarat disaat re-kalibrasi ulang serta memenuhi perkembangan teknologi yang berjalan cepat. Ketentuan tentang bengkel SMK untuk dapat menjadi Tempat Uji Kompetensi dapat dilihat pada Pedoman BNSP Nomor 206 dan Nomor 214 Tahun 2014.
Guru produktif di SMK sistem fullday dituntut untuk memiliki pengetahuan dan kompetensi dalam mengelola Competence-based Training (CBT), Project-based Training (PBT), Work-based Training (WBT) serta Production-based Training. 1. WORKSHOP/BENGKEL
2. GURU
BAB IV
Buku panduan SMK sistem Fullday 41
SMK berkewajiban untuk membangun pengetahuan dan kompetensi guru dalam empat bidang di atas baik melalui in service training di internal SMK maupun mengirimkan ke provider lain, misalnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara atau Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Kementerian tersebut telah terikat dengan Memorandum of Understanding (MoU) untuk peningkatan link and match pendidikan vokasi. Termasuk dalam butir kesepakatan untuk peningkatan kapasitas guru SMK. MoU tersebut merupakan
kelanjutan dari Instruksi Presiden Nomor No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi
Sekolah Menengah Kejuruan.
Implementasi SMK sistem fullday mensyaratkan terpenuhinya jumlah guru
produktif yang memiliki sertiikat kompetensi serta sertiikat sebagai asesor menurut Lembaga Sertiikasi Profesi (LSP)-BNSP. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa jumlah guru SMK yang bersertiikat kompeten menurut LSP masih sedikit, apalagi yang memiliki sertiikat asesor. Sementara kebutuhan akan guru yang memiliki dua jenis sertiikat di atas tinggi. Terlebih lagi pada SMK yang memiliki
jumlah rombongan belajar yang besar. Model yang ditawarkan dalam panduan
ini menuntut siswa SMK mendapatkan sertiikat kompetensi pada saat lulus. Sementara praktik sertiikasi kompetensi melarang guru untuk mensertiikasi muridnya sendiri. Konsekuensinya adalah pemenuhan kualiikasi guru sebagai
asesor dilakukan secara parallel oleh SMK-SMK dalam kabupaten/kota yang berdekatan atau oleh SMK-SMK dalam satu provinsi. Sehingga memungkinkan silang asesor antara satu SMK dengan SMK lainnya.
SMK sistem fullday harus menyiapkan guru dengan pelatihan khusus agar guru
siap dalam sertiikasi kompetensi. Langkah kedua yang harus disiapkan adalah melatih guru untuk menjadi asesor sertiikasi. Apabila dirasa guru telah siap untuk mengikuti dua sertiikasi di atas, maka SMK perlu mempersiapkan biaya untuk sertiikasi kompetensi guru lewat TUK dan LSP yang terjangkau. Apabila semua guru produktif telah mendapatkan dua jenis sertiikasi di atas, maka kompetensi
mereka dianggap telah teruji serta memenuhi syarat untuk menjadi asesor bagi
siswa SMK. Ketentuan sertiikasi asesor untuk guru SMK dapat dilihat secara lebih
jelas pada Pedoman BNSP Nomor 203 dan 204 Tahun 2007 serta nomor 218 Tahun 2013.
Guna mengimplementasikan SMK sistem fullday, SMK dituntut untuk memiliki kerjasama yang kuat dengan DUDI. Sebab jika SMK ingin menjalankan sistem ganda secara konsekuen, maka dibutuhkan mitra kerjasama yang kuat karena siswa akan menjalankan pekerjaaan di industri dengan alokasi waktu yang mencapai sekitar 50%. Tanpa dukungan kerjasama yang kuat tentu tidak mudah untuk mendapatkan DUDI yang bersedia menerima siswa SMK dalam paket ideal dual sistem sebagaimana telah dijalankan dengan kuat di Jerman, misalnya. Dalam menggandeng DUDI, SMK harus melibatkannya sejak awal siswa masuk, proses PBM sampai mengantarkannya ke dunia kerja. Di awal siswa masuk DUDI dapat diminta mengelaborasi kompetensi dasar da kompetensi tambahan apa yang dibutuhkan. Pada proses PBM, DUDI dapat dilibatkan dalam menyusun kurikulum dan capaian pembelajaran mulai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang ingin dicapai. Sementara pada akhir lulusan, DUDI bisa langsung menerima atau menyalurkannya sesuai dengan kompetensi yang telah dicapai di sekolah.
Secara langsung SMK sistem fullday dituntut menjalin lembaga dukung luar institusi seperti asosiasi-asosiasi profesi sejenis, para pakar yang kompeten di bidangnya, komite sekolah sebagai pemakai langsung jasa sekolah dan perguruan tinggi sebagai pengembangan keilmuan tolok ukur kekuatan utama sekolah yaitu sumber daya manusia. Namun demikian SMK sistem fullday didorong untuk memiliki jaringan luas dalam penyediaan alternatif sumber pendanaan, penyedia paket pelatihan untuk guru dan siswa, serta sumber daya lain yang penting bagi
implementasi dual system, teaching factory serta sertiikasi kompetensi. Cukup
banyak SMK yang telah memanfaatkan sumber pendanaan pendidikan dari Corporate Social Responsibility (CSR) korporasi. Non Government Organisation (NGO) yang bekerja pada sektor pendidikan kejuruan juga memiliki banyak paket pelatihan untuk guru SMK. Stakeholder lain yang bisa dimobilisasi untuk implementasi SMK sistem fullday tersedia cukup banyak di dalam negeri serta dari luar negeri. Dibutuhkan kreativitas serta daya jelajah kerjasama yang kuat untuk dapat mengakses stakeholders yang potensial untuk mengimplementasikan FDS. Payung MoU yang disebutkan di depan membuka peluang bagi SMK untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah koordinasi Kementerian BUMN.
4. DUNIA USAHA DUNIA INDUSTRI (DUDI)
Buku panduan SMK sistem Fullday 43
Melaksanakan SMK sistem fullday adalah memastikan semua proses yang telah disepakati dapat berjalan secara konsisten, sistemik dan terus menerus mengalami perbaikan-perbaikan. Kepala sekolah dan guru sebagai garda terdepan dalam mengawal terlaksananya SMK sistem fullday menjadi faktor kunci keberhasilan sistem ini. Dukungan dan bimbingan dari luar sistem sekolah juga tidak bisa diabaikan begitu saja. Pemerintah sebagai pembina dan penjamin mutu SMK sistem fullday memiliki peran yang sangat strategis untuk selalu memberi arah dan memberikan penguatan di setiap lini proses di sekolah.
Panduan praktis yang tersusun ini merupakan panduan global bagi sekolah untuk mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi SMK sistem fullday. Walaupun tidak sempurna dan sedetail seperti yang diharapkan, panduan praktis dapat disempurnakan sesuai dengan kekhususan sekolah masing-masing. Prasyarat dan kondisi dasar yang dibutuhkan dalam melaksanakannya adalah sangat bergantung dari kesadaran dan kepedulian semua pelaku, pemerhati, orang tua akan pentingnya menyiapkan masa depan anak bangsa menjadi manusia yang produktif dan kompetitif. Semoga panduan ini adalah menjadi bagian kepedulian masa depan bangsa ini, bangsa Indonesia.
BAB V
Buku panduan SMK sistem Fullday 47
Dikmenjur. (1999). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
pada Sekolah Menengah Kejuruan.
Goodwin, Sue et.al. (2012). Employability skill framework, stage 1. Departement Education, Employment and Workplace Relations.
Hildebrand, Charlene. (2010). Effect of allday, and half-day kindergarten programming on reading, writing, math and classroom social behaviors.National FORUM Journal University of Nebraska-Kearney.
James Bisset etc. (2014). A review of the literature on current practice in the development of employability skills. The Society of College, National and University Libraries (SCONUL). www.sconul.ac.uk
Lankard, B. A. (1990). Employability the ifth basic skill. ERIC Digest No. 104.
Columbus: Center on Education and Training for Employment. The Ohio State University.
National Council for Vocational Education (NCVE). (1996). The Concept of
pendidikan sistem ganda in Vocational Secondary School in Indonesia. Jakarta. OECD. (2015), OECD Skills Outlook 2015: Youth, Skills and Employability, OECD
Publishing.http://dx.doi.org/ 10.1787/9789264234178-en
Prosser, C. A. & Quigley, T. H. (1949). Vocational Education in a Democracy. American Technical Society, Chicago, Illinois, 1949.
Santosa, Budi. (2014). Pengembangan Model Uji Kompetensi Terpadu di Sekolah Menengah Kejuruan Bidang Otomotif. Yogyakarta, Disertasi, UNY.
Santosa, Budi. (2016). Skill Passport Bidang Teknik Kendaraan Ringan di Sekolah Menengah Kejuruan. Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan, Magister Pendidikan Vokasi.
Supriyadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Yorke, M. (2006). Employability in higher education: what it is - what it is not Learning and Employability Series: Higher Education Academy.