• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM LANSIATERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SENAM LANSIATERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH SENAM LANSIA

TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK

PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN

DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

011

NI KOMANG ARI WIDIASTUTI

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ii

PENGARUH SENAM LANSIA

TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK

PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN

DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI

011

OOleh :

Ni Komang Ari Widiastuti

NIM. 1202305035

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Nama : Ni Komang Ari Widiastuti

NIM : 1202305035

Judul Skripsi : “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Pada Kelompok Lansia Perempuan di Desa Dauh Puri Kauh Denpasar Barat”

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk diajukan ke Sidang Ujian Skripsi.

Denpasar, 17 Juni 2016 Komisi Pembimbing

Pembimbing I,

(Ari Wibawa, SSt.FT, M.Fis) NIP. 19850401 201504 1 001

Pembimbing II,

(4)

iv

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Denpasar, 23 Juni 2016 Pembimbing I,

(Ari Wibawa, SSt.FT, M.Fis) NIP. 19850401 201504 1 001

Pembimbing II,

(Dr. Luh Made Indah Sri Handari A, S.Psi, M.Erg) NIP. 19077050 6200501 2 001

Penguji,

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK

PADA KELOMPOK LANSIA DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

OLEH :

NI KOMANG ARI WIDIASTUTI NIM : 1202305035

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : KAMIS

TANGGAL : 23 JUNI 2016

MENGETAHUI

DEKAN KETUA

FK UNIVERSITAS UDAYANA PS. FISIOTERAPI FK UNUD

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Peningkatan Kebugaran Fisik Pada Kelompok Lansia Perempuan Di Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat”.

Tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK. selaku ketua Program Studi Fisioterapi Universitas Udayana dan pembimbing.

3. Bapak Ari Wibawa, SSt.FT, M.Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Luh Made Indah Sri Handari Adiputra, S.Psi, M.Erg selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ibu dan seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk menyelsaikan skripsi ini.

(7)

7. Seluruh kerabat dan sejawat yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan.

Denpasar, Juni 2016

(8)

viii

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN

DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

ABSTRAK

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut antara lain penurunan fungsional tubuh sehingga akan berdampak terhadap penurunan kebugaran fisik. Salah satu jenis olahraga bagi lansia untuk mencapai kebugaran yang paling tepat adalah latihan senam lansia. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh senam lansia dalam meningkatkan kebugaran fisik pada lansia.

Telah dilakukan penelitian dengan metode eksperimental dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Penelitian dilakukan pada lansia di Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat. Teknik pengambilan sampel adalah random sampling. Sampel berjumlah 34 orang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan berjumlah 17 orang dan kelompok kontrol berjumlah 17 orang. Analisis data dilakukan dengan uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk Test, uji homogenitas data dengan Levene’s Test, Uji Paired Sample T-test, dan Independent Sample T-test.

Hasil analisis data peningkatan kebugaran fisik pada kelompok perlakuan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p = 0,438 (p > 0,05). Rerata selisih pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol peningkatan kebugaran fisik yang diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai tingkat kebugaran fisik kedua kelompok.

Disimpulkan bahwa latihan senam lansia dapat meningkatkan kebugaran fisik pada lansia

(9)

THE EFFECT OF LANSIA GYMNASTIC TO IMPROVEMENT OF PHYSICAL FITNESS IN THE WOMAN GROUP OF ELDERLY

IN DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

ABSTRACT

The increase in the number of elderly population give rise to social problems, economics and health. Some of the health problems that often occur in the elderly, among others, functional impairment of the body so that it will have an impact on the decline of physical fitness. One type of exercise for elderly to achieve the most appropriate fitness exercises were lansia gymnastics. The goal was to determine the effect of lansia gymnastics in improving physical fitness on the elderly.

It had been conducted research with experimental methods to design Pretest-Posttest Control Group Design. Research was conducted on the elderly in the Desa Dauh Kauh Puri , Denpasar Barat. The technique of taking sample was done randomly. The numbers of samples were 34 people. They were divided into 2 groups: the treatment group was 17 persons and control group was 17 people. Data analysis was done by normality test using the Shapiro-Wilk test, homogeneity test data by Levene's Test, Test Paired Sample T-test, and Independent Sample T-test.

The results of the data analysis of physical fitness improvement in the treatment group with a value of p = 0.000 (p <0.05), while the control group p value = 0.438 (p> 0.05). The mean difference between the treatment group and the control group gained an increase in physical fitness value of p = 0.000 (p <0.05). It states that there is a significant difference in the value of physical fitness level of both groups.

It was concluded that elderly gymnastic exercises can improve physical fitness in elderly.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

PANITIA SIDANG ... iii

(11)

2.3.3 Manfaat Senam Lansia ... 23

2.3.4 Gerakan Senam Lansia ... 23

2.4 Hubungan Senam Lansia dengan Tingkat Kebugaran Lansia ... 31

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS ... 34

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 54

4.4 Variabel Penelitian... 55

4.5 Definisi Operasional Variabel ... 55

4.6 Instrumen Penelitian ... 56

4.7 Prosedur Penelitian ... 56

4.7.1 Persiapan Penelitian ... 56

4.7.2 Prosedur Sampling ... 57

4.7.3 Prosedur Pelaksanaan ... 57

4.8 Alur Penelitian ... 59

4.9 Teknik Analisa Data ... 60

BAB V HASIL PENELITIAN ... 61

5.1 Data Karakteristik Sampel ... 61

5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 62

5.3 Pengujian Hipotesis ... 64

(12)

xii

5.3.2 Uji Beda Rerata Sebelum, Sesudah Latihan, dan Selisih Peningkatan Kebugaran Fisik Pada Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol ... 66

5.5 Presentase Peningkatan Kebugaran Fisik Sesudah Latihan ... 67

BAB VI PEMBAHASAN ... 6.1 Karakteristik Sampel... 57

6.2 Senam Lansia Dapat Meningkatkan Kebugaran Fisik Pada Lansia ... 59

6.3 Kebugaran Fisik Lansia Pada Kelompok Kontrol ... 61

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 64

7.1 Simpulan ... 64

7.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA... .. 65

LAMPIRAN ... 68

Surat Keterangan ... 68

Etika Penelitian ... 69

Biodata Diri ... 70

Lembar Persetujuan ... 71

Dokumentasi ... 73

(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Tes Jalan 6 Menit ... 10

3.1 Kerangka Konsep ... 36

4.1 Rancangan penelitian ... 38

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Gerakan Senam Lansia ... 31

5.1 Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur dan IMT ... 62

5.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas ... 52

5.3 Uji Paired Sample T-test... 55

5.4 Uji Independent T-test ... 56

(15)

DAFTAR SINGKATAN

IMT : Indeks Massa Tubuh ROM : Ring Of Motion

VO2 Max : Volume Oksigen Maksimal ADL : Activities od Daily Life BJ : Bence Jones Protein BUN : Blood Urea Nitrogen

ACTH : Adreno Cortico Tropic Hormone TSH : Thyroid Stimulating Hormone FSH : Follicle Stimulating Hormone LH : Luteinizing Hormone

AV : Atrio-Venticular

PO2 : Oxygen Pdefinisial Pressure NE : Norephineprine

O2 : Oksigen

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memperkirakan tahun 2025 lebih dari seperlima penduduk Indonesia tergolong lanjut usia (lansia), yaitu penduduk umur 60 tahun atau lebih. Jumlah penduduk lansia Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan persentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan di beberapa Negara sebagai berikut : Kenya 34%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003).

(17)

Menurut hasil SP 1990, jumlah lansia di Bali mencapai lebih dari 230.000 orang atau 8,3 persen dari total penduduk Bali. Tahun 2000 meningkat menjadi lebih dari 275.000 orang (7,2% dari jumlah penduduk) dan tahun 2005 bertambah lagi menjadi hampir 312.000 orang (9,2% dari jumlah penduduk). Hal itu berarti bahwa selama periode 1990 – 2000 jumlah lansia di Bali tumbuh rata-rata 1,8% per tahun dan periode 2000 – 2005 pertumbuhannya meningkat menjadi rata-rata 2,4%.

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan kesehatan. Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut antara lain penurunan fungsional tubuh sehingga akan berdampak terhadap penurunan kebugaran fisik. Begitu juga ketahanan kardiorespirasi akan menurun akibat fungsi jantung, paru–paru, pembuluh darah dan komponen darah menurun sehingga lansia sering mudah kelelahan (Pudjiastuti, 2003). Kebugaran jantung paru merupakan indikator pemakaian oksigen oleh jantung dan paru-paru, dimana pada usia 60 tahun kebugaran jantung paru akan berkurang 35%.

(18)

berperan pada kebugaran jasmani seseorang. Skor atau tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen-komponen tersebut melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu (Cahyati, 2005).

Kebugaran fisik (physical fitness) yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya (Irianto, 2004). Olah raga adalah bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik tingkat kemampuan fisik seseorang, bila dilakukan secara baik dan benar (Depkes RI, 2001). Aktivitas olahraga akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh, dengan kata lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno, 1998).

(19)

Senam lansia merupakan suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia. Olahraga ini sangat mudah dilakukan dan dapat diterapkan pada lansia karena memiliki gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar karena melatih tulang, membantu menghilangkan radikal bebas serta dapat mendorong kerja jantung menjadi optimal (Widianti & Atikah, 2010).

Senam lansia termasuk senam aerobic low impact yakni menghindari gerakan loncat-loncat, intensitas ringan sampai sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, serasi sesuai gerak sehari-hari dan mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian beban antara bagian kanan dan kiri secara seimbang dan berimbang. Gerakan gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus otak dan kebugaran lansia (Turana, 2013). Manfaat gerakan-gerakan dalam senam bugar lansia yang diterapkan dapat meningkatkan komponen kebugaran kardiorespirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi badan seimbang (Suhardo, 2001).

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kebugaran fisik pada kelompok lansia di Desa Dauh Puri Kauh Denpasar Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan ada pengaruh senam lansia terhadap peningkatan kebugaran fisik pada pada kelompok lansia di Desa Dauh Puri Kauh Denpasar Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Ilmiah

1. Digunakan sebagai bahan acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan membahas hal yang sama.

2. Menambah khasanah ilmu dalam dunia pendidikan pada umumnya dan fisioterapi pada khususnya.

1.4.2 Praktis

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebugaran

2.1.1 Definisi Kebugaran

Secara umum, yang dimaksud kebugaran adalah kebugaran fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara

efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya (Irianto, 2004). Kebugaran atau kesegaran jasmani pada lansia adalah kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung dan paru, kebugaran peredaran darah kekuatan otot dan kelenturan sendi (Maryam 2011). Olahraga adalah bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik (positif) terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, bila dilakukan secara baik dan benar (Depkes RI, 2001).

Kebugaran adalah serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik (Haskell and Kiernan, 2000). Dalam buku Sports and Recreational Activities, diartikan sebagai orang yang mampu menjalankan

(22)

7

2.1.2 Komponen-Komponen Kebugaran

Komponen-komponen yang berhubungan dengan kesehatan yakni :

1. Daya tahan ditunjukkan dengan VO2 maksimal akan menurun dengan lanjutnya usia, dimana penurunan akan 2 kali lebih cepat pada orang inaktif atau sedenter dibanding atlit. Kebugaran ini menurun sebagian karena penurunan massa otot skeletal, sedangkan sebagian lagi akibat penurunan laju jantung maksimal, penurunan isi jantung sekuncup maksimal dan penurunan oksigen yang dapat di ekstrasi oleh otot-otot yang terlatih. Latihan daya tahan atau kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahanan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specific), sehingga latihan kebugaran akan menigkatkan kekuatan berjalan lebih dibanding dengan latihan bertahan.

a. Daya tahan paru-jantung, yakni kemampuan paru-jantung mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam jangka waktu lama.

b. Daya tahan kardiorespirasi, adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam jangka waktu lama, seperti jalan cepat, jogging, senam . Daya tahan kardiorespirasi merupakan komponen yang terpenting dari kebugaran fisik.

(23)

8

tertentu. Kekuatan, keahlian, penampilan, kecepatan bergerak dan tenaga sangat erat kaitannya dengan unsur ini.

2. Kekuatan otot, kemampuan otot melawan beban dalam satu usaha. Otot-otot yang kuat dapat melindungi persendian yang dikelilingi dan mengurangi kemungkinan terjadinya cedera karena aktivitas fisik.

3. Kelenturan otot, daerah gerak otot-otot dan persendian tubuh. Kelenturan sangat erat hubungannya dengan kemampuan otot-otot kerangka tubuh secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya normal waktu istirahat. Pembatasan atas lingkup gerak sendi (ROM) banyak terjadi pada usia lanjut, yang sering sebagai akibat kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur sendi.

4. Komposisi tubuh, perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak (otot, tulang, tulang rawan, organ-organ vital) yang dinyatakan dalam persentase lemak tubuh.

5. Kelentukan, kemampuan persendian bergerak secara leluasa.

6. Self efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah suatu istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang lansia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas atau olahraga.

(24)

9

of motion) dan jenis kekuatan yang dihasilkannya (pemendekan atau

pemanjangan otot).

8. Keseimbangan, merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan seorang lansia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik dan kekuatan otot. Keseimbangan juga bisa dianggap sebagai penampilan yang tergantung atas aktivitas atau latihan yang terus menerus dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan menurun dengan lanjutnya usia, yang bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau akibat yang diderita.

2.1.3 Fungsi Kebugaran

Aktivitas kehiduapan sehari-hari di dukung oleh kardio-respirasi yang baik, kekuatan otot, ketahanan otot, kelenturan otot dan komposisi badan seimbang (Suhardo, 2001). Selain itu aktiviatas kehidupan sehari-hari didukung oleh status mental yang normal tidak terjadi perubahan patologis yang signifikan dalam otak pada lansia berupa dimensia (Brick, 2001).

2.1.4 Alat Ukur Kebugaran

(25)

10

mensuplay oxygen dan nutrisi secara efektif untuk kerja otot dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Biasanya ditentukan dengan mengukur kadar maksimum oxygen yang dikonsumsi selama latihan, atau V2 max. Bentuk tesnya untuk lansia banyak, diantaranya : Groningen Walk Test, ½ Mile Walk, 6 minute walk, dan 2 minute step in place test.

Tes jalan 6 menit merupakan bagian dari protokol test fitnes lansia dan dirancang untuk menguji kebugaran fungsional para lansia. Ini adalah sebuah adaptasi dari tes lari 12 menit Cooper. Tes ini bertujuan untuk mengukur kebugaran aerobik. Peralatan yang dibutuhkan yakni pengukur untuk menandakan jarak tempuh, stopwatch, kursi yang digunakan untuk beristirahat. Prosedur latihan berjalan di area yang luasnya 30 m dengan kon yang ditempatkan pada interval reguler untuk menunjukkan jarak berjalan.

Gambar 2.1 Tes Jalan 6 Menit (Guidelines Six Minutes WalkingTest dalam Functional Assesment in PAH, 2008)

(26)

11

mereka mau. Tes ini selain mudah dilakukan juga peralatan dan biaya minimal dibebankan. Kekurangan dari tes ini terlalu mudah bagi orang yang bugar. Salah seorang yang melakukan test berlari akan lebih cocok. Test tersebut sebaiknya dihentikan jika orang yang diuji merasakan pusing, nausea, rasa letih yang berlebihan, rasa sakit atau pengetes menemukan gejala lainnya. Pengetes harus diuji dalam mengenali setiap gejala tersebut dan rencana tindakan harus dilakukan jika ada kecelakaan medis.

2.2 Lanjut Usia

2.2.1 Defisini Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan yang secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistim organ. Secara ekonomi penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya.

(27)

12

keluarga dari masyarakat (Darmojo, 2006). Dari aspek sosial, penduduk lansia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suhartini, 2009).

Menurut Darmajo (2006), masa tua adalah suatu dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilan lainnya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasip dan pembrontakan, penolakan, dan keputusasaan.

(28)

13

digunakan adalah usia kronologi, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan (Notoatmojo, 2007).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) menggolongkan lanjut usia menjadi empat yaitu; usia pertengahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, dan usia sangat tua 90 tahun. Batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang- Undang No 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berusia 56 tahun ke atas. Namun demikian masih terdapat perbedaan dalam menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitian ini digunakan batasan umur antara 60 tahun keatas untuk menyatakan orang lanjut usia (Notoatmojo, 2007).

2.2.2 Konsep Usia Lanjut

(29)

14

terus menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.

1. Usia biologis yaitu jangka waktu seseorang sejak lahir berada dalam keadaan hidup, tidak mati.

2. Usia psikologis yaitu kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

3. Usia sosial yaitu peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

Ketiga hal ini saling mempengaruhi dan prosesnya saling berkaitan.

Menjadi tua ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala gejala kemunduran fisik antara lain :

1. Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap.

2. Rambut mulai beruban dan menjadi putih. 3. Gigi mulai berlubang.

4. Penglihatan dan pendengaran berkurang. 5. Mudah lelah.

6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.

7. Kerampingan tubuh menghilang, disana sini terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul.

(30)

15

1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik.

2. Hal-hal dimasa muda lebih banyak diingat dari pada hal-hal yang baru terjadi, hal yang pertama dilupakan adalah nama-nama.

3. Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang juga mundur, erat hubungannya dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan biasanya sudah menyempit.

4. Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam test-test intelegensi menjadi lebih rendah.

5. Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.

Kemandirian pada usia lanjut dinilai dari kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari ( Activities of Daily Life = ADL). Apakah mereka tanpa bantuan dapat bangun, mandi, ke WC, kerja ringan, olahraga, berpakaian rapi, membersihkan kamar, tempat tidur, mengunci pintu dan jendela, pergi kepasar, dan lain-lain. Yang normal dilakukan pada masa muda. Menurut tingkat kemandiriannya para usia lanjut dapat digolongkan dalam kelompok-kelompok sebagai berikut :

1. Usia lanjut mandiri sepenuhnya.

2. Usia lanjut mandiri dengan bantuan langsung keluarganya. 3. Usia lanjut mandiri dengan bantuan secara tidak langsung. 4. Usia lanjut dengan bantuan badan sosial.

5. Usia lanjut di panti werda.

(31)

16

Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat kemandirian pada usia lanjut adalah keadaan mental , karena pada usia lanjut sering mengalami apa yang disebut dementia yaitu kemunduran dalam fungsi berfikir. Gangguan biasanya dimulai dengan sukar mengingat apa yang didengar atau dibaca sampai dengan bicara tanpa ada ujung pangkalnya. Gangguan kesehatan pada usia lanjut seringkali disebabkan oleh proses degeneratif yang dialami oleh usia lanjut. Hasil survey menunjukkan angka kesakitan dan disabilitas sebesar 11,5% pada usia 45-59 tahun dan 9,2% pada usia lebih dari 60 tahun dengan berbagai jenis penyakit degeneratif seperti gangguan pernafasan, gangguan pencernaan, dan penyakit infeksi.

2.2.3 Perubahan Kondisi Fisik

Meskipun perubahan dari tingkat sel sampai kesemua system organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuluskeletal, gastrointestinal, integumen dan lain-lain. Masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lanjut usia menurut Mubarak ( 2006 ) adalah sebagai berikut :

1. Mudah jatuh 2. Mudah lelah

3. Kekacauan mental akut

4. Nyeri pada dada, berdebar debar

(32)

17

7. Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi panggul 8. Sulit tidur dan sering pusing

9. Berat badan menurun.

10. Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sukar menahan air kencing.

Perubahan fungsi organ yang terjadi akibat proses penuaan, tidak sama antara satu dengan yang lainnya, secara umum dijumpai penurunan fungsi secara menyeluruh. Perubahan fungsi organ yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :

1. Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya selsel yang memproduksi pigmen kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, rambut menipis dan botak, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya (Ganong, 2002).

2. Temperatur tubuh

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek, menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak yang diakibatkan oleh merendahnya aktifitas otot.

3. Sistem muskuloskletal

(33)

18

utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

4. Sistem penginderaan (pengecapan dan pembau)

Menurunnya kemampuan atau melakukan pengecapan dan pembauan, sensitifitas terhadap empat rasa menurun setelah usia 50 tahun.

5. Sistem perkemihan

Ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun sampai 50% fungsi tubulus berkuranng akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urine (Guyton, 2001).

6. Sistem pernapasan

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas selia, berkurangnya aktifitas paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, serta berkurangnya reflek batuk.

7. Sistem gastroentestinal

(34)

19

8. Sistem penglihatan

Kornea lebih berbentuk selindris, spingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan sinar ( daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap ). Berkurang atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, berkurang luasnya pandangan, berkurangnya sensitifitas terhadap warna.

9. Sistem pendengaran

Presbiakusis atau berkurangnya pendengaran pada lanjut usia, membran timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen hingga mengeras karena peningkatan kratin, berkurangnya persepsi nada tinggi (Darmojo, 2006).

10. Sistem saraf

Berkurangnya berat otak hingga 10-20 %, berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitif terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom (Darmojo, 2006).

11. Sistem endokrin

(35)

20

12. Sistem reproduksi

Selaput lendir va\gina kering atau menurun, menciutnya ovarium dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya penurunan berangsurangsur dan dorongan seks menetap sampai diatas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause (Darmojo, 2006).

13. Sistem kardiovaskuler

(36)

21

2.3 Senam Lansia

2.3.1 Definisi Senam Lansia

Senam adalah suatu bentuk latihan fisik yang teratur yang merupakan representasi dari ciri kehidupan. Senam merupakan suatu bentuk latihan fisik yang dikemas secara sistimatis yang tersusun dalam suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesegaran tubuh. Hasil survey pembuatan norma kesegaran jasmani pada usia lanjut yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1992-1993 menemukan bahwa sekitar 90% usia lanjut memiliki tingkat kesegaran jasmani yang rendah, terutama pada komponen daya tahan kardio respiratori dan kekuatan otot. Hal tersebut dapat dicegah dengan melakukan latihan fisik yang baik dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Manfaat tersebut ditinjau secara fisiologis, psikologis dan sosial (Nugroho, 2008). Menurut Widianti & Atikah (2010) senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah serta terencana dalam bentuk latihan fisik yang berpengaruh terhadap latihan fisik lansia.

(37)

22

yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh.

Manfaat latihan aerobik pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri dan motivasi yang lebih tinggi. Komponen aktivitas kebugaran meliputi keberdayaan mandiri, keuntungan fungsional atau latihan bertahanan (kecepatan gerak sendi dan ROM), daya tahan, kelenturan dan keseimbangan (Darmojo, 2004)

2.3.2 Aspek Fisiologi Senam Lansia

Selama melakukan senam lansia terjadi kontraksi otot skletal (rangka) yang akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009), respons mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja katup vena menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi meningkat. Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan regangan pada ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai mencapai 4-5 kali dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief, 2002).

(38)

23

meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Latief, 2002).

Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls pada pusat baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat pengendalian kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang akan mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan epinephrin), dan saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH yang mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).

2.3.3 Manfaat Senam Lansia

Semua jenis senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut, sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif atau proses penuaan. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga dapat berpengaruh dalam peningkatan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran di evaluasi dengan cara mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Penelitian menyebutkan bahwa agar tubuh menjadi lebih bugar, maka kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. Efek minimal yang dapat diperoleh dengan mengikuti senam lansia adalah bahwa lansia merasa senantiasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar (Anggriyana & Proverawati, 2010).

(39)

24

Sumintarsih (2006), tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan).

a. Pemanasan.

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan. b. Kondisioning.

Setelah pemanasan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.

c. Penenangan.

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh dan semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.

(40)

25

No Contoh Gerakan Gambaran Gerakan

Pemanasan

1 Berdiri tegak, mengahdap kedepan dengan

siakp seperti gambar :

Menggambil napas dengan menggangkat kedua lengan membentuk huruf V.

2 Jalan di tempat dengan 4x8 hitungan.

3 Jalan maju, mundur, gerakan kepala

menengok samping, memiringkan kepala, menundukkan kepala 8x8 hitungan.

4 Melangkah satu langkah ke samping

dengan menggerakkan bahu 8x8 hitungan.

5 Dorong tumit kanan kedepan bergantian

(41)

26

6 Peregangan dinamis dengan jalan ditempat

8x8 hitungan.

7 Gerakan peregangan dinamis dan statis 8x8

hitungan.

Gerakan Inti

8 Dimulai dengan gerakan peralihan : jalan,

tepuk dan goyang tangan 2x8 hitungan.

9 Jalan maju dan mundur melatih koordinasi

lengan dan tungkai 2x8 hitungan.

(42)

27

10 Melangkah kesamping dengan mengayun

lengan kedepan , menguatkan otot lengan 2x8 hitungan.

11 Melangkah ke samping dengan mengayun

lengan ke samping, menguatkan lengan atas dan bawah 2x8 hitungan.

12 Kaki bertumpu pada tumit, tekuk lengan

koordinasi gerakan kaki dengan lengan 2x8 hitungan.

13 Mendorong kaki ke belakang dengan

lengan ke belakang 2x8 hitungan.

14 Gerakan mendorong ke samping degan

(43)

28

15 Menggangkat lutut ke depan dengan tangan

lurus ke atas, koordinasi dan menguatkan otot tungkai 2x8 hitungan.

16 Mengangkat kaki dengan tangan

menggulung 2x8 hitungan.

17 Menggangkat kaki ke depan serong dengan

tangan tekuk lurus 2x8 hitungan.

18 Gerakan mambo 1x8 hitungan, melangkah

ke samping 2 lankah ke kanan tangan di ayun ke samping 1x8 hitungan, gerakan sebaliknya juga 2x8 hitungan.

(44)

29

19 Peregangan dinamis dengan mengangkat

lengan bergantian 2x8 hitungan.

20 Peregangan dinamis dengan mengangkat

lengan keduanya 2x8 hitungan.

21 Buka kaki kanan, tekuk lutut sambil

mengangkat tangan kanan ke atas, tangan kiri di samping 2x8 hitungan.

22 Kaki terbuka, tekuk lutut kanan sambil

mengangkat tangan kanan ke atas melalui samping, tangan kiri disamping badan 2x8 hitungan.

23 Peregangan dinamis dan statis dengan

(45)

30

24 Gerakan pernapasan dengan membuka

selebar bahu tangan mendorong ke samping kanan dan kiri 2x8 hitungan.

25 Gerakan pernapasan dengan lutut ditekuk

tangan mendorong ke bawah 2x8 hitungan.

26 Gerakan pernapasan dengan lutut ditekuk

dan tangan mendorong kedepan 2x8 hitungan.

27 Gerakan pernapasan kaki terbuka selebar

bahu tangan diangkat ke atas membentuk huruf V 2x8 hitungan.

2.4 Hubungan Senam lansia dengan Tingkat Kebugaran pada Lansia

(46)

31

adanya waktu, tempat, dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas untuk mengisi sisa hidupnya, sehingga lansia menjadi kehilangan self efficacy. Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindari perubahan yang tiba-tiba dan gaya hidup aktif kegaya hidup sederhana. Kaum lansia akan mengalami stress karena perubahan secara drastis dan kesedihan, serta kehinaan dari akibat perubahan pola hidup tersebut (Darmojo, 1999). Kebugaran adalah serangkaian karakteristik fisik yang dimiliki atau dicapai seseorang yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik (Haskell and Kiernan, 2000). Kebugaran atau kesegaran jasmani pada lansia adalah: kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan yaitu kebugaran jantung dan paru, kebugaran peredaran darah kekuatan otot dan kelenturan sendi (Maryam 2011). Adapun 'seseorang yang bugar' dalam Sports and Recreational Activities, diartikan sebagai orang yang mampu menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa melampaui batas daya tahan stres pada tubuh dan memiliki tubuh yang sehat serta tidak berisiko mengalami penyakit yang disebabkan rendahnya tingkat kebugaran atau kurangnya aktivitas fisik (Mood, 2003).

(47)

32

memelihara kebugaran seseorang adalah latihan yang mengandung unsur-unsur gerak sebagai komponen kebugaran, lamanya latihan setiap kali dilakukan dalam waktu tertentu. Intensitas latihan memenuhi frekuensi latihan setiap minggu yang cukup. Senam dengan intensitas rendah-sedang merupakan jenis olahraga yang tepat bagi lansia untuk mencapai kebugaran (Irianto, 2004).

Gambar

Gambar 2.1 Tes Jalan 6 Menit (Guidelines Six Minutes WalkingTest  dalam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Perikanan Universitas Hasanuddin terhadap kandungan tembaga (Cu) pada air dan sedimen sungai Pangkajene,

Keberadaan Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan yang telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan di kawasan Timur Indonesia dengan berbagai aktivitas

Hasil penelitian terhadap perbanyakan tanaman krisan se-cara in vitro dapat disimpulkan bahwa respon masing-masing genotipe tanaman sangat berbeda satu dengan lainnya dalam

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada materi globalisasi

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut dapat meningkatkan kemampuan bercerita anak dengan menggunakan media Pop Up Book

Untuk memperbaiki kekurangan- kekurangan yang ada pada rangkaian inverter hendaknya dapat menggunakan komponen yang lebih baik, agar performasi inverter semakin baik dan

Hal ini bahwa nilai kecepatan angin pada tiap periode sebesar 30% yang dipengaruhi oleh kecepatan angin dan selisih antara 100% dengan persentase faktor kecepatan angin

Kebutuhan yang semakin lama semakin mendesak bisa saja seseorang me-lakukan suatu perbuatan yang nekat, oleh sebab itu seseorang menjadi pelacur itu dikarenakan