i
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. ASPEK STRATEGIS ... 1
B. TANTANGAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DI TAHUN 2019 ... 2
BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 4
A. RENCANA STRATEGIS DITJEN KSA ... 4
B. PERJANJIAN KINERJA DITJEN KSA ... 5
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 7
A. CAPAIAN KINERJA ... 7
A.I. GAMBARAN UMUM AKUNTABILITAS ... 7
A.II. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019 ... 9
II.1. STAKEHOLDER PERSPECTIVE ... 9
II.1.1. Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh dalam Kerja Sama ASEAN ... 9
II.2. CUSTOMER PERSPECTIVE ... 12
II.2.1. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan Kerja Sama ASEAN ... 12
II.3. INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE ... 14
II.3.1. Diplomasi maritim dan politik keamanan yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN14 II.3.2. Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN . 17 II.4. LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE ... 20
II.4.1. Sumber Daya Manusia yang kompeten di Ditjen KSA ... 20
II.4.2. Tata kelola organisasi yang baik di Ditjen KSA ... 21
II.4.3. Sarana dan Prasarana yang memadai di Ditjen KSA ... 25
II.4.4. Pengelolaan anggaran yang optimal di Ditjen KSA ... 26
B. REALISASI ANGGARAN ... 28
BAB IV PENUTUP... 29
A. KESIMPULAN ... 29
B. KENDALA ... 29
C. LANGKAH KE DEPAN ... 30
LAMPIRAN ... 31 1. Perjanjian Kinerja 2019
2. Matriks Realisasi Rencana Aksi 3. Matriks Informasi Kinerja
4. Matriks Nilai Capaian Organisasi
iii RINGKASAN EKSEKUTIF
Selama tahun 2019, Indonesia terus berupaya meningkatkan kepemimpinannya di ASEAN.
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN selalu dilandasi oleh kepentingan nasional. Diplomasi Indonesia dalam rangka kerja sama kemitraan ASEAN merupakan upaya aktif Indonesia dalam mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai di berbagai aspek kehidupan khususnya untuk mendukung perwujudan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Capaian kinerja Ditjen KSA pada tahun 2019 mencapai 100.88 %, dimana nilai tersebut menurun dibangkan capaian 2018 sebesar 105,89%. Hal tersebut disebabkan antara lain kenaikan target yang cukup signifikan pada semua IKU Ditjen KSA seperti IKU Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri dimana pada tahun 2019 ditargetkan 98% meningkat dari target 85% pada 2018.
Selain itu pada IKU Persentase sarana dan prasarana Ditjen KSA yang dipenuhi sesuai dengan rencana target meningkat dari 75% menjadi 100%. Selain karena peningkatan target pada beberapa IKU tersebut, penurunan capaian keseluruhan Ditjen KSA disebabkan adanya penurunan yang signifikan pada capaian realisasi anggaran Ditjen KSA dimana pada tahun 2019 hanya mencapai 96.12% dibandingkan capaian tahun 2018 sebesar 99.50%. Tidak tercapainya target penyerapan anggaran dikarenakan beberapa faktor seperti tidak terserapnya belanja pegawai secara penuh karena perubahan jumlah pegawai serta efisiensi penggunaan anggaran pada beberapa kegiatan.
Selama tahun 2019, Ditjen KSA telah menyampaikan 369 prakarsa dan rekomendasi yang terdiri dari 95 prakarsa dan rekomendasi yang disampaikan pada pertemuan tingkat tinggi dan tingkat Menteri ASEAN, 165 prakarsa dan rekomendasi di bidang Maritim dan Politik Keamanan dan 109 prakarsa dan rekomendasi di bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya yang disampaikan dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN. Ditjen KSA juga telah menyampaikan 40 saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam
iv negeri. Rincian seluruh capaian tersebut dijelaskan dalam matriks informasi kinerja terlampir.
Berikut ini adalah beberapa capaian Kinerja Ditjen KSA yang menonjol dan berdampak luas:
1. Disepakatinya prakarsa dan rekomendasi Indonesia terkait konsep ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.
2. Didukungnya prakarsa Indonesia dalam menyusun sebuah narasi mengenai ASEAN Identity.
3. Diselesaikannya putaran perundingan RCEP, dimana Indonesia selaku negara koordinator dan Ketua Perunding RCEP berperan secara aktif.
4. Penguatan Kelembagaan Setnas ASEAN melalui penyusunan RPerpres tentang Setnas ASEAN-Indonesia.
5. Penguatan komitmen ASEAN-ROK untuk memperkuat kerja sama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. ASPEK STRATEGIS
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN (Ditjen KSA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia No. 2 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN, serta sekaligus sebagai Sekretariat Nasional ASEAN - Indonesia.
Ditjen KSA dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 356 menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN;
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN;
f. Pemajuan identitas dan kesadaran mengenai ASEAN pada tingkat nasional;
g. Pengelolaan kebijakan dan pelaksanaan kerja sama internasional dalam pembentukan Masyarakat ASEAN;
h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN; dan i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Struktur Organisasi Ditjen KSA
2 Pada periode 2014-2019, struktur organisasi Ditjen KSA disusun berdasarkan mekanisme kerja pilar Masyarakat ASEAN yaitu; (i) Masyarakat Politik Keamanan ASEAN; (ii) Masyarakat Ekonomi ASEAN; dan (iii) Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Selain itu, terus meningkatnya intensitas kerja sama ASEAN dengan mitra wicaranya menekankan adanya urgensi untuk memperkuat prioritas pada kerja sama ASEAN secara eksternal. Struktur kelembagaan ini bertujuan untuk memudahkan mekanisme kerja Ditjen KSA dalam melaksanakan tugasnya untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN. Saat ini Ditjen KSA juga menjalankan tusi sebagai Setnas ASEAN Indonesia yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan manfaat ASEAN. Fungsi layanan dukungan operasional Setnas selama ini dilaksanakan oleh Setditjen KSA di tingkat eselon III.
B. TANTANGAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DI TAHUN 2019
Sepanjang tahun 2019, Ditjen KSA menghadapi berbagai isu strategis tradisional yang menjadi prioritas pelaksanaan tugas fungsinya dan menjadi fokus perhatian utama Indonesia.
Politik luar negeri Indonesia pada lingkup kerja sama ASEAN terus berupaya menjadi bagian penting dan berkontribusi dalam mengelola berbagai dinamika kawasan. Peran aktif Indonesia di ASEAN terus tercermin melalui keterlibatan aktif Indonesia dalam berbagai proses penyelesaian isu-isu kawasan melalui mekanisme pertemuan ASEAN.
Pada pilar politik-keamanan, Indonesia terus memastikan upaya penyelesaian Code of Conduct in the South China Sea (COC), prakarsa dan penguatan arsitektur keamanan regional melalui implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dan kontribusi aktif Indonesia dalam memperkuat unity and centrality ASEAN melalui upaya pengenalan masyarakat ASEAN. Di luar isu-isu strategis tradisional tersebut, Ditjen KSA juga menghadapi dan aktif mengembangkan kerja sama strategis dengan negara anggota dan mitra di ASEAN untuk penyelesaian isu Rakhine State, peningkatan kerja sama di bidang terorisme, peningkatan dan penguatan kerja sama maritim melalui ASEAN Maritime Forum (AMF) dan Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF), termasuk isu Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing, isu Women, Peace and Security dan upaya untuk memajukan nilai-nilai demokrasi. Indonesia juga memastikan berkontribusi dalam penanganan tantangan keamanan non-traditional, penguatan mandat perlindungan AICHR melalui TOR AICHR Review, pengarusutamaan nilai HAM di ketiga pilar ASEAN, dan keterbukaan AICHR kepada publik dan Civil Society Organization (CSO).
Pada pilar ekonomi, isu strategis yang dihadapi antara lain kerja sama perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, ketahanan energi, pertanian, ketahanan pangan dan kehutanan, usaha kecil, menengah dan mikro, pariwisata, konektivitas dan penyelesaian perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Sepanjang tahun 2019, pilar ekonomi ASEAN fokus dalam mengimplementasikan dokumen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025 yang merupakan bagian dari dokumen visi Masyarakat ASEAN 2025. Dokumen ini merupakan kesinambungan dari proses pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Pada pilar sosial budaya, Indonesia memfokuskan pada peran aktif dalam mekanisme kerja sama ASEAN dalam isu lingkungan hidup dan pencemaran kabut asap di ASEAN. Dalam rangka memperkuat identitas kawasan dan pemahaman serta relevansi ASEAN, Indonesia sedang memperjuangkan sebuah narasi mengenai ASEAN Identity. Dalam konteks penanggulangan bencana di ASEAN, Indonesia memastikan agar ASEAN dapat berperan dalam proses repatriasi di Rakhine yang sukarela, aman dan bermartabat. Indonesia berkomitmen penuh dalam meningkatkan kinerja pembangunan sosial dan kesejahteraan di Kawasan ASEAN. Indonesia juga mendorong implementasi ASEAN Consensus on the Promotion and the Protection of the Rights of Migrant Workers.
3 Dalam kerangka kerja sama dengan mitra wicara ASEAN, selama tahun 2019 isu strategis yang menjadi perhatian Indonesia yaitu Coordinatorship kerja sama kemitraan ASEAN-Rusia periode 2018-2021 dimana Indonesia telah berhasil memfasilitasi peningkatan kerja sama ASEAN dengan Rusia dari Comprehensive Partnership menjadi Strategic Partnership.
Indonesia juga konsisten memperjuangkan pembahasan isu diskriminasi kelapa sawit, terutama dalam kerja sama ASEAN-Uni Eropa dan permasalahan sampah plastik.
Tantangan yang dihadapi sepanjang tahun 2019 antara lain dinamika politik dan keamanan kawasan Asia Tenggara dan global, sengketa dagang Cina dan AS, tumpang tindih klaim terkait Laut Cina Selatan (LCS) yang melibatkan beberapa negara anggota ASEAN dengan kepentingan nasional yang berbeda-beda. Menghadapi age of disruption, ASEAN harus bisa adaptif dan melakukan reformasi untuk memastikan efisiensi dan efektifitas termasuk dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam pelaksanaan tusinya sebagai Setnas, Ditjen KSA menghadapi tantangan yaitu mekanisme yang belum optimal dalam melaksanakan tugas Setnas di lingkungan internal dan pengoordinasian urusan antarpilar ASEAN (eksternal). Lebih lanjut, partisipasi masyarakat Indonesia untuk mengambil manfaat dari Masyarakat ASEAN khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN dirasa masih kurang. Penyampaian informasi yang spesifik dan pengetahuan yang berguna untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Masyarakat ASEAN, serta mengoordinasikan implementasi Cetak Biru Masyarakat ASEAN 2025 oleh seluruh pemangku kepentingan terkait tetap menjadi salah satu tantangan Ditjen KSA.
4 BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS DITJEN KSA
Rencana Strategis Ditjen KSA Tahun 2015-2019 telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Nomor SK. 018/KP/05/2015/05, dengan ringkasan sebagai berikut:
5 B. PERJANJIAN KINERJA DITJEN KSA
Diplomasi
StakeholderInternal Business ProcessLearning & Growth
S1. Kepemimpinan Indonesia yang Berpengaruh dalam Kerja Sama ASEAN
B1. Diplomasi Maritim dan Politik
Keamanan yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
SDM
L1. Sumber Daya Manusia Ditjen Kerja Sama ASEAN
yang kompeten
Organisasi dan Lingkungan Kerja
L2. Tata kelola organisasi yang baik di Ditjen Kerja Sama ASEAN
L3. Sarana dan prasarana yang memadai di Ditjen Kerja Sama ASEAN
Anggaran
Peta Strategi Ditjen Kerja Sama ASEAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI
L4. Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Ditjen Kerja Sama ASEAN
Stakeholder: pemegang kepentingan yang memiliki hak dan kepentingan dalam sebuah sistem, diantaranya: Presiden, DPR, MPR, K/L, Pemda, LSM, Pemprov, WNI/BHI. Perwakilan Asing, Media, Akademisi, Diaspora, LSM, WMN, Organisasi Internasional
B2. Diplomasi Ekonomi, Sosial dan
Budaya yang kuat dalam Kerja Sama
ASEAN
Customer C1. Dukungan dan komitmen
nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan Kerja Sama ASEAN
6 Kode
SS Sasaran Kode
IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2019
(1) (2) (3) (4) (5)
Stakeholder Perspective S1 Kepemimpinan Indonesia
yang Berpengaruh dalam Kerja Sama ASEAN
S1.1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam pertemuan tingkat tinggi dan tingkat menteri ASEAN
95%
Customer Perspective
C1 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan Kerja Sama ASEAN
C1.1 Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan
kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri
98%
Internal Business Process Perspective B1 Diplomasi Maritim dan Politik
Keamanan yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
B1.1 Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang Maritim dan Politik Keamanan yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
97%
B2 Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
B2.1 Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
98%
Learning & Growth Perspective L1 Sumber Daya Manusia
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN yang kompeten
L1.1 Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
100%
L2 Tata kelola organisasi yang baik di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
L2.1 Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu 83 L2.2 Nilai evaluasi AKIP Direktorat
Jenderal Kerja Sama ASEAN
79 L2.3 Indeks engagement pegawai di
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
3.75 (skala 5) L3 Sarana dan Prasarana yang
Memadai di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
L3.1 Persentase sarana dan prasarana yang dipenuhi sesuai
dengan rencana
100%
L4 Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
L4.1 Persentase realisasi anggaran di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
100%
No. Kegiatan Pagu Anggaran (Rp.)
1. Kerja Sama ASEAN Bidang Ekonomi 3.819.436.000,-
2. Kerja Sama ASEAN Bidang Sosial Budaya 3.896.037.000,-
3. Kerja Sama Eksternal ASEAN 4.493.766.000,-
4. Kerja Sama ASEAN Bidang Politik dan Keamanan 6.638.625.000,- 5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen
Kerja Sama ASEAN 35.337.318.000,-
Pagu Anggaran Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN 2019
* Pagu sebelum revisi 54.185.182.000,-
7 BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
A.I. GAMBARAN UMUM AKUNTABILITAS
Capaian kinerja Ditjen KSA pada tahun 2019 mencapai 100.88 %. Walaupun capaian kinerja dalam perspektif Stakeholders, Customer dan Internal Business Process telah melebihi target yang ditentukan, capaian kinerja rata-rata keseluruhan Ditjen KSA pada 2019 mengalami penurunan dari 105.89%
pada 2018 menjadi 100.88%. Hal tersebut disebabkan antara lain kenaikan target yang cukup signifikan pada semua IKU Ditjen KSA seperti IKU Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri dimana pada tahun 2019 ditargetkan 98% meningkat dari target 85% pada 2018. Selain itu pada IKU Persentase sarana dan prasarana Ditjen KSA yang dipenuhi sesuai dengan rencana target meningkat dari 75% menjadi 100%.
Selain karena peningkatan target pada beberapa IKU tersebut, penurunan capaian keseluruhan Ditjen KSA disebabkan adanya penurunan yang signifikan pada capaian realisasi anggaran Ditjen KSA dimana pada tahun 2019 hanya mencapai 96.12%
dibandingkan capaian tahun 2018 sebesar 99.50%. Tidak tercapainya target penyerapan anggaran dikarenakan beberapa faktor seperti tidak terserapnya belanja pegawai secara penuh karena perubahan jumlah pegawai serta efisiensi penggunaan anggaran pada beberapa kegiatan.
Meskipun secara rata-rata kinerja keseluruhan Ditjen KSA mengalami penurunan dibandingkan capaian tahun sebelumnya, pada indikator kinerja perspektif Learning and Growth Ditjen KSA berhasil merealisasikan 100% IKU Persentase pejabat di Ditjen KSA yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan dari target 100% dimana target ini meningkat secara signifikan dibandingkan tahun 2018 yang hanya sebesar 75%. Lebih lanjut, pada IKU Indeks engagement pegawai di Ditjen KSA, Ditjen KSA juga telah berhasil melampaui target kinerja yang direncanakan sebesar 3.78/3.75.
100.88%
103.05%
102.04%
101.01%
98.36%
8 Tabel 3. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Ditjen KSA Tahun 2018 dan 2019 Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2018
Realisasi 2018
Capaian 2018
Target 2019
Realisasi 2019
Capaian 2019 S1.
Kepemimpinan Indonesia yang
berpengaruh dalam Kerja Sama ASEAN
S1.1. Persentase
rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam pertemuan tingkat tinggi dan tingkat menteri ASEAN
92% 94.48% 102.70% 95% 97.89% 103.05%
C1. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan Kerja Sama ASEAN
C1.1. Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri
85% 100% 117.65% 98% 100% 102.04%
B1. Diplomasi maritim dan politik keamanan yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
B1.1. Persentase
rekomendasi dan prakarsa di bidang maritim dan politik keamanan yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
92% 97.31% 105.77% 97% 98.79% 101.84%
B2. Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
B2.1. Persentase
rekomendasi dan prakarsa di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
92% 97.32% 105.78% 98% 98.17% 100.17%
L1. Sumber Daya Manusia yang
kompeten di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
L1.1. Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
75% 83.33% 111.11% 100% 100% 100%
L2. Tata kelola organisasi yang baik di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
L2.1. Nilai Reformasi
Birokrasi Kemenlu 90 76.44 84.93% 83 76.73 92.45%
L2.2. Nilai Evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Kerja
Sama ASEAN 80 78.13 97.66% 79 78.94 99.92%
L2.3. Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
4 3.44 86% 3.75 3.78 100.80%
L3. Sarana dan Prasarana yang memadai di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
L3.1. Persentase sarana dan prasarana yang dipenuhi sesuai rencana
100% 100% 100% 100% 100% 100%
L4.
Pengelolaan
L4.1. Persentase realisasi
anggaran di Direktorat 100% 99.50% 99.50%
100% 96.12% 96.12%
9 anggaran yang
optimal di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
Jenderal Kerja Sama ASEAN
A.II. ANALISIS CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019
II.1. STAKEHOLDER PERSPECTIVE
II.1.1. Sasaran Strategis S1. Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh dalam Kerja Sama ASEAN
Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh dalam kerja sama ASEAN adalah nilai kewibawaan yang menjadi pertimbangan dan kepercayaan dunia internasional terhadap kedudukan Indonesia, sehingga memiliki nilai pengaruh terhadap kebijakan dalam kerangka kerja sama ASEAN.
Selama tahun 2019, Indonesia terus berupaya meningkatkan kepemimpinannya di ASEAN. Kepemimpinan Indonesia di ASEAN selalu dilandasi oleh kepentingan nasional.
Diplomasi Indonesia dalam rangka kerja sama kemitraan ASEAN merupakan upaya aktif Indonesia dalam mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai di berbagai aspek kehidupan khususnya untuk mendukung perwujudan perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Analisis IKU S1.1. Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam pertemuan tingkat tinggi dan tingkat menteri ASEAN
Pada tahun 2019, Ditjen KSA telah menyampaikan sebanyak 95 prakarsa dan rekomendasi dimana telah diterima sebanyak 93.
Realisasi persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam pertemuan tingkat tinggi dan tingkat menteri ASEAN mencapai 97.89% dari target sebesar 95%. Realisasi kinerja pada IKU ini mengalami peningkatan dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar 94.48%. Capaian kinerja tahun 2019 juga meningkat menjadi 103.05% dari capaian tahun 2018 sebesar 102.70%.
Tabel 4. Capaian IKU S1.1 IKU S1.1 INFORMASI KINERJA Persentase
rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam
pertemuan tingkat tinggi dan tingkat
menteri ASEAN
Jumlah rekomendasi dan
prakarsa yang diterima 93 Jumlah rekomendasi dan
prakarsa yang disampaikan 95 Target 95%
Realisasi 97.89 Capaian 103.05%
92%
94.48% 95%
97.89%
89%
90%
91%
92%
93%
94%
95%
96%
97%
98%
99%
Target Realisasi Target Realisasi
2018 2019
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima
dalam pertemuan tingkat tinggi dan tingkat Menteri ASEAN
10 Peningkatan capaian ini disebabkan oleh upaya pendekatan dan negosiasi terhadap negara anggota ASEAN yang dilakukan secara strategis. Indonesia juga selalu mengupayakan alternatif solusi baik melalui mekanisme formal maupun informal yang dapat diterima oleh seluruh Negara Anggota ASEAN serta mitra eksternal ASEAN.
Dari 95 prakarsa dan rekomendasi sebagaimana terlampir dalam matriks informasi kinerja, berikut beberapa prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang menonjol:
1. Disepakatinya prakarsa dan rekomendasi Indonesia terkait konsep ASEAN Outlook on the Indo-Pacific pada tingkat Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN di pertemuan KTT ke-34 ASEAN, Juni 2019. Konsep yang diinisiasi Indonesia sejak tahun 2018 untuk menyikapi perkembangan geopolitik global, secara konsisten diajukan dan didorong Indonesia di setiap tingkatan pertemuan ASEAN baik di level SOM, Menteri maupun KTT.
Sebagai tindak lanjut, ASEAN menyambut baik inisiatif Indonesia atas prakarsa untuk menyelenggarakan Indo-Pacific Infrastructre and Connectivity Forum pada 2020.
2. Disahkannya prakarsa Indonesia berjudul ARF Statement on Preventing and Countering Terrorism Conducive to Terrorism (VECT) pada pertemuan ARF ke- 26 di Bangkok, Thailand bulan Agustus 2019.
3. Diselesaikannya putaran perundingan RCEP, dimana Indonesia selaku Negara Koordinator dan Ketua Perunding RCEP berperan aktif dalam menyampaikan urgensi penyesuaian bahkan penurunan
ambisi liberalisasi oleh seluruh negara peserta RCEP. Sesuai dengan arahan Presiden, penyelesaian RCEP telah menjadi prioritas kerja sama pilar ekonomi ASEAN untuk Indonesia pada tahun 2019.
4. Disetujuinya prakarsa Indonesia mengenai ASEAN Tuna Ecolabelling (ATEL) Policy Paper on the establishment of ASEAN Regional Ecolabelling Scheme pada pertemuan ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) ke-40 di Hanoi, Vietnam.
5. Didukungnya prakarsa Indonesia dalam menyusun sebuah narasi mengenai ASEAN Identity dalam rangka memperkuat identitas kawasan dan pemahaman serta relevansi ASEAN.
6. Keketuaan Indonesia pada ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and Development (AMMSWD) telah menghasilkan Framework of the ASEAN Regional Framework and Action Plan to Implement the ASEAN Declaration on Strengthening
11
The Editors (Straits Times) in 2019 hailed President Joko Widodo’s role in putting Indonesia as the heart of ASEAN, the
10- member regional bloc, in recent times.
Social Protection; Declaration on the Protection of Children from all Forms of Online Exploitation and Abuse in ASEAN, dan ASEAN Declaration on the Rights of Children in the Context of Migration yang merupakan prakarsa Indonesia dan Thailand.
7. Indonesia berhasil mendorong penguatan komitmen ASEAN-ROK untuk memperkuat kerja sama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang kemudian dituangkan dalam ASEAN-Republic of Korea Joint Vision Statement for Peace, Prosperity and Partnership dan disahkan oleh Kepala Negara/Kepala Pemerintahan ASEAN-ROK serta sebagai salah satu outcome document pertemuan dimaksud.
Dalam proses pencapaian target kinerja IKU persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam pertemuan tingkat tinggi dan tingkat menteri ASEAN, kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain:
1. Kepentingan Indonesia yang bertolak belakang dengan kepentingan beberapa Negara Anggota ASEAN lainnya, sebagai contoh dalam isu review TOR AICHR, mengakibatkan proses pemajuan
kepentingan Indonesia mengalami tantangan.
2. Posisi beberapa negara anggota ASEAN yang sangat berbeda dengan kepentingan Indonesia mengakibatkan proses negosiasi dan meyakinkan posisi Indonesia yang tidak akan merugikan kepentingan mereka dan ASEAN membutuhkan waktu ekstra dan strategi yang sesuai,
3. Proposal baru yang memiliki impikasi anggaran/komitmen pendanaan bersama sulit diterima oleh sebagian Negara Anggota ASEAN, sehingga perlu dicarikan jalan tengahnya, 4. Masalah klasik seperti sistem
pemerintahan dan sosial budaya negara-negara ASEAN yang berbeda sering menjadi penghambat untuk mencapai kesepakatan,
5. Terdapatnya kontestasi kepentingan masing-masing negara anggota dengan bayang-bayang pengaruh negara-negara besar dalam isu-isu strategis di ASEAN seperti LCS.
6. Tantangan yang dihadapi dalam upaya mendorong Mitra Wicara mendukung AOIP adalah sudah adanya konsep tersendiri dari beberapa Mitra Wicara mengenai arsitektur kawasan seperti Belt and Road Initiative/BRI (RRT), New Southern Policy (ROK), Free and Open Indo-Pacific/FOIP (Jepang), Security and Growth for All in the Region/SAGAR (India) serta A Free and Open Indo-Pacific: Advancing a Shared Vision dari Amerika Serikat sebelum ASEAN mengusulkan AOIP.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam rangka pencapaian target kinerja penyampaian prakarsa dan rekomendasi Indonesia antara lain:
1. Menyiasati kondisi dan dinamika dalam pembahasan isu-isu dalam kerangka ASEAN, melalui pendekatan yang luwes, meski bertahap dan terkesan lambat,
12 Indonesia bisa memastikan capaian-capaian selama 2019 untuk kepentingan yang lebih strategis dan memiliki dampak jangka panjang.
2. Indonesia, secara strategis, selalu mengupayakan solusi kreatif (melalui mekanisme yang terkadang informal) yang dapat diterima oleh seluruh Negara Anggota ASEAN serta mitra eksternal ASEAN. Selain itu, posisi Indonesia yang jelas terkait perlunya menjaga kesatuan dan sentralitas ASEAN, terutama dalam isu-isu krusial dan melibatkan pihak eksternal, merupakan elaborasi penuh arah Politik Luar Negeri Indonesia yang menempatkan ASEAN sebagai soko guru politik luar negeri Indonesia. Hal ini memberikan penegasan bahwa ASEAN adalah penting bagi Indonesia dan sebaliknya, keamanan dan stabilitas Indonesia yang makmur merupakan jaminan kesejahteraan bagi ASEAN.
3. Ke depan, untuk memastikan capaian Indonesia bisa lebih maksimal, sinergi ketiga Pilar Masyarakat ASEAN di lingkungan K/L Indonesia perlu ditingkatkan, utamanya aspek koordinasi lintas pilar dan lintas sektor. Keadaan yang dicapai ASEAN saat ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan agar ASEAN dapat lebih berkontribusi bagi terwujudnya perdamaian dan kemakmuran di kawasan dan dunia. Dalam hal ini, inisiatif Indonesia mengenai Konsep Indo-Pasifik pada dasarnya dapat menjadi peluang dimana konsep ini bisa berfungsi sebagai global platform ASEAN sekaligus penegasan sentralitas ASEAN untuk memastikan relevansi ASEAN di tengah perubahan dan dinamika yang terjadi di kawasan dan dunia.
II.2. CUSTOMER PERSPECTIVE
II.2.1. Sasaran Strategis C1. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan Kerja Sama ASEAN
Dalam rangka memastikan implementasi kerja sama ASEAN yang sejalan dengan kepentingan nasional, Ditjen KSA perlu memberikan rekomendasi kepada K/L focal point untuk mendorong implementasi atau tindak lanjut kesepakatan bilateral, regional, dan negara-negara ASEAN terkait pada level nasional.
Analisis IKU C1.1. Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri
IKU ini diharapkan dapat mengukur peran Ditjen KSA dalam mendorong kesepakatan ASEAN untuk dapat diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan di dalam negeri. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden dan Menteri Luar Negeri untuk mengedepankan diplomasi untuk rakyat. Agar kerja sama ASEAN memiliki manfaat bagi rakyat, maka hasil kesepakatan yang dicapai di ASEAN perlu ditindaklanjuti oleh para pemangku kepentingan di dalam negeri.
Tabel 5. Capaian IKU C1.1
IKU C1.1 INFORMASI KINERJA
Persentase saran kebijakan yang
disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja
Sama ASEAN di dalam negeri
Jumlah saran kebijakan yang disetujui untuk
pelaksanaan kesepakatan ASEAN di dalam negeri 40 Jumlah saran kebijakan yang disampaikan untuk
pelaksanaan kesepakatan ASEAN di dalam negeri 40 Target 98%
Realisasi 100 % Capaian 102.04 %
13
Pertemuan International Conference on ASEAN Studies 2019 di UGM, Yogyakarta, Maret 2019 Pemilihan Duta Muda ASEAN Tahun 2019
Pada tahun 2019, realisasi persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri mencapai 100% dari target 98%.
Capaian IKU ini pada tahun 2019 adalah sebesar 102.04%. Capaian ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebesar 117.65%. Penurunan ini disebabkan Ditjen KSA menaikkan target IKU secara signifikan dari 85% pada 2018 menjadi 98% di tahun 2019. Meski demikian, realisasi persentase saran kebijakan yang disetujui dapat diwujudkan 100%. Realisasi tersebut dapat dicapai karena beberapa upaya sebagai berikut:
1. Koordinasi berkelanjutan dengan semua stakeholder terkait diseminasi informasi mengenai ASEAN.
2. Kerja sama dengan PSA sehingga dapat meningkatkan penyampaian saran kebijakan kepada akademisi maupun mahasiswa.
3. Pelaksanaan Duta Muda ASEAN yang disiarkan melalui stasiun TV nasional sehingga berdampak secara luas.
Pada tahun 2019, Ditjen KSA telah menyampaikan 40 saran kebijakan melalui berbagai kegiatan antara lain pertemuan Setnas ASEAN-Indonesia, kegiatan diseminasi termasuk pembuatan laman Setnas ASEAN, penyusunan Majalah, buku promosi/publikasi ASEAN, pemilihan Duta Muda ASEAN, pertemuan PSA dan siaran Radio, konferensi internasional, kegiatan sosialisasi dan FGD serta pelaksanaan Proyek Prioritas Nasional.
Daftar 40 saran kebijakan yang disampaikan untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri terlampir dalam matriks informasi kinerja.
Secara garis besar, saran kebijakan untuk pelaksanaan kesepakatan kerja sama ASEAN di dalam negeri yang telah disampaikan dan disetujui antara lain:
1. Mendorong peningkatan pemahaman akan ASEAN/ASEAN Awareness.
2. Memastikan partisipasi aktif stakeholders domestik dalam menindaklanjuti dinamika dan kesepakatan ASEAN mengenai berbagai isu-isu di pilar politik keamanan, ekonomi, dan sosial budaya serta dalam kerangka kerja sama dengan mitra ASEAN.
3. Memastikan tindak lanjut kesepakatan kerja sama ASEAN di berbagai pilar di 85%
100%
85%
100% 98% 100%
75%80%
85%90%
100%95%
105%
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2017 2018 2019
Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di
dalam negeri
14 dalam negeri untuk memenuhi komitmen Indonesia dan yang memiliki manfaat bagi masyarakat Indonesia.
4. Mendorong penguatan Kelembagaan Setnas ASEAN Indonesia melalui penyusunan RPerpres tentang Kelembagaan dan Tugas Fungsi Setnas ASEAN Indonesia.
5. Memastikan implementasi Cetak Biru ASEAN 2025 melalui Perumusan Modul Pengajaran mengenai ASEAN bagi Guru dan Buku Referensi dan Aktivitas ASEAN bagi Siswa Tingkat Dasar dan Menengah.
Dalam proses pencapaian target kinerja IKU persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan Kerja Sama ASEAN di dalam negeri, kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain:
1. Kurang siapnya instansi terkait dalam mengimplementasikan kesepakatan ASEAN pada tingkat nasional.
2. Masih belum optimalnya koordinasi antar pemangku kepentingan nasional dalam proses pertukaran informasi dan perumusan posisi nasional terhadap berbagai isu.
Langkah-langkah yang telah dilaksanakan oleh Ditjen KSA dalam upaya mengatasi kendala antara lain:
1. Ditjen KSA terus berupaya memperkuat peran Setnas ASEAN-Indonesia melalui penyusunan RPerpres tentang Setnas ASEAN-Indonesia yang akan memperkuat kelembagaan dan wewenang Setnas dalam melaksanakan tugas pengoordinasian ASEAN di tingkat nasional.
2. Guna mendorong dan memperkuat rasa kepemilikan atas ASEAN, Ditjen KSA menyusun dan melaksanakan program dan aktivitas diseminasi ASEAN secara rutin bekerja sama dengan berbagai kelompok pemangku kepentingan.
3. Ditjen KSA mendorong dan mengoordinasikan penyusunan dokumen Rencana Aksi Nasional Implementasi cetak Biru ASEAN 2020-2024 pada tingkat nasional.
II.3. INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE
II.3.1. Sasaran Strategis B1. Diplomasi maritim dan politik keamanan yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
Sejalan dengan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia, Indonesia terus mengedepankan upaya kepemimpinan Indonesia yang berkeinginan untuk menjadikan maritim sebagai wilayah kerja sama yang menguntungkan semua pihak sekaligus memantapkan kedaulatan nasional Indonesia terhadap wilayah lautnya termasuk kekayaan di dalamnya.
Diplomasi maritim dan politik keamanan Indonesia di ASEAN ditujukan untuk ikut mewujudkan Nawa Cita Presiden Jokowi, termasuk untuk menciptakan dan memelihara perdamaian, stabilitas, keamanan dan kesejahteraan di kawasan. Pencapaian sasaran strategis Ditjen KSA pada “Diplomasi maritim dan politik keamanan yang kuat dalam kerja sama ASEAN” diukur dengan IKU yakni persentase rekomendasi dan prakarsa bidang maritim dan politik keamanan yang diterima dalam pertemuan kerja sama ASEAN.
15 Analisis IKU B1.1. Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang maritim dan politik keamanan yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
Pada tahun 2019, realisasi persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang maritim dan polkam yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN mencapai 98.79% dari target 97%. Realisasi ini meningkat dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar 97.31%. Faktor pendukung keberhasilan bagi perumusan dan penyampaian prakarsa dan rekomendasi Indonesia di bidang maritim dan polkam adalah sebagai berikut:
1. Rasa “kepemilikan” bersama dari seluruh pemangku kepentingan terkait di Indonesia.
2. Arah kebijakan Presiden Joko Widodo tentang poros maritim Indonesia yang diterjemahkan dalam Kebijakan Kemaritiman Indonesia, menjadikan perumusan posisi Indonesia terhadap suatu isu maritim tertentu menjadi lebih mudah dilakukan.
3. Kejelasan posisi nasional Indonesia terkait isu-isu dalam kemaritiman serta rujukan yang jelas dalam arah kebijakan kemaritiman Indonesia di ujung akhirnya memberikan suatu guidance sekaligus rambu-rambu bagi delegasi RI yang hadir dan menyampaikan seluruh prakarsa dan/atau rekomendasi dalam sidang-sidang atau pertemuan ASEAN di berbagai jenis dan tingkatan yang berbeda.
Tabel 6. Capaian IKU B1.1
IKU B1.1 INFORMASI KINERJA
Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang
maritim dan politik keamanan yang diterima
dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
Jumlah rekomendasi dan prakarsa di bidang
diplomasi maritim dan polkam yang diterima 163 Jumlah rekomendasi dan prakarsa di bidang
diplomasi maritim dan polkam disampaikan 165 Target 97%
Realisasi 98.79%
Capaian 101.84%
Dari 165 rekomendasi dan prakarsa di bidang diplomasi maritim dan polkam disampaikan selama tahun 2019 telah diterima sebanyak 163. Daftar 165 rekomendasi dan prakarsa sebagaimana terlampir dalam matriks informasi kinerja. Beberapa capaian penting dan hasil inisiatif Indonesia di bidang maritim dan polkam dalam pertemuan kerja sama ASEAN:
1. Keberhasilan penyelenggaraan EAMF Workshop on States’ Response Management on the Prevention and Preparedness against Transboundary Marine Pollution di Jakarta pada 29-30 Agustus 2019 sebagai sebagai platform bagi perwakilan pemerintah dan akademisi/think-tank dari negara anggota EAMF untuk mendiskusikan lebih dalam mengenai kerja sama penanganan pencemaran laut lintas batas, khususnya sampah plastik laut dan tumpahan minyak yang disebabkan oleh pengeboran minyak lepas pantai.
92%
97.19%
92%
97.31% 97% 98.79%
88%90%
92%94%
96%98%
100%
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2017 2018 2019
Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang Maritim dan Politik Keamanan
yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
16
Tahapan Pembahasan Isu Laut Cina Selatan
2. Keberhasilan pelaksanaan Regional Training on Women, Peace and Security di Jakarta tanggal 8-10 April 2019 dan Women’s Interfaith Dialogue tanggal 12-13 November 2019 di Jakarta yang telah menjadi wadah pembelajaran dan berbagi best practices bagi diplomat muda wanita dalam membangun kapasitas mereka sebagai negosiator, fasilitator dan mediator dalam berbagai fase proses perdamaian.
3. Partisipasi aktif Indonesia dalam penyelesaian pembahasan first reading Single Draft Negotiation Text COC yang tercantum dalam
Joint Communiqué of the 52nd ASEAN Foreign Ministers’ Meeting di Bangkok, 31 Juli 2019 dan Chairman’s Statement of ASEAN Post Ministerial Conference 10+1 Sessions with China, di Bangkok 31 Juli –1 Agustus 2019
4. Operasionalisasi penuh ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) atas dukungan Indonesia. Menlu RI mengharapkan agar Negara Anggota ASEAN dapat bersama mendukung dan berkontribusi terhadap pendanaan institusi tersebut setelah Indonesia menanggung operasionalisasinya selama tiga tahun (2018-2020).
Untuk itu sepanjang tahun 2019 Indonesia terus mendorong terdapatnya kesepakatan minimal voluntary contribution untuk mendukung sekretariat AIPR.
5. Prakarsa penyelenggaraan workshop untuk menyusun cross- sectoral dan cross-pillar work plan Plan of Action (PoA) to Prevent and Counter the Rise of Radicalisation and Violent Extremism 2018-2025 untuk mengimplementasikan PoA dimaksud.
6. Mendorong implementasi ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) serta penguatan fungsi dan peran AICHR melalui review TOR of AICHR di tahun 2019. Untuk itu, di tahun 2019, Ditjen KSA telah menyelenggarakan berbagai pertemuan dan workshop untuk implementasi AHRD.
7. Indonesia mendapat apresiasi dari berbagai negara peserta East Asia Summit (EAS) karena dinilai terus berkomitmen untuk menindaklanjuti EAS Leaders’ Statement on Combating Marine Plastic Debris
yang diadopsi oleh para pemimpin EAS pada KTT EAS ke-13 di Singapura tahun 2018 dengan mengusulkan EAS Regional Plan of Action (RPoA) on Combating Marine Plastic Debris.
17 Dalam proses pencapaian target kinerja IKU persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang maritim dan polkam yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN, kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain:
1. Masih adanya divergensi kepentingan dan posisi Negara Anggota ASEAN dalam isu-isu sensitif, diantaranya LCS, berakibat pada kompleksitas perundingan.
2. Kurangnya minat sebagian Negara Anggota ASEAN pada rekomendasi yang diusulkan Indonesia dikarenakan tidak adanya kepentingan nasional negara-negara tersebut terhadap isu yang diangkat.
3. Masih adanya penolakan dari Negara Anggota ASEAN lainnya karena masih sensitifnya isu di bidang maritim yang direkomendasikan Indonesia.
4. Isu cross-cutting antara maritim dan kejahatan lintas batas negara meskipun menjadi perhatian seluruh negara di kawasan namun beberapa negara masih merasa isu IUU Fishing tidak dapat dikaitkan dengan kejahatan, yang efeknya penindakan hukum di laut tidak serta bisa diterapkan oleh negara.
5. Adanya perbedaan posisi yang cukup signifikan negara lain posisi Indonesia.
Khusus di forum EAS, masih terdapat rendahnya komitmen para negara peserta EAS dalam mengimplementasikan berbagai EAS Leaders' Statement yang diadopsi oleh para Kepala Negara EAS, sehingga hasil KTT EAS masih berupa dokumen komitmen politik yang manfaatnya belum bisa dirasakan langsung oleh masyarakat di kawasan.
Menghadapi kendala yang sudah teridentifikasi seperti tersebut di atas, Ditjen KSA mengambil langkah-langkah seperti berikut:
1. Perlunya mengupayakan solusi kreatif dalam perundingan kemaritiman yang dapat diterima oleh seluruh Negara Anggota ASEAN serta mitra eksternal ASEAN.
2. Perlunya menjaga kesatuan dan sentralitas ASEAN, terutama dalam isu-isu krusial dan melibatkan pihak eksternal, termasuk diantaranya dalam perundingan terkait LCS.
3. Perlunya melakukan konsultasi secara intens dan informal guna menjembatani seluruh kepentingan Negara Anggota ASEAN dan Mitra Eksternal lainnya.
4. Perlunya melakukan pendekatan kepada Negara Anggota ASEAN agar mereka lebih terbuka dan bisa memahami posisi Indonesia dan bahwa isu yang diangkat adalah untuk keamanan seluruh negara di kawasan. Selama ini pendekatan intensif dan cara yang tepat dalam menegosiasikan posisi Indonesia secara terbuka dan discreet terbukti efektif dan memberikan hasil positif.
5. Indonesia akan terus mendorong isu-isu yang menjadi kepentingan Indonesia di tingkat ASEAN termasuk melalui pendekatan di tingkat badan sektoral ASEAN yang menangani isu terkait. Dalam hal ini, peran kementerian dan lembaga terkait di dalam negeri juga perlu diperkuat agar posisi Indonesia terus disampaikan dalam pertemuan-pertemuan di badan sektoral ASEAN.
II.3.2. Sasaran Strategis B2. Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang kuat dalam Kerja Sama ASEAN
Diplomasi Ekonomi dalam kerja sama ASEAN adalah aktivitas diplomasi untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi melalui berbagai kerja sama seperti perdagangan barang dan jasa, investasi, energi, mineral, perhubungan, konektivitas, pariwisata, pertanian, perikanan, perindustrian, keuangan, telekomunikasi, kerja sama ekonomi teknik dan UMKM.
Diplomasi sosial dan budaya dalam kerja sama ASEAN adalah aktivitas diplomasi untuk mencapai tujuan-tujuan sosial dan budaya melalui berbagai kerja sama seperti pembangunan sosial, kesejahteraan sosial, lingkungan hidup, penanggulangan bencana,
18 penerangan, kebudayaan, ketenagakerjaan, pemberdayaan wanita dan perlindungan anak, kepemudaan, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, pencegahan penggunaan narkoba, kesehatan dan pendidikan.
Analisis IKU B2.1. Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN
Pada tahun 2019, capaian kinerja Ditjen KSA pada IKU Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja
Sama ASEAN mengalami
penurunan menjadi 100,17% dari 105,78% pada tahun 2018.
Penurunan capaian ini disebabkan oleh kenaikan target pada tahun 2019 menjadi 98% dari 92% di tahun 2018. Kenaikan target ini mempertimbangkan bahwa target 2018 telah terlampaui realisasinya.
Pada tahun 2019, terdapat 107 rekomendasi dan prakarsa di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima dari 109 yang disampaikan sebagaimana terlampir dalam matriks informasi kinerja sehingga realisasinya tahun 2019 sebesar 98.17%. Realisasi ini mengalami kenaikan dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar 97.32%. Berikut ini adalah faktor pendukung pencapaian realisasi IKU B2.1:
1. Kementerian Luar Negeri memberikan penekanan lebih pada upaya peningkatan diplomasi ekonomi dan sosial budaya.
2. Kehadiran K/L focal point pada pertemuan atau sidang terkait memperkuat posisi Indonesia dalam menyampaikan isu-isu yang dibahas.
Tabel 7. Capaian IKU B2.1
IKU B2.1 INFORMASI KINERJA
Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang
ekonomi, sosial dan budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja
Sama ASEAN
Jumlah rekomendasi dan prakarsa di bidang
ekonomi, sosial dan budaya yang diterima 107 Jumlah rekomendasi dan prakarsa di bidang
ekonomi, sosial dan budaya yang disampaikan 109 Target 98%
Realisasi 98.17%
Capaian 100.17%
Beberapa capaian penting dan hasil dari inisiatif bidang ekonomi, sosial dan budaya dalam pertemuan kerja sama ASEAN:
1. Indonesia menyampaikan strategi penyusunan kerangka kerja yang project driven dan bottom up dalam mendukung BIMP-EAGA mewujudkan sub kawasan yang resilient-inclusive-sustainable-economically competitive sebagai building block ASEAN pada pertemuan BIMP-EAGA Strategic Planning Meeting (SPM) bulan Februari 2019 di Kota Kinabalu.
92%
99.22%
92%
97.32% 98% 98.17%
88%90%
92%94%
96%98%
100%
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2017 2018 2019
Persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja
Sama ASEAN
19 2. Penandatanganan Protocol 4 on
Co-Terminal Rights between Points within territory of any other AMS dengan 5 point terminal berada di Indonesia pada 46th ASEAN Senior Transport Officials Meeting (STOM).
3. Indonesia berhasil mengubah Terminologi ASEAN Common Fisheries Policy (ACFP), menjadi ASEAN General Fisheries Policy (AGFP) yang telah secara efektif memutus asosiasi dengan EU Common Fisheries Policy (EUCFP) yang berpotensi
merugikan kedaulatan maritim Indonesia pada Pertemuan 26th ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGFi), Bangkok, Thailand, bulan Mei 2019, 4. Disetujuinya usulan Indonesia terkait kerangka dokumen Mechanism to Establish
and Update Food Safety Standard Harmonisedin ASEAN pada pertemuan ke-27 ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality - Prepared Foodstuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG), di Mandalay, Myanmar, November 2019, dan akan ditindaklanjuti dengan penyusunan draf pertama yang akan disirkulasikan tahun 2019.
5. Indonesia berhasil mempertahankan posisinya untuk tetap memasukkan Minuman Beralkohol (MINOL) dalam General Exclussion List (GEL) dengan mempertimbangkan sensitivitas dalam negeri pada pertemuan 28th Coordinating Committee on the Implementation of ASEAN Trade In Goods Agreement, Bandar Seri Begawan, Desember 2019.
6. Keberhasilan penyelenggaraan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2019 yang merupakan salah satu kegiatan di bawah Senior Officials Meeting on Youth yang merupakan inisiatif Indonesia. Kegiatan ini melibatkan 36 orang dari masing- masing negara ASEAN, 81 orang dari Indonesia. Kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan interfaith yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan harmoni dalam beragama.
Dalam proses pencapaian target kinerja IKU persentase rekomendasi dan prakarsa di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima dalam pertemuan Kerja Sama ASEAN, kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain:
1. Koordinasi antar kementerian atau lembaga masih kurang, sehingga menghambat beberapa isu yang akan dibahas.
2. Beberapa pertemuan memiliki kecenderungan stagnasi karena kurangnya fleksibilitas yang ditunjukkan para delegasi di meja perundingan karena berbagai kepentingan masing-masing Negara Anggota ASEAN dan terdapatnya beberapa perbedaan persepsi yang mengemuka antara Indonesia dan Negara Anggota ASEAN lainnya terhadap sejumlah isu sehingga sulit mencapai konsensus di meja perundingan.
3. Masih rendahnya tingkat pemahaman para pelaku ekonomi terkait fasilitas perdagangan yang bisa didapatkan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN, khususnya di daerah, mengakibatkan sulitnya pemanfaatan hasil dari beberapa kesepakatan kerja sama ekonomi secara luas di Indonesia. Para pelaku pasar dalam negeri, khususnya UMKM di daerah kebanyakan merasa puas hanya dengan pasar dalam negeri dan belum berorientasi ekspor.
Pertemuan Coordinating Committee on the implementation of ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) ke-27
20 Langkah-langkah yang telah dilaksanakan oleh Ditjen KSA dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi antara lain sebagai berikut:
1. Pembahasan isu-isu pada pilar ekonomi dan sosial budaya ASEAN dengan beberapa K/L teknis terus ditingkatkan agar tercipta koordinasi yang lebih efektif dalam memperjuangkan kepentingan RI di forum ekonomi dan sosial budaya ASEAN;
2. Peningkatan intensitas lobi kepada negara-negara ASEAN agar lebih fleksibel dalam perundingan di ASEAN, terutama pada isu-isu yang terdapat kepentingan Indonesia yang sangat besar;
3. Evaluasi tingkat pemahaman para pelaku ekonomi terkait fasilitas perdagangan yang bisa didapatkan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN.
4. Meningkatkan koordinasi dengan K/L yang menjadi focal point dari badan sektor dengan lebih intensif untuk mendiskusikan kepentingan-kepentingan Indonesia yang harus disampaikan dalam pertemuan ASEAN.
5. Memastikan K/L terkait yang merupakan focal point pertemuan ASEAN tersebut untuk hadir dalam pertemuan, agar semakin maksimal dalam menyampaikan bahan-bahan yang menjadi kepentingan Indonesia.
II.4. LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE
II.4.1. Sasaran Strategis L1. Sumber Daya Manusia yang kompeten di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi. SDM merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuannya karena SDM merupakan elemen utama organisasi jika dibandingkan dengan elemen sumber daya lain seperti teknologi, modal, bahan baku. Untuk itu, SDM diharapkan harus kompeten, yaitu cakap (mengetahui) dan memiliki kemampuan (kewenangan) untuk memutuskan sesuatu.
Analisis IKU L1.1. Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
Pada tahun 2019, realisasi persentase pejabat di Ditjen KSA yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan mencapai 100%. Walaupun realisasi tercapai 100%, capaian IKU terhadap target menurun dibandingkan dengan tahun 2018 dikarenakan peningkatan target yang cukup signifikan pada tahun 2019 dari 75% menjadi 100%.
Pencapaian realisasi tahun 2019 sebesar 100% ini didukung oleh komitmen Ditjen KSA untuk mengisi posisi jabatan struktural melalui mekanisme seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Madya dan Pratama yang diselenggarakan oleh Biro Sumber Daya Manusia (BSDM).
87.50% 83.34% 75% 83.33% 100% 100%
0%
50%
100%
150%
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2017 2018 2019
Persentase pejabat di Ditjen KSA yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan
21 Tabel 8. Capaian IKU L1.1
IKU L1.1 INFORMASI KINERJA
Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Kerja Sama
ASEAN yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN yang telah memenuhi kompetensi jabatan
6 Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Direktorat
Jenderal Kerja Sama ASEAN 6
Target 100%
Realisasi 100%
Capaian 100%
Standar Kompetensi Jabatan adalah persyaratan kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang PNS dalam melaksanakan tugas jabatan. Dalam kaitan ini, untuk memastikan setiap jabatan diisi oleh pegawai yang sesuai dengan kompetensinya maka pengisian jabatan Eselon I dan II Ditjen KSA dilakukan secara terbuka dan kompetitif melalui mekanisme seleksi JPT Madya dan Pratama yang diselenggarakan oleh BSDM.
Pengisian JPT tersebut dilakukan dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan jabatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
II.4.2. Sasaran Strategis L2. Tata kelola organisasi yang baik di Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
Analisis IKU L2.1. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu
Nilai Reformasi Birokrasi adalah nilai yang diberikan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas upaya suatu organisasi pemerintah untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mencapai good governance. Nilai Reformasi Birokrasi mencakup hasil evaluasi capaian 8 program area perubahan RB baik pada komponen proses maupun hasil berdasarkan Lembar Kerja Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
Delapan Program Area Perubahan Reformasi Birokrasi
Penataan Peraturan Perundang-undangan
Penataan Tata Laksana Penguatan Organisasi
Manajemen SDM Aparatur
Penguatan Pengawasan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Penguatan Akuntabilitas
Kinerja Perubahan pola pikir dan
budaya kerja (Manajemen Perubahan)
22 Capaian nilai reformasi birokrasi Kemlu
tahun 2019 berdasarkan
pemberitahuan resmi dari Kemenpan RB adalah 76.73. Nilai tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2018) yang mencapai 76.44.
Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Perluasan pembangunan Zona Integritas,
2. Tranformasi kelembagaan, dan 3. Penguatan integritas aparatur.
Tabel 9. Capaian IKU L2.1
IKU L2.1 INFORMASI KINERJA
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu oleh Kemenpan RB
Target 83
Realisasi 76.73 Capaian 92.45%
Nilai Reformasi Birokrasi Kemlu ditentukan oleh penilaian Kementerian PAN RB terhadap seluruh unit organisasi dan unit kerja di Kementerian Luar Negeri. Kendala yang dihadapi dalam mencapai target antara lain:
1. Penerapan reformasi birokrasi di seluruh unit kerja Kemlu belum merata.
2. Penerapan manajemen kinerja sektor publik masih terdapat beberapa kelemahan.
3. Peta proses bisnis belum menggambarkan suatu strategi dalam rangka mencapai target kinerja.
Dalam rangka mengatasi kendala yang dihadapi dan guna meningkatkan nilai reformasi birokrasi Kemlu yang baik, telah dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Reformasi Birokrasi Kemlu yang beranggotakan perwakilan dari masing-masing unit Eselon II. Pokja Kemlu telah melakukan evaluasi internal melalui pengisian Lembar Kerja Evaluasi Mandiri, sebelum dinilai oleh Kemenpan RB.
Langkah ke depan yang akan dilakukan adalah penguatan penerapan manajemen kinerja serta melakukan reviu penerapan performance based organization dengan melakukan reviu atas struktur organisasi berdasarkan pada kinerja yang akan dicapai.
Analisis IKU L2.2. Nilai Evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN
Nilai evaluasi AKIP adalah nilai perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.
85
77.44 90
76.44 83
76.73
6570 7580 8590 95
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
2017 2018 2019
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu