• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEGADAIAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN SYARIAH PADA MASYARAKAT BATUSANGKAR (STUDI KASUS PT. PEGADAIAN SYARIAH BATUSANGKAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PEGADAIAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN SYARIAH PADA MASYARAKAT BATUSANGKAR (STUDI KASUS PT. PEGADAIAN SYARIAH BATUSANGKAR)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEGADAIAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN SYARIAH PADA MASYARAKAT

BATUSANGKAR

(STUDI KASUS PT. PEGADAIAN SYARIAH BATUSANGKAR)

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) (S-1) Jurusan Perbankan Syariah

Oleh :

ELNI PURNAMA SARI NIM: 17 3040 1038

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2021 H

(2)

i ABSTRAK

ELNI PURNAMA SARI, NIM 17 304 010 38, Judul Skripsi “Strategi Pegadaian Syariah Dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah Pada Masyarakat Batusangkar (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Batusangkar)”

Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah masih banyaknya masyarakat yang bertransaksi di lembaga keuangan konvensional walaupun lembaga keuangan syariah sudah ada dan berdiri di lingkungan mereka. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya tingkat literasi keuangan pada masyarakat khususnya terkait keuangan syariah. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil survei literasi dan inklusi keuangan syariah oleh Otoritas Jasa keuangan pada tahun 2016 dan tahun 2019 dan total jumlah aset Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional pada tahun 2019. Literasi keuangan merupakan tingkat pengetahuan, keterampilan, keyakinan masyarakat terkait lembaga keuangan serta produk dan jasanya.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Strategi Pegadaian Syariah Batusangkar dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah Pada Masyarakat Batusangkar. Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian lapangan) yaitu suatu penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian dengan mengadakan pengumpulan data yang penulis gunakan melalui wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Pegadaian Syariah Unit Batusangkar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi keuangan syariah merupakan sesuatu yang sanagt penting di tengah masyarakat. Dengan pemahaman yang baik masyarakat dapat mengelola keuangannya dengan baik dan mulai bertransaksi di lembaga keuangan syariah salah satunya Pegadaian Syariah. Strategi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Unit Batusangkar dalam meningkatkan literasi keuangan syariah pada masyarakat dilakukan melalui beberapa program yaitu Pertama, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang dilakukan secara langsung dengan mendatangi nasabah atau calon nasabahnya, maupun nasabah langsung yang datang ke kantor Pegadaian Syariah, Kedua melakukan edukasi melalui media massa. Pegadaian Syariah Batusangkar melakukan program edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan syariah di masyarakat berupa kegiatan seminar, mendatangi kelompok masyarakat, menjalankan promosi melalui media sosial (Facebook, Instagram, Zoom dan Youtube), membagikan brosur atau media cetak lainnya dan juga melalui website serta aplikasi digital pegadaian syariah.

Kata Kunci : Strategi, Pegadaian Syariah, Literasi Keuangan Syariah

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin puji beserta syukur penulis ucapakan kepada Illahi robbi yang telah memberikan rahmat, kenikmatan dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat diperkenankan menyelesaikan skripsi ini. Serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad Saw yang merupakan pelita umat sedunia dan sebagai uswatun hasanah bagi umat Islam.

Dengan senantiasa mengharapkan karunia dan pertolongan-Nya, alhamdulillah penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, dengan judul skripsi “Strategi Pegadaian Syariah Dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah Pada Masyarakat Batusangkar (Studi Kasus PT. Pegadaian Syariah Batusangkar)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini juga izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terukur kepada kedua orangtua tercinta, Ibunda “Rasani” dan Ayahanda “Alm. Ridwan”, Kakanda “Liati Irwani” dan Adinda “Nurhalimah” beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril maupun materil demi kelancaran pendidikan yang telah penulis jalani, dan tanpa merasa bosan sedikit pun dengan segenap jiwa dan ketulusan hatinya. Seterusnya ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan Bapak/Ibu Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

2. Dr. H. Rizal, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

(4)

iii

3. Widi Nopiardo, S.EI., M.A selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah beserta staf Jurusan Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar yang telah banyak memberikan dorongan motivasi dan fasilitas belajar kepada Penulis selama mengikuti pendidikan dan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Dr. H. Rizal Fahlevi, S.Ag., M.S.I selaku penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

5. Vicy Andriany, M.ec.Dev selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan kebijaksanaannya, meluangkan waktu, memberikan nasehat serta saran kepada Penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Himyar Pasrizal, SE., MM dan Khairulis Shobirn, SE., MM selaku penguji I dan II

7. Pimpinan dan karyawan Pegadaian Syariah Batusangkar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada Pegadaian Syariah Batusangkar.

8. Semua teman-teman Perbankan Syariah “17” A, B, C, dan D. Spesial untuk sahabat seperjuangan seluruh teman-teman Perbankan Syariah A “17” yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas support dan semangat yang kalian berikan dikala penulis lelah dalam menuyusun skripsi ini. Khususnya kepada “ Debi, Yhanie, dan Yola”.

9. Spesial untuk rekan-rekan Organisasi, terutama seluruh anggota UKM-KSEI At- Tahiyyah “Ekonom Rabbani, BISA!!!”.

(5)

iv

Akhir kata, penulis sekali lagi mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah memberikan bantuan, semoga saja mereka mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada kita semua. Aamiin.

Batusangkar, 30 Juni 2021 Penulis,

Elni Purnama Sari 17 304 010 38

(6)

v DAFTAR ISI

COVER

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR PUSTAKA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Sub Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian ... 7

F. Defenisi Istilah ... 7

BAB II : KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 9

1. Strategi ... 9

a. Defenisi Strategi ... 9

b. Tujuan Strategi ... 10

c. Fungsi Strategi ... 10

2. Tinjauan Tentang Pegadaian Syariah ... 11

a. Pengertian Pegadaian Syariah ... 11

b. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pegadaian Syariah ... 12

c. Dasar Hukum Pegadaian Syariah ... 13

d. Syarat Gadai Syariah ... 14

e. Aspek Pendirian Pegadaian Syariah ... 15

f. Keuntungan Usaha Gadai ... 16

(7)

vi

3. Tinjauan Tentang Literasi Keuangan ... 17

a. Pengertian Literasi Keuangan Syariah ... 17

b. Pentingannya Literasi Keuangan Syariah ... 18

c. Tujuan Literasi Keuangan ... 19

d. Tingkat Literasi Keuangan ... 19

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan ... 20

f. SEOJK No.1/SEOJK.07/2014 tentang Pelaksanaan Edukasi ... 21

Financial Literacy g. Pengukuran Tingkat Literasi Keuangan ... 23

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Latar dan Waktu Penelitian... 27

C. Subyek Penelitian ... 28

D. Instrumen Peneltian ... 28

E. Sumber Data... 28

F. Teknik Pengumpulan Data ... 29

G. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data ... 29

H. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 30

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambara Umum Pegadaian Syariah Batusangkar ... 31

1. Profil PT. Pegadaian Syariah Batusangkar ... 31

2. Logo Pegadaian Syariah ... 32

3. Visi dan Misi PT. Pegadaian Syariah ... 33

4. Struktur Organisasi PT. Pegadaian Syariah Batusangkar ... 34

5. Produk dan Jasa Keuangan PT. Pegadaian Syariah Batusangkar ... 35

B. Hasil dan Pembahasan ... 41

1. Pentingnya Literasi Keuangan Syariah di Tengah Masyarakat ... 41

2. Strategi Pegadaian Syariah dalam Meningkatkan Literasi ... 43

(8)

vii

Literasi Keuangan Syariah Pada Masyarakat

3. Analisis Strategi Pegadaian Syariah dalam Meningkatkan Literasi .... 48 Literasi Keuangan Syariah Pada Masyarakat

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 51 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Perkembangan Aset Keuangan Syariah Indonesia ... 2

Periode 2015-2019 Tabel 1.2 : Total Aset Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvesional ... 5

Tabel 1.3 : Jumlah Nasabah PT. Pegadaian Syariah Batusangkar ... 5

Tabel 3.1 : Rancangan Waktu Penelitian ... 27

Tabel 4.1 : Nama-Nama Pengelola Pegadaian Syariah Batusangkar ... 31

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Logo PegadaianSyariah dan Konevensional ... 33 Gambar 4.2 : Struktur Organisasi PT. Pegadaian Syariah Batusangkar ... 34 Gambar 4.3 : Sosialisasi melalui media sosial ... 44

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Suatu wilayah dikatakan berkembang, terlihat dari segi kesejahteraan ekonomi atau pendapatan rakyatnya, sedangkan warga Indonesia cenderung mencari uang dengan bekerja keras. Banyak orang mengejar finansial dengan antusias di awal dan menurun di tengah. Di Indonesia masyarakatnya masih tergolong masyarakat yang masih tertinggal dalam mengelola keuangan pribadi, hal ini terlihat dari sikap konsumtif yang lebih besar dibandingkan dengan sifat produktifnya. Beberapa pekerja setelah mendapatkan uang yang diperolehnya dipakai dengan berlebih-lebihan tanpa mengelola keuangan dengan lebih efisien dan seringkali mempunyai hutang dimana-mana, maka dari itu lembaga keuangan mempunyai tugas atau peran yang sangat penting dalam memberikan akses keuangan bagi masyarakat. Sebagai umat Islam kita harus memiliki sikap manajemen, terutama di bidang keuangan, hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 15-16 yang berbunyi:

ِبَتِكْلا َنِم َن ْوُفْخُت ْمُتْنُك َّمِماًرِثَك ْمُكَل ُنِ يَب َنُل ْوُسَر ْمُكَءآَجْدَق ِبَتِكْا َلْهَآَي ِهِب ْيِدْهَّي )

15

( هٌنْيِبُّم ٌبَتِك َّوٌر ْوُن ِ َّاللَّ َن ِم ْمُكَءآَجْدَق ¤

ىلق

رْيِثَك ْنَعا ْوُفْحَي َو ِنَم ُ َّاللَّ

ِهِنْذِاِب ِر ْوُّنلا َىلِا ِتَمُلُّظلا َنِ م ْمُهُج ِرْخُي َو ِمَلَّسلا َلُبُس ُهَنا َوْض ِر َحَبَّتا ( ا مِقَتْسُّم طاَرَص َىلِا ْمِهْيِدْهَي َو

)

16

Artinya: “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepada-mu hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan Kitab yang menjelaskan. Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu

(12)

2

pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepda cahaya dengan izin- Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.”. ( Q.S Al-Maidah:15-16)

Surat di atas memberitahu kita agar dapat mengelola atau mengatur kehidupan di dunia ini sebaik mungkin, dan menjalankan segala sumber daya yang telah disediakan oleh Allah SWT secara bertanggung jawab maka dari itu diperlukan ilmu, wawasan, keterampilan dan sikap profesional dalam mengelola segala sesuatu termasuk menggunakan uang (Hafidhuddin, 2003: 1)

Sampai saat sekarang ini sektor lembaga keuangan syariah di Indonesia terus terdapat peningkatan. Hal ini terlihat dari data OJK yang menunjukkan bahwa pada tahun 2019 jumlah aset keuangan syariah di Indonesia sebesar Rp1.468,07 triliun, dengan rincian industri perbankan syariah mencapai Rp538,32 triliun, IKNB syariah Rp105,56 dan pasar modal syariah Rp 824,19. (OJK, 2019).

Tabel 1.1

Perkembangan Aset Keuangan Syariah di Indonesia (dalam triliun)

Jenis industri 2015 2016 2017 2018 2019 Perbankan Syariah 304,0 365,7 435,02 489,69 538,32 IKNB Syariah 64,89 88,69 99,13 97,12 105,56 Pasar Modal Syariah 318,5 439,4 595,61 700,84 824,19 Total 687,39 893,77 1.129,77 1.287,65 1.468,07

Sumber: LPKSI, 2019

Tabel di atas menunjukkan bahwa ada kenaikan aset keuangan syariah pada setiap tahunnya. Maka dari itu dapat dikatakan masyarakat semakin percaya pada lembaga keuangan syariah, Akan tetapi kenaikan aset keuangan tersebut ternyata bertolak belakang dengan pengetahuan masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan syariah. Dari hasil akhir Survey Literasi dan Inklusi Keuangan Masyarakat di tahun 2016 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa indeks literasi dan inklusi keuangan syariah di Indoneasia pada tahun 2016

(13)

3

sebesar 8,1%. Hal itu dapat diartikan bahwa dari 100 orang yang dilakukan survey, yang mengetahui atau memahami terhadap industri keuangan syariah hanya 8 orang. Hasil tersebut berbanding terbalik dengan indeks literasi keuangan konvensional dimana angkanya sebesar 29,5% (OJK, 2017:51). Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wiboh Santoso mengatakan bahwa angka literasi dan inklusi keuangan syariah jauh lebih rendah dari industri keuangan konvensional, dapat dilihat dari data OJK, bahwa literasi keuangan syariah pada tahun 2019 hanya mengalami sedikit kenaikan yaitu sebesar 0,83%

selama tiga tahun, dimana pada tahun 2016 angkanya sebesar 8,1%. Dan di tahun 2019 sebesar 8,93% (Thomas, 2020).

Maka dari itu literasi keuangan merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dengan adanya literasi keuangan pada masyarakat, hal tersebut akan mudah bagi masyarakat untuk memahami tentang produk dan jasa keuangan sagar mereka dapat mengambil keputusan yang baik dan benar dalam mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhannya (Tulasmi, 2020). Maka dari itu untuk meningkatkan literasi keuangan syariah tersebut dibutuhkan strategi dari setiap pelaku usaha jasa keuangan untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah supaya produk dan jasa keuangan syariah dikatahui dan digunakan oleh masyarakat.

Salah satu strateginya yaitu dengan memberikan edukasi dan sosialiasi tentang industri jasa keuangan syariah agar masyarkat dapat meningkatkan pengetahuannya tentang keuangan syariah.

Upaya yang dilakukan oleh OJK dalam meningkatkan literasi keuangan syariah yaitu dengan menerbitkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/

SEOJK.07/2014 tentang Pelaksanaan Edukasi Dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan Kepada Konsumen dan/atau Masyarakat. Pelaksana dari edukasi ini wajib dilakukan oleh PUJK (Pelaku Usaha Jasa Keuangan) kepada konsumen atau masyarakat sebagai program tahunan. Kegiatan tersebut diawasi dan didaftarkan ke OJK, pelaku usaha yang harus melaksankan kegiatan tersebut

(14)

4

yaitu konvensional maupun syariah yang terdiri dari Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Manajer Investasi, Perantara Pedagang Efek, Modal Ventura, Perusahaan Asuransi, Pegadaian, Perusahaan Pembiayaan dan Perusahaan Penjaminan (OJK, 2014).

Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang memberikan pembiayaan dan penyaluran dana kepada masyarakat. Usaha gadai merupakan suatu kegiatan menjaminkan barang berharga kepada pihak tertentu, supaya memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus sesuai kesepakatan antara nasabah dengan lembaga pegadaian (Setiawan, 2017: 37). Perum Pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadaian syariah. Pegadaian Syariah adalah salah satu badan usaha di Indonesia yang memiliki izin secara resmi untuk menyelenggarakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran kepada masyarakat yang dalam melaksankan kegiatannya berpegang terhadap prinsip syariah (Habibah, 2017).

Menurut (Adawiyah, 2018) Pegadaian syariah beropreasi berdasarkan ketentuan hukum Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist, dan juga fatwa Majelis Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Gadai syariah merupakan suatu kegiatan ekonomi baru sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jo. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Peraturan tersebut direspon oleh Dewan Syariah Nasional dengan mengeluarkan fatwa Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.

(15)

5 Tabel 1.2

Total Aset Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional (Dalam Rp miliar)

No Tahun Total Jumlah Aset

Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional

1 2019 11, 253 65,660

Sumber: (OJK, 2019)

Berdasarkan data tabel diatas terlihat sekali perbedaan yang sangat jauh antara jumlah aset pegadaian syariah dan pegadaian konvensional, dengan jumlah aset pada pegadaian konvensional lebih banyak dari pada pegadaian syariah.

Menurut (Tulasmi, 2020) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan dari data statistik bahwa di Indonesia terdapat 6.739.396 nasabah aktif pegadaian konvensional dan 82.846 nasabah aktif pegadaian syariah pada tahun 2019. Ini disebabkan oleh pengguna jasa keuangan pegadaian sebagian besar berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah yang umumnya tidak mengenyam pendidikan tinggi, hal ini dapat menyebabkan pemahaman masyarakat tentang pegadaian syariah masih rendah.

Tabel 1.3

Jumlah Nasabah PT. Pegadaian Syariah Batusangkar

Tahun Jumlah Nasabah Aktif

2019 1291

Sumber: ( Dokumen PT. Pegadaian Syariah Batusangkar)

Tabel diatas adalah jumlah nasabah yang aktif pada PT. Pegadaian Syariah Batusangkar di tahun 2019 dengan jumlahnya yaitu 1291 nasabah yang berasal dari beberapa kecamatan di Tanah Datar. Tanah Datar memiliki ibukota yaitu Batusangkar, Batusangkar ini berada diantara 3 kecamatan, yaitu terdiri dari Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas, dan Kecamatan Sungai Tarab. Dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 37.103 jiwa di Kecamatan Lima

(16)

6

Kaum, 22.505 jiwa di Kecamatan Tanjung Emas, dan 29.958 jiwa di Kecamatan Sungai Tarab. (BPS, 2020).

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas mengenai masalah rendahnya tingkat literasi keuangan syariah di masyarakat dan adanya peraturan OJK yang mewajibkan PUJK untuk melaksanakan kegiatan program edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan syariah, Hal tersebut membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan Judul “STRATEGI PEGADAIAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN SYARIAH PADA MASYARAKAT MASYARAKAT (STUDI KASUS PT.

PEGADAIAN SYARIAH BATUSANGKAR)”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas maka penulis memfokuskan permasalahan penelitian ini pada strategi Pegadaian Syariah Unit Batusangkar dalam meningkatkan literasi keuangan syariah pada masyarakat.

C. Sub Masalah

1. Bagaimana pentingnya literasi keuangan syariah di tengah masyarakat?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan PT. Pegadaian Syariah Unit Batusangkar dalam meningkatkan literasi keuangan syariah pada masyarakat Batusangkar?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pentingnya literasi keuangan syariah di tengah masyarakat.

2. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan PT. Pegadaian Syariah Batusangkar dalam meningkatkan literasi keuangan syariah pada masyarakat Batusangkar.

(17)

7 E. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah wawasan tentang bagaimana strategi Pegadaian Syariah dalam meningkatkan literasi keuangan syariah di masyarakat.

2. Sebagai salah satu untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada jurusan Perbankan Syariah dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada IAIN Batusangkar.

3. Sebagai penerapan bagu penulis terhadap ilmu yang telah di peroleh dan sebagai acuan terhadap penelitian selanjutnya.

Sedangkan luaran dari penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah perpustakaan IAIN Batusangkar.

F. Defenisi Istilah

Supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.

Strategi dalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa istilah strategi adalah seni atau ilmu dalam menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu (Depdikbud, 1997: 199). Strategi yang penulis maksud adalah rencana atau usaha yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Syariah Unit Batusangkar dalam rangka meningkatkan literasi keuangan syariah atau pemahaman terhadap produk dan jasa keuangan syariah di masyarakat sebagaimana diinstruksikan oleh pemerintah melalui Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.07/2014 tentang Pelaksanaan Edukasi Dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan Kepada Konsumen dan/atau Masyarakat.

Pegadaian syariah merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang untuk masyarakat luas dengan penghasilan dari menengah ke bawah dan membutuhkan dana dalam jangka waktu cepat. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari terutama kebutuhan yang sangat

(18)

8

mendesak, seperti biaya pendidikan/sekolah anak, biaya mudik mengunjungi keluarga korban bencana, biaya pengobatan, dan biaya saat memperingati hari besar (Mardiani, 2015: 171).

Literasi Keuangan Syariah merupakan suatu rangkaian proses atau kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah beserta produk dan jasanya, sehingga masyarakat dapat mengelola keuangan dengan baik.

Berdasarkan pengertian diatas, maka yang penulis maksud dari judul skripsi ini adalah: Bagaimana strategi PT. Pegadaian Batusangkar Syariah dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah Pada Masyarakat. Artinya apa program, langkah, atau metode PT. Pegadaian syariah dalam rangka menambah pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan keuangan berbasis Ekonomi Islam.

(19)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Strategi

a. Defenisi Strategi

Defenisi strategi adalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah suatu seni atau ilmu dalam menggunakan sumber daya untuk melaksanakan suatu kebijakan tertentu (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 1997). Strategi adalah suatu kegiatan yang selalu bersifat incremental (meningkat) serta berkesinambungan atau berkelanjutan, yang dilakukan dari sudut pandang diinginkan masyarakat di masa akan datang (Umar, 2001: 31).

Strategi keberadaannya sangat penting dalam mempromosikan suatu produk, karena tanpa strategi yang matang dan tepat apa yang diharapkan tidak akan berhasil walaupun segmentasinya sangat baik.

Strategi merupakan suatu langkah yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan agar tercapai tujuannya. Terkadang tahap-tahap yang harus dijalankan sulit dan berbelit-belit, tetapi ada pula yang lebih mudah (Kasmir, 2006: 171). Strategi yaitu suatu penetapan tujuan dengan waktu jangka panjang yang menjadi acuan suatu organisasi, dan pemilihan mudah terhadap tindakan dan penempatan sumber daya yang dibutuhkan agar tujuan tersebut tercapai (Hanafi, 2003: 136).

Strategi perusahaan merupakan bentuk keputusan dalam suatu perusahaan dalam menentukan dan menyatakan tujuan, makna dari suatu tujuan yang menghasilkan kebijakan utama dan rencana untuk mencapai tujuan serta merinci cakupan usaha yang akan dicapai perusahaan (Alma, 2014: 199).

(20)

10

Maka dari itu, yang dimaksud dengan strategi adalah serangkaian rencana atau serangkaian kegiatan dengan tujuan untuk memfokuskan pada tujuan untuk menghasilkan kebijakan atau merencanakan jangkauan bisnis dalam jangka panjang pada suatu organisasi, serta menyusun bagaimana tujuan itu harus tercapai.

b. Tujuan Strategi

Strategi itu sendiri bertujuan untuk mempertahankan atau meraih posisi yang tinggi atas lawannya. Tujuan suatu strategi adalah tujuan dengan dimensi jangka panjang yang merupakan hasil masa depan.

Misalnya, tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan dalam profitabilitas, pengembalian investasi, posisi kompetitif, kepemimpinan teknologi, tanggung jawab sosial dan pengembangan sumber daya manusia(SDM) (Muclhis, 2007: 213).

c. Fungsi Strategi

Pada dasarnya fungsi strategi adalah untuk membuat strategi yang berdasarkan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan berdarkan tujuan dari awal. Maka dari itu, ada 6 fungsi strategi yang harus dijalankan, yaitu: (Assauri, 2010: 7)

1) Menginformasikan tujuan (visi) yang ingin dicapai kepada orang lain.

2) Menghubungkan serta mengaitkan kekuatan dan keunggulan organisasi dengan peluang dari pesaingnya.

3) Memanfaatkan dan menggunakan keberhasilann yang diperoleh saat ini untuk memeriksa peluang baru menghasilkan sumber daya yang lebih banyak digunakan saat ini.

4) Mengatur dan mengarahkan kegiatan organisasi di masa akan datang.

5) Menjalankan suatu keadaan yang baru dihadapi sepanjang waktu

(21)

11 2. Tinjauan Tentang Pegadaian Syariah

a. Pengertian Pegadaian Syariah

Pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menyediakan jasa pinjaman uang berdasarkan hukum gadai. Pengertian hukum gadai menurut KUHP pasal 1150:

"Gadai merupakan hak yang dimiliki seseorang yang berpiutang atas suatuCharta bergerak’ yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh orang lain atasCnamanya, dan<memberi kuasa kepada orang yang berpiutang untuk mengambil perlunasanGdan barang tersebutTdidahulukan dari orang. berpiutang lainnya; terkecuali benda untuk melelang barang tersebut dan biaya yang sudah disalurkan untuk menyelamatkan setelah barang digadaikan "

(Umam, 2011:2) mengatakan pegadaian adalah lembaga jaminan yang dikenal dalam kehidupan masyarakat, supaya mendapatkan dana untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Pegadaian merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang usahanya di bidang jasa penyaluran kredit/pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai.

Pegadaian syariah adalah lembaga keuangan yang mempersembahkan pelayanan di masyarakat berupa pinjaman uang dimana mereka harus memberikan jaminan berupa barang terlebih dahulu.

Dan teknis operasionalnya disesuaikan dengan prinsip syariah dan tidak ada bunga didalamnya (Setiawan, 2017: 49). Rahn ialah menahan salah satu aset nasabah sebagai jaminan atas pinjaman yang telah diterimanya.

Barang yang ditahan harus mempunyai nilai jual. Dengan demikian, pihak pegadaian mendapat jaminannya untuk dapat mengambil kembali sebagian atau seluruh piutangnya (Antonio, 2011).

Istilah pegadaian dalam fiqh Islam disebut ar-rahn. Secara etimologis ar-rahn berarti tsubut (konstan) dan dawam (abadi,

(22)

12

berkelanjutan). Secara terminologi, ar-rahn adalah menggunakan harta untuk jaminan atas hutang sehingga utangnya dilunasi (dikembalikan) atau harganya dibayar jika tidak dapat dikembalikan. Dalam arti lain, ar-rahn merupakan suatu jenis akad untuk menahan suatu barang sebagai kewajiban hutang (Mardani, 2015: 169).

Menurut penulis pegadaian syariah adalah lembaga keuangan non bank yang memberikan pinjaman berupa uang kepada masyarakat dengan syarat memberikan jaminan berupa barang yang bernilai ekonomi dijalankan sesuai dengan prinsip syariah.

b. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pegadaian Syariah

Dikeluarkannya PP/10 tanggal 1 April 1990 di Indonesia dapat diartikan sebagai pondasi awal berdirinya pegadaian, Disini yang harus dipahami adalah PP/10 menekankan misi yang harus di jalankan pegadaian untuk mencegah riba. Misi tersebut tidak berubah sampai diterbitkannya PP/103/2000 yang menjadi acuan kegiatan usaha Perum Pegadaian hingga saat ini (Mardani, 2015: 188). Terbentuknya pegadaian syariah ini bermula dari fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang bunga bank. Dengan adanya fatwa ini memperkuat terbitnya PP No. 10 tahun 1990 yang menjelaskan bahwa misi yang dijalankan oleh pegadaian syariah yaitu mencegah terlaksananya praktek riba (Setiawan, 2017: 42).

Pegadaian syariah dalam melaksankan operasinya mengacu kepada sistem modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang deselaraskan dengan nilai Islam. Operasi pegadaian syariah itu sendiri dilaksankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah atau Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan usaha lain PT. Pegadaian. Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta diberi nama Unit Layanan Gadai Syariah Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003. Kemudian menyusul pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta pada tahun

(23)

13

yang sama sampai September 2003. Di tahun 2003 ini , 4 Kantor Cabang Pegadaian Syariah Aceh dikonversi menjadi Pegadaian Syariah.

c. Dasar Hukum Pegadaian Syariah

Ar-rahn merupakan suatu perbuatan yang memiliki nilai sosial tinggi dalam membantu kehidupan seseorang. Nilai tolong menolong yang terwujud dari ar-rahn tersebut membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dalam waktu mendesak. Ini adalah tujuan dibolehkannya ar-rahn. Hal ini dinyatakan dalam:

1) Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah ayat 283 yang berbunyi:

ْنِاَف

ىق

ٌةَض ْوُبْقَّم ٌنَه ِرَف ًبِتاَكا ْوُد ِجَت ْمَل َّو رَفَس َلَع ْمُتْنُك ْنِا َو¤

ىق

ُهَّبَر َ َّاللَّ ِقَّتَيْل َو ُهَتَناَمَا َنِمُتْؤا ىِذَّلاِدَؤُيْلَفاًضْحَب ْمُكُضْحَب َنِمَا َمِب ُ َّاللَّ َو

ىق

ُهُبْلَق ٌمِثَا ُهَّنِاَفاَهْمُتْكَّي ْنَم َو

ىق

َتَداَهَّشلااوُبُتْكَتَلا َو

(ٌمْيِلَع َن ْوُلَمْحَت )

283

Artinya: “Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang di pegang. Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (Utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian karena barangsiapa yang menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

2) Al-Hadist

a) HR Bukhari No. 1926, Kitab Al Buyu, Dan Muslim Aisyah r.a berkata” bahwa Rasulullah membeli makan dari seseorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”.

b) HR Bukhari No 1927, Kitab Al Buyu, Ahmad, Nasa’I, San Ibnu Majah “Anas r.a berkata, “Rasulullah menggadaikan baju

(24)

14

besinya kepada seorang Yahudi di Madinah kemudian mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau””.

c) HR Syafi’I dan Daruqutni Abu Hurairah r.a berkata “Rasulullah saw. Bersabda “Barang yang digadaikan itu tidak bolehh ditutup dari pemilik yang menggadaikannya. Baginya adalah keuntungann dan tanggung jawabnyalah bila ada kerugian (atau biaya) (Antonio, 2011).

3) Sumber hukum Rahn dalam ijma’ ulama

Para ulama sepakat bahwa menggadaikan diperbolehkan dan para ulama juga tidak pernah mempertanyakan kemampuan dan landasan hukumnya. Para ulama juga berpendapat bahwa menggadaikan disyaratkan saat sedang tidak berpergian atau saat berpergian. Fatwa MUI tentang Rahn yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 25/DSN-MUI/III/2002, tentang rahn. (Adawiyah, 2018).

d. Syarat Gadai Syariah

Syarat gadai syariah yaitu sebagai berikut: (Surepno, 2018: 179) 1) Pihak yang melakukan gadai harus baliqh (dewasa)

2) Barang yang digadaikan (marhun) harus dapat diperjual belikan dan nilainya seimbang, harus bernilai serta dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan secara fisik, tidak ada keterkaitan dengan orang lain (dalam hal kepemilikan), dan nilai utang harus jelas beserta tanggal jatuh temponya.

3) Adanya ijab qabul antara nasabah dan pihak pegadaian, ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela antara pihak-pihak pelaku akad.

(25)

15 e. Aspek Pendirian Pegadaian Syariah

Pegadaian syariah mempunyai aspek pendirian dalam mewujudkan pegadaian syariah yang ideal. Berikut aspek pendirian pegadaian syariah ini yaitu:

1) Aspek Legalitas

Dalam mendirikan sebuah perusahaan gadai syariah diperlukan perizinan dari pemerintah. Pegadaian mempunyai peraturan pemerintah no. 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Perusahaan Jawatan Pegadaian (PERJAN) menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian (Martono, 2002: 174)

2) Aspek Permodalan

Jika mendirikan lembaga gadai yang berjalan sesuai dengan prinsip syariah dibutuhkan aspek pemodalan. Modal untuk menjalankan perusahaan gadai cukup besar karena selain untuk kebutuhan dana yang akan dipinjamkan kepada nasabah, investasi juga diperlukan untuk penyimpanan barang gadai. Dengan mendirikan perusahaan gadai syariah dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), maka dari itu sangat diperlukan suatu upaya agara saham yang dijual ke masyarakat bisa dalam bentuk pecahan yang dapat terjangkau oleh masyarakat. Berkemungkinan pemegang saham perusahaan gadai syariah melebihi jumlah minimum dan perlu didaftarkan sebagai perusahaan publik (Martono, 2002: 174).

3) Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan aspek yang penting dalam sebuah perusahaan karena sebuah perusahaan gadai bisa bertahan dan beroperasi dengan baik jika nilai barang yang dijadikan jaminan dapat menutupi jumlah pinjaman itu tidaklah mudah. Maka dari itu untuk dapat menyelidiki nilai dari barang yang digadaikan membutuhkan pengetahuan, pengalaman, dan naluri yang kuat. Kualitas sumber daya

(26)

16

manusia (SDM) sangat penting dalam menangani penilaian barang gadai untuk menentukan kesuksesan suatu perusahaan gadai.

4) Aspek Kelembagaan

Aspek kelembagaan sangat diperlukan bagi sebuah perusahaan gadai syariah guna untuk mengawasi, supaya tidak terjadi penyimpangan dari ketentuan syariah. Karena misi dari pegadaian syariah menjauhi riba. Oleh karena itu diperlukan dewan pengawas untuk mengawasi proses operasionalnya mulai dari mobilisasi dan modal dasar hingga penyaluran kepada masyarakat tidak boleh mengandung unsur riba. Serta usaha yang akan dibiayai dari pinjaman gadai syariah merupakan usaha yang tidak dilarang dalam Islam.

5) Aspek Sistem dan Prosedur

Nasabah yang datang ke pegadaian syariah secara umum berasal dari kalangan menengah ke bawah, maka dari itu dibutuhkan sistem dan prosedur gadai syariah yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mempersulit calon nasabah untuk meminjam uang dalam akad hutang gadai berupa al-qardhul hassan dan piutang gadai dalam bentuk al-mudharabah. Penghitung dipisahkan antara mereka yang ingin membuat perjanjian hutang gadai dalam bentuk al-qardhul Hassan dan mereka yang ingin membuat perjanjian hutang dalam bentuk al-mudharabah, tetapi harus fleksibel sedemikian rupa untuk menghindari antrian panjang (Martono, 2002: 174).

f. Keuntungan Usaha Gadai

Perusahaan gadai syariah memiliki tujuan utama dalam melaksanakan usahanya yaitu supaya masyarakat yang kesulitan uang tidak jatuh ke tangan rentenir dimana bunganya yang relatif tinggi.

Pegadaian syariah memberikan pinjaman uang dengan jaminan atas barang-barang berharga. Prosedur di pegadaian syariah sangat mudah dan cepat dan biaya administrasi yang dikenakan juga rendah dari pada

(27)

17

meminjam kerentenir. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan salah satu tujuan Perum Pegadaian dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan motto “menyelesaikan masalah tanpa masalah” (Kasmir, 2011:

231).

Selain itu pegadaian syariah memiliki keunggulan lainnya yaitu pegadaian tidak mempermasalahkan untuk apa uang tersebut digunakan oleh nasabah dan hal ini tentunya bertentangan dengan sektor perbankan yang harus sedetail mungkin tentang penggunaan uang tersebut. Serta sanksi yang diberikan tergolong ringan, jika tidak dapat membayar dalam waktu tertentu yang telah ditetapkan. Sanksi yang paling berat adalah jaminan yang diberikan akan dilelang untuk membayar kekurangan pinjaman yang telah diterima (Kasmir, 2011: 231).

3. Tinjauan Tentang Literasi Keuangan Syariah a. Pengertian Literasi Keuangan Syariah

Menurut OJK (2017) literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri seseorang untuk mengambil keputusan dalam setiap pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan.

Defenisi lain dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) literasi keuangan merupakan suatu kemampuan untuk memahami dan mengetahui konsep dan risiko keuangan, keterampilan keuangan, dan menggunakan pengetahuan dan pemahaman yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keuangan keduanya.

individu dan kelompok (Febrianto, dkk., 2020: 133).

Sedangkan literasi keuangan syariah merupakan Masyarakat yang menggunakan produk dan jasa keuangan syariah diharapkan tidak hanya mengetahui produk dan jasa lembaga keuangan syariah, tetapi masyarakat juga mampu mempelajari dan memanfaatkan produk dan jasa tersebut.

Hadir lembaga keuangan syariah merupakan sebuah langkah untuk

(28)

18

mengalihkan tindakan masyarakat dalam mengatur keuangan agar tercapai kesejahteraan ekonomi. Literasi keuangan syariah mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya kurang baik keuangan syariah menjadi keuangan syariah dengan baik. Literasi keuangan syariah juga dapat didefenisikan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengaplikasikan pemahaman, keterampilan serta sikap keuangan tersebut dalam rangka mengelola sumber daya keuangan yang sesuai dengan ajaran syariat Islam (Rahim, dkk.2016: 33)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan syariah adalah pemahaman masyarakat tentang produk, jasa dan layanan lembaga keuangan syariah serta keterampilan masyarakat dalam mengelola keuangan dengan tujuan mampu mengelola keuangan dengan baik berdasarkan Alquran dan Hadits.

b. Pentingnya Literasi Keuangan

Literasi keuangan sangat penting untuk masyarakat supaya masyarakat bisa menggunakan produk dan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhannya, maka dari itu masyarakat harus bisa mengetahui manfaat serta risiko dari produk yang digunakan, mengetahui hak dan tanggung jawabnya, serta meyakini bahwa produk dan jasa keuangan yang digunakan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang diperoleh oleh masyarakat jika mempunyai literasi keuangan yang baik, yaitu sebagai berikut:

1) Masyarakat dapat mengambil dan menggunakan produk dan jasa keuangan sesuai keinginan dan kebutuhannya.

2) Masyarakat mempunyai kemampuan perencanaan keuangan yang lebih baik

3) Bisa mengetahui lembaga yang baik untuk berinvestasi

Berdasarkan SNLK 2013, seseorang yang dapat disebut well literate jika mempunyai keterampilan dan pemahaman tentang lembaga keuangan,

(29)

19

produk dan layanan, serta kemampuan dalam mengetahui fitur, manfaat, risiko, hak dan kewajiban dari produk keuangan tersebut. Selain itu, masyarakat yang well literate pasti mempunyai pengelolaan keuangan yang lebih baik untuk menunjang kesejahteraan keuangannya. Dengan demikian akan tercipta masyarakat yang well literate dan financially inclusive yang pada akhirnya akan mendukung pembangunan ekonomi.

c. Tujuan Literasi Keuangan

Berdasarkan SEOJK Nomor 30/SEOJK.07/2017 Tujuan literasi keuangan yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam keuangan atau pada seseorang.

2) Mengubah sikap dan tingkah perilaku individu agar pengelolaan keuangannya menjadi lebih tertib dan lebih baik, sehingga dapat memanfaatkan dan menentukan lembaga keuangan sesuai dengan keinginan dan kebijakan masyarakat.

3) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

d. Tingkat Literasi Keuangan

Literasi keuangan mempunyai tujuan untuk masyarakat, yaitu sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan literasi seseorang yang tadinya less literate menjadi well literate.

2) Untuk menaikkan atau memperbanyak jumlah nasabah produk dan jasa keuangan.

Literasi keuangan juga bertujuan untuk memberikan kemudahan terhadap pemahaman dan kepercayaan pada lembaga jasa keuangan, mengenai produk dan jasa keuangan, sehingga masyarakat dapat memilih lembaga keuangan yang baik sesuai dengan kebutuhannya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2014) mengelompokkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia menjadi 4 tingkatan, yaitu sebagai berikut:

(30)

20 1) Well Literatee

Well literate yaitu masyarakat yang mempunyai pemahaman dan kepercayaan mengenai lembaga jasa keuangan, produk pada lembaga keuangan, termasuk aturan, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan produk dan jasa keuangan tersebut.

2) Sufficient Literatee

Sufficient Literate yaitu masyarakat yang hanya memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan layanan keuangan, termasuk karakteristik, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban mengenai produk dan layanan keuangan saja.<

3) Less Literate

Less Literate yaitu masyarakat yang hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.

4) Not Literate

Not Literate yaitu masyarakt yang tidak memiliki pemahaman dan keyakinan tentang lembaga keuangan, dan produk dan layanan keuangan, serta tidak mempunyai keterampilan dalam menggunakan produk dan layanan keuangan tersebut.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan

Menurut hasil Survei Nasional Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan, ada berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan yaitu:

1) Pendidikan, pendidikan sangat mempengaruhi tingkat literasi keuangan seseorang dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat literasi keuangannya.

(31)

21

2) Strata sosial, pengelompokkan kedudukan seseorang sesuai dengan pendapatannya semakin tinggi kelas strata sosialnya maka semakin tinggi pula tingkat literasinya.

3) Kelompok umur, faktor usia mempengaruhi literasi seseorang semakin dewasa kelompok masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat literasi yang dipengaruhi oleh tingkat pola pikir masyarakat.

f. SEOJKkNo. 1/SEOJK.07/2014 TentanggPelaksanaan Edukasi Financial lLiteracyy

Surat edaran yang di kelurakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang penyelenggaraan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan bagi nasabah atau masyarakat, yaitu :

1) Cakupan RencanaaPendidikan

a) PUJKkwajib menyelenggarakan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan bagi konsumen dan/atau masyarakat.

b) Rencana pelaksanaan sebagaimana dimaksuddpada huruf (a) wajib disusun dalam program tahunan yang dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

c) Rencana edukasi?paling kurang memuat hal-hal sebagai berikut:

Pertama: penetapan program kerja edukasi sesuai dengan tujuan, strategi dan|kebijakan PUJK, Kedua: evaluasiPpelaksanaan rencanaa edukasi periode sebelumnya, Ketiga: menentukan kebutuhan biaya dan asumsi iyang digunakan dalam penyusunannrencana pendidikan.

d) PenetapannprogramMkerja edukasi mengacu pada program implementasi Strategi Nasional Literasi Keuangan di Indonesia yang akan disusunn bersama dengan Bidang oEdukasi dan Perlindungan Konsumen, OJK dan PUJK setiap tahun.??

e) Evaluasi pelaksanaan rencana edukasi sebelumnya sekurang- kurangnya memuat: Pertama, perbandingan antara rencana pendidikan sebelumnya dengan realisasinya. Kedua, pencapaianhtujuan yang telah

(32)

22

ditetapkan dan hal-hal yang belum tercapai etermasuk penjelasannya.

Ketiga, penerapan strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan.

Keempat, hambatan yang dihadapi dan upaya penyelesaian masalah.

f) Asumsi biaya yang digunakan setidaknya memuat: Pertama, asumsi makro yang meliputi rata-rata pertumbuhan usaha di masing-masing sektor dan tingkat literasi keuangan tiap sektor terkait. Kedua, asumsi mikro yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan operasional PUJK yang bersumber dari internal ?termasuk biaya dan pelaksanaan-tanggung jawab. usaha sosial (CSR).

2) Pelaksanaan Edukasi

a) Pelaksanaan- edukasi berdasarkan prinsip-prinsip-sebagai berikut:

(1) Inklusif,

Inklusif adalah literasi keuangan harus mencamtumkan semua lapisan masyarakat.

(2) Sistematis dan terukur

Sistematis dan terukur adalah literasi keuangan yang disampaikan secara terstruktur, mudah dipahami, sederhana, dan hasilnya dapat diukur.

(3) Kemudahan akses

Kemudahan akses adalah bantuan dan informasi keuangan yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan mudah dimasukin diperoleh.

(4) Kolaborasi

Kolaborasi adalah menyertakan seluruh pengelola kepentingan secara-bersama-sama dalam melaksanakanliterasi keuangan.

b) Pelaksanaan<edukasi tidak hanya mencakup pemasaran produk dan atau jasa keuangan<yang diusulkan oleh PUJK. Edukasi dilakukan untuk memberikan informasi bersifat dasar dan produk dan layanan keuangan termasuk memberikan pemahaman dan keterampilan mengenai manfaat, beban dan risiko.

(33)

23

c) Kegiatan bersifat memberikan bantuan sosial yang bersifat charity dapat merupakannpelaksanaan edukasi jika kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus.

g. Pengukuran Literasi Keuangan

Literasi keuangan dapat dilihat dari pemahaman dan kemampuan intelektual seseorang mengenai keuangan. Remund mengatakan, ada empat situasi yang paling populer dalam literasi keuangan, yaitu pemahaman dan kemampuan tentang penganggaran, tabungan, pinjaman, dan investasi.

Literasi keuangan secara keseluruhan menakar kemampuan seseorang berhubunga dengan pemahaman tentang nilai tukar mata uang, sifat jasa keuangan, catatan keuangan, dan kegiatan dalam menerbitkan keuangan. Ada beberapa keadaan dalam mengukur literasi keuangan, ialah::>

1) Menyiapkan/menyusun anggaran pendapatan yang hendak diterima.

2) Menyusun/menyiapkan anggaran untuk beban yang akan dikeluarkan.

3) Kebijakan dalam rencana anggran.

4) Mengetahui nilai uang yang sesungguhnya.

5) Mengerti terhadap nilai nominal uang.

6) Pengetahuan mengenai inflasi.

Untuk0mengetahui tingkat literasi=keuangan seseorang dapat diukur dengan pengetahuan sebagai berikut:

1) Pengetahuan seseorang tentang nilai suatu barang dan patokan yang diutamakan dalam hidupnya.

2) Penganggaran, menabung dan cara mengelola uang.

3) Penanganan kredit.

4) Pentingnya asuransi dan perlindungan akan risiko.

5) Dasar-dasar investasi.

6) Perencanaan pensiun.N

7) Memanfaatkan belanja dan membandingkan produk ke mana harus mencari nasihat dan informasi panduan, dan dukugan tambahan.

(34)

24

8) Cara mengenali potensi masalah yang akan di hadapi atas manfaat (pembuatan prioritas).

B. Penelitian yang Relevan*

Berdasarkan review penulis mengenai beberapa hasilopenelitian dan karya ilmiah lainnya, penulis menjumpai beberapa pembahasan terkait dan mendekati pada permasalahan yang penulis teliti. Dimana sejauh yang penulis temui yang telah dibahas sebelumnya oleh:

Dalam jurnal Indra Kusuma Dewi dan Safaah Restuning Hayati,

“Strategi Bank Syariahodalam Meningkatkan Literasi KeuanganiSyariah di Masyarakat (Studi Kasus di BPRS Madinas Mandiri Sejahtera)”, penelitian ini menjelaskan bahwa strategi BPRS Madina Mandiri Sejahtera dalam meningkatkan literasi keuangan syariah di masyarakat adalah dapat dilaksanakan dengan beberapa program, yaitu: pertaman, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, kedua, edukasi melalui media massa, dan ketiga, masyarakat yang datang langsung ke kantor dan BPRS Madina Mandiri Sejahtera melakukan program edukasi secara keseluruhan telah dilakukan berdasarkan dengan Surat Edaran OJK No.1 / SEOJK.07 / 2014 yang dilandaskan pada prinsip inklusif, sistematis dan terukur, kemudian akses, dan kolaborasi. Tingkat literasi keuangan syariah pada masyarakat yang menerima program edukasi dari BPRS Madina Mandiri Sejahtera sebesar 82,42% tercatat dalam kategori tinggi. Kesamaan dengan penelitian penulis sama-sama meneliti literasi keuangan syariah, sedangkan perbedaannya penelitian ini meneliti tentang strategi BPRS Mandiri Sejahtera dalam meningkatkan literasi keuangan syariah di masyarakat, menganalisis penerapan SEOJK No.1/SEOJK.07/2014 tentang pelaksanaan edukasi kepada masyarakat, serta mengetahui tingkat literasi keuangan syariah di masyarakat sedangkan penulis mengkaji strategi yang dilakukan oleh PT.

Pegadaian syariah dalam meningkatkan literasi keuangan.

(35)

25

Dalam jurnal Tulasmi dan Titania Mukti, “Peran Pegadaian Syariah dalam Literasi Keuangan Syariah”, penelitian ini menjelaskan bahwa pegadaian syariah di Yogyakarta telahtmelaksanakan program peningkatan literasi keuangan di masyarakat+walaupun belum seluruhnya dilaksanakan sesuai dengan panduan yang tercantum dalam Standar Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI).

Program tersebut dilaksanakan bersamaan dengan program pemasaran. Informasi yang disampaikan dalam program ini antara lain defenisi produk, mekanisme pemakaian produk, keunggulan dan bahaya, serta jaminancyang diberikan oleh pegadaian syariah untuk setiap produk yang digunakan oleh nasabah. Dan juga membagikan brosur dan leaflet serta menggunakan website dan media sosial untuk meningkatkan literasi keuangan oleh Pegadaian syariah. Persamaan dengan penelitian penulis sama-sama meneliti literasi keuangan syariah, sedangkan perbedaannya adalah penelitianoini mengkaji peran pegadaiangsyariah dalam meningkatkan literasi keuangani syariah.

Wahyu Putra Utama, dengan judulo“Peran=BMT dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Syariah di Masyarakat (Studi Kasus BMT Amanah Umat Taram Kecamatan Harau)”, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peran BMT dalam meningkatkanvcliterasi keuangan syariah dalam masyarakat melakukan sosialisasiosekonomi syariah, memberikan pembekalan berupa pelatihan kolaboratif dengan BMT Indragiri, memberikan arahan dan penjelasan yang lebih mendalam ketika pelanggan memilih produk dan kontrak sesuai keinginan dan kebutuhan pelanggan, serta mengajari nasabah cara mengelola keuangan.

Kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-samakmeneliti tentang literasi keuangan syariah, sedangkan perbedaannyaOyaitu penelitian yang meneliti mengenai peran BMT Amanah Umat dalam meningkatkan literasi keuangan syariah sedangkan penulis tentang strategi yang dilakukan oleh PT.

Pegadaian syariah dalamx meningkatkan literasi keuangan.>>

Amin Hidayat, dengan judul penelitian “Peran OJK (Otoritas Jasa Keuangan)+dalam Meningkatkan Literasi9Keuangan pada Masyarakat Lembaga

(36)

26

Jasa Keuangan (Kajian Kantor OJK Purwokerto)”, hasil penelitian ini menjelaskan bahwa OJK Purwokerto memakai 3 pilar strategi OJK dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat terhadap lembaga jasa keuangan yang terdapat dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia mempunyai 3 pilar, dimana 3 pilar tersebut uraikan dalam 5 program strategis dan 16 program inisiatif, ketiganya merupakan bentuk dasar untuk mewujudkan kesejahteraan- masyarakat Indonesia yang well literate, pilar yang pertama, menggunakan edukasi dan Kampanye Literasi Keuangan Nasional. Kedua, memperkuat infrastruktur literasi keuangan. Ketiga, pengembangan produk dan layanan keuangan. Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama membahas literasi keuangan, sedangkan perbedaannyaXadalah pada penelitian ini mengkaji peran yang dilakukan OJKodalam meningkatkan literasi keuangan, sedangkan penulis tentang strategi yang dilakukanc oleh PT. Pegadaian syariah dalam meningkatkanh literasi keuangan.

(37)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode field research (penelitian lapangan), yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, rinci dan mendalam melalui pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menjelaskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, kegiatan sosial, sikap, keyakinan, persepsi, pemikiran orang secara individu atau kelompok (Noor, 2012: 38), atau suatu proses penelitian yang mendapatkan data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata atau tulisan atau perilaku orang yang diamati untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang permasalahan yang diangkat (Suwandi, 2009: 1).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pegadaian Syariah Batusangkar Jl. Ahmad Yani No. 470 Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan November 2020 sampai Juni 2021.

Tabel 3.1

Jadwal Waktu Penelitian

No

Bulan /

Kegiatan Nov Des Jan-

21 Feb Mar Apr Mei Jun 1 Obeservasi

Awal

2 Pengajuan

Proposal

3 Bimbingan

Proposal

4 Seminar

Proposal

5 Revisi Siap

Seminar

6 Penelitian

(38)

28 7 Pengelolaan

Data

8 Bimbingan

Skripsi

9 Sidang

Munaqasah

Sumber: Berdasarkan hasil pengolahan penulis sendiri C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah pihak-pihak yang dijadikan sampel dalam suatu penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah pimpinan/karyawan pada PT.

Pegadaian Syariah Unit Batusangkar.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah orang melakukan penelitian yaitu peneliti sendiri dengan menggunakan+beberapa alat pendukung. Peneliti kualitatif sebagai Human Instrument, peneliti berperan untuk menentukan fokus penelitian, memilih&informasi sebagai sumber data, menganalisis data dan menyimpulkanB(Sugiono, 2014: 59). Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrument penelitian adalah penulisan sendiri. Peneliti menggunakan beberapa alat pendukung yaitu pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan, guna mendapatkan data dari pihak Pegadaian Syariah Batusangkar. Dan instrumen yang menunjang kelengkapan yaitu buku catatan, pena, dan handphone.

E. Sumber Data

Sumber data yang penulis pakai dalam penelitian adalah sumber data primer, data primer dalam penelitian diperoleh dari Pimpinan/Karyawan Pegadaian Syariah Unit Batusangkar.

(39)

29 F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sudjono, 2010: 30). Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti menemukan suatu masalah yang harus diteliti, dan peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan informan. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Pimpinan/Karyawan PT. Pegadaian Unit Batusangkar.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan produk, letak geografis, sarana prasarana dan struktur organisasi serta dokumentasi foto dengan pimpinan PT.

Pegadaian Syariah Unit Batusangkar.

G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan konsep Miles dan Huberman yang teknis analisis data ini dilakukan saling berhubungan dan berlangsung secara berkelanjutan pada setiap tahap penelitian sampai selesai, yang meliputi tiga tahap yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah suatu bentuk teknik analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan mengorganisasikan data dalam satu cara, dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Kegiatan utama dalam tata aturan kegiatanhdalam analisis data adalah display. Display dalam konteks penelitian yaitu kumpulan informasi yang

(40)

30

telah disusun dan6membolehkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk display data dalam gpenelitian kualitatif yang sering yaitu teks naratif dan kejadian atau peristiwa itu terjadi di masa dahulu.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kegiatan utama dalam analisis data yaitu penarikan$ kesimpulan atau verifikasi. Sejak awal pengumpulanrrdata, peneliti telah mencatat dan memberi makna sesuatu yang dilihatyatau diwawancarainya (Yusuf, 2014, hal.409).

H. Teknik Menjamin Validitas Data

Teknik jaminan keabsahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi merupakan suatu cara dalam penelitian untuk menguji kredibilitas/kevalitan data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Karena yang dicari adalah kata-kata, bukan+tidak mungkin ada kata-kata yang salah yang tidak sesuai dengan apa yang dikatakan dengan kenyataan sebenarnya, sehingga peneliti harus melakukanf triangulasi pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Penulis mendapatkan data dengan wawancara,5kemudian di cek dengan melakukan observasi, atau dokumentasi.

Jika dengan tiga teknik pengujian medapatkan data yang berbeda-beda, maka dari itu peneliti melakukan diskusi lebih lanjut terhadap sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

(41)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT. Pegadaian Syariah Batusangkar 1. Profil PT. Pegadaian Syariah Batusangkar

PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) memilki peran penting atas kehadirannya Pegadaian Syariah di Indonesia. Pada tahun 2002 bulan Mei telah dilaksanakannya kerjasama antara Pegadaian Syariah dengan BMI dimana disini BMI berstatus sebagai investornya. Di Indonesia Pegadaian Syariah sudah berjumlah sekitar 120 kantor cabang. Salah satunya, yaitu Unit Pegadaian Syariah Batusangkar yang kantor pusatnya berada di Jakarta dengan kantor wilayahnya di Pekanbaru serta berkantor cabang di Padang.

Pengadaian Syariah Batusangkar beralamat di pertigaan Jl. Ahmad Yani No.

483 Pincuran Tujuh Batusangkar. Salah satu faktor penyebab didirikannya Pegadaian Syariah Batusangkar yaitu karena belum adanya lembaga keuangan gadai berbasis syariah di Kabupaten Tanah Datar. Pegadaian Syariah Batusangkar mulai beroperasi pada tahun 2009, berikut nama-nama pimpinan Pegadaian Syariah Batusangkar sampai periode saat sekarang ini:

Tabel 4.1

Nama Pimpinan Pegadaian Syariah Batusangkar

No Nama Tahun

1 Yeni Rona 2009-2011

2 Kurnia Sari Devita 2011-2013

3 Fauziah 2013-2014

4 Nurita 2014-2015

5 Dona Arvan Munir 2015-2017

(42)

32

(Sumber: Dokumen Pegadaian Syariah Batusangkar)

2. Logo Pegadaian Syariah

Pada saat ulang tahun yang ke-122 pegadaian mengeluarkan logo baru yang lebih dinamis, tetapi tetap mempertahankan simbol yang lama.

Perbedaan logo yang baru ini terletak pada simbol tiga lingkaran yang saling bersinggungan. Logo yang baru ini memberikan makna mulai dari sejarah awal mulanya pegadaian didirikan sampai perkembangannya, hingga berubah menjadi salah satu lembaga keuangan yang berpedoman pada nilai kerjasama, transparansi, serta kepercayaan. Makna dari simbol tiga lingkaran yang bersinggungan adalah terdiri dari 3 kata yaitu:

pembiayaan gadai dan mikro, emas, dan macam-macam layanan jasa.

Dari simbol berbentuk timbangan mengartikan keadilan dan kejujuran. Dan warna hijaunya mensyaratkan kenyamanan, selalu bangkit dan berkembang melindungi serta menolong masyarakat. Kalimat yang dituliskan pada logo baru terdiri dari percampuran huruf besar dan huruf kecil. Sedangkan pada logo lama tulisannya ditulis lebih tipis, hal tersebut sesuai dengan artinya yaitu: rendah hati, tulus, dan ramah dalam melayani nasabah. Logo pegadaian konvensional dan pegadaian syariah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

6 Musawir Al Fayd 2017-2018 7 Arta Yunita, M 2019-2020 8 Gilang Perdana 2021- Sekarang

(43)

33

Gambar 4.1

Logo Pegadaian Konvensional dan Pegadaian Syariah

Konvensional Syariah

(Sumber: https://www.pegadaian.com)

3. Visi dan Misi PT. Pegadaian Syariah a. Visi

“Menjadikan usaha gadai yang memberikan solusi bagi pengusaha secara dinamis dan membuat bisnis gadai menjadi pimpinan pasar dan mikro yang berbasis fidusia dan menjadi perusahaan yang terbaik bagi masyarakat dari menengah kebawah”

b. Misi

1) Menyediakan pembiayaan yang paling cepat, mudah, aman dan memberikan pembelajaran atau edukasi ke usaha golongan menengah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2) Menjamin persamaan pelayanan dan memberikan prasarana di seluruh pegadaian untuk kemudahan dan kenyaman untuk mempersiapkan diri menjadi pelaku usaha secara regional dan selalu menjadi pilihan pertama bagi masyarakat.

3) Menolong negara dari segi meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari golongan menengah kebawah serta melakukan usaha dengan tujuan menumbuhkan sumber daya manusia.

(44)

34

4. Struktur Organisasi PT. Pegadaian Syariah Batusangkar

Sebuah perusahaan atau lembaga keuangan pasti memerlukan suatu pengorganisasian sebagai salah satu pedoman manajemen. Dengan adanya organisasi dapat membuat suatu perusahaan beroperasi secara baik dan efektif didalam menjalankan tugas dan tanggungjawab pada setiap bagian-bagiannya.

Hal tersebut dapat dilihat dari struktur organisasi yang dibuat oleh lembaga keuangan.

Berikut bentuk struktur organisasi Unit Pegadaian Syariah Batusangkar adalah:

Gambar 4.2

Struktur Organisasi PT. Pegadaian Syariah Batusangkar

(Sumber: Dokumen Pegadaian Syariah Batusangkar) Pengelola

Pegadaian Syariah Batusangkar

Yelviani Kasir

Gilang Perdana Pimpinan

Febri Naldi Satpam

(45)

35

5. Produk Dan Jasa PT. Pegadaian Syariah Batusangkar a. Produk Gadai Syariah (Ar-Rahn)

Gadai syariah merupakan salah satu produk dan jasa gadai yang berpedoman pada prinsip syariah, nasabah yang melakukan pembiayaan hanya dikenakan beban administrasi dan biaya ijarah atau biaya jasa simpana dan pemeliharaan barang yang dijaminkan. Barang yang dijaminkan dapat berupa emas, perhiasan, laptop, barang elektronik lainnya, mobil, sepeda motor, dan lain sebagainya. Transaksi di pegadaian syariah dilakukan dengan praktis, cepat, dan menyenangkan. Berikut keunggulan dari gadai yaitu sebagai berikut:

1) Pelayanan untuk gadai tersedia diseluruh cabang yang ada di Indonesia 2) Proses untuk mengajukan pembiayaan sangat mudah cukup membawa

barang jaminan atau barang berharga lainnya ke pegadaian syariah.

3) Pencairannya yang sangat cepat lebih kurang waktunya 15 menit 4) Dapat melakukan pinjaman dari 50-200 juta atau bisa lebih.

5) Waktu yang diberikan untuk melunasinya maksimal 4 bulan dan bisa diperpanjang dengan syarat membayar jasa pemeliharaannya selama pinjaman.

6) Perlunasan dapat dilakukan kapan saja.

7) Tidak perlu membuka rekening.

8) Dapat menerima pinjaman dalam bentuk tunai atau non tunai

Syarat yang harus dipenuhi saat melakukan gadai, yaitu sebagai berikut:

1) Foto Copy KTP atau identitas resmi lainnya.

2) Membawa barang jaminan berupa emas/berlian, kendaraan dan elektronik.

3) Membawa BPKB dan STNK asli untuk kendaraan bermotor

Gambar

Foto bersama dengan ibuk Yelviani dan Bapak Gilang

Referensi

Dokumen terkait

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia menimbang bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pinjaman dengan

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa literasi keuangan syariah adalah pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh individu terhadap keuangan syariah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi keuangan syariah mahasiswa program studi ekonomi syariah dan perbankan syariah dan pengaruh antara

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah nasabah pada PT Pegadaian Cabang Pegadaian Syariah Setia Budi yang memakai produk EmasKu pada tahun 2016, 2017, 2018 berjumlah

Sedangkan bentuk literasi keuangan syariah yang ditawarkan dalam studi ini yaitu pendampingan dalam mengelola keuangan khususnya bagi mitra dampingan yaitu Penerbit

Salah satu dari lembaga keuangan non- bankadalah pegadaian.Keberadaan pegadaianberada dalam lingkup Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Karena Perum Pegadaian merupakan

Pegadaian syariah yakni lembaga keuangan/devisi dari bentuk pegadaian dengan memberikan uang pinjaman sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Banyak sekali keuntungan

HAMKA PENGARUH LITERASI KEUANGAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN ASURANSI SYARIAH Studi kasus pada masyarakat wilayah Jakarta SKRIPSI Annisa Rahmawati