• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

LAKIP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Republik Indonesia

(2)

LAKIP

Laporan Akuntabilitas Kinerja lnstansi pemerintah Tahun Anggaran 2016

Deputi Bidang Koordinasi

Kerja

sama Ekonomi lnternasionat Kementerian Koordinator Bidang perekonomian

Republik lndonesia

,s-lÍt

tr

, lfi

,il,^tJ

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

B.

Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi ...

C. Aspek Strategis

D. lsu Strategis ...

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A.

Renstra

1

3 5 5 6 o

I

11 11 12 14 15

B.

Renja

2016

...

C.

Perjanjian Kìnerja ...

D.

Pengukuran Kinerja

BAB III AKUNTABILITAS

KINERJA

17

A.

Capaian Kinerja Organisasi

...

17

B. Analisis Capaìan Kinerja Organisasi

..,..,.,....,...

20

C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu

...

35

D.

Realisasi

Anggaran

37

BAB tV

PENUTUP ...

41

LAMPIRAN

Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Manual IKU Tahun 2016

Rincian Koordinasi dan Sinkronisasi Tahun 2016

(4)

KATA PENGANTAR

Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomìan Tahun 2016 merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada public atas kìnerja pencapaian visi dan misinya pada Tahun 2016. Selain itu, Laporan Kinerja juga merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Deputì Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

lnternasional, Kementerìan Koordinator

Bidang

Perekonomian

mengacu

pada

Peraturan Pemerintah Nomor B Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja lnstansi Pemerìntah, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 T ahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja

dan Tata Cara

Reviu

Atas

Laporan Kinerja lnsiansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tanggal 19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

lndikator- indicator kinerja yang diukur dalam Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi

Kerja Sama

Ekonomi lnternasional, Kementerìan Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2016 adalah ind ikator-ind ikator yang tertuang dalam Penetapan Kinerja

(PK)

antara Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi lnternasional, Kementerìan Koordinator Bidang Perekonomian

dan

Menteri Koordinator Bidang Perekonom ia n.

Dengan semangat transparansi

dan

komitmen untuk memberikan koniribusi terbaik, Deputi Bìdang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan terus berupaya membangun kultur organisasi yang lebih transparan dan akuntabel, agar kepercayaan public terhadap Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan semakin meningkat.

(5)

Laporan Kinerja ini diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Jakarta,

Januari 2017

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional,,.

Rizal Affandi Lukman

(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Deputi VII) adalah: “Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi internasional”. Misinya adalah: “Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional”

Sedangkan Tujuannya adalah: “Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional”

Pada tahun 2016 ini Deputi VII, Kemenko Perekonomian telah menetapkan 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU) . Ke-lima IKU tersebut telah ditetapkan oleh Deputi VII dan disetujui oleh Menko Perekonomian dalam Perjanjian Kinerja (PK). Dalam PK Deputi VII tahun 2016 memiliki Sasaran Strategis yang diukur dengan 5 indikator kinerja yaitu :

1) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi yang terselesaikan;

2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA);

3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional.

Pencapaian kinerja rata-rata kegiatan Deputi VII, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Tahun Anggaran 2016 telah berjalan dengan baik. Adapun masing-masing capaiannya sebagai berikut:

1) Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan;

Sepanjang tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional telah menyelesaikan kesepakatan sebanyak 23 kesepakatan dari target yang telah ditetapkan sebanyak 28 kesepakatan. Sehingga realisasinya

(7)

4 mencapai sebesar 82,6% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97%. Salah satu faktor target tidak tercapai adalah adanya pemotongan anggaran dan selfblooking yang dilakukan pada tahun ini.

2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA;

Deputi VII dapat merealisasikan 88,89% dari Pencapaian kesepakatan MEA untuk penguatan daya saing nasional. Dimana capaian kesepakatan MEA meliputi penyelesaian Strategic Action Plan (AEC) Blueprint 2025, penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) paket ke-10 dari 39 pending matters subsektor, dapat diselesaikan 26 sub sektor AFAS 10, dan penyelesaian sertifikasi Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Tourism Professional. Target tahun 2016 sebesar 80%, realisasi mencapai 88,89% , sehingga kinerja mencapai 111%.

3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

Sepanjang tahun 2016, Deputi VII mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 kesepakatan dengan realisasi 24 kesepakatan.

Sehingga realisasinya mencapai sebesar 82,60% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97%.

4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun 2016, Deputi VII mencapai kinerja 104%. Dari 42 rekomendasi monev yang direncanakan, terdapat 37 rekomendasi yang ditindaklanjuti, dengan realisasi 88,10% , dari yang ditargetkan 85%.

5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional.

IKU ini ditetapkan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap kegiatan sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi Internasional. Metode pengukurannya menggunakan kuesioner yang disampaikan langsung kepada peserta sosialisasi.

Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai realisasi 86,80% dari target yang ditetapkan 85% dan menunjukkan kinerja 102% .

(8)

5 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Kinerja disusun sebagai implementasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional telah melakukan penyusunan Laporan Kinerja tahun 2016 sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional.

Kerjasama ekonomi internasional dapat didefinisikan sebagai hubungan antara suatu negara dengan negara atau dengan lembaga internasional lainnya dalam bidang ekonomi, perdagangan maupun investasi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan.

Penyusunan Laporan Kinerja dilakukan selain didasari oleh ketentuan peraturan yang berlaku, juga merupakan perwujudan tekad untuk senantiasa bersungguh- sungguh dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip “good governance”. Laporan Kinerja Tahun Anggaran 2016 ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan sekaligus memberikan informasi tentang hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2016 untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan.

Sebagaimana diketahui bersama, Tahun 2016 sesuai dengan arahan Bapak Presiden, seluruh Kementerian/Lembaga Pemerintah diwajibkan untuk melakukan

(9)

6 penghematan anggaran. Hal ini tentunya berdampak pada realisasi anggaran dan pencapaian kegiatan yang sudah direncanakan pada IKU. Sehubungan dengan kebijakan tersebut, Deputi VII telah mematuhi kebijakan penghematan anggaran dan melakukan selfblooking anggaran sesuai arahan dari Menko Perekonomian.

Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Tugas Pokok

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional diberikan tugas untuk menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional menyelenggarakan fungsi:

(10)

7 a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional;

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi bilateral;

d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi multilateral;

e. koordinasi, sinkronisasi, perumusan, pemberdayaan, dan pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi regional;

f. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional terdiri atas: (a) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia; (b) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah; (c) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik; (d) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional; (e) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan; dan (f) Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut:

(11)

8 Gambar I.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

C. ASPEK STRATEGIS

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis. Perannya sebagai koordinator untuk mengkoordinasikan dan mensinkronkan kebijakan kerja sama ekonomi internasional dan pengendali kebijakan kerja sama ekonomi internasional, perlu menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang dan menyeluruh bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode 2015-2019.

Posisi strategis menjadi arah gerak Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam menentukan Sasaran yang akan dituju. Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah (1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; (2)

DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

Asia

Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Tengah dan Asia

Timur Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Selatan dan Asia

Tenggara Bidang Program dan Tata

Kelola

Bidang Kerja Sama Ekonomi

Eropa

Bidang Kerja Sama Ekonomi

Afrika dan Timur Tengah Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur

Tengah

Bidang Kerja Sama Ekonomi

APEC dan Sub Regional

Bidang Kerja Sama Ekonomi

Pasifik Bidang

Kerja Sama Ekonomi Amerika

Bidang Kerja Sama Ekonomi

Pasifik Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

Amerika dan Pasifik

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

Regional dan Sub Regional

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi

Multilateral dan Pembiayaan

Bidang Kerja Sama Ekonomi

Multilateral

Bidang Kerja Sama Ekonomi

Pembiayaan

Kelompok Jabatan Fungsional

(12)

9 terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan (3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional.

D. ISU STRATEGIS

Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam rangka mengemban tugas dan fungsi untuk melaksanakan arah kebijakan pembangunan nasional maupun program – program prioritas nasional dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan, melalui strategi koordinasi dan sinkronisasi, pengendalian, studi kebijakan/kajian/telaahan dan sosialisasi kerja sama ekonomi internasional. Strategi tersebut merupakan langkah-langkah Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mendorong peningkatan kinerja sektor/lintas sektor menjadi lebih optimal baik dalam pelaksanaan program/kegiatan sektor atau lintas sektor menjadi lebih efektif dan efisien.

Salah satu upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan meningkatkan dan memperkuat kerja sama ekonomi internasional secara lebih luas, baik dalam skema Free Trade Agreement (FTA) maupun partnership.

FTA bagi kebanyakan masyarakat Indonesia adalah negatif dan dianggap sebagai suatu ancaman, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Indonesia dapat memilih FTA, skema-skema FTA yang dianggap tepat dan dapat menguntungkan Indonesia. Jadikan FTA sebagai peluang dan tantangan bagi Indonesia untuk memperluas pergaulan global dan mengambil manfaat ekonomi yang seluas- luasnya untu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Peningkatan pengelolaan sektor/lintas sektor dimaksud diharapkan dapat memberikan manfaat peningkatan produktivitas bagi sektor/lintas sektor bidang kerja sama ekonomi internasional. Untuk itu, fokus Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam upaya menuju sasaran strategis adalah :

a) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bilateral;

b) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Multilateral;

c) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Regional.

(13)

10 Sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah antara pusat dan daerah serta pola pikir masyarakat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global dan juga integrasi ekonomi ASEAN. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang tepat dan berbagai kebijakan serta perbaikan regulasi yang mendukung program-program penguatan dibidang-bidang yang strategis.

Sinergitas antar Kementerian dan Lembaga juga perlu dioptimalisasikan, sehingga perumusan dan strategi yang dibuat sebagai modal untuk terjun di pasar global dapat memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai perundingan di forum Internasional.

(14)

11 BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Sesuai tugas pokok dan fungsi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu lebih dari 1 (satu) tahun, dengan memperhitungkan potensi dan peluang, serta kendala yang ada.

Renstra Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, serta pencapaian tujuan dan sasaran diuraikan dalam bab ini. Sedangkan terkait sasaran yang akan dicapai dalam tahun 2016 dijelaskan dalam Rencana Kerja (Renja) 2016.

A. RENCANA STRATEGIS

1. VISI

Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah:

“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi

internasional”

2. MISI

Misi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah :

“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di bidang

kerja sama ekonomi internasional”

3. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam koordinasi kerja sama ekonomi internasional adalah:

“Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional”

(15)

12 4. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis yang ingin dicapai Kedeputian Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam rangka mewujudkan tujuan, terkait dengan“ Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional”, ditunjukkan dengan sasaran strategis 1, 2 dan sasaran strategis 3, yaitu:

(1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional;

(2) terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional;

dan

(3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional.

B. RENCANA KERJA 2016

Untuk mewujudkan sasaran strategis telah ditetapkan Rencana Kerja Tahun 2016 dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan :

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral & Pembiayaan

2) Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan:

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amrika & Pasifik

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah

Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional

Koordinasi dan sinkronisasi KSEMultilateral & Pembiayaan

3) Terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan:

(16)

13

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & Timur Tengah

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral & Pembiayaan Untuk lebih jelasnya rencana kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun 2016

Program Sasaran Strategis Kegiatan Anggaran Awal Anggaran Setelah Pemotongan

Koordinasi Kebijakan di Bidang Perekonomian

Terwujudnya kordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerja sama ekonomi internasional

 Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia

Rp. 2.510.000.000,- Rp. 1.879.787.000,-

 Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik

Rp. 938.200.000,- Rp. 576.420.000

 Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah

Rp. 2.138.000.000,- Rp. 1.514.398.000,-

 Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional dan Sub Regional

Rp. 2.870.170.000,- Rp. 2.270.050.000,-

 Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral dan pembiayaan

Rp. 2.029.830.000,- Rp. 1.335.424.000,-

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi

internasional

 Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Asia

Rp. 155.000.000,- Rp. 61.400.000,-

 Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Amerika & Pasifik

Rp. 951.400.000,- Rp. 297.145.000,-

 Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah

Rp. 295.000.000,- Rp.108.484.000,-

 Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Regional & Sub Regional

Rp. 72.000.000,- Rp. 38.172.000,-

 Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Multilateral & Pembiayaan

Rp. 350.000.000,- Rp. 30.369.000,-

Terwujudnya pemahaman peserta

atas materi

 Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia

Rp. 135.000.000,- Rp. 119.750.000,-

 Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik

Rp. 110.400.000,- Rp. 84.515.000,-

 Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & Timur Tengah

Rp. 217.000.000,- Rp. 27.081.000,-

(17)

14

Program Sasaran Strategis Kegiatan Anggaran Awal Anggaran Setelah Pemotongan

sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi

internasional

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional

Rp. 303.000.000,- Rp. 184.080.000,-

Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral &

Pembiayaan

Rp. 325.000.000,- Rp. 258.275.000,-

TOTAL Rp. 13.600.000.000,- Rp. 8.979.600.000,-

Pagu awal Deputi VII tahun 2016 sebesar Rp13.600.000.000,- (sesuai dengan pagu anggaran di dokumen Perjanjian Kinerja). Setelah dikurangi pemotongan anggaran

& self blocking, total pagu anggaran Deputi VII menjadi 8.979.600.000,-. Karena itu pagu anggaran yang digunakan dalam laporan kinerja Deputi VII adalah pagu setelah pemotongan & self blocking.

C. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.

Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional ditetapkan hanya hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana, kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan dengan level

(18)

15 organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator kinerja dan target tahunan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan indikator kinerja utama tingkat Eselon I (Deputi VII) yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran Renstra. Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 IKU Deputi VII Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerja sama ekonomi

Internasional

Persentase (%) kesepakatan kerja sama

ekonomi internasional yang terselesaikan 85 % Persentase (%) rekomendasi hasil

penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA

80%

Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi Internasional

Persentase (%) kesepakatan kerja sama

ekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85%

Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti

85%

Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi

internasional

Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama

ekonomi internasional 85%

D. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 dilakukan dengan cara perbandingan antara realisasi dengan target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016.

Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan

(19)

16 membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO.

Formula penghitungan NKO adalah sebagai berikut :

NKO =

Realisasi

×

100%

Target

Mekanisme pengelolaan dan pengukuran kinerja Deputi VII berpedoman pada Permenko No. 9 Tahun 2015 terkait PK, IKU dan metode pengumpulan data kinerja.

Alat bantu pengelolaan kinerja individu menggunakan sistem informasi dalam //situkin.ekon.go.id dan //skp.ekon.go.id. Pengukuran kinerja mengikuti arah cascading IKU level yang lebih tinggi.

(20)

17 BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah dapat memenuhi sasaran strategis, sebagaimana yang dibebankan dan merupakan pelaksanaan dan tugas utama organisasi. Sasaran strategis organisasi yang dapat diwujudkan sesuai target yang ditetapkan dalam meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerjasama ekonomi internasional; pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional.

Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berkoordinasi dengan beberapa instansi pemerintah terkait seperti, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan instansi terkait lainnya. Selain itu, partisipasi pelaku bisnis juga dilibatkan melalui koordinasi dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di bidang kerjasama ekonomi internasional.

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut:

(1). Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi yang terselesaikan.

Target rekomendasi kesepakatan yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar 85%

dari 28 kesepakatan yang ada di wilayah kerja masing-masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 23 kesepakatan. Berdasarkan hasil tersebut, apabila dipresentasekan realisasi tahun 2016 adalah sebesar 82.60% dari target 85%

(21)

18 sehingga mempunyai kinerja 97%. Kinerja yang tidak mencapai 100%

dikarenakan terdapat beberapa pertemuan bilateral yang ditunda pelaksanaannya dan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerja.

(2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA;

Pada IKU semester kedua di tahun 2016, presentase rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA mampu merealisasikan 88,89% yang terdiri dari penyelesaian Strategic Action Plan (AEC) Blueprint 2025, penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) paket ke-10 dari 39 pending matters subsektor, dapat diselesaikan 26 sub sektor AFAS 10, dan penyelesaian sertifikasi Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Tourism Professional. Sehingga target tahun 2016 sebesar 80% dan capaian 88,89% atau mempunyai kinerja 111%.

(3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

Sepanjang tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 kesepakatan dengan realisasi 24 kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 82,60% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97%.

(4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun 2016, Kedeputian VII mencapai kinerja 104%. Dari 42 rekomendasi monev yang ditargetkan dapat ditindaklanjuti, terdapat 37 rekomendasi yang telah ditindaklanjuti, dengan realisasi 88,10% dari target 85%.

(22)

19 (5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama

ekonomi internasional.

Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai realisasi 86,80% dari target yang ditetapkan 85% dan menunjukkan kinerja 102%. IKU ini ditetapkan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan pada tahun 2016. Metode pengukurannya menggunakan kuisioner yang disampaikan kepada peserta sosialisasi.

Capaian Kinerja Deputi VII pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Deputi VII tahun 2016

SS Indikator Kinerja Target

2016

Realisasi 2016

Kinerja

% Terwujudnya Koordinasi

dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Kerja Sama Ekonomi

Internasional

Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi

internasional yang terselesaikan 85% 82,60% 97%

Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA

80% 88,89% 111%

Terwujudnya

pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi internasional

Persentase (%) kesepakatan kerja sama

ekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85% 82,60% 97%

Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti

85% 88,10% 104%

Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional

Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi

internasional 85% 86,80% 102%

(23)

20 Grafik 3.1 Capaian Kinerja Deputi VII Tahun 2016

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Hasil-hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional mencakup hal-hal yang dituangkan dalam bentuk agreement / memorandum of understanding / agreed minutes / joint statement, dimana perjanjian tersebut mempunyai dampak perdagangan, investasi dan pembiayaan. Sedangkan hasil dari pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi internasional berupa rekomendasi untuk tindaklanjut kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Capaian kinerja Deputi bidang koordinasi kerja sama ekonomi internasional berhasil dicapai melalui rapat-rapat koordinasi, penyelenggaraan pertemuan internasional, focus group discussin (FGD) antar Kementerian/Lembaga dan stakeholder terkait serta menerapkan mekanisme pembagian kerja dan pertukaran infomasi yang dilakukan melalui rapat internal dan komunikasi serta sharing data melalui email dan media komunikasi lainnya.

Secara rinci capaian atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut:

(1). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan.

(24)

21 Kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan adalah kesepakatan yang disetujui/ditandatangani dalam pertemuan/perundingan kerja sama ekonomi internasional yang dikoordinasikan oleh Kedeputian VII.

Target kesepakatan yang terselesaikan pada tahun 2016 sebanyak 28 kesepakatan yang ada di wilayah kerja masing-masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 23 kesepakatan. Berdasarkan hasil tersebut, realisasi tahun 2016 adalah sebesar 82.60% dari target 85% sehingga mempunyai kinerja 97%.

Kinerja yang tidak mencapai 100% dikarenakan terdapat beberapa pertemuan bilateral yang ditunda pelaksanaannya dan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerja.

Jumlah 23 target kesepakatan yang terselesaikan dengan negara-negara dan lembaga-lembaga internasional yaitu dengan negara Korea Selatan, China, Singapura, Timor Leste, Papua Nugini, IA- CEPA, Amerika Serikat, Rusia, Iran, G20, JCM, JICA, ASEAN, BIMP-EAGA, APEC, dan IMT-GT. Sementara kesepakatan yang belum tercapai di tahun 2016 adalah kesepakatan dengan Jepang. Tertundanya pelaksanaan Pertemuan Joint Committee on Economic and Industry RI-Japan karena Jepang masih memprioritaskan penyelesaian masalah bea masuk 11 post tarif otomotif CBU dari Jepang, sedangkan Indonesia mensyaratkan penyelesaian bea masuk 11 post tarif tersebut bersamaan dengan akses pasar produk kategori R&Q (produk pertanian dan prikanan) dari Indonesia ke Jepang.

Kesepakatan yang telah terselesaikan dalam kerja sama ekonomi bilateral diantaranya adalah

1. Working Level Task Force RI – South Korea, yang menghasilkan kesepakatan pada bidang Trade & Investment, Industry Cooperation and Green Cars, Energy, Agriculture, Forestry, Fisheries, Environment, Policy & Development Financing, Infrastructure, Defense Industry, dan Creative Industry.

2. The Senior Official’s Meeting of High Level Economic Dialogue RI- China,yang menghasilkan dokumen berupa agreed minutes yang telah disepakati dalam hal

(25)

22 komitmen kedua pihak untuk mencari solusi dalam rangka mengurangi defisit neraca perdagangan yang dialami oleh Indonesia menuju perdagangan yang berimbang dan berkelanjutan, meningkatnya investasi RRT ke Indonesia, pembangunan kawasan industry di Indonesia dan pembangunan proyek infrastruktur strategis, pemanfaatan hibah RRT untuk pengembangan infrastruktur, dan kerjasama proyek-proyek energi.

3. Pertemuan Presiden RI ke Washington DC menghasilkan kesepakatan bisnis dalam bidang pembangkit listrik tenaga gas, teknologi Infromatika dan remanufactured. Kesepakatan diantara kedua negara tersebut yaitu :

- Pembangunan pembangkit listrik tenaga gas 100 MW di Gorontalo kerjasama dengan General Electric dan PLN senilai USD 100 juta telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada bulan Juni 2016.

- Pembangunan pabrik pemanis buatan di Cikande, pakan ternak di Pasuruan dan Boyolali oleh Cargill dengan total nilai investasi USD 120 juta.

- Pembangunan fasilitas remanufactured di Cileungsi Bogor oleh Caterpillar senilai USD 12 juta.

- Google telah melakukan pelatihan bagi developer IT di Indonesia dan memberi pelajaran di berbagai universitas untuk pengembangan sistem Android. Google juga meluncurkan program Gapura untuk membantu UKM di Indonesia

- Apple akan membangun tiga research center di Indonesia, dan research center pertama akan dibangun Jakarta tahun 2017.

4. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-11 RI- Rusia menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam Agreed Minutes of the Eleventh Session of Indonesia does Russian Joint – Commission on Trade, Economic, and Technical Corporation.

Kesepakatan yang dicapai antara lain :

- Kerjasama Transportasi dan Infrastruktur dimana kedua belah pihak sepakat mengembangkan proyek pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan Timur termasuk pengiriman mahasiswa Indonesia untuk belajar perkeretapian di beberapa universitas di Federasi Rusia serta kerjasama

(26)

23 code-share arrangement antara Garuda Indonesia dengan Aeroflot-SU dalam skema Sky Team Alliance.

- Kerjasama Budaya dan Pariwisata telah disepakati untuk memperkuat berbagai kerjasama strategis antara kedua negara, antara lain pengembangan kerjasama melalui acara kebudayaan, program pertukaran pemuda dan program budaya, promosi people – to – people contacts, usulan kerjasama dibidang marketing pariwisata, infrormasi terkait bebas visa untuk meningkatkan kunjungan wisatawan antar kedua negara, kerjasama pengembangan sumber daya manusia di sektor pariwisata; serta tawaran investasi di berbagai destinasi wisata baru di Indonesia.

5. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-12 RI- Iran menghasilkan kesepakatan di bidang perdagangan, industri, investasi, infrastruktur, energi, perbankan dan keuangan dan kerjasama strategis lainnya yang tertuang pada Agreed Minuted SKB ke-12 Indonesia-Iran. Kesepakatan yang dicapai antara lain :

- Pentingnya pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) untuk memfasilitasi perdagangan dan mendorong peningkatan hubungan dagang yang berkelanjutan

- Pentingnya implementasi dari kesepatakan yang telah dibuat sebelumnya dalam bidang perdagangan, pertukaran informasi, pertukaran pengetahuan dan ahli, serta menyepakati pentingnya pertukaran delegasi bisnis untuk menghadiri event perdagangan yang diselenggarakan masing-masing kedua Negara

- Meningkatkan hubungan dagang melalui peningkatan ekspor dan impor dari masing-masing negara diberbagai sektor perdagangan

- Pentingnya kerja sama dibidang standardisasi, kepabeanan, serta kerjasama antar kamar dagang untuk memfasilitasi perdagangan kedua Negara

- Selain itu, Kedua belah pihak juga membahas kerja sama dibidang Industri.

Kedua Belah Pihak membahas usulan dari beberapa perusahaan dimasing- masing negara yang berencana untuk melakukan kerja sama dibidang Industri.

(27)

24 - Selanjutnya dibahas pula rencana penandatangan MoU antara Export Development Bank of Iran (EDBI) dan Indonesian Eximbank, pembentukan forum policy dialogue, pengembangan kapasitas, serta usulan-usulan paymen arrangement oleh kedua belah pihak

- Kedua belah pihak mencatat upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk mencari solusi bersama atas permasalahan skema pembayaran kedua Negara

- potensi kerjasama dibidang transportasi untuk mendorong people-to-people contact, pariwisata dan pertumbuhan ekonomi melalui kerjasama dibidang penerbangan langsung, logistik, perkeretaapian, perkapalan dan maritim.

6. Kerjasama Ekonomi Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) menghasilkan kesepakatan pembukaan jalur penerbangan dari Medan- Sabang sebagai bagian dari rencana pembukaan jalur penerbangan Sabang- Phuket – Langkawi, pembukaan jalur penerbangan Medan – Alor – Selatar , kesepakatan bersama pada Comprehensive Review IMT-GT dalam beberapa sektor seperti pariwisata, pertanian dan industri.

7. Kerjasama Ekonomi Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area (BIMP – EAGA) menghasilkan kesepakatan yaitu Joint Ministerial Statement 20th BIMP-EAGA, BIMP-EAGA Vision 2025 yang menetapkan visi misi BIMP – EAGA 2025 serta proyek-proyek infrastruktur prioritas, dan legalisasi BIMP Facilitation Centre (BIMP-FC) .

8. KTT G-20 pada September 2016 di Hangzhou RRT menghasilkan G20 Leaders Communique Hangzou Summit yang merupakan pernyataan bersama para kepala negara/pemerintahan anggota G20 untuk mengedepankan agenda inovasi, revolusi industri baru dan ekonomi digital sebagai penggerak baru bagi pertumbuhan ekonomi global dalam jangka menengah dan panjang. Komitmen yang disepakati antara lain:

- Reformasi struktural melalui inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perbaikan tata kelola ekonomi yang inklusif dan efektif

- Memperpanjang komitmen anti proteksionisme hingga akhir 2018

(28)

25 - Implementasi agenda reformasi perpajakan internasional (base erosion and profit shifting dan automatic exchange of information) segera dan tepat waktu - Pengesahan G20 2017-2018 Anti Corruption Action Plan

- Diversifikasi pembiayaan infrastruktur melalui keterlibatan Multilateral Development Banks (MDBs)

(2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menghasilkan beberapa rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yaitu :

- Penyelesaian Strategic Action Plan (SAP) AEC Blueprint 2025.

Terselesaikannya 4 measures dalam SAP AEC Blueprint 2025 (Investment, Intellectual Property Right, Trade in Services dan Trade in Goods) dan telah dilakukan Endorsement atas SAP AEC Blueprint 2025 secara ad- referendum oleh Menko Perekonomian selaku Ketua AEC Council Indonesia pada saat KTT ASEAN ke-28 & 29, bulan September 2016.

- Penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) Paket ke-10, dari 39 pending matters subsektor, telah diselesaikan 26 sub sektor, sehingga sub-sektor yang masih pending sebanyak 13 sub sektor.

- Penyelesaian Sertifikasi MRA on Tourism Professional yang berdampak pada bertambahnya pemegang sertifikat MRA on Engineering Indonesia menjadi 747 orang dan MRA on Architect menjadi 90 orang dan telah disahkannya Sertifikasi MRA on Tourism Professional.

(3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti.

Sepanjang tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak

(29)

26 28 kesepakatan dengan realisasi 24 kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 82,60% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97% dibawah 100% dikarenakan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerja.

Tindak lanjut kesepakatan dalam kerjasama bilateral diantaranya adalah :

Tindak lanjut dari kesepakatan Working Level Task Force RI - Korea Selatan: (1) terlaksananya komitmen investasi senilai USD 18 Milyar, dan Pembangunan Cilegon Steel Cluster Project oleh POSCO dengan kapasitas produksi 10 juta ton, serta komitmen investasi Lotte Group di Sektor Petrohemical, e-commerce dan industri entertainment. (2) Anti Dumping Produk Baja Korea ke Indonesia.

Tersusunnya dokumen agreed minutes dan kesepakatan isu-isu yang di tanda tangani dan di bahas dalam pertemuan tingkat tinggi HLED RI- China sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yaitu The Senior Official's Meeting of High Level Economic Dialogue RI-China.

Tindak lanjut dari pertemuan High Level Economic Dialogue (HLED) RI- China ke-2 tanggal 9 mei 2016 yaitu (1) Mengaktifkan kembali joint expert group antara Indonesia dan RRT untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan seperti melakukan kajian dan pembahasan teknis bilateral mengenai strategi mengatasi permasalahan perdagangan Terkait hambatan akses pasar, guna meningkatkan kualitas dan kuantitas nilai perdagangan antara kedua negara, (2) Pemerintah RRT akan melakukan pertukaran informasi maupun capacity building kepada para eksportir Indonesia terkait dengan persyaratan dan kebijakan perdagangan di RRT.

Terlaksananya Pembangunan Kendal Industrial Park yang menjadi Landmark Kerjasama RI & Singapura di Bidang Investasi dalam Working Group on Investment, terlaksananya Single Package Tourism and Promotion dan kerjasama Cruise Tourism, terlaksananya Pemagangan tenaga perhotelan dan care givers di Singapura yang merupakan hasil dari

(30)

27 tindaklanjut kesepakatan The Senior Official's Meeting of Six Bilateral Economic Working Group RI – Singapura.

 Tersusunnya pembahasan Transportasi Udara rute Kupang-Dili, Kupang- Darwin, dan Kupang-Dili-Darwin, dalam kerangka kerjasama bilateral maupun trilateral. (Catatan: Sriwijaya Air telah siap mengoperasikan, tinggal menunggu persetujuan), terlaksananya pembahasan Transportasi Darat Kupang-Atambuia-Dili PP, tersusunnya Implementasi dan Pembentukan Task Force on DRIEA diintegrasikan ke kerjasama trilateral (perhubungan, peternakan, dan people to people link) sebagai tindak lanjut dari kesepakatan Trilateral Working Group Indonesia-Timor Leste-Australia.

Terlaksananya First Meeting of Government Task Force Team for Supporting Indonesia Steel Industry Development (RI-Korea) sebagai tindak lanjut hasil kunjungan Presiden RI ke Seoul Korea Selatan tanggal 16 Mei 2016 yakni mengenai Komitmen Pembangunan Kluster Industri Baja oleh Krakatau Steel dan POSCO dengan kapasitas produksi sampai dengan 10 juta ton di Cilegon.

 Terlaksananya rapat koordinasi terkait kunjungan kerja RI ke Australia, Rakor tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat di Kementerian Luar Negeri, dimana tiga isu yang menjadi pending matters adalah kerja sama Red Meat and Cattle dalam rangka ketahanan pangan untuk pemenuhan kebiltuhan daging di dalam negerì, mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang akan dimasukkan dalam kerja sama bisnis, kerjasama MoU skill exchange dan pending matters lainnya.

Tindaklanjut dari Pertemuan Working Group (WG) on Trade, Investment and Industry Indonesia-Rusia yaitu

a). Penandatanganan MoU antara PT. KAI dengan Russian Railways tentang Pengembangan Pembangunan Rek Kereta Api tanggal 7 Juni 2016. Russian Railways melakukan kunjungan lapangan dalam rangka pembangunan rel kereta api dari kota Medan ke Danau Toba tanggal 25-30 Juli 2016;

(31)

28 b). PT LEN akan melakukan kunjungan ke Moskow Rusia dalam rangka membahas kerja sama pemasaran produk radar Rusia sebagai agen tunggal di Indonesia;

c). Penandatanganan MoU antara PT. Pertamina dan Rosneft tentang pembangunan kilang minyak di Tuban pada tanggal 26 Mei 2016. Saat ini kedua perusahaan sedang melakukan pembuatan Feasibility Study yang didanai oleh Rosneft.

Guna mendukung kesepakatan yang telah dilakukan oleh Kepala Negara maupun Menteri dalam kerjasama ekonomi regional dan sub regional, maka beberapa tindak lanjut yang telah dilaksanakan antara lain:

 Mengkoordinasikan Penyelesaian Strategic Action Plan (SAP) AEC Blueprint 2025. SAP AEC 2025 dari Blueprint 2025 juga mengakomodir kepentingan Indonesia dalam rangka mengintegrasikan perekonomiannya di ASEAN kedalam integrasi yang lebih dalam dan luas;

 Mengkoordinasikan penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) Paket ke 10 periode 2016 serta ASEAN Trade in Goods (ATIGA) pada isu trade facilitation. Liberalisasi sektor jasa di ASEAN sekaligus mendorong peningkatan kualitas produk jasa di Indonesia yang berdampak meningkatkan daya saing di Indonesia;

 Penyelesaian Struktur National Coordinator Coordinating Committee (NCCC) pada Master Plan on ASEAN Connectivity. Kemenko Perekonomian berperan sebagai NCCC dalam mengkoordinasikan konektivitas ASEAN di Indonesia.

 BIMP-EAGA dan IMT-GT Strategic Planning Meeting. Yang dihasilkan dari kegiatan ini yaitu 1) Melakukan comprehensive review terhadap kerjasama IMT-GT selama 22 tahun pembentukannya; 2) menyusun strategic plan 2016- 2037; 3) menyusun IB 2017-2021 hasil dari ketiga kegiatan di atas akan dilaporkan kepada para Menteri dalam Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT bulan September 2016; (4) Review implementasi proyek dalam Implementation Blueprint 2012-2016; (5) Review fokus kerja sama dalam rangka penyusunan BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025; dan (6) identifikasi proyek prioritas dalam BEV 2025.

(32)

29

 Tindaklanjut Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke 22, yaitu (1) Penyusunan Dokumen IMT-GT Vision 2036; (2) Identifikasi proyek-proyek prioritas yang akan masuk dalam Implementation Blueprint 2017-2021

Pada kerja sama ekonomi multilateral, kesepakatan yang ditindaklanjuti dari Registrasi Proyek JCM ID004, ID005, ID006 berupa Credit Issuance JCM dari 2 proyek JCM yang telah teregister dimana akan ada pembahasan mengenai upaya negosiasi penambahan proporsi kredit karbon yang diterima oleh Pemerintah Indonesia atas kredit karbon yang diterbitkan dari proyek JCM.

Selain itu tindak lanjut pertemuan Menteri Energi G20 yaitu 1) Sebagaimana disebutkan dalam Beijing Communique, pencarian negara partner bagi proses peer review terkait Inefficient Fossil Fuel Subsidies; 2) Koordinasi dengan K/L terkait untuk penyusunan posisi, khususnya komitmen di G20 terkait penghapusan subsidi tahun 2025. Pada pertemuan Menteri Perdagangan G20 tindak lanjut yang disepakati yaitu perlunya mempercepat proses ratifikasi Trade Facilitation Agreement (TFA), mengingat dalam pernyataannya para Menteri Perdagangan G20 menyebutkan komitmen penyelesaian TFA sampai akhir tahun 2016.

(4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti;

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan untuk memonitor pelaksanaan kebijakan yang telah disepakati berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan juga merupakan umpan balik terhadap kebijakan yang dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan efektifitas kegiatan dan efisiensi sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan program kegiatan.

Kegiatan monev yang dilakukan pada kerja sama ekonomi bilateral umumnya bertujuan untuk menggali potensi investasi dan perdagangan yang ada di masing-masing provinsi maupun kabupaten. Sedangkan monev yang

(33)

30 dilakukan pada kerjasama regional dan multilateral untuk meninjau kesesuaian proyek/program kerjasama dengan kesepakatan pada perjanjian dibidang kerja sama ekonomi regional dan multilateral.

Pada hasil pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2016, Kedeputian VII mencapai kinerja 104%. Dari 42 rekomendasi monev terdapat 37 rekomendasi yang ditindaklanjuti, sehingga realisasi mencapai 88,10% dari target 85% .

Beberapa rekomendasi hasil monev Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Internasional yaitu :

 Monitoring dan Evaluasi Terhadap Implementasi Hasil Kerjasama Krakatau Steel-POSCO di Cilegon, Banten, merekomendasikan: (1) Perlu adanya payung hukum dalam upaya mendukung dan melindungi industri baja nasional terhadap masuknya produk baja dari luar negeri dengan harga yang lebih murah (adanya indikasi dumping). (2) Pemerintah perlu melakukan peninjauan kembali terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan terkait lainnya (antara lain Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas) yang mengatur mengenai pengenaan bea masuk dalam wilayah Free Trade Zone (FTZ).

 Monev produk Perikanan di Bitung, Sulawesi Utara dalam rangka implementasi MEA. Menghasilkan rekomendasi (1) Perlu adanya standarisasi produk perikanan, utamanya produk ikan tuna dimana ikan ini merupakan salah satu produk unggulan Sulawesi Utara Indonesia di pasar ASEAN. (2) Perlu adanya riset oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan varian produk olahan perikanan. (3) Terciptanya akses pasar (market acses) yang lebih luas terhadap produk perikanan.

(5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional.

Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan yang telah dilakukan oleh Deputi VII kepada stakeholder terkait. Dengan mengikuti sosialisasi

(34)

31 ini diharapkan para peserta dapat mengetahui, memahami dan memanfaatkan berbagai kegiatan kerja sama ekonomi bilateral, multilateral dan regional yang telah dilaksanakan oleh Deputi VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta untuk mendapat masukan dari stakeholder, terkait kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Sosialisasi merupakan representasi dari berbagai kerjasama ekonomi Internasional yang telah dilakukan oleh Deputi VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kegiatan ini memberikan kontribusi secara langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi, peningkatan volume ekspor dan perdagangan serta pengendalian terhadap stabilitas harga.

Terhadap IKU ini Deputi VII mencapai realisasi 86,80% dari target yang ditetapkan dan menunjukkan kinerja 102% .

Melalui sosialisasi ini, diharapkan para peserta dapat berperan aktif dalam mengkritisi maupun memberikan masukan bagi peningkatan kualitas kinerja Deputi VII, sekaligus memberikan masukan atas kebijakan kerja sama ekonomi internasinal yang dilakukan oleh Pemerintah.

Outcome dari sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional yang dilakukan adalah bertambahnya pengetahuan dan pemahaman stakeholder di Sumatera Utara tentang kerjasama ekonomi Asia dan pemahaman akademisi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta tentang Sosialisasi/Workshop Percepatan dan Pemanfaatan Mutual Recognation Arrangement (MRA) on Engineering and Architectural Services dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Pada tahun 2016 ini, Deputi Kerjasama Ekonomi Internasional juga berhasil menyelenggarakan The 3rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016, tanggal 14-16 Oktober 2016 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Sulawesi Selatan, yang merupakan acara gabungan untuk kerjasama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Bertujuan untuk

(35)

32 memperkenalkan produk unggulan serta pariwisata dari masing-masing negara anggota BIMP-EAGA dan IMT-GT serta mempertemukan buyer dan juga produsen dari negara- negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, Malaysia dan Thailand dan negara-negara lain seperti Singapura, Jepang dan India.

The 3rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016 dibuka secara resmi pada tanggal 14 Oktober 2016 oleh Wakil Presiden RI, Bapak Muhammad Jusuf Kalla didampingi oleh Menko Perekonomian, Bapak Darmin Nasution dan Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Syahrul Yasin Limpo, dan dihadiri juga oleh 2 (dua) Menteri BIMP-EAGA dan IMT-GT, yaitu Dato’ Abdul Rahman Dahlan dari Malaysia dan Datu Abul Khayr Dangcal Alonto dari Filipina serta Duta Besar Indonesia untuk Filipina serta Dubes Malaysia untuk Indonesia serta berbagai kalangan pemerintah pusat dan daerah, BUMN, BUMD, swasta dan akademisi. Dengan mengangkat tema “Strengthening the ASEAN Maritime Economic Corridor and Food Security”.

o Foto bersama setelah pembukaan The 3rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016, Wakil Presiden RI, Menko Perekonomian, Para Menteri BIMP-EAGA dan Gubernur Sulawesi Selatan

Rangkaian kegiatan terdiri dari 3 (tiga) acara inti, yaitu:

 Trade Expo, yang dilaksanakan selama 3 hari, tanggal 14-16 Oktober 2016, dengan jumlah booth sebanyak 236 buah menampilkan produk unggulan

(36)

33 perikanan dan kelautan, pertanian dan hasil olahannya, infrastruktur, jasa, industri pengolahan, industri kreatif, logistik serta pariwisata dari ke-5 negara anggota BIMP-EAGA dan IMT-GT.

Jumlah pengunjung yang hadir sebanyak 10.797 pengunjung dengan transaksi retail sebesar Rp.

655.867.000,- (enam ratus lima puluh lima juta delapan ratus enam puluh tujuh ribu rupiah), sedangkan transaksi yang masih bersifat negosiasi diperkirakan sebesar Rp.

55 Milyar Rupiah.

o Deputi VII memberikan penjelasan kepada Wakil Presiden RI mengenai BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo

 Business Conference, melibatkan peserta dan pembicara dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, Australia dan juga ADB. Kesimpulan business conference ini bahwa pengembangan sektor maritim maupun pembangunan ketahanan pangan merupaka prime-mover yang dapat menggerakkan sektor-sektor lainnya seperti pariwisata, perikanan, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Perbakian infrastruktur menjadi salah satu kunci guna menyukseskan prioritas pada bidang maritim dan pangan. Infrastruktur tidak hanya hard intrstructure namun juga soft infrastructrure, sehingga pembangunan fisik yang masif perlu diselaraskan dengna pembangunan sistem soft infrastructure yang juga semakin mutakhir.

Dalam konteks kerjasama BIMP-EAGA dan IMT-GT, konektivitas perlu diberi penekanan khusus dalam mempercepat dan mewujudkan pertumbuhan di wilayah sub-regional ini sebagai prime mover dalam menjembatani wilayah Asia, yang sangat beragam. Konektivitas akan mempercepat produktivitas di wilayah regional dan sub-regional serta dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi

(37)

34 dunia. Selain itu untuk menciptakan kawasan dengan iklim bisnis yang stabil serta berdaya saing tinggi, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, perlu adanya dukungan dari pemangku kepentingan lain, seperti dunia usaha, akademisi serta praktisi.

 Business Matching, sebagai ajang pertemuan kalangan pebisnis baik lokal maupun pebisnis antar negara di wilaayah kerjasama BIMP-EAGA dan IMT-GT maupun negara lainnya seperti Jepang, Singapura dan Australia. Dalam kesempatan ini telah terjadi beberapa kesepakatan yang perlu untuk ditindaklanjuti ke depan sehingga kontrak yang telah disepakati akan dapat terlaksana. Nilai potensial kontrak yang disepakati dalam business matching ini adalah sekitar 55 milyar rupiah.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan, dengan adanya beberapa kesepakatan bisnis/perdagangan/investasi yang perlu ditindaklanjuti dan kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti, dimana kesepakatan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan dan penyelenggaraan The 3rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016 telah disepakati pada tahun 2015.

Guna mendukung sasaran strategis Kedeputian VII, selain dari manfaat yang mempunyai daya ungkit tinggi di atas, dapat dilihat pada Lampiran Capaian Target Indikator Kinerja Utama Tahun 2016.

Dalam pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu :

 perlunya koordinasi dan sinkronisasi yang lebih intensif antara pemerintah pusat dan daerah serta pola pikir masyakarkat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global.

 Kendala bahasa juga menjadi salah satu faktor tidak aktifnya pemerintah daerah pada forum-forum internasional, misalnya pada pertemuan BIMP-EAGA dan IMT-GT

Gambar

Tabel 2.1  Rencana  Kerja  Deputi  Bidang  Koordinasi  Kerja  Sama  Ekonomi  Internasional Tahun 2016
Tabel 2.2  IKU Deputi VII Tahun 2016
Tabel 3.1  Capaian Kinerja Deputi VII tahun 2016
Tabel 3.2   Capaian Kinerja dari Tahun 2014 – 2016
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan jiwa dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas tentang dukungan instrumental dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam program pesantren ramadhan ini adalah; pelatihan pembuatan bouquet bunga, Achievement Motivation Training (AMT), pemutaran

Berhubung fasilitas listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) belum menjangkau keempat desa tersebut, maka sebagai tenaga penggerak dalam proses penyediaan air bersih ini,

Peningkatan Gardu Traksi dan Listrik Aliran Atas Perkeretaapian Pada Lintas Jatinegara – Bogor dan Manggarai - Jakartakota merupakan Multi Years Contract (MYC) 2020-2022 yang

Perlu pula digarisbawahi bahwa karena fokus disertasi ini adalah konstruksi patrilineal dalam hukum kewarisan Islam maka yang menjadi bagian dari perhatian disertasi ini

Tidak tahu Jawaban No KOLOM D Ya Tidak 1 Apakah selama bekerja anda merasa nyaman

18 sampel teh dievaluasi mutu produknya dengan persyaratan SNI teh yang berlaku berdasarkan parameter kadar air, kadar total abu, abu larut dalam air, abu tidak