• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN PENDEKATAN SETS (Science Environment Technology and Society)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN PENDEKATAN SETS (Science Environment Technology and Society)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN PENDEKATAN SETS (

Science Environment Technology and Society

)

Oleh: Miftakhul Anwar (Widyaiswara BDK Surabaya)

Abstrak

Pembelajaran menekankan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sedangkan pembelajaran Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan dan mencapai kompetensi- kompetensi lulusan yang dipersaratkan. Pembelajaran Sains juga menekankan aspek produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Salah pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah dengan menggunakan Science Environment Technologi and Society (SETS). Penerapan pendekatan SETS mampu memberikan pengalaman secara langsung dan kontekstual kepada siswa dalam kontek sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan pendekatan SETS, yaitu 1) topik berkaitan dengan sains yang telah dikenal dalam kurikulum, dan menitikberatkan pada keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan maupun masyarakat; 2) materi pengajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, lingkungan, masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah; 3) materi pengajaran dapat membawa peserta didik ke arah ‘melek’ sains dan teknologi beserta penerapannya dan berbagai dampaknya.

Key Word: Sains, SETS, Pembelajaran

A. Pendahuluan

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.

Menurut Djojosoediro, kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (sains) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan

(2)

2

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Sri (2012), mengatakan mata pelajaran IPA atau Sains di sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.

Oleh karena itu pembelajaran sains dapat mengembangkan proses berfikir kritis, berfikir analitis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan alam sekitar. Ini sesuai dengan pendapat Mahmudin (2009) bahwa salah satu hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada pertumbuhan yang makin sempurna.

Pada kenyataannya banyak pembelajaran sains menekankan pada penghafalan konsep-konsep, prinsip-prinsip, mengahafalkan rumus-rumus, dan kurang menekankan pada bagaimana sains itu dikembangkan atau ditemukan serta penerapannya pada kehidupa sehari-hari.. pembelajaran seperti ini kurang bermakna, dan kurang memotivasi siswa untuk mempelajari sains, ini ditandai salah satunya adalah nilai hasil belajar sains rendah.

Oleh karena itu pembelajaran sains hendaknya lebih menekankan pada kegunaan sains dalam kontek sahari-hari. Pembelajaran sains hendaknya dapat melatih siswa berfikir tingkat tinggi (higher order thinking). Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melatih siswa berfikir tingkat tinggi adalah salah satunya adalah pendekatan yang mengaitkan sain, linkungan, teknologi dan social atau yang dikenal dengan kata SETS (Science Environment Technology and Society)

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Pembelajaran merupakan istilah yang dikenal dunia pendidikan. Degeng (2002), menjelaskan bahwa pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan

(3)

3

siswa. Menurut Suprihatiningsih (2012), pembelajaran adalah) proses yang menghubungkan pekerjaan dengan pengalaman. Apa yang dikerjakan, menjadikan pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan dan pemahaman yang mencerminkan nilai yang dalam. Pembelajaran yang efektif akan mendorong kearah perubahan, serta meningkatkan hasrat untuk belajar.

Selanjutnya salah satu amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa kompetensi lulusan jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mencapai kompetensi yang mencakup tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan Untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut, maka sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan (Permendikbud No.65 Tahun2013).

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. sains diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Kubicek, 2005). Pembelajaran Sains hendaknya menekankan aspek produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Untuk mewujudkan pembelajaran Sains tersebut hendaknya menggunakan pembelajaran inovatif, kreatif, partisipatif, dan menyenangkan seperti pendekatan inquiri, problem base learning, project base learning, dan sains teknologi masyarakat

Belajar sains idealnya untuk memperoleh kompetensi keterampilan, kompetensi memelihara sikap-sikap, dan kompetensi mengembangkan penguasaan konsep-konsep yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari Susanto (2007). Pembelajaran Sains menurut (Depdiknas, 2006) seharusnya diberikan secara terpadu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membelajarkan IPA secara terpadu adalah pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu bervisi SETS. Depdiknas (2006) menyatakan bahwa melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman

(4)

4

langsung, sehingga dapat menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Hal ini diharapkan peserta didik dapat memperoleh pandangan yang luas untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran IPA (Mudakir, 2005)

C. Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan Masyarakat

Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan masyarakat (SETS) adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS). STS pertama kali dikemukakan oleh Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning about science and society (Yager, 1993). Ziman mengungkapkan beberapa kursus dan proyek-proyek khusus mengenai sains, ternyata semua punya pandangan yang sama, yaitu berhubungan dengan pandangan sains dalam kontek sosial, sejenis dengan suatu pendekatan kurikulum yang dirancang untuk menjadikan konsep-konsep dan proses-proses yang terdapat dalam sains tradisional dan program-program sosial lebih sesuai dan relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

Poedjiadi, (2005), mengatakan pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (SETS) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi Menurut Widyatiningtyas (2009), pendekatan SETS dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses pendekatan ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu.

Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), mengatakan pendekatan SETS dilandasi oleh tiga hal penting yaitu 1. danya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat. 2. proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan. 3.

dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan,

(5)

5

ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.

Menurut Nono (2008), pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society) mempunyai karakteristik: 1. tetap memberi pengajaran sains. 2. murid dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. 3. murid dibawa untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke bentuk teknologi. 4. murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antara unsur tersebut. 5. murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari pada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi. 6. dalam konteks konstruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.

Mengacu pada Nono tentang karakteristik pendekatan SETS, maka karakteristik pendekatan SETS pada pembelajaran sain mempunyai karakteristik sebaigai berikut (1) bertujuan memberi pembelajaran Sains secara kontekstual, (2) siswa dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep Sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat, (3) siswa diminta berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan konsep Sains ke bentuk teknologi, (4) siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur konsep Sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut., (5) siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan konsep Sains bila diubah dalam bentuk teknologi yang relevan, (6) siswa diajak membahas tentang SETS dari berbagai arah dan dari berbagai titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa bersangkutan.

Binadja (1999) mengatakan secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan SETS diharapkan siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS seperti pada gambar 1. Hal ini agar siswa memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki.

(6)

6

Gambar 1. Hubungan timbal balik unsur-unsur SETS

Berdasarkan pada gambar 1, diatas ini berarti sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat saling terkait dalam hubungan dua arah antara sains dengan lingkungan, teknologi, masyarakat. Antara lingkungan dengan sains, teknologi, masyarakat. Antara teknologi dengan sains, lingkungan, masyarakat. Antara masyarakat dengan sains, lingkungan, teknologi. Hubungan kesalingterkaitan dua arah antara elemen-elemen SETS menunjukkan interaksi positif maupun negatif yang menjadi dampak yang tumbuh dari perkembangan tiap-tiap elemen SETS.

Pendidikan SETS harus dapat membuat peserta didik memahami hakekat dari

‘Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat’ sebagai satu kesatuan. Maksudnya peserta didik harus selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara elemen- elemen dalam SETS. Pendekatan SETS tidak hanya memperhatikan sains, teknologi, masyarakat tetapi juga dampak positif / negatif yang diakibatkan oleh sains dan teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan masyarakat itu sendiri.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan sains dengan pendekatan SETS adalah a. topik yang dipilih hendaknya memunculkan sains yang telah dikenal dalam kurikulum, dan dititikberatkan pada keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan maupun masyarakat. b. hendaknya diberikan materi pengajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, lingkungan, masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah, c.

pemilihan materi pengajaran hendaklah yang dapat membawa peserta didik ke arah

(7)

7

‘melek’ sains dan teknologi beserta penerapannya dan berbagai dampaknya positif atau negatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta pada teknologi itu sendiri sehingga dapat lebih menumbuhkan kepedulian peserta didik dan tanggung jawab mereka pada pemecahan masalah lingkungan dan masyarakat, d. pembuatan bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains, teknologi, masyarakat, lingkungan yang relevan.

Implementasi pendekatan SETS, menurut Poedjiadi (2005) dapat dilakukan melalui tiga macam strategi, yaitu: Strategi pertama, menyusun topik- topik tertentu yang menyangkut konsep-konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di awal pembelajaran guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada peserta didik adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka. Masalah atau isu yang ada di lingkungan masyarakat dapat pula diusahakan agar ditemukan oleh anak sendiri setelah guru membimbing dengan cara-cara tertentu. Melalui kegiatan eksperimen atau diskusi kelompok yang dirancang oleh guru, akhirnya dibangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak. Dalam hal ini, pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep.Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsep-konsep tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Pada saat membahas konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang telah dirancang sesuai strategi pertama dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian program SETS merupakan suplemen dari kurikulum. Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela- sela kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep sains, isu atau masalah, sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu untuk meningkatkan motivasi peserta didik mempelajari konsep-konsep selanjutnya, atau mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dibahas sebagai apersepsi.

D. Kesimpulan dan Saran

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, oleh itu pembelajaran Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung

(8)

8

untuk mengembangkan dan mencapai kompetensi-kompetensi lulusan yang dipersaratkan. Kompetensi-komptensi yang dipersaratkan ini mencakup tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Pembelajaran Sains menekankan aspek produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Untuk mewujudkan pembelajaran Sains tersebut menggunakan pembelajaran inovatif, kreatif, efektif, partisipatif, dan menyenangkan. Salah pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan Science Environment Technologi and Society (SETS). Pembelajaran dengan pendekatan SETS memberikan pengalaman secara langsung dan kontektual kepada siswa dalam kontek sehari-hari, sehingga pembelajaran bermakna bagi siswa.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan SETS yang perlu diperhatikan adalah: a. topik yang dipilih hendaknya memunculkan sains yang telah dikenal dalam kurikulum, dan dititikberatkan pada keterkaitan hubungan dengan teknologi, lingkungan maupun masyarakat. b. hendaknya diberikan materi pengajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, lingkungan, masyarakat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah, c. pemilihan materi pengajaran hendaklah yang dapat membawa peserta didik ke arah ‘melek’ sains dan teknologi beserta penerapannya dan berbagai dampaknya positif atau negatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta pada teknologi itu sendiri sehingga dapat lebih menumbuhkan kepedulian peserta didik dan tanggung jawab mereka pada pemecahan masalah lingkungan dan masyarakat, d. pembuatan bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains, teknologi, masyarakat, lingkungan yang relevan

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. 2007. Penerapan Metode Pembelajaran Portofolio dengan Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (SETS) pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 15 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Semarang.

Astutik, Sri, 2012, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5e) Berbasis Eksperimen Pada Pembelajaran Sains Di Sdn Patrang I, Fkip Universitas Jember, Jember

Degeng, I. N.S, 2002, Kerangkah Perkulihan dan Bahan Pengajaran, Depdikbud, Jakarta

(9)

9

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu SMP/ MTs.

Tersedia di http://www.p4tkipa.org/data/panduansistempelatihan.pdf

Kubicek, J. P. 2005. Inquiry based learning,the nature of science, and computer technology: New possibilities in science education. Canadian Journal of Learning

and Technology..

Mudakir, I. 2005. Keefektifan Penerapan Model SEQIP dalam Pembelajaran Konsep Dasar IPA di PGSD FKIP UNEJ. Jember.

Mahmudin, 2009, pembelajaran berbasis peta pikiran (mind Mapping)

http//mahnuddin.wordpress.com/2009/12/1/pembelajaran-berbasis-peta-pikiran- mind-mapping/

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah Poedjiadi, Anna,. 2005, Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual

Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Raja, Kenneth P. 2009. Examintion of the science-technology-society with curriculum approach.http://www.cedu.niu.edu/scied/courses/ciee344/course

files_king/sts_reading.htm.

Susanto, P. (2007). Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Kontruktivisme.

Malang: Universitas Negeri Malang

Sumarto, Nono, 2008, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD, Universitas Terbuka, Jakarta

Suprihatiningsih, Jamil, 2012, Strategi pembelajaran teori dan aplikasih, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta

Widyatiningtyas, Reviandari. 2009. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pandangan Pendidikan IPA. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya. http://educare.e-fkipunla.net. .

Yager, Robert E. 1994. Assessment Result with the Science/Technology/Society Approach. Science and Children (Journal). Pdf. File.

Gambar

Gambar 1. Hubungan timbal balik unsur-unsur SETS

Referensi

Dokumen terkait

Untuk nilai COP tertinggi pada heat pump tanpa mengunakan heat exchanger ini dikarenakan tekanan suction sebesar 35 Psi dan tekanan discharge sebesar 160 psi,

tersebut. Dari hasil penelitian awal dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan Program Green and Clean pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu belum

Di pojok timur Jaut Pulau Jawa, terdapat sebtiah pulau yq.ng dipisahkan oleh sebuah selat, ptilau tersebut bernama Pulau Madura. Pulau yang juga dikenal dengan nama

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penenlitian sebelumnya yaitu penelitian dari Stager dkk (2012) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kebermaknaan kerja

$EVWUDN 3HQGLGLNDQ SDGD GDVDUQ\D DGDODK XSD\D PHQLQJNDWNDQ NHPDPSXDQ VXPEHU GD\D PDQXVLD VXSD\D GDSDW PHQMDGL PDQXVLD \DQJ PHPLOLNL NDUDNWHU GDQ GDSDW KLGXS PDQGLUL %HUGDVDUNDQ

Atribut produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Smartphone Xiaomi di Kota Bandung, dengan total kontribusi sebesar 53,4% sedangkan sisanya sebesar

Penamapang resistivitas untuk lintasan 1 (Gambar 4.3) menunjukan variasi warana berbeda, berdasarakan citra warana tersebut akan diketahui ditribusi bawah permukaan pada

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menguji penelitian apakah ekstrak etanol daun anting-anting memiliki aktivitas dalam penyembuhan luka dengan cara diujikan