• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Peradaban Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan " Sejarah Peradaban Islam "

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)

Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

PIRDAUS NIM: AS.140404

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

(2)

Pernyataan

(3)

Nota dinas

(4)

Pengesahan

(5)

MOTTO

ٍمِلْسُم ِّلُك ىَلَع ٌةَضيِرَف ِمْلِعْلا ُبَلَط

Artinya : Mencari Ilmu itu Fardhu atas Setiap Muslim

(H.R. Ibnu majah)

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta yang telah mengasuh dan membimbing penulis dari lahir hingga sekarang. Begitu banyak kasih sayang yang mereka berikan yang tidak bisa terhitung dengan angka dan tak bisa disusun dengan kata-kata. Terima kasih atas dukungan adik-adik penulis yang menjadi pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, juga motivasi yang tinggi yang telah diberikan oleh kakak tercinta, Dan tak lupa pula ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang secara tidak langsung telah memberi kepercayaan diri kepada penulis, tanpa mereka semua penulis tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini. Teriring Do‟a Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada mereka, Amin . . .

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur yang tak terhingga penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa ditetapkan kepada Nabi Muhammad saw.

beserta keluarga, sahabat dan umat Islam di seluruh dunia. Amin.

Skripsi dengan judul “ Sejarah Perkembangan Pendidikan Wanita Di Pesantren Nurul Iman Di Kota Jambi (1996-2008)”, alhamdulillah telah selesai disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu Humaniora di UIN Sultan Thaha Saifudin Jambi. Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, baik moril, meteril, maupun dukungan spritual yang senantiasa diberikan kepada penulis. Dengan demikian, sudah sepantasnya penulis dengan rendah hati menghaturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Yth. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku rektot UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Yth. Ibu prof. Dr. Maisah, selaku dekan fakultas Adab dan Humaniora Uin Sultan Thaha Saifudin Jambi.

3. Yth. Bapak selaku wakil dekan I dan II Fakultas Adab dan Humaniora Uin Sultan Thaha Saifudin Jambi.

4. Yth. Kepada bapak aliyas. M.fil.i selaku Ketua Jurusan dan Bapak Aminudin Selaku Seketaris Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Uin Sultan Thaha Saifudin Jambi.

5. Yth bapak Syamsu Hadi, M.HI dan Drs. Jago Ritonga, M. Fil. I selaku pembimbing I dan pembimbing II.

6. Pimpinan dan guru Madrasah Nurul Iman yang telah memberikan izin dan kemudahan selama penulis melakukan penelitian dan memberikan waktu yang seluas-luasnya baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam rangka penghimpunan data.

7. Para Alumni dan para peneliti Madrasah Nurul Iman sebelumnya yang telah banyak membantu penulis dalam menghimpun data lapangan, khususnya

(8)

untuk guru Abdurrahman, yang telah banyak memberikan data-data lapangan, dan melengkapi penelitian skripsi ini.

8. Para karyawan dan karyawanti Fakultas Adab dan Humaniora Uin Sultan Thaha Saifudin Jambi yang telah berusaha payah memberikan pelayanan dan berbagai urusan bagi penulis dalam menyelesaikan dan menyusun skripsi.

9. Teman- teman seperjuagan yang ikut berpartisipasi dalam proses penulisan skripsi ini dan khususnya untuk teman – teman Sejarah Peradaban Islam angkatan 2014

10. Kedua orangtua, Ayahanda M. Sidik dan Ibunda Suraya S.pd, atas segala jerih payah yang telah dilakukan untuk ananda, do‟a restu dan kasih sayang yang tiada putus, berkat usaha kalianlah sehingga ananda dapat melaksanakan studi di Perguruan Tinggi.

11. Adik dan kakak tercinta, Ruaida dan Husni Mubaroq S.pd yang telah banyak membantu penulis terutama dalam bentuk moral maupun material

Akhirnya, saya mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada semuanya, atas segala do„a, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya dan menjadikannya sebagai amal jariyah yang tak terputus hingga akhir zaman.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

(9)

ABSTRAK

PIRDAUS, As 140404, Sejerah Peradaban Islam Dengan Judul Sejarah Perkembangan Pendidikan Wanita Di Pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi (1996-2008)

Pada awalnya, penulis menjelaskan secara singkat sejarah berdirinya Madrasah Nurul Iman dengan melihat perubahan di setiap periodenya. Analisa baru dilakukan ketika membahas perkembangan Madrasah Nurul Iman pada tahun 1996 dengan melihat perubahannya yang terjadi secara kronologis hingga tahun 2008.

Fokus skripsi ini adalah Perkembangan pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi (1996-2008). Pada awal berdirinya islam di indonesia terutama di sumatra yaitu didirikannya sebuah masjid atau langgar untuk tempat megerjakan ibadah dan juga sebagai tempat ibadah. Kemudian seiring perkembangan zaman banyak berdiri madrasah dan pondok pesantren.

Terutama pendidikan islam yang ada di seberang kota jambi, salah satunya pesantren Nurul Iman yang didirikan oleh Haji Ibrahim Abdul Majid pada tahun 1915 dibangun oleh Perukunan Tsamaratul Insan pada saat itu bangunan pesantren hanya terbuat dari bulu , dan didirikan diatas sungai Batanghari dengan perkembagan zaman maka di bangun lah diatas tanah yang di wakafkan oleh masyarakat sekitar untuk pembangunan pesantren.

Setelah dilihat dari perkembangan dari tahun ke tahun maka penulis ingin mengetahui pertama kapan pesantren Nurul Iman didirikan, kedua kapan wanita diperbolehkan mengenyam pendidikan di pesantren Nurul Iman, ketiga dampak diberlakukannya pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman. Kajian ini merupakan sejarah sosial dimana penulis melihat fakta sosial sebagai bahan kajian dengan data dari pondok pesantren Nurul Iman dan beberapa perpustakaan, dan dibantu dengan sejarah lisan untuk melengkapi bahan dokumenter.

Maka dapat lah hasil dari penelitian yaitu berdirinya pesantren pertama yang ada di Seberang Kota Jambi yaitu pesantren Nurul Iman yang didirikan pada tahun 1915, penelitian ini menemukan pembaruan yang diperbolehkan nya pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman yang berdampak baik untuk wanita yang ada di sekitaran pesantren dan didalam pesantren.

Penelitian tentang lembaga pendidikan Islam di Indonesia perlu dikembangkan, karena di indonesia banyak bentuk-bentuk lembaga pendidikan islam dengan sistem pendidikan yang bervariasi, terutama yang ada di jambi.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTA DINAS ... i

PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan masalah ... 6

C. rumusan masalah ... 6

D. tujuan dan kegunaan... 7

E. Kajian pustaka ... 8

F. kerangka konseptual ... 9

BAB II : METODE PENELITIAN A. pendekatan dan jenis penelitian ... 23

B. lokasi penelitian... 23

C. metode sejarah ... 24

D. jenis dan sumber data ... 28

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. gambaran umum kecamatan danau teluk ... 31

B. lokasi penelitian... 35

BAB IV : TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. berdirinya madrasah nurul iman ... 48

B. perkembangan pendidikan di pesantren nurul iman ... 52

C. dampak pendidikan bagi wanita di nurul iman ... 56

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 61

C. Kata penutup ... 62 DAFTAR PUSTAKA

DATA RIWAYAT HIDUP KARTUL KONSULTASI LAMPIRAN

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia dimulai sejak masuknya Islam ke Indonesia yaitu kira-kira pada abad ke-XII Masehi yang dibawa oleh pedagang- pedagang Muslim.Kemudian menyiarkan Islam dengan didikan dan ajaran Islam melalui perbuatan dan menjadi suri teladan.Penyiaran Islam sendiri tidak terlepas dari pendidikan Islam yang menyebar dari Sabang sampai Merauke.1

Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran lembaga pendidikan Islam.Hampir seluruh wilayah di Indonesia terdapat lembaga pendidikan Islam yang bertujuan menanamkan nilai Islam dan mencerdaskan masyarakat Muslim Indonesia.Eksistensi lembaga pendidikan Islam terus memainkan perannya seiring perkembangan zaman dan semakin banyaknya lembaga pendidikan umum yang turut serta melengkapi khasanah kependidikan di Indonesia.

Pada awal pendidikan Islam di Indonesia, terutama di Sumatera yaitu mendirikan sebuah masjid atau langgar untuk tempat mengerjakan ibadah dan juga sebagai tempat ibadah.Kemudian seiring perkembangan zaman banyak berdiri madrasah atau pondok pesantren.

1Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1979), hlm.12-14.

(12)

Begitujuga dengan perkembangan pendidikan Islam di kota Jambi yang secara historis pendidikan Islam di Kota Jambi telah ada sejak abad ke-19 tepatnya sejak didirikannya Langgar Putih pada tahun 1868 oleh Syeh Khotib Mas‟ud. Langgar Putih berlokasi di Kelurahan Ulu Gedong daerah seberang kota Jambi, selain sebagai tempat peribadatan masyarakat Ulu Gedong dan masyarakat Seberang Kota Jambi, Langgar Putih juga dijadikan sebagai sarana pendidikan Agama Islam. Setelah Syeh Khotib Mas‟ud wafat ditahun 1889, usaha beliau dilanjutkan oleh keponakannya sekaligus anak angkatnya yaitu Abdul Majid, yang pada waktu belajarnya di Mekkah seangkatan dengan Syekh Ahmad Khotib al- Minangkabawi.2

Perukunan Tsamaratul Insan merupakan realisasi pemikiran Abdul Madjid yang dirintis oleh murid-muridnya sepulang mereka dari Mekkah.Sebelum terbentuknya organisasi Islam ini, ide pembentukan organisasi ini juga mendapat perlawanan dari Belanda dan mendapat izin pada tahun 1915.Kemudian berdirilah tiga rumah kuttab yaitu al-Jauharen, Sa‟adatudaren, Nurul Iman dan Nurul Islam.3Keempat madrasah inilah yang memiliki peranan penting terhadapperkembangan pendidikan Islam bahkan Islam itu sendiri di Jambi.

Madrasah Nurul Iman yang merupakan lembaga pendidikan Islam pertama di Jambi didirikan oleh Haji Ibrahim Abdul Madjid.Madrasah Nurul Iman merupakan lembaga pendidikan Islam pertama yang dibangun oleh organisasi

2Hendra Gunawan, “Perkembangan Kontemporer Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi (1970-2013)”, Tesis Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta(2013), hlm. 52.

3Hasan Basri Agus. Pejuang Ulama PejuangNegeri Melayu Jambi. (Jambi : Pusat Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya Jambi, 2012), hlm. 43.

(13)

Perukunan Tsamaratul Insan.Pada awal berdirinya Madrasah Nurul Iman hanya mempelajari ilmu agama Islam dasar, tetapi seiring berjalannya waktu mengalami perkembangan dalam lembaga pendidikan Islam yang semakin meningkatkan kualitas pendidikannya dengan menambah pelajaran-pelajaran agama lainnya.Kurikulum yang digunakan mengikuti kurikulum lembaga pendidikan Islam Shaulatiyah dan Dar al-Ulum Mekkah.Bahkan hampir dalam segala aspeknya meniru kedua Madrasah tersebut.Sistem kurikulum madrasah di Jambi, menyerupai pesantren di Jawa dimana ada kyai, santri, pemondokan, masjid dan kitab kuning.Figur kyai yang mengajar di madrasah dipanggil Tuan Guru.4Inilah yangmembedakan penyebutan sistem pendidikan Islam di Jambi dengan daerah lain.Istilah madrasah digunakan karena para ulama pendirinya mengadopsi sistempendidikan Islam dari Arab yang menggunakan sistem madrasah.

Adapun bahasa pengantar yang dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar dipesantren ini adalah bahasa Arab dan bahasa Melayu.Murid-murid Nurul Iman disamping anak-anak masyarakat Jambi, anak-anak dari daerah disekitar Jambi juga terdaftar seperti Muara Tembesi, Sarolangun, Bangko, Muara Tebo dan Muara Bungo.Perjalanan Madrasah Nurul Iman dari waktu kewaktu juga berkembang kearah yang lebih baik, telah ada pembagian kelas secara sistematis, banyak memasukkan pelajaran umum, dan telah ada penyesuaian kurikulum seiring berkembangnya pendidikan di Indonesia.Peran pemerintah juga turut serta dalam membangun pendidikan di Jambi, terutama Kementerian Agama yang berupaya memajukan lembaga pendidikan Islam khusunya di Jambi.

4Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren: Study tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES,1982), hlm. 35.

(14)

Akan tetapi respon lembaga pendidikan Islam khususnya yang lahir dari organisasi Islam Perukunan Tsamaratul Insan mangambil respon yang berbeda, karena ada beberapa hal yang ditawarkan pemerintah bertentangan dengan pesan atau amanat para pendiri Perukunan Tsamaratul Insan.Hal ini melahirkan corak perubahan yang berbeda dalam perkembangan lembaga pendidikan yang ada di Jambi di tengah arus modernisasi. Madrasah Nurul Iman padada masa lalu menjadi kebanggaan masyarakat Jambi, selain sebagai tempat generasi muda mempelajari ilmu keislaman, Madrasah Nurul Iman juga sebagai sentral kegiatan dakwah bagi kehidupan masyarakat.5

Sejak tahun 1971 perjenjangan yang lebih jelas mulai diadakan dari tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Aliyah.Masing-masing jenjang pendidikan dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.Namun ketiga jenjang pendidikan tersebut masih dibawah kepemimpinan Mudir.

Oleh sebab itu, untuk memperbaikinya maka sekitar tahun 1996 kelembagaan Madrasah Nurul Iman juga membuka madrasah yang ditujukan untuk perempuan demi tercapainya pembangunan yang komprehensif dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik lagi.Padahal sebelumnya lembaga pendidikan ini (Madrasah Nurul Iman) beserta lembaga pendidikan Islam tradisional yang lahir dari Perukunan Tsamaratul Insan tidak menerima murid wanita di lembaga pendidikan nya. Alasan tidak menerima murid wanita ini karena pengurus madrasah tidak mau membantah apa yang

5Hendra Gunawan, “Perkembangan Kontemporer Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi (1970-2013)”, Tesis Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2013), hlm. 64.

(15)

diamanatkan oleh para pendiri madrasah, kemudian mereka juga memandang lebih banyak mudharatnya jika menerima wanita di Madrasah Nurul Iman. Dalam disertasi Muhammad Fadhil dijelaskan, ada fatwa ulama Seberang Kota Jambi yang menyatakan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah untuk menuntut ilmu kecuali dengan mahramnya.

Padahal menurut Qasim Amin wanita dipandangsama dengan pria. Fungsi anggota tubuh, perasaan, daya pikir serta hakikat kemanusiaannya tidak berbeda.Selanjutnya dikatakan, meskipun terjadi pria mengungguli wanita dalam aspek akal dan kekuatan jasmani, itu karena mereka banyak mempunyai kesempatan untuk berbuat dan melatih pikiran dalam waktu yang luas.Sementara wanita dibatasi menggunakan kedua kekuatan potensi itu dan dipaksa untuk menekuni satu keadaan yang sulit dan tidak diberikan kondisi yang memadai.6

Selanjutnya Harun Nasution mengatakan bahwa salah satu membuat Islam menjadi mundur yaitu tidak diperbolehkan wanita mengenyam pendidikan, terutama pendidikan Islam. Pendidikan wanita perlu bukan hanya agar dapat mengatur rumah tangga dengan baik, tetapi lebih dari itu untuk dapat memberikan didikan dasar bagi anak-anak. Oleh karena itu, wanita harus diberi kesempatan belajar seperti kaum pria, sekurang- kurangnya harus mendapat pendidikan dasar yang sama agar kaum wanita juga pandai membaca dan menulis serta dibekali pula dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya seperti etika agama, sejarah bangsa-bangsa, ilmu falak, ilmu alam, dan ilmu bumi.

6Zikwan, Emansipasi Wanita Menurut Qasim Amin, (Jurnal Media Akademika, Vol. 26, No. 4, Oktober 2011), hlm.554.

(16)

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai perkembangan pendidikan Islam wanita di Kota Jambi khususnya di pondok pesantren Nurul Iman setelah dibukanya lembaga pendidikan wanita pada tahun 1996 dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul Sejarah Perkembangan Pendidikan Wanita di Pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi(1996- 2008).

B. Batasan Masalah

Terkait penelitian mengenai perkembangan pendidikan wanita di pesantren disetiap daerah sudah banyak, maka peneliti ingin membatasi penelitian ini hanya pada sebuah pesantren yang bernama Nurul Iman yang bertempat di seberang Kota Jambi.Adapun yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalahSejarah Perkembangan Pendidikan Wanita di Pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi.

C. Rumusan Masalah

Terkait penelitian mengenai sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam sangat banyak, maka peneliti ingin membatasi penelitian ini hanya dalam bidang pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman dengan batasan tahun dari 1996 hingga 2008. Untuk kepentingan analisis, beberapa faktor yang berkaitan dengan permasalahan utama tersebut dapat dirumuskan:

1. Bagaimana sejarah berdiri pesantren Nurul Iman di Seberang Kota Jambi.?

2. Bagaimana perubahan pendidikan wanita di pesantren nurul iman seberang kota jambi.?

(17)

3. Apa dampak diberlakukannya pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman.?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Setelah diketahui permasalahan utama penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaiman sejarah berdirinya pesantren Nurul Iman di Seberang Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui perubahan pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi.

3. Untuk mengetahui apa dampak diberlakukannya pendidikan wanita di pesantren nurul iman.!

Ada dua manfaat atau kegunaan penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis adalah hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu sejarah, khususnya tentang sejarah kebudayaan Islam yang ada di Kota Jambi, sedangkan manfaat praktisnya adalah hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan untuk menambah referensi pustaka dan dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas

E. Kajian Pustaka

Suatu hal penting yang harus dilakukan penelitian dalam penelitian ilmiah adalah melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu.Hal ini lazim disebut dengan istilah prior research. Prior research penting dilakukan dengan

(18)

alasan untuk menghindari adanya duplikasi ilmiah, untuk membandingkan kekurangan ataupun kelebihan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan dan untuk menggali informasi penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti sebelumnya. Berdasarkan pengamatan penulis, sampai saat ini terdapat beberapa karya berupa buku maupun jurnal yang membahas mengenai perkembangan pondok pesantren . Beberapa karya yang telah ditulis diantaranya:

Pertama, Tesis yang ditulis oleh Hendra Gunawan yang berjudul Perkembangan Kontemporer Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi (1970-2013) pada tahun 2013.Dalam tesis ini dijelaskanperkembangan kontemporer Nurul Iman ada sedikit menyinggung mengenai awal dimasukkannya pendidikan wanita di Nurul Iman.Selain itu tesis ini juga menjelaskan bagaimana situasi sosial dan keagamaan di Jambi, perkembangan Madrasah Nurul Iman, dan mengapa terjadi perubahan sistem pendidikan di Madrasah Nurul Iman.7

Kedua,Disertasi yang ditulis oleh Fauzi MO. Bafadhal, yang berjudul Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi: Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman. Penelitian ini secara umum membahas tentang sejarah Madrasah Nurul Iman dalam kurun waktu hingga 1970-an. Selain itu penelitian Bafadhal inimenyajikan sejarah Madrasah Nurul Iman serta pengaruhnya terhadap masyarakat Kota Jambi.8

7Lihat Hendra Gunawan, Perkembangan Kontemporer Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi (1970-2013), (Tesis Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2013),

8Lihat juga Fauzi MO. Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi: Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, Disertasi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008).

(19)

Berbagai studi tentang sejarah perkembangan Islam, khususnya pesantren , yang telah dilakukan baik secara historis, antropologis, sosilogis ataupun yang lainnya, umumnya terfokus pada semua yang bersifat eksotis dan terpaut pada berbagai peristiwa yang berskala besar dalam sejarah perkembangan Islam.

Penelitian-penelitian tersebut cukup memberikan informasi tentang sejarah perkembangan Islam, namun setelah dikaji lebih mendalam masih terdapat kekurangan khususnya yang berbicara mengenai perkembangan pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman. Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk dilakukan sebagai penelitian lanjutan dengan harapan hasilnya bisa memberikan kontribusi positif bagi pengungkapan fakta tentang sejarah perkembangan pendidikan wanita di Jambi. Karena itu, studi perkembangan Islam dalam penelitian ini memfokuskan padaperkembangan pendidikan wanita di pesantren Nurul Iman Kota Jambi (1996- 2008).

F. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep-konsep untuk menghubungkan antara landasan teori dengan kenyataan yang terjadi sebagai landasan tempat pengambilan pembahasan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang terjadi.Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yaitu mendeskripsikan peristiwa-peristiwa masalalu tentang sejarah perkembangan suatu pesantren.Dalam penelitian ini peneliti telah menyajikan sebuah penjelasan tentang sejaah perkembangan pendidikan wanita di Pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi

(20)

1. Pondok Pesantren

Kata Pondok berasal dari kata funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau penginapan sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.

Menurut Imam Zarkasyi pondok adalah lembaga pendidikan agama Islam dengan sistem asrama, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. 9

Menurut Mastuhu, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moralkeagamaan sebagai pedoman sehari-hari.10 Nurcholis Madjid mendefinisikan pondok pesantren adalah lembaga yang mewujudkan proses wajar perkembangan sistem pendidikan Nasional.

H.M Arifin mengungkapkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama (kampus) dimana santri-santri menerima pendidikan agama Islam melalui sistem pengajaran atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.

9Jurnal Imam shadiq, Biografi KH Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, (Ponorogo: Gontor Prss, 2006), hlm. 56.

10Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm. 55.

(21)

Pertama, dalam bidang metode dan sistem yang diterapkan mengajarkan sistem pendidikan klasikal yang terarah dalam bentuk perjenjangan yang ditetapkan disamping secara klasikal juga diperkenalkan sistem ekstrakurikuler, dan untuk terlaksananya kegiatan tersebut diadakan sistem asrama, dengan sistem asrama ini dimaksudkan agar tujuan dan peran pendidikan dapat dibina dan dikembangkan secara objektif dan terstruktur.

Kedua, dalam bidang kurikulum, kurikulum pondok pesantren adalah seratus persen pendidikan umum dan seratus persen pendidikan agama, antara keduanya mempunyai keseimbangan, disamping pelajaran di kelas juga diajarkan itikad dan tatakrama yang berupa kesopanan dan diberikan pelajaran keterampilan.

Ketiga, dalam bidang metodologi, pondok pesantren dalam menggunakan metodenya adalah dengan menggunakan metode direct method atau metode langsung yang diarahkan kepada penguasaan bahasa secara aktif dengan cara memperbanyak latihan baik lisan maupun tulisan.

Dengan demikian, tekanan banyak diarahkan pada pembinaan kemampuan santri untuk memfungsikan kalimat secara sempurna dan mampu berbahasa dengan baik.

Keempat, dalam bidang manajemen, untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran Islam, lembaga pendidikan tidak dipegang oleh kyai secara turun temurun akan tetapi sudah dipegang oleh badan wakaf, struktur kepengurusan seluruhnya diserahkan kepada badan wakaf. Dalam hal ini badan wakaf mempunyai program yang berkenaan dengan pendidikan dan

(22)

pengajaran, bidang peralatan dan pergedungan, bidang perwakafan dan sumber dana, bidang kaderisasi serta bidang kesejahteraan dengan demikian pengaturan jalannya organisasi pendidikan menjadi dinamis, terbuka dan obyektif.

Pondok Pesantren dalam proses perkembangannya masih tetap disebut suatu lembaga keagamaan yang mengembangkan dan mengajarkan ilmu agama Islam. Dengan segala dinamikanya pondok Pesantrendipandang sebagai lembaga yang merupakan pusat dari perubahan-perubahan masyarakat lewat kegiatan dakwah Islam.Namun bukan berarti bahwa pendidikan pesantren itu berlangsung tanpa arah yang dituju, hanya saja tujuan itu tidak dirumuskan secara sistematis dan dinyatakan secara pasti tujuannya.

Tujuan pondok pesantren menurut Zamakhsari Dhofier adalah untuk memperkaya pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, untuk meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral serta menyiapkan murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. 11 Sedangkan tujuan umum dari setiap pondokpesantren adalah mencetak santri menjadi ulama intelek, intelek ulama, menjadi orang muttaqin, mu'min, muslim, muhsin bahagia di dunia dan akhirat, pendidikan agama dan umum seimbang, menjadikan manusia pembangunan rohani dan jasmani, menjadi manusia serba guna dan serba bisa seperti pendidik, guru,

11Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:

LP3ES, 1994), hlm. 21.

(23)

ulama, pegawai, wiraswasta, ABRI, petani dan lain-lain serta berkhidmat pada bangsa dan negara.

2. Kelembagaan Pondok Pesantren

Sebagai komunitas tersendiri, pondok pesantre terdiri dari kyai, santri dan pengurus pondok yang hidup bersama dalam satu kampus atau tempat tinggal berdasarkan nilai-nilai agama Islam, lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiayasaannya sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya. Sementara Zamaksari Dhofir menyebutkan, bahwa pesantren mempunyai lima elemen atau lembaga dasar yaitu kyai, masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab Islam.12

a) Kyai

Keberadaan Kyai dalam pondok pesantren sangat penting karena dia adalah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik pondok.Seorang guru di suatu pondok, kata Geertz, dan setiap sarjana dalam ilmu keislaman pada umumnya dapat disebut kyai.

Keterangan Geertz yang sangat dikenal dengan teorinya mengenai verian santri, abangan, dan priyayi dalam budaya jawa.Secara sepintas saja sudah menunjukkan pada kekurangan, tidak setiap guru dalam pondok, sekalipun guru agama, dapat disebut kyai.

Banyak syarat yang harus ditambahkan pada seorang guru di pondok

12Zamakhasari Dhofier, Tradisi Pesantren. hal.44.

(24)

untuk disebut kyai, antara lain dari segi ilmu, kualitas kepribadian atau kepemimpinan. Menurut asal usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk 3 jenis gelar yang saling berbeda diantaranya:

1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, misalnya ”Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.

Selain gelar kyai beliau juga sering disebut seorang alim ( orang yang dalam pengetahuan Islam ).

Dalam sebuah pondok pesantren, kyai seringkali mempunyai power dan authority yang mutlak. Tidak seorangpun santri atau orang lain yang dapat melawan otoritas kyai kecuali kyai yang lebih besar pengaruhnya. Para santri selalu mengharap dan berpikir bahwa kyai yang dianutnya merupakan orang yang penuh self confident, baik dalam pengetahuan Islam, maupun dalam otoritas dan manajemen pondok.13

Oleh Karena itu perkembangan dan maju mundurnya pondok salah satunya ditentukan oleh kapabilitas kyainya.Banyak pondok yang gulung tikar karena ditinggal kyainya, sementara itu dia tidak memiliki

13Zamakhasari Dhofir, Tradisi Pesantren. hal. 56

(25)

penerus yang dapat meneruskan perjuangannya. Disamping itu, seorang kyai menguasai atas diri para santrinya, tidak hanya waktu di pondok, untuk seumur hidupnya akan senantiasa terikat dengan kyainya, minimal sebagai inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam kehidupan dirinya. Dalam urusan menentukan pekerjaan, membagi harta pusaka, bahkan dalam memilih jodoh seorang santri merasakan kewajiban moral untuk konsultasi dan mengikuti petunjuk- petunjuk kyainya.

b) Santri

Santri merupakan bagian penting dalam suatu lembaga pesantren. Terdapat 2 kelompok santri, yaitu :

1) santri mukmin merupakan murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam lingkungan pesantren/asrama.

2) Santri kalong merupakan murid-murid yang berasal dari desa- desa disekeliling pesantren, dan biasanya tidak menetap di pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka bolak-balik ( nglaju ) dari tempat tinggalnya.

Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai alasan, diantaranyayaitu :

1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut.

(26)

2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal dan lain-lainnya.

3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan dengan kegiatan sehari – hari di rumah keluarganya.

c) Pondok

Pondok pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan dimana para santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan Kyai.Pondok untuk para santri tersebut berada dalam lingkungan komplek dimana Kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan untuk kegiatan keagamaan lainnya.Komplek pondok biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri.14

Ada beberapa alasan kenapa pondok harus menyediakan asrama bagi para santri, pertama, kemasyhuran seorang kyai dan dalamnya pengetahuan tentang Islam menarik santri-santri dari jauh untuk belajar agama dengan kyai tersebut, para santri harus meninggalkan rumahnya dan menetap di pondok. Kedua, hampir semua pondok berada di desa dimana tidak ada tempat yang cukup untuk menampung para santri dengan demikian perlulah adanya asrama bagi para santri, hubungan timbal balik ini ibarat seorang anak dengan orang tuanya.Hubungan ini menggerakkan hati kyai

14Abdurahman Wahid, Menggerakan Tradisi, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hlm. 7

(27)

untuk mendirikan pondok sebagai rasa tanggung jawab terhadap santrinya.15 Dengan adanya pondok, memungkinkan kyai dan para ustadznya melakukan pengontrolan selama 24 jam, ini berarti pendidikan di pondok tidak hanya meliputi kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik.

d) Masjid

Kalau dilihat dari awal mulanya pada zaman nabi Muhammad Saw.masjid tidak hanya dijadikan untuk melakukan ibadah tetapi juga berfungsi sosial yakni mempererat hubungan antar umat Islam.Disamping itu juga dimanfaatkan untuk menjelaskan wahyu yang telah diterima Nabi kepada sahabat dan memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat dalam berbagai masalah.Sedangkan masa khalifah masjid digunakan sebagai pusat pemerintahan, mengatur strategi, menyelenggarakan administrasi negara.

Fungsi masjid tidak hanya untuk shalat, tapi juga memiliki fungsi lain seperti pendidikan dan sebagainya. Pondok mutlak memerlukan masjid, tetapi difungsikan sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, hingga saat ini, kyai sering mempergunakan masjid sebagai tempat membaca kitab-kitab Islam, di samping itu para santri memfungsikan masjid sebagai tempat

16 Zamakhasari Dhofir, tradisi pesantren. Hal. 44

(28)

menghafalkan, mengulang pelajaran dan juga tempat istirahat para santri.

e) Pengajian Kitab-kitab Islam

Substansi kitab-kitab Islam yang diajarkan di pondok umumnya berkisar pada teologi Asya‟riyah, fiqih madzhab Syafi‟i dan ajaran etika dan tasawuf al-Ghazali, disamping itu pelajaran ilmu alat yang berupa gramatika berbahasa arab (nahwu sorof) menjadi unsur penting.16Pada umumnya kitab-kitab yang dijadikan rujukan adalah kitab yang sudah ada sebelum masuknya Islam ke Indonesia.Dengan demikian proses pembelajaran ilmu-ilmu Islam dalam arti rujukan kepada kitab berbahasa Arab telah ditemukan pada pondok di Indonesia.

Kitab-kitab bahasa Arab yang menjadi rujukan dalam proses pengajaran ilmu-ilmu Islam di pondok pada umumnya di bawa oleh santri/ulama dan jamaah haji yang sengaja mengunjungi timur tengah, khususnya Makkah dan Madinah, disamping mereka menunaikan ibadah haji juga berkesempatan mengunjungi pusat- pusat keilmuan untuk menggali ilmu keislaman. Dalam jaringan ulama abad 17 dan 18 terdapat sejumlah murid Jawi yang menuntut ilmu di Timur Tengah khususnya Makkah dan Madinah, setelah mereka menuntut ilmu tersebut sebagian besar dari mereka kembali ke Nusantara. Disini mereka menjadi pengajar utama tradisi

16Nurchalis Madjid, Belik-Belik PesantrenSebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:

Paramadina, 1997), hlm. 91

(29)

intelektual keagamaan dan tradisi Islam dari pusat keislaman di timur Tengah ke Nusantara.17

3. Kurikulum

Kurikulum dalam pengertian sehari-hari dimaknakan sebagai suatu

”rencana pelajaran”. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kurikulum sebenarnya bukan sekedar rencana pelajaran, melainkan adalah suatu

”totalitas dari kegiatan suatu lembaga pendidikan, baik di luar maupun di dalam sekolah”. Diluar rencana pelajaran, kegiatan pendidikan yang kita maksudkan tersebut diatas biasanya disebut sebagai ”kegiatan ekstrakurikuler”. Di dalam pesantren selain belajar ilmu-ilmu umum, sebenarnya di luar jam pelajaran masih banyak waktu luang yang dapat diisi dengan berbagai kegiatan, misalnya saja kegiatan ketrampilan dalam rangka menerapkan pelajaran-pelajaran teori yang telah diberikan di madrasah.

Kegiatan-kegiatan lain seperti misalnya latihan berpidato ( public speaking ), kesenian, kursus bahasa Arab atau Inggris, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, bahkan pelatihan bertani dan beternak.

Kegiatan ekstra kulikuler diatas dapat menyamarkan kehidupan pondok serta menghilangkan sifat monoton dari kehidupan pada umumnya.Atau biasa disebut dengan pengajaran pendidikan menggunakan sistem pengajaran klasikal.Selain mendapat ilmu-ilmu dasar juga memperoleh pengajaran ilmu-ilmu umum.Bahkan ada sejumlah pesantren yang lebih mengutamakan pelajaran ilmu-ilmu umum dari pada ilmu-ilmu

17Azyumardi Azra, Jaringan Ulama timur tengah dan kepulauan nusantara abad xvii dan xvii. (Jakarta:kencana, 2013) , hlm. 17

(30)

dasar.Biasanya jenis pesantren seperti ini hanya menganggap ilmu-ilmu dasar sebagai ilmu pelengkap saja.

Adapun fungsi kurikulum terbagi dalam beberapa sudut pandang yaitu pertama Kurikulum bagi tujuan pendidikan maka fungsi kurikulum sebagai alat atau jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan.Kedua kurikulum bagi peserta didik maka fungsi kurikulum merupakan keutamaan bagi mereka (peserta didik) sehingga diharapkan peserta didik mempunyai tambahan ilmu pengetahuan. Ketiga kurikulum bagi pendidik (guru) bertujuan untuk menjadi pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar para anak didik. Serta menjadi pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.

Secara garis besar ada empat hal yang mendasari kurikulum adalah sebagai berikut:

a) Asas Filosofis yang tujuan pendidikan suatu negara sesuai dengan falsafah Negara.

b) Asas Psikologis yang anak (peserta didik) yang berperan sebagai objek sekaligus subyek tentang psikologis perkembangan dan belajar peserta didik.

c) Asas sosiologis merupakan asas dimana masyarakat merupakan faktor penting penunjang dunia pendidikan namun, jangan dijadikan society centered education.

(31)

d) Asas organisatoris hendaknya kurikulum hendaknya bisa di organisasikan dengan baik dan tepat.18

4. Sistem Pengajaran

Berdasarkan sistem pengajaran maka terbagi menjadi sistem pengajaran menggunakan sistem non-klasikal dan sistem klasikal.19Pertama, Sistem non-klasikal. Dalam sistem ini pemberian pelajarannya dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sistem sorongan dan bandongan / weton, maksudnya dalam sistem sorongan ( dalam bahasa Jawa biasanya disebut sorog yaitu menyodorkan ) para santri menghadap guru atau kyai secara perorangan dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Sedangkan sistem bandongan / weton ( dalam bahasa Jawa biasanya disebut weton yaitu waktu ) merupakan system pengajaran yang mana para santri berkumpul mengelilingi guru atau kyai untuk memperoleh pengajaran yang diberikan oleh kyai tersebut. Kegiatan ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yaitu sebelum dan sesudah sholat fardhu atau sholat wajib.

Kedua, Sistem klasikal.Dalam sistem ini pemberian pelajaran dengan sistem non-klasikal mulai ditinggalkan.Pada sistem ini mulai ada perubahan dengan menerapkan ilmu-ilmu umum, ilmu ketrampilan serta sudah terjadi pembagian kelas, pembatasan pemberian pengajaran dan kenaikan tingkat.Pada sistem ini administrasi juga sudah mengalami perbaikan.Semua kegiatan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah.Tetapi pengajaran Islam tetap menjadi pokok pendidikan.

18Nasution, M.A, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 11.

19Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren,(Yogyakarta: LP3ES, 1982), hlm 28.

(32)

5. Pendidikan wanita di pesantren

Pendidikan bagi wanita sangat lah penting dalam Islam. Anak dalam keluarga baik pria dan wanita berasal dari nya yang sama-sama mempunyai hak hidup, hak mendapatkan cinta, kasih sayang, perlindungan dan pendidikan yang baik20. Meskipun peran keluarga dalam kehidupan anak sekarang jauh berkurang karena peranan yang menonjol dari lembaga-lembagamasyarakat, keluarga tetap memegang peranan dalam menentukan kualitas anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya setatus sosial ekonomi orang tua, kualitas hubungan suami istri dan pola asuhan. Dengan demikian pendidikan bagi wanita merupakan hal yang sangat penting dalam islam, sehingga wanita bisa berkiprah dalam masyarakat

20Mulyani sumantri, pendidikan wanita (tim pegembangan ilmu pendidikan FIP-UPI), hlm 179

(33)
(34)

24 BAB II

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan peneilitian yang berbentuk deskriptif kualitatif (Penelitian lapangan). Penelitian deskriptif bermaksud untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan atau mengambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.21 Dalam penelitian ini penulis akan mencoba mendeskripsikan bagaimana Perkembangan Pendidikan Wanita di Pondok Pesantren Nurul Iman Kota Jambi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis.Dengan gambaran mengenai suatu peristiwa sangat ditentukan oleh pendekatan, yakni dari segi mana kita memandangnya, dimensi apa yang diperhatikan dan unsur-unsur apa yang diungkapkan. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa penelitian ini akan berusaha mendeskripsikan perkembangan pendidikanwanita di pondok pesantren Nurul Iman Kota Jambi.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kelurahan Ulu Gedong kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.Serta yang menjadi fokus penelitian ini yaitu :Sejarah Perkembangan Pendidikan Wanita di Pondok Pesantren Nurul Iman Seberang Kota Jambi.

20Sanapiah Faisal, Format-format penelitian sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 20

(35)

C. Metode Sejarah

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah. Untuk mencapai penyusunan yang sistematis dan teruji kredibilitasnya, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa tahapan untuk melacak informasi yang akan dijadikan rujukan. Adapun tahap-tahap yang akan ditempuh yaitu sebagai berikut:

a. Heuristik atau pengumpulan data

Tahap ini merupakan teknik atau cara untuk memperoleh, mendapatkan, mengumpulkan atau menemukan sumber sejarah.22 Sumber sejarah yang dimaksud adalah sejumlah materi yang tersebar dan teridentifikasi seperti catatan, tradisi lisan, sejarah lisan, runtuhan atau bekas-bekas bangunan peninggalan, inskripsi atau dengan kata lain sumber sejarah merupakan peninggalan-peninggan manusia dan aktivitas manusia yang akan diteliti. Dengan demikian teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu penelitian yang menggunakan teknik observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.23

1) Observasi/ Pengamatan

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat di peroleh

22Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 29.

23Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab- Sastra dan Kebudayaan Islam, (Jambi: 2013), hlm. 34.

(36)

gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sulit diperoleh dengan metode lain.

Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan metode observasi.Dalam hal ini penulis akan mengamati bagaimana latar belakang pendidikan wanita dan sejarah perkembangan pendidikan wanita di Pesantren Murul Iman Seberang Kota Jambi.

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara menanyakan atau mengajukan pertanyaan kepada subyek penelitian atau informan yang berkaitan dengan penelitian.24Dalam penelitian ini bentuk wawancara yang digunakan yaitu wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk subjek penelitian atau narasumber lebih bebas menggunakan pendapatnya dan tidak terkesan mengajari kepada informan.

Bentuk wawancara ini juga dilakukan dengan santai, informal dan tidak ada tekanan psikologi, karna wawancara yang mendalam akan memperoleh data yang menyeluruh.25

Dan untuk mempermudah memperoleh data dalam mengadakan wawancara, akan lebih baik jika peneliti menggunakan alat bantu perekam suara maupun catatan kecil yang menjadi alat utama wawancara yang baik. Disamping itu juga

24Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hlm. 186.

25Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hlm. 190-191.

(37)

peneliti menggunakan kamera untuk mengabadikan beberapa aktivitas dan karya-karya yang ada di pesantren yang berhubungan dengan penelitian.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik akhir yang digunakan dalam pengumpulan data.Dokumentasi merupakan teknik pencarian, menghimpun, memeriksa, dan mencatat dokumen- dokumen atau arsip yang berhubungan dengan objek penelitian.26Data dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara, seperti buku-buku atau kitab yang berhubungan dengan objek penelitian.

b) Kritik Sumber

Kritik sumber sejarah adalah suatu teknik yang bertujuan untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber.27Setelah semua sumber terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah pengujian terhadap sumber yang telah didapat. Tahap ini dilakukan dengan cara mengkritik sumber tersebut baik secara internal dan eksternal.28Kritik eksternal dilakukan dengan melihat otentitas dan integritas data mengenai obyek penelitian, sedangkan kritik internal dilakukan dengan menilai secara intrinsiksumber-sumber sejarah serta membuat perbandingan kesaksian dari berbagai sumber.

26Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hlm. 33.

27 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, hlm. 35.

28 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah), hlm. 36-37.

(38)

Setelah melakukan pengritikan pada sumber, langkah selanjutnya adalah teknik triangulasi data. Triangulasi Data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data yang diperoleh.29 Triangulasi data bertujuan untuk memeriksa kembali kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang suatu penelitian yang bersangkutan. Keabsahan data tersebut dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan antara dokumen dengan wawancara, dan membandingkan antara dokumen dan pengamatan.

c) Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah juga disebut analisis sejarah, yang berarti menguraikan peristiwa sejarah masa lampau.30 Anilisis data merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data, mensisntesiskan data, mencari dan menemukan data.31

Dengan kata lain setelah data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. Adapun pengolahan data mencakup kegiatan mengedit data (editing), dan mengkode data (coding).Mengedit data merupakan kegiatan memeriksa data yang terkumpul untuk memastikan kesempurnaan dari instrumen

29Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hlm. 330.

30 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, hlm. 55.

31Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitian Kualitatif: Edisi Revisi, hlm. 248.

(39)

data.Apakah data sudah terkumpul atau tidak, lengkap atau tidak.Apabila data yang terkumpul belum sempurna maka ada dua pilihan yang dilakukan yaitu menyempurnakan data atau menyisihkan data.32

Setelah proses pemeriksaan data, berikutnya data diberi kode (coding) pada setiap data yang terkumpul atau memasukan data pada instrumen pengumpulan data. Setelahah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data.Analisis data menunjuk pada kegiatan mengorganisasikan data kedalam susunan- susunan tertentu dalam rangka penginterpretasikan data.

D. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1) Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh peneliti dari sumber pertama.33Data primer yang dimaksud adalah data yang diproleh dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.Yang mana data primer ini diperoleh langsung dari pengurus pesantren Nurul Iman.

32Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, hlm. 150.

33Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab- Sastra dan Kebudayaan Islam (Jambi: 2013) hlm. 31

(40)

Selain itu juga kata-kata dan tindakan orang-orang yang diwawancarai merupakan sumber data utama.Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto atau film. Data atau sumber primer antara lain meliputi dokumen historis dan legal, hasil dari suatu eksperimen, data statistik, lembaran-lembaran penulisan kreatif dan objek-obejk seni.34 2) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan dari beberapa buku bacaan yang memberikan komentar, analisis, kritik dan sejenisnya yang berkaitan dengan data primer.35 Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari data dokumentasi dan mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder yang dimaksud yaitu data yang diperoleh dari tulisan-tulisan baik itu berbentuk jurnal, skripsi, tesis maupun disertasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.Termasuk juga orang atau masyarakat dan materi yang terdapat di Kelurahan Ulu Gedong Kecamatan Danau Teluk yang berkenaan dengan sejarah, letak geografis, kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Kelurahan Ulu Gedong Kecamatan Danau Teluk.

34Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 157

35Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab- Sastra dan Kebudayaan Islam (Jambi: 2013) hlm. 34

(41)

b. Sumber Data

Sumber data merupakan suatu subjek yang berkaitan dengan dari mana data yang bersangkutan diperoleh.Apabila penelitian ini menggunakan teknik wawancara dalam memperoleh data, maka sumber data tersebut yaitu responden yang merupakan orang yang menjawab pertanyaan penelitian atau orang yang merespon baik secara tertulis maupun lisan atau tidak tertulis. Sumber data yang dijadikan sumber utama dalam penelitian ini adalah Informan seperti:

1) Pengurus Pesantren Nurul Iman

2) Tokoh ulama dan serta murid-murid yang pernah belajar ataupun yang sedang belajar di Pesantren Nurul Iman.

3) Tokoh masyarakat.

Selain itu juga sumber data yang berkaitan dengan penelitian ini seperti buku-buku, jurnal, skripsi, tesis maupun disertasi serta dokumentasi yang diambil dari dokumentasi yang terdapat dilokasi penelitian.

(42)

32 BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Danau Teluk

Kecamatan danau teluk terletak diantara 38 23 LS sampai dengan 46 37 LS dan diantara 30 48 BT sampai dengan 101 48‟ BT dengan ketinggian 52 m dari permukaan laut dan luas wilayah 315 km36. Pemerintahan kecamatan /desa adalah bagian dari penyelenggaraan pemerintah secara umum atau lembaga pemerintah yang berada di tingkat terendah di bawah pemerintah yang berada di tingkat rendah di bawah pemerintahan kota.Pembentukan pemerintah kecamatan/desa atas dasar prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usus Desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.Pemerintahan kecamatan/desa adalah penyelenggara urusan pemerintah oleh pemerintah desa dan badan pemusyawaratan desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di akuidan di hormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik indonesia.

1. Letak geografis

Berdasarkan data bandan ousat statistik, kecamatan danau teluk memiliki luas wilayah 315 km. Batas wilayah Kecamatan Danau Teluk adalah sebagai berikut:

36Bps kota jambi tahun, 2008

(43)

Sebelah utara : Kecamatan Muaro Sebo sebelah timur :Kecamatan Olak Kemang sebelah selatan :Sungai Batang Hari Sebelah barat : Kecamatan Pelayangan

Kecamatan danau teluk memiliki jumlah Desa/kelurahan sebanyak 5(lima) Desa/Kelurahan antara lain:

1. kelurahan pasir panjang 2. kelurahan tanjung raden 3. kelurahan tanjung pasir 4. kelurahan olak kemang 5. kelurahan ulu gedong

Kelurahan ulu gedong sebagai tempat penelitian dalam skripsi ini Berjarak 1 km dari pusat kota sedangkan Kelurahan ulu gedong berjarak 7 km dari pusat Kota37. Kelurahan yang ada di Kecamatan danau teluk ini dapat di tempuh dengan jalur trasfortasi. jalur darat kita mempergunakan kendaraan roda dua seperti sepeda dan sepeda motor, juga kendaraan roda empat seperti mobil.

Kelurahan ulu Gedong merupak desa pertama yang menjadi tempat pesantren nurul iman. Kelurahan ulu Gedong ini mempunyai luas wilayah 44 km dan batas wilayah sebagai berikut:

37Ulu gedong dalam angka, 2008

(44)

a. Sebelah utara berbatas dengan kelurahan pelayagan b. Sebelah selatan berbatas dengan kelurahan olak kema c. Sebelah timur berbatas dengan sungai batang hari d. Sebelah barat berbatas dengan dusun baru desa panti 2. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang penulis peroleh melalui metode wawancara bahwa penduduk asli masyarakat ulu gedong, orang pertama atau penduduk asli terbanyak adalah orang melayu38. Sebagai penduduk terbanyak kedua adalah keturunan arab. Namun saat ini ada juga suku jawa,minang ,dan palembang yang tersebar di kecamatan danau teluk.

Masyarakat umumnya masih percaya pada hal-hal gaib atau keramat walaupun masyarakat telah memeluk agama islam. Dan sebagian masyarakat juga masih mempunyai benda pusaka yang di yakini bersal dari nenek moyang mereka.

3. Agama Dan Mata Pencaharian

Adapun agama yang terdapat di kecamatan danau teluk dan kelurahan ulu gedong kota jambi yaitu, agama islam berjumlah 94 % dan agama Nasrani 3% namun agama keduanya hidup dengan rukun tanpa adanya permusuhan atau rasa saling membutuhkan antar umat beragama sehingga masyarakat luar menilai bahwa tidak adanya keributan atau masalah pada masyarakat Kelurahan ulu gedong.

38Kota jambi dalam angka, 2008

(45)

Tabel 1: jenis-jenis agama yang ada di kecamatan danau teluk

No Jenis Jumlah

1 Agama islam 94 %

2 Agama kristen 3 %

3 Agama hindu 1 %

4 Agama budha 1%

5 Agama khatolik 1%

6 Kong hu chu 0 %

Semua penduduk bermayoritas mencari mata pencaharian dengan berkebun, seperti petani, peladang, penyadap karet, kelapa sawit dan ada juga yang bekerja sebagai penambang mas ilegal. Yang kita tahu bahwa hampir rata-rata masyarkat sumatra hidup dengan bercocok tanam dengan alam menjadikan kebutuhan di kecamatan cermin nan gedang ini tidak begitu sulit, dengan berkebunmereka bisa hidup dan ada yang di harapkan dari hasil berkebun.

Tabel 2: keadaan mata pencarian kepala keluarga penduduk kelurahan ulu gedong

No Jenis Jumlah

1 Petani 50%

2 Pedagang 12%

3 Pegawai negeri sipil 20%

4 Wiraswasta 25%

5 TNI/POLRI 10%

6 Pegawai swasta 15%

7 Guru 30%

(46)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di kelurahan ulu gedong yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi. Terbentuk saat itu terjadi pemekaran dari desa Kampung Empat. Memiliki beberapa kelurahan salah satunya kelurahan ulu gedong yang menjadi tempat penelitian.

Tempat ini merupakan tempat berdirinya pesantren nurul iman yang sampai skrang terus berkembang.

1. Jarak Dari kelurahan Ke Pusat- Pusat Pemerintahan

No Kecamatan Kabupaten Provinsi

1. Akses Darat Akses Darat Akses Darat

2. Jarak 8 Km Jarak 45 Km Jarak 398

3. Waktu 15 Menit Waktu 40 Menit Waktu 6 Jam 4. Ongkos Rp. 10.000 Onkos Rp. 30.000 Onkos Rp. 100.000 2. Jumlah Penduduk kelurahan

No Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan

Jumlah Kk

Total Jiwa

1. 1346 orang 673 orang 340 1346

Jumlah penduduk berdasarkan umur :

No Umur Jumlah

1. 0-5 tahun 205 orang

2. -6-12 tahun 358 orang

3. -13-50 tahun 353 orang

4. -> 60 orang 50 orang

Kelompok suku/etnis : - Melayu : 1346 jiwa

(47)

Kelompok agama : - Islam : 1346 jiwa

Bahasa daerah yang di gunakan : Bahasa Melayu

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan :

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Buta Hurup 20 Orang

2. TK-SD 150 Orang

3. SMP-MTS 160 Orang

4. SMU-MAN 100 Orang

5. Tamat D3 25 Orang

6. Perguruan Tinggi 34 Orang

3. Jenis Penggunaan Lahan

No Lahan Jumlah

1. Kebun Karet 400 Ha

2. Kebun Kelapa Sawit 800 Ha

3. Kebun Kopi :-

4. Kebun Pisang :-

5. Persawahan :-

6. Pemukiman 50 Ha

Distribusi hak atas tanah di kelurahan :

No Pemilik Tanah Jumlah Kk

1. 0 s/d 1 Ha 20 kk

2. 1 s/d 2 Ha 100 kk

3. 2 s/d 5 Ha 40 kk

4. 5 s/d 10 Ha :-

5. 10 Ha 30 kk

6. Yang tidak memiliki 160 kk

4. Sarana Pendidikan

(48)

No TK SD SMP

1. 1 Gedung 2 Gedung 1 Gedung

2. 4 Guru 22 Guru 18 Guru

3. 20 Murid 200 Murid 113 Murid

5. Jenis – Jenis Rumah Yang Ada Di Kelurahan

No RUMAH JUMLAH

1. Semi Permanen 200 Buah

2. Gubuk/Pondok Tanah/Pondok Panggung 130 Buah 6. Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga Sebagai Sumber Kehidupan

No Kegiatan Ekonomi Status Jumlah Kk Pendapatan

1. Sawah Tetap 10 Kk Tidak Tentu

2. Perdagangan Tetap 30 Kk Tidak Tentu

3. Pegawai (Negeri/Swasta) Tetap 40 Orang Tidak Tentu

4. Membatik Musiman 10 Orang Tidak Tentu

7. Kelembagaan Yang Ada di Kelurahan

1. Lembaga formal :

No Lembaga Jumlah Anggota Tahun Terbentuk

Keterangan

1. LPM 1 Orang 2008 aktif

2. BPD 5 Orang 2007 aktif

3. Karang taruna 6 orang 2012 Aktif

2. Lembaga non formal :

No lembaga Jumlah anggota Tahun terbentuk Keterangan

1. Karang taruna 6 orang 2012 Aktif

2. Organisasi pemuda :- :- :-

(49)

3. Majelis taklim 100 orang 2008 Aktif

8.Kelembagaan Yang Ada di Kelurahan

1. Lembaga formal :

No Lembaga Jumlah Anggota Tahun Terbentuk

Keterangan

1. LPM 1 Orang 2008 aktif

2. BPD 5 Orang 2007 aktif

3. Karang taruna 6 orang 2012 Aktif

2. Lembaga non formal :

No lembaga Jumlah anggota Tahun terbentuk Keterangan

1. Karang taruna 6 orang 2012 Aktif

2. Organisasi pemuda :- :- :-

3. Majelis taklim 100 orang 2008 Aktif

(50)

40 BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL TEMUAN A. Sejarah Berdirinya Madrasah Nurul Iman

Modernisasi dalam lembaga pendidikan di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Meskipun demikian, perkembangan lembaga pendidikan Islam baru memainkan perannya pada dekade 1970an. Gejala paling jelas adalah ketika madrasah dalam beberapa dasawarsa terakhir kian terlibat dalam pendidikan umum, bahkan juga dalam upaya pembangunan bangsa untuk kemajuan dan kewargaan kultural.

Madrasah Nurul Iman Jambi berbeda dengan pengertian madrasah pada umumnya, sejak awal berdirinya lembaga pendidikan ini telah bernama

“madrasah”.

Corak kelembagaannya sangat tradisional atau disebut juga salafiyah.

Lembaga pendidikan Islam yang bercorak salafiyah tentu berbeda dalam menanggapi perkembangan zaman yang dilatari oleh modernisasi39. Bagi pesantren salafi pada umumnya hanya mengajarkan ilmu agama islam, ilmu yang dikaji bersumber dari berbagai kitab klasik berbahasa arab karya para ulama40. Dikenal dengan sebutan kitab kuning tujuan pendidikan diarahkan membentuk sosok pribadi yang tahu aturan, hukum, dan mampu mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan kesehariannya atau juga manusia yang ber akhlak karimah, shaleh serta menguasai ilmu pengetahuan agama.

39Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, hlm.6

40Ibid, hlm. 121

(51)

Senada dengan pendapat Steenbrink dalam konteks ini menyebutnya sebagai “menolak sambil mengikuti”. Ada beberapa pandangan dunia kaum reformis yang ditolak karena dianggap mengancam eksistensi kelembagaan namun di satu sisi ada yang diterima atau diadopsi dari beberapa unsur pendidikan moderen khususnya sistem klasikal dan perjenjangan. Untuk melihat perkembangan serta perubahan kelembagaan Madrasah Nurul Iman, tidak bisa dilepaskan dari latar historis berdirinya kelembagaan ini.

Secara historis, pendidikan Islam di Kota Jambi telah ada sejak abad ke-19 tepatnya sejak didirikannya Langgar Putih pada tahun 1868 oleh Syeh Khotib Mas‟ud. Langgar Putih berlokasi di Kelurahan Ulu Gedong daerah seberang kota Jambi, selain sebagai tempat peribadatan masyarakat Ulu Gedong dan masyarakat Seberang Kota Jambi, Langgar Putih juga dijadikan sebagai sarana pendidikan Agama Islam. Setelah Syeh Khotib Mas‟ud wafat ditahun 1889, usaha beliau dilanjutkan oleh keponakannya sekaligus anak angkatnya yaitu Abdul Majid, yang pada waktu belajarnya di Mekkah seangkatan dengan Syekh Ahmad Khotib al-Minangkabawi. Pada masa Abdul Majid, Langgar Putih mulai mengadakan pengajian Kitab Kuning di daerah Kesultanan Jambi dan berlangsung hingga tahun 1904. Kegiatan belajar-mengajar di Langgar Putih sejak tahun 1904 terhenti, Abdul Majid harus hijrah ke Mekkah guna menghindari penangkapan penjajah Belanda.

Berawal dari keberangkatan tokoh Abdul Madjid ke Mekkah, selain melakukan ibadah haji Abdul Majid juga melakukan kegiatan belajar- mengajar. Abdul Madjid memperdalam ilmu keagamaan Islam di Madrasah

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa benar, setelah mendapat laporan pemukulan yang dilakukan oleh kelurga Salfinus Fabumese kepada adik Terdakwa (Sdr. Andreas Samponu), Kepala Desa (Bpk. Thomas Samponu)

INSTRUMEN PENILAIAN KELAS KEMAMPUAN KELOMPOK TANI KABUPATEN MAROS TAHUN

(2015) menjelaskan kandungan eugenol yang terdapat pada minyak atsiri lengkuas merah memiliki aktivitas anti jamur, yaitu dengan cara menghambat biosintesis dari

Customer Relationship Management (CRM) adalah merupakan salah satu sarana untuk menjalin hubungan yang berkelanjutan antara perusahaan dengan pelanggan, dengan

Pada periode ini, khususnya di Jawa, bahan bangunan yang digunakan pada umumnya adalah kayu, bambu, simp, ule Htan, dan ragum, dengan sistem kontruksi yang banyak

Rencana Kinerja Tahunan yang merupakan dokumen Perencanaan untuk periode 1 tahun yang memuat sasaran/capaian program, indikator kinerja, program dan kegiatan dimana merupakan

Sudiyono (2002) menyebutkan terdapat enam asumsi model cobweb yang harus di penuhi, pertama harga ditentukan oleh struktur persaingan yang terjadi pada proses

Based on the course description in reading for interpretation subject, the students should be able to identify the topic of paragraph, recognize the meaning of