• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hilyati

N/A
N/A
khairul bariah

Academic year: 2022

Membagikan "Makalah Hilyati"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

P A N D A N G A N P E R E N I A L IS M E D A L A M P E N D I D IK A N

D i A j u k a n U n t u k M e m e n u h i T u g a s P a d a M a t a K u l i a h : F i l s a f a t P e n d i d i k a n I s l a m

D o s e n P e m b i m b i n g : S a d d a m I d r i s , M A

DISUSUN O L E H

KELOMPOK VI

Ahmad Rusdi Hatami Hilyati

SEMESTER II I UNGGULAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) JAM’IYAH MAHMUDIYAH

TANJUNG PURA – LANGKAT

T.A 2018/2019

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang berjudul “Pandangan Perenialisme Dalam Pendidikan”

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen selaku pembimbing mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dan teman-teman yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan, kesalahan dan masih sangat jauh dari sempurna, Serta banyak kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun penyusunannya oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari seluruh pihak demi perbaikan makalah selanjutnya.

Akhir kata wassalamu’alaikum wr.wb

Tanjung Pura, 5 November 2018 Penulis

KELOMPOK VI

i

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR ISI

...

ii

BAB I PENDAHULUAN

...

1

A. Latar Belakang Masalah

...

1

B. Rumusan Masalah

...

1

C. Tujuan Penulisan

...

1

BAB II PEMBAHASAN

...

2

A. Pengertian Perenialisme

...

2

B. Tokoh Perenialisme

...

2

C. Pandangan Perenialisme Dalam Pendidikan

...

4

D. Pandangan Ontologi Perenialisme

(4)

...

7

E. Pandangan Epistimologi Perenialisme

...

7

F. Pandangan Aksiologi Perenialisme

...

8

BAB III PENUTUP

...

9

A. Kesimpulan 9

B. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

ii

ii

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, karena pada hakikatnya pendidikan adalah proses pewarisan dari nilai-nilai filsafat dan filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Dalam memecahkan persoalan masing- masing filosofis akan menggunakan teknik atau pendekatan yang berbeda, sehingga melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula. Dari perbedaan tersebut kemudian lahirlah aliran-aliran atau sistem filsafat.

Perenialisme adalah salah satu aliran dalam filsafat pendidikan, dalam kehidupan modern saat ini banyak terjadi krisis kehidupan terutama dalam bidang penddikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis tersebut maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu dengan cara kembali pada masa lampau yang dianggap ideal dan teruji ketangguhannya.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apakah Pengertian Aliran Perenialisme ? 2. Siapa Saja Tokoh Dalam Aliran Perenialisme ?

3. Bagaimana Pandangan Perenialisme Terhadap Pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Pengertian Aliran Perenialisme 2. Untuk Mengetahui Tokoh Dalam Aliran Perenialisme

3. Untuk Mengetahui Pandangan Perenialisme Terhadap Pendidikan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perenialisme

Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang telah ada sebelumnya, sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme. Esensi aliran ini yaitu menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia.

Perenialisme sering dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau.1

Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif dan atas terjadinya keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam kehidupan manusia modern. Untuk mengatasi hal tersebut aliran ini menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno, dan abad pertengahan.

B. Tokoh Perenialisme

Perenialisme sudah ada sejak zaman filosof abad kuno dan pertengahan. Seperti halnya dalam bidang pendidikan, konsep perenialisme dalam pendidikan dilatar belakangi oleh filsafat-filsafat Plato sebagai bapak idealisme klasik, filsafat Aristoteles sebagai bapak realisme klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) Gereja Khatolik yang tumbuh pada zamannya (abad pertengahan).

1. Plato

Plato (347- 427 SM), hidup pada zaman kebudayaan yaitu filsafat sofisme. Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan dan pikiran.

Pendidikan harusnya berorientasi pada tiga potensi tersebut dan juga kepada masyarakat, sehingga kebutuhan yang ada pada masyarakat dapat terpenuhi. Dengan pertimbangan ketiga potensi tersebut tidak sama pada setiap individu. Manusia yang besar potensi rasionya, inilah manusia kelas pemimpin atau kelas sosial tertinggi. Manusia yang

1 Suharsimi Asmani, Filsafat Pendidikan (Bandung: PT. Renika Cipta, 2001) h. 45

(7)

dominan potensi kemampuannya, merupakan manusia kelas prajurit atau menenggah.

Manusia yang dominan potensi nafsunya, merupakan rakyat jelata atau kaum pekerja.2

2. Aristoteles

Aritoteles (322-384 SM), adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafat realisme (realisme klasik). Cara berfikir Aristhoteles berbeda dengan gurunya, Plato, yang menekankan berfikir rasional spekulatif. Arithoteles mengambil cara berfikir rasional empiris atau realitas.

Aristoteles menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar. Terutama dalam pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui proses permulaan dengan kebiasaan di waktu muda. Secara ontologis, ia menyatakan bahwa sifat atau watak anak lebih banyak potensialitas sedang guru lebih banyak mempunyai aktualitas. Bagi Aristoteles tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk mencapainya maka aspek jasmani , emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.

3. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas mencoba mempertemukan suatu pertentangan yang muncul pada waktu itu, yaitu antara ajaran Kristen dengan filsafat (sebetulnya dengan filsafat Aritoteles), sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran logis adalah filsafat neoplatonisme dari Plotinus yang dikembangkan oleh St. Agustinus. Menurut Aquina, tidak terdapat pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat Aristoteles) dengan ajaran agama (Kristen). Keduanya dapat berjalan dalam lapangannya masing-masing. Thomas Aquina secara terus menerus dan tanpa ragu-ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.3

Seperti halnya Plato dan Aristoteles tujuan pendidikan yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas, aktif dan nyata. Tingkat aktif dan nyata yang timbul ini bergantung dari kesadaran-kesadaran yang dimiliki oleh tiap-tiap individu.

2 Ibid,h. 46

3 Jamal Arifin, Filsafat Pendidikan (Jakarta: PT. Rajawali Pres, 2013) h. 37.

(8)

C. Pandangan Perenialisme Dalam Pendidikan

Perenialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia dalam kesejahteraannya. Pendidikan menurut aliran ini adalah suatu upaya mempersiapkan kehidupan. Prinsip mendasar pendidikan bagi aliran ini adalah membantu subjek-subjek didik menemukan dan menginternalisasikan kebenaran abadi, karena memang kebenarannya mengandung sifat universal dan tetap. Aliran ini meyakini bahwa pendidikan merupakan transfer ilmu pengetahuan mengenai kebenaran abadi.4

Pengetahuan adalah suatu kebenaran yang memiliki kesamaan. Sehingga penyelenggaraan pendidikan dimana-mana mestilah sama. Belajar adalah upaya keras untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan melalui disiplin tinggi dalam latihan pengembangan prinsip-prinsip rasional. Makna hakiki dari belajar merupakan belajar untuk berfikir. Dengan berfikir subjek didik akan memiliki senjata ampuh dalam menghadapi berbagai rintangan yang dapat menurunkan martabat kemanusiaannya, seperti kebodohan, kebingungan dan keragu-raguan.

Pandangan perenialisme dalam pendidikan yaitu bahwa pendidikan harus berdasarkan pada nilai-nilai luhur, norma dan agama. Dapat juga dikatakan bahwa proses belajar mengajar harus dikembalikan pada nilai-nilai luhur, norma-norma dan agama pada masa lalu.

Pendidikan harus melahirkan orang-orang yang mematuhi norma dan tawaduk di jalan kebenaran. Dengan tidak menaati norma berarti membawa kepada penyimpangan.

Pendidikan juga harus menitik beratkan pada nilai agung dalam hal terpusat pada guru.

Pendidikan harus dipusatkan pada guru, karena guru memiliki kemampuan serta norma- norma dan nilai yang luhur.

1. Tentang Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh.

4 Ibid,h. 38

(9)

Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki.

Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami masalah yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk menggadakan penyelesaian masalahnya.

2. Tujuan Pendidikan

Aliran perenialisme merupakan paham filsafat pendidikan yang menempatkan nilai pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber pada Tuhan. Menurut Brameld, perenialisme pada dasarnya adalah sudut pandang dimana sasaran yang akan dicapai dalam pendidikan adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan ruang”.5

Aliran ini mencoba membangun kembali cara berfikir abad Pertengahan yang meletakkan keseimbangan antara moral dan intelektual dalam konteks kesadaran spiritual. Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber tertinggi, maka nilai dalam pandangan aliran perenialisme selalu bersifat theosentris. Menurut aliran perenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan pada nilai kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan hal itu dilakukan melalui proses penanaman nilai pada peserta didik.

Pandangannya mengenai pendidikan dapat menjadi semakin jelas pada pendirian dan sikap perenialisme terhadap tujuan pendidikan sekolah. Dalam konteks pendidikan sekolah, tujuan pendidikan yang ditekankan adalah membantu anak untuk dapat menyingkap dan menginternalisasi kebenaran hakiki. Karena kebenaran hakiki ini bersifat universal dan konstan (tetap, tidak berubah), maka hal ini harus menjadi tujuan murni pendidikan.

3. Prisip-Prinsip Pendidikan

Prinsip merupakan asas, atau aturan pokok. Jadi dalam hal ini yang dimaksud prinsip pendidikan adalah asas atau aturan pokok mengenai pendidikan dalam

5 Seno Subro, Filsafat Pendidikan Islam (Semarang: CV Aneka Ilmu, 2004) h. 23.

(10)

perenialisme. Dinamakan perenialisme karena kurilukumnya berisis materi yang bersifat konstan dan perenial. Perenialisme menghendaki pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai Abad Pertengahan, karena jiwa pada Abad Pertengahan telah merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan.

Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi.

Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan yang kebenarannya pasti, dan abadi.

Adapun prinsip-prinsip pendidikan antara lain :

a. Konsep pendidikan bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.

b. Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia yang unik, yaitu kemampuan berfikir.

c. Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.

d. Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.

e. Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajan dasar (basic subject).6

4. Kurikulum dan Metode Pendidikan

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dalam point di atas, maka kurikulum yang digunakan adalah yang berorientasi pada mata pelajaran (subject centered). Dan materi atau isi pendidikan adalah beberapa disiplin ilmu seperti : kesasteraan, matematika, bahasa, ilmu sosial (humaniora) dan sejarah.

Selanjutnya mengenai kurikulum, M. Noor Syam membedakan pandangan perenialisme dalam kurikulum sesuai dengan tingkatan pendidikan sebagai berikut : a. Pendidikan Dasar

b. Pendidikan Menengah

c. Pendidikan Tinggi/Universitas d. Pendidikan Orang Dewasa

6 http://Inspirasi.blogspot.com/2011/11/Aliran-Perenialisme-dalam-Filsafat-html diakses pada 5 November 2018 pukul 22.15 Wib

(11)

D. Pandangan Ontologi Perenialisme

Ontologi perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual, esensi, aksiden dan subtansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek kehidupannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana yang tampak dihadapan manusia dan yang ditangkap oleh panca indra. Esensi dari suatu kualitas menjadikan suatu benda itu lebih intrinsik dari pada fisiknya, seperti manusia yang ditinjau dari esensinya adalah makhluk berfikir. Aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah pada sifatnya, Sedangkan subtansi adalah kesatuan dari tiap-tiap individu.

E. Pandangan Epistimologi Perenialisme

Dalam bidang epistemologi, perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan.

Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara pikir dengan benda-benda.

Benda-benda yang dimaksudkan ialah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-prinsip keabadian.

Menurut perenialisme, filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika (science ) sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisis empiris kebenarannya, Perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dipandang dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlihat pada kebenaran. Kebenaran merupakan sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara pikiran dan benda-benda. Benda-benda disini maksudnya adalah hal-hal yang adanya bersendikan prinsip-prinsip keabadian. Perenialisme berpangkal pada tiga istilah yang menjadi asas di dalam epistimologi yaitu truth, self evidence dan reasoning. Truth merupakan prasyarat asas untuk mengerti atau memahami arti realita semesta raya. Self evidence merupakan suatu bukti yang ada pada diri (realita, eksitensi) itu sendiri. Reasioning merupakan hukum berfikir.7

F. Pandangan Aksiologi Perenialisme

Dalam bidang aksiologi, perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan prinsip- prinsip menerima universal yang abadi. Khususnya dalam tingkah laku manusia, maka

7 http://Inspirasi.blogspot.com/2013/10Perenialisme/-dalam-Filsafat- Pancasila-html diakses pada 5 November 2018 pukul 22.15 Wib

(12)

manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai dengan kodratnya, di samping itu ada pula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan kearah yang tidak baik. Tindakan manusia yang baik adalah persesuaian dengan sifat rasional (pikiran) manusia. Kebaikan yang teringgi ialah mendekatkan diri pada Tuhan.

Jadi, hakikat manusia itu yang pertama-tama adalah jiwanya. Hakikat manusia itu juga akan menentukan hakikat perbuatannya, dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Dalam aksiologi, prinsip pemikiran demikian bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan itulah yang sesuai dengan sifat rasional manusia, karena secara alamiah manusia itu condong pada kebaikan.

BAB III PENUTUP

(13)

A. Kesimpulan

Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang telah ada sebelumnya sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme.

Perenialisme sudah ada sejak zaman filosof abad kuno dan pertengahan. Seperti halnya dalam bidang pendidikan, konsep perenialisme dalam pendidikan dilatar belakangi oleh filsafat-filsafat Plato sebagai bapak idealisme klasik, filsafat Aristoteles sebagai bapak realisme klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) Gereja Khatolik yang tumbuh pada zamannya (abad pertengahan).

B. Saran

Proses belajar mengajar harus dikembalikan pada nilai-nilai luhur, norma-norma dan agama pada masa lalu. Pendidikan harus melahirkan orang-orang yang mematuhi norma dan tawaduk di jalan kebenaran. Dengan tidak menaati norma berarti membawa kepada penyimpangan. Pendidikan juga harus menitik beratkan pada nilai agung dalam hal terpusat pada guru. Pendidikan harus dipusatkan pada guru, karena guru memiliki kemampuan serta norma-norma dan nilai yang luhur. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami juga menyarankan kritikkan dari pembaca yang sifatnya membangun. Sehingga penulis dapat lebih baik lagi dalam penyusunana makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Asmani, Suharsimi. Filsafat Pendidikan, Bandung: PT. Renika Cipta, 2001

Arifin, Jamal. Filsafat Pendidikan, Jakarta: PT. Rajawali Pres, 2013

http://Inspirasi.blogspot.com/2011/11/Aliran-Perenialisme-dalam-Filsafat-html diakses pada 5 November 2018 pukul 22.15 Wib

http://Inspirasi.blogspot.com/2013/10/Perenialisme-dalam-Filsafat- Pancasila-html diakses pada 5 November 2018 pukul 22.15 Wib

Subro, Seno. Filsafat Pendidikan Islam, Semarang: CV Aneka Ilmu, 2004

Referensi

Dokumen terkait

1.1 Login 1.2 pembayaran zakat 1.3 pembayaran infaq 1.4 validasi zakat 1.5 validasi infaq 1.6 validasi penyaluran ZIS 1.7 laporan penerimaan zakat 1.8 laporan pengeluaran zakat

Beberapa keterbatasan penelitian ini ada- lah; Pertama , sebagian besar kuesioner tidak dapat langsung diberikan kepada investor karena adanya kebijakan dari perusahaan se-

Analisis kadar flavonoid total dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Visibel dan membandingkan kadar flavonoid total dari dua metode pembuatan ekstrak

Babel memiliki kinerja keuangan yang cukup baik karena pada tahun 2010 telah berhasil melampaui target penerimaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar

Berdasarkan hasil uji Post Hoc, untuk mengetahui konsentrasi efektif minyak atsiri kulit jeruk bergamot dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1%

Pemberian asam humat mampu meningkatkan ketersediaan hara NPK, mengubah aktivitas enzim sukrase, urease dan fosfatase dan meningkatkan metabolisme zat dalam tanah serta

Dapatan daripada ujian-t menunjukkan tidak terdapat perbezaan yang signifikan terhadap kesesuaian isi kandungan, peruntukan masa, kemudahan dan alatan dan kesesuaian

Langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat