• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL NIM:"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (Studi pada Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL NIM: 11160480000087

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

(2)

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA

(Studi pada Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Berdasarkan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL NIM: 11160480000087

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

(3)

ii

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI

PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN

HUKUM)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL NIM: 11160480000087

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdul Halim, M.Ag. Drs. Noryamin, M.A.

NIP. 19670608 199403 1 005 NIP. 19630305 199103 1 002

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M F A K U L T A S S Y A R I A H D A N H U K U M

U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H J A K A R T A

1 4 4 2 H / 2 0 2 1 M

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM) ” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Maret 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 21 April 2021 Mengesahkan

Dekan,

Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.

NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H (….…………...)

NIP. 19670203 201411 1 001

2. Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. (…..………....)

NIP. 19650908 1995 1 001

3. Pembimbing I : Dr. Abdul Halim. M.Ag. (………..)

NIP. 19670608 199403 1 005

4. Pembimbing II : Drs. Noryamin, M.A. (………...)

NIP. 19630305 199103 1 002

5. Penguji I : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H (……….)

NIP. 19670203 201411 1 001

6. Penguji II : Dr. Alfitra S.H., M.Hum. (……….)

NIP. 19720203 200701 1 034

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:

Nama : Muhammad Husein Haekal NIM : 11160480000087

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jalan Dr. Ratna Nomor 54 RT 001/001 Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi

Nomor Telp : 081380320345

Email : Huseinhaekall@gmail.com Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penelitian ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli Saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Februari 2021

Muhammad Husein Haekal

(6)

v ABSTRAK

Muhammad Husein Haekal, NIM 11160480000087, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA PASCA LAHIR UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT)”. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 1442 H/2021 M.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan Negara terhadap masyarakat kurang mampu. Disamping itu skripsi ini membahas beberapa kasus yang terjadi dalam pemberian bantuan hukum. Terakhir Peneliti mencoba membahas implementasi bantuan hukum oleh LBH Jakarta yang menyajikan Program, manfaat, dan kendala yang di hadapi oleh LBH Jakarta pasca kelahirannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum .

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan wawancara.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pasal 14 Ayat (1) butir c Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum hanya mengaktegorikan masyarakat kurang mampu sebagai penerima Bantuan Hukum, pada realitanya terdapat kebutuhan lain yakni bantuan hukum kepada kelompok-kelompok rentan seperti anak, perempuan, masyarakat, adat dan penyandang disabilitas terlepas dari kondisi ekonomi mereka. Masalah lain yang ditemukan peneliti bahwa ketersediaan sumber daya manusia dalam memberikan bantuan hukum sangat terbatas, sehingga tidak semua kasus dapat ditangani langsung oleh LBH Jakarta.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Bantuan Hukum, LBH Jakarta Pembimbing : Dr. Abdul Halim, M.Ag.

Drs. Noryamin Aini, MA.

Daftar Pustaka : 1983 s.d 2020

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhinggga. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau sampai akhir zaman nanti. Dengan mengucap Alhamdulillâhi rabbil‘âlamîn, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul: “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM)”.

. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini tidak dapat peneliti selesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

Selanjutnya, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah memberikan peranan secara langsung maupun tidak langsung atas pencapaian yang telah dicapai oleh peneliti, yaitu antara lain kepada yang terhormat.

1. Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan

(8)

vii untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Abdul Halim, M.Ag. dan Drs. Noryamin, M.A. Pembimbing Skripsi. Dr.

Asmawi, M.Ag Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas dan mengizinkan peneliti untuk mencari dan meminjam buku-buku referensi dan sumber-sumber data lainnya yang diperlukan

5. Kepada kedua orang tua ku tercinta, Bapak H. Jahrudin, S.H. dan Ibu Hj.

Salmawati S.Ag. Dan juga kepada Kakak Muhammad Reyza Ramadhan, S.H. dan Adik Muhammad Faaiz Khoirul Ihsan yang selalu memberikan dukungan, baik materil maupun immaterial berupa motivasi, do’a, bahkan kepercayaan untuk dapat duduk di bangku kuliah hingga menyelesaikan gelar sarjana ini.

6. Pihak-pihak lainnya yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setara kepada para pihak yang telah berbaik hati terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan semoga pula skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 13 Februari 2021

Muhammad Husein Haekal NIM. 11160480000087

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metode Penelitian ... 7

1. Jenis Penelitian ... 7

2. Pendekatan Penelitian ... 8

3. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 8

4. Metode Analisa Data ... 10

5. Teknik Penulisan ... 10

E. Sistematika Pembahasan ... 10

(10)

ix

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEDUDUKAN BANTUAN

HUKUM SEBAGAI HAK KONSTITUSIONAL ... 13

A. Kerangka Konseptual ... 13

1. Bantuan Hukum ... 13

2. Perlindungan Hukum ... 15

B. Kajian Teori ... 17

1. Teori Kepastian Hukum ... 18

2. Teori Keadilan Hukum ... 20

C. Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum... 21

1. Bentuk Perlindungan Hukum ... 21

2. Jenis Bantuan Hukum ... 23

3. Tujuan Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum ... 24

a. Tujuan Perlindungan Hukum ... 24

b. Tujuan Bantuan Hukum ... 26

D. Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional Warga Negara ... 27

E. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu ... 30

BAB III PROFIL LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA ... 33

A. Sejarah Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ... 35

B. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ... 35

1. Visi LBH Jakarta ... 35

2. Misi LBH Jakarta ... 36

3. Tujuan LBH Jakarta ... 37

C. Struktur Organisasi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ... 38

D. Kegiatan-Kegiatan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ... 40

(11)

x

BAB IV IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM OLEH LBH

JAKARTA ... 44

A. Program Bantuan Hukum LBH Jakarta Kepada Masyarakat Kurang Mampu... 44

B. Manfaat Program LBH Jakarta yang Didapatkan Oleh Masyarakat ... 51

C. Kendala yang Dihadapi Oleh LBH Jakarta dalam Memberikan Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Kurang Mampu ... 53

D. Dinamika Negara Hukum Didalam Menjamin Ketersediaan Bantuan Hukum bagi Setiap Warga Negara ... 59

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Rekomendasi ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 66

(12)

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Jumlah pemasukan dana LBH Jakarta tahun 201 ... 59 TABEL 4.2 Perbandingan Donatur Bergabung Selama 5 Tahun Terakhir ... 61

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perlindungan dan pengakuan hak asasi setiap warga negara merupakan kewajiban bagi negara hukum.1 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 selanjutnya disebut UUD 1945 menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang memiliki kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap warga negaranya. Penetapan tersebut dilengkapi dengan prinsip equality before the law pernyataan bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum yang termaktub dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945.2

Setiap masyarakat berhak diperlakukan sama dihadapan hukum merupakan prinsip equality before the law, termasuk bagi rakyat kurang mampu yang sedang bermasalah dengan hukum. Secara konstitusi Pasal 34 Ayat (1) menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Interpretasi frasa “dipelihara” bukan hanya memberikan kebutuhan pangan saja, akan tetapi kebutuhan akses perlindungan hukum dan keadilan, dengan kata lain prinsip equality before the law tidak hanya dimaknai sebatas persamaan dihadapan hukum saja, melainkan sebagai persamaan akses terhadap sistem hukum dan keadailan.3 Berdasarkan hal tersebut maka terciptalah suatu konsep dan tujuan yang bernama acces to law and justice.

Dalam kehidupan sosial tidak jarang terjadi konflik antara seseorang dengan orang lain yang menyebabkan salah satu pihak menjadi korban atas

1 Sri Rahayu Wilujeng, Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis, (Semarang: Jurnal Humanika Vol. 18 Nomor 2, 2013) h. 162.

2 Nurhadi, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, (Bandung: M.A Nusantara, 2007), h. 251.

3 Deborah L. Rhode, Acces to Justice, (New York: Oxford University Press, 2004), h. 3.

(14)

perbuatan orang lain. Banyak konflik yang terjadi pada kehidupan masyarakat, bahkan tidak jarang konflik tersebut berujung pada meja hijau.

Sehingga pada posisi inilah masyarakat kebingunan menyelesaikan konfliknya karena berkaitan dengan hukum di Indonesia, sehingga masyarakat membutuhkan bantuan hukum. Selain itu, bantuan hukum juga berguna untuk mewujudkan keadilan dan kesamaan kedudukan dalam hukum bagi setiap warga Negara, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.4

Untuk merealisasikan prinsip dan tujuan acces to law and justice, Pemerintah mengeluarkan suatu regulasi yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Substansi regulasi tersebut adalah mengharuskan penegak hukum khususnya advokat untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu.

Salah satu lembaga yang fokus untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta yang merupakan Organisasi Bantuan Hukum (OBH). Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan payung hukum dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat melalui advokat maupun Organisasi Bantuan Hukum (OBH).

Pemberian bantuan hukum kepada masyarakat oleh LBH Jakarta merupakan suatu hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Adapun tujuan tersebut tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang salah satunya adalah menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan.

Dalam rangka mencapai tujuan Undang-Undang Bantuan Hukum, maka diperlukan adanya pemerataan bantuan hukum, termasuk bagi mereka

4 Andi Muhammad Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta:

Kencana,2014), h.110.

(15)

3

yang tidak mampu. Dalam hal ini, LBH Jakarta melalui sumber daya manusia yang terdapat dalam lembaga tersebut yaitu, Advokat dan ABH (Asisten Bantuan Hukum) memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengakomodasi masyarakat kurang mampu dalam mendapatkan keadilan melalui bantuan hukum secara cuma-cuma. Namun ironisnya, masih banyak masyarakat kurang mampu yang mencari keadilan dan belum mendapatkan akses bantuan hukum dari para Advokat. Padahal diketahui, bahwa setiap tahunnya jumlah Advokat selalu bertambah, namun hal tersebut belum menjamin adanya akses bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu.

Selanjutnya, persoalan krusial yang muncul dari studi ini adalah:

Pertama, apakah lembaga bantuan hukum telah menjalankan hak hukum masyarakat yang kurang mampu dalam mendapatkan keadilan hukum. Kedua, sejauh mana lembaga bantuan hukum telah memberikan ruang bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan hak hukum berupa bantuan hukum cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu. Ketiga, apakah lembaga bantuan hukum yang ada di Indonesia telah memberikan prioritas dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu. Keempat, apakah ada sanksi bagi lembaga bantuan hukum jika tidak mengakomodir masyarakat kurang mampu. Kelima, apakah ada kriteria baku yang dipakai lembaga bantuan hukum menentukan masyarakat kurang mampu untuk memperoleh advokasi bantuan hukum. Keenam, sejauh mana partisipasi lembaga bantuan hukum bagi pemberian bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka studi ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah lembaga bantuan hukum di Indonesia telah mengakomodasi seluruh elemen masyarakat khususnya masyarakat yang

(16)

kurang mampu yang bermasalah dengan hukum. Penelitian ini akan dilakukan dengan studi kasus di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, dengan pertimbangan metodologis bahwa mengingat Lembaga Bantuan Hukum Jakarta adalah salah satu lembaga bantuan hukum terkemuka dan berpengaruh dalam penegakan hukum di Indonesia. Lembaga Bantuan Hukum Jakarta juga merupakan terbesar di ibu kota Jakarta, yang mana ibu kota Jakarta merupakan pusat pemerintahan yang penduduknya cukup besar maka tidak menutup kemungkinan tingkat kriminalitasnya pun sangat tinggi. Atas pertimbangan tersebut di atas, maka studi ini sangat penting dan menarik dilakukan untuk mendapatkan kondisi objektif dari praktik bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu di Indonesia dan khususnya di ibukota Jakarta.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait dengan permasalahan diatas. Maka penelitian ini dituangkan dalam skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian ini yang antara lain:

a. Negara telah memberikan hak hukum masyarakat yang kurang mampu dalam mendapatkan keadilan hukum.

(17)

5

b. Negara telah memberikan ruang bagi masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan hak hukum berupa bantuan hukum bagi masyarakat.

c. Komitmen LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu.

d. Regulasi yang mengatur mengenai kewajiban bagi lembaga bantuan hukum untuk mendampingi masyarakat kurang mampu.

e. Kriteria baku yang dipakai lembaga bantuan hukum menentukan masyarakat kurang mampu untuk memperoleh advokasi bantuan hukum.

f. Partisipasi lembaga bantuan hukum bagi pemberian bantuan hukum untuk masyarakat kurang mampu.

g. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat sulit untuk mendapatkan akses bantuan hukum.

h. Perlindungan hukum yang diberikan Negara terhadap masyarakat kurang mampu.

i. Peran LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

j. Efektivitas penerapan Undang-Undang Bantuan Hukum di LBH Jakarta.

k. Kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu.

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan untuk memfokuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Peneliti membatasi masalah yang diteliti hanya berfokus pada tiga hal.

Adapun ketiga hal tersebut yaitu tentang teknis pemberian bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011, manfaat untuk

(18)

masyarkat kurang mampu, program atau kegiatan yang dilakukan oleh LBH Jakarta dan kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, permasalahan penelitian yang diangkat ialah pelaksanaan bantuan hukum oleh LBH Jakarta. Berdasarkan pembahasan dari perumusan tersebut, maka peneliti jabarkan berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apa program bantuan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta kepada masyarakat kurang mampu?

b. Apa manfaat yang didapatkan oleh masyarakat yang mendapatkan bantuan hukum dari LBH Jakarta?

c. Apa kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menjelaskan program bantuan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta kepada masyarakat kurang mampu

b. Untuk menjelaskan manfaat yang didapatkan oleh masyarakat yang mendapatkan bantuan hukum dari LBH Jakarta

c. Untuk menjelaskan kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

1) Hasil studi ini untuk menambah dan memperkaya keilmuan serta

(19)

7

menjadi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal bantuan hukum.

2) Hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan bahan penyuluhan informatif serta edukatif untuk masyarakat, sehingga dapat mengetahui teknis pemberian bantuan hukum.

b. Secara Praktis

Secara praktis tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam, serta sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang tentang bantuan hukum khususnya di LBH Jakarta.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian eksploratif. Penelitian ekspoloratif adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan, dan data mengenai suatu gejala tertentu, atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai suatu gejala itu.5 Pada penelitian ini hal yang akan dieksplorasi adalah perihal lembaga bantuan hukum Jakarta dalam melaksanakan amanat Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum untuk memberikan bantuan hukum cuma-cuma untuk rakyat miskin atau kurang mampu agar tercapainya konsep acces to law and justice.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan empiris, yaitu suatu pendekatan penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dapat dikatakan

5 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, (Bandung:

Alfabeta, 2017), h. 19.

(20)

bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu elemen masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisa fakta-fakta di lapangan yang dilakukan oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu. Peneliti juga akan menganalisa program yang dilakukan LBH Jakarta dalam melaksanakan bantuan hukum cuma-cuma, manfaatnya yang dirasakan oleh masyarakat, dan kendala-kendala yang dialami oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu.

3. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan oleh Peneliti dalam penelitian ini adalah berupa informasi yang berkaitan dengan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu yang dilakukan oleh LBH Jakarta, sebagai berikut;

a. Jenis Data

Adapun jenis data dalam penelitian dibagi kepada 2 (dua) kategori yaitu, data primer, data sekunder. Penjelasan mengenai jenis data tersebut sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pihak LBH Jakarta.

2) Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah laporan tahunan LBH Jakarta mengenai pemberian bantuan hukum kepada masyarakat miskin atau kurang mampu.

b. Bahan Hukum

Adapun bahan hukum dalam penelitian dibagi kepada 3 (tiga) kategori yaitu, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

(21)

9

bahan hukum terssier Penjelasan mengenai sumber data tersebut sebagai berikut:

1) Bahan Hukum Primer

Adapun bahan hukum primer yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

b) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

2) Bahan Hukum Sekunder

Adapun bahan hukum sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum.

b) Peraturan Menteri Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum.

3) Bahan Hukum Tersier

Adapun bahan hukum tersier yang dimaksud dalam penelitian ini adalah opini para ahli hukum dan para praktisi hukum, terutama opini hukum tentang bantuan hukum terhadap masyarakat miskin atau kurang mampu.

c. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh Peneliti adalah sebagai berikut:

1) Studi dokumen, yaitu bentuk pengumpulan data yang dilakukan

(22)

dengan membaca buku, literature, dan dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian dalam kajian bantuan hukum.

2) Interview, yaitu dilakukan dengan Aprillia Lisa Tengker, S.H.

salah satu advokat publik LBH Jakarta. Niti Amini klien LBH Jakarta, Syahroni Fadhil peserta Kalabahu LBH Jakarta, dan Welly Saputra sebagai peserta penyuluhan dan konsultasi LBH Jakarta. Peneliti menanyakan permasalahan yang dibahas mengenai pemberian bantuan hukum, kendala, program atau kegiatan LBH Jakarta kepada masyarakat.

4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari data primer, data sekunder, dan data tersier dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Peneliti akan mendeskripsikan, dan menginterpretasikan data yang didapatkan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada objek permasalahan skripsi ini.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta Tahun 2017.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dalam Skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

(23)

11

Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BANTUAN HUKUM Bab ini menyajikan kajian pustaka yang didahului dengan konsep dasar dan kerangka teori serta kerangka konseptual mengenai tinjauan Perlindungan Hukum dan Kedudukan Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional. Pada bab ini juga dibahas tinjauan (review) kajian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian yang dijadikan acuan agar tidak terjadi duplikasi dalam penelitian.

BAB III : PROFIL LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA.

Bab ini menyajikan ini data deskriptif yang di dalamnya membahas Sejarah Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Visi, Misi, dan Tujuan LBH Jakarta, Struktur Organisasi LBH Jakarta, dan Kegiatan-Kegiatan yang dilaksanakan oleh LBH Jakarta.

BAB IV : IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM OLEH LBH JAKARTA

Bab ini merupakan analisis permasalahan yang membahas program bantuan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta kepada masyarakat kurang mampu. Manfaat yang didapatkan oleh masyarakat yang mendapatkan bantuan hukum dari LBH Jakarta, dan Kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu.

(24)

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang dapat ditarik mengacu pada hasil penelitian sesuai dengan perumusan masalah yang telah diterapkan dan rekomendasi yang akan lahir setelah pelaksanaan penelitian dan pengulasannya dalam skripsi.

(25)

13 BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEDUDUKAN BANTUAN HUKUM SEBAGAI HAK KONSTITUSIONAL

A. Kerangka Konseptual

Dalam metode penulisan karya ilmiah khususnya penulisan hukum, diperlukan adanya suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual merupakan suatu kerangka yang mendeskiripsikan adanya implikasi antara konsep-konsep yang lebih spesifik dalam suatu karya ilmiah.1 Peneliti menyusun beberapa pengertian dari konsep- konsep yang akan dipergunakan dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut:

1. Bantuan Hukum

Dalam buku panduan bantuan hukum YLBHI dijelaskan bantuan hukum merupakan upaya untuk membantu orang yang tidak mampu dalam bidang hukum. Dalam pengertian sempit, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada klien kurang mampu.2 Bantuan hukum dalam pengertiannya yang lebih luas dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu golongan yang tidak mampu dalam bidang hukum.

Dalam pengertian yang lebih luas, Adnan Buyung Nasution berpendapat bahwa upaya pemberian bantuan hukum mempunyai tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu:3 aspek perumusan aturan-aturan hukum; aspek pengawasan terhadap mekanisme untuk menjaga aturan- aturan itu untuk ditaati; dan aspek pendidikan masyarakat agar aturan- aturan itu dihayati.

1 Sorjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 132.

2 AUSAID, YLBHI, PSHK, dan IALDF, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia (Pedoman Memahami Dan Menyelesaikan Masalah Hukum), (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 33.

3 Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia dalam Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 7.

(26)

Pendapat Adnan Buyung Nasution tersebut setidaknya ada dua hal penting yang berkaitan dengan bantuan hukum dalam pengertiannya yang luas, yaitu:

Pertama, ia merupakan suatu gerakan untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sehingga masyarakat akan menyadari hak-hak dan kewajiban mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara Republik Indonesia. Kedua, bantuan hukum juga berarti usaha untuk melakukan perbaikan-perbaikan hukum agar hukum dapat memenuhi kebutuhan rakyat dan mengikuti perubahan keadaan.

Dalam pengertian bantuan hukum yang lingkup kegiatannya cukup luas juga ditetapkan oleh lokakarya Bantuan Hukum Tingkat Nasional pada tahun 1978 yang menyatakan bahwa bantuan hukum yang merupakan kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada golongan yang tidak mampu (kurang mampu) baik secara perorangan maupun kepada kelompok-kelompok masyarakat tidak mampu secara kolektif.

Lingkup kegiatannya meliputi:4 a. Pembelaan

b. Perwakilan baik diluar maupun didalam pengadilan c. Pendidikan

d. Penelitian

e. Penyebaran gagasan

Berkaitan dengan kegiatan bantuan hukum, Yahya Harahap menyatakan bahwa terdapat tiga ciri bantuan hukum.5 Pertama, Legal Aid yang berarti pemberian jasa dibidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara. Pada legal aid ini pemberian jasa

4 Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 3.

5 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 244.

(27)

15

atau bantuan hukum menekankan pada pemberian secara cuma-cuma dan lebih dikhususkan bagi masyarakat tidak mampu pada lapisan masyarakat kurang mampu.

Kedua, yaitu Legal Assistance, pada jenis jasa hukum legal assistance mengandung pengertian yang lebih luas daripada legal aid, karena pada legal assistance selain memberikan jasa bantuan hukum bagi mereka yang mampu membayar prestasi juga memberikan jasa bantuan hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu yang tidak mampu membayar prestasi.

Ketiga, yaitu Legal Service, konsep dan makna dalam legal service lebih luas dibandingkan dengan konsep dan tujuan legal aid dan legal assistance, karena pada legal service terkandung makna dan tujuan untuk menghapus perilaku diskriminatif.

2. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum diberikan kepada subyek hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberi rasa aman kepada saksi dan/atau korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum.6

6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press. 1984), h.133.

(28)

Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.7

Perlindungan hukum juga merupakan suatu hal yang memberikan perlindungan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah-kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan hukum dalam bentuk konsultasi atau pendampingan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.8

Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakkan hukum menghendaki kepastian hukum, kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang- wenang.

Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib, aman dan damai.

Masyarakat juga mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan penegakkan hukum yang ada di Indonesia. Kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan untuk manusia.. Pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai hukum dilaksanakan menimbulkan keresahan-keresahan di dalam masyarakat.

7 Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000), h.53.

8 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT, Bina Ilmu, 1987), h.25.

(29)

17

B. Kajian Teori

Dalam penyusunan serta penulisan skripsi ini sangat penting adanya suatu kerangka teori. Dalam ilmu penelitian hukum terdapat dua kerangka pemikiran yakni kerangka yang bersifat teoritis dan kerangka yang bersifat konseptual.

Kajian teori merupakan suatu landasan teori yang biasa digunakan untuk memperkuat kebenaran dalam penulisan karya ilmiah terhadap suatu permasalahan yang dikaji. Dalam kajian teori, aturan yang biasa dipergunakan adalah teori-teori hukum, asas-asas hukum, doktrin hukum serta ulasan ahli hukum. Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.9 Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori kepastian hukum dan keadilan hukum sebagai acuan untuk melakukan analisis implementasi bantuan hukum.

Kajian teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir- butir pendapat mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan yang mungkin disetujui atau tidak disetujui yang merupakan masukan bersifat eksternal dalam penelitian ini.10

Teori yang menjadi middle-range theory dalam penelitan ini adalah teori kepastian hukum. terdapat dua macam pengertian kepastian yaitu, kepastian hukum oleh karena hukum dan kepastian hukum dalam atau dari hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang berguna.

1. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum oleh karena hukum, memberi dua tugas hukum yang lain, yaitu menjamin keadilan hukum serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum, tercapai apabila

9 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, , (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000), h. 254.

10 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), h. 80.

(30)

hukum tersebut sebanyak- banyaknya undang-undang.11

Adapun teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori sistem hukum (legal system) sebagai pisau analisis middle-range theory dalam penelitian ini, sebagaimana dijelaskan dibawah ini.

Pertama, Struktur hukum (legal structure) merupakan kerangka berfikir yang memberikan definisi dan bentuk bagi bekerjanya sistem yang ada dengan batasan yang telah ditentukan. Jadi struktur hukum dapat dikatakan sebagai institusi yang menjalankan penegakan hukum dengan segala proses yang ada didalamnya.12

Kedua, Substansi hukum (legal substance) merupakan aturan, norma dan pola perilaku manusia yang berada di dalam sistem hukum.

Substansi hukum (legal Substance) berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, baik berupa keputusan yang telah dikeluarkan maupun aturan-aturan baru mau disusun. Substansi hukum (legal substance) tidak hanya pada hukum yang tertulis (law in the book), tetapi juga mencakup hukum yang hidup di masyarakat (the living law).13

Ketiga, Budaya hukum (legal culture) merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum. Sikap masyarakat ini meliputi kepercayaan, nilai-nilai, ide-ide serta harapan masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum.14 Budaya hukum juga merupakan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum dilaksanakan, dihindari atau bahkan bagaimana hukum disalahgunakan. Budaya hukum (legal culture) mempunyai peranan yang besar dalam sistem hukum. Tanpa budaya

11 Muhammad Ridwansyah, “Mewujudkan Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan Hukum dalam Qanun Bendera Lambang Aceh”, Jurnal Konstitusi, Volume 13, Nomor 2, Juni 2016, h. 286.

12 Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, (Bandung:

PT. Rafika Aditama, 2009), h. 12.

13 Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia , … h. 14.

14 Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, … h. 15.

(31)

19

hukum (legal culture) maka sistem hukum (legal system) akan kehilangan kekuatannya, seperti ikan mati yang terdampar di keranjangnya, bukan ikan hidup yang berenang di lautan.15

Ketiga unsur sistem hukum tersebut berhubungan satu sama lain, dan mempunyai peranan yang tidak dapat dipisahkan satu persatu. Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang menggerakkan sistem hukum yang ada agar berjalan dengan lancar. Sebagai perumpamaan, struktur hukum (Legal structure) merupakan mesin yang menghasilkan sesuatu, substansi hukum (legal substance) merupakan orang yang memutuskan untuk menjalankam mesin serta membatasi penggunaan mesin. Apabila satu dari ke tiga unsur sistem hukum ini tidak berfungsi, menyebabkan sub sistem lainnya terganggu.16

Pada dasarnya prinsip kepastian hukum menekankan pada penegakan hukum yang berdasarkan pembuktian secara formil, artinya suatu perbuatan baru dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hanya jika melanggar aturan tertulis tertentu. Sebaliknya menurut prinsip keadilan, perbuatan yang tidak wajar, tercela, melanggar kepatutan dan sebagainya dapat dianggap sebagai pelanggaran demi tegaknya keadilan meskipun secara formal tidak ada undang-undang yang melarangnya.17

Berdasarkan hal tersebut, dalam skripsi akan dilakukan analisis terhadap implementasi bantuan hukum menggunakan teori kepastian hukum untuk melihat kesesuaian antara das sein dan das sollen dalam hal bantuan hukum oleh lembaga bantuan hukum.

2. Teori Keadilan Hukum

Selanjutnya pembahasan mengenai kajian teori dalam skripsi ini berkaitan dengan teori keadilan hukum. Terdapat dua tujuan dari teori

15 Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia,… h. 7.

16 Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, … , h. 17.

17 Fajar Laksono, Ed, Hukum Tak Kunjung Tegak: Tebaran Gagasan Otentik Prof. Dr.

Mahfud MD, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 91.

(32)

keadilan menurut John Rawls, yaitu:

a. Teori ini mau mengartikulasikan sederet prinsip-prinsip umum keadilan yang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaaan-keadaan khusus kita. Yang dia maksudkan dengan “keputusan moral” adalah sederet evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya menyebabkan tindakan sosial kita. Keputusan moral yang sungguh dipertimbangkan menunjuk pada evaluasi moral yang kita buat secara refleksif.

b. Rawls mau mengembangkan suatu teori keadilan sosial yang lebih unggul atas teori utilitarianisme. Rawls memaksudkannya “rata-rata”

(average utilitarianisme) maksudnya adalah bahwa institusi sosial dikatakan adil jika diandaikan untuk memaksimalisasi keuntungan dan kegunaan. Sedang utilitarianisme rata-rata memuat pandangan bahwa institusi sosial dikatakan adil jika hanya diandaikan untuk memaksimilasi keuntungan rata-rata perkapita. Untuk kedua versi utilitarianisme tersebut “keuntungan” didefinisikan sebagai kepuasan atau keuntungan yang terjadi melalui pilihan-pilihan. Rawls mengatakan bahwa dasar kebenaran teorinya membuat pandangannya lebih unggul dibanding kedua versi utilitarianisme tersebut. Prinsip- prinsip keadilan yang ia kemukakan lebih unggul dalam menjelaskan keputusan moral etis atas keadilan sosial. 18

Hukum merupakan pengemban nilai-nilai keadilan. Keadilan memiliki sifat normatif sekaligus konstitutif bagi hukum. Bersifat normatif karena berpacuan dengan keadilan, hukum positif berpangkal.

Hukum bersifat konstitutif, karena keadilan harus menjadi unsur mutlak bagi hukum. Tanpa keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi hukum.19 Nilai-nilai keadilan adalah “materi” yang harus menjadi isi aturan hukum, sedangkan aturan hukum adalah “bentuk” yang harus melindungi nilai-nilai keadilan.20

Dalam penerapan hukum secara tepat dan adil untuk memenuhi tujuan hukum, maka hal yang diutamakan adalah keadilan, kemudian

18 Muhammad Helmi, "Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Dan Filsafat Hukum Islam", Mazahib, Volume XIV, Nomor 2 Desember 2015, h. 138.

19 Bernard L Tanya dkk, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), h. 117.

20 Bernard L Tanya dkk, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia, Lintas Ruang dan Generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), h.129.

(33)

21

kemanfaatan, dan setelah itu kepastian hukum.21 Hukum sebagai pengemban nilai-nilai keadilan menjadi ukuran bagi adil tidak adilnya tata hukum. Tidak hanya itu, nilai-nilai keadilan juga menjadi dasar dari hukum sebagai hukum. Dengan demikian, keadilan memiliki sifat normatif sekaligus konstitutif bagi hukum. Keadilan menjadi dasar bagi tiap hukum positif yang bermartabat.22

Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk menggunakan teori keadilan hukum sebagai pisau dalam menganalisis implementasi perlindungan hukum serta bantuan hukum terhadap masyarakat kurang mampu di Indonesia.

C. Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum 1. Bentuk Perlindungan Hukum

Dalam mewujudkan ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan adanya suatu hukum yang mengatur tingkah laku masyarakat. Dalam kehidupan sosial, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, penegakkan hukum harus memperhatikan empat hal, yaitu:23

a. Kepastian hukum (Rechtssicherheit) b. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit) c. Keadilan hukum (Gerechtigkeit) d. Jaminan hukum (Doelmatigkeit)

Keempat hal tersebut sangat erat kaitannya dengan hak-hak masyarakat yang harus dijaga oleh negara sehingga dalam menegakkan hukum. Pemerintah harus berhati-hati agar dalam penerapan hukum tidak melanggar hak-hak masyarakat. Keberadaan keempat hal tersebut dapat memberikan perlindungan hukum pada masyarakat.

21 Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, h. 20.

22 Yovita A. Mangesti & Bernard L. Tanya, Moralitas Hukum, (Yogyakarta: Genta Publishing. 2014), h. 74.

23 Ishaq. Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta. Sinar Grafika. 2009), h. 43.

(34)

Perlindungan hukum merupakan suatu upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta terhadap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep negara hukum. Kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Bentuk dari perlindungan hukum ini dapat dibagi kepada dua macam, yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.24

Pertama, bentuk perlindungan hukum preventif dapat diketahui dengan melihat subyek hukum yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.

Kedua, bentuk perlindungan hukum selanjutnya adalah perlindungan hukum represif yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum (Pidana dan Perdata) dan Pengadilan Tata Usaha di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan

24 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), h. 30.

(35)

23

pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

2. Jenis Bantuan Hukum

Bantuan hukum merupakan kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu, baik secara perorangan maupun kelompok. Lingkup kegiatan dari bantuan hukum sendiri meliputi:

a. Pembelaan

b. Perwakilan baik diluar maupun didalam pengadilan c. Pendidikan

d. Penelitian

e. Penyebaran gagasan. 25

Selanjutnya dalam kajian yang lebih luas mengenai bantuan hukum, baik Eropa maupun di Amerika, terdapat dua sistem bantuan hukum, yaitu:

a. Sistem Yuridis Individual

Menekankan pada sifat individualistis. Sifat individualistis ini maksudnya adalah setiap orang akan selalu mendapat hak untuk memperoleh bantuan hukum. Pada model yuridis individual masih terdapat ciri-ciri pola klasik dari bantuan hukum. Artinya, permintaan akan bantuan hukum atau perlindungan hukum tergantung pada warga masyarakat yang memerlukannya. Warga masyarakat yang memerlukan bantuan hukum menemui pengacara, dan pengacara akan

25 Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 3.

(36)

memperoleh imbalan atas jasa-jasa yang diberikannya kepada negara.

Jadi, bilamana seseorang tidak mampu, maka seseorang itu akan mendapat bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo).

b. Welfare Rights (Hak-hak Kesejahteraan)

Sistem hukum di Amerika Serikat sedikit berbeda. Bantuan hukum di Amerika Serikat berada dibawah pengaturan criminal Justice Act dan Economic Opportunity Act. Kedua peraturan tersebut mengarahkan bantuan hukum sebagai alat untuk mendapatkan keadilan bagi seluruh rakyat, terutama bagi mereka yang tidak mampu. 26

3. Tujuan Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum a. Tujuan Perlindungan Hukum

Sejatinya, hukum tidak pernah lepas dari kehidupan sosial masyarakat yang selalu mendambakan keadilan. Ukuran mengenai keadilan sering ditafsirkan berbeda-beda. Keadilan itu sendiri pun berdimensi banyak, dalam berbagai bidang, misalnya ekonomi, maupun hukum.

Sejalan dengan hal tersebut, Dwisvimiar dalam tulisannya menyatakan bahwa :

“Berbicara mengenai keadilan merupakan hal yang senantiasa dijadikan topik utama dalam setiap penyelesaian masalah yang berhubungan dengan penegakan hukum. Banyaknya kasus hukum yang tidak terselesaikan karena ditarik ke masalah politik. Kebenaran hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sistematik sehingga peradilan tidak menemukan keadaan yang sebenarnya. Kebijaksanaan pemerintah tidak mampu membawa hukum menjadi “panglima” dalam menentukan keadilan, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang mampu membelinya atau orang yang memiliki kekuasaan yang

26 Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) h. 11.

(37)

25

lebih tinggi.”27

Dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat, hukum harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Negara mempunyai kewajiban untuk menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan perlindungan pada tiap hubungan hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum.

Hukum membatasi kebebasan individu terhadap individu yang lain, dan juga kebebasan wewenang dari penguasa negara. Kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa kekuasaan yang tidak terbatas memungkinkan pemerintahannya sewenang-wenang dalam melakukan kebijakan tanpa memperhatikan hak- hak perlindungan hukum masyarakatnya.

Pada posisi ini masyarakat sangat membutuhkan perlindungan hukum. Tujuan dari perlindungan hukum atau legal protection merupakan kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai akses keadilan.28 Dengan demikian, tujuan dari perlindungan hukum ini sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.

Keadilan sendiri mempunyai beragam macam bentuk dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

1) Keadilan formal (formal justice), merupakan penerapan prinsip secara konsisten dan tidak memihak.

2) Keadilan substantif (substantive justice), berkaitan dengan hak-

27 Inge Dwisvimiar, “Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum”, Jurnal Dinamika Hukum, Volume 11 Nomor 3 September 2011, h. 522.

28 Hilda Hilmiah Diniyati, Perlindungan Hukum bagi Investor dalam Pasar Modal (Studi pada Gangguan Sistem Transaksi di Bursa Efek Indonesia), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 19.

(38)

hak, seperti hak kesamaan kedudukan sebagai warga negara.

3) Keadilan retribusi (retributive justice), fokus kepada kapan dan mengapa hukuman diputuskan, berdasarkan pengaruhnya di masa lalu atau di masa yang akan datang.

4) Keadilan korektif (corrective justice), fokus pada keadilan terhadap kebutuhan ketika terjadi kerusakan massal.

5) Keadilan komutatif (commutative justice), fokus pada keadilan upah, harga, dan nilai tukar.

6) Keadilan distributif (distributive justice), fokus pada keadilan distribusi sumber daya. 29

b. Tujuan Bantuan Hukum

Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum disebutkan bahwa negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang kurang mampu sebagai perwujudan akses terhadap keadilan. Selain itu, pengaturan mengenai bantuan hukum yang diselenggarakan oleh negara harus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan.

Lebih tepatnya, tujuan dari penyelenggaraan bantuan hukum di Indonesia disebutkan dengan tegas dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yaitu:

a. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses keadilan;

b. Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;

c. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan

d. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

29 Farkhani, dkk, Filsafat Hukum: Paradigma Modernisme Menuju Post Modernisme, (Solo: Kafilah Pubhlishing, 2018), h. 103.

(39)

27

Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan bantuan hukum, maka diperlukan adanya pemerataan bantuan hukum, termasuk bagi masyarakat yang kurang mampu. Dalam hal ini, LBH Jakarta melalui sumber daya manusia yang terdapat dalam lembaga tersebut yaitu, Advokat dan ABH (Asisten Bantuan Hukum) memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat. Pada umumnya, Lembaga Bantuan Hukum memberikan pelayanan dan pemberian jasa kepada para pencari keadilan berupa:

1) Pemberian informasi hukum, misalnya memberitahukan kepada seorang pegawai negeri tentang hak-hak dan kewajibannya sebagai pegawai negeri;

2) Pemberian nasihat hukum, misalnya menjelaskan apa yang harus dilakukan seseorang yang akan membeli rumah atau tanah;

3) Pemberian jasa hukum, misalnya membantu seseorang untuk menyusun surat gugatan;

4) Bimbingan, yaitu pemberian jasa secara kontinyu;

5) Memberikan jasa perantara, misalnya menghubungkan dengan warga masyarakat dengan instansi-instansi tertentu yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum yang dihadapinya;

6) Menjadi kuasa warga masyarakat didalam atau diluar pengadilan.30

D. Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional Warga Negara

Indonesia sebagai negara hukum, mengakui dan memberikan jaminan terhadap hak asasi manusia. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia ialah suatu Negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat)31 yang mempunya 4 (empat) unsur, yaitu:

30 Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 18.

31 Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius, 1998). h.57.

(40)

1. Jaminan terhadap Hak Asasi Manusia 2. Adanya pembagian

3. Pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

4. Adanya Peradilan Administrasi Negara yang berdiri sendiri (independent).32

Dengan dicantumkannya hak asasi manusia dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka akan memberikan jaminan kepastian hukum bagi setiap individu termasuk hak atas Bantuan Hukum. Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law).

Dalam konsep rechstaat, sebagaimana dikutip dari Philiphus M.

Hadjon, menguraikan adanya 3 unsur penting dalam setiap negara hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

1. Supremacy of Law yaitu dominasi aturan-atauran hukum untuk menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan kewenangan bebas yang begitu luas dari pemerintah;

2. Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau penundukan yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court ini berarti tidak ada orang yang berada diatas hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa, berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama;

3. Due Process of Law atau terjaminnya hak-hak manusia oleh konstitusi yang merupakan hasil dari “the ordinary law of land”, bahwa hukum konstitusi bukanlah sumber, akan tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan. 33

32 Adi Sulistiyono, Negara Hukum: Kekuasaan, Konsep, dan Paradigma Moral, Cetakan I, (Surakarta: Lembaga Pengembengan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan percetakan UNS (UNS PRESS) Universitas Sebelas Maret, 2007), h. 32.

33 Philiphus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Jakarta:

(41)

29

Salah satu hak konstitusional yang dijamin oleh negara adalah Hak atas Bantuan Hukum. Hak ini telah diterima secara universal yang dijamin dalam Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)). Pasal 16 dan Pasal 26 ICCPR menjamin semua orang berhak memperoleh perlindungan hukum serta harus dihindarkan dari segala bentuk diskriminasi. Selanjutnya Pasal 14 Ayat (3) ICCPR, memberikan syarat terkait Bantuan Hukum yaitu kepentingan-kepentingan keadilan, dan ketidakmampuan membayar Advokat.

Kovenan tersebut telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik).

Konstitusi Indonesia mengamanatkan bahwa setiap orang mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum sebagai bentuk perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satu bentuk perlindungan terhadap HAM adalah pemerintah bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang atau kelompok orang kurang mampu sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.

Selain dari HAM, terdapat juga hak konstitusional warga negara yang dijamin dalam Undang-Undang, salah satunya adalah hak bantuan hukum. Jaminan atas hak bantuan hukum tersebut telah mendapatkan perhatian sehingga Negara membentuk Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang menjadi dasar bagi Negara untuk menjamin warga negara, khususnya bagi orang atau kelompok orang kurang mampu untuk mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum.

Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Peradaban, 2007), h. 75.

(42)

Bantuan Hukum, telah jelas disebutkan mengenai jaminan terhadap hak bantuan hukum, dan Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.

Pemberian bantuan hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang kurang mampu, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak konstitusional mereka. Pengaturan mengenai pemberian Bantuan Hukum dalam Undang-Undang merupakan jaminan terhadap hak- hak konstitusional orang atau kelompok orang kurang mampu.

Pengaturan mengenai hak bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu juga ditegaskan dalam Pasal 22 Undang-Undang Advokat Nomor 18 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan.

E. Tinjauan Terdahulu

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Peneliti, penelitian mengenai lembaga bantuan hukum di Indonesia sudah pernah dilakukan oleh sejumlah kalangan, namun penelitian tersebut memiliki perbedaan fokus penelitian dengan skripsi Peneliti. Adapun beberapa karya ilmiah yang mendekati dengan pembahasan yang akan dibahas oleh peneliti yaitu:

1. Skripsi ditulis Oleh Farizi 34

Skripsi ini membahas mengenai efektivitas serta faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan bantuan hukum di Pengadilan

34 Farizi, Peranan Bantuan Hukum Pasca Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 10 Tahun 2010 Analisa Efektivitas Bantuan Hukum di Pengadilan Agama Jakarta Timur, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah Hukum, 2015).

Gambar

TABEL 4.1 Jumlah pemasukan dana LBH Jakarta tahun 201 ................................
Tabel 4.1: Jumlah Pemasukan Dana 2019
Tabel 4.2: Perbandingan Donatur Bergabung Selama 5 Tahun Terakhir

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hukum progresif karena bertitik-tolak dari pengandaian dasar tentang hubungan antara hukum dan manusia; maka hukum adalah untuk manusia bukan sebaliknya, disisi lain

Sebagai seorang religius sejati Ibn Miskawaih meyakini bahwa manusia itu pada dasarnya diciptakan Tuhan dalam dua unsur yaitu unsur jasad dan jiwa jasad manusia akan hancur

Harga grosir jenis beras IR di PIBC naik disebabkan meningkatnya permintaan di wilayah Jabodetabek dan tingginya permintaan dari para pedagang antar pulau sedangkan kenaikan harga

Beberapa aspek lingkungan agroforestry yang baik secara sengaja ataupun tidak diperoleh adalah dalam proses tata air (hidrologi), menjaga sekaligus meningkatkan

Pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan pada setiap pokok bahasan atau tema dalam pembelajaran. Selain itu berdasarkan studi dokumen pendidikan multikultural

Spam, komplain spam, respon, network incident, Hak atas Kekayaan Intelektual, fraud, spoofing/phising, dan malware merupakan kategori yang dipilih untuk

MIKAEL SURAKARTA 30/42 SMA PANGUDI