• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS TIPE PASANG SURUT DAN MUKA AIR RENCANA UNTUK MENENTUKAN ELEVASI BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMASAJU KABUPATEN TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS TIPE PASANG SURUT DAN MUKA AIR RENCANA UNTUK MENENTUKAN ELEVASI BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMASAJU KABUPATEN TAKALAR"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

MENENTUKAN ELEVASI BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMASAJU KABUPATEN TAKALAR

Disusun dan Diajukan oleh :

MUH. ISRA RAHMATULLAH PRATIWI

105 81 11074 16 105 81 11238 17

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)

MENENTUKAN ELEVASI BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMASAJU KABUPATEN TAKALAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar

Disusun dan diajukan oleh :

MUH. ISRA RAHMATULLAH PRATIWI

105811107416 105811123817

PROGRAM STUDI TEKNIK PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)
(4)
(5)

Abstrak

Gelombang, arus dan pasang surut yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan timbulnya masalah-masalah seperti pencemaran lingkungan dan abrasi. Abrasi adalah suatu proses pengikisan pantai yang diakibatkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut atau pasang surut arus laut yang bersifat merusak. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tipe pasang surut dan untuk mengetahui elevasi tertinggi dalam menentukan elevasi bangunan pelindung pantai tamasaju. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Admiralty yaitu metode yang digunakan untuk perhitungan data pasang surut selama 15 hari atau 29 hari dengan interval pencatatan 1 jam. Dari hasil penelitian, tipe pasang surut berdasarkan metode Admiralty adalah pasang surut campuran condong keharian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dengan nilai formzhal adalah 2 berada diantara 1,5<F<3,0 dan elevasi muka air tertinggi HHWL sebesar 106 cm ( +26,5cm dari MSL) di pantai tamasaju. Dari penelitian, dapat disimpulkan tipe bangunan pelindung yang digunakan yaitu Sea Wall (tembok laut).

Kata Kunci: tipe pasang surut , elevasi muka air dan tipe bangunan pelindung

Abstract

Waves, currents and tides that occur continuously cause problems such as environmental pollution and abrasion. Abrasion is a process of coastal erosion caused by the power of ocean waves and ocean currents or tidal ocean currents that are destructive. The purpose of this study is to determine the type of tide and to determine the highest elevation in determining the elevation of the tamasaju coastal protection building. The research method used is the Admiralty method, which is the method used to calculate tidal data for 15 days or 29 days with a recording interval of 1 hour. From the results of the study, the type of tide based on the Admiralty method is mixed tide prevailing diurnal with a formzhal value of 2 which is between 1.5 <F<3.0 and the highest water level elevation of HHWL is 106 cm (+ 26.5 cm from MSL) on tamasaju beach. From the research, it can be concluded that the type of protective building used is the Sea Wall.

Keywords: tidal type, water level elevation and protective building type

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga dapat menyusun proposal tugas akhir ini, dan dapat kami selesaikan dengan baik.

Proposal tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik yang harus ditempuh dalam rangka menyelesaikan program studi pada Jurusan Sipil Pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun judul tugas akhir kami adalah “Analisis Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana untuk Menentukan Elevasi Bangunan Pelindung Pantai Tamasaju Kabupaten Takalar”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan proposal tugas akhir ini masih terdapat kekurangan – kekurangan, hal ini disebabkan karena penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan kukurangan baik itu ditinjau dari segi teknis penulisan maupun dari perhitungan – perhitrungan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan sangat ikhlas dengan senang hati segala koreksi serta perbaikan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Proposal tugas akhir ini dapat terwujut berkat adanya bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hari, kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada:

(7)

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.ag. sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Ir. Hj. Nurnawaty,ST,. MT,. IPM. sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Andi Makbul Syamsuri, S.T., M.T., IPM. sebagai Ketua Prodi Teknik Pengairan, Bapak Amir Zainuddin ST, MT, IPM sebagai sekretaris prodi Teknik pengairan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Riswal Karamma ,MT, selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Andi Makbul Syamsuri, S.T., M.T., IPM. selaku Pembimbing II, yang banyak meluangkan waktu dalam membimbing kami.

5. Bapak dan Ibu dosen serta para staf pegawai di Fakultas Teknik atas segala waktunya telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses belajar mengajar diUniversitas Muhammadiyah Makassar.

6. Ayah dan Ibunda yang tercinta, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih sayang, do’a serta pengorbanannya terutama dalam bentuk materi untuk menyelesaikan kuliah kami dan rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik.

Semoga semua pihak tersebut di atas mendapat pahala yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan proposal tugas akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis, rekan – rekan, masyarakat serta bangsa dan Negara. Amin. “Billahi Fii Sabill Haq Fastabiqul Khaerat”.

Makassar, ... ... 2021 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... ..i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ..ii

KATA PENGANTAR ... ..iii

DAFTAR ISI ... .v

DAFTAR PERSAMAAN... .vii

DAFTAR GAMBAR ... .ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... .2

C. Tujuan Penelitian ... .3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Penelitian ... 3

F. Sistematika Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pantai ... 6

B. Pasang Surut ... 7

C. Gaya Pembangkit Pasang Surut ... 8

D. Pasang Surut Purnama dan Perbani ... 8

E. Tipe Pasang Surut ... 10

F. Perhitungan Metode Admiralty... 11

G. Formzhal ... 18

(9)

H. Elevasi Muka Air Laut Rencana ... 18

I. Penentuan Tipe Pasang Surut dalam pemilihan bangunan pantai ... 20

J. Bangunan Pantai... 23

K. Penelitian terdahulu ... 29

L. Kerangka Pikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Jenis dan Sumber Data ... 31

C. Alat Yang Digunakan ... 32

D. Cara Pengambilan Data Pasang Surut ... 32

E. Bagan Alur Penilitian ... 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Pasang Surut dengan Metode Admiralty B. Hasil Peramalan Pasang Surut

C. Penentuan Tipe Pasang Surut dan elevasi muka air laut D. Penentuan Tipe Bangunan Pelindung Pantai

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 1. Rumus PR ... 15

Persamaan 2. Nilai s ... 15

Persamaan 3. Nilai h ... 16

Persamaan 4. Nilai p ... 16

Persamaan 5. Nilai N... 16

Persamaan 6. Nilai V... 16

Persamaan 7. Nilai u ... 16

Persamaan 8. Nilai r ... 16

Persamaan 9. Nilai g ... 16

Persamaan 10. Nilai A... 17

Persamaan 11. Formzahl ... 18

Persamaan12. MSL ... 20

Persamaan 13. HHWL ... 20

Persamaan 14. MHWL ... 20

Persamaan 15. MLWL ... 20

Persamaan 16. LLWL ... 20

Persamaan 17. HAT ... 20

Persamaan 18. LAT ... 20

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daerah pantai ... 6

Gambar 2 Kurva pasang surut ... 8

Gambar 3 Tipe pasang surut ... 11

Gambar 4 Diagran alir pengolahan data pasang surut bagan ... 17

Gambar 5 Contoh bangunan revetment pada pantai ... 24

Gambar 6 Contoh tembok laut (curved seawell) pada pantai ... 25

Gambar 7 Contoh tanggul laut (sea dike) pada pantai... 26

Gambar 8 Contoh bukheads pada pantai ... 26

Gambar 9 Contoh groin pada pantai ... 26

Gambar 10 Contoh Jetty pada pantai ... 27

Gambar 11 Contoh breakwater pada pantai ... 28

Gambar 12 Kerangka pikir ... 30

Gambar 13 Lokasi penelitian ... 31

Gambar 14 Bagan alur penelitian ... 32

Gambar 15 Tunggang pasang surut ... 53

Gambar 16 Grafik pengamatan pasang surut ... 54

Gambar 17 Grafik tunggang pasang surut ... 55

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data pasang surut 15 hari ... 36

Tabel 2 Konstanta pengali dalam menyusun skema 2... 37

Tabel 3 Penyusunan hasil perhitungan harga X1, Y1, X2, Y2 dan Y4 dari skema 2 ... 38

Tabel 4 penyusunan hasil perhitungan harga X dan Y indeks kesatu dari skema 3 ... 39

Tabel 5 Konstanta pengali untuk menghitung harga X00, X10 dan Y10 ... 41

Tabel 6 Penyusunan hasil perhitungan nilai X dan Y indeks ke dua dari skema 4 ... 42

Tabel 7 Konstanta pengali untuk 15 piantan ... 43

Tabel 8 Penyusunan hasil perhitungan besaran X dan Y dari konstanta –konstanta Pasut untuk 15 piantan yang diperoleh dari skema 5 dan 6 ... 44

Tabel 9 Susunan hasil perhitungan skema 7 ... 48

Tabel 10 Hasil perhitungan konstanta harmonis ... 49

Tabel 11 Hasil perhitungan tunggang pasang pada Neep tide dan spring tide ... 54

Tabel 12 tipe dan fungsi struktur pengaman pantai... 55

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gelombang, arus dan pasang surut yang terjadi secara terus menerus mengakibatkan timbulnya masalah-masalah seperti pencemaran lingkungan, dan abrasi. Abrasi adalah suatu proses pengikisan pantai yang diakibatkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut atau pasang surut arus laut yang bersifat merusak.

Pemahaman mengenai kondisi perairan sangat penting dilakukan sebagai analisis untuk mengurangi dampak-dampak negatif dalam merencanakan pengembangan wilayah pesisir dan laut, kondisi tersebut menjelaskan pentingnya kajian terhadap penanganan masalah kerusakan yang terjadi dalam perencanaan desain bangunan pelindung pantai.

Merekayasa suatu bangunan yang berada di tepi laut atau daerah pesisir pantai harus diperhatikan besarnya pasang surut yang terjadi sebagai data pendukung dalam perencanaannya, perencanaan pembangunan di tepi pantai sangatlah mendukung kemajuan suatu daerah dalam meningkatkan potensi yang ada serta dalam rangka melindungi daerah pantai. Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan sebagai salah satu komponen osoenografi yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan profil wilayah pantai dan pesisir serta langkah awal dalam memonitoring kondisi perairan dalam perencanaan serta pengembangan pembangunan.

Pantai Tamasaju merupakan salah satu daerah pantai yang berada di Kabupaten Takalar, wilayah sekitaran pantai Tamasaju dimaanfaatkan untuk

(14)

aktivitas manusia sebagai kawasan pemukiman dan daerah nelayan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan masyarakat setempat diketahui bahwa masalah yang terjadi di pantai Tamasaju adalah abrasi, pengelolaan wilayah pantai sangatlah penting dalam mempertahankan fungsinya sebagai pelindung antara lautan dan daratan. Setiap wilayah memiliki kondisi pasang surut yang berbeda beda, oleh karena itu penulis bermaksud untuk menganalisis dan menentukan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut yang terjadi di pantai tamasaju dengan metode Admiralty. Dimana metode ini ialah salah satu dari beberapa metode analisis pasang surut dalam perencanaan bangunan pantai. Melihat masalah tersebut maka penulis tertarik mengambil judul : “ANALISIS TIPE PASANG SURUT DAN MUKA AIR RENCANA UNTUK MENENTUKAN ELEVASI

BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMASAJU KABUPATEN

TAKALAR”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengetahui tipe pasang surut

2. Bagaimana menentukan elevasi muka air rencana tertinggi dan terendah untuk perencanaan bangunan pantai.

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tipe pasang surut

(15)

2. Untuk menentukan elevasi muka air tertinggi/maksimal dalam menentukan elevasi bangunan pelindung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Memperoleh pengetahuan mengenai teknik pantai khususnya dalam mempelajari fenomena pasang surut.

2. Memperoleh pengetahuan bagaimana menggunakan metode admiralty dalam menentukan tipe pasang surut melalui perhitungan bilangan Formzahl.

3. Memberikan pemahaman tentang pasang surut dan muka air rencana sehingga dapat menentukan elevasi bangunan pengaman pantai yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian.

4. Memberikan pengetahuan serta informasi bagi penelti, khususnya dalam mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan pasang surut.

E. Batasan Masalah

Mengingat adanya keterbatasan dana dan waktu penelitian, maka diperlukan batasan permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Takalar tepatnya di pantai Kawasan pesisir Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara.

2. Analisa yang dilakukan yaitu analisa komponen harmonik serta tipe pasang surut yang terjadi di pantai Tamasaju.

(16)

3. Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan metode Admiralty.

4. Penentuan elevasi muka air laut terhadap fenomena pasang surut.

5. Pengambilan data sekunder pada perhitungan, diambil dari data langsung kepada BMKG, dan Badan Geometri, sedangkan Data Primer diambil pada data lapangan yaitu melakukan penelitian secara langsung di lapangan, yaitu di kawasan pesisir pantai tamasaju.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun agar tetap terarah pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Sistematika penulisan yang dituliskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini, berisi tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta batasan penelitian serta sistematika penulisan. Bab ini menjelaskan permasalahan yang diamati, menjelaskan tujuan dan pentingnya hasil penelitian bagi pengembangan pasang surut, ruang lingkup sebagai batasan dalam penulisan, serta sistematika dan organisasi tentang pengenalan isi per bab dalam disertasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : Dalam bab ini, memberikan gambaran atau menguraikan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian/pembahasan.

Dan menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan penelitian agar dapat memberikan gambaran yang akan digunakan dalam perencanaan dan menganalisa masalah.

(17)

BAB III METODE PENELITIAN : Dalam bab ini, menguraikan tentang lingkup penelitian, waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan penelitian, tahapan penelitian dan bagan alur penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN : Bab ini berisi hasil penelitian tentang analisis tipe pasang surut dan muka air rencana untuk mengetahui elevasi bangunan pelindung pantai .

BAB V PENUTUP : Berisi kesimpulan dan saran terhadap permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Sehingga, untuk penelitian selanjutnya terdapat pengembangan lokasi penelitian di masa mendatang.

BAB II

(18)

TINJAUAN PUSTAKA A. Pantai

Menurut Yuwono (1992), Pantai adalah jalur batas antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi baharí, sedangkan ke arah darat dibatas oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat. Penjelasan mengenai definisi daerah pantai dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Definisi daerah pantai (Yuwono, 1992)

1. Pesisir adalah daerah di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air laut.

2. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah dan pasang tertinggi.

3. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak te tap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.

(19)

4. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang diperuntukkan bagi pengaman dan pelestarian pantai.

5. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas daratan.

B. Pasang Surut

Menurut Triatmodjo,1999 di kawasan pantai terjadi peristiwa-peristiwa alam, pasang surut air laut salah satunya, Pasang surut merupakan fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan.

Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Matahari memiliki massa 27 juta kali lebih besar di bandingkan dengan bulan, tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km) sedangkan bulan (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta jarak sangat menentukan di bandingkan dengan massa oleh sebab itu bulan mempunyai peran besar dibandingkan matahari dalam menentukan pasang surut.

Dimana gaya tarik bulan 2,25 lebih besar daripada gaya tarik matahari.

Ada beberapa faktor terjadinya pasang surut yaitu berdasarkan teori kesimbangan, pasang surut air laut dipengaruhi oleh factor rotasi bumi, revolusi bumi terhadap matahari, revolusi bulan terhadap matahari, berdasarkan teori dinamis, pasang surut air laut dipengaruhi oleh factor: kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, gesekan dasar.

Pengetahuan tentang pasang surut sangat penting dalam perencanaan bangunan pantai. Elevasi muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan bangunan pantai. Sebagai contok elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, elevasi puncak dermaga, dsb di tentukan

(20)

oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/ pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.

Gambar 2. Kurva pasang surut (Triatmodjo,1999) C. Gaya Pembangkit Pasang Surut

Menurut Ongkosongo, 1989Gejala pasang surut yang terjadi di akibatkan oleh gaya pembangkit pasang surut, yang pembangkit ini dapat diketahui melalui gerakan bulan dan matahari terhadap bumi. Tiga gerakan utama yang perlu diperhatikan dalam peristiwa pasang surut, diantaranya adalah :

1. Revolusi bulan terhadap bumi, dengan orbit berbentuk elips dan memerlukan waktu 29.5 hari untuk menyelesaikan revolusinya.

2. Revolusi bumi terhadap matahari, dengan orbit berbentuk elips dan periode yang diperlukan 365.25 hari untuk menyelesaikan revolusinya.

3. Perputaran bumi terhadap sumbunya sendiri dengan waktu 24 jam yang diperlukan dalam berputar

D. Pasang Surut Purnama dan Perbani

Pasang purnama ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar). Pasang besar pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15 (bulan muda dan bulan purnama) posisi bumi-bulan-matahari berada pada satu garis lurus sehingga kekuatan gaya Tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi satu menarik

(21)

permukaan bumi. Permukaan bumi yang menghadap ke bulan mengalami pasang surut besar, sedangkan permukaan bum yang tidak menghadap ke bulan mengalami pasang surut besar. Adapun dalam pengertian pasang laut purnama (spring tide) terjad ketka bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.dalam keadaan ini terjadi pasang surut purnama (pasang besar, spring tide). Sedang pada setiap sekitar tanggal 7 dan 21 seperempat bulan dan tiga perempat revolusi bulan terhadap bumi dimana bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi dalam keadaan ini terjadi pasang surut perbani (pasang kecil, neap tide).

Beberapa posisi yang penting untuk diketahui:

1. Matahari-bulan-bumi terletak pada satu sumbu yang berupa garis lurus. Pada posisi ini bumi menghadapi sisi bulan yang tidak kena sinar matahari (sisi gelap), jadi bulan tidak dapat dilihat dari bumi. Karenanya keadaan tersebut disebut bulan mati. Posisi seperti ini akan mengakibatkan adanya gaya Tarik bulan dan matahari terhadap bumi yang saling menguatkan.

2. Matahari-bumi- bulan terletak pada suatu sumbu garis lurus. Pada posisi kedua ini, bulan sedang purnama, karena bulan dapat terlihat penuh dari bumi, dan memberikan akibat pada pembangkitan pasang yang sama dengan posisi pertama. Akibat posisi tersebut terjadi pasang. Pasang seperti ini dikenal sebagai pasang purnama.

(22)

3. Bulan terletak menyiku membentuk sudut 90 derajat dari sumbu bersama matahari-bumi. Pada posisi semacam ini, maka gaya Tarik bulan diperkecil oleh gaya Tarik mathari terhadap massa air dibumi. Hasilnya terjadi pasang yang kecil disebut pasang perbani

E. Tipe Pasang Surut

Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama, di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut (Dronkers 1964), pasang surut di indonesia di bagi menjadi 4 tipe dengan menggunakan angka pasang surut “F” (tide form number “Formzahl) yaitu pasang surut harian tunggal (diumal tipe), pasang surut ganda (semidiumal tide), pasang surut campuran condong harian tunggal (mixed tide prevealling diurnal) dan pasang surut campuran condong harian ganda(mixed tide prevealling semi di urnal).

Berikut penjelasan mengenai tipe pasang surut tersebut:

1. Pasang surut harian tunggal (diumal tide), yaitu pasang surut yang apabila dalam satu hari hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit.

2. Pasang surut harian ganda (semi diumal tide), yaitu pasang surut yang memiliki sifat dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan juga dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi berurutan secara teratur.

Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.

3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (mixed prevealling diurnal), yaitu dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi

(23)

kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.

4. Pasang surut campuran condong harian ganda (mixed prevealling semi diumal), yaitu pasang surut yang dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda.

Gambar 3.tipe pasang surut (Ippen, A.T. 1966) F. Metode Admiralty

A.T Doodson pada tahun 1928 membuat metode praktis perhitungan pasang surut dengan metode Admiralty. Seorang Tidal institute di Liverpool yang digunakan untuk keperluan kantor hidrografi inggris yaitu british admiralty.

Metode ini digunakan untukperhitungan data pasang surut selama 15 atau 29 hari dengan interval pencatatan 1 jam. Adapun kelemahan dari metode admiralty yaitu hanya digunakan untuk pengolahan data-data berjangka waktu pendek dan hasil perhitungan yang relative sedikit yang hanya menghasilkan 9 komponen pasang surut (pariwono,1989) karena terbatas pada rentang data yang singkat, sehingga metode ini digunakan pada lokasi yang memiliki keterbatasan data, namun dapat memprediksi kondisi dan karakteristik pasutnya dengan teliti (Ahmad dkk,2017) Metode ini menghitung amplitudo dan ketertinggalan phasa dari Sembilan

(24)

komponen pasut yaitu M2, S2, N2, K1, O1, MS4, K2 dan P1. Dari ke Sembilan komponen pasut tersebut dapat dihitung referensi tinggi muka air laut yang di inginkan.

Proses perhitungan analisa harmonic metode admiralty dilakukan pengembangan perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel, yang menghasilkan harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun.

Adapun tahap – tahap perhitungan:

a. Skema1

Data pengamatan yang diukur disusun menurut skema 1. Dari skema tersebut ditentukanlah waktu pertengahan pengamatan dan standar waktu yang ditentukan dihitung terhadap GMT. Tentukanlah bacaan tertinggi dan bacaan terendah. Untuk bacaan tertinggi menunjukan kedudukan tertinggi dan bacaan terendah menunjukan kedudukan air terendah. Data yang akan diolah dikonversikan dahulu satuannya dari meter (m) ke centimeter (cm)

b. Skema2

Penyusunan hasil perhitungan harga X1, Y2, X2, Y2, X3, Y3, X4 dan Y4, pengisian data tabel 20 dilakukan dengan bantuan tabel 20 yang mengalikan nilai pengamatan denganharga pengali pada daftar 1 untuk setiap hari pengamatan.

Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4 ada bilangan 0 (nol) yang tidak dimasukkan dalm perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1 pada

(25)

kolom bertanda (+) dibawah kolom X1, Y2, X2, Y2, X3, Y3, X4 dan Y4. Hal yang sama untuk pengali -1 pada kolom dibawah bertanda (-)

c. Skema3

Setiap kolom pada kolom-kolom skema-III merupakan penjumlahan dari perhitungan pada kolom-kolom skema II.Pengisian kolom X0, X1, Y1, X2, Y2, X4 dalam setiap hari pengamatan. Kolom X0 berisi perhitungan mendatar dari hitungan X1 pada kelompok hitungan 2 tanpa memperhatikan tanda (+) dan (-).

Kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 merupakan penjumlahan mendatarX1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 pada kelompok hitungan 2 dengan memperhatikan tanda (+) dan (-) harus di tambah dengan besaran B (B kelipatan 100).

d. Skema4

Untuk pengamatan 15 piantan, besaran-besaran yang telah ditambahkan dengan B akan dapat ditentukan, dan selanjutnya adalah menghitung besaran- besaran dari X10, X12, X1b dan seterusnya. Nilai indeks kedua dapat dicari, Nilai dari besaran tersebut diperoleh dengan mengalikan besaran yang telah ditambah B dengan besaran-besaran yang diberikan pada kolom 0, 2, b dan seterusnya.

Dalam perhitungannya perlu diperhatikan mengenai lamanya pengamatan.

1. Menentukan besaran X00

X00 ditentukan dari jumlah X0 selama 15 hari. Tanda yang diberi indeks o, semua menyatakan bilangan1.

2. Penentuan besaran X10 dan Y10

untuk pengamatan ini semua pengali sama dengan 1, maka X10 dan Y10 semuanya positif (+), sedangkan dibelakang tanda negatif (-) diberikan

(26)

bilangan penambah (B) yang dikalikan dengan jumlah hari sesuai dengan perhitungan adalah hasil kali bilangan 1000 kali 15 hari, hingga harga X10,Y10,X20,danY20yangsebenarnya haruslah dikurangi dengan 15 kali bilangan penambahnya.

3. Penetuan besaran X12 dan Y12

Untuk pengamatan ini, indeks kedua sama dengan 2, besaran X12 dan Y12 diperoleh dengan penjumlahan dengan bilangan penambah B.

4. Penentuan Besaran X1b danY1b

Untuk pengamatan ini dengan indeks kedua b, ditentukan harga B (bilangan penambah) = 0, jadi hanya diisi 2 baris saja. Kalikan semua konstanta dengan harga-harga pengamatan.

5. Penentuan Besaran X13 danY13

Untuk pengamatan ini dengan indeks kedua sama dengan 3, ditentukan 5B, jadi diisi 3 baris. Kalikan semua konstanta dengan harga- hargapengamatan.demikianlah seterusnya untuk menentukan besaran-besaran yang lain. Untuk menentukan X dan Y diperoleh dengan menjumlahkan nilai dari X dan Y sesuai dengan Indeks-indeks yangada.

e. Skema 5 dan 6

Kolom kiri diisi dengan nilai yang dihitung berdasarkan persamaan yang tertulis. Selanjutnya kolom kanan diisi dengan mengalikan nilai-nilai di kolom kiri dengan faktor yang terdapat pada tabel 6.Skema 6 hanya mengalikan besaran- besaran yang diperoleh dari skema 5 dengan konstanta pengali.

(27)

f. Skema7 dan 8

Langkah sealnjutnya adalah mengisi tabel-tabel bantuan dari hari tengah.

Diantara tabel bantuan tersebut adalah tabel hari tengah, tabel menghitung (s, h, p, P’, N), tabel menghitung f, tabel menghitung V, tabel menghitung u, tabel menghitung W dan tabel menghitung w dan W+1.

Skema 8 ini merupakan hasil akhir yang diperoleh yaitu nilai dari A(amplitudo) dan gᵒ(bedaphasa), sesuai yang ada pada skema 7. Dari hasil yang diperoleh pada skema 8 ini diperoleh juga nilai- nilai dari tipe pasang surut, duduk tengah (MSL), muka surutan dan air tinggirata-rata.

Adapun langkah perhitungan pada skema–VII sebagai berikut:

1) untuk V:PR cos r, merupakan penjumlahan semau bilangan pada kolom- kolom skema-V (tabel 2) untuk masing-masing kolom.

2) untuk VI:PR sin r, merupakan penjumlahan semua bilangan pada kolom- kolom, skema VI untuk masing-masing kolom.

3) untuk PR dicari dengan rumus :

PR =√(𝑃𝑅 sin 𝑟)2+ (𝑃𝑅𝑐𝑜𝑠𝑟)2 ... (1)

4) untuk P didapat dari tabel 25 untuk masing-masing S0, M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4

5) untuk f didapatkan dari daftar (table node factor f) atau dengan menggunakan perhitungan dapatkan nilai s, h, p, dan N

s = 277,025 + 129,38481 (Y- 1900) + 13,17640 (D+l) ... (2) h = 280,190 – 0,23872 (Y- 1900) + 0,98565 (D+l) ... (3) p = 334,385 + 40,66249 (Y- 1900) + 0,11140 (D+l) ... (4)

(28)

N = 259,157 – 19,32818 (Y- 1900) – 0,05295 (D+l) ... (5) Dimana :

Y = Tahun dari tanggal tengah pengamatan

D = Tahun hari yang berlalu dari jam 00.00 pada tanggal 1 januari tahun tersebut sampai jam 00.00 tangal pertengahan pengamatan.

l = Bagian integral tahun / Total kabisat dari tahun 1900 = ¼ (Y -1901) 6) untuk V diperoleh dari persamaan berikut

Nilai V :

V M2 = -2s

+2h ... (6) ...

Dimana: h = Nilai kolom h (deg) yang terdapat pada tabel pembantu s = Nilai kolom h (deg) yang terdapat pada tabel pembantu

7) untuk nilai u diperoleh dari daftar atau berdasarkan persamaan berikut:

Nilai u :

u M2 = -2,14 sin N ... (7) Dimana: N = Nilai N kolom h(rad) yang terdapat pada tabel pembantu 8) untuk w diperoleh dari skema-VIII.

9) untuk p (konstanta p) diisi dengan harga p pada daftar tabel harga pengali untuk 15 piantan sesuai kolom masing-masing.

10) untuk r ditentukan dari r = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛𝑃𝑅 sin 𝑟

𝑃𝑅 cos 𝑟 ... (8) 11) untuk g ditentukan dari : g = V + u + w + p + r ... (9)

(29)

12) untuk g⁰ = g x 360⁰, maksudnya untuk mencari harga kelipatan 360⁰ terhadap g, besaran tersebut diisikan pada baris 13

13) untuk A ditentukan dengan rumus 𝐴 𝑃𝑅

𝑃𝑓 (1+𝑤) ... (10)

Gambar 4 Diagram Alir Pengolahan data pasang surut dengan metode admiralty(Sumber: Hidayat,2010)

(30)

G. Formzahl

Menurut Anugrah 2009Bilangan Formzahl yakni pembagian antara amplitudo konstanta pasang surut harian utama dengan amplitudo konstanta pasang surut ganda utama. Hasil perhitungan bilangan Formzahl ini akan diketahui tipe pasang surut pada suatu perairan. Perhitungan tipe pasang surut menggunakan persamaan Formazahl sebagai berikut:

F = 𝐴(𝐾1)+𝐴(𝑂1)

𝐴(𝑀2)+𝐴(𝑆2)

... (11)

Dengan:

F = Bilangan Formhazl

O1 = Amplitudo komponen pasut tunggal

K1 = Amplitudo komponen pasut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik surya M2 = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik bulan S2 = Amplitudo komponen pasut ganda utama yang disebabkan gaya tarik surya Dengan demikian klafikasikan pasang surut sebagai berikut:

Pasang surut harian tunggal jika F > 3 Pasang surut harian ganda jika F ≤ 0.25

Pasang surut campuran (ganda dominan) jika 0.25 < F ≤ 1.5 Pasang surut campuran (tunggal dominan) jika 1.5 < F ≤ 3 H. Elevasi Muka Air Laut Rencana

Elevasi muka air laut rencana merupakan parameter sangat penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Elevasi tersebut merupakan penjumlahan dari beberapa parameter yaitu pasang surut, wave stup, wind setup, dan kenaikan muka air karena perubahan suhu global.

(31)

Elevasi muka air rencana diperlukan untuk pengembangan dan pengelolaan daerah pantai. Mengingat elevasi muka air laut selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang di tetapkan berdasarkan data pasang surut, beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. muka air tinggi (Highest astromical tide, HAT) muka air tertinggi yang di capai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.

2. Muka air rendah (Lowest astronomical tide, LAT)), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.

3. Muka air tertinggi rerata (mean high wáter level, MHWL), adalah rerata dari muka air tinggi.

4. Muka air rendah rerata (mean low wáter level, MLWL), adalah rerata dari muka air rendah.

5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.

6. Muka air tinggi tertinggi (highest high wáter level, HHWL), adalah air tinggi tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

7. Muka air rendah terendah (lowest low wáter level, LLWL), adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

8. Higher high wáter level (HHWL), adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.

9. Lower low wáter level (LLWL), adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.

(32)

Elevasi yang cukup penting yaitu muka air tinggi tertinggi dan muka air rendah terendah. Muka air tinggi tertinggi sangat diperlukan untuk perencanaan bangunan pantai, sedangkan muka air rendah terendah sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan pelabuhan.

Elevasi muka air rencana dapat ditentukan menggunakan komponen- komponen pasang surut yang didapat dari perhitungan analisa pasang surut dengan metode admiralty di atas, berikut penentuan elevasi muka air rencana.

MSL= Z0 + 1,1 ( M2 + S2 ) ... (12) HHWL = Z0 + ( M2 + S2 ) + ( K1 + O1 ) ... (13) MHWL= Z0 + ( M2 + S2 ) ... (14) MLWL= Z0 - ( M2 + S2 ) ... (15) LLWL = Z0 - ( M2 + S2 ) - ( K1 + O1 ) ... (16) HAT = Z0 + ( M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1 ) ... (17) LAT = Z0 - ( M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1 ) ... (18) I. Penentuan Tipe Bangunan Pelindung Pantai

Sebelum memulai memilih konstruksi bangunan pantai sebagai perlindungan pantai, penting untuk mengidentifikasi dan memahami penyebab kerusakan daerah pantai baik akibat jangka panjang maupun jangka pendek sehingga dapat diberikan alternatif solusi penanganan dan perlindungan kerusakan tersebut sesuai dengan kondisi pantai. Kondisi kerusakan fisik garis pantai di sepanjang pantai dapat di minimalisir (dicegah ) secara berangsur. Untuk mengetahui kerusakan pantai dapat diidentifikasi dengan perubahan yang terjadi pada garis pantainya. Kerusakan garis pantai yang ditimbulkan oleh pemanfaatan

(33)

pantai, antara lain erosi, akresi dan lain sebagainya, sehingga perlu adanya analisa agar kerusakan yang terjadi bisa dicegah. Bentuk profil pantai dipengaruhi oeleh pasang surut, sifat – sifat sedimen seperti rapat massa dan tahanan terhadap erosi, ukuran dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus serta bathimetri pantai.

Namun banyak tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan pada daerah – daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam memperoleh material tersebut.

Hal yang terpenting dalam perencanaan suatu struktur bangunan pantai adalah dengan mendapatkan nilai dari konstanta-konstanta pasang surut. Data pasang surut tersebut digunakan untuk penentuan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut yang terjadi setelah di análisis dengan metode admiralty.

Untuk dapat menentukan bangunan pelindung pantai diperlukan informasi sebagai berikut:

1. Besarnya angin yang bertiup dan arah datangnya angin ke pantai

2. Keadaan gelombang (tinggi gelombang, arah gelombang, periode gelombang.

3. Pemanfaatan pantai: pemukiman, kota, pelabuhan, tempat wisata, perkebunan, pertanian, perikanan, jalan raya, fasilitas umum, industri, sumber energi, cagar alam.

4. Kwalitas air: polutan, angkutan sedimen.

5. Arus yang terjadi apakah sejajar pantai atau tegak lurus pantai.

6. Pasang surut air laut untuk menentukan tinggi konstruksi.

7. Laju kerusakan pantai pada daerah tertentu dengan persyaratan:

(34)

a. amat sangat berat . 10m/tahun b. sangat berat 5-10m/tahun c. berat 2-5m/tahun

d. sedang 2-5m/tahun e. ringan , 0,5m/tahu

8. Kontur tanah dasar perairan: datar landai dan terjal 9. Daerahnya apakah daerah lintasan gempa

10. Sosial budaya masyarakat sekitarnya

11. Kekuatan tanah disekitar lokasi rencana proyek.

Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Berikut beberapa cara untuk melindungi pantai, yaitu :

1. Memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena serangan gelombang

2. Mengunah laju transpor sedimen sepanjang pantai 3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai

4. Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain sesuai dengan fungsinya.

Dalam perencanaan bangunan pantai dilakukan survai hidrooseonografi yaitu pengamatan pasang surut, pengukuran pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi air laut rencana, yang digunakan pada perencanaan bangunan pantai.

Tabel 1. Tipe dan fungsi struktur pengaman pantai

(35)

J. Bangunan pantai.

Salah satu dari masalah yang ada di daerah adalah erosi pantai. Erosi pantai dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar dengan rusaknya kawasan pemukiman dan fasilitas-fasilitas yang ada di daerah tersebut. Untuk menanggulangi erosi pantai, dengan mengetahui penyebab terjadinya erosi pantai, selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulanganny, yang biasanya adalah dengan membuat bangunan pelindung pantai.

1. Bangunan pelindung pantai

(36)

Bangunan pantai dibangun untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena hantaman gelombang dan arus maupun sebagai tempat untuk menarik wisatawan khususnya untuk daerah pantai wisata. Berdasarkan fungsinya bangunan pantai secara umum dapat diklafikasikan dalam tiga kelompok yaitu : a. Konstruksi yang dibangun dipantai dan sejajar dengan garis pantai,

b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan berhubungan dengan pantai,

c. Konstruksi yang dibangun dilepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai.

Dalam pemilihan sistem perlindungan pantai menurut Derajat, 2000 pada lokasi pantai tertentu, agar bangunan dapat berfungsi secara optimal. Maka perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Penyebab kerusakan pada pantai b. Tujuan yang ingin dicapai c. Efektifitas bangunan

d. Material bangunan yang tersedia sekitar lokasi

e. Karakteristik gelombang (tinggi gelombang, periode dan arah datangnya gelombang)

f. Kelestarian sekitar lingkungan dan estetika pantai g. Kegiatan masyarakat di sekitar kawasan

2. Macam-macam bangunan pelindung pantai a. Bangunan revetment

(37)

Bangunan revetment (perkuatan lereng) merupakan banguan pelindung yang dibangun pada garis pantai yang berfungsi melindungi pantai dari hantaman gelombang dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Bangunan ini terdiri atas bagian utama yaitu lapis lindung, lapis filter dan pelindung, dan juga bangunan revetment lebih fleksibel karena mempunyai sisi miring dan bisa terbuat dari tumpukan batu atau bronjong.

Gambar 5. Contoh bangunan revetment pada pantai (Sumber:Adhyta Himawan 2017)

b. Tembok laut (Seawall)

Tembok laut berfungsi sebagai bangunan pelindung pantai terhadap hantaman gelombang serta menahan terjadinya limpasan gelombang ke daratan yang berada di belakangnya yaitu daerah pemukiman yang sudah sangat dekat dengan garis pantai. Bangunan bisa berbentuk dinding vertikal, miring, lengkung, atau bertangga ataupun dari pasangan batu, dinding beton atau buis beton.

(38)

Gambar 6. Contoh tembok laut (curved seawall) pada pantai (Sumber :Willy Apryanto 2015)

c. Tanggul Laut (Sea Dike)

Tanggul laut atau sebutan lainnya levee atau sea dike, embankment, yaitu semacam tembok miring baik buatan maupun alami, digunakan untuk mengatur muka air. Menurut menteri pekerjaan umum No. 07/SE/M/2010 tentang pemberlakukan pedoman pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai bahwa sel dike merupakan struktur pengaman pantai yang dibangun sejajar pantai dengan tujuan untuk melindungi dataran pantai rendah dari genangan yang diakibatkan oleh air pasang, gelombang dan badai.

Gambar 7. Contoh tanggul laut (sea dike) pada pantai (Sumber:Bagus kurniawansyah 2019)

(39)

d. Dinding penahan tanah (Bulkheads)

Bulkhead adalah bangunan pelindung pantai yang fungsi utamanya mirip dengan seawall yaitu menahan tanah di belakangnya. Bulkhead berupa turap yang dipancang kedalam tanah yang dilengkapi angker.

Gambar 8. Contoh Bukheads pada pantai (Sumber :Bagus kurniawansyah 2021)

e. Groin

Bangunan ini berfungsi untuk menahan transpor sedimen di sepanjang pantai, sehingga bisa mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi an juga menahan masuknya transpor sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai. Menurut surat edaran materi pekerjaan umum No. 7/SE/M/2010 tentang pemberlakukan pedoman pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman pantai dijelakan Groin adalah bangunan pelindung pantai yang menjorok ke arah laut atau secara tegak lurus garis pantai. Tujuan pembangunan groin (krib) yaitu : a. Mengatur aliran laut dengan sedemikian rupa pada waktu banjir air dapat

mengalir dengan cepat dan aman,

b. Mengatur kecepatan aliran laut yang memungkinkan adanya pengendapan dan pengangkutan sedimen,

c. Mengarahkan aliran ke tengah alur laut agar tebing laut tidak terkikis, d. Mengarahkan aliran laut sehingga dapat dipergunakan untuk pelayaran.

(40)

Gambar 9. Contoh Groin pada pantai (sumber:Bagus kurniawansyah 2021) f. jetty

Bangunan yang tegak lurus pantai yang terletak pada dua sisi muara sungai yang berfungsi menahan pasir/sedimen yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengedap di muara sungai.

..

Gambar 10. Contoh Jetty pada pantai (Sumber : Bagus kurniawansyah 2021) g. Pemecah Gelombang (Breakwáter)

Breakwater dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan verada pada jarak terntentu dari garis pantai.. Adapun fungsi dari bangunan pemecah gelombang sebagai berikut : a. Berfungsi sebagai pelindung kolam perairan pelabuhan terlentak

dibelakangnya dari hantaman gelombang

(41)

b. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peremdam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan ( refleksi),

c. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergabtung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air),

Gambar 11. Contoh breakwater pada pantai (Sumber: Bagus kurniawansyah 2021)

(42)

J. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian serupa dengan penelitian kami yaitu penelitianoleh Novian Sangkop, J.D. Mamoto, m.Jasn 2017. Dengan judul Analisis pasang surut di Pantai Bulo Desa Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa dengan metode Admiralty.Menggunakan metode penelitian kajian bersifat teoritis dan data lapangan. Hasil dari penelitian adalah analisis pasang surut menggunakan metode admiralty untuk menentukan elevasi muka air laut pantai Bulo dengan menggunakan angka pasang surut F formzhal. Dan penelitian selanjutnya, Oleh Stefanny Kumaat, A.K.T.Dundu, R.J.M. Mandangi,2016. Dengan judul Pemilihan Tipe Bangunan Pengaman Pantai Dengan Kearifan Lokal Di Pulau Bunaken.

Menggunakan metode penelitian bersifat observasi yaitu survei lokasi serta wawancara masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh, menggunakan pengaman pantai kearifan lokal adalah berupa typical desain sand dune.

(43)

K. Kerangka Pikir

Gambar 12 . Kerangka pikir Identifikasi permasalahan pantai

-abrasi

Kondisi Hidrooceonografi - Pasang surut

- Menganalisis kerusakan yang terjadi di lokasi penelitian

- Menganalisis tipe pasang surut dan muka air rencana air laut.

- Mengetahui pemilihan tipe bangunan pelindung yang sesuai dengan karakteristik dan permasalahan yang ada pada lokasi penelitian

Data

- Pasang surut - Muka ar rencana

Mulai

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pengambilan data

Pengambilan data akan dilaksanakan di daerah pantai Tamasaju kecamatan Galesong Utara kabupaten Takalar. Dengan waktu pengambilan data dilaksakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli sampai Agustus.

Gambar 13. Lokasi penelitian (Sumber : Google Earth.)

B. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan berasal dari instansi yang terkait dengan penilitian yaitu :

a. Data sekunder di peroleh lansung dari stasiun Maritim Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Paotere Makassar, yaitu berupa data angin.

(45)

b. Data primer di peroleh langsung dari lokasi penilitian seperti data bathimetri, pasang surut, dan identifikasi masalah.

C. Alat Yang di Gunakan

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rambu ukur : Alat untuk mengukur tinggi dan rendahnya pasang surut.

2. Alat tulis : Alat untuk pencatatan data mentah dilapangan 3. Leptop : Sebagai alat pengelola data dalam penelitian

D. Penentuan lokasi penelitian

a) Menentukan titik BM (Benchmark) untuk pengawalan pengukuran. Benchmark (BM) berfungsi sebagai titik utama dalam mereferensikan posisi objek yang akan diteliti. BM sebagai titik acuan yang penting dalam penelitian.

b) Menentukan jarak panjang garis pantai yang akan diteliti, jarak garis pantai yang akan diteliti sekitar 800 meter, dan setiap 100 meter akan di tancapkan sebuah patok kayu sebagai penanda untuk membagi 800 meter ini menjadi 8 bagian sel atau bagian (grid). Setiap bagian atau sel akan berjarak sekitar 100 meter.

c) Melakukan survei di sepanjang garis pantai sampai menemukan titik garis pantai yang cocok di 8 grid.

d) Melakukan pengukuran pembagian sel atau grid dengan menggunakan roll meter.

e) Selanjutnya, Memberikan tanda atau nama di patok kayu yang sediakan dengan nama (Patok 1 STA 0+00), (Patok 2 STA 0+100), Dan seterusnya.

(46)

Adapun cara pengamatan pasang surut dilapangan sebagai berikut:

Ketinggian pasang surut laut diukur dengan rambu ukur ( Tide staff ) yang telah diberi skala dalam cm atau m ditempatkan lokasi survey penempatan rambu ukur (Tide Staff ) haruslah didaerah yang pada pasang surut terendah masih terendam dalam air lalu ditanam 50cm kedasar perairan.

Perhitungan pasut dengan Metode admiralty untuk menghitung data yang di peroleh dari pengukuran langsung pasang surut telah dijelaskan pada bab II hasil perhitungan metode admiralty di dapatkan nilai amplitudo dan fase g dari komponen- komponen pasang surut yaitu : M2,S0,S2,N2,K1,O1,P1,M4,MS4, dan K2. Dengan komponen pasang surut dapat di tentukan nilai Formzhal dengan nilai F maka dapat ditentukan tipe pasang surut sesuai pada pembahasan Bab II sebelumnya.

E. Bagan Alur Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan sesuai dengan bagan alir pada Gambar berikut ini :

(47)

Gambar 14..Bagan alur penilitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer 1. Pasang Surut

2. Muka air rencana

Data Sekunder 1. Angin

2. Batimetri

Validasi Data

Tidak

Ya Analisis Data

1. Perhitungan data pasang surut metode Admiralty 2. Tipe pasang surut berdasarkan nilai formzhal 3. Elevasi muka air

Kesimpulan

Selesai Mulai

(48)

A. Perhitungan Pasang Surut dengan Metode Admiralty

Proses perhitungan analisa harmonik metode admiralty dilakukan pengembangan perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel, yang menghasilkan harga beberapa parameter yang ditabelkan sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun.

Data yang diperoleh dari pengukuran langsung pasang surut dilakukan selama 15 hari di pantai Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, dengan interval pengambilan data setiap 1 jam di gunakan untuk penentuan tipe pasang surut dan elevasi muka air laut yang di analisis dengan metode Admiralty.

Hasil perhitungan metode Admiralty di dapatkan harga amplitudo (A) dan beda fase (g°) dari komponen-komponen pasang surut yaitu M2, S0, S2, N2, K1, O1, P1, M4, MS4, dan K2. Dengan komponen pasang surut dapat di tentukan nilai formzhal dengan nilai Formzhal maka dapat di tentukan tipe pasang surut.

Adapun tahapan perhitungan menggunakan hitungan (skema) dengan bantuan tabel – tabel dari perhitungan metode Admiralty. Berdasarkan skema perhitungan maka data dari hasil pengukuran pasang surut di susun sebagai berikut:

a. Skema 1

Data pengamatan yang diukur disusun menurut skema 1. Dari skema tersebut ditentukanlah waktu pertengahan pengamatan dan standar waktu yang ditentukan dihitung terhadap GMT. Tentukanlah bacaan tertinggi dan bacaan terendah. Untuk bacaan tertinggi menunjukan kedudukan tertinggi dan bacaan terendah menunjukan kedudukan air terendah. Data yang akan diolah dikonversikan dahulu satuannya

(49)

dari meter (m) ke centimeter (cm).

Adapun data yang telah di peroleh pada tabel berikut :

(50)

Tabel 3. data pasang surut 15 hari interval 1 jam menurut skema 1

Sumber : Hasil Data Lapangan

Bacaan

00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 rata2/hari

28 Juni 2021 89 105 115 138 157 179 169 162 159 150 149 140 132 124 120 115 110 109 101 92 89 85 80 78 2947 122.792

29 Juni 2021 90 102 117 137 154 175 160 158 160 153 146 138 130 128 124 117 113 110 107 94 90 85 77 80 2945 122.708

30 Juni 2021 92 100 110 120 125 136 142 144 155 147 140 135 128 126 115 110 108 112 109 106 103 102 111 98 2874 119.75

1 Juli 2021 87 80 92 100 110 134 142 141 152 148 140 129 120 110 107 103 100 98 105 108 104 103 94 89 2696 112.333

2 Juli 2021 81 79 71 60 90 117 129 140 142 145 138 118 115 100 98 93 89 91 94 98 96 93 88 83 2448 102

3 Juli 2021 94 100 109 117 129 139 150 150 143 145 140 134 122 114 103 97 90 88 86 87 83 80 84 89 2673 111.375

4 Juli 2021 72 84 90 100 114 129 137 141 147 140 131 129 120 110 94 90 80 77 70 71 73 68 60 60 2387 99.4583

5 Juli 2021 120 124 132 144 141 135 130 136 145 144 140 116 102 84 79 63 60 58 68 59 85 87 100 110 2562 106.75

6 Juli 2021 109 114 120 127 135 141 145 145 136 134 127 124 111 89 78 65 58 56 58 67 82 89 92 100 2502 104.25

7 Juli 2021 99 108 116 124 133 140 144 148 139 132 126 118 110 90 85 76 63 58 58 64 70 72 79 89 2441 101.708

8 Juli 2021 87 94 104 120 134 142 149 151 145 136 127 120 113 103 97 86 79 70 62 56 50 60 69 76 2430 101.25

9 Juli 2021 109 129 149 162 174 182 180 174 155 150 140 138 127 113 107 98 92 80 72 66 60 64 70 92 2883 120.125

10 Juli 2021 58 69 79 89 109 120 134 136 160 153 147 140 136 125 110 102 97 88 80 72 77 70 60 54 2465 102.708

11 Juli 2021 79 86 94 102 115 120 129 140 132 124 114 108 96 90 80 69 54 60 63 55 50 56 63 70 2149 89.5417

12 Juli 2021 49 59 72 94 100 124 130 130 134 130 125 115 104 96 90 79 70 63 57 54 43 39 40 41 2038 84.9167

Bacaan Skala pada jam

Jumlah Bacaan Tanggal

(51)

Tabel 4. Penyusunan hasil penghitungan harga X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dari Skema 2

Sumber : hasil perhitungan X0

Tgl Bln Thn + - + - + - + - + - + -

28 6 21 2947 1639 1308 1235 1712 1367 1580 1493 1454 997 971 1457 1490 29 6 21 2945 1637 1308 1255 1690 1370 1575 1497 1448 990 983 1460 1485 30 6 21 2874 1562 1312 1328 1546 1404 1470 1382 1492 952 962 1430 1444 1 7 21 2696 1490 1206 1241 1455 1299 1397 1241 1455 904 909 1348 1348 2 7 21 2448 1398 1050 1138 1310 1209 1239 1084 1364 828 798 1243 1205 3 7 21 2673 1476 1197 1123 1550 1314 1359 1302 1371 902 877 1341 1332 4 7 21 2387 1396 991 973 1414 1158 1229 1160 1227 794 802 1209 1178 5 7 21 2562 1257 1305 955 1607 1338 1224 1242 1320 839 879 1264 1298 6 7 21 2502 1268 1234 945 1557 1287 1215 1203 1299 844 831 1254 1248 7 7 21 2441 1289 1152 914 1527 1224 1217 1202 1239 816 814 1231 1210 8 7 21 2430 1376 1054 921 1509 1186 1244 1229 1201 819 798 1211 1219 9 7 21 2663 1428 1235 994 1669 1310 1353 1365 1298 908 874 1326 1337 10 7 21 2465 1528 937 1071 1394 1201 1264 1182 1283 810 840 1236 1229 11 7 21 2149 1196 953 806 1343 1060 1089 1045 1104 725 707 1094 1055 12 7 21 2038 1266 772 776 1262 960 1078 1000 1038 683 681 1018 1020

X4 Y4

Waktu X1 Y1 X2 Y2

(52)

Tabel 5. Penyusunan hasil perhitungan harga X dan Y indeks kesatu dari Skema 3

Sumber : hasil perhitungan

X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4

Tgl Bln Thn +800 +800 +800 +700 +200 +300

28 6 21 2947 1131 323 587 739 226 267

29 6 21 2945 1129 365 595 749 207 275

30 6 21 2874 1050 582 734 590 190 286

1 7 21 2696 1084 586 702 486 195 300

2 7 21 2448 1148 628 770 420 230 338

3 7 21 2673 1079 373 755 631 225 309

4 7 21 2387 1205 359 729 633 192 331

5 7 21 2562 752 148 914 622 160 266

6 7 21 2502 834 188 872 604 213 306

7 7 21 2441 937 187 807 663 202 321

8 7 21 2430 1122 212 742 728 221 292

9 7 21 2663 993 125 757 767 234 289

10 7 21 2465 1391 477 737 599 170 307

11 7 21 2149 1043 263 771 641 218 339

12 7 21 2038 1294 314 682 662 202 298

38220 16192 5130 11154 9534 3085 4524

Waktu

X0

Jumlah

(53)

Tabel 6. Penyusunan hasil perhitungan nilai X dan Y indeks ke dua dari skema 4

Sumber : hasil perhitungan

X Y

00 + 38220 38220

+ 16192 5130 4192 0

- 12000 12000 0 -6870

+ 7077 2095 0 0

- 9115 3035 -1238 -140

+ 800 800

+ 6695 2893 375 1441

- 6320 1452 0 0

+ 4807 1255 0 1380

- 11385 3875 -2578 0

+ 4000 4000

+ 8244 3000 1048 1018

- 7196 1982 0 0

+ 11154 9534 0 0

- 12000 10500 -846 -966

+ 5589 4301 824 0

- 5565 5233 0 -232

+ 800 700

+ 4285 3509 0 0

- 4686 4002 -401 -493

+ 4077 3153 1000 272

- 7077 6381 0 0

+ 4000 3500

+ 5146 4072 52 0

- 5094 4840 0 -768

+ 1443 2163 1 102

- 1642 2361 0 0

+ 200 300

+ 1239 1839 0 0

- 1258 1854 -19 -15

+ 1418 2082 0 0

- 1667 2442 -49 -60

+ 200 300

+ 1269 1913 41 133

- 1228 1780 0 0

1c

20

44

4d 23

2c

42

4b 22

2b 1b

13

Besarnya harga

Indeks Tanda X Y

10

12

Gambar

Gambar 1. Definisi daerah pantai (Yuwono, 1992)
Gambar 2.  Kurva pasang surut (Triatmodjo,1999)  C.  Gaya Pembangkit Pasang Surut
Gambar 3.tipe pasang surut (Ippen, A.T. 1966)  F.  Metode Admiralty
Tabel 1. Tipe dan fungsi struktur pengaman pantai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan potensi Mollusca di zona pasang surut zona pasang surut tipe subtrat berbatu pantai Gatra Kabupaten

Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. Higher high water level, adalah air

Perbedaan nilai elevasi model dengan nilai pengamatan langsung dilapangan ini terjadi karena program peramalan pasang surut MIKE 21 ini berdasarkan data elevasi air

turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide.. Generating Force) yaitu Resultan gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal,

Data pasang surut dilakukan untuk menentukan HHWL, MHWL, LWL, dan MSL yang digunakan dalam perencanaan dimensi bangunan pengaman pantai.. Data pasang surut yang kami gunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe pasang surut, elevasi muka air laut (MSL, MHWL, dan HHWL) di perairan Banyuurip Kabupaten Gresik dan untuk

Perbedaan nilai elevasi model dengan nilai pengamatan langsung dilapangan ini terjadi karena program peramalan pasang surut MIKE 21 ini berdasarkan data elevasi air

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe pasang surut, elevasi muka air laut (MSL, MHWL, dan HHWL) di perairan Banyuurip Kabupaten Gresik dan untuk