1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan, wilayah Indonesia yang terdiri lebih dari 17.499 pulau dan tersebar luas (Dishidros, 2006), Indonesia menyadari potensi perairan yang ada sebagai sumberdaya kehidupan maritim maupun sebagai media penghubung antar pulau, masih perlu dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan tentang hidrografi sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah perairan seperti transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai dan lain-lain.
Hidrografi adalah cabang dari ilmu terapan yang membahas tentang
pengukuran dan deskripsi atau uraian permukaan laut dan kawasan pantai terutama untuk keperluan navigasi maupun kegiatan kelautan yang lainnya,
termasuk kegiatan lepas pantai, perlindungan lingkungan, dan untuk kegiatan peramalan (IHO, 2006). Salah satu bagian dari survei hidrografi adalah pengamatan pasang surut (pasang surut) air laut. Pasang surut air laut didefinisikan sebagai naik turunnya permukaan laut karena adanya pengaruh gaya yang ditimbulkan oleh benda-benda langit (Ali, dkk, 1994).
Pada umumnya, data pasang surut dapat digunakan untuk menetapkan ketinggian patok titik ikat (titik referensi) geodesi dalam rangka pengembangan wilayah perairan serta pembuatan peta topografi. Titik ikat utama berupa peil, yang dipasang di tepi pantai, biasanya di daerah pelabuhan. Ada beberapa definisi muka air yang digunakan sebagai tinggi referensi, antara lain yang sering digunakan yaitu muka air tertinggi untuk perencanaan elevasi bangunan-bangunan pelabuhan agar tetap aman
Komponen harmonik yang dihasilkan dari data pengamatan pasang surut dapat digunakan untuk menentukan datum vertikal. Datum vertikal merupakan permukaan ekipotensial yang mempunyai kedudukan permukaan air laut rata-rata yang digunakan sebagai bidang acuan dalam penentuan posisi vertikal (Pusat Pemetaan Dasar Kelautan dan Kedirgantaraan, 2004).
2
Berdasarkan hal tersebut, pada tugas akhir ini dilakukan pengolahan data pasang surut dengan metode Admiralty dan Least Square untuk mendapatkan komponen harmonik pasang surut sehingga dapat digunakan untuk menentukan datum vertikal. Datum vertikal yang digunakan dalam tugas akhir ini yaitu HWS (High Water Spring).
Dengan diketahuinya HWS, maka dapat dihitung pula elevasi dermaga pelabuhan sesuai dengan Standar Kriteria Desain untuk Pelabuhan di Indonesia tahun 1984. Selain itu, pada penelitian ini juga menentukan prediksi pasang surut pada tahun berikutnya untuk menganalisa keamanan dermaga.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Bagaimana cara pengolahan data pasang surut untuk menentukan tinggi HWS yang diperlukan sebagai referensi tinggi dalam menentukan elevasi dermaga pelabuhan.
2. Seberapa besar elevasi dermaga yang aman sesuai dengan Standar Kriteria Desain untuk Pelabuhan di Indonesia.
3. Tipe pasang surut yang ada di perairan Kuala Tanjung.
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut :
1. Metode pengolahan data pasang surut yang digunakan adalah metode
Admiralty dan least square (program world tide).
2. Komponen pasang surut yang akan dianalisis adalah M2, S2, N2, K1, O1, M4, dan MS4.
3. Hasil penelitian ini adalah elevasi dermaga pelabuhan serta prediksi pasang surut di perairan kuala tanjung
3
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini antara lain:
1. Menentukan tinggi HWS yang digunakan sebagai datum vertikal dalam penentuan elevasi dermaga.
2. Menentukan elevasi dermaga pelabuhan Kuala Tanjung 3. Mengetahui tipe pasang surut di pelabuhan Kuala Tanjung
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan referensi untuk menentukan elevasi dermaga pelabuhan dengan analisis komponen pasang surut.
2. Meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya tentang pengolahan data pasang
surut dan dermaga sehingga dapat menjadi inspirasi dalam penelitian lebih lanjut.