• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Banjardowo Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5

Kajian teori ini memaparkan berbagai landasan teori yang mendukung penelitian. Pada bab II ini membahas tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), hasil

belajar, metode Problem Based Learning (PBL). Pembahasan lebih jelasnya akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life sciences. IPA merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita merupakan bagian dari IPA. Terdapat berbagai macam konsep IPA yang berhubungan dengan kehidupan kita, antara lain konsep tentang magnet yang disering dimanfaatkan dalam pembuatan pintu lemari es, konsep tentang cahaya yang digunakan dalam lampu, dan sebagainya. Pendidikan IPA seharusnya bukan saja berguna bagi siswa dalam kehidupannya, melainkan juga untuk perkembangan masyarakat dan kehidupan di masa yang akan datang.

2.1.1.1 Hakikat IPA

Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (dalam Susanto, 2013:167) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan

teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

(2)

alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.

Menurut Laksmi Prihantoro dkk., (dalam Trianto, 2012: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk

sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA hakikatnya adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dengan suatu proses yang demikian, sehingga bukan tidak mungkin tujuan pembelajaran IPA akan tercapai secara maksimal.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006), dimaksudkan untuk:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam sekitarnya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

(3)

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.1.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang

masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi dan fisika.

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi Bloom (dalam Trianto, 2012: 142) bahwa:

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di dalam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping hal itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi.

(4)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar erat kaitannya dengan belajar atau proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diperoleh melalui kegiatan evaluasi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya pembahasan mengenai hasil belajar akan diuraikan dalam penjelasan di bawah ini.

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Susanto (2013:4) belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman. Atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.

Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2013:15) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diaamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, serta nilai-nilai, dan sikap belajar.

Sedangkan Dimyanti dan Mudjiono (2013:18) mengatakan belajar merupakan proses internal yang kompleks yang terlihat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari beberapa pengertian yang diungkapkan para ahli tentang belajar dapat

(5)

2.1.2.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual (Bloom dalam Suprijono (2013:6)).

Suprijono (2013:7) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Munawar: 2009) ```hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Hamalik (2011:30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengeti menjadi mengerti.

Berdasarkan bebeapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil

(6)

2.1.2.3 Hasil Belajar IPA

Menurut Iskandar (2012:12) hasil belajar IPA berupa fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA penting bagi kemajuan hidup manusia, cara kerja memperoleh itu disebut proses IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir. Penilaian proses IPA tersebut dapat dilihat dari kemampuan siswa menyelesaikan masalah yang muncul dalam pembelajaran IPA yang diberikan guru. Seperti contoh dengan kerja kelompok ilmiah. Guru dapat memberikan lembar percobaan kepada siswa, kemudian siswa

mengisi lembar tersebut sesuai dengan langkah-langkah serta hasil kerja ilmiah sesuai dengan proses yang mereka lakukan. Dari lembar tersebut, guru dapat menilai proses belajar IPA siswa. Selain proses ilmiah, guru juga dapat memberikan soal evaluasi berupa pilihan ganda, isian singkat atau uraian untuk memperoleh nilai sebagai bentuk hasil belajar IPA.

Hasil belajar IPA akan diperoleh secara maksimal apabila proses pembelajaran berjalan dengan baik. Oleh karena itu guru harus mampu merancang model pembelajaran yang mampu mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran serta menuntut siswa lebih aktif dan tertarik untuk belajar.

2.1.3 Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL merupakan model pembelajaran yang berangkat dari asumsi bahwa belajar menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di bawah ini akan diuraikan berbagai penjelasan mengenai PBL.

2.1.3.1 Pengertian PBL

Model PBL mulai dipopulerkan di Mc Master University Canada pada tahun 1970-an, model ini terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.

(7)

Model PBL berorientasi kepada proses belajar (student centered learning). Selain itu model PBL merupakan model pembelajaran saat masalah mengendalikan proses pembelajaran. Dalam hal ini, permasalahan menjadi fokus, stimulus dan pemandu proses belajar, sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing.

Ada beberapa definisi tentang PBL yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, diantaranya yaitu menurut Tan (dalam Rusman, 2010:229), PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berfikir

siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara kesinambungan.

Menurut Boud dan Feletti (dalam Wardoyo, 2013: 72) menyatakan bahwa metode PBL merupakan pendekatan di mana dalam proses pembelajaran dengan berdasarkan pada kurikulumnya, siswa dihadapkan kepada permasalahan sebagai langkah untuk memberikan rangsangan agar terjadi kegiatan belajar.

Ibrahim dan Nur (dalam Trianto 2011:241) mengemukakan “Pembelajaran Berbasis Masalah atau istilah asingnya Problem Based Learning merupakan salah model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar dan bagaimana belajar”.

Dari beberapa pendapat mengenai definisi PBL menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa model PBL merupakan model pembelajaran yang merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara kesinambungan.

2.1.3.2 Karakteristik PBL

(8)

a. PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

2.1.3.3 Langkah-langkah Problem Based Learning

Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan PBL. Menurut Ibrahim (dalam Trianto 2011:97) ada beberapa sintak pada pembelajaran PBL. Sintaks tersebut meliputi: “1) Tahap pertama orientasi siswa pada masalah; 2) Tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) Tahap ketiga membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 4) Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya: 5) Tahap kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah”.

Sedangkan Menurut Hmelo-Silver (dalam Wardoyo, 2013:74) terdapat siklus dalam pembelajaran menggunakan metode PBL dengan gambar sebagai berikut: “1) Problem Scenario: suatu skenario permasalahan yang dibuat guru

(9)

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul dikarenakan adanya gap (kesenjangan) antara fakta (pengetahuan awal) yang dimiliki siswa dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa. 5) Apply New Knowledge: Artinya siswa menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan baru yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. 6) Abstraction: Siswa membuat rangkuman atau kesimpulan dari hasil dan proses pembelajaran yang telah mereka lakukan

Menurut Lusita (2011:75) langkah-langkah PBL adalah:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal dan lain-lain).

3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarkan beberapa langkah-langkah PBL yang telah diuraikan, maka dapat disusun langkah-langkah pembelajaran menggunakan PBL secara rinci sebagai berikut:

1) Tahap pertama orientasi siswa pada masalah

- Guru memaparkan suatu skenario permasalahan dengan berdasarkan pada tujuan pembelajaran (berbentuk apersepsi)

- Guru memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari.

(10)

- Guru membimbing siswa mengidentifikasi fakta-fakta yang berkaitan atau berhubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam skenario permasalahan.

- Guru membimbing siswa membuat hipotesis berdasarkan fakta-fakta yang dihadapi.

- Guru membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan secara individu/ kelompok

3) Tahap ketiga membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

- Siswa diberi kesempatan untuk berfikir dan bertindak dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah dan guru berperan sebagai fasilitator.

- Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, membantu dan memfasilitasi siswa bagi siswa yang membutuhkan.

4) Tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya

- Siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya, siswa lain dapat menanggapi.

5) Tahap kelima menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah - Guru membimbing siswa membuat penguatan dan kesimpulan tentang

materi pembelajaran yang sudah dipelajari

- Guru mengadakan refleksi dan evaluasi dengan menayakan kepada siswa tentang materi.

2.1.3.4 Keunggulan Problem Based Learning

Menurut Sanjaya (2014:220) PBL memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a. Merupakan tehnik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran b. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa

c. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa

(11)

e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

f. Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru ataudari buku-buku saja

g. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

h. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

i. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

2.1.3.5 Kelemahan Problem Based Learning

Di samping keunggulan, PBL juga memiliki kelemahan, antara lain:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba

b. Keberhasilan pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari

Untuk mengatasi kelemahan model tersebut guru dapat membentuk siswa dalam kerja kelompok dengan pembelajaran yang dipersiapkan secara matang,

(12)

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perida, Frizta Wahyu Pety (2013) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Sumber Daya Alam Melalui Penggunaan Model Problem Based Learning Siswa Kelas 4 SDN 6

Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2012/2013”.

Penelitian ini menunjukan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 4 di SDN 6 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan dengan materi sumber daya alam setelah menggunakan model Problem Based Learning. Hal ini nampak

pada perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus sebesar 29,17%, siklus I meningkat menjadi 66,7% dan pada siklus II meningkat menjadi 91,7% dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70).

Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Frizta ialah penggunaan model PBL dalam meningkatkan hasil belajar IPA, sedangkan perbedaannya terletak pada kelas yang dilpilih sebagai objek penelitian. Frizta memilih kelas 4 dan peneliti memilih kelas 5.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Agus Siswantara (2012) dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 8

Kesiman” peneliti menyimpulkan hasil penelitian pada aktivitas hasil belajar IPA menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan presentase skor rata-rata aktivitas dan hasil belajar IPA sebesar 13,9% dari 57,4% pada siklus I menjadi 71,3% pada siklus II. (2) Terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar IPA sebesar 30% dari 66,33 pada siklus I menjadi 81,67 pada siklus II.

Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Agus juga penggunaan model PBL dalam meningkatkan hasil belajar IPA, sedangkan perbedaannya terletak pada kelas yang dilpilih sebagai objek penelitian. Agus memilih kelas 4

dan peneliti memilih kelas 5.

(13)

guru melalui APKG I, 2, dab 3 pada siklus I meningkat dari 80,625 menjadi 91,125 pada siklus II. Kesesuaian pelaksanaan Model Problem Based Learning meningkat dari 77,5 pada siklus I menjadi 92,5 pada siklus II. Nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pretest 64,12 meningkat menjadi 86,08 pada pelaksanaan posttest, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 35,14% menjadi 94,60%. Nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi akhir meningkat dari 73,78 pada siklus I menjadi 84,05 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 75,68% menjadi 91,89%. Pada tes formatif meningkat dari 77,03

pada siklus Imenjadi 85,14 pada siklus II, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 81,08% menjadi 89,19%. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran meningkat dari 75,47% pada siklus I menjadi 82,88% pada siklus II dan mencapai kriteria aktivitas belajar sangat tinggi.

Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Riska yaitu penggunaan model PBL dalam meningkatkan hasil belajar, sedangkan perbedaannya terletak pada kelas dan mata pelajaran yang dilpilih sebagai objek penelitian. Agus memilih pembelajaran perubahan lingkungan kelas 4 sedangkan peneliti memilih mata pelajaran IPA kelas 5.

Berdasarkan uraian tentang beberapa temuan penelitian yang relevan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada penelitian yang pertama dan kedua dapat dilihat bahwa metode PBL berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Sedangkan pada penelitian yang kedua dan ketiga metode PBL juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sehingga dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran melalui metode PBL pada mata pelajaran IPA memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa SD.

2.3 Kerangka Berpikir

(14)

belajar IPA terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Butuh 01 kecamatan Tenggaran kabupaten Semarang.

Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Pikir PEMBELAJARAN IPA

Pembelajaran

Konvensional berbicara sendiri, Siswa sering

(15)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, hipotesis penelitian ini ditetapkan sebagai berikut

1) Penerapan model PBL dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan proses pembelajaran meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Banjardowo Kecamatan

Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 secara signifikan dengan kualitas proses pembelajaran minimal „baik‟ dengan langkah-langkah sebagai berikut penyampaian apersepsi dan tujuan, penyajian materi dengan alat peraga dan pemberian masalah, penyelesaian masalah dengan melakukan percobaan secara berkelompok.

Referensi

Dokumen terkait

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Pembelajaran matematika yang diharapkan dalam praktek pembelajaran di kelas adalah (1) pembelajaran berpusat pada aktivitas siswa, (2) siswa diberi kebebasan berpikir

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat penurunan yang signifikan terhadap kadar glukosa darah puasa yang diberikan latihan senam jantung sehat pada lansia

Berdasarkan dari tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan program CSR pada PLN Salatiga sudah sesuai dengan ayat Al- Qur’an yang memerintahkan untuk melaksanakan

Apabila Kita menyimpan atau meminjamkan uang di bank atau pada suatu badan atau perorangan untuk beberapa kali masa(priode) bunga dengan besar bunga tertentu, dimana setelah

Ringkasan Penelitian dilakukan dengan tu- juan untuk mengidentifikasi dan memban- dingkan keragaman jenis ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan mas- koki

S2 Pendapat saya dari penerapan ta’zir disini sangat baik sekali karena apa dengan ta’ziran saya dan santri lain bisa lebih tertib ketika kegiatan di beri peraturan. P