• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP

SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

(PLN) SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

RUKAYATUN

NIM. 33022150001

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP

SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

(PLN) SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

RUKAYATUN

NIM. 33022150001

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Rukayatun NIM : 33022150001

Judul : TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LSTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 21 Mei 2018

Pembimbing

Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., MSi

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. TentaraPelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) PADA PERUSAHAAN LSTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA Oleh:

Rukayatun NIM: 33022150001

telah dipertahankan didepan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari

dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam (SH).

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Muh. Hafidz, M.Ag. Sekertaris Sidang : Dr. Ilyya Muhsin, M. Si. Penguji I : Drs. Badwan, M.Ag.

Penguji II : Luthfiana Zahriani, S.H., M.H.

Salatiga, 14 Agustus 2018 Dekan Fakultas Syariah

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rukayatun NIM : 33022150001

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 21 Mei 2018 Yang menyatakan

Rukayatun

(7)

vii

MOTTO

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak (Giyo), Ibu (Masini). Sebagai

motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan

mendoakanku serta menyayangiku, terimakasih atas semua

pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

2. Kakakku tersayang, Siti Zulaikah satu-satunya saudara kandung

yang kupunya beserta suaminya Edi Suwarno, walaupun tidak ada

ucapan yang keluar tetapi aku yakin pasti didalam batinmu selalu

mendoakanku selalu.

3. Satu-satunya keponakanku Amira Hasna Handayani semoga kelak

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syar’iah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

dan Dosen Pembimbing Akademik IAIN Salatiga.

4. Ibu Lutfiana Zahriani, S.H., M.H. selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

5. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Keluarga tercinta Ibu, Bapak, dan Saudaraku yang tak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan semangat.

(10)

x

8. Fransiska Oktavia Handayani temanku dari kecil beserta suaminya Kukuh Prasetyo terimakasih sudah menjadi teman yang selalu mendengarkan keluh kesahku.

9. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.

10.Serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua. 11.Untuk teman-teman S1 Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013

Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

12.Seluruh jajaran Akademis Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terima kasih banyak telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

(11)

xi

membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 24 Mei 2018 Penulis

(12)

xii

ABSTRAK

Rukayatun (2018). Tinjauan Perundang-undangan di Indonesia dan Hukum Islam Terhadap Sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga. Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si

Kata Kunci :Corporate Social Responsibility (CSR), Perundang-undangan, Hukum Islam

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan atau

konsep yang saat ini bukan lagi sebagai slogan popularitas bagi perusahaan, akan tetapi merupakan suatu kebijakan tanggung jawab sosial di perusahaan besar, perusahaan multinasional, perusahaan domestik, serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PLN Salatiga merupakan salah satu perusahaan BUMN yang telah berkomitmen untuk menerapkan kebijakan CSR untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan. Dengan komitmen untuk selalu menerapkan program CSR, maka dari latar belakang tersebut penulis fokus meneliti tentang 1.Apa saja bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga? 2.Bagaimana sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga? 3. Bagaimana tinjauan perundang-undangan dan hukum Islam terhadap sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga?

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai penyusun adalah kualitatif dan pendekatannya menggunakan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan melihat suatu kenyataan hukum yang terjadi di masyarakat yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi perundang-undangan. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

(13)

xiii

BAB II TINJAUAN UMUM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) A. Corporate Social Responsibility (CSR) 1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ... 22

2. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR) ... 24

3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) ... 27

4. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)... 28

(14)

xiv

B. Tinjauan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Corporate Social Responsibility (CSR) ... 31 C. Tinjauan Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007

tentang Corporate Social Responsibility (CSR) ... 35 D. Tinjauan Hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

37

BAB III BENTUK DAN SISTEM PENGELOLAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PLN SALATIGA

A. Gambaran Umum Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga

1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 45 2. Visi dan Misi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 46 3. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja Perusahaan

Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 47 4. Struktur Organisasi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 48 5. Disiplin Kerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 49 6. Pemeliharaan Tempat Kerja dan Lingkungan Hidup ... 50 B. Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) Pada

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 51 C. Sistem Pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 59

BAB IV TINJAUAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) SALATIGA

A. Analisis UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Corporate Social

Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Listrik Negara (PLN)

Salatiga ... 66 B. Analisis UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Corporate Social

(15)

xv

C. Analisis Hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga ... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 85

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan lembaga yang dianggap memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, seperti: memberikan kesempatan kerja, membayar pajak kepada negara, menyediakan barang konsumsi, memberi sumbangan, dan lain-lain. Namun disisi lain keberadaan perusahaan juga menimbulkan banyak masalah sosial dan lingkungan, antara lain: polusi udara, kebisingan, diskriminasi, pemaksaan, dan lain-lain (Hadi, 2011).

Eksistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholders penting bagi perusahaan, maka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya dalam memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan perusahaan dalam memberikan manfaat tersebut dapat diwujudkan dengan pemberian kontribusi dan bentuk kepedulian yang nyata untuk kemakmuran masyarakat serta dapat menjaga keberlangsungan alam (Simorangkir, 2003:60). Kontribusi bentuk kepedulian serta tanggung jawab sosial perusahaan baik internal maupun eksternal ini disebut dengan Corporate Social Responsibility (Yaparto, 2013).

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu tindakan atau

(17)

2

akan tetapi merupakan suatu kebijakan tanggung jawab sosial di perusahaan besar, perusahaan multinasional, perusahaan domestik, serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Maka dalam pelaksanaan programnya harus tepat sesuai sasaran. Jika pelaksanaan CSR tepat sesuai dengan sasaran, maka dapat menyebabkan terbangunnya image positif perusahaan atau produk yang pada akhirnya berdampak pada persepsi masyarakat terhadap brand perusahaan.

Indonesia menanggapi adanya penerapan CSR dengan mengeluarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 pasal 74 Tahun 2007 yang diberlakukan pada 16 Agustus 2007 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan yang menyebutkan bahwa:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(18)

3

Terkait dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas, adapun Peraturan Pemerintah yang membahas mengenai tanggung jawab sosial yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pasal 2 yang menyatakan bahwa setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dengan adanya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah diatas, maka baik perusahaan swasta atau BUMN diharuskan melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam peraturan yang telah dibuat, menjadi sebuah keharusan sebuah perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri maupun masyarakat sekitar pada umunya.

Namun, dalam kegiatan pelaksanaan progamnya, perusahaan terkadang melalaikan tuntutan tanggung jawab sosial seperti yang tercantum pada UU Perseroan Terbatas No. 40 pasal 74 tahun 2007 dengan alasan bahwa stakeholders tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat nonreciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik (Anggraini, 2006).

(19)

4

Nomor 25 tahun 2007 pasal 34 ayat 1 menyatakan bahwa badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

1. Peringatan tertulis;

2. Pembatasan kegiatan usaha;

3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau 4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau PT PLN (Persero) sebagai salah satu perusahaan BUMN yang me ngurusi semua aspek ketenagalistrikan yang ada di Indonesia memiliki peranan penting dalam kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR). Hal ini menjadikan pertimbangan bagi PT PLN

(Persero) untuk tidak sekedar beroperasi dan menjalankan bisnis tanpa dukungan dari pihak luar perusahaan seperti masyarakat dan lingkungan maupun pihak dalam yakni anggota perusahaan. Oleh sebab itu PT PLN (Persero) pusat menyusun dan melaksanakan program CSR yang melibatkan dan memberikan nilai tambah bagi konsumen, karyawan, mitra bisnis,

stakeholder, komunitas sekitar, bagi bangsa dan lingkungan hidup.

(20)

5

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang

yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa keutamaan menafkahkan hartanya di jalan Allah memberikan manfaat yang diperoleh dari apa yang dikeluarkan, dan Allah akan melipatgandakan lebih dari yang dikeluarkan dengan memberikan pahala yang besar. Dalam hal ini, PT. PLN (Persero) telah menafkahkan hartanya di jalan Allah yang diaplikasikan dalam berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR).

(21)

6

PLN Salatiga merupakan CSR dari PLN Salatiga untuk pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar yang membutuhkan. Salah satunya yaitu bantuan penyaluran air bersih di Pondok Pesantren Al-Falah pada tahun 2017 lalu. Berkat bantuan yang dilakukan oleh PLN Salatiga melalui program CSR yang dimilikinya, Pondok Pesantren Al-Falah bisa menggunakan air tersebut untuk minum dan memasak.

Dengan komitmen untuk selalu menerapkan program CSR, maka dengan penelitian ini ingin mengetahui bentuk CSR di PLN Salatiga dan sistem pengelolaan CSR tersebut serta program CSR di PLN Salatiga apakah sudah sesuai dengan pengaturan perundang-undangan di Indonesia juga dalam hukum Islam. Maka berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini berjudul “Tinjauan Perundang-undangan di Indonesia dan Hukum Islam Terhadap Sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan

Listrik Negara (PLN) Salatiga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan

Listrik Negara Salatiga?

(22)

7

3. Bagaimana tinjauan perundang-undangan dan hukum Islam terhadap sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini diantaranya:

1. Untuk mengetahui bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Listrik Negara Salatiga.

2. Untuk mengetahui sistem pengelolaan Corporate Social Responsibility (CSR) di Perusahaan Listrik Negara Salatiga.

3. Untuk menganalisis sistem Corporate Social Responsibility (CSR) di Perusahaan Listrik Negara Salatiga dengan tinjauan perundang-undangan di Indonesia dan Hukum Islam.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat yang baik bagi berbagai pihak, diantaranya adalah :

1. Bagi Akademis

Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan ilmu pengetahuan Hukum pada umumnya, dan Hukum Islam pada khususnya terutama mengenai masalah sistem program Corporate

(23)

8

2. Bagi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Salatiga

Bagi para pelaku usaha yang telah menerapkan kebijakan sistem

Corporate Social Responsibility (CSR) ini dapat digunakan sebagai acuan

dalam melaksanakan program sesuai dengan sistem yang telah berlaku dalam manajemen supaya dapat meningkatkan produktifitas perusahaan dan tanggung jawab sosial.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang Corporate Social Responsibility (CSR) serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian lebih lanjut.

E. Penegasan Istilah

Penegasan dimaksudkan untuk menghindari kurang jelasnya atau pemahaman yang berbeda-beda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Penegasan istilah merujuk pada buku-buku atau literatur yang relevan dengan disiplin ilmu di mana penelitian akan dilakukan. Untuk menghindari kesalahpahaman arti dan maksud dari penulisan penelitian ini, maka penulis menegaskan istilah-istilah judul sebagai berikut:

(24)

9

menggunakan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

2. Hukum Islam adalah hukum-hukum yang bersifat umum lagi kulli yang dapat diterapkan dalam perkembangan hukum Islam menurut kondisi dan situasi masyarakat dan massa (Ash-Shiddieqy, 1988:44).

3. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kewajiban perusahaan

untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat (Tunggal, 2008:161).

4. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan salah satu perusahaan BUMN yang mengurusi semua aspek ketenagalistrikan yang ada di Indonesia.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka memiliki tujuan agar tidak terjadi pengulangan dari penelitian yang telah dilakukan dan bertujuan menempatkan posisi penelitian diantara penelitian-penelitian terdahulu. Beberapa penelitian terkait yang membahas tentang Corporate Social Responsibility (CSR) dalam ruang lingkup yang berbeda diantaranya adalah:

Pertama,penelitian Sahal (2012 ) yang berjudul Penerapan CSR

(Corporate Social Responsibility) BMT Sumber Usaha Kembang Sari. Skripsi

(25)

10

1. Bagaimana format dan konsep penerapan CSR (Corporate Social

Responsibility) BMT Sumber Usaha Tahun 2011?

2. Bagaimanakah dampak program CSR terhadap peningkatan asset di BMT Sumber Usaha Kembang Sari?

Hasil penelitian diatas adalah sebagai berikut:

(26)

11

memberikan persepsi yang baik pada perusahaan. Dengan begitu citra positif perusahaan akan terbentuk dengan sendirinya.

2. CSR yang diterapkan oleh BMT Sumber Usaha Kembang Sari belum mampu meningkatkan asset yang tinggi terhadap perusahaan, hal tersebut sudah menjadi kewajaran perusahaan, karena asset yang dimiliki masih tergolong sedikit.

Kedua, penelitian Nursanti(2016) yang berjudul Pengaruh Implementasi Corporate Social Responsibility Dan Citra Perbankan

Terhadap Loyalitas Nasabah (Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia

Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran). Penelitian tersebut memiliki

tiga pokok permasalahan, yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran?

2. Apakah Citra Perbankan berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran?

3. Apakah Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perbankan berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah pada PT. Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran?

Hasil dari penelitian mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dan citra perbankan terhadap loyalitas nasabah yaitu sebagai berikut:

(27)

12

Corporate Social Responsibility dilakukan makan akan semakin

meningkat loyalitas nasabah.

2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel citra perbankan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas nasabah. Hal ini berarti semakin tinggi citra perbankan maka akan semakin meningkat loyalitas nasabah

3. Implementasi Corporate Social Responsibility dan Citra Perbankan bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas Nasabah.

Ketiga, penelitian Hadiat (2016) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Corporate Social Responsibility Usaha Perhotelan Di Yogyakarta.

Dalam skripsinya terdapat dua rumusan masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) usaha perhotelan di Yogyakarta?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap Corporate Social

Responsibility (CSR) usaha perhotelan di Yogyakarta?

Hasil dari penelitian diatas mengenai penerapan CSR dantinjaun hukum Islam terhadap CSR usaha perhotelan disimpulkan bahwa:

(28)

13

peraturan yang memayungi pelaksanaan CSR. Namun masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaannya yaitu kegiatan-kegiatan CSR yang telah dilaksanakan usaha perhotelan belum secara sempurna memenuhi konsep triple bottom line yang mencakup keadilan pada tiga unsur utama yaitu profit, planet, dan people. Hal ini dilihat dari adanya usaha perhotelan yang mengabaikan aspek lingkungan yang berdampak pada keringnya air dan terdapat rumah warga yang temboknya mengalami keretakan akibat pembangunan hotel. Selain itu, pelaksanaan CSR usaha perhotelan belum membawa perusahan yang berarti bagi masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan karena berbagai program kegiatan yang dilaksanakan hanya bersifat incidental yaitu kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak bersifat pemberdayaan.

(29)

14

Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul dengan judul yang penulis lakukan.Namun penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya. Letak perbedaannya pada permasalahan yaitu pertama, penulis menitikberatkan pada bentuk CSR, kedua, penulis ingin meneliti sistem pengelolaan CSR tersebut, ketiga, bagaimana tinjauan perundang-undangan di Indonesia dan hukum Islam terhadap sistem CSR pada PLN Salatiga.

G. Metode Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu, sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan metode-metode tertentu.

1. Pendekatan dan jenis penelitian

(30)

15

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaaan atau fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif ini metode yang digunakan adalah wawancara (observasi), pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2001:6). Penelitian ini berusaha untuk memahami bentuk dari program CSR, sistem pelaksanaanCSR tersebut serta tinjauan perundang-undangan dan hukum Islam terhadap sistem CSR. Penelitian ini dipilih karena dipandang cocok untuk mengekspresikan temuan kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis lakukan dengan terjun langsung ke lapangan yaitu di PLN Salatiga.

2. Kehadiran peneliti

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan data di lapangan. Selaian itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian ini, seperti kamera dan alat perekam.

3. Lokasi penelitian

(31)

16

Tengah & D.I. Yogyakarta Unit Layanan Salatiga di jalan Diponegoro No. 19 Salatiga.

Penelitian juga dilakukan di Pondok Pesantren Al-Falah, di Desa Jatirunggo Kecamatn Pringapus Kabupaten Semarang, di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, di Desa Bantal, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, di SMP 2 Bawen dan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga.

4. Sumber data

Adapun jenis data yang penulis pergunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi:

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian yang dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti.

(32)

17 5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Observasi Langsung

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan secara langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti yang dilakukan dalam waktu tertentu. Dengan tujuan untuk menemukan hasil dari pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tanpak pada objek (Suprayogo, 2001). Dalam hal ini, peneliti turun langsung ke lapangan, membuat catatan lapangan dan menulis secara singkat terkait dengan pelaksanaan program CSR yang ada di PLN Salatiga.

Selain di PLN Salatiga, observasi langung juga dilakukan oleh peneliti yang terkait dengan adanya penerima bantuan program CSR oleh PLN Salatiga diantaranya di Pondok Pesantren Al-Falah, di Desa Jatirunggo Kecamatn Pringapus Kabupaten Semarang, di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, di Desa Bantal Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang, di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, di SMP 2 Bawen dan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga.

b. Wawancara

(33)

18

mengenai masalah-masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun informan yang diwawancarai dalam penelitian adalah bagian divisi distribusi keuangan di PLN Salatiga.

Wawancara juga dilakukan dengan beberapa informan yang terkait diantaranya Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Kepala Desa di dua daerah yang berbeda yaitu Desa Jatirunggo dan Desa Gogodalem, Tokoh Masyarakat di Desa Bantal, Sekretaris Desa Wates, Kepala Sekolah SMP 2 Bawen dan petugas kebersihan SMP 2 Bawen, juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Salatiga. c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penulis dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan mengelola beberapa informasi tentang data dan fakta yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini berupa foto-foto dilapangan terkait dengan bantuan program CSR yang ada di PLN Salatiga.

6. Analisis data

(34)

19

Indonesia dan hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR).

7. Pengecekan keabsahan data

Penelitian menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2004:330). Pengecekan keabsahan data ini dilakukan dengan cara membandingkan berbagai dokumen, observasi dan mencari informasi dari berbagai pihak pelaku CSR. Pengecekan keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya kesalahan atau kekeliruan yang terlewati oleh penulis.

8. Tahap-tahap penelitian

(35)

20

terakhir yaitu penyusunan laporan atau penelitian dengan cara menganalisis data/temuan kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif dengan pendekatan yuridis empiris.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran pembahasan yang jelas dalam penulisan ini, maka penulisan penelitian ini disusun secara sistematis, yang masing-masing bab berisi hal-hal pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan antara lain sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan. Bab ini merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian serta sistematika penulisan.

Bab dua dimaksudkan sebagai kajian pustaka, terdiri dari tinjauan umum tentang Corporate Social Responsibility (CSR); Bab ini berisi pembahasan tentang Corporate Social Responsibility (CSR), konsep

Corporate Social Responsibility (CSR) menurut perundang-undangan di

(36)

21

Terbatas, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, serta tinjauan hukum Islam tentang Corporate Social Responsibility (CSR).

Bab tiga berisi gambaran umum obyek penelitian yaitu gambaran umum obyek penelitian yaitu profil PLN Salatiga, bentuk Corporate Social

Responsibility (CSR) pada PLN Salatiga, dan sistem pengelolaan Corporate

Social Responsibility (CSR) yang terdapat di PLN Salatiga.

Bab empat merupakan inti dalam pembahasan skripsi ini, yaitu analisis yang dilakukan penyusun atas permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini dengan menggunakan teori-teori yang terdapat dalam bab kedua. Yaitu analisis tinjauan perundang-undangan di Indonesia dan hukum Islam tentang sistem Corporate Social Responsibility (CSR) di PLN Salatiga.

(37)

22 BAB II

TINJAUAN UMUM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA DAN HUKUM ISLAM TERHADAP CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR)

A. Corporate Social Responsibility (CSR)

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Wibisono (2007:7) mendefinisikan Corporate Social Responsibilty (CSR) sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Terkait dengan hal itu, Hadi (2011) menjelaskan bahwa Corporate Social

Responsibilty (CSR) merupakan satu bentuk tindakan yang berangkat dari

pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat sekitar dan masyarakat lebih luas.

Versi lain definisi mengenai Corporate Social Responsibilty (CSR) adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya

(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara

berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan profesional (Famiola, 2007: 220).

(38)

23

untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekeliling-nya dan lingkungan sosial di mana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Corporate Social Responsibilty (CSR) adalah suatu tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) untuk berlaku secara etis dengan menyisihkan sebagian keuntungannya sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada guna meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. Contoh bentuk tanggung jawab sosial perusahaan itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian dana untuk permodalan usaha, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada disekitar perusahaan tersebut berada.

(39)

24

2. Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan konsep yang

tidak hadir secara instan. CSR adalah buah dari hasil proses yang teramat panjang dimana konsep dan aplikasi CSR pada saat ini telah mengalami banyak perkembangan dan perubahan dari konsep-konsep terdahulu. Jika dilihat dari sejarah awalnya, CSR sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya suatu pengaturan tentang sanksi bagi pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi (1700an-SM) yang berisikan 282 pasal disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain (Hendi, 2009). Di Indonesia sendiri, istilah CSR sebenarnya telah dimulai pada awal 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya

mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan

“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.

(40)

25

dengan kekuatan bisnis. Davis mengutarakan “Iron Law of

Responsibility” yang menyatakan bahwa tanggung jawab sosial

pengusaha sama dengan kedudukan sosial yang mereka miliki (Hendi, 2009). Melalui konsep investasi sosial perusahaan tersebut, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dalam bentuk kepedulian sosial dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.

Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya disekitar perusahaan. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.

Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya,

pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004:89).

(41)

26

sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini dan kebutuhan generasi masa yang akan datang secara terus menerus. Meskipun secara moral adalah untuk mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai keuntungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak lain yang terkait.

Secara umum, CSR dimaknai sebagai sebuah cara dalam rangka perusahaan mencapai sebuah keseimbangan antara tujuan-tujuan ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat, namun tetap merespon harapan-harapan para pemegang saham (shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholder). Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan usahanya yang berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitas usahanya (Azheri, 2012:34). Makna yang terkandung secara positif pada perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa tersebut, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders dengan memperhatikan kualitas ke arah yang lebih baik.

(42)

27

satu hal yang harus diperhatikan oleh pemangku bisnis. Semakin ketatnya persaingan global, justru akan semakin menempatkan CSR sebagai bahan diskusi yang semakin penting (Mardikanto, 2014:126).

3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)

Pada dasarnya CSR bukanlah entitas departemen atau divisi yang sifatnya parsial atau hanya berfungsi dalam pendongkrakan citra sebagai bagian dari jurus jitu marketing perusahaan, sehingga nilai perusahaan dimata stakeholders lain khususnya masyarakat menjadi lebih positif. Karena pada hakikatnya, CSR adalah nilai atau jiwa yang melandasi aktivitas perusahaan secara umum, maka CSR menjadi pijakan dalam aspek ekonomi, sosial, dan kesejahteraan lingkungan.

Perkembangan CSR dalam praktik dunia usaha sangatlah luas sehingga perlu diberikan batasan dalam membahas ruang lingkup CSR itu sendiri. Keraf (1998:123) menyampaikan bahwa pembatasan ruang lingkup CSR dapat dikelompokkan ke 4 (empat) bagian, yaitu:

1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Artinya perusahaan tersebut disamping melakukan kegiatan bisnis tidak hanya mencari keuntungan saja, melainkan ikut memikirkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan melalui kegiatan CSR. 2. Keuntungan ekonomi yang diperoleh perusahaan. Artinya, kegiatan

(43)

28

menambah biaya bagi perusahaan, namun pasti akan menimbulkan citra yang baik bagi perusahaan dimata masyarakat, yang secara tidak langsung akan menarik masyarakat untuk menggunakan produk perusahaan, sehingga dapat menimbulkan peningkatan profitabilitas perusahaan.

3. Memenuhi aturan hukum yag berlaku, baik yang berkaitan dengan kegiatan dunia usaha maupun kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Artinya, perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial perusahaan yang merupakan kepatuhan akan aturan hukum.

4. Menghormati hak dan kepentingan stakeholders atau pihak terkait yang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung atas aktivitas perusahaan. Artinya, dalam aktivitas bisnis perusahaan mendapat perhatian khusus dari pemerintah, praktisi, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan moral bagi kepentingan stakeholders. Tanggung jawab sosial perusahaan menjadi hal yang begitu konkret demi terciptanya suatu kehidupan sosial maupun demi keberlanjutan dan keberhasilan aktivitas perusahaan itu sendiri.

4. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)

(44)

29

disimpulkan sebagai suatu asas atau landasan dasar yang dijadikan pijakan bagi landasan pelaksanaan suatu pekerjaan.

Sebagai acuan dalam pelaksanaan CSR, dalam penerapannya dapat merujuk pada prinsip-prinsip dasar CSR sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris yaitu Alysin Warhurst. Dimana pada tahun 1998 beliau menjelaskan bahwa ada enam belas prinsip yang harus diperhatikan dalam penerapan CSR (Wahyudi dan Azheri, 2008:57-60), yaitu:

a. Prioritas Perusahaan b. Manajemen terpadu c. Proses perbaikan d. Pendidikan karyawan e. Pengkajian

f. Produk dan jasa g. Informasi publik h. Fasilitas dan operasi i. Penelitian

j. Prinsip Pencegahan k. Kontraktor dan pemasok l. Siaga menghadapi darurat

m. Transferbest practice

(45)

30 p. Pencapaian dan pelaporan

Melalui prinsip-prinsip CSR tersebut, perusahaan akan meningkatkan investasi sosialnya dan akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Apabila perusahaan meningkatkan investasi sosialnya, berbagai keuntungan financial yang diperolehnya juga semakin tinggi, sebuah prinsip yang dikenal dalam dunia usaha sebagai “doing well by doing good” (Jalal, 2006:11)

5. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

(46)

31

meredukasi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, memberikan peluang untuk mendapatkan penghargaan, dan beberapa keuntungan lainnya.

CSR memberikan kontribusi kepada masyarakat berdasarkan kemampuan internal perusahaan sesuai tujuan dan manfaat pelaksanaan CSR. CSR akan menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam usaha penciptaan kesejahteraan oleh perusahaan, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan dan memperkuat nilai perusahaan di dalam masyarakat (Kusniadji: 2011).

B. Tinjauan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

(47)

32

Pasal 1329 Kitab UU Hukum Perdata merupakan dasar hukum bahwa orang pribadi adalah subjek hukum, sedangkan pasal 1654 Kitab UU Hukum Perdata merupakan dasar hukum apa saja yang merupakan badan hukum. Subjek hukum adalah sesuatu yang dapat atau cakap melakukan perbuatan hukum, selain orang dewasa yang dimaksud subjek hukum disini adalah badan hukum. Karena perseroan terbatas sebagai badan hukum, maka mempunyai hak dan kewajiban seperti halnya manusia.

Pasal 74 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang dimaksud dengan Corporate Social

Responsibility (CSR).

Ayat (2) yang berbunyi tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

Ayat (3) Undang-undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(48)

33

Dalam penjelasan Pasal 74 UUPT diatas, yang dimaksud dengan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam, sedangkan yang dimaksud dengan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah sanksi segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundnag-undangan yang terkait. Dengan diaturnya dalam suatu UU, CSR kini menjadi tanggung jawab legal dan bersifat wajib.

Terkait dengan UUPT Pasal 74 ayat 4 diatas, menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini telah dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pasal 2 yang menyatakan bahwa setiap Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dengan adanya UUPT dan Peraturan Pemeritah mengenai tanggung jawab sosial, maka setiap perusahaan yang merupakan subjek hukum diharuskan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan .

(49)

34

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran maka harus ada itikad baik dari peseroan. Itikad baik dalam Kitab UU Hukum Perdata mempergunakan istilah itikad baik dalam dua pengertian, yang pertama pengertian itikad baik dalam arti subjektif disebut kejujuran, terdapat dalam Pasal 530 Kitab UU Hukum Perdata dan seterusnya yang mengatur megenai kedudukan berkuasa (bezit). Itikad baik dalam arti subjektif ini merupakan sikap batin atau suatu keadaan jiwa (psychische gestelheid). Jadi dalam hal ini itikad baik (kejujuran) dimaknai sebagai keinginan dalam hati sanubari pihak yang memegang atau menguasai barang pada waktu ia mulai menguasai barang tersebut, yang kedua, itikad baik dalam arti objektif disebut dengan istilah kepatutan, terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) yang berbunyi:

“Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Pembukaan UUD 1945 alinea IV jo. Pasal 33 ayat (3), yang saat ini disamakan sebagai hak atas lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, khusus untuk hak atas sumber daya ekonomi, sementara UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) juga telah mengatur secara tegas dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).

(50)

35

pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengadilan. Untuk itu diperlukan peran serta setiap orang yang mencakup orang perseorangan dan/atau kelompok orang dan/atau badan hukum. Sebelum berlakunya UUPLH organisasi LSM lingkungan sebagai manifestasi kelompok orang atau badan hukum berdasarkan Pasal 19 UULH telah mendayagunakan dirinya untuk berperan aktif menyelamatkan lingkungan dengan mengatasnamakan sebagai wali dari lingkungan hidup.

Hak atas lingkungan hidup sebagai salah satu HAM diatur dalam Pasal 33 ayat (3) dan Pasal 5 ayat (1) UULH yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak membela diri terhadap gangguan luar yang merugikan lingkungan terdapat dalam Pasal 20 ayat (1) UULH. Hak menuntut dilakukannya suatu tindakan agar lingkungan dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki terdapat dalam Pasal 20 ayat (3) UULH. Kedua fungsi tersebut kemudian diakomodasikan dalam Pasal 34 UULH. Dari uraian ini, tampak undang-undang mengamanatkan untuk perusahaan dapat mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya.

C. Tinjauan Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

(51)

36

penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Ditegaskan bahwa setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Pada pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaa. Sedangkan apabila badan usaha melanggar peraturan tersebut dalam Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 tahun 2007 pasal 34 ayat 1 menyatakan bahwa badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. Peringatan tertulis;

b. Pembatasan kegiatan usaha;

c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau d. Pencabutan kegiatan usaha dan /atau fasilitas penanaman modal.

(52)

37

memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sanksi bagi pelanggaran CSR dalam pelestarian lingkungan hidup secara implisit tidak diatur dalam UUPT maupun UUPM, dikarenakan belum adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut, namun ketentuan Pasal 74 ayat (3) UUPT merujuk langsung pada undang-undang terkait berdasarkan dampak yang diakibatkannya. Selain itu UUPT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar.

Basis CSR adalah Corporate Code of Conduct, maka menjadi suatu kebutuhan diperlukannya rambu-rambu etika bisnis agar tercipta praktik bisnis yang beretika. Etika bisnis yang kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, lahirlah kebijakan berupa undang-undang, keppres, peraturan pemerintah, dan sebagainya, yang mengatur bagaimana melakukan bisnis yang benar dan sah secara hukum.

(53)

38

(54)

39

Artinya: “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat

itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan

pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka Itulah orang-orang yang benar

(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.

Ayat diatas mengisyaratkan bahwasanya betapa pentingnya untuk menanamkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan. Menurut Islam, CSR yang dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan kebajikan yang dilakukan bukan melalui aktivitas yang mengandung unsur riba, melainkan dengan praktik yang diperintahkan Allah berupa bantuan yang didasarkan pada ajaran agama Islam. Hal ini dikuatkan lagi dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al- Isra ayat 26 yang memerintahkan untuk berbuat baik:

Artinya: “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan

janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”.

(55)

40

saja (Huda dan Prastowo, 2011:72-73). Dengan demikian Islam mewajibkan sirkulasi kekayaan terjadi pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada segelintir orang (Yusanto dan Yunus, 2009:165-169). Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 7:

Kaya saja di antara kamu”.

Sebenarnya, dalam pandangan Islam sendiri kewajiban melaksanakan CSR bukan hanya menyangkut pemenuhan kewajiban secara hukum dan moral, tetapi juga strategi agar perusahaan dan masyarakat tetap survive dalam jangka panjang. Jika CSR tidak dilaksanakan maka akan terdapat lebih banyak biaya yang harus ditanggung perusahaan. Sebaliknya jika perusahaan melaksanakan CSR dengan baik dan aktif bekerja keras mengimbangi hak-hak dari semua stakeholders berdasarkan kewajaran, martabat, dan keadilan, dan memastikan distribusi kekayaan yang adil, akan benar-benar bermanfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang (Astuti dan Anto, 2008). Seperti meningkatkan kepuasan, menciptakan lingkungan kerja yang aktif dan sehat, mengurangi stres karyawan meningkatkan moral, meningkatkan produktivitas, dan juga meningkatkan distribusi kekayaan di dalam masyarakat.

(56)

41

terpisahkan dari falsafah moral Islam dan didasarkan pada komitmennya yang pasti terhadap persaudaraan dan kemanusiaan. Menurut Muhammad Djakfar (2007:160-163), implementasi CSR dalam Islam secara rinci harus memenuhi beberapa unsur, antara lain:

1. Al-Adl

Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil yang diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan sosial, dan hak alam semesta. Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus tetap terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis. Dalam firman Allah SWT Q.S. Al-Huud ayat 85:

Artinya: “dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran

dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di

muka bumi dengan membuat kerusakan”.

Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang mengandung kedzaliman atau mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak-kontrak serta perjanjian bisnis. Sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah ketika perusahaan mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

2. Al-Ihsan

(57)

42

akan dimiliki ketika individu atau kelompok melakukan kontribusi dengan semangat ibadah dan berbuat atas dasar mendapat ridho Allah. Ihsan adalah beauty dan perfection dalam sistem sosial. Bisnis yang dilandasi unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat, sikap dan perilaku yang baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan keuntungan lebih pada stakeholders. Dalam firman Allah Q.S. Al- Baqarah ayat 195 janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berbuat baik”.

Kandungan ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah memerintahkan untuk berbuat kebaikan dengan membantu sesamanya bagi yang membutuhkan, karena Allah lebih menyukai orang-orang yang berbuat baik.

3. Manfaat

(58)

43

sosial seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Untuk membangun program CSR yang benar-benar berguna bagi masyarakat dan memiliki dampak positif, maka pemberian program harus memiliki manfaat yang sekaligus bisa dikelola dengan melibatkan masyarakat agar bisa berkesinambungan. Oleh sebab itu, konsep manfaat dalam CSR ini dapat memberikan manfaat ganda, yaitu penerima dapat memberikan partisipasinya kepada kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Sebaliknya bagi perusahaan yang melaksanakan CSR, memiliki implikasi pada keberlangsungan usaha bagi perusahaan itu sendiri. Adapun salah satu hadis yang menjelaskan untuk memberikan manfaat kepada orang lain:

ِساَّنلِل

مُهُعَفنَأ

ِسانلا

ُرْ يَخ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

orang lain”. ( HR ath-Thabrani)

4. Amanah

(59)

44

stakeholders, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan alam dan tanggung jawab sosial terhadap kesejahteraan sosial secara umum. Dalam firman Allah surat An-Nisa’ ayat 58 disebutkan:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

mendengar lagi Maha melihat”.

(60)

45 BAB III

BENTUK DAN SISTEM PENGELOLAAN CORPORATE SOSIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

(PLN) SALATIGA

A. Gambaran Umum PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 1. Sejarah PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tertanggal 27 Desember 1958 tentang Nasionalisasi semua perusahaan Belanda dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda. Maka, seluruh Perusahaan Listrik Belanda berada ditangan bangsa Indonesia.

Di Jawa Tengah setelah diambil alih dari kekuasaan Belanda Perusahaan Listrik yang semula namanya NV ANIEM berubah namanya menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sesuai keputusan Direksi PLN pada tahun 1965 PT PLN Jawa Tengah berubah nama menjadi PLN Eksploitasi X kemudian PLN Wilayah XIII.

(61)

46

Dengan adanya Restrukturisasi tahun 2000, sesuai Keputusan General Manager Nomor: 038.K/021/PD.I/2001 tanggal 10 April 2001 PT PLN (Persero) Area Pelayanan Pelanggan Semarang disingkat PT PLN (PERSERO) AP Salatiga dan Ranting berubah menjadi Unit Pelayannan Pelanggan disingkat UP.

Pada tahun 2003, melalui Keputusan General Manager PT. PLN (PERSERO) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta Nomor 123.K/021/GM/2003 berubah struktur organisasi menjadi APJ sedangkan Unitnya menjadi UP/UJ dan UPJ. Akan tetapi pada 2012 diubah kembali menjadi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.

PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pengatur Kebijakan Tenaga Kelistrikan Pertambangan dan Usaha lainnya yang terletak di wilayah dan memiliki kantor di Jl. Diponegoro No. 19 Salatiga, Telp: (0298) 313883, Fax (0298) 324671, Kode Pos: 50773.

2. Visi dan Misi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga a. Visi

(62)

47 b. Misi

1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidan lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

4) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 3. Bidang Usaha dan Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Unit Layanan

Salatiga

Unit Layanan Salatiga merupakan Area yang tergolong kecil dengan membawahi tiga yaitu Unit Layanan (UL) Salatiga dan dua Service Point Ambarawa (SPA) dan Service Point Ungaran (SPU). Di dalam penyelenggaraan dan pelayanan listrik Negara untuk umum dalam negeri, PT. PLN (PERSERO) UnitLayanan Salatiga memberikan jasa kepada pelanggan yaitu:

a. Pelayanan pemberian informasi tata cara perhitungan besarnya biaya listrik.

(63)

48

c. Pelayanan permintaan penyambungan baru, perubahan daya, penyambungan sementara, perubahan tarif, baik nama pelanggan dan pelayanan lainnya serta pengendalian pelanggan.

d. Pelayanan pembayaran Biaya Penyambungan (BP), Tagihan Susulan (TS), biaya sementara, biaya perubahan, dan biaya lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Membuat kuitansi penerimaan pembayaran biaya penyambungan. f. Membuat perintah kerja yang berhubungan dengan pelaksanaan

pemasangan, perbaikan, perubahan penambahan atau pembongkaran sambungan tenaga listrik.

PT. PLN (PERSERO) Unit Layanan Salatiga membawahi beberapa unit pelayanan yaitu:

1) Unit Layanan Salatiga Kota bertempat di Jl. Diponegoro no.19 Salatiga.

2) Service Point Ambarawa (SPA) Kota bertempat di JL. Pemuda no. 26 Ambarawa.

3) Service Point Ungaran (SPU) Kota bertempat di Jl. Gatot Subroto no. 201 Ungaran

4. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

(64)

49

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 5. Disiplin Kerja PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga mewajibkan kepada semua pegawai untuk mentaati semua peraturan yang berlaku. Adapun disiplin kerja yang dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero). Unit Layanan Salatiga adalah:

a. Waktu Kerja

Senin – Kamis: Pukul 07.00 – 16.00 WIB

Jum’at : Pukul 07.00 – 14.30 WIB

b. Patuh pada perintah atasan.

c. Bekerja dengan dedikasi tinggi dan semangat kerja yang tulus dan ikhlas.

(65)

50 e. Mentaati peraturan yang berlaku. f. Bersikap jujur dan tidak iri hati

g. Cekatan terhadap masalah yang timbul.

Selain itu juga diadakan pembagian piket selama 24 jam setiap hari yang memantau dan mambantu dalam mengatasi gangguan yang terjadi dalam jaringan.

6. Pemeliharaan Tempat Kerja dan Lingkungan Hidup

Dalam usaha pemeliharaan lingkungan atau tempat kerja, PT. PLN (PERSERO) Unit Layanan Salatiga melaksanakan dan menerapkan Program 5K. Adapun mengenai program 5K ini adalah sebagai berikut: a. Kebersihan

Tempat dan Lingkungan kerja selalu dibersihkan oleh petugas cleaning service dan kesadaran para pegawai akan pentingnya kebersihan yaitu membuang sampah pada tempatnya.

b. Keindahan

Untuk menjaga keindahan lingkungan dibuat taman yang dihiasi dengan tanaman yang berwarna-warni untuk memperindah lingkungan.

c. Keamanan

(66)

51 d. Ketertiban

Ketertiban di PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga dilaksanakan dengan cara semua pegawai berpakaian seragam dinas dalam jam kerja.

e. Kesehatan

Dalam upaya untuk menjaga agar para pegawai di PT. PLN (persero)

Unit Layanan Salatiga dalam kondisi yang sehat, maka setiap jum’at

diadakan jum’at sehat yaitu dengan melakukan senam kebugaran

jasmani dan rohani.

B. Bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) di PLN Salatiga

PLN Salatiga telah berkomitmen dalam upaya menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan mayarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. PLN Salatiga juga bertekad menyelaraskan pengembangan ketiga aspek dalam penyediaan listrik, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.

(67)

52

Adapun bentuk program CSR dari PLN Salatiga yaitu lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat terdiri dari dua program, yaitu: program kemitraan dan program bina lingkungan. Tetapi pada tahun 2016-2017 terakhir PLN Salatiga hanya melaksanakan program bina lingkungan. Karena untuk dua tahun terakhir, terdapat dua daerah yang membutuhkan bantuan pasokan air untuk melangsungkan kehidupan mereka. Demikian tadi pernyataan dari Wawancara dengan Ibu Siti Nurhidayah pada tanggal 20 Februari 2018.

Program bina lingkungan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pengembangan atau pembangunan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan guna menyejahterakan masyarakat serta untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Adapun bentuk CSR pada program bina lingkungan dibagi menjadi dua, diantaranya sebagai berikut:

a. Program terencana

(68)

53

Untuk dua tahun terakhir 2016-2017, program bina lingkungan terencana yang diadakan oleh PLN Salatiga yaitu pengadaan bantuan sumur bor dalam yang dilakukan setiap tahunnya hanya satu kali program. Adapun yang mendapat bantuan pembuatan sumur bor pada tahun 2016-2017 yakni terdapat di dua Desa dengan daerah yang berbeda yaitu di Desa Bantal, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang pada tahun 2016 dan tahun selajutnya juga satu program pembuatan sumur bor dalam di Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Demikina tadi pernyataan dari wawancara dengan Ibu Siti Nurhidayah pada taggal 20 Februari 2018.

Gambar 3.2 Sumur Bor Dalam

(69)

54

penampungan air yang bisa menampung 5000 liter air. Selain itu untuk menunjang pelaksanaan programnya, PLN Salatiga juga memberikan pasokan listrik guna keberhasilan kegiatan program tersebut.

Gambar 3.3 Bak Penampungan Air b. Program tidak terencana

Program tidak terencana merupakan program dadakan yang biasa dilakukan oleh PLN Salatiga jika terjadi musibah pada daerah-daerah yang membutuhkan, misalnya jika terjadi bencana alam, kekeringan, banjir, dan musibah lainnya yang tak terduga. Terkait dengan program tidak terencana, program CSR PLN Salatiga ini tidak termasuk dalam anggaran yang telah dikhususkan. Akan tetapi, program tidak terencana ini diambilkan subsidinya dari masing-masing departemen.

Program CSR tidak terencana di PLN Salatiga yang dilakukan secara

dadakan ini dalam rentang tahun 2016-2017 pelaksanaannya hanya ada

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Gambar 3.2 Sumur Bor Dalam
Gambar 3.3 Bak Penampungan Air
Gambar 3.4 Bantuan Air Bersih di Pondok Pesantren Al-Falah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang terjadi di tempat tersebut adalah banyaknya siswa yang kurang minat dalam belajar hal ini dapat terlihat dari sikap siswa yang tidak terlihat

Penentuan harga pokok produksi akan berguna terhadap harga jual dan dalam menentukan harga jual terlebih dahulu harus diketahui harga pokok dari pembuatan produknya

Variabel independen dalam penelitian ini adalah literasi keuangan, efikasi diri keuangan, gaya kognitif dan personal income , sedangkan varibel dependennya adalah

Dari hasil penelitian ini, maka dibuatlah aplikasi berbasis data warehouse yang mampu mengolah dan menampilkan data menjadi informasi yang rinci, jelas, terintegrasi, historis,

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan

Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan bahwa mempunyai. reaksi pasar