• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menganut konsep bernegara hukum selaras dengan prinsip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan menganut konsep bernegara hukum selaras dengan prinsip"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada Abad ke-20 indonesia dikenal menjadi sebuah negara yang lahir dengan menganut konsep bernegara hukum selaras dengan prinsip konstitusionalisme. Maka dari itu keadaan ini kemudian dapat dilihat dari kesepakatan (consensus) bangsa Indonesia sejak UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia ditetapkan. Dalam kesepakatan inilah yang pada perkembangannya menjelma falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kesepakatan diantara sesama warga masyarakat dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.1

Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan yang ditegaskan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Konsep Negara Hukum tidak hanya bermakna bahwa bukan Negara Kekuasaan (Machtstaat) selain itu juga mengandung makna adanya pengakuan

terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi. Dengan menganut prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam undang-undang dasar memberikan adanya jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam undang-undang dasar serta adanya prinsip

1Zulkarnain Ridlwan. “Negara Hukum Indonesia Kebalikan Nachtwachterstaat”. Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 5. No. 2. 2012. Hlm. 142

(2)

2

peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.2

Penjelasan mengenai anak tidak hanya dikemukakan oleh para ahli namun dalam peraturan perundang-undangan juga dijelaskan definisi anak seperti dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt) Pasal 330 ayat (1) seseorang yang belum mencapai 21 tahun, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 287 ayat (1) seseorang yang belum mencapai 15 tahun, Undang-undang No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 butir 1 kategori anak adalah seseorang yang belum mencapai 18 tahun, Undang-undang kesejahteraan anak No. 4 tahun 1979 Pasal 1 Ayat (2) seseorang yang belum mecapai 21 tahun, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 Sub 5 seseorang yang belum mencapai 18 tahun. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia sangat banyak dikategorikan sebagai seseorang anak tergantung situasi dan kondisi dalam sudut pandang yang dipersoalkan.3

Tidak hanya perempuan, tetapi anak dengan posisi dianggap sebagai makhluk tuhan yang lemah lembut, perasa, sabar, dan lain-lain. Ketika anak berada dalam posisi sebagai korban kejahatan, penghakiman sejak awal telah berlangsung. Umumnya, posisi anak disebut rawan karena kedudukan anak yang kurang menguntungkan. Anak yang rawan (children and women

2 Ibid. Hlm. 143

3 Agustinus Yitsak Mannuel Kapitan. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di Bawah Umur Yang Menjadi Korban Tindak Pidana Persetubuhan (Berdasarkan Putusan No. 58/Pid.Sus/2015/Pn.Tab)”.

Jurnal Preferensi Hukum. Vol. 1, No. 2. 2020. Hlm. 2

(3)

3

at risk) merupakan anak yang mempunyai risiko besar untuk mengalami

gangguan atau masalah dalam perkembangannya, baik secara psikologis (mental), sosial, maupun fisik. Kondisi internal maupun kondisi eksternal seperti economically disadvantaged (dari keluarga miskin), culturally disadvantaged (di daerah terpencil), broken home (keluarga yang tidak

harmonis), serta anak yang mengalami kecacatan juga berpengaruh terhadap kondisi serta kedudukan anak tersebut.4

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dirumuskan 15 Pasal yang merumuskan khusus terkait hak-hak anak, Undang-undang ini menyadari bahwa keududukan anak merupakan kelompok yang rentang terhadap perlanggaran HAM (Hak Asasi Manusia).

Dalam peraturan perundang-undangan hak-hak anak di Indonesia diatur secara khusus dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 20014 atas Perubahan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan Anak, dan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang pengesahan konvensi hak-hak anak.5

Perlindungan anak merupakan suatu usaha dalam mengutamakan kedudukan anak agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ditentukan bahwa perlindungan anak bertujuan menjamin terpenuhi hak-hak anak agar dapat hidup tumbuh dan

4 Deassy J.A. Hehanussa, Yonna Beatrix Salamor. “Membangun Kesadaran Hukum Perempuan Dan Anak Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kekerasan Seksual”. Fakultas Hukum Universitas Pattimura. 2019. Hlm. 293

5 Ibid. Hlm. 55

(4)

4

berkembang serta dapat berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.6

Upaya-upaya perlindungan anak juga dituangkan dalam Pasal 2 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, ditentukan bahwa :

“Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-perlindungan lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar”.

Maka dari kedua ayat diatas dapat disimpulakan bahwa perlindungan anak bermaksud untuk mengupayakan perlakuan yang benar dan adil untuk mencapai kesejahteraan anak agar mereka dapat merasakan hak-haknya sebagai anak ketika berhadapan dengan hukum.

Tindak Pidana yang terjadi tidak hanya menyebabkan orang dewasa sebagai korban namun anak juga dapat menjadi korban dari suatu tindak pidana. Anak merupakan amanah serta bentuk karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang dilahirkan kedunia ini, yang senantiasa harus kita jaga karena didalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi serta dilindungi. Hak Asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

6 Dikutip Dari Skripsi : “Implementasi Penyidikan Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Persetubuhan Dalam Lingkup Keluarga (Studi Di Polres Lombok Tengah)”. (Mataram, Mita Etri Faradillah, 2020), hlm. 4

(5)

5

Undang Dasar 1945 dan kovensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak- Hak Anak.7

Tindak pidana yang melibatkan anak sebagai korban tidak hanya pencabulan, pemerkosaan, penganiayaan, pengeroyokan, maupun perkelahian, namun persetubuhan terhadap anak pada kenyataannya juga masih terjadi seperti di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Batu.

Banyaknya kasus persetubuhan sangat mengkhawatirkan dikarenakan terus terjadi dan menimbulkan dampak bagi korbannya.8.

Tabel 1 : Data Kasus Persetubuhan

Di Kepolisian Resort Kota Batu, Jawa Timur Tahun 2017-20219

Tahun Jumlah Kasus

2017 9

2018 18

2019 8

2020 12

2021 15

Sumber : Unit PPA Sat Reskrim Kepolisian Resort kota Batu

Berdasarkan hasil wawancara bersama Kanit PPA Kepolisian Resort Kota Batu diketahui data keseluruhan kasus kejahatan asusila khususnya persetubuhan yang terjadi di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Batu

7 Andika Wijaya dan Wida Peace Ananta, Darurat Kejahatan Seksual, Jakarta : Sinar Grafika, 2016, h.90

8 M. Anwar Fuadi. “Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi Fenomenologi). Jurnal Psikologi Islam (JPI), Vol. 8 No. 2. 2011. Hlm 193

9 Wawancara dengan Bapak Priyanto Puji Utomo, S.H. Kanit PPA Kepolisian Resort Kota Batu. 21 Desember 2021

(6)

6

dalam lima tahun terakhir ini paling tinggi terjadi pada tahun 2018 sebanyak 18 kasus. Tahun 2020 menjadi 12 kasus. kemudian tahun 2021 mengalami kenaikan sebanyak 3 kasus sehingga menjadi 15 kasus tindak pidana persetubuhan.

Tabel 2 : Data Kasus Persetubuhan Anak Sebagai Korban Di Kepolisian Resort Kota Batu, Jawa Timur Tahun 2017-202110

Tahun Jumlah Kasus

2017 7

2018 14

2019 6

2020 11

2021 7

Sumber : Unit PPA Sat Reskrim Kepolisian Resort Kota Batu

Berdasarkan wawancara bersama Kanit PPA Kepolisian Resort Kota Batu diketahui data perkara persetubuhan terhadap anak sebagai korban dalam lima tahun terakhir ini bahwa angka tertinggi perkara persetubuhan terhadap anak sebagai korban tertinggi terjadi pada tahun 2018 dan 2020 dimana tahun 2018 dengan 14 kasus dan tahun 2020 sejumlah 11 kasus.

Berikutnya mengalami penurunan pada tahun 2021 menjadi 7 kasus per bulan November.

10 Wawancara dengan Bapak Priyanto Puji Utomo, S.H. Kanit PPA Kepolisian Resort Kota Batu.

15 November 2021

(7)

7

Dalam wilayah hukum Kepolisian Resort kota Batu perkara persetubuhan terhadap anak kualifikasi umur anak yang menjadi korban secara umum semua orang dibawah 18 tahun yang dimana menurut Undang- undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mendefinisikan anak dibawah umur yaitu anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun.11

Menurut peneliti tindak pidana persetubuhan melibatkan anak sebagai korban sangat memprihatinkan dengan angka kasus yang tinggi yang dimana tahun ke tahun dapat mengalami kenaikan. Anak harusnya hidup dengan keceriaan yang ia dapatkan dari lingkungan hidupnya bukan sebaliknya memberikan gambaran buruk serta rasa ketakutan karena menjadi korban tindak pidana persetubuhan.

Berdasarkan hal tersebut membuat penulis ingin meneliti terkait anak yang menjadi korban persetubuhan maka dalam proses penyelidikan guna menentukan pelaku dari kejahatan tersebut apakah penyelidika memberikan perlindungan hak terhadap korban karena setelah adanya laporan atau aduan dari masyarakat ataupun keluarga keterangan pertama yang diminta sebagi bukti itu adalah pengungkapan fakta dari korban itu sendiri. Kemudian ketika anak sebagai korban penyelidik harus bisa melindungi dan memenuhi segala hak korban tersebut. Karena saat dimintakan keterangan atau pengungkapan fakta kejadian dari korban tidaklah muda mendorong anak mencerikan kejadian sebenarnya.

11 ibid

(8)

8

Berdasarkan dalam penelitian terdahulu terkait persetubuhan terhadap anak dalam hasil penelitian mengatakan bahwa perlindungan hak anak masih belum maksimal dimana diharapkan bukan hanya memberikan bantuan kepada korban persetubuhan tersebut dalam menghukum pelaku serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi, namun memberikan perlindungan dalam bentuk bantuan medis dan pendampingan psiko-sosial juga harus diberikan kepada anak yang menjadi korban tindak pidana persetubuhan mengingat bahwa korban yang masih anak-anak akan terganggu mental dan fisiknya yang dapat membuat anak tersebut trauma.12

Dari uraian yang telah ditulis peneliti, peraturan perundang-undangan tentang perlindungan hak terhadap anak sebagai korban persetubuan telah diatur secara lengkap selanjutnya bagaimana aparat penegak hukum menjalankan kewawibannya untuk memenuhi hak anak nantinya dilakukan secara adil terhadap anak sebagai korban guna menentukan pelaku tindak pidana persetubuhan terhadap anak selama proses penyelidikan.

Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan peneliti di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang bentuk perlindungan hak anak sebagai korban tindak pidana persetubuhan dalam penyelidikan dalam bentuk Proposal skripsi dengan mengangkat judul “Perlindungan Hak Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Persetubuhan Selama Penyelidikan (Studi Di Kepolisian Resort Kota Batu)”.

12 Dikutip dari Skripsi Mita Etri Faradillah, Op.cit. hlm. 6

(9)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana Perlindungan Hak Anak Sebagai Korban Tindak Pidana Persetubuhan Selama Penyelidikan Di Kepolisian Resort Kota Batu?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar berakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan dari penelitianan ini yaitu:

Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak anak sebagai korban selama dilakukan penyelidikan guna menentukan pelaku tindak pidana persetubuhan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis :

1) Hasil dari penelitian agar dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang diteliti.

b. Manfaat Praktis :

1) Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan pemberi informasi kepada semua pihak-pihak yang telibat dalam melakukan penyelidikan khususnya penyelidik (polisi) terhadap

(10)

10

anak sebagai korban tindak pidana persetubuhan sehingga diharapkan dalam pelaksanaanya tersebut terdapat kepastian hukum sehingga tidak menimbulkan konflik dalam penerapan hukumnya.

2) Agar dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat luas atau praktisi hukum dan instansi penegakan hukum terhadap tindak pidana persetubuhan anak sebagai korban.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni yuridis sosiologis karena dalam permasalahan ini dilakukannya dengan studi pustaka (Peraturan Perundang-Undangan) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia dengan Pendekatan secara Hukum Empiris yaitu penelitian yang arah dan tujuannya menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dan hidup di masyarakat saat ini.13

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Resort Kota Batu dalam kaitannya dengan kaitanya dengan objek penelitian yang berfokus pada perlindungan hak anak sebagai korban tindak pidana persetubuhan dalam proses penyelidikan di Kepolisian Resort Kota Batu beralamatkan di Jalan A.P. III Katjoeng Permadi No. 16, Junrejo, Kec.

Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur 65321.

13 Soetandyo Wingnjosoebroto. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum. (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009). Hal. 310

(11)

11 2. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari pihak kepolisian melalui wawancara atau interview secara langsung dengan pihak penyelidik dalam perkara yang terkait dan mampu memberikan informasi berkaitan masalah yang diteliti. Data juga diperoleh secara langsung dari pihak terkait lainnya seperti Pekerja sosial dari korban, keluarga korban, Psikolog.

b. Data Sekunder

Data yang merupakan sumber-sumber tertentu. seperti Undang-undang, dokumen-dokumen terkait, artikel, penelitian ilmiah dan juga data-data yang diperoleh, termasuk juga segala bentuk literature yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini, serta Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

3. Teknik pengumpulan data a. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan di kantor Kepolisian Resort Kota Batu degan melakukan pengamatan secara langsung melakukan observasi pada Sat Reskrim Unit PPA Kepolisian Resort Kota Batu. Serta mengungkapkan bagaimana bentuk perlindungan hak yang diberikan penyelidik terhadap anak yang menjadi korban tindak

(12)

12

pidana guna menentukan pelaku kejatan nanti hasil-hasil penelitian akan dituangkan dalam hasil dan pembahasan penelitian

b. Interview

Interview atau wawancara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung.

Wawancara dilakukan bersama pihak penyelidik Unit PPA Sat Reskrim Kepolisian Resort kota Batu dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan secara terpimpin dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian. Dokumen merupakan bagian yang tertulis dan atau tercetak, yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa dokumentasi lain tentang penyelidikan.

4. Teknik Analisa data

Analisa data merupakan proses dengan mengkategorikan serta mengurutkan data kedalam kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini , yaitu penyelidikan hak anak sebagai korban dalam tindak pidana persetubuhan berdasarkan Undang-undang No.11 Tahun 2012

(13)

13

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Kemudian akan dikaji menggunakan metode kualitatif bahwa analisis ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hak anak sebagai korban yang dilakukan oleh penyelidik guna menentukan pelaku kejahatan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini terbagi dalam 4 bab dan masing-masing bab terdiri atas sub bab yang berguna untuk mempermudah pemahaman. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini tentang penyelidikanperkara persetubuhan terhadap anak sebagai korban studi Kepolisian Resort Kota Batu. Dalam bab pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan metode penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan empiris.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang berisi mengenai teori-teori atau kaidah-kaidah yang berdasarkan dari undang-undang, buku, literatur yang berkaitan dengan permasalahan serta internet. Teori yang digunakan Pengertian viktimologi, penyelidikan, pengertian persetubuhan dan pengertian anak dan hak anak .

BAB III PEMBAHASAN, yang berisi mengenai penelitian yang berkaitan dengan proses penyelidikan tindak pidana persetubuhan anak yang merupakan serangkaian tindakan penyelidik untuk mecari dan

(14)

14

menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidan guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan dan perlindungan hak anak selama proses penyelidikan

BAB IV PENUTUP, yang berisi mengenai kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta saran peneliti dalam permasalahan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga mewawancarai petani lainnya yaitu Wasti Barutu selaku petani di desa Sionom Hudon Julu. Wasti Barutu berpendapat bahwa alasan mereka tetap melakukan kegiatan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dugaan sementara atau hipotesis dalam penelitian ini adalah faktor-faktor seperti harga daging ayam broiler, harga telur ayam

T APM yang berjudul "Pengaruh Budaya Kerja, Motivasi dan Kemampuan terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Perhubungan Kota Probolinggo." adalah basil karya saya sendiri, dan seluruh

Panjang dan berat basah planlet diamati ketika planlet sudah dikeluarkan dari botol (aklimatisasi).Perlakuan media Vacin & Went dengan pemberian konsentrasi pupuk

Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat: bangunan tersebut tidak boleh runtuh baik sebagian maupun seluruhnya; bangunan tersebut tidak boleh mengalami kerusakan yang

Di saat monarki-monarki lain tidak mengacuhkan perkembangan paham demokrasi dari kaum republikan dan gerakan-gerakan revolusi, dinasti Windsor di Inggris mampu membaca

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Dalam standar yang telah ditetapkan pada RTRW Kabupaten Sukabumi bahwa pemanfaatan air minum dalam keseluruhan Kabupaten Sukabumi dengan volume 1.438.27 liter/detik