• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat Masyarakat Sewa Menyewa Tanah Untuk Memproduksi Batu Bata Studi kasus Jorong Koto Gadang Hilir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat Masyarakat Sewa Menyewa Tanah Untuk Memproduksi Batu Bata Studi kasus Jorong Koto Gadang Hilir"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Persepsi Masyarakat Masyarakat Sewa Menyewa Tanah Untuk Memproduksi Batu Bata Studi kasus Jorong Koto Gadang Hilir Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar”. Adapun maksud judul skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat dalam masalah sewa menyewa tanah yang dimanfaatkan si penyewa untuk pembuatan batu bata kasus yang terjadi di Jorong Koto Gadang Hilir.

Salah satu kegiatan muamalah Adalah sewa menyewa. Sewa menyewa merupakan suatu bentuk adanya interaksi sesama manusia, sebagai usaha bagi manusia tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam ajaran Islam sewa menyewa harus sesuai dengan Syariat Islam, baik dari segi syarat ataupun rukunnya. Sewa menyewa yang tidak memenuhi syarat dan rukun sewa menyewa akan berakibat tidak sahnya sewa menyewa yang dilakukan. Sewa menyewa tanah untuk pembuatan batu bata merupakan salah satu aktifitas sewa menyewa yang dilakukan masyarakat di Jorong Koto Gadang Hilir Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah. Datar yang mana aktifitas sewa menyewa ini disebabkan oleh sebagian masyarakat yang memiliki lahan pertanian namun mempunyai kendala untuk menggarapnya. Sehingga mereka menyewakan tanahnya . tanah yang menjadi objek sewa dimanfaatkan oleh pihak penyewa dengan jalan diambil tanahnya. Tanah tersebut kemudian digunakan untuk memproduksi batu bata.

kenyataan ini sangat bertentangan dengan hakikat sewa menyewa itu sendiri yaitu jual beli atas manfaat suatu objek akad tanpa adanya pemindahan hak kepemilikan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Sasaran wawancaranya adalah seluruh pihak yang engetahui permasalahan sewa menyewa tanah tersebut. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisisnya menggunakan analisa kualitatif (non statistik) yang bersifat deskriptif kualitatif, dengan menggunakan cara berfikir deduktif.

Hasil penelitian dalam persepsi masyarakat jorong koto gadang hilir kecamatan padang ganting kabipaten tanah datar dalam masalah sewa menyewa tanah untuk memproduksi batu bata ada yang memebolehkan ada juga yang melarang. Masyareakat yang membolehkan beralasan tanah sudash dia sewa ada sebagian hak si penyewa di jadikan sebuah pabrik batu bata dengan meminta izin kepada pemilik tanah terlebih dahulu.ada juga masyarakat yang tidak membolehkan alasan nya karena akan merusak lahan tanah yang disewa tersebut sehingga akhir dalam sewa menyewa tidak membuat hati si pemilik tanah menjadi senang karena lahan telah di rusak oleh si penyewa. Dalam hukum islam sewa menyewa yang terjadi di jorong koto gadang hilir kecamatan padang ganting kabupaten tanah datar karena rukun syarat dan ketentuan- ketentuan sewa menyewa (ijarah) tidak terpenuhi.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha mendengar lagi maha melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Selawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Syariah IAIN Bukittinggi, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah suatu yang tidak terbatas.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua, ayahanda Muhammad yusuf yang selalu memberikan motivasi dikala penulis dalam penyelesaian ini dan ibunda tercinta Syafni yang telah mengasuh dan senantiasa sabar dalam mendidik penulis dengan segala pengorbanan dan kesabaran sampai pada akhir penulisan ini, semoga Allah membalas semua kebaikan yang beliau berikan.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tinjauan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Penjelasan Judul... 8

F. Jenis Penilitian... 9

G. Kepustakaan dan penelitian terdahulu... 10

H. Sistematika Penulisan... 12

BAB II : PERSEPSI DAN FAKTOR MEMPENGARUHINYA A. Persepsi... 13

1. Pengertian persepsi... 13

2. Bentuk-bentuk persepsi... 15

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tindakan pernah terlepas dengan adanya bantuan orang lain bahkan sejak lahir pun manusia membutuhkan orang lain dalam mememnuhi kebutuhannya terpenuhieksistensi manusia sebagai makhluk sosial.

Sudah merupakan fitrah yang di tetapkan oleh Allah SWT bagi mereka.

Hal yang paling mendasar dalam memenuhi kebutuhan seseorang manusia adalah adanya interaksi Sosoial dengan manusia lain. Dalam hal ini Islam tentang dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang mengatur secara baik persoalan- persoalan Mu‟amalah yang akan dilalui oleh setiap manusia dalam kehidupan sosial mereka.

Salah satu bentuk aktifitas manusia guna mencapai sebuah kebutuhan hidup pada persoalan mu‟amalah adalah sewa menyewa tanah (ijarah),yang berarti upah, sewa Jasa. Lafaz ijarah merupakan masdar yang secara etimologi berarti akad atas manfaat yang disertai dengan imbalan yang di sebut sewa menyewa.

Sewa menyewa merupakan salah satu bentuk kegiatan mua‟malah dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti kontrak/menjual jasa perhotelan dan lain sebagainya.1

1 Abdul Azis, Muhammad Azzam, Fikih Muamalah Sistem Transaksi Dalam Fiqih Islam, (Jakarta,Amzah, 2010), h. 3

(9)

Dalam kitab fiqih sewa menyewa tanah lebih sering disebut sebagai ijarah yaitu suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan yang di memberikan jalan tertentu. Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat suatu benda,bukan menjual ain (materi) benda itu sendiri.

Syafi‟iyah mendefinisikan ijarah sebagai akad atas suatu manfaat yang mengandung maksud yang tertentu mubah, serta dapat di namakan dan kebolehan dengan pengganti tertentu. Kata “manfaat “berfungsi untuk mengeluarkan akad atas barang karena barang hanya berlaku pada akad jual beli dan hibah .

Ulama Malikiyah mendefinisikan Ijarah sebagai pemberian hak kepemilikan manfaat sesuatu yang mubah dalam masa tertentu di sertai imbalan definisi ini sama dengan definisi ulama Hanabillah

Ijarah (Sewa Menyewa di syariatkan dalam Islam), karena sudah menjadi keperluan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Allah SWT mensya‟riatkan sewa menyewa (ijarah), sebagai firman Allah qs. Al-zukhruf -32.





















































Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat tuhanmu?kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,agar sebagian mereka dapat menggunakan sebagian yang lain.dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan 2

Dalam sabda Rasulullah SAW juga di sebutkan di kutib dari dari hadist abu daud:

2 Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah 13, (Bandung: Alma‟arif, 1996), h.18

(10)

ِكاَّحَّضىا ِِْب ِثِباَث َِْػَٗ

َُْْٔػ ُ َّاللَّ َيِضَز - -

ََُّأ ِ َّاللَّ َهُ٘ظَز« ٌََّيَظَٗ ِْٔيَيَػ ُ َّاللَّ ىَّيَص -

َسٍََأَٗ ِةَػَزاَصَُْىا َِْػ ىََّٖ -

ِ َسَااَ َُْىاِب اًضْيَأ ٌٌِيْعٍُ ُٓاََٗز »

Artinya: Dan Tsabit bin Adh-Dhahhak Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang muzara'ah dan memerintahkan sewa-menyewa." (HR. Muslim)

Hadist riwayat Abu Daud, Ahmad dan Nasa‟i meriwayatkan dari Sa‟adbi Waqqash yang merujuk pada praktik akad Ijarah yang di lakukan sahabat di zaman Rasulullah SAW. awal mulanya para sahabat melakukan akad ijarah dengan menyewakan perkebunan mereka, dengan sewa (bayaran) berupa hasil pertanian kemudian Rasulullah melarangnya agar mengganti upah sewa dengan menggunakan emas atau perak atau ( uang).

Sedangkan menurut ijma‟ ulama umat Islam pada masa sahabat telah berijma‟ bahwa ijarah dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia. Semua umat bersepakat, tidak ada seorang ulama membantah kesepakatan (ijma‟) ini sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak di anggap.3

Menurut kesepakatan para fuqaha orang yang menyewa suatu benda dari lain berhak mengambil manfaat benda yang di sewanya selama masa yang di tentukan oleh kedua belah pihak. Begitu juga si penyewa berhak menyerahkan barang itu kepada orang lain selama waktu sewa dengan syarat resiko di tanggung oleh si penyewa pertama.

3 Abdul Ghafur Anshari, Reksa Dana Syariah, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 25

(11)

Menurut Ulama Hanafiyah rukun ijarah adalah: Ijab dan qabul antara lain, dengan menggunakan kalimat: Al-ijarah, Al-isfjar, Al-iktira‟ dan Al-ikra‟.

Adapun menurut jumhur ulama rukun ijarah ada (4) empat yaitu:

1. Aqid (orang yang berakad) 2. Shighat aqad

3. Ujrah (upah) 4. Manfaat

Demi sahnya penyewaan, di syari‟atkan hal-hal berikut:

1. Kedua orang yang akad harus redha, apabila salah satu dari keduanya dipaksa untuk melakukan penyewaan maka aqad tidak syah.

2. Manfaat sesuatu yang di akadkan diketahui secara sempurna sehingga dapat mencegah terjadinya persengketaan.

3. Sesuatu yang di akadkan bisa di ambil manfaat secara sempurna dan secara Syar‟i.

4. Barang yang di sewa bisa di serahkan bersama manfaat yang dimuatnya.

5. Manfaat yang di akadkan hukumnya mubah, bukan haram dan bukan wajib.4 Di samping rukun dan syarat di atas dalam fiqih Islam juga menjelaskan tentang kapan dan bagaimana Akad Sewa Menyewa (Ijarah) berakhir antaranya : 1. Menurut ulama Hanafiah, ijarah di pandang habis dengan meninggalnya saklah seorang yang akad, sedangkan ahli waris tidak memiliki hak untuk meneruskannya. adapun menurut jumhur ulama ijarah itu tidak batal tetapi di Wariskan.

4 Rahmad Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 125.

(12)

2. Pembatalan akad

Terjadi kerusakan pada barang yang di sewa akan tetapi menurut ulama lainnya kerusakan pada barang sewaan tidak menyebabkan habisnya Ijarah, tetapi di ganti selama masih dapat di ganti.

3. Habis waktu, kecuali ada uzur

Dari uraian di atas, dapat di pahami bahwa Islam telah memberikan prinsip-prinsip dasar yang mesti di lalui oleh umat manusia. dalam kehidupan sosial mereka hanya khususnya dalam persoalan sewa menyewa (ijarah). Dalam kenyataannya sesuai dengan perkembangan peradapan manusia serta kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Banyak bermunculan bentuk-bentuk transaksi baru yang ada sebelumnya, dan tentunya memerlukan ketetapan hukum,termasuk transaksi sewa-sewa menyewa yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar yang telah di gariskan Allah SWT, dan begitu juga dalam sebuah persepsi bisa saja menganggap baik, sesuatu yang di larang/sebaliknya melarang sesuatu yang sebenar yang di bolehkan oleh syara‟.

Seperti halnya kasus Sewa Menyewa yang terjadi di Jorong Koto Gadang Hilir, Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar, yang dalam transaksi sewa menyewa tersebut, adanya salah satu pihak yang merasa tidak dihargai dan merugikan si pemilik tanah, karena tanah yang disewa dijadikan sebuah pabrik kecil di buat Batu Bata yang mengakibatkan merusak lahan.

Dulu janjinya dengan pemilik tanah hanya untuk di tanam ubi, dan sayur- sayuran lainnya janjinya, karena di lahan tersebut Tanahnya banyak mengandung tanah liat, beralih propesi lah si penyewa Tanah mendirikan sebuah pabrik kecil

(13)

pembuatan batu bata tanpa memberikan kabar atau meminta izin kepada si pemilik lahan. Diberikan oleh si penyewa tanah,alasan si penyewa tidak meminta izin karena dia tidak ada di kampung orangnya tersebut dan dia tidak mempunyai nomor hp si pemilik tanah.

Keluarga nya juga semua pindah ke Jakarta karena itulah dia tidak memberi kabar bahwa tanah yang di sewa itu telah di produksi pembuatan batu bata.5 Si pemilik tanah baru mengetahui tanah yang di sewa telah dijadikan sebuah pabrik kecil pembuatan batu bata. Setelah pabrik tersebut yang telah berjalan lebih kurang 6 bulan, karena itu sipemilik Tanah ingin membatalkan akad yang telah berjalan lebih kurang 6 bulan si penyewa tidak terima pembatalan Akad secara sepihak. Pemilik tanah perjanjian kontrak tanah masih tersisa 6 bulan lagi.6

Penulis menganggap perlu meneliti ini di karenakan persepsi masyarakat ada pihak yang merasa dirugikan dan pembagian aqad di lihat dari konsekuensinya. Ada dua dan salah satu di antaranya adalah aqad lazim yaitu: Aqad yang mengikat semua pihak yang terlibat, sehingga masing-masing pihak tidak punya hak untuk membatalkan terjadi karena si penyewa masih ada ada kontrak dengan si Pemilik Tanah ini bertentangan dengan kasus yang terjadi di Jorong Koto Gadang Hilir.

pembatalan kontak dalam satu pihak karena si pemilik Tanah tidak terima Tanah yang di Sewa tersebut dijadikan sebuah pabrik Batu Bata, dan si Pemilik

5Dodi, Tetangga yang tinggal di Jorong Koto Gadang Hilir, Wawancara Pribadi,16 Febuary, 2016

6 Nora, Isri penyewa Tanah Jorong Koto Gadang Hilir. Wawancara Pribadi, 17 Febuari 2016

(14)

Tanah ingin membatalkan kontrak dengan si penyewa, karena si penyewa Tanah masih ada perjanjian kontrak dengan si pemilik Tanah tersebut.7

Dalam kasus ini, pihak penyewa merasa ketidakadilan dan merasa tidak di hargai sama sekali si pemilik tanah membatalkan kontrak secara sepihak yang di timbulkan dari dirinya tidak ada hasutan dari pihak manapun sebagaimana yang penulis ketahui bahwasanya Islam telah mengatur hal-hal yang dapat membatalkan/mengahiri akad sewa menyewa seperti yang telah di uraikan sebelumnya.

Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk meneliti lebih jauh lagi bagaimana sistem sewa menyewa tanah yang telah di produksi batu bata oleh si penyewa.

Untuk lebih jelasnya penulis berkeinginan untuk membahas dalam karya Ilmiah yang berjudul “Persepsi Masyarakat Sewa Menyewa Tanah Untuk Memproduksi Batu Bata” (Studi Kasus di Jorong Koto Gadang Hilir Kecamtan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap sewa menyewa tanah yang telah di produksi si penyewa batu bata.

2. Bagaimana perspektif tinjauan hukum Islam terhadap sewa menyewa tanah untuk memproduksi batu bata

C. Tinjauan Penelitian

7 Ismail, Penyewa tanah di Jorong Koto Gadang Hilir, Wawancara Pribadi, 15 Febuari 2016

(15)

Tujuan dari pembahasan ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan sewa menyewa tanah yang di produksi Batu Bata di Jorong Koto Gadang Hilir Kecamatan Padang Ganting.

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap Sewa Menyewa Tanah untuk Memproduksi Batu Bata di Jorong Koto Gadang Hilir Kecamatan Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari pembahasan ini adalah :

1. Sebagai tambahan Ilmu bagi penulis dalam penyelesaian masalah-masalah dalam masyarakat.

2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap dunia Islam secara umum dan terhadap masyarakat Jorong Koto Gadang Hilir.

3. Memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syari‟ah pada Fakultas Syari‟ah, Jurusan Muamalah (Hukum Ekonomi Islam) di IAIN Bukittinggi.

E. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap judul ini, maka penulis akan memberikan maksud dari judul ini:

Persepsi : Proses pencarian informasi untuk dipahami.8

Sewa menyewa : Transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu.9 Memproduksi : Menghasilkan, mengeluarkan hasil

8 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasih, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 51

9 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Fiqih, (Jakarta,Perpustakaan Nasional, 2003), h. 215

(16)

Batu bata : Batu yang berbentuk segi empat, terbuat dari tanah liat, cara pembuatannya dibakar10

Berdasarkan penjelasan judul di atas dapat di pahami bahwa maksud judul secara umum adalah: sebuah perbuatan yang di lakukan dalam hal Sewa- Menyewa terhadap sebuah lahan yang telah di Produksi pembuatan Batu Bata di Jorong Koto Gadang Hilir menurut ketentuan-ketentuan Allah SWT yang di gariskan dalam Al-Quran dan Sunnah.

F. Jenis Penelitian 1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian Lapangan. Dimana pada metode penelitian ini penulis mengumpulkan data-data yang ada di Jorong Koto Gadang Hilir. Dengan mengadakan wawancara langsung tentang masalah yang penulis teliti seperti wawancara langsung terhadap beberapa orang pemilik tanah, penyewa Tanah, Wali Jorong,dan Masyarakat setempat.

2. Sumber Data

Yang di maksud sumber data dalam penelitian adalah: subjek dari mana dapat di peroleh. Adapun sumber data yang penulis maksud di sini adalah:

orang-orang yang penulis wawancarai beberapa pemilik tanah, penyewa tanah, Wali Jorong dan Masyarakat tersebut.

3. Jenis Data

Jenis data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu: data yang telah penulis observasi di lapangan tentang Persepsi Masyarakat Tentang Sewa Menyewa Tanah Untuk Memproduksi Batu Bata. Data sekunder

10 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kelima

(17)

yaitu data perlengkapan penulis peroleh dari Buku-Buku yang berkaitan dengan masalah ini dan dari tokoh-tokoh masyarakat setempat.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah: Observasi biasa disebut dengan istilah pengamatan.

Teknik observasi atau pengamatan adalah "suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

Dalam keterangan lain dikemukakan bahwa obvservasi adalah "pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki". Dengan demikian penggunaan metode ini mengharuskan peneliti untuk hadir langsung untuk melakukan pengamatan sekaligus pencatatan terhadap fenomena yang sedang dikumpulkan informasinya11.

Dalam teknik observasi ini penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan Sewa Menyewa Tanah yang di Produksi Batu Bata tersebut, di Jorong Koto Gadang Hilir.

b. Wawancara

Wawancara adalah : Wawancara merupakan bagian dari metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulan data dengan cara tanya jawab.

Wawancara adalah “suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Penggunaan metode ini berarti

11 Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 36

(18)

melibatkan penulis sebagai penggali data untuk berkomunikasi langsung dengan informan12.

Penulis mengadakan pertemuan dengan beberapa informan meliputi pemilik rental, penyewa, dan karyawan, yang terkait untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lalu, yang terjadi sekarang dan proyeksi masa depan, selain itu juga ditujukan untuk pengecekan dan pengembangan informasi.

Penulis mengadakan wawancara secara bebas menuju masalah penelitian sekaligus mencatat pernyataan atau pendapat yang penting dan seMsuai dengan masalah penelitian, hasil wawancara kemudian disusun sistematis dalam bentuk ringkasan data untuk keperluan analisis data

5. Teknik Analisis Data

Yaitu berangkat dari fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian dari fakta konkrit itu dianalisa untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan dua metode:

a. Deduktif

Deduktif adalah: proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongrit.

12 Lazy J, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 6

(19)

b. Komperatif

Komperatif Yaitu: mencari pemecahan suatu masalah melalui analisa terhadap faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan fenomena yang di selidiki dan membandingkan antara satu faktor dengan faktor yang lainnya.

G. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai sewa menyewa dapat dengan mudah di temukan di dalam kitab-kitab fiqih mengenai sewa menyewa maupun buku yang membahas tentang pelaksanaan sewa menyewa itu sendiri. Untuk penela‟an lebih mendalam penulis melakukan penelitian berbagai hasil karya terutama dalam bentuk Skripsi maupun buku yang mempunyai relevansi dengan objek penelitian Penulis pada saat ini.

H. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tinjauan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penjelasan Judul, Metode Penilitian, Kepustakaan dan penelitian terdahulu, Sistematika Penulisan.

BAB II : Persepsi dan faktor mempengaruhinya, Pengertian persepsi, Bentuk-bentuk persep, Proses persepsi, Prinsip persepsi, Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.

BAB III: Pengertian al-ijarah, Dasar Hukum al-ijarah, Rukun dan Syarat al-ijarah, Aqad al-ijarah, Macam-macam al-ijarah, Bentuk seewa menyewa(ijarah), Perselisihan Kedua Pelaku Akad Al-ijarah, Pembatalan dan Berakhirnya Sewa menyewa, pengembalian barang sewaan.

(20)

BAB IV: Monografi Kenagarian Koto Gadang Hilir, Pelaksanaan sewa menyewa tanah untuk memproduksi batu bata , Pemahaman masyarakat terhadap sewa menyewa dalam islam, Tanggapan masyarakat terhadap sewa menyewa tanah untuk memproduksi batu bata, Analisis terhadap pemahaman masyarakat terhadap penyewaan tanah untuk produksi batu bata.

BAB V : Kesimpulan, Saran-saran

BAB II

TEORI PERSEPSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari bahasa inggris yaitu “ perception “ di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang berarti tanggapan, tanggapan di artikan kesan- kesan yang timbul pada seseorang setelah melakukan pengamatan. Secara bahasa persepsi di artikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.13

Persepsi juga berarti pengalaman terhadap obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang di peroleh dari informasi dan menafsirkan pesan.

Sedangkan menurut Slameto persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi ke dalam Otak manusia, melalui persepsi manusia terus mengadakan

13 Hadi Suparto, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), h. 46

(21)

hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini di lakukan dengan alat Inderanya yaitu pendengaran, penglihatan, peraba, perasa dan pencium.

Sementara Abu Ahmadi mengemukakan bahwa pengertian dari persepsi adalah gambaran ingatan dan pengamatan yang mana objek yang telah di amati tidak lagi berada d ruang dan waktu pengamatan jika proses pengamatan telah berhenti dan tinggal kesan-kesanya saja. Tanggapan latar (tersembunyi, belum terungkap) apabila tanggapan itu berada sadar atau tidak disadari.sedangkan tanggapan tersebut di sebut aktual (actual) sungguh tanggapan itu di sadari.

Sedangkan menurut Jalaludin Rahmat persepsi adalah pengalaman terhadap objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Beberapa pendapat tersebut menurut penulis di samping berbeda dengan penulisannya, namun mempunya pokok pengertian yang bersamaan, sesuai dengan persepsi di kemukakan menurut para ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa pembentukan persepsi sangat di pengaruhi oleh pengamatan, pengindaran proses berpikir yang yang mewujudkan kenyataan yang di inginkanoleh seseorang suatu objek yang di amati.

Persepsi merupakan pengamatan secara global atau menyeluruh belum di sertai dengan kesadaran, sedangkan obyek dan subyeknya belum bisa di bedakan antara yang satu dengan yang lainnya oleh seseorang. Hal ini baru ada proses memiliki tanggapan dan penilaian terhadap obyek-obyek tersebut.persepsi juga

(22)

merupakan suatu hasil dari pengamatan seseorang atau indikasi masin-masing bukan dari pengamatan orang lain.14

Persepsi merupakan pengamatan arti luas adalah pengamatan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Sedangkan dalam pengertian secara sempit persepsi adalah penglihatan, bagai mana orang melihat sesuatu. Jadi persuepsi dapat di katakan proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan redaksi kepada rangsangan panca indra atau data.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah persepsi identik dengan penyedian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada pengertian persepsi yaitu cara organisme memberi makna dan dapat juga di katakan persepsi adalah proses penafsiran informasi indrawi.

Persepsi disebut inti komunikasi. Karena jika persepsi kita tidak akurat, kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif, persepsilah yang menentukan kita melilih suatu dan mengabaikan suatu pesan yang lain. Semangkin tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu semangkin mudah dan semangkin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cendrung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Dengan demikian persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu objek, situasi, peristiwa, orang lain berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap, harapan, dan nilai yang ada pada diri individu.

14 Abu Ahmadi, Psikologi Umum,( Jakarta: Rineka Cipta,1992),h. 64

(23)

2. Bentuk-bentuk persepsi15

Persepsi itu di bedakan berdasarkan obyeknya yaitu persepsi yang obyeknya non manusia disebut dengan persepsi Interpersonal adalah

a. Pada persepsi obyek stimulasi (pesan dan informasi) di tangkap oleh indera manusia berbeda-beda fisik, sedangkan persepsi interpersonal stimulus sampai lambang-lambang verbal atau grafis yang di sampaikan oleh pihak ketiga.

b. Persepsi objek hanya ditanggapi saat luarnya, sedangkan pada persepsi interpersonal manusia memahami apa yang tidak tampak pada saat indera manusia atau di teliti sifat-sifanya. Manusia tidak hanya bisa lihat perilakunya tetapi bisa melihat mengapa ia berprilaku seperti itu, atau dengan kata lain seseorang bisa dipahami bukan saja dari tindakannya tapi juga pada motif dari tindakannya .

c. Persepsi objek tidak mempunyai tidak mempunyai hubungan reaksi sedangkan persepsi interpersonal bisa memberi reaksi hubungan emosional.

d. Pada persepsi objek relatif tetap, tapi pada persepsi interpersonal cendrung berubah.

e. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa persepsi merupakan suatu cara atau proses bagaimana individu menilai, memilih, menyimpulkan, mengorganisasikan dan menafsirkan sesuatu atau stimulasi dari sudut pandang itu sendiri.

3. Proses Persepsi

15Jalalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2000) h. 81

(24)

Dari sudut pandang psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara memandang, oleh sebab itu untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari merubah Persepsinya. Dalam Persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:

a. Seleksi, yaitu sebuah proses penyaringan indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak dan sedikit.

b. Interprestasi, yaitu proses pengorganisasian informsai, sehingga mempunyai arti bagi seseorang interprestasi di pengaruhi oleh sebagai faktor,seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, kepribadian, dan kecerdasan.

c. Interprestasi dan Persepsi, kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai redaksi. Oleh karena itu proses penginderaan tidak lepas dari proses persepsi dan proses penginderaan merupakan proses pendahuluan dari persepsi.

Proses penginderaan akan berlangsung tiap saat, pada saat individu menerima stimulus melalui indera, yaitu mata, Telinga, Hidung, Lidah, dan Kulit yang di gunakan untuk menerima stimulus dari luar individu tidak sama, maka dalam Persepsi suatu stimulus hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, karena Persepsi itu bersifat individual.

d. Sebagaimana yang telah di uraikan diatas dalam persepsi individu, mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang di terimanya, dengan demikian dapat di kemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi

4. Prinsip Persepsi

(25)

Seseorang dapat memahami bahwa persepsi itu sangat tergantung kepada stimulus yang di dapat dari proses penangkapan alat panca indera atau dengan kata lain persepsi itu bersifat relatif bagi setiap orang. Artinya orang yang berbeda akan memilih persepsi yang berbeda terhadap sesuatu. Slameto memformulasikan hal ini menjadi prinsip-prinsip persepsi.

a. Persepsi itu relatif bukannya absolut

Manusia bukannya instrument ilmiah yang mampu menyerap secara praktis seperti keadaan yang sebenarnya.

b. Persepsi itu selektif 16

Seseorang hanya mremperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat tertentu. Iniberarti bahwa rangsangan yang ia terima tergantung dengan apa yang ia pelajari.

c. Persepsi itu mempunyai tatanan

Seseorang menerima rangsanagan tidak dengan cara yang sembarangan. ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok.

Jika rangsanagan tidak lengkap, ia akan melengkapi sendiri sehingga hubungan itu jelas.

d. Persepsi di pengaruhi oleh harapan dan kesiapan.

Harapan dan kesiapan menerima pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana dipilih itu akan di tata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan di interprestasikan.

e. Persepsi seseorang atau kelompok dapatjauh beda dengan persepsi.

16 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor dan Mempengaruhinya, (PT.Rineka Ciprta, 1995) h. 101

(26)

Seseorang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi ini dapat di telusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual.

Perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.

5. Faktor-faktor yang memepengaruhi persepsi

Seperti yang telah di sebutkan yang di atas, persepsi merupakan proses pemberian makana-makna terhadap stimnulus-stimulus yang di peroleh melalui panca indera, maka persepsi-persepsi dimiliki seseorang tidak lahir dan muncul dengan sendirinya melainkan di pengaruhi oleh beberapa faktor.di antara faktor- faktor yang memepengaruhi persepsi adalah:

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional di hasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan dan pengalaman masa lalu seseorang individu. Pada dasarnya, Persepsi tidak di tentukan oleh jenis atau bentuk Stimuli, tetapi tergantung karakteristik orang yang memberikan respon terhadap Stimuli tersebut.

Faktor ini dipengaruhi oleh kebutuhan kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya. Ketika persepsi di pengaruhi oleh kebutuhan manusia akan akan memakai stimuli sesuai dengan kebutuhannya, begitu juga dengan kesiapan mental seseorang ketika menerima Stimuli, maka kecendrungan seseorang untuk mengungkapkan suasana gelisah akan sesuai dengan yang di alaminya.

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal yang termasuk apa yang di sebut faktof personal. Yang menentukan persepsi

(27)

bukan stimulitetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu.

Seseorang juga mempengaruhi persepsinya terhadap sesuatu contoh:

1) Suasana mental mempengaruhi persepsi. Sekelompok anak-anak disuruh menceritakan gambar-gambar seseorang laki-laki sebelum sebelum dan sesudah bermain “perang-pengan” sesudah perang anak-anak cendrung lebih banyak menceritakan kekejaman orang pada wajah orang dalam gambar itu.

2) Suasana emosi mempengaruhi persepsi.emosi mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengelolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatian emosinya.

3) Pengaruh kebudayaan pada persepsi sudah merupakan tersendiri dalam psikologi antar budaya dan komunikasih antar budaya, misalnya budaya indonesia, bila kita melihat orang sukses kita cendrung menanggapinya sebagai orang yang memiliki karakteristik baik. Sebaliknya kepada orang yang gagal kita melimpahkan segala dosa

4) Pengaruh pengalaman terhadap persepsi. Seseorang akan cendrung mempersepsikan berdasarkan kebutuhannya saat ini. Comntoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium baru masakan ketika lapar daripada orang lain yang baru saja makan.

b. Faktor Struktural.

Faktor-faktor struktural berasal atau di hasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang di timbulkan dari sistem saraf individu. Menurut psikolog gestalt kemudian yang di kenal dengan teori gestalt berpendapat bahwa bila kita mempersepsikan sesuatu yang kita mempersepsinya secara keseluruhan

(28)

maksudnya jika kita ingin memahami seseorang kita harus melihat perilakunya tetapi kita juga melihat mengapa ia berprilaku seperti itu. Kita mencoba memahami bukan saja tindakan tetapi motif tindakan itu.

c. Faktor Situasonal

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situansional. Menurut pendekatan ini perilaku manusia di pengaruhi oleh lingkungan atau situasi, faktor-faktor situansional ini berupa17

1) Faktor Elologis, misal kondisi alam atau iklim.

2) Faktor kecendrungan atau Arsitektural, misalnya penataan ruang.

3) Faktor Temporal, misalnya keadaan emosi suasana perilaku, misalnya cara berpakaian dan cara berbicara teknologi.

4) Faktor Sosial, mencakup sistem peran, struktural soaial dan karakteristik sosial individu. Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannnya. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

d. Faktor Personal

Faktor keempat yang mempengaruhi persepsi adalah faktor Personal yang terdiri atas pengalaman, Motivasi, dan Kepribadian, membuktikan bahwa pengalam akan memebantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi.

Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah di hadapi.

Faktor yang mempengaruhi Stimuli yang akan di proses adalah motivasi.

Orang yang lapar cedrung memperhatikan makanan. Orang memperhatikan

17 Alex Sobur, Psikologi Umum,( Bandung: Pustaka Setia,2000) h. 462

(29)

makanan. Orang dengan kebutuhan hubungan interpersonal yang sangat tinggi lebih memperhatikan tingkah laku kolega terhadap tingkahlakunya terhadap dirinya dari pada orang yang kebutuhan hubungan interpersonal rendah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu dapat di kelompokkan yaitu faktor perhatian, fungsional seperti mental, suasana emosiaonal, pengalaman motivasi, kepribadian dan latar belakang budaya dan faktor struktural yang dapat diperoleh berdasarkan kedekatan atau persamaan dan situasi dalam persepsi suatu objek selanjutnya berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu antara lain:

1) Perhatian.

Perhatian di sini adalah suatu proses saat stimulus menonjol dalam keadaan seseorang, pada stimulus yang mulai melemah. Dalam hal ini dapat menangkap keseluruhannya, karena individu dapat mempokuskan pada suatu obyek.

Menurut Jalaludin rahmat bahwa in dividu tidaak dapat menangkap keseluruhan rangsangan yang ada yang disekitar sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian satu atauy dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan yang lainnya ini menyebabkan timbulnya persepsi.

Perhatian ini dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor luar dan dalam.

Faktor luar adalah faktor-faktor yang terdapat pada objek yang di amati itu sendiri yaitu intensitas dan ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan, sedangkan faktor dalam adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu sipengamat yaitu motif, kesediaan dan harapan.

(30)

Ada beberapa prinsip dalam perhatian ini perhatian ini agar perhatian tetap tertuju pada:

a) Perhatian seseorang di arahkan kepada hal-hal yang baru, hal-hal yang berlawanan dengan pengalaman yang baru di peroleh atau pengalaman yang dapat selama hidupnya.

b) Perhatian seseorang tertuju dan tetap berada dan di arahakan pada hal-hal yang di anggap rumit

c) Orang yang mengarahkan perhatiannya pada orang di kehendaki.

2) Ciri-ciri rangsangan

Ciri-ciri rangsangan dapat mempengaruhi persepsi yaitu rangsangan yang bergerak di antara rangsangan yang bergerak di antara rangsangan yang diam akan tetapi lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang lebih besar di antara yang kecil, yang kontras dengan latar belakang dan identitas rangsangan paling kuat.

3) Nilai dan kebutuhan

Nilai dan kebutuhan individu mempengaruhi persepsi seseorang maksudnya adalah nilai objek tergantung pada kelompok sosial seseorang menilai satu.

Misalnya dua kelompok anak disuruh untuk mengukur bermacam-macam uang recehan, kelompok anak-anak miskin cendrung memberikan ukuran uang yang lebih besar dari kelompok anak-anak kaya. Sedangkan kebutuhan biologis seseorang akan mempengaruhi persepsi.

Pengalaman daahulu dapat mempengaruhi persepsi yaitu yang dialami tiap-tiap individu dan kebudayaan tertentu. Pengalaman ini lebih erat

(31)

hubungannya dengan peranan seseorang dalam masyarakat. Pengalaman tidak selalu dalam proses belajar formal tetapi pengalaman bertambah melalui peristiwa yang pernah di alami.

6. Teori-teori persepsi18

Alex sobur dlam bukunya psikologi umum, yang mengutip teori dari beberapa pakar psokologi, mengenai proses terbentuknya sebuah persepsi,yakni a. Rangsangan-tangggapan(stimulus-respon)

Pesepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan di terapkan kepada manusia

b. Teori kepribadian(implicit)

Teori ini mengacu kepada teori kepribadian individu yang diyakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaiamana persepsinya kepada orang lain.

Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang suatu sifat berkaitan dengan sifat lainnya. Konsepsi ini merupakan teori yang di pergunakan orang ketika membentuk kesan tentang orang lain.

c. Ramalan yang dipenuhi sendiri

Ramalan yang dipenuhi sendiri terjadi apabila seseorang membuat ramalan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena seseorang yang membuat ramalan itu benar.

Dalam proses ramalan ada empat langkah, diantaranya

1. Membuat prediksi untuk merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi itu benar.

18 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum,(Bandung: Pustaka Setia, 2000) h. 455-460

(32)

2. Bersikap kepada seseorang atau situasi tersebut seakan-akan situasi itu benar.

3. Karena seseorang bersikap demikian, keyakinan itu menjadi kenyataan.

4. Mengenai efek terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apayang disaksikan memperkuat keyakinan.

d. Aksentuasi perceptual

Teori ini membuat seseorang melihat apa yang diharapakan dan apa yang ingin dilihat, melihat orang lain yang disukai itu lebih pandai ketimbang orang yang disukai.

e. Primasi-Resensi

Primasi-Resensi inimengacu pada pengaruh relasi stimulasi sebagai akibat urutan kemunculannya. Jika yang muncul yang pertama lebih besar pengaruhnya, maka mengalami efek primasi dan jika yang muncul kemudian mempunyai pengaruh yang lebih besar, maka mengalami efek resensi

f. Konsistensi

Konsistensi mengacu kepada kecendrungan untuk merasakan appa yang memungkinkan mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis diantara berbagai sikap dan hubungan anatara mereka. Misalnya, disaat menyukai seseorang yang selanjutnya memiliki kecendrungan untuk berharap orang disukai itu menyukai apa yang disukai, dan membenci apa yang disukai.

g. Stereotip

Stereotip mengacu kepada kecendrungan untuk mengembangakan dan mempeertahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan ersepsi ini untuk mengevaluasi anggota ke,lompok dengan mengabaikan karakteristik individual yang unik.

(33)

Dari penjelasan yang telah penulis kemukakan, maka dapat dipahami, bahwa dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, pada intinya persepsi, pada intinya persepsi itu sangat mempengaruh terhadap faktor yang ada pada diri manusia itu sendiri dan faktor yang muncul dari diri manusia.

Dari teori persepsi yang telah penulis uraikan di atas maka teori persepsi yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teori kepribadian(implict) teori ini mengatur kepada kepribadian individu yang di yakini seseorang dan yang mempengaruhi bagaimana pandangan kepada orang lain. Saya memakai teori kepribadian ini karena saya mewawancarai seseorang dengan pendapat pribadi masing-masing tidak mempunyai referensi langsung dari ide yang mereka ciptakan, karena dlam penelitian yang saya teliti untuk menanyakan pandangan mereka tentang sewa menyewa tanah untuk memproduksi batu bata.

BAB III LANDASAN TEORI

A. Ijarah dalam Islam 1. Pengertian al-ijarah

Al-ijarah secara etimologis terambil dari kata ز ج dengan tasrif سا از جي berarti Sewa, disewa, menyewa. Dalam pengertian lain kata ijarah menurut etimologis akan mengandung pengertian umum yang meliputi ganti atas kemanfaatan. Sesuatu benda atau imbalan terhadap suatu kegiatan atau upah karena melakukan aktifitas pada Ijarah sebenarnya manfaat yang didapatkan oleh kedua belah pihak. Dengan demikian pengertian ijarah adalah suatu pekerjaan

(34)

yang dilakukan dalam bentuk sewa menyewa, upah-mengupah dan jual beli manfaat.

Sedangkan secara etimologis, al-ijarah didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut:19

a. Ulama Syafi‟iyah mendefinisikan ijarah adalah:

ً٘يؼٍ ض ٘ؼب ةح اب لا ا ٗ ه صبى ةيب اق ةح ابٍ ةٍ ٘يؼٍ د سصقٍ ثؼفٍْ ىيػ سقػ

“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, ser ta menerima pengganti atu kebolehan dengan pengganti tertentu.

Definisi di atas memberlakukan ijarah secara khusus karena dalam akad ijarah hanya diberlakukan apabila akad suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu. Dengan demikian ijarah atau suatu kemanfaatan dan apabila mengandung maksud tujuan yang mubah, serta menerima kebolehan pengganti.

b. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikan ijarah adalah20

ض ٘ؼب ةٍ ٘يؼٍ دٍ ةح ابٍ ءىث غف اٍْ لييَج Menjadikan milih suatu kemanfaatan yang dalam waktu dengan pengganti

Definisi di atas memberlakukan ijarah secara umum karena ijarah tidak hanya di tentukan pada suatu maksud tertentu saja tetapi juga suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu yang di tentukan sampai mendapat pengganti manfaat tersebut.

c. Ulama hanafiyah mendefinisikan ijarah adalah:

ض ٘ؼي غف ِى ا ىيػ سفػ

19 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: PT.Pena Pundi Aksara, 2009), h.149

20 Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K .Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta:

Sinar Grafika, 1996), h, 2

(35)

Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti

Definisi di atas bersifat terlalu umum karena tidak memberlakukan ijarah pada suatu kemanfaatan tertentu dengan adanya pengganti. Dengan demikian akad ijarah adalah suatu bentuk kerja sama atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.

Definisi di atas juga menjelaskan bahwa ijarah merupakan bentuk akad yang berisi penukaran manfaat suatu benda dengan memberikan imbalan atau ganti untuk pemilik barang tersebut. Hal ini berarti menjual manfaat benda bukan menjual manfaat materi benda. Oleh sebab itu tidak dinamakan sewa menyewa barang yang diambil atau dimiliki „ainnya seperti pohon untuk diambil buah, sapi, domba untuk diambil susunya. Karena hal hal tersebut tidak mengambil manfaat melainkan „ainnya itu sendiri.21

Menurut Jumhur Ulama Fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaat bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan Pohon untuk diambil buahnya, Domba yang diambil Susunya, Sumur untuk diambil airnya. Sebab itu bukan manfaatnya tapi bendanya. Jadi sewa menyewa pengambilan manfaat suatu benda tanpa mengurangi bendanya sama sekali.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa menyewa itu adalah pengambilan manfaat suatu benda tanpa mengurangi bentuk atau wujud benda yang disewakan. Jadi dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan kata lain terjadinya peristiwa sewa menyewa yang berpindah

21 Rahmad Syafe‟i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.122

(36)

adalah manfaat bebnda yang disewakan tersebut. Dalam hal ini dapat berupa manfaat barang seperti kendaraan, rumah, dan manfaat seperti pemusik bahkan dapat juga berupa pribadi, seperti pekerjaan.

Sewa menyewa sebagaimana perjanjian lainnya, adalah merupakan perjanjian yang bersifat konsensial, perjanjian ini mempunyai keku atan hukum yaitu pada saat sewa menyewa berlangsung apabila akad sudah berlangsung, maka pihak yang menyewakan berkewajiban untuk menyerahkan barang atau benda maka pihak penyewa berkewajiban pula untuk menyerahkan uang sewanya.

2. Dasar-Dasar Hukum al-ijarah

Ijarah disyariatkan dalam Islam berdasarkan Al-quran. Sunna h dan Ijma.

Dalam al-quran kitab al-ajru banyak ditemukan dengan makna balasan, pahala atau upah dan ganjaran terhadap setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, akan tetapi sebagai dasar hukum tentang ijarah terdapat dalam beberapa ayat sebagai berikut:

a. QS. Az-zukhruf ayat 32 yang berbunyi :





















































Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Kata mengisyaratkan bahwa saling mendapatkan manfaat dari rahmat Allah antara sesama anggota masyarakat meliputi kontrak dan hubungan yang diikat dalam sewa menyewa.

(37)

b. QS. Al-qashash ayat 26-27 yang berbunyi :



















































































Artinya: (26) Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

(27) Berkatalah Dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, Maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah akan mendapatiku Termasuk orang- orang yang baik".

c. QS.al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi



































































































































Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa

(38)

bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Gambaran upahnya mengupah tentang pekerjaan yang ditawarkan yang terdapat dalam ayat di atas, Oleh para ulama dijadikan sebagai hukum asal pengkiasan terhadap tindakan sewa menyewa yang terjadi pada masa setelah Rasulullah SAW wafat dan selanjutnya samapai pada masa saat sekarang ini.

Dari beberapa ayat diatas bahwa secara tegas telah disebutkan tentang ijarah benda akan tetapi menunjukkan syarat ijarah itu diqiyaskan pada pelaksanaan yang ada pada Rasulullah SAW, yaitu dalam bentuk penyewaan seorang wanita yang menyusukan seorang anak dan penyewaan terhadap para budak yang disewakan oleh tuannya.

Adapun landasan ijarah berdasarkan hadist-hadist sebagai berikut:

a. Hadist yang di riwayatkan oleh shahih muslim yang berbunyi:22

ٍطْيَق ِِْب َةَيَظَْْح َِْػٗ

َُْْٔػ ُ َّاللَّ َيِضَز - َهاَق -

: ِةَّضِفْىاَٗ ِ ََّٕرىاِب ِضْزَ ْاا ِءاَسِم َِْػ ٍجيِدَ َِْب َغِفاَز ُثْىَ َظ« .

َهاَقَف ِِٔب َضْ َب َلا : ِ َّاللَّ ِهُ٘ظَز ِدَْٖػ ىَيَػ َُُٗسِااَ ُي ُضاَّْىا َُاَم اَََّّإ .

ٌََّيَظَٗ ِْٔيَيَػ ُ َّاللَّ ىَّيَص - ،ِتاَّاَيِذاََْىا ىَيَػ -

ٌءاَسِم ِضاَّْيِى ُِْنَي ٌَْىَٗ ،اَرَٕ ُلِيَْٖيَٗ اَرَٕ ٌَُيْعَيَٗ ،اَرَٕ ٌَُيْعَيَٗ اَرَٕ ُلِيَْٖيَف ،ِعْزَّصىا ٍِِْ َءاَيْشَأَٗ ،ِهِٗاَدَجْىا ِهاَبْقَأَٗ

ِِٔب َضْ َب َ َف ٌَُُْ٘ضٍَ ًٌُ٘يْؼٍَ ٌءْيَش اٍََّ َف ،َُْْٔػ َسَاَش َلِىَرِيَف ،اَرَٕ َّلاإ ٌٌِيْعٍُ ُٓاََٗز »

يِف َوَِ ْاُأ اََِى ٌُاَيَب ِٔيِفَٗ .

ِضْزَ ْاا ِءاَسِم َِْػ ِيَّْْٖىا ِ َ ْإإ ٍِِْ ِْٔيَيَػ ِ َفَّحَُْىا Artinya :”Dari Hanthalah bin Qais Radhiyallahu Anhu berkata, "Aku bertanya

kepada Rafi' bin Khadij tentang menyewakan tanah dengan emas dan perak. Ia berkata, 'Tidak apa-apa.' Orang-orang pada zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyewakan tanah dengan imbalan pepohonan yang tumbuh di tempat perjalanan air, pangkal- pangkal parit, dan aneka tumbuhan. Lalu dari tetumbuhan itu ada yang hancur dan ada yang selamat, sedangkan orang-orang tidak mempunyai sewaan lainnya kecuali ini. Maka Rasulullah Shallallahu

22 Imam Bukhari, Shahih Bukhori, (Subulus Salam: kitab Bulughul Maram: 2005) ,h, 0845

(39)

Alaihi wa Sallam melarang hal itu. Adapun imbalan dengan barang yang nyata dan terjamin, maka tidak apa-apa. (HR. Muslim)

Dalam hadits terdapat petunjuk sahnya penyewaan tanah dengan upah yang dapat diketahui berupa emas dan perak. Diqiyaskan dengan keduanya semua bentuk pembayaran yang sah dan dibolehkan pula dengan bagian tertentu dari hasilnya seperti, sepertiga atau seperempat hasil tanahnya sebagaimana ditunjukkan dalam hadits pertama dan hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma yang mengatakan, "Aku tahu bahwa pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tanah dapat disewakan dengan bagian tertentu (siraman yang kecil-al- Arba') dan sesuatu lainnya berupa taban, sedangkan aku tidak tahu apa itu (taban)?

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dan ada pula yang dikeluarkannya, "Bahwa Ibnu Umar pernah memberi tanah dengan memberikan bagian sepertiga dan seperempat kemudian ditinggalkannya." Dan akan disebutkan hal yang bertentangan dengannya.

b. Hadist yang di riwayatkan oleh bukhori muslim yang berbunyi:23

ِكاَّحَّضىا ِِْب ِثِباَث َِْػَٗ

َُْْٔػ ُ َّاللَّ َيِضَز - -

ََُّأ ِ َّاللَّ َهُ٘ظَز« ٌََّيَظَٗ ِْٔيَيَػ ُ َّاللَّ ىَّيَص -

ِةَػَزاَصَُْىا َِْػ ىََّٖ -

ِ َسَااَ َُْىاِب َسٍََأَٗ

اًضْيَأ ٌٌِيْعٍُ ُٓاََٗز »

Artinya: “Dan Tsabit bin Adh-Dhahhak Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang muzara'ah dan memerintahkan sewa-menyewa." (HR. Muslim)

Hadits ini dikeluarkan pula oleh Muslim bahwa Abdulah bin Umar telah menyewakan tanahnya sampai ia mendengar bahwa Rafi' bin Khadij Al-Anshari melarang menyewakan persawahan. Kemudian beliau menemuinya dan berkata,

23 Imam Bukhari, Shahih Muslim, (Subulus Salam: kitab Bulughul Maram: 2005) ,h, 1549

(40)

"Wahai Ibnu Hadij, apa yang engkau dapatkan dari perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang menyewakan tanah?"

Rafi' berkata kepada Abdullah, "Aku mendengar dari kedua pamanku yang keduanya pernah mengikuti perang Badar mengatakan kepada penghuni rumah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang menyewakan tanah."

Maka Abdullah berkata, "Aku benar-benar tahu bahwa pada zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tanah itu disewakan." Kemudian Abdullah khawatir kalau Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam pernah mengatakan tentang hal tersebut, sehingga ia meninggalkan sistem sewa tanah.

3. Rukun dan Syarat al-ijarah a. Rukun Ijarah

Menurut ulama Hanafiah rukun ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain menggunakan kalimat al-ijarah, al-isti‟jar, al-iktira‟ dan al-ikra. Adapun menurut Jumhur Ulama, rukun ijarah ada empat yaitu:

1) „Aqid (Orang yang berakad) 2) Shighat akad

3) Ujrah (Upah) 4) Manfaat

b. Syarat Terjadinya Akad24

Syarat-syarat ijarah terdiri dari empat macam, sebagaimana dalam syarat dalam jual beli yaitu syarat Al-Inqad (terjadinya akad), syarat An- Nafadz (syarat pelaksannaan akad), syarat Sah dan syarat lazim.

24 Hendi Suhendi, Fiqih Mu‟amalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010),h. 114

(41)

Syarat ‟intiqad (terjadinya akad) berkaitan dengan aqid, zat akad, dan akad. Sebagaimana telah dijelaskan dalam jual beli, menurut ulama Hanafiyah, aqid (orang yang melakukan akad) disyaratkan harus berakal dan mumayyiz

(minimal 7 tahun), serta tidak disyaratkan harus baligh.Akan tetapi, jika bukan barang miliknya sendiri, akad ijarah anak mumayyiz, dipandang sah bila telah diizinkan walinya.

Ulama Malikiyah berpendapat bahwa tamyiz adalah syarat ijarah dan jual beli, sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan demikian, akad anak mumayyiz adalah sah, tetapi bergantung atas keridhoan walinya.

Ulama Hanabilah dan Syafi‟iyah mensyaratkan orang yang berakad harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal, sedangkan anak mumayyiz belum dapat di kategorikan ahli akad.

c. Syarat Pelaksanaan (An-Nafadz)

Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh „aqid atau ia memiliki kekuasaan penuh untuk berakad (ahliah). Dengan demikian ijarah al-fudhul (ijarah yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kekuasaan atau tidak dizinkan oleh pemiliknya) tidak dapat menjadikan adanya ijarah.

d. Syarat Sah Ijarah

Keabsahan ijarah sangat berkaian dengan „aqid (orang yang berakad), ma‟qud „alaihi (barang yang menjadi obyek akad), ujrah (upah), dan zat akad

(nafs al-„aqad), yaitu:

(42)

1) Adanya keridhaan dari kedua belah pihak yang berakad 25 Hal ini berdasarkan pada firman Allah yaitu:

ۚ ٌُْنَعُفَّْأ اُ٘يُحْقَج َلاَٗ ۚ ٌُْنٍِْْ ٍضاَسَج َِْػ ً َزاَجِج َُُ٘نَج َُْأ َّلاِإ ِوِإاَبْىاِب ٌُْنَْْيَب ٌُْنَىاٍََْ٘أ اُ٘يُمْ َج َلا اٍَُْ٘آ َِيِرَّىا اَُّٖيَأ اَي اًَيِحَز ٌُْنِب َُاَم َ َّاللَّ َُِّإ Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. 4: 29)

Ijarah dapat dikategorikan jual-beli sebab mengandung unsur pertukaran harta.

Syarat ini berkaitan dengan „aqid.

2) Ma‟qud „Alaihi bermanfaat dengan jelas26

Adanya kejelasan pada ma‟qud „alaihi (barang) menghilangkan pertentangan di antara „aqid. Di antara cara untuk mengetahui ma‟qud „alaihi (barang) adalah dengan menjelaskan manfaatnya, penjelasan waktu,atau menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerja atau jasa seseorang.

Penjelasan ini berupa:

a) Penjelasan Manfaat. Penjelasan dilakukan agar benda yang disewakan benar-benar jelas. Tidak sah mengatakan “Saya sewakan salah satu dari rumah ini.”

b) Penjelasan Waktu, Jumhur Ulama tidak memberikan batasan maksimal atau minimal. Jadi, dibolehkan selamanya dengan syarat asalnya masih tetap ada sebab tidak ada dalil yang mengharuskan untuk membatasinya. Ulama

25 Rahmad Syafi‟i, Fiqih Mu‟amalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),h. 121

26 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah , jilid 12, h.49

(43)

Hanafiyah tidak mensyaratkan untuk penetapan awal waktu akad, sedangkan ulama Syafii‟ah mensyaratkan sebab tak dibatasi hal itu dapat menyebabkan ketidak tahuan waktu yang wajib dipenuhi.

c) Sewa Bulanan, Menurut ulama Syafiiy‟ah seorang tidak boleh menyatakan

“Saya menyewakan rumah ini setiap bulan Rp.50.000” sebab penyataan ini membutuhkan akad baru setiap membayar. akad yang betul adalah dengan menyatakan “Saya sewa selama sebulan”.Sedangkan menurut Jumhur Ulama akad tersebut dipandang sah akad pada bulan pertama, sedangkan pada bulan sisanya bergantung pada pemakainya.Selain itu yang paling penting adalah adanya keridaan dan kesesuaian derngan uang sewa.

d) Penjelasan Jenis Pekerjaan, Penjelasan tentang jenis pekerjaan sangat penting dan diperlukan ketika menyewa orang untuk berkerja sehingga tidak terjadi kesalahan untuk pertentangan.

e) Penjelasan Waktu Kerja, Tentang batasan waktu kerja sangat bergantung pada perkerja dan kesepakatan dalam akad.

e. Syarat Barang Sewaan (Ma‟qud „Alaih)

Di antara syarat barang sewaan adalah dapat dipegang atau dikuasai. Hal itu didasarkan pada hadist Rasulullah SAW yang melarang menjual barang yang tidak dapat di pegang atau dikuasai sebagaimana dalam jual beli.

f. Syarat yang Kembali pada Rukun Akad

Akad disyariatkan harus terhindar dari syarat-syarat yang tidak diperlukan dalam akad atau syarat-syarat yang merusak akad, seperti menyewakan rumah dengan syarat rumah itu akan ditempati oleh pemiliknya

Referensi

Dokumen terkait

Uji hipotesis III adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan Neural Mobilization pada Muscle Energy Technique terhadap peningkatan fleksibilitas

dunia.Kalimat kedua disebut kalimat pengembang langsung karena menjelaskan secara langsung gagasan utama yang dituangkan ke dalam kalimat topik dan mempunyai hubungan

Perhitungan neraca kayu di suatu tempat pada tahun tertentu idealnya dihitung dengan memasukan seluruh input kayu yang masuk ke Pulau Jawa, baik melalui pelabuhan resmi

Menurut (Widyawati, 2018), Green building merupakan konsep yang muncul dalam mendukung pembangunan rendah karbon yakni melalui kebijakan dan program peningkatan

Setelah dilakukan perbandingan hasil yang didapat oleh fuzzy mamdani menggunakan metode centroid dengan hanya menggunakan rata-rata nilai raport yang digunakan oleh SMAN 1

Baik artritis rheumatoid dan artritis tuberkulosis mungkin tidak hanya memiliki manifestasi klinis yang serupa, namun juga temuan radiografi serupa, seperti

Jika dibandingkan dengan nilai t tabel, maka t hitung (4,760) > t tabel (1,661) sehingga Ho ditolak.Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh

penokohan dan plot dengan cara menggunakan metode penokohan yaitu metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing) untuk mengidentifikasi kepribadian