• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Dalam melakukan penelitian, paradigma penting dilakukan karena menjadi pedoman peneliti dalam memandang suatu masalah penelitian. Menurut Harmon (dalam Muslim, 2015, p.77) disebutkan bahwa paradigma adalah cara mendasar dalam berpikir dan menilai yang berkaitan dengan realitas. Sementara itu, menurut Baker (dalam Muslim, 2015, p.78) memandang paradigma sebagai aturan yang bersifat membatasi untuk menjelaskan suatu hal dengan batasan tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah konsep atau metode yang berupa aturan sebagai kerangka kerja dalam penelitian (Muslim, 2015).

Paradigma terbagi menjadi beberapa varian yang dibagi berdasar empat dimensi, antara lain dimensi epistemologis, ontologis, metodologis, dan aksiologis.

Dimensi epistemologis berhubungan peneliti dengan pengetahuan terhadap objek yang diteliti. Sementara itu, dimensi metodologis membahas mengenai cara yang digunakan oleh peneliti dalam memperoleh ilmu pengetahuan terkait penelitian yang akan dilakukan. Dimensi ontologis secara khusus membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan objek atau realitas sosial penelitian. Terakhir, dimensi aksiologis membahas hal yang berkaitan dengan nilai, etika, dan moral peneliti (Wuryanta, 2018).

(2)

45 Berangkat dari pembagian dimensi tersebut, terdapat empat varian paradigma antara lain, positivisme, post-positivisme, interpretif atau yang biasa disebut dengan kontruktivisme, dan paradigma kritis (Muslim, 2015).

Varian positivisme berasal dari gagasan Auguste Comte, seorang filsuf asal Perancis. Beberapa gagasannya telah dituangkan ke dalam tulisan dan didominasi membahas mengenai sistem politik positif. Gagasan Auguste Comte dalam postivisme berdasar hukum sehingga ilmu dianggap bersifat deduktif. Selain itu, Auguste juga berpendapat bahwa ilmu berdasarkan hukum yang klausal dan melibatkan beberapa variabel sehingga bersifat nomotetif. Pandangan inilah yang membentuk pendekatan kuantitatif dalam penelitian (Muslim, 2015, p. 78).

Sementara itu, varian interpretif atau konstruktivisme bertujuan untuk memperoleh penjelasan dari suatu peristiwa berdasar perspektif atau pengalaman orang yang diteliti. Paradigma ini melihat fakta sebagai konteks dalam pemahaman terhadap peristiwa yang sedang terjadi. Namun, paradigma ini juga menyadari bahwa fakta bergantung pada pemaknaan setiap individu. Berbeda dengan paradigma positivisme yang berdasar pada hukum, paradigma ini mempercayai bahwa setiap peristiwa dimaknai berbeda. Oleh karena itu, paradigma konstruktivisme memaknai ilmu bersifat induktif, yakni dari hal khusus ke umum.

Pendekatan inilah yang membentuk pendekatan kualitatif dalam penelitian (Muslim, 2015, p. 78).

Varian paradigma berikutnya adalah paradigma kritis, merupakan cabang dari pemikiran marxisme. Paradigma ini dibentuk dengan tujuan memperbaiki hal yang sudah terjadi di kehidupan manusia, salah satunya adalah teknokrasi moderen.

(3)

46 Maka dari itu, ciri dan tujuan teori ini terlerak pada membongkar ideologi dan membebaskan manusia dari penindasan (Muslim, 2015, p. 79).

Berdasar pengertian dan pembagian varian dalam paradigma, maka peneliti memutuskan untuk memilih paradigma konstruktivisme sebagai acuan atau cara pandang peneliti dalam melakukan penelitian. Hal tersebut dikarenakan paradigma konstruktivisme menghimpun kumpulan beberapa peristiwa yang dialami oleh objek penelitian dan sudah dimaknai oleh tiap-tiap objek.

3.2 Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang mengandalkan analisis mendalam pada suatu peristiwa. Selain itu, penelitian kualitatif juga melihat peristiwa yang terjadi secara alamiah guna menjawab pertanyaan “mengapa?”. Penelitian kualitatif juga lebih mengutamakan untuk menjelaskan konteks masalah, termasuk sebab-akibatnya (Setiawan, Bambang, et al., 2017).

Sifat penelitian ini adalah deskriptif karena peneliti ingin mengetahui gambaran lengkap mengenai dampak berita pendek terhadap pelanggan newsletter.

Oleh karena itu, data yang diperoleh dari wawancara dengan narasumber akan dijabarkan sebagai penyajian laporan.

3.3 Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus deskriptif. Metode ini cocok digunakan dalam penelitian ini mengingat peneliti bertujuan untuk

(4)

47 menelusuri pemrosesan infromasi pelanggan Newsletter Catch Me Up menggunakan konsep pemrosesan informasi milik Potter. Menurut Sharan Merriam (dalam Yazan, 2015, p.148), studi kasus deskriptif akan menghasilkan kekayaan terhadap peristiwa yang tengah diteliti.

Sementara itu, Yin mendefinisikan studi kasus sebagai fenomena kontemporer yang menggambarkan fenomena sebenarnya dalam konteks kehidupan nyata. Dalam hal ini, batas antara fenomena dan konteks tidak terlihat dengan tegas. Studi kasus merupakan metode empiris yang menyelidiki kasus sesuai dengan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” terhadap terjadinya suatu peristiwa (dalam Yazan, 2015, p.148).

Ciri utama dari metode studi kasus adalah sangat mengutamakan pada deksriptif dengan mendalami suatu peristiwa yang informasinya diperoleh dari beberapa sumber. Pemahaman yang dibangun oleh metode ini merupakan konstruksi sosial yang diciptakan dalam masyarakat. Oleh karena itu, kebenaran bersifat relatif dan bergantung pada perspektif (Ishak, Aswad, et al., 2011).

Dalam metodologi studi kasus, bentuk pertanyaan penelitian lebih diutamakan pada bagaimana dan mengapa peristiwa atau isu tersebut terjadi. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kontrol pada subjek penelitian karena kebenaran yang bersifat relatif. Hal ini karena bergantung pada jawaban narasumber sehingga berfokus pada peristiwa yang kontemporer dan mengupayakan untuk menggali lebih dalam data (Ishak, Aswad, et al., 2011).

(5)

48 Peneliti menggunakan studi kasus deskriptif dikarenakan metode ini dapat membantu peneliti menjawab rumusan masalah melalui deskripsi yang luas dan mendalam terhadap fenomena sosial (Yin, 2018, p. 33).

3.4 Informan

Informan merupakan partisipan dalam studi kasus dan menjadi subjek dalam penelitian. Peran informan menyediakan informasi penting atau interpretasi terhadap kasus yang sedang diteliti (Yin, 2018).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur purposive sampling dalam menentukan informan yang akan diwawancara. Jenis pengambilan sampel melalui purposive sampling bertujuan untuk memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel nonprobabilitas karena tidak bertujuan menggeneralisasi temuan penelitian (Mulyana, 2013, p. 187).

Berangkat dari pengertian dan syarat tersebut, maka peneliti akan memilih informan yang berkaitan langsung dengan pembaca newsletter Catch Me Up.

Adapun target pembaca newsletter Catch Me Up adalah milenial, maka penulis memilih pelanggan dari generasi Y sebagai informan.

Berdasarkan data Pew Research Center, kategori usia milenial atau generasi Y adalah seseorang yang lahir pada 1981-1996 (Pew Research Center, 2019). Namun untuk memperluas jangkauan informan, maka penulis memperpanjang rentang usia informan, yakni dalam kelompok usia 20-40 tahun. Penulis akan melakukan

(6)

49 wawancara mendalam dengan empat hingga lima informan. Maka dari itu, peneliti memilihh informan berdasar kriteria tertentu.

a. Laki-laki atau perempuan b. Berusia 20-40 tahun

c. Telah berlangganan newsletter Catch Me Up selama lebih dari tiga bulan

Pemilihan informan ini dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari melihat mutual followers di akun resmi newsletter Catch Me Up hingga testimoni pelanggan newsletter Catch Me Up di media sosial.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, terdapat beberapa tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan guna mengumpulkan informasi yang ada di lapangan. Jenis data yang digunakan ada dua, antara lain:

a) Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Oleh karena itu, data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan melalui hasil wawancara mendalam dengan narasumber, yakni pelanggan newsletter Catch Me Up sebagai key informan. Wawancara mendalam disebut juga wawancara tak terstruktur. Metode ini digunakan untuk memeroleh informasi dari responden, tetapi susunan kata dan urutan disesuaikan dengan ciri setiap responden. Wawancara ini bersifat luwes sehingga susunan pertanyaan dapat

(7)

50 diubah pada saat wawancara, sesuai dengan kebutuhan (Mulyana, 2013, p.

180).

b) Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh untuk mendukung data primer dalam penelitian, diperoleh dari dokumen melalui studi kepustakaan. Oleh karena itu, peneliti mendapat informasi pendukung dari jurnal, buku, dan penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.6 Keabsahan Data

Keabsahan data penting dilakukan karena untuk menguji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian. Triangulasi juga berperan untuk menentukan konvergensi data yang telah dikumpulkan dari beberapa sumber. Oleh karena itu, triangulasi menilai kekuatan temuan dalam studi kasus dan mengukur validitas data yang digunakan (Yin, 2018).

Menurut Denkin (dalam Rahardjo, 2010) terdapat empat triangulasi, yakni triangulasi metode, triangulasi antar peneliti, triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Dalam penelitian ini, penulis memilih triangulasi sumber dan teori. Triangulasi sumber adalah memverifikasi informasi lewat bermacam metode dan sumber. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dan observasi dari berbagai sumber. Sementara itu, triangulasi teori adalah membandingkan hasil temuan di lapangan dengan teori dan konsep yang relevan.

(8)

51

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah tiga tahap analasis data menurut Miles dan Huberman (Miles &

Huberman, 1994). Disebutkan bahwa ketiga tahap tersebut antara lain:

a) Reduksi Data

Mengacu pada proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, dan mengabstraksi data yang diperoleh di lapangan. Proses ini terjadi secara terus menerus sepanjang penelitian. Mulai dari sebelum melakukan penelitian, peneliti akan menentukan konsep, pertanyaan penelitian, hingga pengumpulan data yang akan digunakan. Kemudian ketika pengumpulan data di lapangan, peneliti membuat ringkasan dari temuan yang diperoleh. Proses ini masih berlangsung hingga penelitian selesai dikerjakan.

b) Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang telah tersusun secara sistematis dan memungkinkan untuk dilakukan tahap penarikan kesimpulan. Tujuan dari penyajian data agar informasi tersusun secara ringkas, mudah diakses, dan dapat dianalisis untuk pengambilan kesimpulan.

c) Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi

Analisis data sudah mulai dilakukan sejak tahap reduksi dan penyajian.

Peneliti mulai mencatat dan menemukan pola, penjelasan, sebab akibat dari kasus yang diteliti. Kesimpulan dari penelitian juga diverifikasi saat

(9)

52 melakukan analisis data. Makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran dan validitasnya.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

Hampir semua bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan Batang dan daun tanaman yang masih muda dapat digunakan sebagai pakan ternak, tanaman

• Hanya satu proses yang boleh berjalan (executing) dalam monitor pada

a) Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi di lapangan, wawancara dan dokumentasi. Adapun data primer dalam penelitian ini

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Teknik analisis bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah deduksi, sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode