• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. METODE PENELITIAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

29

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan penjelasan mengenai informasi yang berhubungan dengan penelitian tersebut yang meliputi jenis penelitian, teknik pengukuran variable, teknik pembuatan kuisioner, desain sampel, metode, dan program analisa data untuk membahas dan menjawab permasalahan dalam penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penerapan entrepreneurship dan suppy chain integration terhadap keunggulan bersaing rumah makan di Surabaya.

3.1. Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut untuk melakukan pengujian atas hipotesis adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Model Analisis Hipotesis

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Definisi operasional menurut Cooper dan Emory (1996) adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria yang dapat diuji secara khusus. Setiap variable yang digunakan dalam sebuah penelitian harus dapat dijelaskan secara operasional. Dalam penelitian tersebut terdapat 3 variabel yang akan diuji yaitu entrepreneurship, supply chain integration dan keunggulan bersaing.

H3b H3a

Keunggulan Bersaing

H1

H2b H2a

Entreprene urship

Supply Chain Integration

Cost Leadership Differen-

tiation

(2)

Indikator empirik yang digunakan mengacu pada pendapat-pendapat para ahli yang disimpulkan dan dirangkum sehingga membentuk sebuah kalimat dalam indikator empirik. Pertanyaan-pertanyaan yang ada pada indikator empirik tersebut yang akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun pertanyaan kuisioner.

3.2.1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Menurut Sugiyono (2007), variabel bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menyebabkan terjadinya perubahan atau timbulnya variable dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah entrepreneurship.

- Konsep: Entrepreneurship (X)

Definisi Operasional: Entrepreneurship adalah proses peningkatan kekayaaan melalui inovasi dan pemanfaatan kesempatan (Nasution, Mavondo, Matanda, dan Ndubisi, 2011).

Indikator Empirik:

1. Innovativeness

X1: Dalam lima tahun terakhir restoran kami banyak memasarkan menu baru.

X2: Dalam lima tahun terakhir restoran kami banyak melakukan perubahan atas menu.

2. Proactiveness

X3: Restoran kami memiliki inisiatif yang senantiasa ditiru oleh pesaing.

X4: Dalam menghadapi pesaing, restoran kami sering menjadi yang pertama dalam memperkenalkan menu baru dan pengelolaan organisasi.

(3)

31 3. Risk-Taking

X5: Top manajer di restoran kami memiliki kecenderungan untuk memilih investasi beresiko tinggi dengan kesempatan memperoleh tingkat pengembalian yang sangat tinggi (cabang baru, menu baru).

X6: Top manajer di restoran kami memiliki kebijakan pertumbuhan yang didanai melalui dana pinjaman.

3.2.2. Variabel Intervening

Menurut Sugiyono (2007), variabel intervening merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya dan timbulnya variabel dependen. Variabel intervening yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah supply chain integration.

- Konsep: Supply Chain Integration (Y)

Definisi Operasional: Supply chain integration didefinisikan sebagai limit di mana perusahaan bekerja dengan partner nya secara strategis, dan mengatur proses internal dan eksternal dengan perilaku yang partisipatif. (Flynn, Huo dan Zhao, 2010).

Indikator Empirik:

1. Internal Integration

Y1: Terjadi komunikasi yang intensif antar departemen dalam restoran kami.

Y2: Semua fungsi dalam restoran kami bekerja sama dengan baik.

Y3: Semua fungsi dalam restoran kami senantiasa bekerja sama dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.

(4)

Y4: Semua fungsi dalam restoran kami senantiasa mengkoordinasikan berbagai macam aktivitas.

Y5: Semua fungsi dalam restoran kami saling berinteraksi.

Y6: Kami senantiasa bekerja dalam tim yang berisikan anggota dari berbagai fungsi (pemasaran, proses produksi, dan sebagainya) dalam rangka memperkenalkan menu baru.

2. Supplier Integration

Y7: Kami senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan pemasok.

Y8: Kami membantu pemasok dalam upaya meningkatkan kualitas mereka.

Y9: Kami menjalin komunikasi yang intensif dengan pemasok dalam rangka mempertimbangkan perubahan kualitas dan tampilan makanan dan minuman yang disajikan.

Y10: Pemasok secara aktif terlibat dalam proses pengembangan menu baru kami.

Y11: Pemasok utama mememberikan masukkan terhadap proyek pengembangan makanan dan minuman kami.

Y12: Kami berusaha menjalin hubungan jangka panjang dengan pemasok.

Y13: Kami secara aktif melibatkan pemasok dalam upaya peningkatan kualitas.

3. Customer Integration

Y14: Kami senantiasa berinteraksi secara intensif dengan pelanggan.

Y15: Pelanggan memberikan umpan balik terhadap kualitas dan kinerja pelayanan kami.

Y16: Pelanggan secara aktif terlibat dalam proses pengembangan menu baru kami.

(5)

33

Y17: Kami senantiasa menempatkan diri sebagai mitra pelanggan.

Y18: Kami berusaha sangat responsif dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Y19: Kami secara teratur melakukan survei terhadap kebutuhan pelanggan.

3.2.3. Variabel Terikat (Variabel Dependen)

Menurut Sugiyono (2007), variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable independen.

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah keunggulan bersaing.

- Konsep: Keunggulan Bersaing (Z)

Definisi Operasional: Keunggulan bersaing adalah kemampuan untuk secara konsisten memperoleh pengembalian atas investasi diatas rata-rata dalam industri (Porter, 1998).

Indikator Empirik:

1. Differentiation

Z1: Restoran kami memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan memperkenalkan menu baru.

Z2: Restoran kami memiliki kemampuan untuk membedakan menu dari pesaing melalui tampilan yang inovatif (logo restoran, tampilan makanan).

Z3: Restoran kami memiliki kemampuan dalam membedakan menu dari pesaing melalui kualitas.

Z4: Restoran kami memiliki kemampuan untuk membesarkan/ melebarkan lini menu.

(6)

2. Cost leadership

Z5: Restoran kami memiliki kemampuan melakukan pembelian bahan baku secara konsisten.

Z6: Restoran kami memiliki kemampuan quality control dalam aktivitas produksi makanan dan minuman.

Z7: Restoran kami memiliki kemampuan dalam mengurangi biaya produksi makanan dan minuman.

Z8: Restoran kami melakukan inovasi dalam proses produksi hingga penjualan makanan dan minuman.

3.3. Skala Pengukuran

Cooper dan Emory (1996) mengatakan bahwa dalam penelitian, pengukuran meliputi pemberian angka-angka terhadap peristiwa-peristiwa sesuai dengan aturan tertentu. Dalam penelitian tersebut skala pengukuran yang digunakan yaitu skala pengukuran interval. Skala pengukuran interval meminta responden untuk memilih jawaban pada ranking sesuai dengan pendapat responden.

Selain skala pengukuran interval, skala pengukuran likert juga digunakan dalam penelitian tersebut. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai sesuatu fenomena sosial (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, rating skala likert yang digunakan untuk mengukur entrepreneurship dan keunggulan bersaing yaitu 5 poin. 5 poin skala likert yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Netral

(7)

35 4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

3.4. Jenis dan Sumber Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik (angka). Menurut Sugiyono (2007), penelitian kuantitatif yang dilakukan umumnya dinyatakan dalam bentuk jumlah dan angka yang dapat dihitung secara matematika dan dalam penelitiannya dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus statistik.

3.4.2. Sumber Data

Menurut Sugiyono (2007), pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam melakukan penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sumber data dalam penelitian tersebut berasal dari data primer dan data sekunder. Menurut Cooper dan Emory (1996), data primer berasal dari sumber asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan atas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Pengumpulan data primer dilakukan ketika melakukan observasi, wawancara, kuesioner dan sebagainya.

Sedangkan data sekunder merupakan studi yang dilakukan oleh pihak lain untuk keperluan mereka sendiri. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui buku, internet, majalah, surat kabar dan sebagainya.

Dalam penelitian tersebut, data yang digunakan adalah data primer. Data primer akan diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada rumah makan di Surabaya dan data sekunder akan diperoleh melalui jurnal-jurnal, penelitian- penelitian terdahulu, buku, dan internet.

3.5. Instrumen dan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian tersebut adalah:

(8)

1. Studi Pustaka

Studi pustaka ini memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan daftar pertanyaan (kuesioner), serta pembahasan teoritis.

Peneliti mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini melalui beberapa artikel yang relevan yang bersumber dari literatur, jurnal, media, serta internet yang berkaitan dengan dengan materi. Studi pustaka membantu peneliti mendapatkan informasi atau data yang bersifat teoritis sehingga penelitian tersebut memiliki landasan ilmiah yang kuat.

2. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2007). Kuesioner yang telah dibuat disebarkan secara langsung ke rumah makan di Surabaya yang dituju sebagai sampel dan menunggu jawaban atas hasil kuesioner yang telah disebarkan.

3.6. Populasi

Menurut Sugiyono (2007), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah makan di Surabaya.

3.7. Sampel dan Teknik Sampling 3.7.1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Menurut Sugiyono yang dikutip dari Roscoe (1982), sampel yang baik bagi seluruh penelitian adalah 30 sampai 500 sampel untuk hampir semua penelitian. Jika dalam penelitian tersebut akan dilakukan analisis dengan multivariate seperti korelasi, jumlah sampel yang diambil dapat

(9)

37

ditentukan dengan mengalikan jumlah variabel dengan 10. Dalam penelitian tersebut terdapat 4 variabel. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dan atas perhitungan yang dilakukan, sampel penelitian tersebut adalah 40 rumah makan di Surabaya sebagai sampel. Satu rumah makan diwakilkan oleh 2 orang karyawan dengan jabatan minimum supervisor.

3.7.2. Teknik Sampling

Menurut Sekaran (2003), sampel harus dapat mewakili karakteristik dari jumlah populasi. Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel untuk penelitian tersebut adalah non-probability sampling. Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007).

Cooper dan Emory (1996) mengatakan non-probability sampling dapat dikategorikan lagi menjadi 4 jenis pemilihan sampel yaitu convenience sampling, judgement sampling, quota sampling, dan snowball sampling. Tetapi jenis pemilihan yang akan digunakan dalam penelitian tersebut adalah judgement sampling dikarenakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

Judgement sampling memilih sampel dengan menyesuaikannya dengan kriteria- kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Cooper dan Emory, 1996). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian tersebut adalah karyawan dengan jabatan minimum supervisor yang bekerja di rumah makan di Surabaya dan merupakan karyawan tetap.

3.8. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian tersebut adalah rumah makan di Surabaya.

(10)

3.9. Rancangan Kuesioner

Kuesioner dibuat berdasarkan rancangan kuesioner yang telah ada sebelumnya oleh peneliti terdahulu dan disusun menggunakan skala Likert.

Kuesioner tersebut terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:

1. Entrepreneurship yang diadopsi dari Weerawardena (2003).

2. Supply Chain Integration yang diadopsi dari L. Zhao, Huo, Sun, dan X. D. Zhao (2013).

3. Keunggulan bersaing yang diadopsi dari Hosseini, Azizi, dan Sheikhi (2012).

Kuesioner yang telah dibuat akan dilampirkan.

3.10. Teknis Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, penting dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data yaitu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square) sebagai teknis analisis data dan menggunakan program aplikasi software smartPLS sebagai alat bantu. Analisis PLS adalah teknik statistika multivarian yang melakukan pembandingan antara variable dependen berganda dengan variable independen berganda (Jogiyanto dan Abdillah, 2009).

3.10.1. Partial Least Square (PLS)

Partial Least Square (PLS) adalah bagian sekaligus alternatif dari Structural Equation Model (SEM). SEM merupakan suatu teknik statistika untuk melakukan pengujian dan estimasi hubungan kausal dengan cara mengintegrasikan analisis faktor dan analisis jalur. Analisis PLS merupakan salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang dirancang untuk melakukan penyelesaian atas regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data.

Contohnya ukuran sampel pada penelitian kecil atau adanya data yang hilang.

(11)

39

Beberapa keunggulan yang dari analisa PLS adalah kemampuan untuk memodelkan banyak variabel dependen dan variabel independen, hasil tetap kokoh walaupun terdapat data yang tidak normal dan hilang, dapat digunakan pada sampel kecil dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal.

Pengevaluasian model PLS dapat dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan inner model.

3.10.2. Menkonstruksi Diagram Path

Diagram path merupakan representasi grafis tentang bagaimana beberapa variabel pada suatu model saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Diagram path memiliki fungsi untuk merekayasa dalam pembuatan gambar konsep alur hubungan kausal antara variabel eksogen dan variabel endogen. Hubungan kausal yang terbentuk merupakan pertimbangan dari teori yang telah ada ke dalam sebuah gambar agar lebih mudah untuk dipahami. Dalam menggambar diagram path, Jogiyanto dan Abdillah (2009) mengacu pada pemikiran Falk dan Miller (1992) yang merekomendasikan untuk memakai prosedur nomogram reticular action modeling (RAM) yang berbasis ketentuan sebagai berikut:

- Konstruk teoritikal (theoretical construct) yang menunjukkan suatu variabel laten digambar dengan bentuk oval atau lingkaran.

- Variabel-variabel terukur atau indikator digambar dengan bentuk kotak.

- Hubungan tidak simetris yang menunjukkan satu arah digambarkan dengan panah arah tunggal.

- Hubungan simetris yang menunjukkan dua arah bolak-balik digambarkan dengan panah arah dobel.

(12)

Gambar 3.2. Diagram PATH

3.10.3. Evaluasi Outer Model

Jogiyanto dan Abdillah (2009) mengemukakan bahwa outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas suatu model. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Di sisi lain, uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur yang digunakan dalam mengukur suatu konsep. Selain itu, uji reliabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur konsistensi responden penelitian dalam menjawab item pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.

3.10.3.1. Uji Validitas

Jogiyanto dan Abdillah (2009) mengemukakan bahwa validitas terdiri dari validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal menunjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid dan dapat digeneralisasikan ke semua obyek, situasi dan waktu yang berbeda. Di sisi lain, validitas internal menunjukkan kemampuan dari instrumen penelitian dalam mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep. Validitas internal sendiri terbagi lagi

Keunggulan Bersaing

Proacti veness Risk- taking Innovat iveness

Customer Integratio

n Supplier

Integratio n Internal

Integratio n

Z5

Z6

Z7

Z8

Z2

Z1

Z3

Z4

H3b H3a

H1

H2b H2a

Entrepr eneursh

ip

Supply Chain Integratio

n Cost

Leadershi p Differen-

tiation

(13)

41

Validitas kualitatif terbagi menjadi validitas tampang dan validitas isi.

Validitas isi menunjukkan kemampuan item-item pada suatu instrumen mewakili konsep yang diukur. Validitas tampang menunjukkan bahwa item-item mengukur suatu konsep apabila dari penampilan tampangnya seperti mengukur konsep tersebut. Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil yang didapatkan dari penggunaan suatu pengukuran sesuai dengan teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Validitas konstruk disini terbagi lagi menjadi validitas konvergen dan validitas diskriminan.

a. Validitas Konvergen (Convergent Validity)

Validitas konvergen merupakan pengukuran hubungan antar skor indikator dengan skor variabel latennya. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur dari suatu konstruk seharusnya berhubungan tinggi. Validitas konvergen tersebut terjadi jika skor yang diperoleh dari dua instrumen berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi yang tinggi. Dalam PLS, uji validitas konvergen dengan indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor indikator- indikator yang mengukur konstruk tersebut. Loading factor adalah korelasi antara skor item atau skor komponen dengan skor konstruk. Dalam validitas konvergen, rule of thumb yang dipakai adalah outer loading lebih besar dari 0.5, communality lebih besar dari 0.5 dan average variance extracted (AVE) lebih besar dari 0.5. Semakin tinggi nilai dari loading factor maka semakin penting peranan loading dalam menginterpretasikan matrik faktor. Rumus untuk menghitung AVE adalah sebagai berikut:

Dimana = faktor loading dan

(14)

b. Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)

Validitas diskriminan adalah pengukuran indikator dengan variabel latennya. Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Uji validitas diskriminan dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruknya.

Metode lain yang dapat digunakan untuk menilai validitas diskriminan adalah dengan cara membandingkan akar AVE (average variance extracted) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk tersebut terhadap konstruk lainnya dalam model. Apabila nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model maka dapat disimpulkan bahwa model mempunyai validitas diskriminan yang cukup.

3.10.3.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran. Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2009), uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan di sisi lainnya composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk. Dalam uji reliabilitas tersebut, composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk. Rumus untuk menghitung composite reliability adalah sebagai berikut:

Dimana = faktor loading dan

Rule of thumb nilai composite reliability harus lebih besar dari 0.7.

walaupun angka 0.6 masih bisa diterima. Tetapi uji konsistensi internal tidak mutlak untuk dilakukan apabila validitas konstruk telah dilakukan atau terpenuhi.

(15)

43

Hal ini dikarenakan konstruk valid adalah konstruk yang reliable dan sebaliknya konstruk yang reliable belum tentu valid.

3.10.4. Evaluasi Inner Model

Menurut Jogiyanto dan Abdullah (2009), inner model adalah moel struktural untuk memprediksi hubungan kausalitas antara variabel laten. Inner model dalam PLS tersebut dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk. Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 menunjukkan semakin baik model diprediksi dari model penelitian yang diajukan.

Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau inner model yang ditunjukkan oleh nilai t-statistic harus di atas 1,96 untuk hipotesis dua ekor atau two-tailed.

Sedangkan untuk hipotesis satu ekor atau one-tailed harus di atas 1,64 untuk pengujian hipotesis pada alpha 5 persen dan power 80 persen.

Selain itu, untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya maka digunakan uji Stone-Geisser (Q2).

Perhitungan Q2 dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

E merupakan akar dari total errors (predicted value-actual value) untuk data poin yang dikeluarkan.

O merupakan error kuadrat yang menggunakan nilai rerata (mean) sebagai pengganti data poin yang dikeluarkan.

(16)

Q2 = 1 menunjukkan model yang diuji menghasilkan nilai aktual tanpa error dan ketika Q2 = 0 berarti model yang diajukan tidak lebih baik dari nilai rerata yang mengganti nilai yang telah dihapus sebelumnya (mean replacement).

3.11. Rumusan Hipotesis dan Uji Hipotesis Penelitian

3.11.1. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

1. Pengaruh antara entrepreneurship terhadap supply chain integration

H10: Entrepreneurship tidak berpengaruh positif terhadap supply chain integration pada rumah makan di Surabaya.

H11: Entrepreneurship berpengaruh positif terhadap supply chain integration pada rumah makan di Surabaya.

2. Pengaruh antara entrepreneurship terhadap keunggulan bersaing

H2a0: Entrepreneurship tidak berpengaruh positif terhadap differentiation pada rumah makan di Surabaya.

H2a1: Entrepreneurship berpengaruh positif terhadap differentiation pada rumah makan di Surabaya.

H2b0: Entrepreneurship tidak berpengaruh positif terhadap cost leadership pada rumah makan di Surabaya.

H2b1: Entrepreneurship berpengaruh positif terhadap cost leadership pada rumah makan di Surabaya.

3. Pengaruh antara supply chain integration terhadap keunggulan bersaing

(17)

45

H3a0: Supply chain integration tidak berpengaruh positif terhadap differentiation pada rumah makan di Surabaya.

H3a1: Supply chain integration berpengaruh positif terhadap differentiation pada rumah makan di Surabaya.

H3b0: Supply chain integration tidak berpengaruh positif terhadap cost leadership pada rumah makan di Surabaya.

H3b1: Supply chain integration berpengaruh positif terhadap cost leadership pada rumah makan di Surabaya.

3.11.2. Uji Hipotesis Penelitian

Setelah merumuskan hipotesis penelitian, maka perlu dilakukan uji statistik untuk menentukan daerah penolakan H0 sehingga dapat diperoleh kesimpulan hasil hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah uji t dan original sample estimate yang ditunjukkan oleh tabel result for inner model pada output PLS. Daerah penolakan H0 adalah: Tolak H0 jika [T-statistic] > TTabel yaitu sebesar 1,96 dan original sample estimate positif. Masing-masing nilai T-statistik variabel eksogen terhadap variabel endogen dilihat untuk dapat diambil kesimpulan pengaruh tiap variabel tersebut secara parsial.

Gambar

Gambar 3.1. Model Analisis Hipotesis
Gambar 3.2. Diagram PATH

Referensi

Dokumen terkait

22 Wira Agus Belum Memiliki/Menjadi Rekan di KJPP batch 7 23 Achmad Ariawan Herly, Ariawan & Rekan batch 7 24 Erfandy Bachtiar Toha,Okky, Heru & Rekan batch 7 25 Achmad

Sedangkan untuk alat ukur kepercayaan diri memiliki nilai reliabilitas pada kelompok Penyandang tuna daksa sebesar 0.811 dengan jumlah item sebanyak 32 dan

Tesis ini membahas mengenai penerapan sanksi pidana yang dikenakan kepada seorang Notaris sebagai pejabat umum yang memiliki kewenangan membuat akta otentik yang mempunyai

Staff Hukum Lanud Adi Soemarmo, khususnya Bapak Mayor Soni Sonjaya, S.H, M.H, Bapak Kapten Damar Wahyudi, S.H, M.H, dan Ibu Sulastri S.H beserta anggota staff

1) Mengembangkan aktivitas keagamaan di lingkungan sekolah, sehingga semua warga sekolah memiliki rasa keimanan dan ketaqwaan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2)

1) Memperluas wawasan mengenai copula sebagai suatu metode alternative yang dapat menggabungkan beberapa distribusi marginal menjadi distribusi bersama. 2) Mengetahui salah

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM personel Polres Sidoarjo yang meliputi perubahan pola pikir (Mindset) dan budaya kerja (Culture Set) Polri melalui

Judul Skripsi : Penilaian Tingkat Kapabilitas Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota