11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bullying
Bullying berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, berasal dari kata bully yang memiliki makna yakni perundungan. Apabila dilihat dari kata bully yang bermakna sebagai rundung maka arti dari bullying sendiri diartikan sebagai perundungan. Perundungan sendiri yakni suatu perilaku yang mengarah pada perbuatan seperti mengganggu, mengusik secara terus menerus. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bullying sebagai bentuk dari perundungan, penindasan/perisakan yang mana dalam bahasa Indonesia merupakan segala bentuk sesuatu yang mengarah pada hal-hal yang menyakiti yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok kepada individu baik itu secara disengaja maupun tidak disengaja yang memiliki maksut untuk menyakiti seseorang dan dilakukan secara terus-menerus.
Secara umum bullying merupakan suatu perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang baik itu secara individu maupun kelompok dengan maksut menyakiti fisik maupun mental dan dilakukan secara berulangkali dengan jangka waktu yang terus menerus dari.1 Bullying menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA) merupakan Perbuatan yang mengakibatkan kekerasan fisik atau psikis yang berkepanjangan oleh individu atau kelompok terhadap orang yang tidak mampu membela diri.2
Merriam Webster mengartikan bullying sebagai bentuk pelecehan dan penganiayaan terhadap seseorang yang rentan dilakukan oleh seseorang yang lebih kuat dan berkuasa dengan bentuk perilaku menganggu orang lain.3
Menurut American Psychological Association, bullying melibatkan perilaku agresif yang memiliki maksud untuk membuat seseorang mengalami
1 Prasetyo, A. B. E. 2011. Bullying di Sekolah dan dampaknya bagi masa depan anak. El-Tarbawi, 4 (1)
2 Fitri Cakrawati, 2015. Bullying Siapa Takut? Cet. I, Tiga Anando, solo
3 https://www.merriam-webster.com/dictionary/bullying diakses Tanggal 31 Desember 2021
12 cedera ataupun merasakan ketidaknyamanan. Seseorang yang terlibat dengan perilaku tersebut berulang kali menggunakan ucapan, tindakan, atau perbuatan kontak fisik langsung dengan korban demi mencapai tujuan yang diinginkan.4
Sullivan mengartikan bullying sebagai perbuatan agresi atau manipulasi yang disadari dan bertujuan, yang dilakukan oleh satu atau lebih orang terhadap satu atau sekelompok orang lainnya. Dimana pelaku sengaja menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis untuk mendapatkan kepuasan karena merasa lebih berkuasa, sehingga korban biasanya adalah orang yang lemah dan tidak memiliki cukup dukungan sosial untuk melawan.5
Ada banyak definisi mengenai makna dari bullying sedangkan menurut Riauskina, Djuwita dan Soesetio dikutip dalam Widyawati mendefinisikan School Bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang/ sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, yang bertujuan untuk menyakiti orang tersebut yang kemudian mengelompokkan perilaku bullying kedalam 5 kategori:
1. Kontak Fisik Langsung dapat dijumpai dengan perbuatan seperti (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, memeras dan merusak barang-barang yang bukan miliknya)
2. Kontak Verbal Langsung seperti (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name calling), sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip)
3. Perilaku Non Verbal Langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendah, mengejek, atau mengancam yang ditandai dengan bullying fisik atau verbal)
4. Perilaku Non Verbal Tidak Langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan, sengaja mengucilkan atu mengabaikan, mengirim surat kaleng)
4 https://thelawdictionary.org diakses Tanggal 31 Desember 2021
5 Sullivan K, 2010. The Anti Bullying Handbook. Sage.
13 5. Pelecehan seksual (dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau
verbal).6
B. Bentuk-Bentuk Bullying 1. Cyberbullying
Bullying jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki makna perundungan, perisakan, intimidasi sedangkan makna dari Cyberbullying tidak jauh berbeda dengan bullying hanya saja Cyberbullying tindakan yang dilakukan melalui jejaring sosial internet atau media sosial.
pendapat Nurjanah, Cyberbullying merupakan perilaku agresif, intens, berulang yang dilakukan oleh seseorang dan kelompok dengan memanfaatkan kecanggihan elektronik sebagai media untuk melakukan penyerangan terhadap orang lain.7
Bentuk dan macam-macam dari tindakan Cyberbullying sangat beragam yang mana tindakan tersebut merugikan korban seperti halnya mengunggah foto atau memposting di jejaring sisal dengan mengolok-olok korban, meneror korban melalui email ataupun direesct message pada aplikasi instagram. Motif dari pelaku untuk melakukan Cyberbullying beragam adapun karena hasutan orang lain, ketidak puasan terhadap sesuatu, merasa iri dengan korban, faktor lingkungan atau pelaku ingin mengekspresikan rasa marah ataupun frustasi hingga timbul rasa benci yang memicu pelaku untuk melakukan tindakan Cyberbullying. Perlu diketahui bahwa tindakan Cyberbullying yang mana bentuk intimidasi pada jejaring sosial dikategorikan menjadi 6 jenis yakni
a. Flaming (Terbakar)
6 Widyawati, A. 2014. Pendekatan Restorative Justice sebagai Upaya Penyelesaian School Bullying. Jurnal Yustisia, 27-37
7 Nurjannah, Siti. 2014. Jom FISIP Volume 1 No. 2: Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Terhadap Perilaku Chyberbullying Pada Siswa SMAN 1 Pekanbaru.
14 Tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang/
kelompok dengan mengirimkan sebuah pesan teks yang bertujuan memberikan ujaran kebencian menggunakan kata-kata frontal maupun kata-kata umpatan yang di dalamnya berisikan tindakan provokasi, penindasan yang dapat menyinggung orang lain.
b. Harassment (Gangguan)
Tindakan yang mana dilakukan dengan pesan-pesan berupa gangguan email, sms, teks jejaring sosial secara intens dan terus menerus yang membuat korban merasa terganggu akan tindakan dari pelaku.
c. Denigration (Pencemaran Nama Baik)
Tindakan seseorang yang secara sengaja menjelekkan nama baik orang lain dengan cara memfitnah dengan maksut utuk mempermalukan orang lain sehingga menimbulkan citra buruk dimata pengguna jejaring sosial.
d. Cybestalking
Tindakan yang dilakukan dengan cara memata-matai, mengganggu hingga melakukan tindakan pencemaran orang lain secara intens yang menimbulkan korban merasa ketakutan hingga menyebabkan depresi.
e. Impersonation (Peniruan)
Perilaku yang merugikan orang lain yang mana pelaku berpura-pura mengirim pesan teks dan identitas tidka menguntungkan.
f. Kelemahan Outing and Trickery
Outing merupakan bentuk perilaku yang menyebarkan foto orang lain yang menimbulkan rasa malu. sedangkan Trickey yakni tindakan yang mana menghasut orang lain untuk ikut andil serta melakukan tipu daya untuk mendapatkan kelemahan seseorang atau foto pribadi orang lain.
2. Bullying Verbal
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali mendengar kata bullying, namun kebanyakan salah dalam mengartikan kata dari bullying. Seperti
15 halnya dalam berperilaku, terkadang saat melakukan sesuatu yang dianggap merupakan hal yang sepele, namun perilaku tersebut masuk dalam kategori bullying.
Bullying Verbal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni merupakan sebuah komunikasi yeng berbentuk lisan ataupun tulisan yang mana komunikasi tersebut bersifat dua arah serta menggunakan kata-kata atau lebih bahasa. Sedangkan pengertian bullying verbal sendiri adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu kepada seseorang dengan menggunakan kata-kata, tulisan, maupun panggilan yang menghina secara lisan. Bullying verbal dapat ditandai dimana perilaku ini dapat berupa sebuah tindakan seperti halnya mencela, kritikan tajam, fitnah, teror, penghinaan, tuduhan-tuduhan tidak benar, gosip dan sebagainya.
Menurut Liness dalam Wahyuni, mendefinisikan perilaku bullying sebagai bentuk dari intimidasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok baik itu secara fisik, psikologis, sosial, verbal atau emosional yang dilakukan secara terus-menerus.
Senada dengan pernyataan Rigby yang mendefinisikan bullying sebagai bentuk dari sebuah keinginan untuk menyakiti orang lain yang ditunjukkan oleh seseorang atau kelompok yang dilakukan secara terus menerus dengan maksut membuat korban tidak berdaya dan lemah.8
Bullying sebagai masalah psikososial yang komples yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mana faktor tersebut disebabkan adanya pengulangan dan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.
Pelaku bullying lebih memiliki kekuasaan yang superior secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying merupakan tindakan yang mana dilakukan oleh suatu individu atau kelompok terhadap individu lain dengan melakukan suatu
8 Ribgy & Johnson, 2016. The Prevalence And Effectiveness Of Anti-Bullying Strategies EmployedIn Australian Schools. University of South Australia.
16 tindakan yang merugikan orang lain yang dilakukan secara berulang- ulang.
3. Bullying Fisik
Bullying fisik merupakan tindakan yang dilakukan dengan kontak fisik secara langsung. Beberapa kategori yang menunjukan tindakan dari bullying fisik yakni berupa memukul, menggigit, menjambak, menendang, mencubit, mencakar dan merusak barang orang lain yang bukan milik pelaku. Bullying fisik merupakan bullying yang dapat diamati secara langsung dan mudah dikenali, tetapi intimidasi fisik lebih jarang terjadi dari pada intimidasi lain. kerap kali seseorang yang melakukan bullying melakukannya tanpa meninggalkan jejak sehingga untuk kasus pada bullying fisik tidak sebanyak kasus pada bullying verbal. Remaja maupun anak-anak yang melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang bermasalah dan tindakan mereka mengarah kepada tindakan- tindakan kriminal yang lebih lanjut.
C. Faktor Penyebab Bullying
Menurut pendapat dari yusuf dan fakhrudin, faktor yang mempengaruhi bullying yaitu:
1. Faktor Individu
Terdapat dua kelompok individu yang terlibat secara langsung dalam peristiwa buli, yaitu pembuli dan korban bully. Kedua kelompok ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku bully. Ciri kepribadian dan sikap seseorang individu mungkin menjadi penyebab kepada suatu tindakan yang mengarah pada perilaku buli.
a. Pembuli
Penindas atau pembuli sering melihat diri mereka sebagai orang yang terus-menerus terancam dan dalam bahaya. Pengganggu mengambil tindakan agresif sebelum diserang. Perilaku ini merupakan pembelaan dan dukungan terhadap perilaku agresif yang telah dilakukan.
17 Biasanya pelaku intimidasi memiliki fisik yang kuat, memiliki harga diri yang tinggi, dan memiliki harga diri yang tinggi. Namun, pelaku intimidasi juga tidak memiliki rasa tanggung jawab atas tindakannya sendiri, selalu ingin mengontrol dan mendominasi, serta gagal memahami dan menghormati orang lain. Pengganggu juga biasanya terdiri dari kelompok-kelompok.
b. Korban Buli
Korban bully merupakan seseorang yang menjadi sasaran dari tindakan agresif pelaku. Dengan kata lain, korban bully ialah orang yang mengalami bully atau sasaran bully. Anak-anak ataupun remaja yang sering menjadi korban bully memiliki ciri-ciri tingkah laku internal seperti bersikap pasif, sensitif, pendiam, lemah, tidak memiliki kawan dalam pertemanan dan tidak membalas perbuatan yang dilakukan oleh pelaku meskipun tindakan yang dilakukan berupa diserang dan diganggu baik itu secara fisik maupun verbal. Secara umum korban yang menjadi sasaran dari tindakan bullyan dari pelaku yakni mereka yang memiliki kepercayaan diri dan penghargaan diri yang rendah.
2. Faktor Keluarga
Latar belakang keluarga dapat menjadi faktor utama yang dapat membentuk seseorang untuk berperilaku sebagai pembuli. Seperti halnya orang tua yang sering bertengkar atau berkelahi didepan anak cenderung membentuk remaja maupun anak-anak yang beresiko untuk menjadi agresif. Dari kejadian tersebut mereka dapat meniru sifat dan perilaku dari pengeamatan mereka. Selain itu penggunaan kekerasan dan tindakan yang berlebihan dalam usaha mendisiplinkan anak-anak ataupun remaja oleh orang tua, pengasuh maupun guru secara tidak langsung mendorong perilaku bullying dikalangan remaja maupun anak-anak. Kurangnya kasih sayang, didikan yang tidak sempurna, serta kurangnya perhatian dari orang tua berpotensi seseorang tersebut menjadi pembuli.
18 3. Faktor Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki peranan yang tidak kalah penting terhadap perkembangan dan pengukuhan tingkah laku bully, sikap yang anti sosial dan tingkah laku lain dikalangan anak-anak. Teman sebaya juga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Jika mereka para remaja maupun anak-anak dapat berteman dengan circle pertemanan yang sehat akan membentuk sikap yang mengarah ke hal positif, namun jika sebaliknya maka dapat mengarah ke hal negatif. Selain itu kehadiran teman sebaya sebagai bentuk dari pengamatan secra tidak langsung, membantu pembuli mendapatkan dorongan kuasa, popularitas, dan status. Sudah banyak kasus, serta saksi yang melihat namun untuk membantu orang lain kebanyakan mereka lebih baik diam dan tidak ikut campur permasalahan orang lain yang dalam artian tidak peduli terhadap sekitar.
4. Faktor Sekolah
Lingkungan sekolah, praktik, dan kebijakan memengaruhi kegiatan perilaku dan interaksi siswa. Rasa aman dan rasa hormat adalah dasar untuk mencapai nilai prestasi yang tinggi di sekolah. apabila tidak terpenuhi, maka siswa dapat mengontrol lingkungan mereka dengan terlibat dalam perilaku antisosial seperti menindas orang lain. Manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang buruk dapat menyebabkan terjadinya bullying di sekolah.9
5. Faktor Media
Paparan perilaku dan perilaku kekerasan yang sering ditayangkan di televisi dan media elektronik dapat berdampak pada kekerasan pada anak dan remaja. Beberapa tahun yang lalu, ada debat publik tentang dampak Smack-Down di televisi swasta, yang dikatakan telah mempengaruhi kekerasan terhadap anak-anak. Meskipun belum ada penelitian yang mengatakan bahwa dampak tayangan SmackDown di Indonesia, akan memberikan dampak jangka panjang kepada anak-anak maupun remaja,
9 Verlinden, S., Herson, M. & Thomas, J. (2000). Risk factors in school shootings. Clinical Psychology Review. 20:3-56.
19 Namun untuk berjaga-jaga supaya hal tersebut tidak terjadi perlu adanya pengawasan selama mereka melihat tayangan di televisi.10
6. Faktor Self-Control
Self Control merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya untuk menghadapi situasi dan konflik yang mana supaya menghasilkan perilaku yang tidak merugikan orang lain. Sedangkan apabila seseorang tidak dapat untuk mengendalikan dirinya dapat mendorong kepada perilaku negatif. Salah satu contoh perilaku yang merugikan orang lain yakni perilaku bullying. Banyak sekali contoh- contoh seseorang yang kurang dalam pengendalian dirinya tidak hanya pada kasus bullying saja. Menurut Thomas, Nathan, Finkel kontrol diri dapat membantu seseorang untuk berperilaku sesuai dengan standart pribadi atau sosial yang dapat menghindari agresi. Semakin tinggi self- contol seseorang maka semakin rendah agresivitasnya. Sedangkan untuk sebaliknya apabila seseorang memiliki self control yang rendah maka agresivitasnya semakin tinggi.11
D. Dampak Perilaku Bullying
Dampak-dampak bullying bagi korban, pelaku dan seseorang yang menyaksikan aksi bullying sebagai berikut:
1. Korban Bullying
Korban bullying rata-rata dapat terjadi pada anak-anak yang menuju remaja. Korban yang mengalami suatu kejadian semacam ini akan berdampak pada kesehatan baik itu fisik, sosial, emosial, akademik, dan memiliki gangguan mental yang buruk. Dari perlakuan tersebutlah akan mengalami berbagai hal seperti:
a. Mengalamai depresi dan kecemasan b. Memiliki keluhan kesehatan
10 Yusuf, Fahrudin. 2012. Perilaku Bullying: Assesmen Multidimensi dan Intervensi Sosial. Jurnal Psikologi. Vol. 11, No.2. Oktober 2012. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
11 Suherman, M. M. (2016). Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan Self-Control Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan, 16(2), 194-201.
20 c. Prestasi akademik yang mengalami penurunan
d. Gangguan mental, yang ditandai dengan gejala perilaku yang mudah sensitif, rasa marah yang meluap-luap tidak seperti orang kebanyakan, mengalami depresi, merasa rendah diri, gangguan kecemasan, tidur tidak teraturr, ada rasa untuk menyakiti diiri sendiri, hingga byunuh diri.
e. Menggunakan obat-obatan terlarang.
f. Tidak ada keinginan untuk sekolah maupun melakukan aktivitas lainnya.
g. Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
h. Menjadi perundung (bully-victim) atau melakukan balas dendam.
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Coloroso bahwa seseorang yang mengalami bullying yang dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan dampak bagi korbannya yaitu korban dapat mengalami depresi, tertekan, rasa marah pada dirinya sendiri yang tidak dapat melawan kepada pelaku, serta marah kepada orang-orang sekitar yang tidak dapat membantu maupun menolong dia di saat dirinya mengalami tindakan bullying.12
2. Pelaku bullying
Definisi Pelaku bullying di usia remaja dapat beresiko mengalami gangguan psikologi berkepanjangan sehingga seseorang yang telah terbiasa melakukan tindakan bullying kepada orang lain akan terus menerus melekat pada diri seseorang tersebut hingga dewasa hal ini bisa saja tejadi seseorang tersebut melakukan aksi kekerasan yang menjadikan seseorang kriminal. Secara umum, pelaku bully dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni pure bully dan bully-victim. Pure bully merupakan perundung yang tidak memiliki pengalaman di-bully. Namun mereka
12 Coloroso, B. 2006. Penindas, Tertindas, dan Penonton. Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta : Serambi
21 memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi. Pure bully memiliki sifat yang agresif, keras kepala, impulsif, empati yang rendah, memiliki keinginann untuk memaksakan orang lain untuk tunduk padanya. Sedangkan untuk bully-victim adalah seseorang yang pernah mengalami bully. Hal inilah yang dapat menyebabkan seseorang akan merasa tertekan, cemas, gelisah, merasa kesepian, dan impulsif. Mereka juga diketahui lebih sering merundung dari pada pure bully. Sama seperti korban kasus bullying, pelaku bully-victim dapat berisiko memiliki pemikiran untuk melakukan perbuatan menyakiti diri mereka sendiri, melakukan bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian yang antii sosial.
Ada beberapa karakteristik dari anak-anak yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjadi pelaku bullying, yaitu mereka yang:
a. Peduli akan popularitas, merasa dia memiliki banyak teman, dan senang menjadi pemimpin atau ketua dari teman-temannya. Mereka dapat berasal dari keluarga yang berkecukupan, memiliki rasa percaya diri tinggi, dan memiliki prestasi bagus di sekolah. Biasanya mereka melakukan bullying untuk meningkatkan status dan popularitas di antara teman-teman mereka.
b. Seseorang yang pernah menjadi korban bullying. Mereka akan mmengslami kesulitan berteman dengan teman sebaya, kesulitan untuk mengikuti pelajaran dan hadir ke sekolah, mudah diliputi oleh emnosi, merasa sendiri dan tertekan.
c. Memiliki rasa percaya diri yang rendah, atau mudah diperdayaa oleh teman. Mereka mungkin menjadi pengganggu karena mereka mengikuti tindakan temman-teeman pengganggu mereka.
Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio, alasan seseorang melakukan bullying adalah karena korban mempunyai pemikiran bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi dan melakukan balas dendam karena merasa mereka pernah diposisi yang sama, yang kedua ingin
22 menunjukkan kekuasaan yang dimilikinya, yang ketiga marah karena korban tidak mengikuti apa yang diinginkan., yang keempat mendapatkan kepuasan tersendiri ataupun memiliki rasa iri hati. Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena penampilan yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.13
Dampak yang ditimbulkan jika hal ini dibiarkan begitu saja dapat menimbulkan suatu kejadian seperti berikut:
1. Menyalah gunakan alkohol dan narkotika 2. Sering berkelahi
3. Berpotensi menjadikan seseorang kriminal 4. Bersikap kasar pada pasangan
Dampak terhadap pelaku, menurut pendapat Sanders dalam Anesty, National Youth Violence Prevention menunjukkan bahwa secara umum pelaku ini memiliki keppercayaan diri dan harga diri yang tinggi, cenderung kasar terhadap kekerasan, dan biasanya mudah marah, serat memiliki toleransi yang rendah . pelaku memiliki kebutuhan yang kuat untuk mendominasi orang lain dan tidak memiliki empati untuk tujuan mereka..14
Tidak semua pelaku bullying melakukan tindakannya sebagai kompensasi kepercayaan diri yang rendah, banyak diantara mereka justru memiliki kepercayaan diri yang begitu tinggi sehingga timbul dorongan untuk selalu menindas dan menggencet anak yang lebih lemah.15 Salah satu yang melatarbelakangi mereka melakukan hal tersebut karena mereka tidak mendapat didikan serta polah asuh untuk memiliki rasa
13 Riauskina, I.I., Djuwita, R., dan Soesetio, S.R. (2005). “Gencet-gencetan” dimata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, scenario, dan dampak “gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 12(01), 1-13
14 https://www.psychologymania.com/2012/06/dampak-bullying-bagi-siswa.html diakses Tanggal 09 Januari 2022
15 Rigby, K. (2011). What Can Schools Do About Cases of Bullying? Pastoral Care in Education, 29(4), 273–285.
23 empati terhadap orang lain, sehingga pelaku bullying umumnya temperamental dan memiliki tingkat kontrol diri yang rendah sehingga menjadikan tindakan korban sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaan terhadap suatu hal. Dari hal tersebut dapat memicu adanya kenakalan-kenakalan pada remaja maupun anak-anak yang menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.
3. Seseorang yang Menyaksikan Bullying
Seseorang yang menyaksikan tindakan bullying dapat berpotensi mengalami dua hal. Dua hal tersebut yaitu, seseorang akan meniru pelaku bullying atau merasakan hal depresi yang dialamai oleh korban bullying.
Namun, dirinya juga dapat menjadi tertekan dan mengalami depresi seperti merasa takut akan mengalami hal yang sama.
E. Bentuk Pemberian Sanksi Terhadap Pelaku Bullying
Beberapa negara memiliki kebijakan masing-masing dalam membuat sebuah peraturan di suatu negara. Sama halnya dengan pemberian sanksi bagi seseorang yang melakukan perbuatan yang melawan hukum akan mendapat hukuman sesuai dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah di negara tersebut. Terlebih dalam kaitannya mengenai pemberian sanksi pada bahasan mengenai bullying. Selain adanya hukuman penjara/kurungan terdapat bentuk hukuman lain yakni seperti salah satu contoh pemberian sanksi berupa hukuman cambuk rotan.
Di Indonesia penerapan hukum cambuk bagi seseorang yang melakukan tindak pidana telah diterapkan di Aceh terkhusus Aceh Tengah. Salah satu kategori tindak pidana yang pemberian hukumannya berupa cambukan yakni seperti halnya judi, zina, minum-minuman keras, pelecehan seksual, pemerkosaan, tindakan berdua-duaan, homo serta lesbian.
Sedang di negara Singapura yang mana negara tersebut termasuk kedalam negara modern, namun pemerintah Singapura menerapkan hukuman cambuk
24 kepada seseorang yang melakukan tindak pidana. Hukuman cambuk di Singapura berlaku untuk 30 pelanggaran hukum yang dimulai dari percobaan pembunuhan, pemerkosaan, perampokan bersenjata, narkoba, atau vandalisme. Hukum cambuk di Singapura sendiri sebagai hukuman tambahan selain penjara dan denda. Namun perlu diketahui bahwasannya hukuman cambuk di Singapura merupakan peninggalan kolonial Inggris yang kemudian telah diadopsi secara terus menerus hingga saat ini. Sedang Inggris sendiri telah menghapus hukuman cambuk pada tahun 1948. Selain itu negara bekas jajahan inggris lainnya seperti Pakistan dan India telah menghapuskan hukuman cambuk.
Dalam pelaksanaan hukuman cambuk di Singapura memiliki syarat-syarat ketat. Pemerintah Singapura telah menetapkan hukuman cambuk bagi pria berusia antara 7 hingga 50 tahun dan dinyatakan sehat jasmani dan rohani, sedangkan untuk wanita tidak diperkenankan untuk dilakukan hukuman cambuk namun diganti dengan hukuman penjara 12 bulan.16 Singapura membatasi hukuman cambuk sebanyak 24 kali untuk orang dewasa dan 10 kali untuk remaja, namun jika di tengah hukuman tersangka dinyatakan tidak kuat, maka hukum cambuk tersebut dihentikan dan mengenai sisa dari cambukan tersebut akan digantikan dengan penjara hingga 12 bulan.
Dalam pemberian hukuman cambuk Singapura sendiri tidak hanya berlaku pada pengadilan saja, namun hukuman cambuk diperbolehkan untuk dilakukan di sekolah terhadap siswanya. Hukuman cambuk yang diterapkan di sekolah singapura yakni berupa pukulan rotan ke pantat sebanyak 1 (satu) hingga 3 (tiga) kali atau berupa pukulan ringan pada telapak tangan.
Pemberian hukuman cambuk menggunakan tongkat rotan yang berdiameter 1,27 cm dengan panjang 1,2 meter. Diameter tongkat rotan akan lebih kecil untuk mencambuk anak-anak atau remaja.
Pemberlakuan hukuman cambuk di Singapura tidak hanya diberlakukan oleh negara dalam konteks hukum saja. Departemen pendidikan Singapura
16 https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_pukulan_rotan_di_Singapura diakses Tanggal 31 Desember 2021
25 memberikan hak kepada sekolah untuk menghukum cambuk murid laki-laki yang merokok, berantem, melakukan vandalisme, bolos, meyontek dan pelanggaran kecil yang dilakukan berulang-ulang. Akan tetapi, cambukan hanya boleh dilakukan pada telapak tangan atau di pantat anak yang menggunakan celana. Selain itu hukuman tersebut telah mendapat persetujuan dari peraturan pendidikan Singapura yang dilakukan oleh kepala sekolah atau orang yang ahli. Cambukan hanya dilakukan untuk siswa pria saja untuk pelanggaran berulang.
Salah satu contoh yang pernah terjadi di Singapura pada tahun 2016, sebuah sekolah di Singapura menjatuhkan hukuman cambuk kepada 30 siswa pria yang mana dilatarbelakangi mereka melakukan tindakan yang mana memfoto bagian dalam rok enam guru dan membagikannya.17
Selain di sekolah, di lingkup keluarga beberapa orang tua juga menerapkan hukuman cambuk pada anak-anak di Singapura. Baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Namun meskipun begitu pemerintah Singapura tetap menjamin perlindungan hak asasi anak. Orang tua tidak bisa semena-mena menggunakan hak mencambuk yang dimilikinya. Orangtua pun bisa dikenakan sanksi hukum jika anak sampai terluka parah karena hukuman yang diberikan oleh orangtua.
Hukuman rotan di Siingapura dilakukan di ruang tertutup di penjara.
Cambukan dilakukan di daerah pantat serta diawasi oleh petugas medis.
Dalam proses cambukan di dalam penjara sipir mencambuk dibagian pantat dengan sekuat tenaga dengan jeda 15 detik dalam satu cambukan kecambukan berikutnya.18
Singapura sempat beberapa kali mendapat kritikan dari aktivis HAM berat terkait hukuman cambuk yang hingga saat ini masih diberlakukan di Singapura. Namun pemerintah telah menanggapi secara tegas bahwa dengan
17https://kumparan.com/kumparannews/hukuman-cambuk-bukan-dominasi-negara-islam- singapura-pun-masih-terapkan-1tITeiU4Zcx/4 diakses tanggal 31 Desember 2021.
18 https://www.kompasiana.com/deirdretenawin/55d8095b779373f71bddae82/merlion-chapter- one-hukuman-cambuk-di-singapura?page=2&page_images=1 diakses Tanggal 31 Desember 2021
26 adanya hukuman cambuk yang hingga saat ini diterapkan di Singapura telah sesuai dengan kearifan lokal dan telah diakui oleh konstitusi. Karena mereka beranggapan bahwasannya masyarakat di Singapura telah merasakan sendiri bahwa dengan adanya hukuman cambuk rotan dapat mendisiplinkan bangsa selama empat puluh tahun dan menghasilkan salah satu masyarakat paling tertib serta bersih di dunia.19
Pemberian hukuman cambuk bagi pelajar maupun seseorang yang telah melanggar tindak pidana di Singapura diterapkan dengan maksud memberikan efek jerah. Tak ayal pelajar menerima hukuman rotan atau cambuk diperlihatkan dihadapan murid lainnya untuk tidak melakukan perilaku yang mengarah ke hal negatif sehingga dengan melihat hukuman cambuk tersebut tidak ada pelajar maupun anak-anak untuk melakukan sesuatu yang melanggar aturan yang telah ditetapkan baik itu disekolah maupun di masyarakat. Selain itu dalam islam sendiri pemberian hukum cambuk tidak di larang namun pemberian hukuman cambuk tersebut tidak dimaksudkan sebagai ajang balas dendam, namun pemberian hukuman cambuk tersebut bertujuan supaya pelaku tidak mengulangi hal yang tidak seharusnya dilakukan.
F. Perbuatan Bullying Dalam Hukum Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana
Van Hamel menyatakan bahwa Tindak pidana adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang dapat dipidana.20 Kejahatan adalah salah satu istilah yang digunakan untuk menerjemahkan kata straafbaar feit dalam bahasa Belanda. Istilah lain yang biasa digunakan sebagai terjemahan dari istilah straafbaar feit adalah tindak pidana, kejahatan, peristiwa pidana, delik dan perbuatan yang dapat dipidana.21
19 https://www.portal-islam.id/2021/08/hukuman-cambuk-singapura-masih-terapkan.html diakses Tanggal 31 Desember 2021
20 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997), 47
21 Adami Chazawi, 2005, “ Pelajaran Hukum Pidana”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
27 Menurut pendapat Simons menyatakan bahwa strafbar feit adalah perbuatan (penanganan) yang diancam pidana yang melanggar hukum yang berkaitan dengan kesalahan dan dilakukan oleh seseorang yang dapat mempertanggungjawabkannya.22 Sedangkan Moeljanto menyatakan bahwa strafbar feit atau perbuatan pidana adalah Bagi siapa saja yang melanggar larangan, perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum larangan keamanan disertai dengan ancaman (sanksi) dari beberapa bentuk kejahatan.23
Sebagaimana diuraikan oleh para ahli pidana sebagaimana diuraikan di atas, ciri-ciri yang ada pada setiap tindak pidana adalah melawan hukum (wedrrechtelijkheid). Tidak ada kejahatan tanpa sifat ilegal atau melawan hukum. Dari sudut pandang tersebut dapat disimpulkan bahwa perbuatan pidana dilarang oleh undang-undang dan apabila melanggara akan dikenakan sanksi piudana. Banyak istilah yang memiliki arti yang sama dengan tindak pidana digunakan dalam peraturan perundang-undangan, antara lain peristiwa pidana, perbuatan yang dapat dipidana, perbuatan melawan hukum, tindak pidana, dan lain-lain.
2. Pengertian Anak
Beberapa pengertian mengenai anak menurut peraturan perundang- undangan. Mengingat terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian anak yang terkadang memmbingungkan untuk menentukan seseorang dikatakan sebagai kategori anak atau bukan. Oleh karena itu apabila dilihat dari definisi anak berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
a. Kitab Undang Undang Hukum pidana pada pasal 45 anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 (enam belas) tahun.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 47 ayat(1) dan Pasal 50 ayat (1), menjelaskan bahwa anak yang belum
22 Rusli Efendy dkk, “Azaz-Azaz Hukum Pidana” , Lepen UNI, Ujung Pandang, 1980, hlm. 37
23 Moeljanto, “Azaz-Azaz Hukum Pidana Indonesia”, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 37
28 mencapai umut 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak mencabut dari kekuasaannya.
c. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka 5, menyebutkan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya.
d. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1), mendefinisikan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 angka 3 menjelaskan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
3. Bullying Dalam Hukum Pidana
Perbuatan bullying dalam hukum pidana merupakan suatu tindakan yang mengarah kepada perbuatan kekerasan yang menyakiti orang lain baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Seseorang yang melakukan perbuatan bullying dapat dikenai sanksi pidana. Namun Di dalam Undang- Undang, tindak pidana bullying sendiri belum diatur atau belum ada peraturan khusus yang mengaturnya, dikarenakan bullying sendiri bersifat luas. Namun jika dilihat dari pokok perkaranya maka unsur-unsur tindak pidana bullying bisa dijerat dengan pasal yang sudah tercantum dalam KUHP yaitu ketentuan pasal 310, 315 yaitu tentang penghinaan, pasal 351, 354, 355 tentang penganiayaan, dan pasal 335 tentang perbuatan tidak menyenangkan. Sedangkan Undang Undang lain yang dapat menjerat
29 pelaku yang melakukan bullying terdapat pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu pasal 54, pasal 76 A, pasal 76 C dan pasal 80.
Adapun bunyi pasal-pasal diatas sebagai berikut bunyi pasal 310 yang menerangkan pada ayat
(1) “Barangsiapa sengaja, menyerang kehormatan atau nama baik seseorang, dengan menuduh suatu hal, yang maksudnya terang supaya hal ini diketahui umum, diancam, karena pencemaran, dengan pidana penjara paling lama 9 bulan denda paling banyak sebesar tiga ratus rupiah”,
(2) “jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan, atau ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah, karena pencemaran tertulis, diancam pidana penjara paling lama 1 tahun 4 bulan atau denda paling banyak sebesar tiga ratus rupiah”,
Pasal 315 tentang penghinaan menjelaskan bahwa “tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis, yang dilakukan terhadap seorang, baik dimuka umum, lisan atau tulisan, maupun dimuka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau dengan surat yang dikirim atau diterima kepadanya, diancam karena penghinaan ringan, dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banya tiga ratus rupiah”,
Pasal 351 tentang penganiayaan menjelaskan
(1) “penganiayaan diancam pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”,
(2) “jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun”,
(3) “jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun”,
30 (4) “dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan”,
(5) “percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana”
Pasal 354 menyatakan bahwa (1) Barangsiapa sengaja melukai berat orang lain diancam, karena melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun (2) jika perbuatan mengakibatkan mati, bersalah dikenakan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
Pasal 355 menyatakan bahwa (1) penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan penjara paling lama dua belas tahun. (2) jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Perlakuan tidak menyenangkan dalam pasal 335 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP) bunyi pasal tersebut menyatakan bahwa
(1) diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak tiga ratus rupiah: 1. Barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tidak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenagkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain, 2. Barang siapa memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran tertulis. (2) Dalam hal diterangkan ke-2, kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang yang terkena.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang- Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu bunyi pasal 54 ayat (1) dan (2) berbunyi
(1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak Kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh
31 pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.
pasal 76 A Setiap orang dilarang: (a.) Memperlakukan anak secara diskriminatif yang mengakibatkan kerugian materi dan moral bagi anak dan dengan demikian menghambat fungsi mereka dalam masyarakat pasal 76 C berbunyi bahwa tidak seorang pun boleh melakukan, mengizinkan, melakukan, memerintahkan, atau ikut serta dalam kekerasan terhadap anak
pasal 80 berbunyi
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.