• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI terhadap Status Gizi Bayi 6-12 bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI terhadap Status Gizi Bayi 6-12 bulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan

Pendamping ASI terhadap Status Gizi Bayi 6-12 bulan

Ester Ratnaningsih, SST

Staff Dosen AKBID Panti Wilasa Semarang

Abstract

Aims (s) : to analyze the correlation between exclusive breastfeeding, the age of complementary feeding supply, the kind of complementary feeding, the consumption of energy and the consumption of protein with nutrition status of baby 6 to 12 months old in Guntur I Health Center, Demak District .

Method : The design in this study was case control by comparing 50 babies aged 6-12 months old who were undernourished status with 50 baby aged 6 -12 months who were well nourished status based on their age and sex. These subjects were taken by consecutive sampling technique in Posyandu which were under the supervision of Guntur I Health Center. Data was analysed by using univariate with frequency distribution and percentage, bivariate with Chi Square test and multivariate with logistic regression.

Result : there was significant correlation between exclusive breastfeeding OR:3,579 (95% CI: 1,437– 8,913);p=0,005 , the age of supply complentary feeding OR:3,622 (95% CI: 1,559– 8,418);p=0,002 , the consumption of energy OR:3,407 (95% CI: 1,401– 8,285);p=0,006 and the consumption of protein OR:3,881 (95% CI: 1,561– 9,650);p=0,003 with nutrition status of baby aged 6 -12 month and there was not significant correlation between the kinds of complementary feeding with nutrition status of baby aged 6 to 12 months old . Based on the multivariate analysis, the variable of exclusive breasfeeding is a dominant variable that influence to nutritional status of baby aged 6 -12 months OR:4,497 (95% CI: 1,661– 12,177);p=0,003.

Conclusion : baby who did not get sufficient exclusive breastfeeding, early supply of complementary feeding, the consumption of energy and protein is low increases risk undernourishment baby aged 6 -12 months. Babies with combined complementary breastfeeding has average weight gain increasing higher if its compared with babies who supply local and manufactores complementary breastfeeding.

Keywords : exclusive breastfeeding, complementary breast feeding, nutrition status

Kerangka Pemikiran

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian

terutama pemberian ASI eksklusif.1 Umur 6 bulan merupakan titik awal masalah gizi kurang hal ini berkaitan dengan masa peralihan (weaning

(2)

ASI saja ke arah makanan orang dewasa. 2,3 Pemberian ASI di Indonesia berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, hanya 32% anak umur di bawah enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif.4 Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi hingga bayi mengalami masalah gizi buruk .3

Kabupaten Demak merupakan salah satu daerah tingkat II di Jawa Tengah yang masih mempunyai wilayah kecamatan rawan pangan dan gizi. Sedangkan keadaan gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Guntur I dilaporkan dari hasil penimbangan pada Bulan Agustus 2010 diketahui dari 439 bayi usia 6 – 12 bulan ada sebanyak 71 bayi (16%) dengan gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 7 bayi (1,59%).

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan kasus kontrol yaitu rancangan yang mempelajari hubungan antara luaran (outcome) dengan faktor paparan (exposure) dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparan. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur I Kabupaten Demak Jawa Tengah dari bulan Januasi sampai dengan Maret 2011. Subyek dalam penelitian ini adalah bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur I, Kabupaten Demak yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi. Kriteria inklusi : Bayi usia 6 – 12 bulan, bayi sehat, bayi tinggal di wilayah kerja Puskesmas Guntur I, Kabupaten

Demak dan orang tua bersedia menjadi subyek penelitian. Kriteria eksklusi : bayi yang mempunyai riwayat menderita penyakit kronis seperti penyakit TBC, malaria atau diare, bayi yang berat lahirnya < 2500 gram (BBLR).

Sampel terdiri kasus dan kontrol yang dilakukan kesesuaian (matching) usia dan jenis kelamin dengan kelompok kasus adalah bayi usia 6 – 12 bulan yang menderita gizi kurang diukur dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan kelompok kontrol adalah bayi usia 6 – 12 bulan dengan status gizi baik diukur dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah informed consent, kuesioner, alat timbang ( dacin ) dan formulir metode food recall 24 jam. Data dianalisis secara univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase, bivariabel dengan menggunakan uji Chi Square dan multivariabel menggunakan regresi logistik.

Hasil Penelitian

Subyek pada penelitian ini sebanyak 100 bayi berumur antara 6 -12 bulan yang terdiri dari 50 bayi dengan gizi kurang dan 50 bayi dengan gizi baik. Terhadap subyek penelitian dilakukan anamnesis, pengukuran berat badan serta pengumpulan sata dengan kuesioner dan food recall 24 jam. Karakteristik ibu responden yang dikumpulkan melalui kuesioner merupakan variabel perancu dalam penelitian ini meliputi usia ibu, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga, sedangkan karakteristik bayi yaitu jenis kelamin.(Tabel 1)

(3)

Tabel 1 Hubungan karakteristik ibu dan bayi terhadap status gizi bayi

Karakteristik Ibu dan Responden

Status Gizi

Total

X2 Nilai p

Gizi Baik Gizi kurang

n = 50

% n =

50

% N %

Jenis kelamin bayi Laki – laki Perempuan 17 33 50 50 17 33 50 50 34 66 100 100 0.000 1,000 Umur Ibu < 20 tahun 20 - 35 tahun > 35 tahun 2 42 6 66,6 48,2 60 1 45 4 33,3 51,8 40 3 87 10 100 100 100 0,837 0,658 Jumlah anak 1 anak 2 - 3 anak 4 anak / lebih 16 32 2 39 61,5 28,5 25 20 5 61 38,5 71,5 41 52 7 100 100 100 6,031 0,049

Tingkat pendidikan Ibu 0- 9 tahun 10 – 12 tahun >12 tahun 38 8 4 46,3 57,1 100 44 6 0 53,7 42,9 0 82 14 4 100 100 100 4,725 0,094 Status pekerjaan Ibu

Bekerja Tidak bekerja 36 14 45 70 44 6 55 30 80 20 100 100 4,000 0,046 Tingkat Pendapatan ≤ UMR > UMR 32 18 43,2 69,2 42 8 56,8 30,8 74 26 100 100 5,198 0,023

Keterangan : nilai p dihitung berdasarkan uji chi square

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p= 0,005 (Tabel 2), umur pemberian makanan pendamping ASI dengan nilai p=0,002 (Tabel 3), tingkat konsumsi energi dengan nilai p=0,006 (Tabel 5) dan tingkat konsumsi protein dengan nilai p=0,003 (Tabel 6) terhadap status gizi bayi usia 6 -12 bulan. Hasil uji statistik

menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara antara jenis makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi usia 6 -12 bulan (p>0,05). (Tabel 4)

Hasil uji mutivariat didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan status gizi bayi usia 6 -12 bulan.

Tabel 2 Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi bayi

Pemberian ASI

Status Gizi

Total

X2 Nilai p

Gizi Baik Gizi kurang

n % n % N %

ASI Eksklusif 22 70 9 30 31 100

7,901 0,005

Tidak ASI Eksklusif 28 40,5 41 59,5 69 100

Total 50 100 50 100 100 OR= 3,579

(4)

Tabel 3 Hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi Usia pemberian MP-ASI Status Gizi Total X2 Nilai p

Gizi Baik Gizi kurang

n % n % N %

Sesuai umur 28 68,3 13 31,7 41 100

9,301 0,002

Tidak sesuai umur 22 37,2 37 62,8 59 100

Total 50 100 50 100 100 OR= 3,622

Keterangan : nilai p dihitung berdasarkan uji chi square

Tabel 4 Hubungan jenis MP-ASI dengan status gizi bayi

Jenis makanan pendamping ASI

Status Gizi

Total

X2 Nilai p

Gizi Baik Gizi kurang

n % n % N % MP – ASI lokal 24 58,5 17 41,5 41 100 2,294 0,318 MP – ASI pabrikan 12 48 13 52 25 100 MP – ASI kombinasi 14 41,2 20 58,8 34 100 Total 50 100 50 100 100

Keterangan : nilai p dihitung berdasarkan uji chi square

Tabel 5 Hubungan tingkat konsumsi energi MP-ASI dengan status gizi bayi

Tingkat konsumsi energy

Status Gizi

Total

X2 Nilai p

Gizi Baik Gizi kurang

n % n % N %

Baik 23 69,6 10 30,4 33 100

7,644 0,006

Kurang 27 40,3 40 59,7 67 100

Total 50 100 50 100 100 OR= 3,407

Keterangan : nilai p dihitung berdasarkan uji chi square

Tabel 6 Hubungan tingkat konsumsi protein MP – ASI dengan status gizi bayi

Tingkat konsumsi protein

Status Gizi

Total

X2 Nilai p

Gizi Baik Gizi kurang

n % N % N %

Baik 41 60,3 27 39,7 68 100

9,007 0,003

Kurang 9 28,1 23 71,9 32 100

Total 50 100 50 100 100 OR= 3,881

Keterangan : nilai p dihitung berdasarkan uji chi square

Pembahasan

Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 6 – 12 bulan nilai p=0,005, sedangkan hasil analisis multivariabel juga

mendapatkan hasil bahwa pemberian ASI Eksklusif merupakan varibel yang paling dominan mempengaruhi status gizi kurang pada bayi usia 6 -12 bulan di Puskesmas Guntur I dengan OR= 4,497 (95% CI: 1,661- 12,177). Hasil penelitian ini sama dengan hasil

(5)

penelitian yang ditemukan oleh Hop et al, Onayade et al, Marques et al ) dan Kramer et al .5,6,7,8

Hasil ini berbeda dengan penelitian Victoria et al dalam penelitiannya tentang ASI dan pertumbuhan bayi di Brazil yang disebabkan susu formula merupakan komponen utama dari diet bayi dengan ASI parsial dalam 6 pertama kehidupan pada usia 6 bulan, hampir semua bayi dengan ASI parsial sudah mendapat makanan semi padat dan 57% dari mereka juga menerima susu formula. 9

Namun demikian pemberian ASI saja sampai 6 bulan di negara kita hanya 32 %.4 Agar ASI dapat diberikan oleh semua ibu melahirkan maka pemerintah membuat kebijakan dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450 tahun 2004 dan diperkuat dengan keluarnya UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, dimana pada pasal 128 – 129 terdapat kebijakan tentang pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa usia pemberian MP-ASI mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi bayi. Pemberian makanan pendamping ASI harus diberikan tepat pada usia 6 bulan . Hal ini disebabkan pada umur 6 bulan bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak, enzim amylase, enzim lipase dan bile salts sudah diproduksi oleh pankreas sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. ASI hanya dapat memenuhi seluruh kebutuhan kalori 70 % untuk bayi 6 – 8 bulan, 55 % untuk bayi usia 9 – 11 bulan dan 40 % untuk bayi usia 12 – 23 bulan.1,2,3

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hong, Gupta et al, Piwoz et al, Simondon & Simondon dan Abidoye. 10,11,12,13,14 Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Philips (2008) di India yang

menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi menurut indikator anthropometri (BB/U, TB/U dan BB/TB) dengan waktu pengenalan MP-ASI. Hal ini disebabkan di India terdapat upacara adat Agama Hindu “ Anaprashna” merupakan upacara untuk anak usia 1 tahun yang merupakan tanda bahwa bayi boleh diberikan makanan padat.15

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi usia 6 -12 bulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis MP-ASI terbanyak adalah jenis lokal yang telah sesuai dengan rekomendasi WHO/ UNICEF tentang standar emas makanan bayi yaitu makanan pendamping ASI hendaknya dibuat sendiri oleh keluarga dan dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setemapat (indigenous food). Hasil ini adanya kesamaan dengan hasil penelitian Ahmad.16

Hasil penelitian menemukan ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi bayi dengan nilai p = 0,006. Angka kecukupan energi rata – rata per hari sebagian besar bayi dengan gizi kurang dalam kategori kurang yaitu sebesar 299,66 kkal per hari. Angka kecukupan energi rata- rata asupan energi yang direkomendasikan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 sebesar 650 kkal untuk bayi usia 6 – 12 bulan.17 Tingkat konsumsi energi hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian dari Karmini dkk berkisar 277 – 246 kkal per hari. 18

Hasil penelitian menemukan ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi bayi dengan nilai p = 0,003. Angka kecukupan protein yang direkomendasikan Widya

(6)

Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 yaitu untuk anak usia 6 – 12 bulan sebesar 16 gram. 17 Tingkat konsumsi protein hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian dari Karmini dkk berkisar 8,3 – 12,6 gram per hari.18 Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ahmad, asupan protein bayi umur 6 -12 bulan mencapai -127,6 % AKG.16 Hasil ini sesuai dengan penelitian Hartoyo dkk, Kartika dan Latinulu.19,20 Kesimpulan

Bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang daripada bayi yang mendapat ASI Eksklusif dan pemberian ASI eksklusif merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang pada bayi usia 6 -12 bulan. Bayi yang mendapat MP-ASI terlalu dini dan terlambat mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang daripada bayi yang mendapat MP-ASI tepat waktu. Bayi dengan tingkat konsumsi energi dari MP-ASI yang rendah akan mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang daripada bayi dengan tingkat konsumsi energi baik. Bayi dengan tingkat konsumsi protein dari MP-ASI yang rendah akan mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang daripada bayi dengan tingkat konsumsi protein yang baik.

Saran

Mengingat faktor penyebab terjadinya gizi kurang pada bayi sangat beragam dan faktor penyebab yang diteliti dalam penelitian ini sangat terbatas, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang dianggap dapat mempengaruhi terjadinya gizi kurang yang belum diteliti dalam penelitian ini, seperti

faktor pengetahuan ibu dan penyakit infeksi pada bayi.

Daftar Pustaka

1. SPMTRANAS. (folder:Lucy/ SPM PP-ASI) Komp: A. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI. [diunduh tanggal 10 April

2010] Tersedia dari

http://www.stanas.org.

2. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC; 2004. hlm. 29.

3. Soekirman. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional; 2000. hlm. 19, 26.

4. Badan Pusat Statistik. Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 2008. hlm.171-83. 5. Hop LT, Gross R, Giay T,

Sastroamidjojo S, Schultink W,

Lang NT. Premature

complementary feeding is associated with poorer growth of Vietnamese children. J Nutr.2000; [diunduh tanggal 10 April 2010]; 130; 2693-90. Tersedia dari :

http://www.jn.nutrition.org.

6. Onayade AA, Abiona TC, Abavomi IO, Makanjuola RO. The first six month growth and illness of exclusively and non exclusively breast fed infants in nigeria. East Afr Med J. 2004; [diunduh 1 April2011]; 81: 146 – 53. Tersedia dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d.

7. Marques RFSV. Lopez FA, Braga JAP. Growth of exclusively breastfed infants in the first 6 months of life. Journal de pediatría. 2004; [diunduh 1 April2011]; 80 : 99-105.

8. Kramer MS, Kakuma R. The optimal duration of exclusive

(7)

breastfeeding a systematic review. Switzerland. World Health Organization, 2002.

9. Victoria CG , Morris SS, Barros FC, Horta BL, Weiderpass E, Tomasi E. Breast feeding and growth in brazillian infants . AM J Clin Nutr. 1998; [diunduh 1 April2011]; 6793 : 452-8.

10. Hong R. Effect of economic inequality on chronic childhood undernutritian in Ghana. Public Health Nutr. 2006; [diunduh 1 April2011]; 10(4): 371-78.

11. Gupta N, Overpeck MD, Ruan WJ, Troendle JF. Early introduction of water and complementary feeding and nutritional status of children in Northern Senegal. Public health Nutr. 2007; [diunduh 1 April2011]; 10(11): 1299-304. Tersedia dari:

http//www.ncbi.nlm.nlh.gov.

12. Piwoz EG, Kanashiro HCD, Romana GLD, Black RE, Brown KH. Feeding practices and growth among low income peruvan infants: a comparison of internasionally recommended definitions. Int J epidemiol.1996; [diunduh tanggal 10 April 2010] ; 25(1):103-14.

13. Simondon KB, Simondon F. Age at introduction of complementary food and physical growth from 2 to 9 months in rural Senegal.Eur J Clin Nuts.1997; [diunduh tanggal 10 April 2010]; 51.703-7

14. Abidoye RO, Nwachie AN, Ekanem EE. A comparative study of the weaning practices and growth pattern in 3 – 24 month old infants fed formula and food Nitel Health Centers and Phc’s of

Muslin local government area of Lagos Nigeria. Nutr Res. 2000; [diunduh 1 April 2011]; 20 (10): 1377 – 87. Tersedia dari:

http://www.ncbi.nlm.nlh.gov.

15. Philips N, Chirmulay D, Engle P, Houser RF, Bhagwat IP, Levinson FJ. Does timely introduction of complementary foods lead to improved nutritional status?. Tufts nutrition discussion paper. 2008; [diunduh 1 Juli 2011]; 22: 1-18.

Tersedia dari:

http://nutrition.tufts.edu/pulicatins/-fpan.

16. Ahmad A, Boediman D, Pardjanto P. Pola makanan pendamping ASI dan status gizi bayi 0 – 12 bulan di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2006; 3 (1): 90 – 8. 17. Lembaga Ilmu pengetahuan

Indonesia (LIPI). Widya karya Nasional pangan dan gizi VIII (WKNPG) .Jakarta: 2004.

18. Karmini M, Apriyantono R. Kualitas makanan pendamping ASI di Indonesia. Jakarta: PERSAGI. Prosiding Konggres Nasional dan Temu Ilmiah ke XII; 2002.

19. Hartoyo. Pemberian makanan tambahan balita kurang energi protein di kota Bogor. Media Gizi dan keluarga . Juli. 2001; XXV (1): 11-8.

20. Kartika V, Latinulu S. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik anak usia 16 – 18 bulan di kelurahan miskin dan tidak miskin Bogor. Puslitbang Gizi Penelitian Gizi dan makanan. 2002.; 25(2): 38 -8.

Gambar

Tabel 2 Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi bayi  Pemberian ASI

Referensi

Dokumen terkait

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

1 3.4 Mencermati kosakata dalam teks tentang konsep ciri-ciri, kebutuhan (makanan dan tempat hidup), pertumbuhan, dan perkembangan makhluk hidup yang ada di

99 diperoleh pengetahuan dan sikap responden secara kumulatif baik.Responden yang memilki pengetahuan kurang baik tidak semuanya memiliki sikap yang kurang baik maka

Sayangnya usaha yang dilakukan selama ini justru membawa pengkaji pada perdebatan tersendiri. Aksin Wijaya membagi sikap pengkaji terhadap naskh menjadi tiga

Kecenderungan yang dapat dilihat dari hasil penelitian ini adalah pola makan yang berlebih dapat menjadi faktor terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika seseorang

Atau dengan kata lain fermentasi substrat padat khususnya tepung beras yang dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari pada suhu kamar yaitu 32 o C dan 35 o C serta waktu yang

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah asma, asap rokok, debu, latihan fisik, jenis makanan, perubahan cuaca, dan perubahan emosi.. Data yang dikumpulkan pada

Ada pengaruh signifikan dari implementasi prinsip kemitraan terhadap kinerja, ada pengaruh signifikan dari komunikasi interpersonal terhadap kinerja, ada