Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia
IKATAN ARSITEK INDONESIA
Sustainability in Architecture
architecture.uii.ac.id PROSIDING
2019
P R O S I D I N G
SAKAPARI 2019
SEMINAR KARYA & PAMERAN ARSITEKTUR INDONESIA
SUSTAINABILITY IN ARCHITECTURE
Penerbit
2019
YOGYAKARTA, 3 JULI 2019
Kampus Terpadu UII
Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
Tel. (0274) 898 444 Ext. 2301; Fax. (0274) 898 444 psw 2091 e-mail:
Prosiding Sakapari 2019
Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia: Sustainability in Architecture Copyright © 2019 Department of Architecture
Islamic University of Indonesia And All Individual Authors
Penerbit:
Ir.Ahmad Saifudin Mutaqi,M.T.,IAI Dewan Penyunting : Noor Cholis Idham,S.T.,M.Arch.,Ph.D.,IAI
Ir.Wiryono Raharjo,M.Arch.,Ph.D Dr.Ir.Sugini,MT.,IAI
Ir.Ahmad Saifudin Mutaqi,MT.,IAI Ir.Arif Wismadi,M.Sc.,Ph.D
Dr.Ir.Revianto Budi Santosa,M.Arch Ketua : Syarifah Ismailiyah Alathas, M.T., IAI, GP Sekretaris : Yulia Pratiwi, M.Eng., IAI
Keynote Speaker : Prof. Josef Prijotomo
Invited Speaker : Jatmika Adi Suryabata, M.Arch.,Ph.D
Jarwa Prasetya Sih Handoko, M.Sc.,IAI.,GP Steering Committe : Noor Cholis Idham,S.T.,M.Arch.,Ph.D.,IAI
Dr.Ing.Nensi Golda Yuli,S.T.,M.T
Dr. Yulianto P. Prihatmaji,S.T.,M.T.,IPM.,IAI Arif Budi Sholihah,S.T.,M.Sc.,Ph.D
Dr.Ing. Putu Ayu P. Agustiananda,S.T.,M.A
Reviewer : Ir.Ahmad Saifudin Mutaqi,MT. IAI.,AA Ir.Arif Wismadi,M.Sc.,Ph.D
Gerada Orbita Ida Cahyandari, S.T.,M.B.Env Sust.Dev Noor Cholis Idham,ST.,M.Arch.,Ph.D.,IAI
Dr.Ir.Revianto Budi Santosa, M.Arch Dr.Ir.Sugini,MT.,IAI.,GP
Ir.Suparwoko,MURP.,Ph.D Ir.Wiryono Raharjo,M.Arch.,Ph.D Dr.-Ing. Wiyatiningsih,ST.,MT.,IAI Dr.Ir.Budi Prayitno,M.Eng
Syarifah Ismailiyah Al-Athas,ST.,MT.,IAI.,GP Yulia Pratiwi,ST.,M.Eng.,IAI
E-ISBN : 978-602-450-388-8
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019 Sustainability in Architecture
|i KATA PENGANTAR
Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia (SAKAPARI) tahun 2019 ini mengusung tema Sustainability in Architecture. Seminar ini merupakan seminar nasional yang rutin diselenggarakan oleh Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia sejak tahun 2016, sebagai sebuah pertemuan ilmiah bagi akademisi, arsitek profesional dan masyarakat umum. Adapun tema-tema yang akan dipresentasikan dan didiskusikan meliputi Permukiman dan Urbanisme, Sains dan Teknologi Bangunan, Arsitektur Digital dan Lingkungan Cerdas, Sejarah, Teori dan Kritik Arsitektur, serta Advokasi dan Profesi. Kelima tema tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran kritis terhadap persoalan lingkungan terbangun yang diperoleh dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sepanjang tahun 2018 yang lalu.
Prof. Josef Prijotomo sebagai pembicara kunci akan menyampaikan pandangan kritisnya tentang arsitektur nusantara dalam isu keberlanjutan. Paparan tersebut dirangkai dalam makalah berjudul Nalar Kesinambungan dalam Cerlang Tara. Dari paparan ini akan diulas urgensi untuk menemukenali kembali kearifan lokal dari warisan budaya yang telah lama kita miliki sebagai salah satu harta karun terbaik dalam merespon perubahan zaman.
Sekitar lebih dari 50 orang pemakalah akan mempresentasikan hasil penelitiannya dalam sesi-sesi paralel. Presentasi akan diawali terlebih dahulu dengan presentasi dari pusat-pusat studi yang ada di Jurusan Arsitektur FTSP UII yaitu CAA (Center for Computational Architecture), CITAR (Center for Islamic and Nusantara Architecture), SUSBEC (Sustainable Built Environment Center) , C_GUS (Center for Green Urban Studies), CSD (Center for Socius Design), CIBTech (Center for Innovation in Building Technology), dan CREATE (Center for Sustainable Real Estate Study) untuk memberikan gambaran profil penelitian yang selama ini telah berjalan di Jurusan Arsitektur UII.
Selamat melakukan seminar, semoga dialog akademik yang dilakukan dapat memberikan keluasan wawasan dan kontribusi positif terhadap desain arsitektur berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat luas dan lingkungannya
Ketua Jurusan Arsitektur FTSP UII Noor Cholis Idham, Ph.D, IAI
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019 Sustainability in Architecture
DAFTAR ISI
3
Arsitektur Digital dan Lingkungan Cerdas (AD)
AD_048 Simulasi Evakuasi Pada Bangunan Auditorium Dengan Software Pathfinder (Studi Kasus: Desain Balkon Gedung Multipurpose Universitas Teknologi Yogyakarta)
Alfianis Oktasari dan Ahmad Saifudin Mutaqi
10
AD_053 Kajian Penerapan Prinsip Komposisi Estetika Fasad Dan Bukaan Serta Pengaruhnya Terhadap Performa Pencahayaan Alami (Studi Kasus: Perancangan Rumah Kos Maguwoharjo)
Verio Mei Andrianto dan Handoyotomo
18
AD_054 Kajian Performa Pencahayaan Alami Dan Pengaruhnya Terhadap Produktivitas Pengguna Di Ruang Kelas (Studi Kasus: Pada Bangunan Kampus Fmipa UGM)
Amelia Hapsari dan Ahmad Saifudin Mutaqi
32
AD_055 Penggunaan Jarak Penduduk Perkotaan Terhadap Pilihan Morfologi Ruang Terbuka Hijau Dalam Penerapan Multi-Fungsi Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Di Kawasan Caturtunggal, Depok, Yogyakarta) Dhaniswara Indo Berlian dan Barito Adi Bulgan
44
Advokasi dan Profesi (AP)
AP_022 Studi Komparasi Sirkulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Payback Periode Mall Di Yogyakarta (Studi Kasus: Hartono Mall Dan Jogja City Mall)
Muhammad Giffarul Asrori dan Handoyotomo
55
AP_037 Penerapan Prinsip-Prinsip Desain Perpustakaan Abad Ke-21 (Studi Kasus: Desain Perpustakaan Pusat Universitas Janabadra, Yogyakarta)
Abdulloh Chilmi dan Ahmad Saifudin Mutaqi
63 Implementasi Green Building Di Indonesia (Potensi dan Tantangannya) 2 Jatmika Adi Suryabata
Penerapan Konsep Arsitektur Tanggap Iklim: Peluang dan Tantangan Di Indonesia
Jarwa Prasetya Sih Handoko Josef Prijotomo
Invited Speaker
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Keynote Speaker
Nalar Kesinambungan Dalam Cerlang Tara 1
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019 Sustainability in Architecture
|iii AP_045 Analisis Elemen Fasad Bangunan Pusat Perbelanjaan Di Daerah
Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus: Jogja City Mall, Hartono Mall, dan Ambarrukmo Plaza)
Amira Zulfa Hanifah dan Nensi Golda Yuli
81
Pemukiman dan Urbanisme (PU)
PU_066 Analisa Kapasitas Parkir Pada Bangunan Student Apartemen (Studi Kasus: Student Castle Apartment & Vivo Apartment)
Lutfia Nurul Aini dan Tony Kunto Wibisono
89
PU_082 Aspirasi Komunitas Dinas Pertanian Diy Pada Pengembangan Bangunan Urban Farming (Studi Kasus: Aspirasi Staff Dinas Pertanian Diy)
Aldhira Supri Nurhalim dan Suparwoko
103
PU_093 Identifikasi Kawasan Permukiman Nelayan Kumuh Di Desa Morodemak
Anityas Dian Susanti dan Muhammad Ismail Hasan
111
PU_098 Investasi Properti Hunian Terbaik Pada Lahan Permukiman Berdasarkan Highest And Best Use Analysis
Annisa Aulia Rachman dan Ahmad Saifudin Mutaqi
119
PU_118 Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Terhadap Hunian Rumah Susun (Studi Kasus: Kelurahan Suryatmajan, Kota Yogyakarta)
Intan Dwi Septiana dan Fajriyanto
131
Sains dan Teknologi Bangunan (STB)
STB_009 Studi Komparasi Aplikasi Prinsip Arsitektur Vernakular Bugis Di Kawasan Daratan Dan Pesisir
Agil Artyatma Arham dan Etik Mufida
145
STB_021 Pengaruh Window to Wall Ratio (WWR) Untuk Kenyamanan Termal Pada Bangunan Kantor Hemat Energi (Berdasarkan Data Iklim Jakarta)
Nurina Vidya Ayuningtyas, Jatmika Adi Suryabrata dan Ahmad Sarwadi
158
STB_026 Evaluasi Rancangan Gedung PGSD Tinjauan Desain Ruang Microteaching Berbasis Acoustical Simulation
Haifa Azizah Utaryanto dan Tony Kunto Wibisono
169
STB_032 Pengaruh Pencahayaan Terhadap Anak Autisme Dengan Pendekatan Healing Environment
Rhizky Annisa Ridyna Gunaedi dan Wisnu Hendrawan Bayuaji
181
STB_062 Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal Rumah Susun Di Yogyakarta (Studi Kasus: Rumah Susun Dabag Yogyakarta) Lalu Muhamad Gantara Ranusman dan Handoyotomo
190
STB_064 Pengaruh Luasan Bukaan Terhadap Intensitas Pencahayaan Alami Dalam Ruangan Asrama Mahasiswa UGM
Tamyis Nur Isrohmannudin dan Jarwa Prasetya Sih Handoko
200
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019 Sustainability in Architecture
STB_085 Pengaruh Warna Dan Material Fasad Bangunan Terhadap Efisiensi Energi Dan Identitas Fungsi Bangunan (Diukur Dengan Nilai Ottv Dan Persepsi Subyektif Kepada Fasad Bangunan)
Mustafidul Umam dan Sugini
212
STB_086 Studi Pengaruh Bentuk Dan Tatanan Massa Bangunan Terhadap Perilaku Angin
Hana Mufidah Khumaira dan Sugini
224
STB_090 Pengaruh Desain Layout Ruang Kelas Pondok Pesantren Terhadap Efektivitas Belajar Santri (Studi Kasus: Pondok Pesantren Salafiy Terpadu Ar-Risalah Lirboyo Kota Kediri)
Achmad Zainy Dahlan dan Supriyanta
233
STB_103 Peran Material Selubung Bangunan Dalam Efisiensi Energi Pada Bangunan Di Iklim Tropis
Ayu Sekar Langit dan Dyah Hendrawati
241
STB_119 Pengaruh Layout Ruang Dan Selubung Bangunan/Gudang (Building Envelope) Terhadap Kualitas Penyimpanan Mutu Gabah/Beras (Studi Kasus: D.I Yogyakarta)
Eko Hari Purwoko dan Noor Cholis Idham
255
Sains, Teori dan Kritik Arsitektur (STK)
STK_002 Identifikasi Arsitektur Vernakuler Pada Bangunan Hotel (Studi Kasus:
Hotel Sriwedari Di Kawasan Janti, Yogyakarta) Arnanda Tyas Jiantari dan Yulia Pratiwi
264
STK_012 Kajian Antopometri Dan Pengalaman Ruang Pada Bangunan Asrama Pesantren Wisma Sarjana Indonesia Di Cangkringan
Aryani Puspitasari dan Handoyotomo
276
STK_018 Kajian Hubungan Pola Perilaku Dan Teritorialitas Pada Ruang Masjid Kampus UGM Sebagai Ruang Publik
M. Ridho Praja Kori dan Revianto Budi Santosa
288
STK_024 Penerapan Regionalisme Abstrak pada Bangunan Pendidikan (Studi Kasus Field Research Center Kulon Progo: Gedung Sekolah Dasar dan Gedung Sekolah Menengah Pertama)
Dina Sari Surbakti dan Jarwa Prasetya Sih Handoko
300
STK_027 Kajian Anthropometri Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus: Klinik Pratama Graha Syifa, Semarang)
Luthfi Ikhsannuari dan Jarwa Prasetya Sih Handoko
312
STK_028 Konsep Pelayanan Darah Terkait Tata Ruang Dan Luasan Ruang Dalam Unit Transfusi Darah (Studi Kasus Rancangan Gedung PMI Kabupaten Ngawi)
Palidya Hartinah dan Jarwa Prasetya Sih Handoko
325
STK_029 Analisa Akustik Pada Denah Layout Yang Bisa Menekan Reaksi Beraktif Pada Anak Autis
Lithaya Nida Amalia dan Arif Wismadi
336
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019 Sustainability in Architecture
|v STK_031 Komparasi Desain Terminal Giwangan Yogyakarta Dengan Terminal
Bus Poole Inggris Pada Aspek Aksebilitas Sirkulasi, Kenyamanan Dan Keamanan Penumpang
Syifa Azahra Gumilar dan Nensi Golda Yuli
348
STK_039 Tipologi 10 Bangunan Masjid Karya Mimar Sinan
Ita Dwijayanti dan Novianti Elisarani 358
STK_041 Regionalisme Modern (Transformatif) Masjid Berlanggam Jawa (Studi Kasus: Bangunan Masjid Field Research Center Kulon Progo) Talitha Mira Nurina dan Handoyotomo
371
STK_042 Karakteristik Taman Wisata Alam Punti Kayu Sebagai Hutan Kota (Studi Kasus : Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang)
Bayu Dwiprayoga dan Fajriyanto
383
STK_044 Perbedaan Bangunan Dan Fasilitas Pendukung Pesantren Diperkotaan Dan Perdesaan (Studi Kasus: SMP IT Abubakar Yogyakarta Dan SMA IT Abu Bakar Kulonprogo)
Talitha Salsabil dan Munichy B. Edress
395
STK_046 Kajian Penerapan Arsitektur Kontekstual Pada Rancangan Bangunan Pariwisata (Studi Kasus: Cottage Di Kawasan Wisata Tumiyang Ecopark, Purwokerto)
Nida Fauziyah Widiani dan Jarwa Prasetya Sih Handoko
408
STK_049 Penerapan Prinsip Arsitektur Tropis Pada Gedung Perkuliahan Di Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Dea Oktaviani dan Etik Mufida
424
STK_052 Penerapan Konsep Kesehatan Ruang: Kaitannya Dengan Suhu Dan Kelembaban, Kualitas Udara Dan Konduktifitas Jenis Material (Studi Kasus: Perancangan Rumah Kost Muntilan)
Adil Mushaithir D dan Ahmad Saifudin Mutaqi
434
STK_057 Kajian Efisiensi Waktu Manajemen Proses Tahapan Perancangan Pada Kasus Proyek Pemerintah (Studi Kasus: Perancangan Gedung Incoming dan Qc Pt. Inka Persero, Madiun, Jawa Tengah Perancangan Unit Instalasi Rsud Dr. Haryoto, Lumajang, Jawa Timur)
Faiz Ihsan Muhammad
449
STK_060 Penerapan Strategi Adaptive Reuse Pada Museum Lawang Sewu Semarang Dan Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman Yogyakarta
Ina Fildzah Hanifah Dan Putu Ayu Pramanasari Agustiananda
461
STK_063 Penerapan Strategi Adaptive Reuse Pada Museum Di Kota Magelang Dengan Studi Kasus Museum BPK RI
Habibah Astrid Larasati Mergwar dan Putu Ayu Pramanasari Agustiananda
469
STK_068 Evaluasi Purna Huni Masjid Nurul Ashri Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman
Nitha Amalia dan Muhammad Iftironi
481
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019 Sustainability in Architecture
STK_081 Implementasi Ekologi Arsitektur Homestay Di Kota Yogyakarta (Studi Kasus: Homestay Omahe Bagus, Kampung Jagalan Ledoksari, Purwokinanti, Pakualaman, Yogyakarta)
Rafi’ Farhan Fahrurrozi dan Yulia Pratiwi
491
STK_095 Pembagian Ruang Sakral Dan Profan Dalam Prosesi Doa Di Mrajan Warga Menyali Sebagai Bentuk Dari Setting Perilaku
Desy Ayu Krisna Murti
502
STK_106 Studi Aksesibilitas Dan Mobilitas Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi (Studi Kasus: SMP N 2 Sewon & SMP Tumbuh, Yogyakarta)
Jesica Intan Purnamasari dan Wiryono Raharjo
508
STK_109 Tipologi Masjid Bersejarah Di Indonesia
Rembulan Suha Pamuji dan Arif Budi Sholihah 521
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Gedung Moh. Natsir, Jl. Kaliurang Km 14.5 Sleman, Yogyakarta
Jurusan Arsitektur
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
PENGARUH KONSEP PENDIDIKAN MONTESSORI TERHADAP PENATAAN RUANG DI SEKOLAH DASAR
Studi Kasus: SD Budi Mulia Dua dan SDN Percobaan Dua, Yogyakarta Ratri Sekar Wening1, Wiryono Raharjo2
1,2 Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia
1Surel: [email protected]
ABSTRAK: Konsep pendidikan Montessori adalah salah satu konsep pendidikan sekolah dasar yang berkembang dan banyak diterapkan pada masa ini. Konsep Pendidikan ini mengedepankan eksplorasi yang melibatkan pikiran dan aktivitas fisik anak, sehingga anak dapat membangun diri secara mandiri dan belajar langsung dalam lingkungan yang mendukung. Dalam konsep ini, faktor lingkungan menjadi salah satu faktor paling penting dalam mendukung proses pembelajaran, dimana dalam hal ini kondisi fisik bangunan sekolah sangat berperan dalam efektifitas pendidikan di sekolah Montessori. Maka dari itu, dalam penelitian dipilih SD Budi Mulia Dua sebagai sekolah Montessori yang dikaji dan sekolah non Montessori SDN Percobaan Dua sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konsep pendidikan Montessori terhadap tata ruang dan pencahayaan pada desain sekolah. Dalam penelitian, digunakan metode penelitian observasi langsung pada bangunan studi kasus dan wawancara dengan pengelola atau guru di sekolah. Hasil penilitian ini ditemukan bahwa ada inkonsistensi pada sekolah Montessori dalam penerapan desain berbasis konsep pendidikannya, adapun desain tata ruang sekolah dasar Montessori ini ditemukan dapat diterapkan di sekolah dasar dengan konsep pendidikan non Montessori.
Kata kunci: Penataan Ruang, Konsep Pendidikan Montessori, Pencahayaan. SD Budi Mulia Dua, SDN Percobaan Dua, Yogyakarta
PENDAHULUAN
Konsep pendidikan Montessori pertama kali dikembangkan oleh Maria Montessori, seorang dokter dan pendidik asal Italia. Menurut Maria Montessori (2011), konsep ini melibatkan anak- anak dalam proses belajar secara mandiri, dimana anak lebih banyak belajar dari lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun lingkungan sosial dibandingkan dengan pembelajaran dari guru.
Berdasarkan konsep tersebut, faktor lingkungan berupa kondisi fisik dan desain bangunan sekolah dasar menjadi salah satu faktor yang penting dan berdampak signifikan bagi proses belajar mengajar dalam konsep pendidikan Montessori. Menurut Hertzberger (2005), tata ruang kelas dan koridor diibaratkan sebagai “rumah” bagi para murid sekolah dasar. Hal ini dikarenakan sebagian besar aktivitas mandiri terjadi di kelas dan koridor. Selain itu, Lawrence
& Stahli (2018) menambahkan bahwa Montessori juga menaruh perhatian khusus pada aspek pencahayaan.
Dalam kasus ini SD Budi Mulia Dua merupakan sekolah yang sudah cukup lama menerapkan konsep pendidikan Montessori di Jogjakarta, sedangkan SD Percobaan Dua sebagai sekolah Non Montessori digunakan sebagai pembanding.
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 43 Tinjauan Pustaka
Pendidikan Montessori pertama kali dikembangkan oleh seorang professor dan doctor bernama Maria Montessori. Pada 1989, Montessori berpidato tentang masalah pendidikan anak cacat mental. Ia mengecam praktik yang mengurung anak cacat mental di ruamh sakit jiwa, dan mendesak agar mereka diterima di pendidikan institusi. Hal ini mengarah pada tahun 1907 dimana Montessori diajak oleh Talamo, seorang ditektur Good Building Association untuk mendirikan sebuah sekolah di area kumuh di Roma, yang pada akhirnya dinamai Casa dei Bambini atau Children’s House. Sekolah ini mengajarkan Montessori kepada pentingnya pendidikan anak pada usia dini, dalam kasus ini anak-anak dari keluarga miskin penting untuk mendapat pendidikan yang dapat mengangkat derajat mereka kelak saat dewasa
Menurut Hertzberger (2005), tata ruang kelas dan koridor diibaratkan sebagai “rumah” bagi para murid sekolah dasar. Hal ini dikarenakan sebagian besar aktivitas mandiri terjadi di kelas dan koridor. Selain itu, Lawrence & Stahli (2018) menambahkan bahwa Montessori juga menaruh perhatian khusus pada aspek pencahayaan.
Penataan Ruang
• Artikulasi Ruang Kelas
Dengan banyaknya kegiatan yang berbeda di setiap kelasnya, ruang kelas berbentuk persegi panjang dinilai kurang cocok digunakan karena anak-anak didorong untuk bekerja secara mandiri. Ruangan dengan banyak sudut lebih memuaskan kebutuhan aktivitas seperti pada Gambar 1 dan 2, karena ideal untuk orientasi individual bagi siswa untuk menemukan tempat belajar sendiri-sendiri.
Gambar 1 Artikulasi Ruang Kelas.
Sumber (Hertzberger, 2008) hal.25
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Gambar 2 Ruang Kelas “L”
Sumber (Schmidt, 2017) hal.66
• Tata Ruang Kelas
Menurut Demetriou (2011), terdapat 5 atribut yang paling tidak harus dimiliki oleh setiap kelas:
a. Kelas paling tidak memiliki 2 sisi yang dapat melihat lingkungan luar, agar anak-anak dapat masuk dan keluar ke lingkungan luar dengan bebas.
Gambar 3 Sisi Ruang kelas dan pintu keluar pada Delft Montessori School Sumber (Hertzberger, 2008) hal. 31
b. Ruang Kelas memiliki jendela yang ketinggiannya hanpir mencapai ketinggian lantai, dan dipasang lebih rendah agar anak-anak dapat melihat keluar tanpa perlu usaha lebih. Selain untuk memasukkan cahaya alami dan sirkulasi udara, juga untuk memperhatikan anak-anak di kelas lain.
Gambar 4 Etalase Jendela dapat Melihat ke Kelas Lain Sumber (Hertzberger, 2008) hal. 156
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 45 c. Terdapat area kecil / ruang pribadi untuk setiap anak menyimpan barang-barang
pribadi mereka. (Lawrence & Stähli, 2018)
Gambar 5 Ruang Penyimpanan Pribadi Sumber (Lawrence & Stähli, 2018)
d. Terdapat dapur berupa wastafel dan kulkas kecil disetiap ruang kelas. Ruang ini dapat digunakan untuk kegiatan yang membutuhkan air dan sedikit membuat kotor.
(Hertzberger, 2008)
e. Terdapat ruang penyimpanan untuk anak-anak menyimpan pekerjaan rumah, model tugas dan hasil karya, dan hal-hal lainnya yang mereka hasilkan pada waktu sekolah.
f. Menggunakan furniture yang fleksibel dan ringan, yang bisa dipindah dan digeser agar ruang kelas dapat dipakai untuk kegiatan yang berbeda (Hertzberger, 2005).
Gambar 6 Furniture Portable Sumber (Hertzberger, 2008) hal. 98
• Learning Street
Menurut Al et Al (2012) Pada sekolah Montessori, koridor tidak hanya berfungsi sebagai konektifitas antar ruang, namun juga sebagai tempat aktivitas seperti berjalan, sosialisasi, istirahat, pembelajaran, dan dirancang untuk mewadahi aktivitas yang berbeda seperti pada gambar 7 Dalam hal ini koridor juga dapat didefinisikan sebagai pilihan tempat aktivitas belajar sesuai dengan keinginan anak.
Gambar 7 Koridor sebagai tempat kerja di luar kelas, Montessori School, Delft.
Sumber (Hertzberger, 2008) hal. 43
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Pencahayaan
Menurut Lawrence & Stahli (2018), pencahayaan pada sekolah Montessori dibagi menjadi 2 :
• Pencahayaan Alami
Pada sekolah Montessori, koridor difungsikan sebagai penerang. Hal ini diimplementasikan dari cahaya yang masuk keruangan berasal dari langit-langit maupun samping ruangan melalui jendela yang difungsikan sebagai dinding vertical. (Hertzberger, 2008).
Gambar 8 Dinding Vertikal pada sekolah Montessori Sumber (Lawrence & Stähli, 2018) hal.26
• Pencahayaan Buatan
Pencahayaan pada sekolah Montessori sangat berhubungan dengan kondisi spasial untuk fokus perhatian anak dan view, dengan pedoman sebagai berikut (Hertzberger, 2008) :
a. Montessori menggunakan sinar matahari untuk membuat kontras yang jelas pada ruangan, khususnya ketika cahaya siang masuk dan membentuk garis dari atas seperti pada gambar 9.
Gambar 9 Sinar Matahari Siang Sumber (Hertzberger, 2008) hal. 84
b. Cahaya matahari membuat anak tertarik dan mendorong anak untuk bersosialisasi, hal ini yang membuat cahaya yang jatuh pada satu titik tertentu menghasilkan efek fokus.
ini diterapkan pada sekolah Montessori pada setiap kegiatan belajar yang berbeda- beda seperti pada gambar 10 dan 11.
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 47 Gambar 10 Pencahayaan aktivitas baca
Sumber (Hertzberger, 2008) hal. 47
Gambar 11 Pencahayaan satu titik Sumber (Hertzberger, 2008) hal.84
c. Cahaya pada sekolah Montessori dibuat kontras antara terang dan gelap, seperti dengan cara membuat cahaya lokal, hal ini membuat anak memfokuskan perhatian ke setiap aktivitas belajar yang dilakukan, dan membantu mendefinisikan ruang untuk setiap aktivitas yang berbeda seperti pada gambar 12 (Lawrence & Stähli, 2018).
Gambar 12 Kontras pada sekolah Montessori Sumber (Hertzberger, 2008) hal 91 METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan studi kasus sekolah Montessori SD Budi Mulia Dua di RT.05/RW.37 Dusun Kergan Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, DIY. Sementara itu, studi kasus sekolah Non Montessori sebagai pembanding dilakukan di SDN Percobaan Dua yang terletak di sekip, Senolowo, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281.
Pada penelitian, dilakukan observasi seputar bentuk ruang kelas, penataan ruang, dan pencahayaan melalui pengamatan langsung yang dilengkapi dengan wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini difokuskan pada untuk melihat pengaruh konsep pendidikan Montessori terhadap tata ruang dan pencahayaan pada desain sekolah.
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Analisis Data
Metode Kualitatif Komparatif
Penelitian ini menuntut pengumpulan data yang berupa tulisan, gambar, dan bukan angka pada kedua bangunan studi kasus, lalu dilakukan pembandingan dengan menggunakan 2 variabel utama yaitu tata ruang dan pencahayaan.
Data
Tabel 1 Data Observasi No. Aspek Teori Montessori SD Budi Mulia Dua
(Montessori)
SDN Percobaan Dua (Non Montessori) 1. Penataan
Ruang Bentuk Ruang Kelas
Pada Teori, bentuk ruang kelas yang dianjurkan untuk sekolah montessori adalah Bentuk “L”
atau ruangan yang memiliki banyak sudut, karena lebih merangsang keingintahuan anak.
Bentuk Ruang Kelas Persegi
Bentuk Ruang Kelas Persegi
Tata Ruang Kelas
- Kelas paling tidak memiliki 2 sisi yang dapat melihat ke lingkungan luar
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 49 - Jendela yang tinggi
dan dipasang rendah (pada dinding kelas) - Terdapat Area Kecil untuk
menyimpan barang pribadi
- Terdapat dapur kecil / wastafel - Terdapat area display karya - Tata ruang dan furniture yang fleksibel
-Terdapat 1 sisi ruang dengan jendela vertical, cukup tinggi dan dipasang cukup rendah - Tersedia area
penyimpanan barang pribadi berupa lemari kecil.
- Beluma danya dapur / wastafel dan masih minimnya area display karya di dalam kelas.
- Tata ruang dan furniture sudah sangat fleksibel dengan menggunakan perabot yang ringan dan mudah di pindahkan.
-Pada kelas lantai 1 jendela terdapat di 1 sisi, dipasang cukup rendah namun ukurannya tidak terlalu tinggi.
-Pada kelas lantai 2 jendela terdapat di dua sisi.
-Terdapat area penyimpanan barang pribadi berupa lemari kecil.
- Belum adanya dapur kecil didalam kelas, namun tersedia
dispenser air untuk anak- anak, dan terdapat wastafel di koridor luar kelas. Display karya di ruang kelas cukup banyak dan beragam.
- Tata ruang dan furniture kelas tidak fleksibe, karena furniture yang digunakan tidak dapat dipindahkan.
Learning Streets (Koridor)
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Pada sekolah Montessori, koridor tidak hanya
berfungsi sebagai konektifitas antar ruang, namun juga sebagai tempat aktivitas seperti berjalan, sosialisasi, istirahat,
pembelajaran, dan dirancang untuk mewadahi aktivitas yang berbeda
Koridor di fungsikan sebagai area display karya, dan juga terdapat beberapa pojok baca.
Selain itu, terdapat 1 koridor utama yang luas dan digunakan untuk aktivitas belajar seperti latihan bela diri tapak suci dan tari.
Koridor di fungsikan sebagai area display karya, dan sebagai area baca dengan
diletakkannya banyak sekali pojok baca dan bangku-bangku panjang.
Selain itu, area tangga sebagai area sirkulasi utama menuju lantai 2 juga di desain dengan tulisan-tulisan
pembelajaran sekaligus diberi lemari-lemari buku, sehingga murid juga dapat melakukan aktivitas belajar dan membaca di tangga.
2. Pencaha- yaan
Pencaha- yaan Alami
Cahaya alami yang masuk keruangan berasal dari langit- langit / Skylight maupun samping ruangan. Selain itu, penggunaan jendela biasanya
difungsikan seperti
Cahaya alami masuk melalui jendela vertikal pada 1 sisi ruangan, dimana cahaya ini sangat cukup untuk menerangi
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 51 dinding vertical.
Sinar matahari langsung ini digunakan untuk menerangi tempat- tempat pada sekolah Montessori tanpa mengurangi koneksi visual yang ada
kelas pada siang hari sehingga tidak perlu lagi membutuhkan
pencahayaan buatan.
- Cahaya alami pada ruang kelas lantai 2 masuk melalui jendela vertikal pada 2 sisi ruangan, sehingga cukup menerangi kelas pada siang hari tanpa pencahayaan buatan.
-Cahaya alami pada kelas lantai 2 masuk melalui jendela hanya pada 1 sisi ruangan, dan cahaya matahari dari luar sedikit tertutup oleh bangunan lantai 2, sehingga tetap membutuhkan
pencahayaan buatan.
Pencaha- yaan Buatan
Pencahayaan yang bersifat umum tidak dapat digunakan pada sekolah Montessori, hal ini dikarenakan setiap
Menggunakan pencahayaan buatan yang universal / tidak terfokus, sehingga mengakomodasi semua kegiatan kelas secara bersamaan. Tidak ada pencahayaan buatan yang didesain khusus untuuk kegiatan tertentu.
Menggunakan pencahayaan buatan yang universal / tidak terfokus, sehingga mengakomodasi semua kegiatan kelas secara bersamaan. Tidak ada pencahayaan buatan yang didesain khusus untuk kegiatan tertentu, Pada ruang kelas lantai 1
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
aktivitas memiliki pencahayaan khusus. Seperti pada bentuk ruang kelas, arsitektur sekolah Montessori memiliki artikulasi ruangan sendiri, dimana ruangan-ruangan dibagi ke bagian- bagian kecil.
Pencahayaan buatan yang digunakan adalah tipe lampu LED plafon berbentuk kotak yang tersebar rata di 4 sisi setiap ruangan.
pencahayaan buatan ini perlu dinyalakan pada siang hari karena kurangnya cahaya.
Pencahayaan buatan yang digunakan adalah tipe lampu linear yang di letakkan pada plafon, dan di susun secara merata di seluruh ruangan.
Sumber (Penulis, 2019) Analisis
No. Aspek Teori Montessori SD Budi Mulia
Dua
(Montessori)
SDN Percobaan Dua (Non Montessori
1. Penata an Ruang Bentuk Ruang Kelas
Pada Teori, bentuk ruang kelas yang dianjurkan untuk sekolah montessori adalah Bentuk “L” atau ruangan yang memiliki banyak sudut, karena lebih merangsang keingintahuan anak.
Tidak Sesuai Teori
Tidak Sesuai Teori
Tata Ruang Kelas
1. Kelas paling tidak memiliki 2 sisi yang dapat melihat ke lingkungan luar
2. Jendela yang tinggi dan dipasang rendah (pada dinding kelas) 3. Terdapat Area Kecil untuk
menyimpan barang pribadi 4. Terdapat dapur kecil / wastafel 5. Terdapat area display karya
Sesuai Teori Sesuai Teori
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 53 6. Tata ruang dan furniture yang
fleksibel
Learnin g Space / Koridor
Pada sekolah Montessori, koridor tidak hanya berfungsi sebagai konektifitas antar ruang, namun juga sebagai tempat aktivitas seperti berjalan, sosialisasi, istirahat, pembelajaran, dan dirancang untuk mewadahi aktivitas yang berbeda
Sesuai Teori Sesuai Teori
2. Pencah ayaan Alami
Cahaya alami yang masuk keruangan berasal dari langit-langit / Skylight maupun samping ruangan. Selain itu, penggunaan jendela biasanya difungsikan seperti dinding vertical. Sinar matahari langsung ini digunakan untuk menerangi tempat- tempat pada sekolah Montessori tanpa mengurangi koneksi visual yang ada
Sesuai Teori Sesuai Teori
Buatan
Pencahayaan yang bersifat umum tidak dapat digunakan pada sekolah Montessori, hal ini dikarenakan setiap aktivitas memiliki pencahayaan khusus. Seperti pada bentuk ruang kelas, arsitektur sekolah Montessori memiliki artikulasi ruangan sendiri, dimana
Tidak Sesuai Teori
Tidak Sesuai Teori
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
ruangan-ruangan dibagi ke bagian-bagian kecil.
Sumber (Penulis, 2019) KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas disimpulkan bahwa ditinjau dari kedekatan konsep pendidikan Montessori terhadap tata ruang, SD Budi Mulia Dua mengalami inkonsistensi pada penerapannya. Banyak aspek yang belum diterapkan pada tata ruang sekolah dasar Montessori, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh aspek diluar penelitian seperti kondisi lahan, keterbatasan kapasitas sekolah dan murid, dan faktor-faktor lainnya. Disamping itu, SDN Percobaan Dua sebagai sekolah Non Montessori dan pembanding menunjukan hasil yang cukup menarik, dimana sekolah dasar tersebut menerapkan beberapa teori yang ada pada sekolah dengan konsep pendidikan Montessori.
Maka dari itu, ditemukan jawaban dari rumusan masalah dimana konsep tata ruang sekolah Montessori dapat diterapkan di sekolah Non Montessori.
Saran
Pada konsep pendidikan Montessori, desain fisik bangunan sangatlah penting untuk tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan maksimal. Maka dari itu, sebaiknya sekolah Montessori menerapkan teori tata ruang sekolah Montessori dengan semaksimal mungkin.
Selain itu, sekolah dasar dengan konsep pendidikan Non Montessori sangat disarankan untuk menerapkan tata ruang sekolah Montessori, hal ini bisa meningkatkan semangat dan efektifitas belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Al, S., Sari, R. M., & Kahya, N. C. (2012). A Different Perspective on Education: Montessori and Montessori School Architecture. Procedia - Social and Behavioral Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.05.393
Demetriou, C. (2011). The Montessori approach and its architecture. How these are translated to a building and environment and how these influence the children’s’ attribute. The Montessori Approach and Its Architecture. How These Are Translated to a Building and Environment and How These Influence the Children’s’ Attribute., 10. Retrieved from https://www.academia.edu/2018126/The_Montessori_approach_and_its_architecture_
by_Christina_Demetriou
Hertzberger, H. (2005). Lessons For Students Of Architecture. Retrieved from https://www.academia.edu/29637531/Herman.Hertzberger_Lessons_For_Students_Of _Architecture
Hertzberger, H. (2008). Space and Learning. 010 Publishers.
Lawrence, S., & Stähli, B. (2018). Montessori Architectural Patterns.
Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2019
Arsitektur Islam di Indonesia
Advokasi dan Profesi | 55 Schmidt, T. (2017). MODULAR MONTESSORI EDUCATING TOWARDS ECOLOGICAL
SUSTAINABILITY. NORTH DAKOTA STATE UNIVERSITY.