• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 PENYUSUNAN ANGGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 3 PENYUSUNAN ANGGARAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

13 3.1. Asumsi Dasar

PT. Sesuap Nasi dalam proses penganggaran mengadopsi sistem top- bottom budgeting, dengan beberapa kebijakan manajemen sebagai berikut:

1. Estimasi Volume Penjualan dan Harga Penjualan/unit ditentukan menggunakan metode least square methode.

2. Persediaan dicatat dengan Metode PERPECTUAL – FIFO.

3. Depresiasi menggunakan Metode Garis Lurus.

4. Tarif Overhead ditetapkan berdasarkan Jam Mesin (JM).

5. Penjualan Produk Pakaian Masal setiap bulan diterima Kas pada bulan berikutnya

6. Pembelian Bahan setiap bulan dibayar Kas pada bulan berikutnya 7. Perusahaan menerapkan Biaya Standar untuk Perencanaan dan

Pengendalian.

8. Perusahaan memperlakukan WIP Awal dengan Metode AVERAGE.

Data dan Informasi lain yang tersedia pada tanggal 31 Desember 2012 untuk tujuan Penyusunan Anggaran tahun 2013 PT. Sesuap Nasi adalah sebagai berikut:

1. Keterangan Neraca PT. Sesuap Nasi Per Tanggal 31 Desember 2012 antara lain:

a. Saldo Material Inventory berupa Bahan Baku 100.000 m @ Rp2.500.

(2)

b. Saldo FG Inventory berupa Produk Pakaian Masal 25.000 Unit

@ Rp39.000

c. Nominal Common Stock Rp1.000 / lembar

d. Aktiva Tetap berupa 5 Unit Mesin Produksi yang dibeli tanggal 8/01//2008@ Rp1.500.000.000, masa guna 10 tahun dengan Nilai Sisa Rp100.000.000/Unit (seluruh depresiasi dibebankan ke FOH)

2. Biaya Standar / Unit, Inventory dan Tarif PPh tahun 2013 b. Biaya Standar / Unit :

1. Biaya Bahan 2 m @ Rp2.500

2. Biaya Pekerja 4 JK @ Rp2.500

3. Biaya Operasi Variabel Rp2.500

4. Biaya Operasi Tetap Rp2.500

c. Estimasi Persed. Bahan 31/12/13

75.000 m d. Esimasi Persediaan FG

31/12/13

50.000 bh

e. Tarif PPh di Indonesia 25%

3. Jumlah FOH Tetap termasuk Depresiasi Mesin 4. Estimasi Biaya Overhead tahun 2013

No Departemen FOH Variable (Rp)

FOH Fixed (Rp)

Total (Rp) 1 Departemen

Pemotongan

2.000.000.000 3.000.000.000 5.000.000.000 2 Departemen

Penjahitan

1.300.000.000 1.500.000.000 2.800.000.000 3 Departemen

Jasa Electricity

500.000.000 100.000.000 600.000.000 4 Departemen

Jasa

Pemeliharaan

450.000.000 150.000.000 600.000.000

(3)

Kapasitas Normal 450.000 Unit Produk Pakaian Masal dengan Jam Mesin 4 JM / Unit

5. Biaya Overhead Departemen Jasa Electricity dialokasikan berdasarkan luas lantai, alokasi ke Departemen Pemotongan 40%, Departemen Penjahitan 40% dan Departemen Jasa Pemeliharaan 20%.

6. Biaya Overhead Departemen Jasa Pemeliharaan dialokasikan berdasarkan jam kerja mesin, alokasi ke Departemen Pemotongan 60% dan Departemen Penjahitan 40%.

7. Seluruh Biaya Pekerja dibayar selama tahun berjalan.

8. 35% dari FOH dan Biaya Operasi Tetap adalah Depresiasi

9. Beban PPh Badan diperkirakan dibayar lunas selama tahun berjalan.

10. Sales Expense dan General & Adm Expense Rp500.000.000 dan Rp1.100.000.000

3.2. Anggaran Penjualan/Sales Budget 3.2.1. Data Penjualan, Harga dan Biaya

PT. Sesuap Nasi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri garmen. Dalam makalah ini hanya satu jenis produk yang akan dianalisis, yaitu produk pakaian batik yang diproduksi secara masal. Data penjualan 11 tahun terakhir perusahaan ini ditampilkan dalam tabel berikut.

(4)

Tabel 1

Unit penjualan dan harga Tahun 2002 – 2012 Tahun Unit penjualan

(dalam ribuan)

Harga (dalam rupiah)

2002 390 50.900

2003 395 52.600

2004 400 53.100

2005 405 53.500

2006 398 54.000

2007 407 58.000

2008 410 56.800

2009 412 57.500

2010 417 57.900

2011 420 58.100

2012 410 58.000

Total 4.464

Dari tabel di atas diketahui bahwa tidak setiap tahun penjualannya mengalami kenaikan, kenaikan dari 2000 hingga 2002 naik 5000 unit. Dari 2003 hingga 2004 naik 5000 unit. Namun dari 2005 hingga 2006 terdapat penurunan tajam sebesar 7000 unit. Kenaikan dari tahun ke tahun terjadi karena jumlah permintaan dipengaruhi oleh penampilan dan disain modelnya.

Sedangkan penurunan terjadi dikarenakan pada tahun tersebut perekonomian dunia terjadi perlambatan seperti pada tahun 2007 dimana permintaan menurun sejalan dengan krisis yang melanda beberapa negara di beberapa belahan dunia. Indonesia pun ikut merasakan dampak tidak langsunya dan berakibat terhadap penurunan domestic demand.

3.2.2. Estimasi penjualan pada tahun 2013

Dalam melakukan estimasi penjualan untuk 2010, data yang digunakan adalah data historis, yaitu data yang tertera dalam tabel 1, dengan

(5)

menggunakan metode forecasting yaitu metode least square method dengan sistim manual ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2 PT. Sesuap Nasi

Perhitungan least square, estimasi penjualan

Tahun Y

(dalam ribuan) X X

2 XY

2002 390 -5 25 - 750

2003 395 -4 16 - 620

2004 400 -3 9 - 495

2005 405 -2 4 - 320

2006 398 -1 1 -155

2007 407 0 0 0

2008 410 1 1 170

2009 412 2 4 320

2010 417 3 9 510

2011 420 4 16 700

2012 410 5 25 900

Total 4.464 0 110 260

Dari tabel 2 dimasukan ke dalam rumus :

Y = a + b(x) a = ∑Y / n b = ∑XY/∑X2

sehingga dapat diketahui : ΣY = 4.464

ΣX2 = 110, dan ΣXY = 260.

Maka : a = 4.464 / 11 = 405,82 b = 260 / 110 = 2,36

(6)

dari hasil ini dimasukan dalam persamaan garis lurus yaitu Y = a + b(X)

Y2013 = 405,82 + 2,36 (6)

Y2013 = 420 unit, dalam ribuan menjadi 420.000 unit. selama tahun 2013

3.2.3. Harga jual yang direncanakan pada tahun 2013

Dalam menyusun anggaran penjualan, setelah estimasi penjualan ditetapkan, maka, selanjutnya adalah menetapkan harga jual untuk tahun 2013. Dalam kasus ini, PT. Sesuap Nasi menetapkan harga jualnya dengan menggunakan teknik forecasting, yaitu menggunakan metode yang sama (least square atau metode kuadrat terkecil). Untuk melakukan estimasi harga jual pada 2013 akan digunakan data historis harga jual dari 2002 sampai dengan 2012.

Tabel 2 PT. Sesuap Nasi

Perhitungan least square, estimasi penjualan

Tahun Y

(dalam rupiah) X X

2 XY

2002 50.900 -5 25 -254.500

2003 52.600 -4 16 -210.400

2004 53.100 -3 9 -159.300

2005 53.500 -2 4 -107.000

2006 54.000 -1 1 -54.000

2007 58.000 0 0 0

2008 56.800 1 1 56.800

2009 57.500 2 4 115.000

2010 57.900 3 9 173.700

2011 58.100 4 16 232.400

2012 58.000 5 25 290.000

Total 610.400 0 110 82.700

(7)

Hasil perhitungan dari tabel 3 di atas, dapat diketahui:

ΣY = 610.400, ΣX2 = 110, dan ΣXY = 82.700.

sehingga a = 610.400/ 11 = 55.490,91, dan b = 82.700/ 110 = 751,82.

Kemudian kita masukan dalam persamaan garis lurus yaitu;

Y = 55.490,91 + 751,82 (X).

Y 2013 = 55.490,91 + 751,82 (6)

= 60.001,8 dibulatkan ke bawah menjadi 60.000, maka harga jual untuk 2013 diketahui sebesar Rp. 60.000,00 per unit. Apabila dibandingkan dengan harga tahun 2012 sebesar Rp. 58.000,00, maka terjadi kenaikan sebesar 3,45%.

3.2.4. Menyusun anggaran penjualan pada tahun 2013

Anggaran penjualan merupakan rencana yang disusun secara sistematis tentang jumlah barang yang dijual, harga jual yang ditetapkan dan daerah pemasaran tertentu pada masa mendatang. Dalam hal ini, daerah pemasaran tidak terfokus pada satu daerah pemasaran saja. Untuk kasus ini jumlah penjualan yang direncanakan untuk 2013 adalah sebesar 420.000 unit dengan harga yang telah ditetapkan sesuai dengan hasil estimasi, Rp.

60.000,00 per unit. Sehingga total perkiraan penjualan adalah senilai Rp25.200.000.000,00 .

3.3. Anggaran Produksi/ Production Budget

Proses anggaran berikutnya adalah anggaran produksi. Anggaran produksi adalah rencana yang disusun secara sistematis tentang jumlah produk yang akan diproduksi untuk waktu yang akan datang. Di dalam anggaran produksi tercakup tentang kuantitas, kualitas, bentuk dan ukuran

(8)

produk yang akan diproduksi. Dalam kasus ini, pendekatan yang digunakan PT Sesuap Nasi adalah pendekatan dengan produksi yang konstan atau tetap, sedangkan persediaan produk jadi, persediaan awal dan persediaan akhir pada PT Sesuap Nasi diketahui sesuai asumsi dasar yang telah ditentukan.

Berdasakan hasil penyusunan anggaran penjualan, anggaran penjualan diketahui sebanyak 420.000 unit, persediaan awal sebanyak 25.000 unit, sedang persediaan akhir sebanyak 50.000 unit. Formula untuk menyusun anggaran produksi adalah :

PT. Sesuap Nasi

Anggaran Produksi Tahun 2013

Keterangan Jumlah (unit)

Rencana Penjualan 420.000

Persediaan Akhir 50.000

475.000

Persediaan Awal 25.000

Anggaran Produksi 445.000

Jadi, jumlah produksi 2013 pada PT Sesuap Nasi adalah sebanyak 445.000 unit.

3.3.1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah

Anggaran pembelian bahan mentah merupakan jumlah bahan yang akan dibeli pada waktu mendatang. Yang termasuk dalam pembelian bahan mentah adalah jumlah, kualitas dan jenis bahan yang akan dibeli, sedang dalam menyusun anggaran pembelian bahan mentah, perusahaan terlebih dahulu menetapkan rencana persediaan bahan mentah, baik persediaan awal maupun akhir bahan mentah tersebut. Dalam menyusun anggaran

(9)

pembelian bahan mentah perusahaan telah menentukan kebijakan persediaan bahan sebagai berikut.

PT. Sesuap Nasi

Anggaran Pembelian Bahan Mentah Langsung Tahun 2013

Keterangan Jumlah

(unit dalam m2)

Rencana Penjualan 890.000

Persediaan Akhir 75.000

965.000

Persediaan Awal 100.000

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah 865.000

Harga Bahan Mentah Rp2.500

Anggaran Pembelian Bahan Mentah Rp2.162.500.000 (865.000 unit x Rp2.500)

3.3.2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja

Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan rencana biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi jumlah barang di masa mendatang. Jumlah jam kerja langsung yang dibutuhkan untuk memrpoduksi per unit sudah disebutkan dalam asumsi dasar. Berikut ini disajikan biaya tenaga kerja langsung dalam satu tahun.

PT. Sesuap Nasi

Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2013 Jumlah Jam Kerja

Langsung Tarif Total Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

1.780.000 JK Rp2.500 Rp4.450.000.000

(445.000 Unit x 4JK)

(10)

3.3.3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi. Biaya-biaya ini umumnya adalah biaya tidak langsung, yaitu biaya-biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead harus selalu ada dan sangat mempengaruhi kelancaran proses produksi.

Berdasarkan informasi perusahaan yang sudah diterangkan sebelumnya pada bagian asumsi dasar, maka perusahaan mengalokasikan beban overhead sebagai berikut:

Alokasi Overhead

Departemen Pemotongan

Departemen Penjahitan

Departemen Jasa Electricity

Departemen Jassa Pemeliharaan Fixed Overhead Rp 3.000.000.000 Rp 1.500.000.000 Rp 100.000.000 Rp 150.000.000 Variabel Overhead Rp 2.000.000.000 Rp 1.300.000.000 Rp 500.000.000 Rp 450.000.000

Overhead yang akan

dialokasikan Rp - Rp - Rp 600.000.000 Rp 600.000.000 Alokas dari Departemen

Jasa Electricity Rp 240.000.000 Rp 240.000.000 Rp (600.000) Rp 120.000.000 Total Variabel Overhead

setelah alokasi I Rp 2.240.000.000 Rp 1.540.000.000

-

Rp Rp 720.000.000 Alokas dari Departemen

Jasa Pemeliharaan Rp 432.000.000 Rp 288.000.000

-

Rp Rp (720.000.000) Total Variabel Overhead Rp 2.672.000.000 Rp 1.828.000.000 Rp - Rp - Kapasitas mesin 1.800.000 1.800.000

(450.000unit x 4JM)

Tarif Variabel Overhead per

Departemen Produksi Rp 1.484 Rp 1.016

(11)

Dikarenakan pada pembahasan ini tidak akan menjabarkan biaya per masing-masing departemen produksi maka, tarif overhead per departemen akan di gabungkan dalam menentukan anggaran biaya overhead pabrik, berikut penjabarannya:

Tarif FOH Dep. Produksi : 1. Tarif FOH

Variable = (Rp2.000.000.000+1.300.000.000 + Rp600.000.000 + Rp600.000.000) = Rp2.500 (450.000 U x 4 JM)

atau

Rp1.484 + Rp1.016 = Rp2.500

2. Tarif FOH Tetap = Rp4.500.000.000 : (450.000 Unit x 4 JM) = Rp2.500

Total Tarif FOH Rp5.000

PT. Sesuap Nasi

Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2013 Jumlah Jam Kerja

Langsung Tarif Total Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Variabel Overhead

1.780.000 JM Rp2.500 Rp4.450.000.000

(445.000 Unit x 4JM)

Fixed Overhead Rp4.500.000.000

Rp8.950.000.000 3.3.4. Cost of Production Budget and COGS

Production Cost Budget :

1. Raw Material Expense = 445.000 Unit x (2 m x Rp 2500) = Rp 2.225.000.000

2. Labor Expense = 445.000 Unit x (4 JK x Rp 2500) = Rp 4.450.000.000

3. Overhead Variable Expense = 445.000 Unit x (4 JM x Rp 2500) = Rp 4.450.000.000

3. Overhead Fixed Expense Rp 4.500.000.000 (+)

8.950.000.000

Rp (+)

Production Cost Budget Rp 15.625.000.000

(12)

Cost Of Good Sold Budget - FIFO :

1. FG Inventory - Beginning = 25.000 Unit x Rp39.000 = Rp 975.000.000

2. Production Cost Budget = Rp 15.625.000.000 (+)

Finished Good Available For Sold Rp 16.600.000.000

3. FG Inventory - Ending - FIFO = 50.000 Unit x (Rp 15.625.000.000 : 445.000 U) = Rp 1.755.617.978 (-)

Cost Of Good Sold Budget Rp 14.844.382.022

3.3.5. Income Statement Budget Income Statement Budget :

1. Sale Budget = 420.000 Unit x Rp 60.000 / Unit = Rp 25.200.000.000

2. Cost of Good Sold :

a. FG Inventory - Beginning Rp 975.000.000

b.Production Cost Budget Rp 15.625.000.000 (+)

FG Available For Sold Rp 16.600.000.000

c. FG Inventory - Ending Rp 1.755.617.978 (-)

Cost Of Good Sold Rp 14.844.382.022 (-)

Gross Profit Rp 10.355.617.978

3. Operating Expenses = 420.000 Unit x (Rp 2500 /Unit + Rp 2500 / Unit) Rp 2.100.000.000 (-) Net Profit Before Selling and General Administrative Expense Rp 8.255.617.978 4. Selling & General Administrative Expenses :

a. Selling Expenses Rp 500.000.000

b. General and Administrative Expenses : Rp 1.100.000.000 (+)

Sub Total Other Expense Rp 1.600.000.000 (-)

Net Profit Before Tax Rp 6.655.617.978

4. Income Tax = 25% x Rp6.655.617.978 = Rp 1.663.904.494 (-)

Net Profit After Tax Rp 4.991.713.483

(13)

3.3.6. Cash Budget

Cash Budget :

* Cash Receipt From Sales = Rp350.000.000 + {(11 bln : 12 bln) x Rp 25.200.000.000} = Rp 23.450.000.000 * Cash Paid For RM Purchase = Rp 25.000.000+ {(11 bln : 12 bln) x Rp 2.162.500.000} = Rp 2.007.291.667

* Cash Payment For LE = Seluruh LE dibayar Tunai = Rp 4.450.000.000

* Cash Payment For FOHE :

- Depresiasi 5 U Mesin th 2012 = {(5 x Rp1.500.000.000) - (5 x Rp100.000.000)} : 10 thn = Rp 700.000.000,00

- Cash Payment For FOHE = Rp 8.950.000.000 - Rp700.000.000 = Rp 8.250.000.000

* Cash Payment For OE = Seluruh OE merupakan Biaya Tunai = Rp 3.700.000.000

Cash Planning /Budget :

1. Cash Balance January, 1, 2012 Rp 4.750.000.000

2. Estimate of Cash Received :

a. From Sales Rp 23.450.000.000

23.450.000.000

Rp (+)

Operating Cash Available Rp 28.200.000.000

3. Estimate of Cash Payment :

a. For Raw Material Purchase Rp 2.007.291.667

b. For Labor Expense Rp 4.450.000.000

c. For FOHE Rp 8.250.000.000

d. For Operating Expense Rp 3.700.000.000

h. For Income Tax Rp 1.663.904.494 (+)

20.071.196.161

Rp (-)

Cash Balance December, 31, 2012 Rp 8.128.803.839

3.3.7. Balance Sheet Budget

Assets : Assets Debt & Equ

a. Cash Rp 8.128.803.839

b. A/R Rp 2.100.000.000

c. Material Inventory (75.000 m @ Rp2500) Rp 187.500.000

d. Finished Good Inventory (dari COGS diatas) Rp 1.755.617.978

e. Aktiva Tetap Rp 9.250.000.000

f. Accm - Depr - 5 Unit Mesin (Rp3.570.000.000+Rp700.000.000) Rp 4.270.000.000 (-)

4.980.000.000 Rp

Debt & Equities :

a. A/P Rp 180.208.333

b. Equities : Rp -

1. Common Stock Rp 4.200.000.000

2. Premium on Common Stock Rp 850.000.000

3. R/E (Rp6.930.000.000 + Rp4.991.713.483) Rp 11.921.713.483

Total Asset, Liabilities & Equities Rp 17.151.921.816 Rp 17.151.921.816

PT.SESUAP NASI

BALANCE SHEET BUDGET DEC, 31, 2013

(14)

3.4. Budget Kinerja Perusahaan

3.4.1. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S.

Munawir, 1995:31).

3.4.1.1. Current Ratio

Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancarnya yang dimiliki.

Current Ratio = Aktiva Lancar

X 100%

Hutang Lancar

= Rp 12.171.921.817

X 100% = 67,5436%

Rp 180.208.333 3.4.1.2. Quick Ratio

Quick Ratio menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat bias digunakan untuk melunasi hutang lancar.

Quick Ratio = Aktiva Lancar-Persediaan

X 100%

Hutang Lancar

= Rp 10.228.803.839

X 100% = 56.7609%

Rp 180.208.333

(15)

3.4.2. Rentabilitas

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 1997:35).

3.4.2.1. Gross Profit Margin

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.

Gross Profit Margin = Laba Kotor

X 100%

Penjualan Bersih

= Rp 10.355.617.978

X 100% = 0.4109%

Rp 25.200.000.000 3.4.2.2. Net Profit Margin

Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.

Net Profit Margin = Laba setelah Pajak

X 100%

Penjualan Bersih

= Rp 4.991.713.483

X 100% = 0.1981%

Rp 25.200.000.000 3.4.2.3. Earning Power of Total Invesment

Earning Power of Total Investment merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.

Earning Power of Total

Investment = Laba sebelum Pajak

X 100%

Total Aktiva

= Rp 6.655.617.978

X 100% = 0.3880%

Rp 17.151.921.816

(16)

3.4.2.4. Return on Equity

Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen.

Return on Equity = Laba setelah Pajak

X 100%

Equitas Pemegang Saham

= Rp 4.991.713.483

X 100% = 0.2941%

Rp 16.791.713.483 3.4.3. Aktivitas

3.4.3.1. Inventory Turnover

Inventory Turnover = COGS

Average Inventory

= COGS

(Beginning Inventory + Ending Inventory)/2

= Rp14.844.382.022

(Rp975.000.000 + Rp1.755.617.978)/2

= Rp14.844.382.022

Rp1.365.308.989

= 10.87254 Kali 3.4.3.2. Days Sales in Inventory

Days Sales in Inventory = 365 Hari

Inventory Turnover Ratio

= 365 Hari

10.87254397

= 33.5708 Hari

(17)

3.4.3.3. Accounts Receivable Turnover

Accounts Receivable Turnover = Net Credit Sales Net Receivables

= Rp25.200.000.000 Rp2.100.000.000

= 12 Kali 3.4.3.4. Average Collection Period

Days Sales in Receivables = 365 Hari

Accounts Receivable Turnover Ratio

= 365 Hari

12

= 30.41667 Hari

(18)

3.5. Media Pengendali

3.5.1. Break Even Point (BEP) Variable Cost/Unit

1. Raw Material Expense = 2M x Rp 2500 = Rp 5,000 2. Labor Expense = 4JK x Rp 2500 = Rp 10,000 3. Overhead Variable Expense = 4JM x Rp 2500 = Rp 10,000

Total Variable Cost/Unit Rp 25,000

Fixed Cost

1. Overhead Fixed Expense = Rp 4,500,000,000

2. Operating Expense = 420.000 unit x Rp 2500 = Rp 1,050,000,000

Total Fixed Cost Rp 5,550,000,000

Sales Price/Unit Rp 60,000

Break Even Point

1. BEP Unit = Total Fixed Cost

Sales Price/Unit - Variable Cost/Unit

= Rp 5,550,000,000 Rp 60.000 - Rp 25.000 BEP Unit = 158,571.4286 unit

2. BEP $ = BEP Unit x Sales Price/Unit

= 158.571,4386 x Rp 60.000 BEP $ = Rp 9,514,285,714.29

3.5.2. Margin of Sales (MOS) MOS = Sales Budget – BEP

= Rp25.200.000.000 – Rp9.514.285.714,29

= Rp15.685.714.285,71

(19)

3.5.3. Degree of Operating Leverage (DOL) Diketahui:

Sales

Variabel Cost:

Rp25.200.000.000

Raw Material Rp2.225.000.000

Labor Rp4.450.000.000

FOH Variabel Rp4.450.000.000

Operating Expenses Rp2.100.000.000

Rp13.225.000.000 Fixed Cost:

FOH Fixed Rp4.500.000.000

Selling & General Adm. Rp1.600.000.000

Rp6.100.000.000

DOL = Contribution Margin

Operating Income

= Total Contribution

Total Contribution - Fixed Costs

= (Rp25.200.000.000 - Rp13.225.000.000)

(Rp25.200.000.000 - Rp13.225.000.000) - Rp6.100.000.000

= Rp11.975.000.000

Rp11.975.000.000 - Rp6.100.000.000

= Rp11.975.000.000

Rp5.875.000.000

= 2,038

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan kelas yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan perubahan tingkah laku dimana pengelolaan kelas dilakukan

Hasil pengujian analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh opini audit dan temuan audit secara simultan terhadap tingkat korupsi pada

Dengan mengkaji kedua pendapat tersebut di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa yang disebut dengan asesmen adalah upaya formal yang sistematis dilakukan oleh

Perubahan sistem menjadi salah satu solusi dalam Turki menghadapi berbagai ancaman dari kelompok teroris dan tantangan yang ada sehingga diadakannya referendum 2017

Setelah semua persamaan regresi tersebut dicoba pada nilai radiansi citra MODIS, ternyata pada persamaan polinomial (baik orde dua maupun orde tiga) tidak dapat digunakan

Hasil dari pembuatan sistem ini adalah halaman-halaman informasi yang nantinya dijalankan dengan web browser. Adapun sub-menu yang terdapat di dalam sistem pada

scleronema baik jantan dan betina di Desa Langgam dan Desa Mentulik memiliki status pertumbuhan adalah allometrik negatif (Tabel 5), artinya hubungan tersebut menunjukkan

) Dibawah ini yang termasuk 8ilum ada roto,oa Dibawah ini yang termasuk 8ilum ada roto,oa ke3uali7. Jawaban B. 'arena ara me3ium memiiki bentuk  'arena ara me3ium