ABSTRAK
SKEMA KOGNITIF SISWA SMA TENTANG GAYA GESEK DAN PERUBAHANNYA MELALUI ASIMILASI DAN AKOMODASI
Anastasia Susi Murwaningsih. 2016 ”Skema Kognitif Siswa SMA Tentang Gaya Gesek dan Perubahannya Melalui Asimilasi dan Akomodasi”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya proses perubahan skema kognitif siswa melalui asimilasi dan akomodasi pada materi gaya gesek. Partisipan berjumlah lima orang siswa SMA kelas X di Yogyakarta. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016. Data diperoleh menggunakan tes konseptual dan wawancara.
Tes konseptual digunakan untuk memperoleh skema kognitif awal siswa. Skema awal tersebut dikonfirmasi lagi ketika wawancara. Ketika wawancara peneliti memberikan pertanyaan konfirmasi, contoh maupun ilustrasi untuk membantu siswa mengembangkan atau memodifikasi pemahamannya. Proses asimilasi dan akomodasi ditunjukkan dengan kutipan dialog dari analisis transkrip wawancara
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S COGNITIVE SCHEME ABOUT FRICTION FORCE AND CHANGES IN ASSIMILATION AND
ACCOMMODATION
Anastasia Susi Murwaningsih. 2016 ”Senior High School Student’s Cognitive Scheme About Friction Force and Changes in Assimilation and Accommodation”. Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University of Yogyakarta.
This research was aiming at revealing the change of student’s cognitive scheme through assimilation and accommodation about friction force. The participants of this research are five students of senior high school X class in Yogyakarta. The nature of the research was a qualitative inquiry. The research was held on February to April 2016. The data obtaining is achieved by conceptual test and interview.
The initial scheme was confirmed again in interview section. In the interview, the researcher asked confirmation questions, examples, and ilustrations to help the students in developing or modifying their understanding. The assimilation and accommodation process were shown in quottations from interview transcript analysis.
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
HALAMAN PENGESAHAN ...
HALAMAN PERSEMBAHAN ...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPANTINGAN AKADEMIS ... ...
ABSTRAK ...
ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ... i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv xv
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang ...
B. Rumusan Masalah ...
C. Batasan Masalah ...
D. Tujuan Penelitian ...
E. Manfaat Penelitian ...
1 1 2 2 2 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...
A. Konstruktivisme ...
B. Skema Kognitif...
C. Perubahan Skema Kognitif………... D. Deskripsi Materi Gaya Gesek………...
3
3
9
4
6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...
A. Jenis Penelitian…... B. Partisipan Penelitian...
11
11
xii
C. Desain Penelitian...
D. Waktu Penelitian………...
E. Metode Pengumpulan Data………...
F. Instrumen Pengumpulan Data………...
G. Metode Analisis Data………
12
12
12
12
13
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ...
A. Data. ...
B. Analisis Data dan Pembahasan...
1. Skema/pemahaman awal tentang gaya gesek………. 2. Perubahan pemahaman secara asimilasi………. 3. Perubahan pemahaman secara akomodasi………..
16
16
16
16
23
27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ... 40
40
40
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 : Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara asimilasi.... 23
Tabel 4.2 : Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara asimilasi…. 24 Tabel 4.3 : Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara asimilasi... 25
Tabel 4.4 : Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara akomodasi. 27
Tabel 4.5 : Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara akomodasi. 29
Tabel 4.6 : Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara akomodasi. 30
Tabel 4.7 : Proses perubahan pemahaman Partisipan D secara akomodasi. 34
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Diagram proses perubahan skema kognitif…... 4
Gambar 2.2 : Benda diam di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek statisnya ke kiri …... 8 Gambar 2.3 : Benda bergerak di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek kinetisnya ke kiri. Benda bergerak ke kanan dengan percepatan a………... 9 Gambar 2.4 : Benda diam di atas bidang miring yang diberi gaya ke kiri, arah gaya gesek statisnya ke kanan... 9 Gambar 2.5 : Benda bergerak di atas bidang miring yang diberi gaya ke kiri, arah gaya gesek kinetisnya ke kanan dengan percepatan a yang arahnya ke kiri... 10
Gambar 4.6 : Skema awal partisipan A tentang gaya gesek………... 15
Gambar 4.7 : Skema awal partisipan B tentang gaya gesek………... 17
Gambar 4.8 : Skema awal partisipan C tentang gaya gesek………... 18
Gambar 4.9: Skema awal partisipan D tentang gaya gesek………... 20
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Soal tes konseptual dan jawaban ... 43
Lampiran 2 : Analisa hasil tes konseptual... 63
Lampiran 3 : Transkrip wawancara Partisipan A…... 65
Lampiran 4 : Transkrip wawancara Partisipan B…... 72
Lampiran 5 : Transkrip wawancara Partisipan C…... 79
Lampiran 6 : Transkrip wawancara Partisipan D…... 86
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang sistematis
(Gedgrave. 2009). Dalam mempelajari fisika, seseorang melibatkan indera
pengamatan dan pikirannya untuk membangun proses pemahaman melalui
proses kognitif. Saat menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
sekolah, peneliti menemui beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam
membangun pemahaman tentang fenomena fisika. Teori kognitif Piaget
menjelaskan bahwa pemahaman seseorang tersusun dalam skema sederhana
yang berkembang ke skemata yang rumit melalui asimilasi dan akomodasi
(Hergenhahn & Olson. 2009).
Sebelumnya telah dilakukan penelitian serupa oleh Akpinar dan Tan
dengan metode membaca teks untuk menghilangkan miskonsepsi siswa pada
materi relativitas. Keterampilan membaca tiap siswa yang berbeda
menyebabkan metode tersebut hanya mampu mengungkap pemahaman siswa,
belum bisa menghilangkan miskonsepsinya. Untuk mengungkap pemahaman
siswa dilakukan dengan analisis kualitatif dari transkrip wawancara (Akpinar
& Tan. 2011). Penelitian ini mengungkapkan skema kognitif/pemahaman
siswa dan perubahannya pada materi gaya gesek, melalui tes konseptual dan
2 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
permasalahan yang akan dikaji adalah:
1. Bagaimana skema kognitif awal siswa tentang Gaya Gesek?
2. Bagaimana perubahan skema kognitif siswa tentang Gaya Gesek secara
asimilasi dan akomodasi?
C. Batasan Masalah
Dari latar belakang penelitian ini, terdapat beberapa masalah yang terkait
dengan skema kognitif siswa. Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada:
1. Penelitian akan dilakukan pada 5 siswa kelas X
2. Materi pembelajaran fisika tentang Gaya Gesek.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui skema kognitif awal siswa tentang Gaya Gesek.
2. Mengetahui perubahan skema kognitif siswa tentang Gaya Gesek secara
3 E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatnya
keefektifan pembelajaran fisika.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memilih
strategi mengajar yang menarik.
2. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat memahami cara mengubah pemahaman siswa, sehingga
kelak dapat menjadi pendidik yang dapat memfasilitasi dengan baik
3 BAB II
DASAR TEORI
A. Konstruktivisme
Menurut Resnick, konstruktivisme adalah teori yang menjelaskan bahwa
pemahaman baru seseorang dibangun melalui interaksi antara pengetahuan
yang telah dimiliki dengan pengalaman baru (Richardson, 2003: 1624).
Pembelajaran konstruktivisme menyiratkan bahwa guru di kelas
mengembangkan situasi yang mendidik yang menekankan kebutuhan untuk
mendorong partisipasi siswa yang lebih besar (Larochelle & Bednarz, 2006).
B. Skema Kognitif
Skema adalah istilah yang sangat penting dalam teori Piaget. Suatu skema
dapat dianggap sebagai elemen dalam struktur kognitif seseorang
(Hergenhahn & Olson, 2009: 314). Piaget mendefinisikan skema sebagai:
a cohesive, repeatable action sequence possessing component actions that are tightly interconnected and governed by a core meaning
(Piaget,1956:42).
Skema merupakan struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan
berubah selama perkembangan kognitif seseorang (Suparno, 2001: 21).
Skema kognitif adalah skemata yang dimiliki seseorang pada saat tertentu
4 pengalaman kumulatif dan kematangan biologis (Hergenhahn & Olson, 2009:
488).
C. Perubahan Skema Kognitif
Jumlah skemata yang dimiliki seseorang pada waktu tertentu merupakan
cognitive structure (struktur kognitif) orang tersebut. Bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya akan bergantung pada jenis struktur
kognitif yang ada. Melalui proses interaksi dengan lingkungannya, seseorang
dapat mengalami perubahan struktur kognitifnya melalui dua proses, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Melalui proses interaksi dengan lingkungan pula
pemahaman seseorang mengalami disekuilibrium (tidak seimbang). Maka
proses asimilasi dan akomodasi dilakukan untuk menyeimbangkan
pemahaman yang dimiliki hingga mencapai keseimbangan (ekuilibrium).
Perubahan skema kognitif secara ringkas dapat dilihat dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1. Diagram proses perubahan skema kognitif
1. Asimilasi
Menurut Hergenhahn & Olson, proses merespon lingkungan sesuai
5 yakni jenis pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan
lingkungan fisik. Proses asimilasi ini berjalan terus menerus. Menurut
Wadsworth dalam (Suparno, 1997: 31) asimilasi tidak menyebabkan
perubahan atau pergantian skema, melainkan mengembangkan skema.
Asimilasi merupakan proses dimana seseorang memasukkan
pengetahuan dari lingkungan ke dalam pikiran, yang dari bukti itu dapat
mengubah pemikirannya menjadi lebih sesuai (Joubish & Khurram,
2011). Misalnya seorang anak memahami gaya adalah suatu tarikan atau
dorongan. Kemudian saat anak itu melihat akibat dari suatu gaya yang
menyebabkan benda bergerak, maka skema kognitif awalnya
berkembang menjadi gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang
mengakibatkan benda bergerak.
2. Akomodasi
Accommodation (akomodasi) adalah proses memodifikasi struktur kognitif (Hergenhahn & Olson, 2009: 315). Akomodasi adalah
membentuk skema baru yang cocok dengan pengalaman yang baru atau
memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan pengalaman
tersebut (Woolfolk, 2009). Misalnya seorang anak memahami bahwa
benda yang didorong dan belum bergerak tidak ada gaya geseknya.
Namun saat dia menyadari ketika dia mendorong benda ada suatu gaya
yang melawan dorongannya. Kemudian dia menyadari bahwa terdapat
6 Penelitian ini akan mengidentifikasi proses asimilasi, dan akomodasi
ekuilibrasi dalam perubahan skema, misalnya partisipan yang kurang lengkap
menyebutkan hal-hal yang mempengaruhi nilai gaya gesek, kemudian
melakukan proses asimilasi untuk melengkapi skemanya. Selain itu ketika
partisipan menemukan ketidaksesuaian dalam pemahamannya, partisipan
akan memodifikasi skemanya melalui proses akomodasi.
D. Deskripsi Materi Gaya Gesek
Gaya adalah suatu jenis dorongan atau tarikan pada sebuah benda
yang menyebabkan benda bergerak atau mengalami deformasi (Giancoli,
1996: 87). Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa contoh gaya,
misalnya gaya berat, gaya normal, gaya gesek, dan gaya lain yang
biasanya dikerjakan oleh otot seperti gaya dorong atau gaya tarik.
Gaya berat sebuah benda adalah gaya gravitasional yang dilakukan
oleh bumi padanya. Arah gaya berat adalah arah dari gaya gravitasional,
yaitu menuju ke pusat bumi (Halliday, 1988). Jika sebuah benda bermassa
(m) dibiarkan jatuh bebas, percepatannya adalah percepatan gravitasi (g)
dan gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat (W). Mengikuti Hukum
Newton kedua, nilai gaya berat dapat dituliskan
W = mg (1)
Selain ada gaya berat yang mengarah ke pusat bumi, terdapat sebuah
7 yang diberikan gaya kontak, maka ada gaya lain yang merupakan reaksi
dari gaya kontak. Gaya lain tersebut adalah gaya normal.
Gaya normal adalah gaya reaksi terhadap gaya aksi berupa gaya tekan
benda terhadap bidang. Besar gaya normal sama dengan besar gaya tekan
benda terhadap bidang. Arah gaya normal adalah tegak lurus bidang.
Gaya gesek adalah gaya yang timbul akibat dua buah permukaan
benda yang saling bersentuhan. Arah gaya gesek adalah berlawanan
dengan arah kecenderungan gerak benda.
Ada 2 macam gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek
kinetis. Gaya gesek statis (fs) adalah gaya gesek pada benda yang diam
hingga hampir bergerak. Gaya gesek kinetis (fk) adalah gaya gesek pada
benda yang sedang bergerak.
Perbandingan antara besar gaya gesek statis maksimum dengan
besar gaya normal disebut koefisien gesek statis (µs) antara kedua
permukaan tersebut seperti pada persamaan (2).
fs ≤ µs N (2)
Perbandingan antara besar gaya gesek kinetis dengan gaya normal disebut
koefisien gesek kinetis (µk) seperti pada persamaan (3).
fk = µk N (3)
Baik μs dan μk adalah konstanta tak berdimensi yang merupakan
perbandingan (besar) dua buah gaya, yaitu perbandingan besarnya gaya
gesek statis atau kinetis dengan besar gaya normal. Harga μs dan μk
8 statis selalu lebih besar dibanding gaya gesek kinetis. Nilai koefisien gesek
diantara 0 hingga 1. Nol untuk licin sempurna dan 1 untuk kasar
sempurna.
Pada saat benda berada di atas bidang datar, saat diberi gaya
namun benda belum bergerak hingga akan bergerak, terdapat gaya gesek
statis yang arahnya berlawanan dengan gaya yang diberikan, seperti pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2. Benda diam di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek statisnya ke kiri.
Sedangkan saat berada di atas bidang datar, saat diberi gaya hingga
bergerak, terdapat gaya gesek kinetis yang arahnya berlawanan dengan
gaya yang diberikan, seperti pada gambar 2.3.
9 Pada saat benda berada di atas bidang miring, saat diberi gaya
namun benda belum bergerak hingga akan bergerak, terdapat gaya gesek
statis yang arahnya berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, seperti
pada gambar 2.4. Namun karena nilai gaya gesek statis dan gaya gesek
kinetis tergantung pada nilai gaya normal (N) dan nilai gaya normal
dipengaruhi kemiringan bidang, maka nilai fs dan fk memperhatikan sudut kemiringan bidang juga.
Gambar 2.4. Benda diam di atas bidang miring yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek statisnya ke kiri
dengan, Wx : komponen gaya berat yang searah sumbu X
Wy : komponen gaya berat searah sumbu Y, dimana
Wy = W cos , dan Wy = N
Berdasarkan gambar 2.4 dan dari persamaan (2) maka nilai gaya gesek
statis (fs),
(4)
Pada saat benda berada di atas bidang miring, saat diberi gaya ke kanan
hingga benda bergerak, terdapat gaya gesek kinetis yang arahnya
berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, dengan percepatan sebesar a
10 Gambar 2.5. Benda bergerak di atas bidang miring yang diberi gaya ke kanan arah gaya gesek kinetisnya ke kiri dengan percepatan a yang arahnya ke kanan
Nilai gaya gesek kinetis seperti pada gambar 2.5 dapat dituliskan
(5)
11 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor dalam Prastowo (2011: 22) metodologi kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian
ini dikatakan penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan hanya untuk
menggambarkan skema kognitif awal partisipan dan perubahannya secara
asimilasi dan akomodasi.
B. Partisipan Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima orang siswa SMA kelas X.
Partisipan terdiri dari empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Proses
perekrutan partisipan dilakukan dengan penawaran sukarela dari peneliti.
Pemilihan kelima partisipan dilakukan dengan convenience sampling, yaitu
suatu kelompok individual yang secara convenient siap untuk diteliti
(Suparno, 2014: 45). Peneliti sudah mengenal kelima partisipan sejak
mengikuti kegiatan PPL di sekolah mereka. Pentingnya dipilih partisipan
yang sudah dikenal karena penelitian ini membutuhkan keterbukaan dari
12 C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Studi kasus
merupakan suatu penelitian yang mendetail dari subyek, keadaan, atau
kejadian khusus. Studi kasus mudah untuk dilakukan dan juga tidak perlu
menggeneralisasikan apapun (Suparno,2014).
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016 di Yogyakarta.
E. Metode Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, pertama dengan
metode tes konseptual untuk mengetahui pemahaman awal partisipan. Kedua,
metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis. Wawancara dilakukan
untuk memfasilitasi perubahan pemahaman melalui ilustrasi, pertanyaan, dan
contoh dalam kehidupan. Kegiatan wawancara antara peneliti dan partisipan
direkam menggunakan recorder supaya data yang diperlukan tidak hilang.
Sebelum wawancara dengan kelima partisipan dilakukan latihan sebanyak
tiga kali dengan orang yang berbeda, untuk melatih kemampuan peneliti
dalam memberikan pertanyaan.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya ada dua, yaitu tes konseptual
13 1. Tes konseptual
Soal disusun berdasarkan indikator-indikator pada materi gaya gesek.
Untuk menjamin validitas, membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu
sebelum membuat soal. Kisi-kisi tersebut dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing supaya soal yang dibuat sudah benar-benar baik. Soal dibuat
dalam bentuk pilihan ganda untuk membantu partisipan untuk sedikit
mengingat kembali materi gaya gesek, selain itu untuk mengecoh
partisipan dalam memilih jawaban. Soal konseptual disajikan dalam
Lampiran 1.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan berdasarkan hasil tes konseptual. Peneliti
menyusun daftar pertanyaan dan menyiapkan ilustrasi maupun contoh
untuk membantu partisipan mengubah pemahamannya. Wawancara ini
bertujuan untuk mengungkap lebih jelas pemahaman awal yang dimiliki
partisipan, dan memfasilitasi perubahan pemahaman yang masih salah
melalui pertanyaan, ilustrasi dan contoh.
G. Metode Analisis Data
Berdasarkan hasil tes konseptual, dikumpulkan jawaban dari kelima
partisipan. Kemudian dilihat pada soal mana saja yang terbanyak tidak
mampu dijawab partisipan. Dari sini dapat diperoleh gambaran persoalan
14 dijawab partisipan, ketika wawancara lebih ditekankan untuk mengubah
pemahaman partisipan.
Data hasil wawancara yang direkam menggunakan recorder selanjutnya
dianalisis untuk mengungkapkan perubahan skema kognitif partisipan tentang
gaya gesek dengan prosedur sebagai berikut:
1. Transkrip hasil wawancara
Hasil rekaman wawancara ditulis menjadi bentuk dialog tertulis untuk
mempermudah identifikasi pemahaman siswa. Transkrip wawancara
terlampir (Lampiran 3,4,5,6 dan 7).
2. Mencermati transkrip wawancara yang dilengkapi dengan catatan
siswa
3. Mengidentifikasi dimana terjadinya perubahan pemahaman secara
asimilasi dan akomodasi
4. Mengambil/mengutip dialog yang memuat terjadinya perubahan
15 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Data
Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara terlampir (Lampiran 3, 4, 5, 6,
dan 7).
B. Analisis Data dan Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara, peneliti berhasil mengungkapkan skema awal,
serta adanya perubahan pemahaman kelima partisipan melalui proses asimilasi
maupun akomodasi.
1. Skema/pemahaman awal tentang gaya gesek
a. Partisipan A
[image:34.612.92.533.153.667.2]Skema awal partisipan A digambarkan dalam Gambar 4.6.
16 Partisipan A awalnya memahami bahwa gaya adalah sesuatu yang
bekerja pada benda. Definisi gaya disini masih kurang lengkap perlu
ditambahkan akibat gaya sesuai dengan teori di halaman 6. Partisipan
juga hanya menyebutkan gaya gesek untuk contoh gaya karena sudah
lupa. Padahal sangat banyak contoh gaya dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman partisipan tentang syarat terjadinya gaya gesek sudah
benar, yaitu ketika dua benda saling bersentuhan seperti pada teori di
halaman 7. Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan kasar/halus
permukaan juga sudah benar, hanya perlu dilengkapi bahwa kasar/halus
permukaan disebut koefisien gesek. Ketika benda berada di bidang
miring, partisipan memahami bahwa kemiringan bidang tidak
mempengaruhi nilai gaya gesek, padahal kemiringan bidang
mempengaruhi gaya normal sehingga nilai gaya gesek juga berubah
seperti pada halaman 9. Partisipan juga meyakini bahwa benda yang
didorong dan bergerak yang ada gaya geseknya. Ketika benda belum
bergerak tidak ada gaya geseknya, padahal ada gaya gesek statis yang
bekerja.
b. Partisipan B
17 Gambar 4.7. Skema awal partisipan B tentang gaya gesek
Partisipan B memahami gaya adalah tarikan atau dorongan. Sama
seperti partisipan A, seharusnya definisi gaya dilengkapi dengan akibat
dari gaya. Contoh gaya yang diketahui partisipan B hanya gaya dorong
dari sekian banyaknya contoh gaya yang ada. Ketika diberi pertanyaan
tentang contoh gaya di soal konseptual yang sudah dikerjakan,
partisipan baru mengingat kembali contoh gaya yang lain, yaitu gaya
gesek, gaya apung, dan gaya tolak menolak.
Menurut partisipan B, gaya gesek terjadi saat dua benda saling
bersentuhan. Pernyataan ini sudah tepat sesuai dengan teori di halaman
6. Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan permukaan. Pemahaman
ini perlu penjelasan dari partisipan tentang permukaan, dan seharusnya
18 c. Partisipan C
Skema awal partisipan C digambarkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Skema awal partisipan C tentang gaya gesek
Partisipan C sudah mengetahui bahwa gaya dapat mengakibatkan
benda bergerak. Pernyataan ini sudah benar mengenai definisi gaya,
hanya partisipan menggunakan kata-katanya sendiri. Partisipan juga dapat
menyebutkan contoh gaya yang ia ketahui, yaitu gaya dorong, gaya tarik,
gaya gesek, gaya apung, gaya tolak menolak, dan gaya melingkar. Namun
terdapat kesalahan pada gaya melingkar, karena gaya yang ada gaya
sentripetal dan gerak melingkar, untuk gaya melingkar tidak ada.
Partisipan mengetahui bahwa gaya gesek terjadi saat dua benda
19 bergesekan. Menurut partisipan, nilai gaya gesek dipengaruhi oleh luas
permukaan, massa, permukaan, dan gaya dorong. Besaran yang
disebutkan masih ada yang salah, yaitu luas permukaan dan gaya dorong
tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Selain itu perlu penjelasan di
bagian permukaan yang mempengaruhi nilai gaya gesek. Partisipan juga
mengalami kesalahan pada arah gaya gesek yang searah dengan arah
gerak benda. Seharusnya arah gaya gesek berlawanan dengan arah gerak
benda yang disebutkan pada teori di halaman 7. Sama seperti kedua
partisipan sebelumnya, partisipan C juga meyakini bahwa benda yang
belum bergerak saat didorong tidak ada gaya geseknya, padahal terdapat
gaya gesek statis.
d. Partisipan D
20 Gambar 4.9. Skema awal partisipan D tentang gaya gesek
Berdasarkan skema awal di atas terlihat bahwa partisipan D sudah
memahami definisi gaya dan juga dapat menyebutkan beberapa contoh
gaya, dapat dilihat dalam percakapan di halaman 86. Partisipan juga
sudah memahami syarat terjadinya gaya gesek. Namun untuk besaran
yang mempengaruhi nilai gaya gesek masih terdapat kesalahan pada
luas permukaan. Selain itu kasar/halus permukaan harusnya diganti
menjadi koefisien gesek. Sama seperti partisipan lainnya, partisipan D
juga meyakini bahwa benda yang belum bergerak saat didorong tidak
21 e. Partisipan E
Skema awal partisipan E digambarkan pada gambar 4.10.
[image:40.612.92.533.123.628.2]
Gambar 4.10. Skema awal partisipan E tentang gaya gesek
Partisipan E mengalami kesalahan pemahaman tentang definisi
gaya. Gerak benda merupakan akibat dari gaya. Namun partisipan dapat
menyebutkan contoh beberapa gaya dengan benar. Partisipan sudah
memahami syarat terjadinya gaya gesek. Nilai gaya gesek dipengaruhi
oleh massa dan kasar/halus permukaan juga sudah benar. Hanya saja di
bagian kasar/halus permukaan perlu diarahkan ke koefisien gesek. Sama
dengan partisipan lainnya, partisipan E juga meyakini bahwa benda yang
belum bergerak ketika didorong tidak ada gaya geseknya, padahal
22 Secara keseluruhan, terlihat bahwa kelima partisipan sudah
mengetahui syarat terjadinya gaya gesek. Namun masih kurang
menguasai pada bagian besaran apa saja yang mempengaruhi nilai gaya
gesek, arah gaya gesek, hingga jenis gaya gesek. Kelima partisipan
semuanya beranggapan bahwa benda yang diberi gaya dan belum
bergerak tidak ada gaya gesek. Disini terjadi kesalahan, karena ketika
benda diberi gaya dan belum bergerak terdapat gaya gesek statis. Selain
itu kelima partisipan juga belum memahami tentang gaya lainnya yang
berhubungan dengan gaya gesek, seperti gaya berat dan gaya normal.
Begitu juga tentang menghitung gaya gesek kelima partisipan belum
memiliki skema awal. Terbukti ketika diberi pertanyaan tentang
bagaimana cara menghitung gaya gesek, kelima partisipan lupa dan ada
yang tidak tahu. Dapat dilihat dalam percakapan di halaman 68, 76, 83,
88, dan 94.
Disini berarti pembelajaran fisika di sekolah tentang gaya gesek
belum benar-benar berhasil. Konsep tentang gaya gesek belum
sepenuhnya dipahami oleh partisipan. Padahal dalam pembelajaran fisika
konsep gaya gesek sangat penting dan sering dijumpai dalam kehidupan
23 2. Proses perubahan pemahaman secara asimilasi
a. Partisipan A
Proses perubahan pemahaman secara asimilasi pada partisipan A
[image:42.612.93.527.162.613.2]disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara asimilasi P : Peneliti, R : Partisipan
Pemahaman Siswa Keterangan Gaya adalah sesuatu yang bekerja
pada suatu benda.
P : Menurut kamu gaya itu apa? R : sesuatu yang bekerja pada suatu
benda
P : Ada akibat dari gaya ga? R : ada
P : Apa?
R : Bendanya jadi bergerak P : Jadi gaya itu apa?
R : Sesuatu yang bekerja pada suatu
benda yang mengakibatkan benda bergerak
Pernyataan ini masih kurang untuk definisi gaya. Maka peneliti memberikan pertanyaan tentang akibat dari gaya untuk membantu partisipan mengembangkan pemahamannya (asimilasi)
Pemahaman awal partisipan A mengenai pengertian gaya masih
perlu dilengkapi. Maka peneliti memberikan pertanyaan tentang akibat
dari gaya, sehingga partisipan A dapat mengembangkan pemahamannya
tentang pengertian gaya. Pada bagian ini terjadi proses asimilasi, karena
perubahan pemahaman partisipan A hanya berkembang dan tidak
24 b. Partisipan B
Proses perubahan pemahaman secara asimilasi pada partisipan B
[image:43.612.95.529.161.593.2]disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara asimilasi P : Peneliti, R : Partisipan
Pemahaman Siswa Keterangan Terdapat dua jenis gaya gesek, yaitu
gaya gesek statis dan gaya gesek saat benda yang bergerak ketika diberi gaya
P :Gaya gesek itu bisa terjadi berapa kali?
R : dua kali, waktu benda diberi gaya masih diam, dan waktu diberi gaya kemudian bergerak
P : Apa istilah buat dua gaya gesek itu?
R : Gaya gesek statis sama satu lagi
lupa
P : Statis untuk yang diam atau bergerak bendanya?
R : yang diam
P : Kalau kita bergerak gitu ada energi apa ya namanya? R : energi kinetik
P : kalau benda diberi gaya kemudian bergerak, ada gaya gesek apa?
R : gaya gesek kinetik
Pernyataan ini menunjukkan partisipan sudah mengetahui jenis gaya gesek, namun untuk istilah gaya gesek kinetis belum dipahami partisipan.
Maka peneliti memberikan pertanyaan tentang energi kinetik untuk mengarahkan partisipan untuk mengembangkan pemahamannya (asimilasi)
Partisipan B awalnya sudah mengetahui bahwa gaya gesek dapat
terjadi dua kali, yaitu saat benda diam ketika didorong dan saat benda
bergerak saat didorong. Namun partisipan hanya mengetahui istilah gaya
25 memberikan pertanyaan mengenai energi kinetik untuk mengarahkan
partisipan ke gaya gesek kinetik. Ternyata partisipan berhasil memahami
bahwa ketika benda bergerak saat didorong terdapat gaya gesek kinetik.
Berarti disini terjadi perubahan pemahaman secara asimilasi.
c. Partisipan C
Proses perubahan pemahaman secara asimilasi pada partisipan C
[image:44.612.96.529.199.699.2]disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3. Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara asimilasi P : Peneliti, R : Partisipan
Pemahaman Siswa Keterangan P : Terus maksudnya permukaan
mempengaruhi gaya gesek gimana?
R : ya kasar/halus permukaannya
gitu
P : istilahnya apa itu? R : lupa
P : Pernah denger koefisien gesek? R : pernah tapi lupa
P : kalau di pemuaian itu kan, kecepatan memuai benda tergantung sama koefisien muai bendanya. Jadi misalnya besi sama aluminium kan beda bahan terus koefisien muainya beda. Kira- kira kalau di koefisien gesek gimana?
R : Oh iya, koefisien gesek itu
tingkat kasar/halusnya permukaan
P : Kalau dorong lemari di karpet sama di lantai, mana yang lebih besar gaya geseknya?
R : yang di karpet lebih besar karena lebih kasar
Pernyataan ini menunjukkan bahwa partisipan sudah memahami, tapi belum bisa menyebutkan koefisien gesek
Untuk mengarahkan partisipan memahami koefisien gesek, diberi contoh tentang koefisien pemuaian
26 Partisipan cukup memahami bahwa permukaan yang kasar/halus
mempengaruhi nilai gaya gesek. Namun partisipan belum mengetahui
tentang koefisien gesek. Maka peneliti memberi bantuan analogi pada
koefisien pemuaian. Ternyata partisipan terbantu dengan analogi tersebut
untuk mengetahui definisi koefisien gesek yang dibuktikan dengan
pernyataan, “oh iya, koefisien gesek itu tingkat kasar/halus permukaan.”
Perubahan pemahaman dari belum mengetahui definisi koefisien gesek
menjadi mengetahui definisi koefisien gesek ini terjadi proses asimilasi.
d. Partisipan D
Tidak terjadi perubahan pemahaman secara asimilasi e. Partisipan E
Tidak terjadi perubahan pemahaman secara asimilasi
Proses asimilasi terjadi ketika partisipan diberi pertanyaan tentang
kelanjutan dari penjelasan yang telah ia berikan, misalnya tentang akibat
dari gaya. Selain itu proses asimilasi juga terjadi saat partisipan diberi
analogi tentang istilah yang hamper serupa misalnya energi kinetik,
koefisien pemuaian. Pada proses asimilasi partisipan tidak mengubah
skema awalnya, namun hanya mengembangkan dan melengkapinya saja.
Proses asimilasi dialami oleh partisipan A tentang definisi gaya,
partisipan B tentang jenis gaya gesek, dan partisipan C tentang koefisien
27 3. Proses perubahan pemahaman secara akomodasi
a. Partisipan A
Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan A
[image:46.612.96.528.171.694.2]disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan
No Pemahaman Siswa Keterangan
1 Ketika benda didorong dan belum bergerak tidak ada gaya gesek yang bekerja.
P : Kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya ga?
R : Ga ada
P : Tadi gaya gesek terjadinya kapan?
R : Waktu kedua benda
bersentuhan terus dikasih gaya P :Kalau kita kasih gaya ke bendanya, tapi bendanya belum gerak ada gaya geseknya ga? R : berarti ada
P :Jadi kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya ga?
R : Ada
Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis.
Peneliti memberikan pertanyaan kapan terjadinya gaya gesek untuk mengubah pemahaman tersebut
(akomodasi).
2 Ketika benda didorong di bidang miring, kemiringan bidang tidak mempengaruhi gaya gesek. P : Kira-kira ada pengaruh kemiringan bidangnya ga ke gaya geseknya?
R : Ga ada
P : Tadi gimana cara menghitung gaya gesek?
R : Koefisien permukaan dikali gaya normal
P : Kalau di bidang datar dan di bidang miring gaya normalnya sama ga?
R : Beda
Pernyataan ini salah, kemiringan bidang
mempengaruhi gaya normal pada benda yang didorong. Gaya normal mempengaruhi nilai gaya gesek.
Peneliti memberikan
28 P : Apa bedanya?
R : Oh ada h nya, ketinggian
P : Berarti gaya normal dipengaruhi ketinggian ya? R : Iya
P : Kalau mejanya didorong di bidang datar yang tingginya 5m, sama meja yang di tangga yang tingginya 5m berarti gaya normalnya sama ya? R : Beda
P : Kenapa beda?
R : Soalnya yang di tangga miring, jadi lebih susah dorongnya
P : Jadi yang mempengaruhi gaya gesek ketinggian atau kemiringan? R : Kemiringan
Partisipan mengubah
pemahamannya (akomodasi) tetapi menjadi salah,
ketinggian tidak
mempengaruhi gaya normal. Maka peneliti mengajukan pertanyaan lagi
Melalui pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya, sehingga mengubah pemahamannya (akomodasi).
Partisipan A awalnya memahami bahwa benda yang didorong dan
belum bergerak tidak terdapat gaya geseknya. Kemudian, setelah peneliti
mengingatkan partisipan tentang kapan terjadinya gaya gesek terjadilah
proses akomodasi. Melalui pertanyaan yang diberikan, partisipan A baru
menyadari bahwa terdapat gaya gesek meskipun benda belum bergerak.
Disini terdapat perubahan struktur konsep, yaitu dari tidak ada gaya gesek
menjadi ada, maka terjadi perubahan pemahaman secara akomodasi
disini.
Partisipan A memahami bahwa gaya gesek benda yang berada di
bidang datar dan bidang miring sama. Padahal ketika benda berada di
29 bidang. Karena nilai gaya normal berubah, berarti nilai gaya gesek juga
berubah. Ketika diingatkan kembali tentang cara menghitung gaya gesek,
partisipan baru menyadari bahwa gaya normal benda di bidang miring
dan bidang datar berbeda. Namun penyebab perbedaan nilai gaya normal
tersebut adalah ketinggian. Disini terjadi proses akomodasi namun masih
terdapat kekeliruan, karena gaya normal tidak dipengaruhi ketinggian,
tetapi kemiringan bidang. Kemudian ketika diberi ilustrasi tentang benda
yang berada di ketinggian sama, namun berada di bidang datar dan bidang
miring, partisipan baru menyadari bahwa gaya normal bukan dipengaruhi
ketinggian, melainkan kemiringan bidang. Sehingga terjadi proses
perubahan pemahaman secara akomodasi disini.
b. Partisipan B
Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan B
[image:48.612.95.532.214.701.2]disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan
No Pemahaman Siswa Keterangan
1 Ketika benda didorong dan masih diam, belum ada gaya geseknya. P : Kalau misalnya kamu dorong hp ini tapi belum gerak ada gaya geseknya ga?
R : Ga ada, kan cuma saling bersentuhan aja, harusnya dikasih gaya
Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis. Partisipan juga belum memahami bahwa ketika mendorong hp sudah memberikan sebuah gaya dorong.
Peneliti memberikan
30 P : Harus dikasih gaya ya? Tadi hp
nya kamu apain?
R : Kudorong. Oh iya ada gayanya P : Jadi gimana?
R : Berarti ada gaya geseknya
diberikan ke benda yang diam tersebut untuk membantu partisipan mengubah
pemahamannya (akomodasi).
Partisipan B awalnya memahami bahwa benda yang didorong
meskipun belum bergerak tidak ada gaya geseknya. Partisipan
beranggapan bahwa benda tersebut hanya bersentuhan dan belum diberi
gaya, padahal ada gaya dorong yang diberikan tangan. Untuk membantu
partisipan mengubah pemahamannya yang salah tersebut, peneliti
memberikan pertanyaan konfirmasi tentang gaya yang diberi oleh
tangan. Kemudian partisipan B mengakomodasi pemahamannya tersebut
yang terbukti dari pernyataan, “oh iya ada gaya geseknya.” Disini
pemahaman partisipan B berubah dari yang awalnya tidak ada gaya
gesek menjadi ada gaya gesek.
c. Partisipan C
Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan C
[image:49.612.94.531.110.594.2]disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6. Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan
No Pemahaman Siswa Keterangan
1 Gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan, massa, dan gaya
31 dorong
P : Kalau hp kecil sama hp besar didorong di atas meja, mana yang lebih besar gaya geseknya? R : yang hp besar, karena luas
permukaannya, massanya lebih besar, dan membutuhkan gaya dorong yang lebih besar
P : Berarti luas permukaan mempengaruhi gaya gesek ya? R : Iya
P : Kalau sepatumu yang ukurannya 37, sama sepatunya Lala yang ukurannya 40, kalau jalan di jalan licin berarti kamu lebih mudah kepleset dong dibanding Lala?
R : Ya nggak lah, kan badannya Lala lebih besar
P : Tapi kan luas permukaan sepatu Lala lebih besar, katanya luas permukaan mempengaruhi gaya gesek, jadi gimana?
R : Iya ya, berarti luas permukaan tidak mempengaruhi gaya gesek
P : Terus jadinya gaya gesek dipengaruhi sama apa?
R : Massa, permukaan, sama gaya
dorong
P :Oh kalau gaya dorong makin besar berarti gaya geseknya makin besar ya?
R : Iya
P : Berarti kalau kamu sama Lala sama-sama dorong lemari yang sama gaya gesek di tempat Lala lebih besar?
R : Eh gaya geseknya sama
ding,tapi kalau pas bergerak punya Lala lebih gampang gerak
P : Jadi gaya dorongnya mempengaruhi gaya gesek ga?
R : Tidak
dorong tidak mempengaruhi gaya gesek
Berdasarkan ilustrasi ini peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu partisipan memodifikasi pemahamannya
Dari pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya hingga akhirnya mengubah
pemahamannya (akomodasi)
Pernyataan ini masih kurang tepat karena gaya dorong tidak mempengaruhi gaya gesek, dan perlu penjelasan di bagian permukaan
Dari pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya hingga akhirnya mengubah
pemahamannya (akomodasi)
32 gerak benda
P : Arah gaya gesek searah atau berlawanan dengan arah gerak bendanya?
R : searah
P : Kalau pas lagi ngerem mobil gitu arah gaya geseknya kemana? R : arah gaya geseknya ke
belakang
P : arah gerak bannya?
R : ke depan, eh enggak ding, arah
gaya gesek tu berlawanan sama arah gerak bendanya
P : Bukan searah sama arah gerak bendanya?
R : Bukan.
gaya gesek selalu berlawanan dengan arah kecenderungan gerak benda, maka peneliti memberikan pertanyaan
Berdasarkan pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya, sehingga ia mengubah pemahamannya (akomodasi).
3 Gaya gesek hanya terjadi jika benda didorong, kemudian bergerak P : Kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya?
R : tidak ada
P : Kalau lemarinya gerak, ada gaya geseknya?
R : ada
P : Menurutmu ada gaya yang arahnya berlawanan sama arah doronganmu ga?
R : ada, makanya dorongnya susah P : gaya apa itu?
R : apa ya?
P : Tadi gaya gesek arahnya kemana?
R : berlawanan sama arah gerak benda. Oiya, ada gaya geseknya P : Jadi benda didorong meskipun belum gerak ada gaya geseknya ga?
R : ada
Pernyataan ini tidak tepat, benda yang didorong
meskipun tidak bergerak juga terdapat gaya geseknya, peneliti mengajukan
pertanyaan tentang arah gaya gesek
Dari pertanyaan ini partisipan mulai menemukan
33 Pemahaman awal partisipan C tentang besaran yang
mempengaruhi nilai gaya gesek masih terdapat kesalahan. Luas
permukaan dan gaya dorong tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Selain
itu perlu perubahan dari permukaan menjadi koefisien gesek. Pada bagian
ini peneliti memberikan ilustrasi satu per satu untuk setiap kesalahan,
supaya partisipan juga tidak bingung ketika memodifikasi pemahaman
awalnya. Ketika diberi ilustrasi tentang sepatu partisipan C dengan sepatu
Lala, partisipan menemukan ketidaksesuaian dalam pemahamannya,
dilihat dari pernyataannya, “iya ya, berarti luas permukaan tidak
mempengaruhi nilai gaya gesek.” Pada bagian ini terdapat perubahan
struktur konsep, dari luas permukaan mempengaruhi nilai gaya gesek ke
luas permukaan tidak mempengaruhi nilai gaya gesek, maka disini terjadi
proses akomodasi.
Selanjutnya ilustrasi tentang dua orang dengan kekuatan berbeda
yang mendorong lemari yang sama diberikan untuk membantu partisipan
mengubah pemahamannya tentang gaya dorong yang mempengaruhi nilai
gaya gesek. Peneliti berhasil membuat partisipan mengubah skemanya,
dari gaya dorong mempengaruhi nilai gesek menjadi gaya dorong tidak
mempengaruhi nilai gaya gesek, berarti disini terjadi proses akomodasi
juga. Partisipan awalnya mengetahui bahwa arah gaya gesek searah
dengan arah gerak benda. Untuk memperbaiki kekeliruan pemahaman ini,
34 diminta untuk membayangkan kemana arah ban mobil bergerak, dan arah
gaya gesek yang bekerja saat pengereman mobil tersebut. Kemudian
proses akomodasi terjadi disini saat partisipan menyatakan bahwa arah
gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda.
Menurut partisipan, gaya gesek hanya ada saat benda bergerak
ketika diberi gaya. Pada benda yang tidak bergerak saat diberi gaya tidak
terdapat gaya geseknya. Dibantu dengan pertanyaan dari peneliti tentang
gaya yang melawan gaya dorong yang diberikan dan pertanyaan tentang
arah gaya gesek, partisipan mengubah skemanya. Yang sebelumnya tidak
ada gaya gesek pada benda yang tidak bergerak menjadi ada gaya gesek
yang bekerja pada benda diam meskipun diberi gaya. Hanya saja
partisipan belum bisa menyatakan nama untuk kedua jenis gaya gesek
tersebut.
d. Partisipan D
Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan D
[image:53.612.95.529.223.711.2]disajikan dalam tabel 4.7.
Tabel 4.7. Proses perubahan pemahaman Partisipan D secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan
No Pemahaman Siswa Keterangan
1 Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan
P : Kalau misalnya botol minum yang massanya 1kg dan galon yang isinya tinggal sedikit, terus
massanya tinggal 1kg juga, kalau
35 sama-sama didorong di lantai
mana yang lebih besar gaya geseknya?
R : lebih besar yang galon
P : Sekarang kalau misalnya ada kardus kulkas sama kardus tv yang masing-masing kamu isi batu bata 5kg. Kalau kamu dorong di lantai gaya geseknya beda ga?
R : gaya geseknya sama
P : Berarti gaya gesek dipengaruhi sama apa?
R : massa
P : bukan luas permukaannya? R : bukan
Kemudian peneliti memberi ilustrasi lain untuk membantu partisipan mengubah
pemahamannya (akomodasi)
2 Ketika benda didorong dan masih diam, belum ada gaya geseknya. P : misalnya minuman ini didorong tapi masih diam, ada gaya
geseknya ga? R : ga ada
P : kalau kamu naik motor terus kamu ngerem, motornya kan bisa berhenti, ada gaya geseknya ga? R : ada
P :terus kalau motornya sampai berhenti gitu ada gaya geseknya? R :ada
P : terus kalau minuman ini didorong tapi belum gerak ada gaya geseknya ga?
R : oh iya, ada gaya geseknya
Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis.
Peneliti memberi pertanyaan tentang pengereman pada motor utuk mengarahkan partisipan untuk mengubah pemahamannya (akomodasi)
Partisipan D awalnya memahami gaya gesek dipengaruhi oleh
luas permukaan. Hal ini terlihat ketika partisipan diberi ilustrasi tentang
galon dan botol minum yang luas permukaannya berbeda namun
36 keduanya berbeda. Padahal seharusnya gaya geseknya sama karena nilai
massa dan berada di permukaan yang sama. Maka peneliti memberikan
ilustrasi lagi mengenai kardus tv dan kardus kulkas yang diisi batu bata
dengan massa yang sama. Disini partisipan mengakomodasi
pemahamannya tersebut terlihat dari jawaban partisipan yang
mengatakan bahwa gaya gesek di kedua kardus sama.
Sama seperti partisipan lainnya, partisipan D awalnya memahami
bahwa benda diam ketika diberi gaya tidak ada gaya geseknya. Untuk
membantu partisipan memperbaiki pemahamannya tersebut, peneliti
memberikan ilustrasi tentang pengereman saat mengendarai sepeda
motor. Partisipan memahami bahwa saat sepeda motor yang awalnya
bergerak kemudian berhenti saat direm terdapat gaya geseknya.
Kemudian partisipan menyadari bahwa peristiwa mendorong benda
yang belum bergerak tersebut merupakan kebalikan dari peristiwa
pengereman sepeda motor. Sehingga partisipan mengakomodasi
pemahamannya menjadi ketika benda diam saat didorong terdapat
gaya geseknya.
e. Partisipan E
Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan E
37 Tabel 4.8. Proses perubahan pemahaman Partisipan E secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan
No Pemahaman Siswa Keterangan
1 Gaya adalah gerak benda. P : Apa itu gaya?
R : Gaya itu gerak benda
P : Benda itu gerak karena apa ya?
R : didorong misalnya P : Jadi gaya itu gimana? R : Oh gaya itu tarikan atau dorongan
P : Akibat dari gaya apa? R : bendanya bergerak P : Jadi gaya itu apa?
R : dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak.
Pernyataan ini salah, gerak benda adalah akibat dari gaya. Maka peneliti
memberi pertanyaan tentang benda yang bergerak untuk mengarahkan partisipan mengubah pemahamannya (akomodasi).
2 Ketika benda didorong dan belum bergerak tidak ada gaya gesek yang bekerja.
P : Kalau misalnya kamu dorong lemari, terus lemarinya belum jalan, ada gaya geseknya ga? R : ga ada
P : Tadi gaya gesek terjadinya kapan?
R : Pas dua benda bersentuhan terus ada gaya dari luar
P : Kalau kamu dorong lemari gitu yang bersentuhan apanya?
R : Lemari sama lantai, terus tanganku sama lemari
P : Terus tanganmu tadi ngasih apa?
R : Ngasih gaya
P : Berarti ada gaya geseknya ga? R : iya ya, ada gaya geseknya
Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis.
38 Pemahaman awal partisipan E tentang pengertian gaya masih
salah, partisipan menganggap gaya adalah gerak benda, padahal gerak
benda merupakan akibat dari gaya. Kemudian peneliti memberikan
pertanyaan tentang penyebab benda yang bergerak tersebut untuk
mengarahkan partisipan untuk memperbaiki pemahamannya. Partisipan
pun akhirnya memahami bahwa benda bergerak karena diberi dorongan,
dan dorongan merupakan gaya. Partisipan pun mengakomodasi
pemahamannya tentang pengertian gaya menjadi suatu dorongan atau
tarikan yang mengakibatkan benda bergerak.
Partisipan E juga awalnya memahami benda yang diam saat
didorong tidak terdapat gaya geseknya. Peneliti pun mengingatkan
partisipan kembali tentang kapan terjadinya gaya gesek. Melalui
pertanyaan tentang permukaan yang saling bersentuhan dan tangan yang
memberikan gaya, akhirnya partisipan dapat mengakomodasi
pemahamannya.
Proses akomodasi terjadi saat partisipan diberi pertanyaan tajam
yang mudah dibayangkan oleh partisipan. Selain itu partisipan dengan
mudah mengalami konflik kognitif dalam pemahamannya saat diberi
ilustrasi konkret yang menyimpang dengan pemahamannya. Proses
akomodasi dialami oleh: partisipan A tentang nilai gaya gesek yang
39 gesek yang tidak dipengaruhi luas permukaan, dan partisipan A,B,C,D,E
tentang gaya gesek yang terjadi saat benda belum bergerak ketika
didorong.
Hal positif yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk
guru sangat penting untuk memahami skema awal siswa. Apabila guru
menemui kekeliruan dalam pemahaman siswa, guru dapat mengajukan
pertanyaan yang tajam dan memberikan ilustrasi, sekalipun ilustrasi
yang menyimpang dari pemahaman siswa. Pertanyaan dan ilustrasi ini
40 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemahaman awal kelima partisipan tentang gaya gesek sudah benar untuk
syarat terjadinya gaya gesek. Lima partisipan memiliki kesalahan
pemahaman tentang: besaran yang mempengaruhi nilai gaya gesek, arah gaya
gesek, jenis gaya gesek, gaya lain yang berhubungan dengan gaya gesek, dan
menghitung nilai gaya gesek.
2. Proses asimilasi dialami oleh partisipan A tentang definisi gaya, partisipan B
tentang jenis gaya gesek, dan partisipan C tentang koefisien gesek.
3. Proses akomodasi dialami oleh: partisipan A tentang nilai gaya gesek yang
dipengaruhi kemiringan bidang, partisipan C dan D tentang nilai gaya gesek
yang tidak dipengaruhi luas permukaan, dan partisipan A,B,C,D,E tentang
gaya gesek yang terjadi saat benda belum bergerak ketika didorong.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian ini, peneliti memberi saran:
1. Untuk pembelajaran fisika di sekolah, sebaiknya guru benar-benar
memahami pemahaman awal yang dimiliki siswa, ketika guru menemukan
41 maupun ilustrasi konkret untuk memungkinkan terjadinya perubahan
pemahaman, sehingga siswa memiliki pemahaman yang benar
2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti harus lebih sering berlatih
dalam wawancara, supaya terlatih dalam memberikan pertanyaan tajam dan
ilustrasi konkret.
3. Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan materi fisika lainnya seperti
optik, listrik, dan materi fisika lainnya dengan menggunakan metode yang
sama dalam penelitian ini.
4. Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan jumlah partisipan yang lebih
42
DAFTAR PUSTAKA
Akpinar, M., Tan, M. “Developing, Implementing, and Testing a Conceptual Change Text About Relativity.” Western Journal of Educational Science (WAJES), ISSN: 1308-8971: 139-144
Gedgrave, I. 2009. Modern Teaching of Physics. United Kingdom: Global Media
Giancoli, D. 1997. Fisika edisi keempat. Jakarta: Erlangga
Halliday, D., Resnick, R. 1988. Fisika edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hergenhahn, B., Olson, M . 2009. Theories of Learning edisi ketujuh. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Joubish, M., Khurram, M. “Cognitive Development in Piaget’s Work and its
Implications for Teacher.”World Applied Science Journal 12(8) : 1260-1265 Larochelle, M., Bednarz, N. 2006. Constructivism and Education: beyond
epistemological correctness. New York: Cambridge University Press
Piaget, Jean. 1956. The Origins of Intelligence in Children. New York: International
Universities Press
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Richardson, V.. “Constructivist Pedagogy.” Teacher College Record 105(2003): 1623-1640
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Yogyakarta: Kanisius
Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma
Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology edisi kesepuluh. Yogyakarta: Pustaka
63
Analisis Hasil Tes Partisipan No
soal
Siswa A Siswa B Siswa C Siswa D Siswa E
Jawab-an
Status Jawab-
an
Status
Jawab-an
Status
Jawab-an
Status
Jawab-an
Status
1 A Benar A Benar A Benar A Benar A Benar
2 E Salah B Salah E Salah E Salah E Salah
3 C Benar C Benar C Benar C Benar C Benar
4 D Salah D Salah C Salah A Salah B Salah
5 A Benar A Benar A Benar A Salah B Salah
6 D Salah D Salah B Salah D Salah D Salah
7 C Salah B Benar B Benar B Salah B Benar
8 A Benar A Benar A Benar D Salah A Benar
9 C Benar C Benar D Salah C Benar D Salah
10 E Salah C Salah C Salah A Salah B Salah
11 D Salah E Salah E Salah C Benar B Salah
12 C Salah C Salah E Benar E Benar D Salah
13 C Benar C Benar C Benar C Benar C Benar
14 Gaya berat arahnya
ke bawah
Salah Gaya menolak arahnya berlawa nan dengan arah gaya tarik
Salah Gaya berat ke bawah, dan tanda panah tanpa keterang an
Salah Gaya ke kiri, ada tekanan
ke bawah
Salah Dua tanda panah tanpa keterang an Salah
15 Gaya gesek searah dengan gaya tarik benda
Salah Gaya dorong
searah gaya tarik
Salah Gaya gesek searah gaya tarik
Salah Gaya ke kanan
Salah Sebuah tanda panah tanpa keterang an Salah
64
17 C Benar D Salah E Salah E Salah A Salah
18 D Salah B Benar B Benar A Salah A Salah
19 C Benar D Salah E Salah D Salah D Salah
20 Tidak ada gaya lainnya
[image:84.612.68.586.118.610.2]Salah Hanya gambar
panah tanpa keterang
an
Salah F dan gaya berat
Salah Tanda panah tanpa keterang
an
Salah Sebuah tanda panah tanpa keterang an Salah
21 Tidak ada gaya lainnya
Salah Hanya gambar
panah tanpa keterang
an
Salah Tanda panah tanpa keterang
an
Salah Tanda panah tanpa keterang
an
65 P : Peneliti
P : Hai Tan, ini wawancaranya tentang yang tes kemaren kok. Bentar ya aku ambil jawabanmu yang kemaren. Punyamu yang thinkerbell ini kan? Hehe. Ini udah kubaca kemaren.
A : Terus salah?
P : Hmm, ga juga sih. Tania pernah denger istilah gaya? A : Pernah
P : Menurut kamu apa itu gaya? A : Hahaha
P : Apa Tan yang kepikir di kamu tentang gaya? A : Sesuatu yang bekerja pada suatu benda
P : Jadi sesuatu yang bekerja pada suatu benda itu gaya? A : Ho.oh
P : Ada akibat dari gaya ga? A : Ada
P : Apa?
A : Bendanya jadi bergerak P : Jadi gaya itu gimana?
A : Gaya itu sesuatu yang bekerja pada suatu benda yang mengakibatkan benda bergerak. P : Oh gitu ya. Kalau contoh-contoh gaya yang kamu tau apa?
A : Gaya gesek, apa lagi ya? P : Masih ada ga?
A : Masih banyak, tapi lupa
P : Apa aja yang kamu inget? Nih coba lihat di soal nomor 2 kemaren ya, ada gaya gesek, gaya apung ini termasuk contoh gaya bukan?
A : Iya bener. Contohnya gayung yang mengapung P : Terus kalau gaya tolak menolak?
A : Iya itu juga, kayak magnet itu. P : Kalau gaya melingkar ada ga? A : Ga tau, ada kayaknya.
P : Contohnya gimana ya gaya melingkar? A : Ga tau.
P : Menurutmu gaya melingkar atau gerak melingkar yang ada? A : Gerak melingkar.
P : Kalau gaya melingkar ga ada? A : Ga tau
66 P : Oh gitu ya. Menurutmu gaya gesek tu terjadinya kapan?
A : WAktu kedua benda bersentuhan
P : Jadi kalau misalnya hp disini yang sentuhan sama meja, ada gaya geseknya ga? A : Ga ada, belum ada.
P : Terus biar ada gaya geseknya diapain? A : Digerakin
P : Kalau digerakin berarti dikasih apa? A : Tekanan. Eh lupa. Eh ga tau
P : Kamu gerakin hp nya pakai apa? A : Tangan
P : Tanganmu tadi buat ngapain? A : Buat dorong hp
P : Kalau didorong berarti kamu kasih apa? A : Kasih gaya
P : Oh gitu ya. Kalau misalnya kamu dorong hp kecil ini sama hp yang besar, sama-sama ditaruh di meja. Mana yang lebih besar gaya geseknya?
A : Yang hp besar P : Kenapa? A : Karena gede
P : Lebih gede itu berarti apanya yang bikin beda? A : Massa
P : Massanya gimana? A : Massanya lebih besar
P : Berarti gaya gesek dipengaruhi sama massa?
A : Ho’oh
P : Kalau misalnya ukuran hpnya sama, tapi yang satu di meja, yang satu di karpet. Kalau didorong, mana yang lebih besar gaya geseknya?
A : Yang di karpet P : Kenapa?
A : Karena permukaannya kasar
P : Kalau permukaannya kasar gitu ada istilah apa ya? A : Haa?
P : Nilai apa gitu yg nyatain kalau permukaannya kasar gitu? A : Ga tau
P : Oh ga tau ya. Berarti tadi gaya gesek dipengaruhi sama apa ya? A : Sama massa, terus kasar/halus permukaan
67 P : Kalau koefisien pemuaian itu kan misalnya besi sama aluminium dipanasin kan koefisien
muainya beda, Terus…
A : Oh tau-tau
P : Sekarang kalau koefisien gesek?
A : Berarti koefiisien gesek tu tingkat kasar/halusnya P : Kasar/halusnya apa?
A : Benda. Eh permukaan benda.
P : Jenis-jenis gaya gesek tu ada berapa ya? A : Ga tau
P : Kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, itu ada gaya geseknya ga? A : Ga
P : Kamu dorong hp, terus hpnya diem juga ga ada gaya geseknya? A : Ga
P : Kalo kamu dorong, bendanya gerak ada gaya geseknya? A : Ada
P : Tapi kamu udah usaha dorong kuat-kuat loh, tapi lemarinya belum gerak gitu, tetep belum ada gaya geseknya?
A : Ga tau
P : Kamu bingung ya? A : Iya
P : Bingung dimananya? A : Ga tau, hehehe
P : Hmm, jadi tadi gaya gesek tu terjadi kapan Tan? A : Waktu kedua benda bersentuhan terus dikasih gaya P : Kalau ga dikasih gaya berarti ga ada gaya gesek? A : Enggak
P : Kalau kita kasih gaya ke bendanya, tapi bendanya belum gerak ada ga gaya geseknya? A : Berarti ada.
P : Jadi sekarang kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak ada gaya geseknya ga?
A : Ada, hehe
P : Oh gitu ya. Kalau kita kasih gaya terus bendanya gerak, ada gaya geseknya? A : Ada
P : Berarti gaya gesek tu bisa terjadi berapa kali? A : 2 kali
P : Kapan aja?
68 A : Ga inget.
P : Yang satu gaya gesek apa, satunya gaya gesek apa gitu? A : Ga inget kak.
P : Ya udah. Menurutmu lebih besar gaya gesek pas belum gerak atau yang udah gerak? A : Yang belum gerak
P : Kenapa? A : Soalnya ga tau.
P : Tapi lebih besar gaya gesek yang bendanya masih diem? A : Iya, soalnya gaya yang dikasih lebih gede
P : Oh gitu ya. Kalau cara menghitung gaya gesek gimana? A : Pake rumus
P : Rumusnya gimana? A : Haha ga tau.
P : Sek bentar, tadi yang mempengaruhi gaya gesek apa? A : Massa sama koefisien gesek
P : Berarti gaya gesek gimana ngitungnya? A : Dikali
P : Apanya?
A : Koefisien sama gaya. Eh koefisien sama massa P : Coba ditulis dulu
A : Ga tau gaya gesek tu lambangnya apa
P : Ya udah tulis aja gaya gesek sama dengan apa A : gaya gesek = koefisien permukaan benda x massa P : Menurut kamu massanya perlu dikali lagi ga? A : Ga tau
P : Jadi gaya gesek tu sama dengan koefisien permukaan benda dikali massa ya? A : Iya
P : Massanya ga perlu dikali sama yang lain? A : Dikali sama apa?
P : Ya menurutmu gimana? A : Ga tau
P : Hmm, massa ni gaya atau bukan? A : Bukan. Berarti dikali gaya
P : Maksudnya gimana? Gaya apa? A : Ga tau.
P : Hmm, misaln