vii
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara jarak personal dengan stres kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang karyawan pada subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala stres kerja yang terdiri dari 36 item dengan reliabilitas α 0,988 dan kuesioner jarak personal yang terdiri dari 6 item dengan reliabilitas α 0,737. H0 dalam penelitian ini ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara invasi jarak personal dan stres kerja.
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN INVASION OF PERSONAL
DISTANCE WITH WORK STRESS ON THE PROGRAM DESIGN
EMPLOYES AT PT.MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between invasion of personal distance with work stress on the employee subdivision program design at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hypothesis in this study is there is a significant positive relationship between personal distance with work stress. Subjects in this study were 10 employees on the subdivision design program at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrument in this research use work stress scale consist of 36 item with reliability 0,788 and personalized distance questionnaire consisting of 6 items with reliability 0,737. H0 in this study is rejected which means there is no relationship between invasion of personal distance and work stress.
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Maria Grasia Deivi
NIM : 129114013
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Maria Grasia Deivi
NIM : 129114013
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, janganlah
lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu.
-2 Tawarikh 15:7
A winner is a dreamer who never gives up
-Nelson Mandela
Work hard in silence, let success be your noise
v
Skripsi ini aku persembahkan untuk Bapak, Ibu, dan
vii
HUBUNGAN ANTARA INVASI JARAK PERSONAL DENGAN
STRES KERJA PADA KARYAWAN SUBDIVISI DESAIN
PROGRAM DI PT. MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara jarak personal dengan stres kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 orang karyawan pada subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala stres kerja yang terdiri dari 36 item dengan reliabilitas α 0,988 dan kuesioner jarak personal yang terdiri dari 6 item dengan reliabilitas α 0,737. H0 dalam penelitian ini ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara invasi jarak personal dan stres kerja.
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN INVASION OF PERSONAL
DISTANCE WITH WORK STRESS ON THE PROGRAM DESIGN
EMPLOYES AT PT.MITRA KARSA SUKSES MANDIRI
Maria Grasia Deivi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between invasion of personal distance with work stress on the employee subdivision program design at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hypothesis in this study is there is a significant positive relationship between personal distance with work stress. Subjects in this study were 10 employees on the subdivision design program at PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Instrument in this research use work stress scale consist of 36 item with reliability 0,788 and personalized distance questionnaire consisting of 6 items with reliability 0,737. H0 in this study is rejected which means there is no relationship between invasion of personal distance and work stress.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul ”Hubungan antara Invasi Jarak Personal dengan Stres Kerja pada
Karyawan Subdivisi desain program di PT.Mitra Karsa Sukses Mandiri”, dengan
baik.
Selama penulisan Skripsi ini, penulis mendapat banyak sekali dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak sehingga Skripsi dapat diselesaikan. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas dukungannya
sehingga proses pengerjaan skripsi hingga diujikan dapat berjalan
dengan lancar.
2. P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas peran dan
dukungannya atas kelancaran skripsi yang saya kerjakan.
3. R. Landung Eko P., M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi
yang sudah membimbing saya dengan sabar selama proses
pengerjaan skripsi.
4. Ratri Sunar Astuti M.Si. selaku dosen pembinbing akademik.
Terima kasih atas dukungan dan bimbingannya selama ini,
xi
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang sudah membagi semua ilmu
dan pengalamannya.
6. Karyawan Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji,
terima kasih untuk semua bantuan selama proses penyusunan
skripsi.
7. Teruntuk yang tercinta Bapak dan Ibu, terima kasih untuk cinta
yang tulus, semangat, dukungan, dan doa yang tidak pernah putus
untukku.
8. Untuk kakak-kakakku tersayang, Mas Yudo & Mbak Maia, Mbak
Vita & Mas Sigit, Mas Dhanang & Mbak Wida. Terima kasih
untuk semangat dan dukungannya.
9. Untuk sahabat terbaik, tersayang, dan tercintaku, Wisnu.
Terimakasih untuk segala bantuan dan dukungannya selama
penyusunan skripsi. Terimakasih juga telah membuat hari-hariku
semakin berwarna.
10. Mas Sigit selaku Direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
Terimakasih atas kesediaannya dalam membantu jalannya proses
penelitian sehingga penelitian dan pelatihan dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
11. Mbak Maria selaku supervisor administrasi PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam proses
xii
12. Seluruh karyawan subdvisi desain program PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas
partisipasinya serta kesediaannya membantu dan mendukung
pelaksanaan penelitian.
13. Terimakasih juga untuk semua teman-teman yang sudah
memberikan semangat dan dukungan untukku, semoga
keberuntungan selalu beserta kalian.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
xiv
BAB II LANDASAN TEORI
A. Stres Kerja
1. Definisi Stres Kerja ... 7
2. Aspek Stres ... 8
3. Faktor-faktor Pembangkit Stres ... 9
B. Invasi Jarak Personal 1. Definisi Invasi Jarak Personal ... 10
2. Jenis Jarak Personal ... 11
3. Faktor Jarak ... 12
C. Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 13
D. Dinamika Hubungan antara Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 14
E. Bagan... 17
F. Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19
B. Identitas Variabel Penelitian ... 19
C. Definisi Operasional ... 19
1. Stres Kerja ... 19
xv
D. Subjek Penelitian ... 21
E. Metode Pengumpulan Data ... 21
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 24
G. Metode Analisis Data ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 31
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 31
C. Deskripsi Data Penelitian ... 32
D. Hasil Penelitian ... 35
E. Pembahasan ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Skor Item-item Favorable pada Skala Stres Kerja ... 22
Tabel 2 Skor Item-item Unfavorable pada Skala Stres Kerja ... 22
Tabel 3 Blue Print Skala Stres Kerja ... 23
Tabel 4 Skor Item-item Favorable pada Kuesioner Invasi Jarak Personal ... 23
Tabel 5 Skor Item-item Unfavorable pada Kuesioner Invasi Jarak Personal .... 23
Tabel 6 Blue Print Invasi Jarak Personal ... 24
Tabel 7 Distribusi Penyebaran Item Kuesioner Invasi Jarak Personal ... 26
Tabel 8 Distribusi Penyebaran Skala Stres Kerja ... 27
Tabel 9 Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empiris ... 32
Tabel 10 Norma Kategorisasi ... 34
Tabel 11 Norma Kategorisasi Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ... 35
Tabel 12 Uji Normalitas ... 36
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Histogram Stres Kerja ... 37
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Blue Print Stres Kerja... 49
Lampiran 2 Blue Print Invasi Jarak Personal ... 57
Lampiran 3 Skala Stres Kerja dan Kuesioner Invasi Jarak Personal ... 58
Lampiran 4 Reliabilitas ... 82
Lampiran 5 Deskriptif ... 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang desain dan pembuatan komponen persisi, pembuatan
cetakan, dan pembuatan mesin dengan desain khusus yang selalu
mengupdate teknologi dan dikelola dengan kompetensi tinggi serta tim yang
fokus ke costumer. Perusahaan tersebut terbagi menjadi dua divisi besar
yaitu Divisi Technical yang berkaitan dengan proses produksi dan Divisi
Operation yang berkaitan dengan administrasi perusahaan dan marketing.
Masing-masing divisi terbagi lagi menjadi subdivisi dengan tugas yang
berbeda-beda. Salah satunya adalah subdivisi desain program yang termasuk
kedalam subdivisi technical. Subdivisi desain program merupakan subdivisi
yang bertugas untuk membuat rancangan produk yang hendak di produksi.
Menurut direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri, karyawan pada subdivisi
desain program harus memiliki konsentrasi dan fokus yang baik karena
dalam mendesain suatu produk diperlukan ketelitian.
Berdasarkan data absensi perusahaan tahun 2015 sampai dengan
tahun 2016, karyawan dengan tingkat absensi tinggi adalah karyawan pada
bagian subdivisi desain program. Selain itu, berdasarkan data yang
diperoleh dari dokumen PICA (Problem Identification & Corective Action)
kesalahan kerja yang dilakukan oleh karyawan subdivisi desain program dan
kesalahan kerja yang sering terjadi adalah pembuatan desain yang tidak
sesuai dengan permintaan konsumen serta kesalahan dalam memberikan
ukuran pada barang sehingga ukuran dalam part list tidak sesuai dengan
hasil yang telah dibuat. Kesalahan kerja tersebut mengakibatkan perusahaan
harus mengganti barang dengan melakukan desain ulang. Selain itu, direktur
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri juga mengatakan bahwa saat ini
perusahaan sedang mengalami masalah yang mengakibatkan kerugian besar
di perusahaan. Masalah tersebut terjadi karena kekeliruan karyawan
subdivisi desain program dalam mendesain barang. Barang yang telah
diproduksi tidak sesuai dengan permintaan customer sehingga perusahaan
harus mengganti semua barang yang tidak sesuai tersebut.
Dapat diketahui apabila munculnya kesalahan kerja dan absensi yang
tinggi merupakan gejala dari stres kerja. Hal ini sesuai dengan apa yang
terdapat dalam Occupational Safety and Health Administration (2013), yang
mengatakan bahwa pada tingkat organisasi gejala stres kerja dapat dilihat
dari absensi karyawan, turnover staf yang tinggi, kurangnya waktu,
menurunnya tingkat kedisiplinan karyawan, penurunan produktivitas,
munculnya kesalahan kerja, serta meningkatnya biaya untuk kompensasi
dan perawatan kesehatan (dalam Fihir & Ludia, 2013).
Menurut Munandar (2012) setiap faktor dalam pekerjaan dapat
menjadi pembangkit stres. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan ke dalam
organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan
iklim organisasi, tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan, serta ciri-ciri
individu (Hurrel dkk, dalam Munandar, 2012). Selain itu, Fincham dan
Rhodes (1988) juga mengemukakan bahwa stres merupakan hasil dari tidak
adanya kecocokan antara seseorang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya,
dan kecakapannya) dengan lingkungannya, yang menyebabkan seseorang
menjadi tidak mampu untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya
secara efektif (dalam Munandar, 2014). Lazarus (dalam Khusniyah, 2014)
menambahkan bahwa stres adalah gejala yang terjadi dalam proses
penyesuaian antara individu dengan lingkungannya, selanjutnya stres akan
terjadi bila ada tuntutan-tuntutan terhadap individu melebihi kemampuan
penyesuaiannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa stres sebagai bentuk
hubungan antara individu dengan lingkungannya yang dinilai sebagai
sesuatu yang mengancam atau sesuatu yang menekan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa lingkungan
kerja sangat berpengaruh terhadap munculnya stres kerja pada karyawan.
Seperti halnya kondisi lingkungan kerja pada subdivisi desain program,
menurut direktur PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri ruang kerja di subdivisi
desain program menggunakan desain ruangan dengan bentuk terbuka tanpa
adanya pembatas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya. Desain
ruang tersebut hanya diterapkan di bagian subdivisi desain program karena
keterbatasan tempat. Hedge, mengemukakan bahwa ruang kerja terbuka
kemudahan akses interpersonal dan kemudahan komunikasi dibandingkan
dengan kantor-kantor dengan model tertutup (Brand & So, 2005). Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan karyawan yang mengatakan bahwa
dengan desain ruangan terbuka mereka dapat dengan mudah melakukan
komunikasi berkaitan dengan pekerjaan tanpa harus berpindah dari tempat
kerja mereka. Akan tetapi, beberapa karyawan juga mengungkapkan bahwa
mereka merasa terganggu dengan suara berisik dari karyawan lain sehingga
memerlukan tenaga lebih untuk berkonsentrasi dan fokus pada pekerjaan
mereka.
Hippel dan Alena (2005) mengatakan bahwa ruang kerja dengan
desain terbuka mengakibatkan karyawan merasa sulit untuk menghindari
kontak interpersonal atau menjaga privasi. Hal ini sesuai dengan keadaan
karyawan subdivisi desain program yang memiliki jarak personal yang
sangat dekat sehingga kondisi tersebut menghambat mobilitas kerja pada
karyawan karena ruang gerak karyawan menjadi sangat terbatas. Dengan itu
berarti tingkat invasi jarak personal antar karyawan dalam ruang kerja
terbuka juga semakin besar.
Invasi menurut KBBI merupakan perilaku atau perbuatan yang
dilakukan ketika seseorang memasuki wilayah orang lain. Sedangkan
menurut Hall (1966), jarak personal adalah lingkup pelindung kecil atau
lingkaran yang digunakan oleh organisme untuk mempertahankan antara
dirinya sendiri dan orang lain. Pada jarak ini, seseorang dapat memegang
others (2010), juga mengatakan bahwa jarak personal adalah lingkup yang
digunakan oleh individu untuk melindungi dirinya dari orang lain (dalam
Myers & Twenge, 2013). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui
apabila invasi jarak personal berarti suatu perilaku atau tindakan yang
dilakukan ketika seseorang memasuki wilayah pribadi orang lain.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Flynn dan
Kanaga (1981) mengenai hubungan antara invasi jarak personal terhadap
stres, di peroleh hasil bahwa invasi jarak personal dapat mengakibatkan
stres. Akan tetapi, penelitian ini dilakukan pada kriteria subjek yang berbeda
di negara Amerika Serikat. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah
invasi jarak personal memiliki hubungan yang signifikan dengan stres kerja
pada karyawan subdivisi desain program, maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan mengangkat judul, “Hubungan Antara Invasi Jarak
Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Program di
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peniliti adalah untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara invasi jarak personal dan stres kerja
pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber
pengetahuan dan sumbangan ilmiah bagi ilmu psikologi, khususnya
dalam bidang psikologi industri dan organisasi. Dimana topik ini terkait
dengan hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Karyawan
Hasil penelitian ini diharapkan karyawan dapat mengetahui
pentingnya mengatur ruang kerja berdasarkan kajian jarak personal.
b. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman khususnya dengan memperhatikan
jarak antar karyawan untuk mencegah munculnya stres kerja pada
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Menurut Luthans (2005) stres kerja merupakan suatu respon
penyesuaian terhadap situasi eksternal yang mengakibatkan
penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis, dan tingkah laku bagi
para partisipan organisasi. Cooper dan Davidson (dalam Nugrahani,
2008) mengatakan bahwa situasi eksternal tersebut merupakan faktor
negatif dari lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
Selain itu, Fincham dan Rhodes (1988) juga mengemukakan bahwa
stres merupakan hasil dari tidak adanya kecocokan antara seseorang
dalam arti arti kepribadian, bakat, dan kecakapannya dengan
lingkungan sehingga menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu
untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif
(dalam Munandar, 2014).
Jadi, yang di maksud stres kerja dalam penelitian ini adalah suatu
respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang muncul akibat
faktor negatif lingkungan kerja dan interaksi antara individu dengan
pekerjaannya, serta tidak adanya kecocokan antara seseorang dalam arti
arti kepribadian, bakat, dan kecakapannya yang ditandai oleh
munculnya perubahan pada diri yang menyimpang dari fungsi normal
2. Aspek Stres
Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2005) mengklasifikasikan
stres kerja kedalam tiga aspek, yaitu :
a. Aspek fisik
Stres dapat menyebabkan perubahan metabolisme tubuh
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan fisiologis
individu. Gejala fisik yang muncul pada karyawan meliputi : sakit
kepala atau migrain, sakit pada punggung, tekanan pada leher dan
tenggorokan, susah menelan, kram otot, susah tidur, kehilangan
gairah seksual, kaki dan tangan dingin, mudah lelah, tekanan darah
tinggi, denyut nadi cepat, gangguan selera makan, gangguan
pencernaan dan pernafasan.
b. Aspek psikologis
Stres yang dialami karyawan secara psikis meliputi : mudah
lupa, pikiran kacau, susah berkonsentrasi, sulit dalam mengambil
keputusan, percaya kepada hal-hal yang tidak rasional, dan sering
mengalami mimpi buruk. Selain itu gejala fisik juga termasuk
kedalam gejala emosional seperti mudah marah, perasaan jengkel,
mudah merasa terganggu, gelisah, cemas, panik, ketakutan, sedih,
depresi, memiliki kebutuhan yang tinggi untuk bergantung kepada
orang lain, perasaan butuh pertolongan, putus asa, pesimis, tidak
c. Aspek perilaku
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku dalam kehidupan
pribadi akan muncul pada karyawan seperti: tidak dapat
berhubungan akrab dengan orang lain, tidak dapat mempercayai
orang lain, tidak asertif, tidak berani mengambil resiko, menarik diri,
tidak punya kontrol hidup, membuat tujuan yang tidak realistis, self
esteem rendah. Tidak termotivasi, sering membuat kekacauan,
mudah bertengkar, bermasalah dalam perkawinan, cemburu
berlebihan, merasa terasing, tidak dapat mengekpresikan perasaan
sebenarnya. Sedangkan dalam kehidupan pekerjaan, para pekerjaan
akan mengalami hal-hal seperti tidak merespon tantangan,
kehilangan kreativitas, performa rendah, sering absen, aspirasi
rendah, motivasi rendah, terlalu banyak bekerja, terlalu mengontrol
dan tidak dapat bekerja sama dengan orang lain.
3. Faktor-faktor penyebab stres
Luthans (1995) menyebutkan bahwa faktor penyebab stres terdiri
dari empat hal utama (dalam Waluyo 2013), yaitu:
a. Sumber luar organisasi, yang terdiri dari perubahan sosial atau
teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras
dan kelas, serta keadaan komunitas dan tempat tinggal.
b. Sumber dari dalam organisasi, yang terdiri dari kebijakan
organisasi, struktur organisasi, kondisi lingkungan kerja fisik
c. Sumber dari dalam kelompok, yang terdiri dari kurangnya
kebersamaan dalam grup, dan kurangnya dukungan sosial.
d. Sumber dari individu, yang terdiri dari disposisi individu seperti
pola keperibadian tipe A, personal control, learned helplessness,
dan daya tahan psikologis.
Woodman (1995) menambahkan bahwa tekanan fisik dan psikologis
yang berasal dari lingkungan kerja merupakan pembangkit dari stress kerja
(Gemora & Haydee, 2016).
Selain itu, Lu et al (2003) juga mengelompokkan sumber stres kerja
menjadi enam kategori, yaitu lingkungan fisik, struktur organisasi dan
karakteristik pekerjaan, relasi dengan rekan kerja, perkembangan karir,
serta permasalahan dalam keluarga (Ambren & Zamir, 2011).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor pembangkit stres
yaitu tekanan fisik dan psikologis dalam lingkungan kerja, dukungan
sosial, struktur organisasi dan karakteristik pekerjaan, relasi dengan rekan
kerja, perkembangan karir dan kondisi keuangan, serta permasalahan
dalam keluarga dan masalah kesehatan.
B. Invasi Jarak personal
1. Pengertian Invasi Jarak personal
Menurut KBBI, invasi merupakan perilaku atau perbuatan dimana
seseorang memasuki wilayah orang lain. Sedangkan jarak personal
memisahkan spesies non-kontak. Atau dapat juga disebut sebagai
lingkup pelindung kecil yang digunakan oleh organisme untuk
mempertahankan antara dirinya sendiri dan orang lain. Pada jarak ini,
seseorang dapat menyentuh dan meraih seorang lainnya (dalam Sagi,
Berson, Avienzer, dan Haim, 2002). Kemudian, Felipe dan Somer
(dalam Grelic, Elfassy, Allinson, dan Wilcok, 2006), mengatakan
apabila seseorang memasuki lingkup personal tersebut tanpa
persetujuan dan menimbulkan ketidaknyamanan maka individu yang
bersangkutan akan melakukan penolakan seperti bergeser ke sisi lain,
membelakangi, hingga meninggalkan tempat tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa invasi jarak personal adalah suatu
perilaku atau tindakan ketika seseorang memasuki ruang lingkup
pribadi orang lain, dan apabila tindakan tersebut dilakukan tanpa
persetujuan akan menimbulkan penolakan.
2. Jenis Jarak personal
Hall (dalam Rahman, 2013) membagi jarak personal mejadi dua
jenis, yaitu :
a. Jarak personal - Close Phase
Pada jarak ini orang dapat memegang atau menyentuh orang
lain. Menurut KBBI, memegang berarti dapat menggenggam
sesuatu menggunakan tangan. Sedangkan menyentuh dalam KBBI
berarti mennyinggung, menjamah, atau dapat mengenai sesuatu
melihat wajah orang lain dengan kejelasan yang luar biasa. Seperti,
bentuk wajah, rambut halus pada wajah, bulu mata, dan poripori
pada wajah dengan sangat jelas.
b. Jarak personal - Far Phase
Ciri dari jarak personal far phase adalah apabila kita memiliki
jarak satu lengan dengan orang lain. Pada jarak ini orang tidak
dengan mudah menyentuhkan tangannya pada orang lain. Akan
tetapi seseorang dapat melihat ukuran tubuh orang lain secara
normal.
Selain itu juga seorang masih dapat dengan mudah melihat
secara jelas halus kulit, warna rambut, kedipan mata, noda pada
gigi, bintik-bintik dan keriput pada wajah, serta kotoran pada
pakaian.
3. Faktor Jarak
Menurut Hediger, jarak (baik itu intimate, personal, social, dan
public distance) tidak hanya mengacu pada culture tetapi juga dilihat
dari tipe aktivitas dan cara seseorang berelasi. Selain itu, jarak juga
dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang, yang termasuk di dalamnya
C. Karyawan Subdivisi Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industry manufacturing. Visi dari PT. Mitra Karsa
Sukses Mandiri adalah menjadi perusahaan skala Nasional di bidang
Precision Parts, Mold & Die maker, Special Purpose Machine dengan
selalu mengupdate teknologi dan dikelola dengan kompetensi yang tinggi
dan customer focused team. Sedangkan, Misi dari PT.Mitra Karsa Sukses
Mandiri adalah selalu mengedepankan kepuasan pelanggan memberikan
nilai tambah yang bermanfaat bagi perkembangan industri. Fokus pada
sales and service yang memuaskan dan pengembangan yang
berkesinambungan.
Perusahaan tersebut terbagi menjadi dua divisi besar yaitu Divisi
Technical yang berkaitan dengan proses produksi dan Divisi Operation
yang berkaitan dengan administrasi perusahaan dan marketing.
Masing-masing divisi memiliki subdivisi dengan tugas yang berbeda-beda. Salah
satunya adalah subdivisi desain program yang termasuk kedalam subdivisi
technical. Subdivisi desain program merupakan subdivisi yang bertugas
untuk membuat rancangan produk yang hendak di produksi.
Ruang kerja pada subdivisi desain program menggunakan desain
ruang kerja terbuka, yaitu ruang kerja yang tidak memiliki pembatas atau
sekat antara karyawan satu dengan lainnya, yang terdiri dari deretan meja
jarak antar karyawan sangat dekat sehingga karyawan dapat dengan
mudah melakukan kontak fisik dengan rekan kerja yang berada
disampingnya atau dengan kata lain karyawan dapat dengan mudah
mendapatkan invasi jarak personal.
D. Dinamika Hubungan antara Invasi Jarak Personal dengan Stres
Kerja pada Karyawan Subdivisi Desain Progam PT. Mitra Karsa
Sukses Mandiri
Melihat ruang lingkup pekerjaannya, bekerja pada bidang desain
identik dengan ruang kerja yang kondusif. Hal ini dikarenakan karyawan
dalam bidang desain membutuhkan konsentrasi dan fokus yang baik
selama mereka bekerja. Sama halnya dengan karyawan subdivisi desain
program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Karyawan subdivisi desain
program merupakan karyawan yang bertugas untuk menganalisis,
menghitung, memperkirakan, menentukan, memutuskan, menggambarkan,
dan menyatakan secara objektif dan sistematis suatu ide, cara, rencana,
atau sistem yang akan digunakan untuk membuat suatu benda baik produk
maupun barang (Nurcahyanie & Tahid, 2007). Oleh karena itu, karyawan
subdivisi desain program harus memiliki kecermatan dan ketelitian dalam
bekerja supaya produk yang hendak dipasarkan maupun yang menjadi
permintaan konsumen sesuai.
Ruang kerja pada karyawan subdivisi desain program memiliki
kurang kondusif. Jarak antar karyawan juga sangat dekat sehingga
membuat suasana ruang kerja menjadi sangat gaduh karena suara antar
karyawan yang tidak dapat terkontrol saat jam kerja berlangsung. Jarak
yang sangat dekat ini juga membuat ruang gerak karyawan menjadi sangat
terbatas, selain itu karyawan juga dapat dengan mudah untuk melakukan
kontak fisik dengan karyawan lain yang mungkin dapat mengganggu fokus
mereka dalam bekerja.
Menurut Hall jarak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jenis aktivitas yang dilakukan, jenis hubungan dan perasaan yang dialami
oleh seseorang (Hall, 1966). Berdasarkan jenis aktivitas, karyawan pada
subdivisi desain program memiliki tingkat jarak personal yang dekat
dikarenakan kondisi pekerjaan mereka yang mengharuskan mereka berada
pada jarak yang dekat. Akan tetapi, belum tentu setiap karyawan nyaman
dengan keadaan tersebut, setiap karyawan memiliki cara tersendiri dalam
menjalin hubungan dan mereka juga memiliki perasaan yang berbeda-beda
terhadap rekan kerjanya. Sehingga, setiap karyawan belum tentu merasa
nyaman dengan tingkat jarak personal yang dekat.
Ketidaknyamanan karyawan dalam bekerja dapat memberikan
dampak negatif seperti munculnya stres kerja yang nantinya juga akan
berpengaruh terhadap performansi karyawan dalam bekerja. Apabila
karyawan tidak memiliki performa kerja yang baik maka proses
pencapaian visi dan misi akan sangat terhambat sehingga merugikan
adalah dengan meminimalisir munculnya stres kerja. Menurut Rice (1999)
stres kerja dapat merugikan karyawan maupun perusahaan. Pada karyawan
konsekuensi dari stres kerja adalah menurunkan gairah kerja, kecemasan
tinggi, serta frustasi (dalam Minto, 2013).
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah dengan seringnya
karyawan mendapatkan invasi jarak personal karyawan akan
mempengaruhi stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di PT.
E. BAGAN
Hubungan antara Jarak Personal dengan Stres Kerja pada Karyawan
Subdivisi Desain Program di PT.Mitra Karsa Sukses Mandiri
Lingkungan kerja Karyawan Subdivisi Desain
Program di PT. MKSM
Jarak Personal Close-phase
(46-76 cm)
Invasi jarak personal tinggi : - karyawan sulit menghindari kontak interpersonal
- karyawan sulit menjaga privasi
Stres kerja tinggi
Jarak Personal Far-phase
(76-122 cm)
Invasi jarak personal rendah : - karyawan jarang atau tidak mengalami kontak interpersonal - karyawan dapat menjaga privasi
F. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang
signifikan antara invasi jarak personal dengan stres kerja. Semakin tinggi
invasi jarak personal pada karyawan maka tingkat stres kerja pada
karyawan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah invasi jarak
personal pada karyawan maka tingkat stres kerja pada karyawan semakin
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional.
Menurut Azwar (2004), penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah
penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)
dengan metode statistika. Sedangkan, penelitian korelasional merupakan
penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu
variable berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variable lain,
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009).
B. Identitas Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (independent) : Invasi jarak personal
2. Variabel tergantung (dependent) : Stres kerja pada karyawan PT.
Mitra Karsa Sukses Mandiri
C. Definisi Operasional
1. Stres Kerja
Stres kerja pada karyawan subdivisi Desain Program merupakan
respon negatif yang muncul akibat interaksi antara karyawan subdivisi
perubahan pada diri yang menyimpang dari fungsi normal baik secara
fisik, psikis, dan perilaku.
Stres kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan Skala Stres
Kerja yang terdiri dari spek-aspek kerja yaitu gejala fisik, psikologis,
dan gejala-gejala perilaku. Semakin tinggi skor total yang diperoleh,
maka tingkat stres pada karyawan juga semakin tinggi. Namun, jika
semakin rendah skor total yang diperoleh, maka semakin rendah pula
tingkat stres pada karyawan.
2. Invasi jarak personal
Invasi jarak personal didefinisikan sebagai suatu perilaku atau
tindakan dimana seseorang memasuki ruang lingkup pribadi seseorang
dan apabila tidak mendapat persetujuan maka akan terjadi penolakan.
Jarak personal sendiri di bedakan menjadi dua jenis yaitu jarak
personal close-phase dan jarak personal far-phase.
Pada jarak personal close-phase seseorang dapat meraih dan
memegang anggota badan orang lain dengan mudah. Sedangkan pada
jarak personal far-phase seseorang tidak dapat dengan mudah
menyentuh dan memegang orang lain. Akan tetapi, seseorang masih
dapat melihat jelas warna rambut dan noda baju pada orang lain.
Invasi jarak personal dalam penelitian ini akan di ukur dengan
kuesioner invasi jarak personal. Semakin tinggi skor total yang
semakin tinggi. Namun, jika semakin rendah skor total yang
diperoleh, maka semakin rendah pula tingkat invasi jarak personal
pada karyawan.
D. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan pada subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri dengan jenis kelamin laki-laki.
Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Menurut
Sugiyono (2008) total sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.
E. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan
adalah penyebaran kuesioner dan skala. Penyebaran skala merupakan
metode yang berbentuk laporan diri sendiri berisi daftar kumpulan
pernyataan yang harus dijawab oleh individu sebagai subjek penelitian
(Azwar, 2009).
Jenis skala yang pada penelitian ini merupakan skala tertutup yaitu
skala yang memuat pernyataan-pernyataan yang subjek tidak diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas. Sedangkan
model skala yang digunakan merupakan skala Guttman. Item dalam skala
diminta menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan memilih salah satu
dari dua jawaban yang disediakan yaitu “YA” atau “TIDAK” (Sugiyono,
2013). Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
stres kerja. Sedangkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner jarak personal.
1. Skala Stres Kerja
Pada penelitian ini, subjek akan diminta untuk memilih salah satu
dari 2 alternatif pilihan jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pemberian skor
dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Tabel. 1. Skor item-item favorable pada Skala Stres Kerja
Respon Subjek Skor Subjek
YA 1
TIDAK 0
Tabel. 2. Skor item-item unfavorable pada Skala Stres Kerja
Respon Subjek Skor Subjek
YA 0
Tabel 3. Sebaran Item Skala Stres Kerja
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah %
1. Gejala fisik 6 6 12 33,33%
2. Gejala psikologis 6 6 12 33,33%
3. Gejala Perilaku 6 6 12 33,33%
Total 18 18 36 100%
2. Kuesioner Invasi Jarak personal
Pada penelitian ini, subjek akan diminta untuk memilih salah satu
dari 2 alternatif pilihan jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pemberian skor
dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Tabel. 4. Skor item-item favorable pada Kuesioner Invasi jarak
personal
Respon Subjek Skor Subjek
YA 1
TIDAK 0
Tabel. 5. Skor item-item unfavorable pada Kuesioner Invasi jarak
personal
Respon Subjek Skor Subjek
YA 0
Tabel 6. Sebaran Item Kuesioner Invasi jarak personal
Aspek Skor Tinggi Skor Rendah Jumlah %
1. Close phase 3 0 3 50%
2. Far phase 1 2 3 50%
Total 4 2 6 100%
F. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur
1. Validitas
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana
suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak
diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
isi yaitu pembuktian yang dilakukan melalui analisis logis atau empiris
terhadap seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi serta seberapa
relevan ranah isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor yang
dimaksudkan (Supratiknya, 2014). Dengan kata lain, valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono, 2013).
Selain itu, penelitian ini juga melalui penilaian dari ahli profesional
(professional judgment). Pada penelitian ini penilaian oleh profesional
dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi. Penilaian ini dilakukan
untuk melihat kesesuaian antara item-item dalam instrumen tes dengan
2. Seleksi Items
Seleksi item merupakan hal yang penting dalam penelitian. Hal ini
dikarenakan tujuan dari seleksi item adalah memutuskan item-item
mana saja yang memenuhi syarat untuk dimasukan kedalam bentuk
final tes. Apabila item tidak memenuhi syarat maka item akan
digugurkan karena memiliki ciri-ciri statistic yang terlalu jauh dari
yang disyaratkan (Supratiknya, 2014). Seleksi item dilakukan dengan
cara melihat daya diskriminasi item (daya beda) dari setiap item yang
ada.
Subjek dari pengambilan data ini adalah seluruh karyawan
subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri.
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 November 2016. Dari
10 skala yang dibagi, kembali kepada peneliti sejumlah 10 skala.
Setelah data terkumpul, seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan
standar rix ≥ 0,3. Analisis seleksi aitem menggunakan analisis
cornbach alpha pada program SPSS for windows versi 22.
Menurut Periantalo (2015), prosedur seleksi item memiliki
koefisien korelasi (rix) ≥ 0,3. Dengan demikian, jika item mencapi rix
minimal 0,3, maka item tersebut memiliki daya beda yang tinggi.
Sebaliknya, jika item mencapi rix kurang dari 0,3, maka item tersebut
memiliki daya beda yang rendah sehingga tidak lolos seleksi.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti ditemukan
item yang gugur dan 36 item yang memenuhi syarat terdiri dari 18
item favorable dan 18 item unfavorable. Sedangkan untuk item pada
kuesioner jarak personal yang berjumlah 6 item sudah memenuhi
syarat atau tidak ada item yang gugur.
Tabel 7. Distribusi Penyebaran Item Skala Stres Kerja
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah
Tabel 8. Distribusi Penyebaran Item Kuesioner Jarak Personal
Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah
1.Close phase 1, 2, 3 0 3
2. Far Phase 6 4, 5 3
Total 4 2 6
4. Reliabilitas
Menurut Azwar (2009), reliabilitas mengacu pada konsistensi atau
kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan
pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor
yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara
individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan
yang sesungguhnya. Dengan kata lain pengukuran yang tidak reliabel
adalah pengukuran yang tidak konsisten.
Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu
pendekatan yang bertujuan untuk melihat konsistensi antara item
ataupun konsistensi antara bagian dalam tes (Azwar, 2010). Pada
penelitian ini, reliabilitas konsistensi internal akan dicari
menggunakan alpha cronbach (α). Koefisien reliabilitas bergerak
mulai dari angka 0 sampai dengan 1,00. Jika skor yang diperoleh
semakin mendekati angka 1,00, maka skala tersebut dapat dikatakan
memiliki koefisien reliabilitas yang baik. Sebaliknya, jika skor
mendekati 0, maka maka skala tersebut dapat dikatakan memiliki
Dari hasil pengujian reliabilitas skala stres kerja diperoleh nilai
koefisien reliabilitasnya sebesar 0,988. Kemudian, untuk hasil
pengujian kuesioner jarak personal diperoleh nilai koefisien
reliabilittas sebesar 0,737. Hal ini menunjukkan bahwa skala stres
kerja dan kuesioner jarak personal memiliki reliabilitas yang baik.
G. METODE ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah penyebaran
data dalam penelitian yang dilakukan terdistribusi dengan normal
atau tidak (Kasmadi & Sunariah, 2013). Jika nilai p > 0,05, maka
H0 diterima dan Ha ditolak, artinya data yang diuji memiliki
distribusi yang tidak berbeda dari data normal, atau dengan kata
lain, data yang diuji memiliki distribusi normal. Sebaliknya, jika
nilai p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya data yang
diuji memiliki distribusi yang berbeda dari data normal, atau
dengan kata lain, data yang diuji memiliki distribusi yang tidak
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat bagaimana kekuatan
hubungan antara dua variabel, yaitu antara variabel bebas dan
variabel tergantung. Selain itu, juga untuk melihat hubungan antara
variabel yang akan dianalisis, apakah mengikuti garis lurus atau
tidak mengikuti garis lurus. Peningkatan kuantitas pada suatu
variabel, akan diikuti secara linear oleh peningkatan kuantitas
variabel lainnya. Sedangkan, penurunan kuantitas pada suatu
variabel, juga akan diikuti secara linear oleh penurunan kuantitas
variabel lainnya.
Jika nilai p > 0,05, maka terdapat hubungan yang tidak linear,
sehingga hubungan antara kedua variabel dapat dikatakan lemah.
Sebaliknya, jika nilai p < 0,05, maka terdapat hubungan yang
linear, sehingga hubungan antara kedua variabel dapat dikatakan
kuat. (Santoso, 2010).
2. Uji Korelasi
Uji korelasi merupakan teknik yang digunakan untuk mencari
hubungan atau korelasi antara dua variable atau lebih. Penelitian ini
dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan diagram pencar
(scatter diagram) yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar
variabel secara langsung. Korelasi antar variabel tersebut dikatakan
lurus dengan kemiringan yang positif. Namun, apabila sebaran
titik-titik semakin menjauh dan memencar maka korelasi antar variabel
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
memberikan surat izin penelitian kepada pihak PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri pada tanggal 14 Juli 2016 sebagai perizinan untuk mengambil
data.
Kemudian, penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 november 2016
sampai dengan 26 November 2016. Pengambilan data dilakukan dengan
membagikan skala stres kerja dan kuesioner invasi jarak personal kepada
seluruh karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri yang berjumlah 10 orang.
Penyebaran skala dan kuesioner dilakukan dengan cara membagikan
lembar skala beserta lembar kuesioner ke masing-masing karyawan di
subdivisi desain program yang sebelumnya telah menerima penjelasan
mengenai instruksi pengerjaan oleh peneliti.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Jumlah subjek dari penelitian ini ada 10 karyawan yang merupakan
jumlah total karyawan pada subdivisi desain program. PT. Mitra Karsa
Sukses Mandiri terbagi menjadi dua divisi besar yaitu Subdivisi Technical
berkaitan dengan administrasi perusahaan dan marketing. Alasan peneliti
memilih subdivisi desain program karena ruang kerja karyawan di
subdivisi menggunakan desain ruang kerja dengan bentuk terbuka tanpa
adanya pembatas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya dan
desain ruang terbuka tersebut hanya di terapkan di bagian subdivisi desain
program karena keterbatasan tempat sehingga membuat jarak antar
karyawan sangat dekat sehingga membuat kecenderungan terjadinya
invasi jarak personal terhadap karyawan juga semakin tinggi.
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di
dalam ruangan serta memenuhi karakteristik jarak personal. Identitas yang
didapatkan dalam pengambilan data adalah jenis kelamin, masa kerja,
serta beberapa gambaran tentang kondisi ruang kerja.
Dalam pengambilan data diperoleh hasil bahwa seluruh subjek adalah
berjenis kelamin berjenis kelamin laki-laki. Subjek juga memiliki masa
kerja yang bervariasi yaitu mulai dari 2 tahun hingga 4 tahun bekerja.
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Tabel 9. Perbandingan Nilai Mean Teoritik dan Empiris
Variabel Data Teoritik Data Empiris
One
Sample
t-test
Stres
Kerja Min Max Mean Min Max Mean SD
Sig.
(2-tailed)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, stres kerja memiliki mean
teoritik sebesar 18 dan mean empiris sebesar 9,50. Hasil menunjukkan
bahwa nilai teoritik lebih besar dibandingkan nilai empiris. Hal ini
menunjukan bahwa rata-rata stres kerja pada karyawan subdivisi desain
program lebih rendah.
Hasil ini juga diperkuat dengan hasil uji t yang telah dilakukan untuk
membandingkan hasil dari nilai mean teoritik dan nilai mean empiris.
Berdasarkan hasil uji t pada skala stres kerja, didapatkan hasil yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara nilai mean teoritik
dan nilai mean empiris karena hasil dari nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 (p<0,05) (Sugiyono, 2008).
Kemudian peneliti juga melakukan kategorisasi yang bertujuan untuk
menempatkan individu kedalam kategori terpisah secara berjenjang
menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang di ukur. Untuk membuat
kategorisasi dibutuhkan mean teoritik dan satuan standar deviasi populasi.
Standar deviasi diperoleh dengan cara mencari rentang skor maksimum di
kurangi dengan skor minimal, kemudian skor dibagi enam (Azwar, 2012).
Pada penelitian ini, skor subjek pada variabel stres kerja dikelompokkan
ke dalam lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan
sangat tinggi. Berikut merupakan norma kategorisasi yang digunakan
Tabel 10. Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
X ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah
(µ - 1,5σ) < X ≤ (µ - 0,5σ) Rendah
(µ - 0,5σ) < X ≤ (µ + 0,5σ) Sedang
(µ + 0,5σ) < X ≤ (µ + 1,5σ) Tinggi
X > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi
Keterangan :
µ : Mean teoretis
σ : Standar deviasi teoretis
X : Skor total setiap responden
Skor maksimal = 1 x 36 = 36
Skor minimal = 0 x 36 = 0
µ = (skor maksimal + skor minimal)
= (36+0)
= 18
σ = (skor maksimal - skor minimal)
= (36-0)
= 6
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa skor mean teoretis
variabel stres kerja pada karyawan subdivisi desain program sebesar 18
skor pada variabel stres kerja pada karyawan subdivisi desain program
adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Norma Kategorisasi Stres Kerja pada Karyawan Subdivisi
Desain Program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri
Skala Rentang skor Kategorisasi Jumlah Persentase
Stres
Kerja
X ≤ 9 Sangat Rendah 7 70 %
9 < X ≤ 15 Rendah 0 0 %
15 < X ≤ 21 Sedang 1 10 %
21 < X ≤ 27 Tinggi 1 10 %
X > 27 Sangat Tinggi 1 10 %
Pada tabel norma kategorisasi diketahui bahwa sebanyak 70%
karyawan memiliki tingkat stres kerja yang sangat rendah, 10% lainnya
masuk ke dalam kategori stres kerja sedang. Kemudian, karyawan dengan
kategori stres kerja tinggi adalah sebanyak 10% dan karyawan dengan
kategori stres kerja sangat tinggi adalah sebanyak 10 %.
D. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek
normal sehingga dapat digunakan dalam statistik parametrik atau
statistik inferensial (Santoso, 2010). Metode pengambilan
keputusan uji normalitas menggunakan p>0,05 maka data
berdistribusi normal dan apabila p<0,05 maka data tidak
berdistribusi normal (Supardi, 2013). Pengujian normalitas
menggunakan teknik uji Shappiro-wilk dengan program SPSS versi
20 for Windows. Menurut Althouse et al, uji Shappiro-wilk
merupakan tes yang digunakan untuk membatasi sampel yang
berjumlah kurang dari 50 serta mampu mendeteksi penyimpangan
normalitas baik karena skewness atau kurtosis dan keduanya (Wah
& Razali, 2011). Adapun hasil pengolahan uji normalitas adalah
sebagai berikut :
Tabel 12. Uji Normalitas
Variabel Shapiro Wilk Sig.
Personal distance 0,693 0,001
Stres Kerja 0,796 0,013
Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,001 untuk skala jarak personal dan 0,013
untuk skala stres kerja. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
normal (p<0,05). Hasil tersebut ditunjukkan dalam kurva sebagai
berikut :
Gambar 1. Histogram Stres Kerja
b)Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 20 for windows. Hubungan antar variabel dikatakan linear
apabila p<0,05 (Sugiyono, 2008). Hasil hubungan antar variabel
ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Uji Linearitas
F Sig
Between Groups (Combined)
0,408 0,753
Stres
Kerja*Jarak personal
Linearity 0,227 0,650
Deviation
from Linearity 0,499 0,630
Berdasarkan hasil uji linearitas menunjukkan F sebesar 0,227
dengan nilai signifikansi sebesar 0,650. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang linear antara jarak personal dengan
stres kerja pada karyawan subdivisi desain program PT. Mitra
Karsa Sukses Mandiri karena signifikasi lebih besar dari 0,05
(p>0,05). Sedangkan untuk menunjukkan adanya hubungan yang
linear adalah apabila nila signifikansi lebih kecil dari 0,05
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji asumsi yang dilakukan melalui uji normalitas dan
uji linearitas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa distribusi data
skala stres kerja dan invasi jarak personal tidak normal dan tidak
linear. Oleh karena itu, pengujian hipotesis tidak dilakukan karena
hasil perolehan data tidak memenuhi uji asumsi (Gunawan, 2015),
sehingga dapat disimpulkan apabila hipotesis dalam penelitian ini
ditolak.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jarak
personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi desain program di
PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
terdapat hubungan positif yang signifikan antara invasi jarak personal
dengan stres kerja. Semakin tinggi invasi jarak personal pada karyawan
maka tingkat stress kerja pada karyawan semakin tinggi. Sebaliknya,
semakin rendah invasi jarak personal pada karyawan maka tingkat stres
kerja pada karyawan semakin rendah.
Berdasarkan uji asumsi diperoleh hasil apabila distribusi data dalam
penelitian ini adalah tidak normal dan tidak linear. Hal tersebut berarti
tidak ada hubungan antara invasi jarak personal dengan stres kerja pada
karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri,
adalah semakin tinggi tingkat invasi jarak personal pada karyawan, stres
kerja kerja semakin rendah dan sebaliknya. Selain itu, pada skala stres
kerja diperoleh nilai mean teoritik sebesar 18 dan nilai mean empiris
sebesar 9,50. Hasil menunjukkan bahwa nilai teoritik lebih besar
dibandingkan nilai empiris. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata stres kerja
pada karyawan subdivisi desain program adalah rendah. Berdasarkan
kategorisasi stres kerja pada masing-masing karyawan diperoleh hasil
bahwa karyawan dengan tingkat stres kerja yang sangat rendah berjumlah
7 orang dan 1 orang lainnya masuk kedalam kategori stres kerja sedang.
Selanjutnya, karyawan dengan kategori stres kerja tinggi sebanyak 1 orang
dan karyawan dengan kategori stres kerja sangat tinggi sebanyak 1 orang.
Flynn dan Kanaga (1981), menyatakan bahwa ivansi jarak personal
mampu menimbulkan stres. Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan
hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif dan tidak signifikan antara jarak personal dan stres kerja. Dalam
penelitian ini hubungan antara jarak personal terhadap stres kerja
memberikan sumbangan efektif sebesar 2,13 % sehingga masih ada
97,87% variabel lain yang mempengaruhi variabel stres kerja.
Menurut Fincham & Rhodes (1988) stres kerja merupakan hasil dari
tidak adanya kecocokan antara seseorang dalam arti kepribadiannya,
bakatnya, dan kecakapannya dengan lingkungannya, yang menyebabkan
seseorang menjadi tidak mampu untuk menghadapi berbagai tuntutan
berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan subdivisi desain program
masing-masing karyawan sudah saling mengenal rekan kerja mereka dan
sudah memiliki kecocokan satu sama lain. Sehingga meskipun jarak
mereka ketika bekerja sangat dekat dan mengalami tingkat invasi jarak
personal yang tinggi, mereka tidak merasa terganggu.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu menggunakan
tryout terpakai sehingga generalisasi terbatas. Selain itu, jumlah subjek
sangat terbatas sehingga mengakibatkan data tidak seimbang atau
memunculkan rentang yang tidak seimbang yang mengakibatkan mean
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak personal dan stres kerja
pada karyawan subdivisi desain program di PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri tidak memiliki hubungan. Hal tersebut dapat diketahui dari uji
linearitas yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
linear antara jarak personal dengan stres kerja pada karyawan subdivisi
desain program PT. Mitra Karsa Sukses Mandiri. Hal tersebut menandakan
bahwa hipotesis dari penelitian ini ditolak.
B. SARAN
1. Bagi Karyawan Subdivisi Desain Program PT. Mitra Karsa Sukses
Mandiri
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa stres kerja
pada karyawan subdivisi desain program cenderung rendah. Oleh
sebab itu, karyawan diharapkan dapat mempertahankan rendahnya
stres kerja dengan cara mencegah timbulnya stres dengan cara
mengubah faktor-faktor di lingkungan dan individu melalui teknik
kerekayasaan organisasi, kerekayasaan kepribadian, teknik penanganan
pikiran dan teknik penanganan melalui aktivitas fisik (Munandar,
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Pentingnya melakukan verifikasi faktor lain untuk mengetahui
sumbangan efektif dari variabel tersebut.
b. Peneliti lain perlu mencari subjek dengan variansi yang lebih
memadahi.
c. Pentingnya melakukan tryout sebelum dilaksanakannya penelitian
Daftar Pustaka
Ambreen, M, & Zamir, S. (2011). Relationship Between Ocupational Stress and
Organizational Citizenship Behavior of Academic Staff Working at Higher
Educational Level. Elixir International Journal.
Azwar, Syaifudin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Azwar, Syaifudin. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, Syaifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Brand, J. L., & Lee. S. Y. (2005). Effects of Control Over Office Workspace on
Perspections of the Work Environment and Work Outcomes. Journal of
Enviromental Psychology, 25, 323-333
Crowe, Sarah. (2011). The Use of Personal Space among College Students.
Journal of Social Psychology, 3
Dodiansyah, K. A. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres
Kerja pada Karyawan Solo Pos. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Fihir., & Safitri, L. (2013). Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Stres Kerja
pada Karyawan Pusat Administrasi. Depok : Universitas Indonesia.
Flynn, M., & Kanaga, K. R. (1981). The Relationship Between Invasion of
Personal Space and Stress. Huaman Relation Journal, 34, 4
Gemora, R. B., & Haydee C. Q. (2016). Causes and Effects of Stress Among
Faculty Member in a State University. Asia Pacific Journal of
Multidisiplinary Research. 4 (1).
Grelic., Elfasy., Allinson., & Wilcox. (2006). Personal Space in Virtual Reality.
Hall, Edward. T. (1966). The Hidden Dimension. United States of America :
Doubleday.
Hippel, C. V., & Maher, A. (2005). Individual Differences in Employee Reaction
to Open-Plan Offices. Journal Enviromental Psychology, 25, 219-299
Ikasari, H, & Kurniawan, B. S. (2014). Pengaruh Lingkungan Kerja, Budaya
Organisasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Koran PT.
Tempo Jateng dan D.I Yogyakarta. Universitas Dian Nuswantoro.
Iswahyudi, Didik. (2015). Pengaruh Reduksi Pencahayaan Terhadap Lebar Jarak
Personal. Bandung : Universitas Padjajaran.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Memegang. Diunduh pada 25
Oktober, dari www.kbbi.wed.id.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Menyentuh. Diunduh pada 25
Oktober, dari www.kbbi.wed.id.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Invasi. Diunduh pada 2 Mei,
dari www.kbbi.wed.id.
Khusniyah, Nur Andita. (2014). Hubungan antara Stres Kerja dengan Burnout
pada Karyawan CV. Ina Karya Klaten. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah.
Luthans, F. (2005). Organization Behavior. New York : MC Graw-Hill.
Munandar, A.S. (2014). Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit Universitas
Indonesia.
Myers, D. G., & Twenge, J. M. (2013). Social Psychology (11th Edition). New
York : McGraw-Hill
Nugrahani, Salafi. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Bagian OperasionalPT. GUNZE Indonesia Tahun 2008. Depok :
Universitas Indonesia.
Nurcahyanie, Y. D, dan Tahid, S. (2007). Konsep Teknologi dalam