• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN KETUA UMUM PARTAI GOLKAR ABURIZAL BAKRIE DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Mengenai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Media Online Vivanews.com Edisi 1, 2, 4 dan 5 April 2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN KETUA UMUM PARTAI GOLKAR ABURIZAL BAKRIE DALAM MEDIA ONLINE (Analisis Isi Obyektivitas Pemberitaan Mengenai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Media Online Vivanews.com Edisi 1, 2, 4 dan 5 April 2014)."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Golkar Abur izal Bakr ie di Media Online Vivanews.com Edisi 1, 2, 4 dan 5 April 2014)

SKRIPSI

OLEH :

DYAKSA SATRIYA ANURAGA NPM. 0743010037

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

Oleh:

DYAKSA SATRIYA ANURAGA NPM. 0743010037

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” J awa Timur Pada tanggal 18 J uli 2014

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Dr s. Kusnarto, M.Si J uwito, S.Sos, Msi

NIP. 195808011984021001 NPT. 3 6704 95 00361 2. Sekr etaris

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001 3. Anggota

Dr s. Kusnarto, M.Si

NIP. 195808011984021001

Mengetahui, DEKAN

(3)

Bakrie di Media Online Vivanews.com Edisi 1, 2, 4 dan 5 April 2014)

Disusun Oleh :

DYAKSA SATRIYA ANURAGA NPM. 0743010037

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si NIP. 195808011984021001

Mengetahui, D E K A N

(4)

limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “OBYEKTIVITAS PEMBERITAAN KETUA UMUM PARTAI GOLKAR ABURIZAL BAKRIE DALAM MEDIA

ONLINE”.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang turut mendukung dalam skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Sudarto, MP. Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Kusnarto, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu dan perhatian dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

(5)

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman yang sama-sama sedang mengerjakan skripsi dan yang memberikan semangat, terimakasih untuk Boci, D’nill, Bima, Fency, Arin, Yanuar, Kopler, Binkar, Daniel, Anjar, Bway, Maulana, Ses, Erlysta, Reno dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih telah mendukung selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari penelitian ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak, Amin.

Surabaya, Juli 2014

(6)

HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 21

2.2.1. Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa ... 21

2.2.2. Berita ... 24

2.3. Pers Dalam Kaidah Jurnalistik ... 31

2.3.1. Teori Kebebasan pers ... 35

2.4. Jurnalisme Online Sebagai Media Massa ... 46

(7)

3.1. Definisi Operasional ... 59

3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers ... 59

3.2.1. Akurasi pemberitaan ... 60

3.2.2. Fairness dan ketidakberpihakan pemberitaan ... 61

3.2.3. Validitas keabsahan pemberitaan ... 62

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 63

3.3.1. Populasi ... 63

3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 64

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.5. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 67

4.1.1. Sejarah Vivanews.com ... 67

4.2 Penyajian Data ... 70

4.3 Analisa Data ... 73

4.3.1 Analisis Data Berita 1 ... 74

4.3.2 Analisis Data Berita 2 ... 79

4.3.3 Analisis Data Berita 3 ... 85

4.3.4 Analisis Data Berita 4 ... 90

(8)
(9)

1, 2, 4 dan 5 April 2014).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektifitas berita pada media online Vivanews.com dalam pemberitaan mengenai ketua umum partai Golkar Aburizal Bakrie, karena di berita tersebut selalu menguntungkan Aburizal Bakrie dan Partai Golkar.

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah surat kabar, karakteristik surat kabar online, pengertian dan fungsi pers, teori kebebasan pers, objektifitas berita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset kuantitatif, yang menggunakan analisis yang telah dirinci oleh Rahmah Ida. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berita yang di tampilkan di media online Vivanews.com tentang pemberitaan ketua umum partai Golkar Aburizal Bakrie.

Hasil penelitian ini adalah berdasarkan analisis keempat pemberitaan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum Partai Golkar di media online vivanews.com, yang objektifitas hanya pada berita pertama, sedangkan ketiga berita yang lain tidak objektifitas berdasarkan kategorisasi Rahmah Ida.

Kata Kunci : Analisis Isi Berita, Objektifitas, Rahmah Ida, Abur izal Bakr ie, Vivanews.com

ABSTRACT

DYAKSA SATRIYA ANURAGA. The Objectivity news of Golkar party chairman Aburizal Bakrie in online media. (Content Analysis of Coverage Regarding Objectivity Golkar chairman Bakrie in Online Media Vivanews.Com Issue 1, 2, 4 and 5 April 2014).

The purpose of this study was to determine the objectivity of news on online media in reporting on Vivanews.com Golkar chairman Bakrie, because the news is always favorable for Bakrie and Golkar side.

The foundation of the theory used in this study are newspapers, online newspapers characteristics, understanding and functioning of the press, the theory of freedom of the press, news objectivity. The method used in this study is a quantitative research method, which uses the analysis that has been specified by Rahmah Ida. The population in this study were all in the show in the news media about the news online Vivanews.com Golkar chairman Bakrie.

The results of this study are based on the analysis of the four news about Bakrie as chairman of the Golkar Party in the online media vivanews.com, the objectivity of news only at first, while the other three are not the objectivity of news based categorization Rahmah Ida.

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hingga saat ini, media massa dengan mudah kita dapati. Dalam era globalisasi dimana informasi menjadi kebutuhan, media massa menjadi solusinya. Sampai-sampai ada kelompok baru, yaitu kelompok kognitariat, kelompok yang selalu membutuhkan informasi dari media massa.

Pada konteks komunikasi, perubahan-perubahan sikap dan perilaku individu ataupun masyakat, secara umum dipengaruhi oleh, ataupun merupakan efek dari adanya penyebaran pesan-pesan melalui proses komunikasi (Newcomb, 1985: 119), efek komunikasi massa ini, menurut Blumer dan Gurevitch, terjadi karena secara umum media massa memiliki efek potensial yang sangat besar pada khalayaknya (Muhtadi, 2008:35).

(11)

menuliskannya dengan cara yang berbeda sesuai kepentingan dan tujuan yang hendak dicapai. Adanya kepentingan pribadi yang berbeda dalam tubuh media massa itu sendiri sangat mempengaruhi bagaimana dan kemana arah pemberitaan dibawa. Selain masalah kepentingan, latar belakang wartawan yang berbeda juga mempengaruhi bagaimana dia memandang sebuah peristiwa yang terjadi, yang juga memungkinkan sebuah berita ditulis dengan komponen yang berbeda.

Media Massa dan Lingkungan Media massa baik cetak, elektronik maupun media online melalui produk jurnalisme yang ada menjadi jembatan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui apa yang terjadi dengan lingkungan baik tempat tinggalnya maupun secara psikologis dekat dengan mereka, menurut Puspita (2012:4). Untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat, media atau pers dituntut untuk bisa menambah pengetahuan pembacanya dengan menyajikan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat. Dengan banyaknya aneka ragam surat kabar pembaca menjadi lebih selektif dalam memilih suat kabar yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Berita diproduksi dan didistribusikan oleh pers. Pers menyandang peran ganda yaitu sebagai produsen berita dan saluran dalam sebuah proses komunikasi. Pers sebagai penghubung antara komunikator dengan komunikan. Kebebasan media dilindungi oleh undang-undang yang menjamin beropini dan kebebasan memberikan informasi kepada masyarakat.

(12)

tepat atau dalam bahasa jurnalistik harus akurat. Selain akurat berita harus lengkap, adil, dan berimbang. Kemudian berita pun harus tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri atau dalam bahasa akademis berita harus objektif. Karena berita memliki power untuk membentuk opini publik, jadi sesuatu yang ditulis oleh media harus memenuhi unsur-unsur di atas agar tidak ada pihak yang dirugikan. (Kusumaningrat 2006 : 47).

Mengutip Agus Sudibyo (2001:259), bahwa pemberitaan di media senantiasa dirumuskan sarat dengan muatan-muatan etika, moral dan nilai-nilai. Namun bila kembali menilik pada pedoman Ilmu Jurnalistik, syarat-syarat kelayakan berita mengacu pada: fakta (real event, statement dan expert opinion), Obyektif (tidak pernah lepas dari data dan fakta), balance (tidak memihak/cover both side), akurat dan lengkap (unsur 5W+1H). selain itu peneliti juga menerapkan Kategorisasi Objektivitas menurut Rahmah Ida :

1. Akurasi Pemberitaan :

1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita

2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa

3. Penggunaan Data Pendukung, Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan

4. Faktualitas Berita

(13)

2. Fairness/ Ketidakperpihakan pemberitaan : 1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan

2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan 3. Validitas Keabsahan :

1. Atribusi

2. Kompetensi Sumber Berita

Berangkat dari penjelasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Objektivitas berita yang ada di Vivanews.com mengenai pemberitaan Aburizal Bakrie, tidak lain adalah Ketua Partai Golkar sekaligus menjadi pemilik media online Vivanews.com, hal ini menjadi menarik bagi peneliti untuk mengetahui lebih dalam bagaimana objektivitas berita yang dimuat diberbagai edisi beritanya, berikut beberapa cuplikan berita yang sudah dimuat dalam media Online Vivanews.com :

ARB: Kalaupun PDIP Menang, Kursi Golkar Tetap Terbanyak

Ini karena peroleh suara Golkar di luar Jawa masih tinggi.

(14)

kecil dibanding di Pulau Jawa. Pulau Jawa berpenduduk padat sehingga jumlah kursi lebih sedikit ketimbang di luar Jawa. Lembaga survei Political Weather Station (PWS) memprediksi bahwa Golkar dan PDIP akan menjadi kandidat terkuat pemenang Pemilu Legislatif pada 9 April nanti. Dari hasil survei PWS, responden yang memilih Golkar sebanyak 20,3 persen, dan PDIP 19,3 persen.

Golkar dan PDIP memiliki jaringan yang kader dan kader yang sudah merata serta mengakar di Tanah Air. Kedua partai ini relatif lebih tahan dari hempasan badai dan gelombang politik. Golkar dan PDIP juga dinilai memiliki modal sosial yang jauh lebih lengkap dibanding partai lain. (Sumber : Vivanews.com Edisi 1 April 2014).

ARB Puas Gubernur Sulsel Wujudkan Pendidikan Gratis Partai Golkar bertekad mewujudkan pendidikan 12 tahun.

(15)

yang tidak bersekolah karena alasan tak ada biaya. Meningkatkan pendidikan masyarakat akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Selain pendidikan gratis, ARB menambahkan, Golkar juga bertekad meningkatkan layanan kesehatan gratis, terutama untuk warga miskin. Kini sudah ada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Program itu harus terus diawasi agar benar-benar tepat sasaran dan dinikmati oleh warga miskin yang memang membutuhkan. (Sumber : Vivanews.com Edisi 2 April 2014).

ARB Yakin Golkar Menang di Jawa Barat

Kata ARB, bisa menangkan Jawa Barat, berarti bisa menangkan Indonesia.

Partai Golkar yakin dapat 'menguningkan' Jawa Barat pada Pemilihan Legislatif yang digelar 9 April mendatang. Hal itu dikatakan Ketua Umum Partai Golkar yang juga calon presiden Aburizal Bakrie (ARB) saat berkampanye di Lapangan Gading Tutuka, Desa Cingcin, Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat 4 April 2014. Ia mengatakan, para calon legislatif Golkar di dapil Jawa Barat dapat mewujudkan aspirasi masyarakat, khususnya dalam hal pembangunan. Begitupula para kader Golkar yang sudah terbukti kualitasnya. ARB mengajak masyarakat Bandung, Jawa Barat, untuk memberikan hak pilihnya dalam Pileg 2014. Ia berharap, mereka dapat ikut menentukan nasib Indonesia ke depan.

(16)

Golkar selalu berusaha mensejahterakan rakyat Indonesia," ucapnya. Jika Golkar menang di Pemilu 2014, ARB berjanji akan memajukan pendidikan anak-anak Indonesia. ARB pun mengaku telah menginstruksikan para kader Golkar untuk memajukan dan memperhatikan nasib para pensiunan, tentara dan polisi. (Sumber : Vivanews.com Edisi 4 April 2014).

ARB: Jangan Golput, Golkar Saja

ARB mengatakan pemilu menentukan nasib rakyat lima tahun ke depan.

(17)

Dari cuplikan berita diatas peneliti melihat adanya keberpihakan dan masih banyaknya opini seorang wartawan / penulis berita lebih condong menyoroti masalah kekuatan Partai Golkar.

Definisi tentang objektivitas berita sangat beragam, namun secara sederhana dapat dijelaskan bahwa berita yang objektif adalah berita yang menyajikan fakta, tidak berpihak dan tidak melibatkan opini dari wartawan. Objektivitas menurut mcQuail (1994 : 130) lebih merupakan cita-cita yang diterapkan seutuhnya. Dalam sistem media massa yang memiliki keanekaragaman eksternal, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak, meski sumber tersebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya objektif. Meskipun demikian tidak sedikit media yang mendapatkan tuduhan “media itu tidak objektif”.

(18)

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

Berita mengenai Aburizal Bakrie dimedia online Vivanews.com tersebut dianalisis menggunakan analisis isi atau objektivitas pemberitaan menurut Rahmad Ida, yang terdiri dari tiga elemen, yaitu akurasi pemberitaan, ketidak berpihakan pemberitaan (fairness), validitas keabsaan. Ketiga struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan analisis isi atau objektivitas pemberitaan dari suatu media.

(19)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah berita analisis isi sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analsisnya adalah berita di surat kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan – pesan di media (Flournoy,1986:12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi dilapangan atas obyektifvitas pemberitaan dari surat kabar yang mejadi subyek penelitian (McQuail,1994:179).

Untuk dapat memahami ketimpangan arus informasi penulis sengaja memilih media online Vivanews.com.Media online Vivanews.com dipilih sebagai obyek penelitian karena Vivanews.com merupakan salah satu media online yang selalu up to date dalam mengupload berita terbaru.VIVAnews merupakan sebuah

site portal berita yang dikelola oleh PT Viva Media Baru, yang merupakan anak

perusahaan dari PT Visi Media Asia, Tbk yang merupakan perusahaan pengelola media pemberitaan televisi ANTV dan TVONE. P.T Visi Media Asia adalah kelompok usaha media milik Bakrie Grup, dengan Annindya Bakrie sebagai komisaris utama.

(20)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis isi sehingga diperoleh pemahaman yang akurat dan penting. Analisisnya adalah berita di surat kabar yang analisis ini digunakan untuk mengkaji pesan-pesan di media (Flournoy, 1986 : 12). Pemanfaatan ilmu komunikasi media massa dapat diperoleh secara tepat implementasi di lapangan atas objektivitas pemberitaan dari surat kabar yang menjadi subyek penelitian (McQuail, 1994 : 179).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, maka rumusan masalahnya sebagai berikut : “Bagaimanakah Objektivitas Pemberitaan Mengenai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dimedia online Vivanews.com”

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah Objektivitas Pemberitaan Mengenai Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dimedia online Vivanews.com.

1.4. Manfaat penelitian

(21)
(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Ter dahulu

Penelitian ini menggunakan jurnal tentang objektivitas pemberitaan di media online dan skripsi yang sama dengan variable yang diteliti. Penulis mengadakan penelitian berdasarkan penelitian terdahulu. Penelitian yang penulis jadikan referensi adalah penelitian yang dilakukan oleh Birgitta Bestari Puspita dengan judul “Objektivitas Pemberitaan Epidemi Virus H5N1 dalam

International Herald Tribune Online”. Dan skripsi oleh Hendrika Windaryati dengan judu “Objektivitas Berita Lingkungan Hidup Di Harian Kompas”. Kedua penulis tersebutsebelumnya menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikJurusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa, Surat kabar harus obyektif dalam menyajikan berita kepada audiens, riset ini inginmengukur kecenderungan obyektivitas berita tentang virus H5N1 yang melanda Indonesia dan menganalis objektivitas berita lingkungan hidup di harian kompas dengan menggunakan kategorisasi Rahma Ida, berikut hasil masing – masing penelitian dari kedua skripsi tersebut :

“Objektivitas Pemberitaan Epidemi Virus H5N1 dalam International Herald

(23)

Hasil penelitian pemberitaan virus H5N1 (flu burung) dalam pers asing

International Herald Tribune Online, terdapat 10 berita (58,8%) dari 17 berita

yang meggunakan fakta psikologis dalam pemberitaannya. Tingginya persentase fakta psikologis, menunujukkan bahwa wartawan menyususn berita - berita tersebut bukan dengan bahan baku yang berupa peristiwa/kejadian nyata/faktual melainkandengan bahan baku berupa interpretasi subjektif (pernyataan/opini) terhadap fakta/gagasan. Terutama ditemukan dalam pemuatan pernyataan - pernyataan yang berasal dari kalangan elit politik atau praktisimedis.Hal tersebut menunjukkan bahwa, seperti yang dikatakan Sumadiria, berita yang diturunkan kepada khalayak merupakan realitas tangan kedua (second hand reality) yang sangat rentan terhadap intervensi dan manipulasi.(Sumadiria, 2005).

(24)

Apabila keenam unsur tersebut terpenuhi dalam setiap pemberitaaannya, maka media tersebut mampu menghadirkan informasi yang lengkap kepada khalayak sebagai salah satu syarat objektivitas pemberitaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa International Herald Tribune Online sudah cukup baik dalam menghadirkan informasi - informasi yang dibutuhkan oleh khalayak. Hal ini terbukti dengan terpenuhinya unsur what, who, when ,where, dan why pada keseluruhan berita International herald TribuneOnline dengan persentase 100%. Sedangkan unsur yang belum lengkap terpenuhi dalam pembritaan International

Herald Tribune Online adalah unsur how. Ketidaklengkapan unsur how yang

menjelaskan bagaimana jalannya peristiwa tersebut dan bagaimana menanggulanginya, dapat mengurangi kelengkapan informasi yang diterima oleh khalayak. Kurangnya informasi tersebut dapat berpengaruh pada pemahaman khalayak yang utuh dan benar terhadap teks berita tersebut.Unit analisis dimensi berita digunakan untuk mengukur dimensi truth.

Media massa memang leluasa untuk memilih apakah semua masalah dapat menjadi cakupan pemberitaannya atau hanya memilih masalah tertentu saja untuk diberitakan (Siregar, 1998), namun berdasarkan prinsip completeness dalam objektivitas sebuah berita yang baik akan berusaha memasukkan dimensi berita selengkap mungkin dalam pemberitaannya, sehingga khalayak dapat memperoleh berbagai pandangan melalaui satu item berita.

Melalui hasil penelitian diketahui bahwa International Herald Tribune

(25)

dimensi saja yang mendapat porsi tinggi dalam pemberitaannya, yaitu dimensi kesehatan. Hasil di atas menunjukkan bahwa International Herald Tribune

Online belum dapat menghadirkan kelengkapan dimensi dalam pemberitaannya

mengenai virus H5N1 (flu burung) yang melanda Indonesia sehingga khalayak tidak dapat mengetahui secara lengkap apa dampak dan relasi peristiwa yang diberitakan dengan bidang - bidang lain dalam kehidupan dan lingkungan khalayak selain dimensi kesehatan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagaian besar berita mengenai virus H5N1 (flu burung) yang melanda Indonesia dalam International Herald Tribune mengandung nilai berita yang mengarah pada significance, yang artinya berita – berita tersebut dimuat karena mengandung informasi yang layak dan penting unruk diketahui masyarakat. Nilai berita significance, timeliness dan magnitude tersebar secara merata dalam pemberitaan International Herald tribune Online.

(26)

Dari hasil penelitian terlihat bahwa International Herald Tribune banyak menggunakan tipe liputan multi sisi dalam pemberitaannya.Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa International Herald Tribune sudah cenderung memegang prinsip objektivitas dalam meliput sebuah peristiwa.Dengan lebih banyak berita yang menggunakan tipe liputan multi sisi, International Herald

Tribune sudah berusahamemberikan porsi yang seimbang untuk semua pihak atau

aktor dengan berbagai pandangan yang berbeda yang terlibat dalam suatu peristiwa.Neutral presentation berarti bahwa sebuah berita harus netral, dan tidak berpihak pada salah satu aktor, sebab berita bukan merupakan opini yang mengijinkan reporter untuk berpihak..International Herald Tribune sebagai media internasional pun masih menghadirkan berita - berita yang mengandung evaluasi negatif terhadap Indonesia.

KESIMPULAN

International Herald Tribune Online memenuhi dengan baik 7 kategori

yang diteliti yaitu jenis fakta, kelengkapan 5W dan IH, dimensi berita yang diangkat, nilai berita, relevansi pernyataan nara sumber, tipeliputan, dan netralitas pemberitaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa International Herald Tribune

Online cenderung objektiv dalam mengemas pemberitaan tentang virus H5N1 (flu

(27)

“Objektivitas Berita Lingkungan Hidup Di Harian Kompas” Media Massa dan Lingkungan

Media massa baik cetak, elektronik maupun media online melalui produk jurnalisme yang ada menjadi jembatan informasi bagi masyarakat untuk mengetahui apa yang terjadi dengan lingkungan baik tempat tinggalnya maupun secara psikologis dekat dengan mereka. Menurut Puspita (2012: 4), dari pengamatan media yang yang memiliki produk jurnalisme masih jarang ditemui liputan terkait isu lingkungan yang tidak hanya sekedar menginformasikan tetapi juga memberikan solusi sehingga dibutuhkan produk jurnalisme yang ideal sebagai sumber berita bagi masyarakat. Berita lingkungan hidup yang ideal bisa dilihat dari beberapa kategori, salah satu diantaranya adalah objektivitas dari berita tersebut. Mendasari penelitian ini maka dibutuhkan teori dan konsep yang mendukung penelitian diantaranya:

Berita Lingkungan Hidup

Media massa memiliki peran yang strategis untuk memupuk kesadaran maupun kepedulian dari publik melalui pemberitaannya agar peduli terhadap masalah lingkungan. Abrar menyatakan bahwa: “Pada hakekatnya berita lingkungan hidup sama saja dengan berita lainnya seperti berita kriminal, berita politik dan sebagainya yang membedakannya adalah realitas yang menjadi bahan bakunya.”(Abrar, 1993: 7).

(28)

mengundang konflik kepentingan berbagai pihak. Sehingga dalam penerapannya berita lingkungan hidup selain membutuhkan ketrampilan jurnalistik yang standar, juga membutuhkan pengetahuan yang cukup komperhensif tentang hubungan alam, manusia, pembangunan dan ekonomi secara holistik, dampak fisik dan sosial kerusakan lingkungan hidup termasuk bagaimana cara menanggulangi kerusakan lingkungan hidup tersebut (Abrar, 1993: 9). Selain hal-hal yang disampaikan oleh Abrar, Noviriyanti menekankan pada pentingnya objektivitas dalam menyajikan berita lingkungan hidup (Noviriyanti, 2006: 104).

Objektivitas Berita Lingkungan

Rivers William dan Matthews menyatakan bahwa:

“Objektivitas dalam melaporkan berita adalah tujuan lainnya yang merupakan tanda seorang professional yang berpengalaman.Tidak ada alasan bagi ketidakbenaran atau ketidakseksamaan” (William&Mathews, 1994: 397).

Pemberitaan yang tidak memperhatikan kaidah objektivitas bisa bertentangan dengan tujuan dari jurnalisme sendiri yaitu dalam hal pemberian informasi dan menunjukkan kebenaran serta mencerdaskan masyarakat (Noviriyanti, 2006: 60).

(29)

umumnya diantaranya metode Rahma Ida yang digunakan untuk mengukur objektivitas dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

Kerangka konsep memuat dimensi, unit analisis dan kategorisasi. Masing-masing unit analisis ini akan digunakan untuk menganalisis baik tidaknya penerapan objektivitas berita lingkungan hidup khususnya mengenai berita kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia yang diterbitkan surat kabar harian Kompas periode Februari - September 2012.

Tabel Kategorisasi Rahma Ida

Judul Berita

Akurasi Fairness validitas

Kese uaian isi dan judul berita Penc antu man wakt u perist iwa Data pend ukun g Penc ampu ran fakta dan opini Data sumber Luas kolom Atrib ut sumb er data Kompetensi sumber Objektivita s Berita Lingkunga n Hidup Di

Harian Kompas s e s u a i Ti da k se su ai a d a T i d a k a d a a d a T i d a k a d a a d a T i d a k a d a sei mb ang Tid ak sei mb ang sei ma ng Tid ak sei mb ang j e l a s T i d a k je la s Wa rta wa n Pel aku lan gsu ng Bkn Pelaku langsun g

(30)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Media Massa dan Komunikasi Massa

Media massa seperti yang dikemukakan oleh althusser dan Gramsci dalam Sobur (2004:30) merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pendapat atau aspirasi baik itu dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintah atau negara. Media massa tersebut sebagai wadah untuk menyalurkan informasi yang merupakan perwujudan dari hak asasi manusia dalam kehidaupan ermasyarakat dan bernegara, dalam diri media massa juga terselubung kepentingan-kepentingan yang lain, misalnya kepentingan kapitalisme modal dan kepentingan keberlangsungan lapangan pekerjaan bagi karyawan dan sebagainya.

Media massa mempunyai kekuatan yang sangat signifikan dalam usaha mempengaruhi khlayaknya. Keberadaan media massa mempunyai peranan penting dalamusaha memberikan informasi penting bagi masyarakat, pengetahuan yang dapat memperluas wawasan, sarana hiburan sebagai pelepas ketegangan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah peranan media sebagai kontrol sosial untuk memberikan kritik maupun mendukung kebijakan pemerintah agara memotivasi masyarakat.

(31)

audiens dalam jumlah besar yang tidak bisa ditentukan apakah meraka menerima pesan yang disampaikan, atau malah menolaknya. Institusi media massa pada dasarnya terbuka, beroprasi dalam dimensi publik untuk memberikan saluran komunikasi reguler dari berbagai pesan yang mendapat persetujuan sodial dan dikehendaki oleh banyak individu.

Dalam komunikasi massa menurut Winarni dapat dipusatkan pada komponen-komponen komunikasi massa, yaitu variabel yang dikandung dalam setiap tindak komunikasi dan bagaimana variabel ini bekerja pada media massa, kelima komponen tersebut adalah:

1. Sumber. Komunikasi massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar untuk menyusun dan mengirimkan pesan.

2. Khalayak. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, yaitu khalayak yang jumlahnya besar yang bersifat heterogen dan anonim.

3. Pesan. Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, maksudnya adalah setiap orang bisa mengetahui pesan-pesan komunikasi dari media massa.

(32)

Baik media ataupun khalayak melakukan seleksi. Media menyeleksi khalayak sasaran atau penerima menyeleksi dari semua media yang ada, pesan manakah yang mereka ikuti.

5. Konteks komunikasi massa berlangsung dalam suatu konteks sosial. Media mempengaruhi konteks sosial masyarakat, dan konteks sosial masyarakat mempengaruhi media massa. (Winarni, 2003 : 4-5)

Setiap disiplin ilmu dalam komunikasi memiliki ciri-ciri dan karekateristik yang berbeda-beda, adapun beberapa karakteristik komunikasi massa yang sering digunakan pada media massa yaitu:

1. Sifatnya satu arah, walaupun beberapa media massa terkadang melibatkan khalayak secara langsung dengan diadakannya dialog interaktif, namun itu hanya untuk kepentingan terbatas.

2. Selalu ada proses seleksim misalnya, setiap media memilih khalayaknya, demikian juga dengan khlayak yang juga menyeleksi medianya, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk menikmatinya.

(33)

4. Berusaha membidik sasaran tertentu, informasi yang disampaikan harus menarik minat orang-orang sehingga informasi tersebut disalurkan kepada orang lain

5. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara media dan masyarakat. Untuk memahami sebuah masyarakat kita harus menelaah latar belakang, asumsi dan keyakinan-keyakinan dasarnya. Untuk itu diperlukan penguasaan atas sejarah, sosiologi, ilmu ekonomi dan filsafat demi memahami sebuah masyarakat secara benar. (Rivers, 2004 :18)

Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik komunikan secara segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus diadakan seminar terbuka yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan secara langsung, diadakannya survey atau penelitian. (Vardiansyah, 2004:33).

2.2.2. Berita

(34)

karya Poerwadarminto, berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Sedangkan menurut McQuail (1989 : 189) berita merupakan sesuatu yang bersifat metafistik dan sukar dijawab kembali dalam kaitannya dengan institusi dan kata putus mereka yang bersifat rasa dan sulit diraba karena kehalusannya. Berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, alamat, dan penanggungjawabnya, fakta tersebut ditemukan oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standar operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (panuju, 2005 : 52).

Dari beberapa definisi tersebut dapat dirangkum bahwa berita adalah laporan dari kejadian yang penting atau peristiwa hangat, dapat menarik minat atau perhatian para pembaca. Berita merupakan gudang informasi, dan berita merupakan bagian terpenting dari tabloid atau surat kabar.

Menurut Djuroto (2002 : 48) untuk membuat berita paling tidak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Menjaga objektivitas dalam pemberitaan.

(35)

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Sedangkan menurut Kusumaningrat (2006 : 47) unsur-unsur yang membuat suatu berita layak untuk dimuat ada tujuh yaitu ; Akurat, Lengkap, Adil, Berimbang, Objektif, Ringkas, Jelas, dan Hangat.

Selain unsur-unsur berita wartawan juga harus memikirkan nilai berita, dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan waratwan kepada pembacanya.Ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa.Nilai berita ini menjadi menentukan berita layak berita. Menurut Ishwara (2005 : 53) peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemasyhuran, segar dan kedekatan, keganjilan,

human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.Aktualitas, berita tak ubahnya

seperti es krim yang gampang meleleh, bersamaan dengan berlalunya waktu nilainya semakin berkurang. Bagi surat kabar, semakin aktual berita-beritanya, artinya semakin baru peristiwa itu terjadi, maka semakin tinggi nilai beritanya.

1. Kedekatan, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca akan menarik perhatian. Kedekatan yang dimaksud tidak hanya kedekatan secara geografis tapi juga kedekatan emosional.

(36)

3. Dampak,

Berita memiliki banyak jenis, Menurut Sumadiaria ( 2005 : 69-71 ) dalam dunia jurnalistik berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi dalam tiga kelompok :

1. Elementary yaitu :

a. Straight News report adalah laporan langsung mengenai suatu

peristiwa. Biasanya berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, when, why, where, who, dan how (5W+1H).

b. Depth News Report merupakan laporan yang sedikit berbeda

dengan Straight News report. Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa itu sendiri.

c. Comprehensive News merupakan laporan tentang fakta yang

bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas.

2. Intermediate yaitu :

a. Interpretative Report lebih dari sekedar Straight News report dan depth news .berita interpretative biasanya memfokuskan pada

(37)

b. Feature Story berbeda dengan jenis berita-berita di atas yang

menyajikan informasi-informasi penting, di feature story penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Penulisan feature lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.

3. Adnance yaitu :

a. Depth Reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat

mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.

b. Investigative Reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda

dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigatif waratawan melakukan penyelidikan untuk memeperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. Pelaksanaannya sering ilegal atau tidak etis

c. Editoral Writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan

(38)

Yang dapat membedakan antara berita dengan bukan berita salah satunya adalah pada ada tidaknya opini.Hal ini didasari bahwa sebuah berita berasal dari suatu fakta sedangkan opini berangkat dari suatu pemikiran.Berita mempresentasikan fakta sedangkan opini mempresentasikan gagasan atau ide.Dalam kacamata jurnalistik, tidak semua fakta adalah berita.

Suatu fakta dapat dikatakan berita, apabila memenuhi syarat antara lain telah dipublikasikan oleh seseorang atau institusi yang jelas identitasnya, fakta tersebut dihimpun oleh jurnalis dengan cara yang sesuai dengan standart operasional dan prosedur dalam profesi jurnalistik (jurnal mata kuliah dasar-dasar jurnalistik).

Untuk membuat berita paling tidak, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Menjaga objektifitas dalam pemberitaan.

2. Fakta tidak boleh diputar balikkan sedemikian rupa hingga tinggal sebagian saja.

3. Berita itu harus menceritakan segala aspek secara lengkap.

Berdasarkan pasal dari kode etik jurnalistik milik AJI (pasal 3/14 Maret 2006) dijabarkan melalui sebagai berikut :

(39)

b. Berimbang dengan memberikan ruang pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan.

d. Azas praduga tak bersalah adalah prinsip dengan tidak menghakimi seseorang.

Setiap berita yang disuguhkan harus dapat dipercaya namun juga dapat menarik perhatian khalayak sehingga lewat menyajikan hal-hal yang factual dari apa adanya, kebenaran isi cerita yang disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya dan ada kesesuaian dari judul dengan isi berita.

Unsur yang penting dalam menyajikan berita adalah kesesuaian antara judul berita dengan isinya, terlebih lagi bagi media massa cetak dengan pembaca yang memiliki karakteristik pembaca sekilas. Judul berita harus mempresentasikan seluruh isi berita, hal ini dimaksudkan untuk menghindari salah persepsi saat berita dibaca hanya menarik saat dibaca sekilas oleh khalayak melalui judul yang bombastis namun tidak sesuai dengan isi.

(40)

Pada jurnal mata kuliah jurnalistik, dikatakan fungsi judul berita adalah :

1. Memberikan identitas pada berita

2. Mempermudah pembaca untuk memilih berita 3. Menarik perhatian pembaca

Mutu surat kabar dalam penyajiannya sangat sering juga menyertakan gambar, foto, ilustrasi kartun maupun bagan ataupun table yang berguna untuk memperjelas isi pemberitaan. Penempatan adanya data pendukung berita ini sangat penting atas pertimbangan berikut :

1. Foto, gambar, table, dan ilustrasi merupakan unsure berita yang pertama kali menangkap mata serta perhatian pembaca. Woodburn (yang dikutip dari jurnal jurnalistik media cetak) menjelaskan bahwa data pendukung berita di atas, memiliki kekuatan stopping power serta menjelaskan bagian dari unsure berita yang disajikan.

2. Foto dalam surat kabar, dapat digunakan dalam komunikasi dengan pembaca yang memiliki latar belakang beranekaragam karena foto mampu menyajikan berita melalui bahasa foto lebih universal.

2.3. Per s Dalam Kaidah J ur nalistik

(41)

menjadi sumber informasi atau pendidik, sumber nilai-nilai budaya baru, sekaligus sumber hiburan. (Rivers, 2004:51)

Ada dua pengertian pers, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid mingguan, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik antara lain radio dan televisi, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik. ( Effendy, 2000:90)

Jadi secara tegas, pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarkan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah aspek raga, karena ia berwujud, konkret atau nyata, oleh karena itu dapat diberi nama. Desangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan daya hidup yang menghidupi aspek pers itu sendiri.

Sedangkan pengertian pers di Indonesia tercantum dalam Undang-undang No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan Undang-undang No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan Atas Undang-undang no. 11 Tahun 1966. dalam Undang –undang tersebut dinyatakan sebagai berikut:

(42)

Jadi berdasar definisi pers diatas jelas tercantum bahwa pers harus mempunyai idealisme, yakni bahwa pers Indonesia merupakan alat perjuangan nasional, bukan sekedar penjual berita hanya untuk mencari keuntungan finansial.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkan keinginan manusia yang haus akan kebutuhan informasi tersebut melalui medianya. Tetapi fungsi pers bukan hanya itu, menurut Kusumaningrat fungsi pers yang lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Informatif

Yaitu memberikan informasi atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berhuna dan penting bagiorang banyak dan kemudian menuliskan dengan kata-kata. Pers memberitakan suatu kejadian pada saat itu dan tidak menutup kemungkinan bahwa pers juga memperingatkan khalayaknya tentang peristiwa yang diduga akan terjadi.

2. Fungsi Kontrol ( fungsi watchdog )

Pers harus memberitakan apa yang berjalan dengan baik dan tidak berjalan dengan baik. Fungsi ini harus dilakukan dengan lebih aktif oleh pers daripada oleh kelompok organisasi masyarakat lain seperti LSM, dan lain sebagainya.

3. Fungsi Interpretatif dan Direktif

(43)

diperlukan, pers juga memberitahukan tindakan yang seharusnya diambil oleh masyakarat dan memberikan alasan mengapa harus bertindak.

4. Fungsi Menghibur

Mereka menceritakan kisah yang menarik dan lucu untuk khalayak ketahui (humor, drama serta musik) meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

5. Fungsi Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru terjadi proses regenerasi dari angkatan yang sudah tua kepada angkatan yang lebih muda dengan cara menceritakan bagaimana sesuatu itu dilakukan dimasa lampau, bagaimana dunia dijalankan sekarang, bagaimana itu diselesaikan dan apa yang dianggap dunia itu benar atau salah.

6. Fungsi Pengawalan Hak-Hak Warga Negara

(44)

masyarakat, bahkan juga tidak menutup kemungkinan untuk mengkritik medianya sendiri.

7. Fungsi Ekonomi

Pers juga dapat berfungsi secara ekonomi yaitu dengan cara melayani sistem ekonomi melalui iklan

8. Fungsi Swadaya

Untuk memelihara kebebasan yang murni, pers berkewajiban untuk memupuk kekuatan modalnya sendiri agar tidak ditempatkan dibawah kehendak siapa saja yang mampu membayarnya sebagai balas jasa. (Kusumaningrat, 2005 : 27-29).

Hubungan pers sebagai media yang menjembatani masyarakat dan sistem pemerintahan mempunyai hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan.

2.3.1 Teori Kebebasan Pers

(45)

{(Effendi, 2004:62-63), (Bungin, 2007:289-292), (Nurudin, 2004:72-76), (Tankard & Severin, 2005:373-383), (Ardianto, 2005:54-60)}.

1.Authoritarian Press (pers otor iter)

Teori otoriter adalah pers yang mendukung dan menjadi kepanjangan tangan kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa dan melayani negara. Teori ini muncul setelah mesin cetak ditemukan dan menjadi dasar perkembangan pers komunis soviet. Dikenal sebagai sistem tertua yang lahir sekitar abad 15-16 pada masa pemerintahan absolut. saat itu , apa yang disebut kebenaran (truth) adalah milik beberapa gelintir penguasa saja. Karena itu fungsi pers adalah dari puncak turun kebawah.

(46)

kekuasaan raja sangat mutlak. Negara dengan raja sebagai kekuatan adalah pusat segala kegiatan. Oleh karena itu, individu tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai tujuan akhir individu. Benito Mussolini (Italia) dan Adolf Hitler (Jerman) adalah dua penguasa yang mewarisi sistem pers otoriter.

Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup dan berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan yang menganut demokrasi. Misalnya perselisihan yang sering terjadi antara wartawan dengan pemerintahan Singapura yang terkenal dengan kontrol media yang ketat dimana petugas berwenang melakukan sensor atau pengeditan pada program dan pengeditan. Harian seperti Asian Wall Street Journal, Far Eastern Economic

Review, dan International Herald Tribune merupakan harian yang pernah

berselisih dengan pemerintah Singapura, dan harus membayar denda serta menghadapi kontrol yang ketat.

2.Libertarian Press (pers liberal)

(47)

Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan bisa mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia.Kebebasan adalah hal yang utama untuk mewujudkan esensi dasar itu, sedangkan control pemerintah dipandang sebagai menifestasi “pemerkosaan” kebebasan berpikir.Oleh karena itu, pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya untuk mencari kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi kebebasan sehingga kebebasan pers menjadi tolak ukur dihormatinya hak bebas yang dimiliki oleh manusia.

Libertarian theory menjadi dasar modifikasi social responsibility theory, dan merupakan kebalikan dari Authoritarian Theory dalam hal hubungan posisi manusia terhadap negara.Manusia tidak lagi dianggap bebas untuk dipimpin dan diarahkan.Kebenaran bukan lagi milik kodrati manusia.Dan pers dianggap partner dalam mencari kebenaran. Untuk selama dua ratus tahun, pers Amerika dan Inggris menganut teori liberal ini, bebas dari pengaruh pemerintah dan bertindak sebagai Fourth Estate (kekuasaan keempat) dalam proses pemerintahan, setelah kekuasaan pertama lembaga eksekutif, kekuasaan kedua lembaga legislatif, dan kekuasaan ketiga lembaga yudikatif.

(48)

tulisan Milton, Locke, dan Mill dapat dimunculkan sebagai pemahaman bahwa pers harus mendukung fungsi membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan.Di bawah teori liberal, pers bersifat swasta, dan siapaun yang mempunyai uang yang cukup dapat menerbitkan media. Media dikontrol dalam dua cara. Dengan beragamnya pendapat “proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan memungkinkan individu membedakan mana yang benar dan yang salah. Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki ketentuan untuk menindak tindakan fitnah, tindakan senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan dalam masa peperangan.

On Liberty, perwujudan terbaik dan ringkas dari gagasan mendukung

(49)

Perusahaan penerbit koran mulai membeli atau bergabung dengan penerbit yang kecilsampai akhirnya kini banyak kota yang memiliki lebih dari satu surat kabar yang bersaing satu sama lain. Hal ini menyebabkan banyak orang, baik di dalam maupun luar media, mulai mempertanyakan manfaat teori liberal dalam masyarakat yang demokratis. Saat ini pandangan yang tidak populer walaupun penting sulit untuk diterima. Selain itu, psikologi abad 20 telah menunjukkan bahwa manusia tidak selalu berhubungan dengan informasi dengan cara yang tampak rasional. Rasionalisasi sendiri adalah usaha untuk memberikan penjelasan yang masuk akal untuk tindakan yang tidak masuk akal. Pendapat seperti itu membantah filosofi ”manusia rasional” yang menjadi dasar teori liberal.

3.Social Responsibility Press (pers tanggung jawab sosial)

Muncul pada abad ke 20 sebagai protes terhadap kebebasan mutlak dari libertarian yang mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat.Di abad ini, ada gagasan yang berkembang bahwa media satu-satunya yang dilindungi piagam hak asasi manusia, harus memenuhi tanggung jawab sosial. Teori tanggung jawab sosial, yang merupakan gagasan evolusi praktisi media, dan hasil kerja komisi kebebasan pers (Comission on Freedom of The Press), berpendapat bahwa selain bertujuan untuk memberikan informasi, mengibur, mencari untung (seperti hal teori liberal), juga bertujuan untuk membawa konflik ke dalam arena diskusi.

(50)

forum, dan jika media tidak dianggap memenuhi kewajibannya, maka ada pihak yang harus memaksanya. Dasar pemikiran sistem ini adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa bertanggung jawab kepada masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan.

Sistem ini muncul di Amerika Serikat ketika apa yang telah dinikmati oleh pers Amerika selama dua abad lebih, dinilai harus diadakan pembatasan atas dasar moral dan etika. Penekanan pada tanggung jawab sosial dianggap penting untuk menghindari kemungkinan terganggunya ketertiban umum. Menurut Peterson, “kebebasan pers harus disertai kewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat guna melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepada komunikasi massa dalam masyarakat modern selama ini.” Sistem ini juga lebih menekankan kepentingan umum dibanding dengan kepentingan pribadi.Social Responsibility muncul di negara-negara nonkomunis dan sering juga disebut sebagai new

libertarianism.

(51)
(52)

4.Soviet Communist Press (pers komunis Soviet)

Teori pers komunis social baru tumbuh dua tahun setelah revolusi oktober 1917 di Rusia dan berakar pada teori pers authoritarian.Berkembang karena munculnya Negara Uni Soviet yang berpaham komunis pada awal abad ke-20.Sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx tentang perubahan sosial yang diawali oleh Dialektika Hegel (mengatakan bahwa tak ada bidang-bidang realitas maupun bidang-bidang pengetahuan yang terisolasi/berdiri sendiri; semua saling terkait dalam satu gerak penyangkalan dan pembenaran.Sesuatu itu hanya benar apabila dilihat dengan seluruh hubungan).

Pers dalam sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai dan menjadi bagian integral negara.Pers menjadi alat atau organ partai yang berkuasa (partai komunis Uni Soviet/PKUS).Dengan demikian, segala sesuatu ditentukan oleh negara (partai).Kritik diijinkan sejauh tidak bertentangan dengan ideologi partai. Media massa melakukan yang terbaik untuk partai yang ditentukan oleh pemimpin PKUS. Bagi Lenin (penguasa Soviet pada waktu itu) pers harus melayani kepentingan kelas dominan dalam masyarakat, yakni proletar.Pers harus menjadi collective propagandist, collective agitator, collective organizer.Adapun kaum proletar diwakili oleh partai komunis.

(53)

Soviet Rusia yang dan memelihara pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap segala kegiatan sebagaimana biasanya terjadi dalam kehidupan komunis. Sebab itu, di negara tersebut tidak terdapat pers bebas, yang ada hanya pers pemerintah.Segala sesuatu yang memerlukan keputusan dan penetapan umumnya dilakukan oleh para pejabat pemerintah sendiri. Dengan bubarnya negara Uni Republik Sosialis Soviet pada 25 desember 1991 yang kini menjadi negara persemakmuran, negara tersebut sekarang telah melepaskan sistem politik komunisnya.

Dengan demikian, kini teori pers komunis praktis hanya dianut oleh RRC karena negara yang dulu berada di bawah payung kekuasaan Uni Soviet pun sekarang ini hampir semua melepaskan sistem politik komunisnya. Perbedaan teori pers ini dibanding dengan teori lain adalah dihilangkannya motif profit (yakni prinsip untuk menutup biaya) media, menomorduakan topikalitas (topikalitas adalah orientasi pada apa yang sedang ramai dibicarakan), jika dalam teori pers penguasa semata-mata orientasinya adalah upaya mempertahankan “status-quo”, dalam teori pers komunis Soviet orientasinya adalah perkembangan dan perubahan masyarakat (untuk mencapai tahap kehidupan komunis).

(54)

mempengaruhi sebuah pers. Ini juga berarti bahwa sistem yang dikembangkan juga berbeda.Salah satu alasan kenapa kiat perlu mempelajari berbagai macam sistem pers adalah untuk mengetahui sekaligus melakukan perbandingan antarsistem pers. Disamping itu pula agar kita menjadi tahu dimana posisi sistem pers Indonesia.

Indonesia termasuk dalam sistem pers tanggung jawab sosial. Ini tidak hanya dilihat dari istilah “kebebasan pers yang bertanggung jawab” seperti yang kita kenal selama ini. Namun berbagai aktualisasi pers pada akhirnya harus disesuaikan dengan etika dan moralitas masyarakat. Salah satu bukti bahwa ada pers yang tidak menerapkan sistem tersebut pernah dialami oleh tabloid Monitor. Tabloid ini digugat keberadaannya karena tidak menjadikan tolak ukur masyarakat sebagai referensi utama. Artinya, di masyarakat ada suatu moralitas dan etika yang dikembangkan dan diyakini tetapi tetap dilanggar. Apa yang diberitakan pers harus bisa dipertanggungjawabkan pada masyarakat. Adapun tanggung jawab itu ada satu dasar ideologi yang diyakini, yakni pancasila. Pancasila harus dijadikan acuan dalam perilaku pers. (Nur udin, 2007:69-75)

(55)

2.4. J urnalisme Online Sebagai Media Massa

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah alternatif, menciptakan sebuah kerajaan dan khalayak baru. Demikian halnya dengan televisi, meskipun televisi melemahkan radio, tetapi tetap tidak dapat secara total mengeliminasinya. Maka, cukup adil juga untuk mengatakan bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional. (Santana, 2005:135)

Secara teknis, momen paling fundamental dalam jurnalisme online adalah penemuan WWW.Namun secara profesional, momen tersebut dimulai dari pecahnya berita mengenai Drudge Report yang menyangkut skandal Lewinsky, ketika sebuah e-mail dikirimkan ke 50 ribu pelanggan pada tanggal 18 Januari 1998. Dalam setiap aspek penting kisah ini, menurut Lasica ketika menulis

Internet Journalism and The Clinton-Lewinsky Investigation, medium internet

(56)

profesi jurnalisme.Sejak itu, jurnalisme online telah maju secara dramatis.Kini, hampir seluruh media berita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk.Terdapat tiga kelompok situs berita dalam kaitannya dengan isi. (Santana K, 2005:136)

Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media berita tradisional sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi orisinalnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan kapasitas-kapabilitas teknis dari cyberspace. Washington Post Online (www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com) adalah contoh-contoh tipikal tipe ini.

Pada model situs kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita.

Saloon, Slate and Drudge Report masuk ke dalam tipe ini.Situs ini memendekkan

portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai media dan isi mereka.Model situs ini memfokuskan isu-isu spesifik, melayani kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok sosial tertentu, serta membuat saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya.

Model situs ketiga berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang berita dan media. Media-media watchdogs masuk ke dalam kelompok ini. Mereka menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.

(57)

Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi, dari model-model terdahulu.Dalam konteks ini, internet bukanlah suatu pengecualian. (Stoval, 2005:116)

Sebagai bagian dari institusi komunikasi massa formal, jurnalisme online pun menganut ciri-ciri dan sifat media massa, yaitu :

a. Komunikator melembaga b. Pesan teroganisir

c. Program berlanjut d. Periodik

e. Universal f. Komersial

g. Memiliki status hukum h. Aktualitas pesan tinggi i. Secara stimultan/publikatif j. Profesional

k. Komunikasi heterogen

(58)

Journalism and New Media menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai “contextualized journalism”, karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik, yaitu kemampuan-kemampuan berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang ditatanya (costumizeable features). (Santana, 2005:137)

Ensiklopedia online terbesar Wikipedia.org mendefinisikan Jurnalisme online sebagai “The Reporting of Facts Produced and Distributed Via The

Internet”. Pada dasarnya, jurnalisme konvensional dengan jurnalisme online tidak

jauh berbeda, yang membedakan hanya medium penyebarluasannya saja.Dari segi sifat, keduanya dituntut untuk menyajikan berita paling up to date.Perbedaan yang paling jelas, terletak pada media dan efisiensi pencarian, pengolahan dan penyebarluasan beritanya.

(59)

a. Fungsi Informasi

Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat mendapatkan informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi, sampai dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana komunikasi yang efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat.Dalam berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pertama kepada masyarakat.

b. Fungsi Edukasi

Merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam emberikan pendidikan kepada masyarakat, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pelerti. Informasi yang diberikan kepada masyarakat memberikan wawasan kepada masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun norma-norma yang mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti mengenai ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dan aspek lain yang pada intinya informasi yang diberikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.

c. Fungsi Hiburan

(60)

seolah-olah menjadi “agama baru” yang dapat menggeser nilai-nilai moral dari institusi lain, baik keluarga, sekolah, maupun agama.

d. Fungsi Kontrol Sosial

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melaksanakan fungsi kontrol sosial.Media memberikan sosialisasi nilai baik dan buruk, media juga menjadi sarana yang efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil kebijakan dengan memberitakan isu yang memancing opini publik.

Situs berita online cenderung lebih bebas, tidak terlalu terpaku pada kaidah-kaidah bahasa dan jurnalistik yang berlaku umum, jadi intinya bahasa yang digunakan pada situs berita online haruslah singkat, padat dan menarik.

(http:/jonru.multiply.com/journal/item/128)

2.5. Objektifitas Berita

Media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realisasi dunia yang benar-benar terjadi, agar gambar realitas yang ada dibenak khalayak –

the world outside and the pictures in our head, tidaklah bias dikarenakan

informasi media massa tidak kontekstual dengan realitas. Secara ideal, setiap berita yang disajikan dalam suatu media harus memenuhi unsure objektifitas.

(61)

sebuah paradigma yang berkaitan dengan ilmu jurnalistik, pasti ditemukan sebuah paradigma yang mensyaratkan adanya konsep objektifitas dalam penyajian berita.

Pers senantiasa dituntut mengembangkan pemberitaan yang obyektif, yaitu “reporting format that generally spates fact from pinion present an emotionally

detached view of the news, and strives for fairness and balanced” (DeFleur, 1994

: 635).

Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Inilah mengapa pemberitaan di surat kabar selalu dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektifitas yang juga sering disebut sebagai pemberitaan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain fairness, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak bohong, menyatakan fakta bila itu memang fakta, dan pendapat bila itu memang pendapat, dikutip dari Siebert tahun 1986 (Bungin, 2003 : 153 – 154).

(62)

Rahmah Ida, membuat sebuah kategorisasi yang mengukur objektifitas pers sebuah surat kabar dengan tiras minimal 100.000 eksemplar. Dengan obyek penelitian berita politik dengan skala nasional yang menjadi berita utama (Kriyantono, 2006 : 224).

Rachma Ida disini mencoba untuk mengukur Objektifitas pemberitaan surat kabar dengan mengoperasionalisasikan dalam dimensi-dimensi objektifitas yang terdiri dari aktualitas, fairness dan validitas pemberitaan, berikut kategorisasi objektifitas menurut Rahmah Ida (Kriyantono, 2006 : 244 dan juga dalam Bungin, 2003 : 154-155).

a. Akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi:

1) Kesesuaian judul berita dengan isi berita. 2) Pencantuman waktu terjadinya suatu peristiwa.

3) Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan.

4) Faktualitas berita, yaitu menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita.

b. Fairness atau ketidak berpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut keseimbangan penulisan berita yang meliputi :

1) Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan. 2) Ketidahberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom.

(63)

1) Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau check dan re check).

2) Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Kategori ini dibagi menjadi : wartawan, pelaku langsung dan bukan pelaku langsung.

Objektifitas, betapapun sulitnya harus diupayakan oleh insan pers. Objektifitas berkaitan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial, hal ini penting mengingat signifikasi efek media terhadap khalayak.

2.5.1. Konsep Penyajian Berita

Konsep penyajian berita salah satunya kembali pada konsep aktualitas yang menurut Denis McQuail merupakan ciri utama berita melalui menyajikan suatu peristiwa terbaru, karena itu, sangat penting adanya pemberian identitas waktu dalam sebuah penyajian berita.

(64)

(Gambar Piramida Terbalik 5W+ 1H)

Pada Piramida terbalik ini, penulisan berita dimulai dengan membuat lead atau teras berita sebagai paragraf pertama. Dalam penulisan lead ini mencakup rumus dasar dalam menulis berita berupa 5W + 1H yaitu :

a. What : Peristiwa atau hal apa yang terjadi b. Where : Dimana peristiwa itu terjadi c. When : Kapan peristiwa itu terjadi

d. Why : Mengapa peristiwa tersebut terjadi

e. Who : Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut f. How : bagaimana peristiwa tersebut terjadi

Kemudian, lead dikembangkan atau teras berita tersebut dijadikan sebagai paragraf kedua dan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan atau mendukung tulisan pada paragraf pertama.

Paragraf ketiga dan selanjutnya adalah sebagai tubuh berita. Selain susunan berita yang berbentuk piramida terbalik, yang harus diperhatikan adalah :

J U D U L LEAD (5W + 1H)

TUBUH

Rincian lead, latar belakang dan informasi lanjutan

Sangat

(65)

a. Paragraf : lebih baik menggunakan alenia pendek sehingga dapat memberi kesan yang santai dan mudah untuk dibaca.

b. Gaya bahasa : penggunaan gaya bahasa yang dipakai dapat dimengerti oleh semua pihak, baik kalangan atas atau bawah bahkan pula yang tidak berpendidikan. Hal ini dikarenakan khalayak daripada media massa yang bersifat heterogen.

c. Ekonomis kata : harus menggunakan kalimat yang sesingkat mungkin untuk mengungkapkan satu maksud. Artinya satu gagasan satu kalimat. d. Objektifitas : suatu berita harus tetap dijaga dalam Press Release

walaupun mengandung suatu tujuan tertentu. Sehingga seseorang beropini, namun haruslah jelas opini tersebut dinyatakan oleh siapa. e. Tetap menjaga keakurasian tulisan atau informasi : karena mampu

mempengaruhi opini pembaca tentang kredibilitas seorang Publik Relations sebagai sumber informasi.

f. Data perlu diperhatikan Panjang sebuah Press Release : dalam penulisannya sebaiknya tidak lebih dari dua halaman, sehingga perlu dihindari penggunaan kata yang berbelit-belit.

(66)

Narasumber dalam berita penting karena berkaitan dengan kredibilitas media massa yang bersangkutan. Ini dikarenakan, perihal nara sumber berkaitan erat dengan kelanjutan adanya penuntutan bilamana ada pihak yang merasa dirugikan akan pemberitaan tersebut. Karena itu, masalah nara sumber, jurnalis dituntut untuk se-valid mungkin dalam menyajikan berita.

2.6. Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas.Sehingga, pada dasarnya berita yang tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen : bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita mengenai Aburizal Bakrie dimedia online Vivanews.com yang memiliki sudut pandang dalam pemberitaannya mengenai realitas yang ada. Pemuatan berita-berita mengenai Aburizal Bakrie khususnya Vivanews.com, dipilih penulis sebagai subyek penelitian.

(67)

mewujudkan analisis isi atau objektivitas pemberitaan dari suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.

Kategorisasi Objektivitas menurut Rahmah Ida :

1. Akurasi Pemberitaan :

1. Kesesuaian judul berita sesuai isi berita

2. Pencantuman Waktu Terjadinya Suatu Peristiwa 3. Penggunaan Data Pendukung,

Kelengkapan Informasi Atas Kejadian yang Ditampilkan 4. Faktualitas Berita

5. Fairness/Ketidakberpihakan Pemberitaan:

2. Fairness/Ketidakperpihakan pemberitaan :

1. Dilihat Dari Sumber Berita yang Digunakan

2. Dilihat Dari Ukuran Fisik Luas Kolom yang Digunakan

3. Validitas Keabsahan: 1. Atribusi

(68)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu analisis isi yang menggunakan kategori objektivitas media Rahmah Ida. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah objektivitas isi berita dikategorikan baik dalam pemberitaan.

Gambar

Tabel Kategorisasi Rahma Ida
Tabel Penyajian Berita 1
Tabel Penyajian Berita 2
Tabel Penyajian Berita 3
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Moving class sentrabahasaInggrisdan Arab setiap 1 minggudenganbobotmateripelajaran yang sama (setiapkelassentradiampu2 guru (guru pendampingbahasaInggris/Arab & guru kelas)

Kreatifitas Guru Agama dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SDI Miftahul Huda Plosokandang Kedungwaru Tulungagung).. Tulungagung: Skripsi

Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dalam hal pembelajaran, prestasi akademik dan nonakademik, apakah sekolah melibatkan guru, peserta didik, penjaga,

113 dan staf, Adanya program unggulan seperti penguatan bahasa asing selain bahasa Inggris yakni bahasa Jepang dan bahasa Mandarin, Guru memiliki komitmen yang

The inverse problem for subset sums is to determine the structure of the extremal sets A of integers for which | P.. A|

[r]

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Nomor : W9.Eb.PAN / BAMA / XI – 08 Tanggal 19 Desember 2012, bersama ini Pokja Pengadaan Barang Pekerjaan

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Dokumen Penawaran dan Kualifikasi Nomor 05/ PAN- PSAA/ JBI / 2013 Tanggal 21 Januari 2013 pada pekerjaan Pengadaan Bahan Permakanan