• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS XI IPA 1 SMA N 1 BALIGE T A 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS XI IPA 1 SMA N 1 BALIGE T A 2013-2014."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN

YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR

MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

TEKNIK DISKUSI KELAS XI

DI SMA N 1 BALIGE

T.A 2013/2014

SKRIPSI

Oleh

EPI SARIATY PANGARIBUAN NIM : 1103351011

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN

YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR

MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

TEKNIK DISKUSI KELAS XI

DI SMA N 1 BALIGE

T.A 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling

Oleh

EPI SARIATY PANGARIBUAN NIM : 1103351011

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang dilimpahkan kepada penulis selama perkuliahan, sampai saat penyusunan tugas akhir ini. Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan, penulis beri judul :

‘‘ MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN YANG

MENGALAMI KESULITAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS XI IPA 1 SMA N 1 BALIGE T.A 2013/ 2014’’

Berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari Bapak/ ibu Pembimbing, Keluarga serta teman-teman akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Atas perhatian yang telah diberikan kepada penulis maka pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Ibnu Hajar M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para Pembantu Rektor dan Staffnya.

2. Bapak Drs. Nasrun M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

(10)

selaku sekretaris Jurusan PPB/BK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Prof. Dr. Sri Milfayetty, M.S, Kons S.Psi selaku dosen pembimbing skripsi saya, yang telah banyak memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

5. Ibu Prof. Dr. Rosmala dewi M.Pd Kons, Dra. Nurajani. M.Pd, Dra Zuraidah Lubis, M.Pd, Selaku dosen penyelaras saya yang telah banyak membantu, saya ucapkan terima kasih.

6. Bapak Drs Makmur Siahaan S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Balige yang telah memberi ijin penelitian. Ibu Rosdiana Sihombing S.Pd selaku guru BK, beserta bapak/ Ibu guru yang lain yang telah membantu saya.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya B.Pangaribuan dan R. Sibuea yang telah banyak membantu penulis dalam segi moril, materil, dan atas segala doa yang telah mendukung penulis menyelesaikan pendidikan S1 pada Program Studi PPB/ BK FIP Universitas Negeri Medan.

8. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Abang, kaka, adik yang telah banyak membantu memberi dukungan sehingga terselesaiakannya skripsi ini.

(11)

10. Buat teman-teman BK Ekstensi 2010 tanpa terkecuali yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi susunan bahasanya sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari teman-teman yang membaca sebagai perbaiakan skripsi saya. Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(12)

i

ABSTRAK

EPI SARIATY PANGARIBUAN. NIM. 1103351011. ‘‘ Meningkatkan Sikap

Empati Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige T.A

2013/2014’’. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan.

Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian tindakan bimbingan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar. Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan Juni-Agustus 2014. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Balige jalan Kartini Soposurung Balige.

Populasi adalah siswa kelas XI IPA-1 yang berjumlah 33 orang siswa. Sampel penelitian ini berjumlah 6 orang siswa yang terdiri dari 3 orang yang cukup dapat berempati terhadap teman dan 3 orang yang kurang dapat berempati terhadap teman yang ditentukan secara Purposive Sampling (Penarikan sampel secara sengaja) atas data dari hasil analisis angket yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitan. Instrumen alat pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ialah angket.

Berdasarkan hasil analisis angket sebelum diberikan tindakan, diperoleh 6 orang siswa dengan 3 orang siswa yang memiliki sikap empati siswa yang kurang, 2 orang siswa memiliki sikap empati siswa yang sedang, 1 orang siswa yang cukup memiliki sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga persentase awal dalam 1 kelompok adalah 16.6 %. Dari hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan diperoleh 3 orang siswa yang mengalami peningkatan dalam sikap empati siswa terhadap teman sehingga persentase keberhasilan menjadi 50 %. Hal ini dilihat dari hasil analisis angket, laiseg, laijapen. Pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada sikap empati siswa terhadap teman yaitu 83.3 % karena diperoleh 5 orang siswa yang mengalami peningkatan. Walaupun masih ada 1 orang siswa (16.7 %) yang dikategorikan ‘cukup’, namun tingkat keberhasilan layanan sudah memenuhi target yakni 75%.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Maka peneliti menyarankan guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi sebagai alternatif yang tepat menangani permasalahan siswa khususnya meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar pada siswa kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige T.A 2013/2014.

Kata Kunci : Sikap Empati, Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi, Kesulitan

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Rumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

(15)

BAB II KAJIAN TEORI kesulitan belajar melalui bimbingankelompok teknik diskusi ... 49

2.5 Kerangka Berfikir ... 52

(16)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 54

3.2 Subjek Penelitian ... 54

3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 55

3.4 Desain Penelitian ... 57

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.6 Teknik Analisis Data ... 66

3.7 Uji Coba Instrumen ... 67

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Fisik Lingkungan SMA Negeri 1 Balige ... 68

4.2 Hasil Penelitian ... 69

4.2.1 Hasil Penelitian Sebelum Tindakan ... 69

4.2.2 Hasil Tindakan Siklus I ... 71

4.2.3 Hasil Tindakan Siklus Tindakan Siklus II ... 83

(17)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitiian ... 57

Tabel 3.2 Rencana Penelitian Siklus I ... 58

Tabel 3.3 Rencana Penelitian Siklus II ... 62

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Sikap Empati Terhadap Teman ... 65

Tabel 4.1 Hasil Skor Angket Pra Siklus ... 70

Tabel 4.2 Sebelum Melakukan Tindakan Penelitian ... 71

Tabel 4.3 Penilaian Kemampuan Konselor Siklus I ... 78

Tabel 4.4 Hasil skor angket Sikap Empati Terhadap Teman Siklus I ... 79

Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Skor Angket Pra Siklus Dan Siklus I ... 81

Tabel 4.6 Hasil skor angket Siklus II ... 89

Tabel 4.7 Perbandingan Skor Angket Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 91

Tabel 4.8 Peningkatan Sikap Empati Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Dalam Belajar Siklus II... 93

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambar Diagram Hasil Skor Angket Pra Siklus Dan Siklus I .... 82

Gambar 4. 2 Gambar Diagram Hasil Skor Angket Pra Siklus, Siklus I

dan Siklus II ... 92

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Angket Sikap Empati ... 1

Lampiran 1a Hasil Analisis Angket ... 6

Lampiran 2 Bimbingan Kelompok ... 8

Lampiran 3 Rencana Pelayanan Bimbingan Kelompok Siklus I ... 9

Lampiran 4 Rencana Pelayanan Bimbingan Kelompok Siklus II ... 19

Lampiran 5 Materi Sikap Empati terhadap Teman ... 24

Lampiran 6 Alat Penilaian Proses Bimbingan Kelompok Siklus I ... 28

Lampiran 7a Daftar Hadir Siswa Layanan Bimbingan Kelompok Siklus I ... 34

Lampiran 7b Daftar Hadir Siswa Layanan Bimbingan Kelompok Siklus II.... 35

Lampiran 8a Laiseg Siklus I ... 36

Lampiran 8b Laiseg Siklus II ... 42

Lampiran 9a Laijapen Siklus I ... 48

Lampiran 9b Laijapen Siklus II ... 51

(21)
(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu masa perkembangan dimana manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan adalah pada masa remaja. Pada masa perkembangan ini, remaja harus mampu menyelesaikan tugas perkembangannya untuk dapat diterima di lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima di lingkungan teman-teman sebayanya.

Hurlock (1980: 10) mengemukakan bahwa remaja harus mampu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, mencapai peran sosial pria dan wanita, menggunakan tubunhnya secara efektif, mengharapkan dan perilaku sosial yang bertanggungjawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, dan memperoleh perangkat nilai dan sistematis etis sebagai pegangan berperilaku untuk mengembangkan ideologi.

(23)

Pengaruh sekolah tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja. Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping mengajarkan keterampilan dan kepandaian kepada siswa (Windy 2008: 3). Oleh karena proses belajar adalah manusiawi yang menuntut keterlibatan anak sebagai pribadi, maka berhasillah proses ini menuntuk sikap hidup yang terbuka dengan lingkungan dan mau bekerja sama dengan sesama Drost dalam Windy (2008: 3).

Dalam berinteraksi dan menyesuiakan diri dengan orang lain, muncul benturan dengan kebutuhan dan keinginan orang banyak. Penyebabnya adalah kekurangpahaman seseorang dengan keinginan dan kebutuhan orang lain. Pemahaman terhadap keinginan, perasaan dan kebutuhan orang lain mutlak dibutuhkan untuk dapat hidup sukses di lingkungannya. Dalam hidup bermasyarakat, sering kali individu memanfaatkaan jasa orang lain tanpa memperhatikan kesejahteraan orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Mereka hanya berpikir mendapat keuntungan yang banyak demi kepentingan pribadinya, tidak ingin bersusah payah memikirkan apakah orang lain memiliki kesempatan untuk memperoleh kepuasaan yang sama, atau apakah orang lain merasa terganggu dengan sifat mereka yang tidak mau tahu dengan kebahagiaan orang lain. Individu tidak lagi memperdulikan kekecewaan, kesusahan, dan penderitaan yang dialami oleh orang yang telah dirugikan.

(24)

sekolah menengah atas. Kejadian ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan seseorang untuk dapat memahami perasaan orang lain. Kemampuan untuk dapat memahami perasaan dan masalah orang lain itu disebut dengan empati.

Empati merupakan dasar dari semua keterampilan sosial, sehingga memiliki peranan yang sangat besar bagi seseorang baik sebagai pribadi maupun kelompok sosialnya, Dengan empati, seseorang dapat menguasai kecakapan sosialnya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Alhasil, seseorang yang bersikap empati lebih disukai temaan-teman dan lebih berhasil baik di sekolah maupun ditempat kerja. Tidak mengherankan bila mereka yang bersikap empati menjalin hubungan yang akrab dengan pasangan hidup dengan temaan, da anak-anaknya sendiri. Goleman (2003: 136) mengatakan bahwa keharmonisan sosial berawal dari setiap hubungan yang merupakan akar kepedulian yang berasal dari penyesuaian emosional dan dari kemampuan untuk berempati. Maka dari itu empati dianggap lebih penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru dihadapkan pada karakteristik dan sifat siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana seorang siswa merasa kesulitan dalam menelaah pelajaran karena disebabkan faktor-faktor baik dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa tersebut. Pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis tingkah laku baik secara langsung dan tidak langsung.

(25)

Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari teman-temanya dalam menyelasaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan, (4) Menunjukan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menggangu didalam atau diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama, (5) Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah dan kurang gembira dalam menghadapi nilai yang rendah tidak menunjukan perasaan sedih dan menyesal.

Semua kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tersebut akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar bahkan akan berakibat siswa mengalami kegagalan dalam studinya. Dalam proses belajar situasi dan kondisi siswa akan sangat mempengaruhi dan menentukan aktifitas yang akan dilakukan dalam belajar. Situasi dan kondisi tersebut, yaitu setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda-beda, dan bakat mempunyai pengaruh-pengaruh yang besar terhadap prestasi hasil belajar. Siswa yang kurang berbakat dalam suatu mata pelajaran tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai suatu bahan, dibandingkan siswa yang berbakat dalam mata pelajaran tersebut.

(26)

akademik yang memuaskan. Namun kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar, yang terkadang sangat mencolok antara siswa dengan lainnya.

Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik ini bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan pelajaran kepada siswa tetapi juga membentuk kepribadiaan siswa yang bernilai tinggi. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah umumnya lebih banyak ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau kemampuan yang kurang terabaikan. Dengan demikian,

siswa berkategori ‘‘di luar rata-rata ’’ itu (sangat pintar atau sangat bodoh) tidak

mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami siswa yang berkemampuan tinggi.

(27)

belajarnya maka seorang siswa dan guru serta orang tua harus mencermati dan mengoreksi kembali apakah ada faktor-faktor kesulitan yang dialami siswa. Proses belajar seseorang tidak akan selalu berjalan baik, seseorang yang mencari ilmu tidak lepas dari kesulitan belajar.

Berdasarkan pengamatan selama melaksanakan Program Praktik Lapangan (PPL) pada bulan Agustus tahun 2013 di SMA Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba Samosir sekitar 65 % siswa dikelas X1 IPA-1 yang memiliki prestasi belajar tinggi kurang memiliki

“empati’’ terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar. Informasi tersebut diperoleh

melalui wawancara dengan siswa, guru bidang studi, konselor, dan pengamatan peneiliti selama PPL. Kondisi yang sama juga terjadi di Kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige yang menjadi sasaran penelitian ini. Hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi serta 10 orang siswa dari 33 siswa kelas XI-IPA 1, mereka memiiki ego yang tinggi dalam hal belajar dan pengetahuan. Beberapa di temukan gejala-gejala siswa yang memiliki prestasi tinggi kurang memiliki rasa empati terhadap siswa yang memiliki kesulitan belajar. Gejala-gejala yang dimaksud seperti : siswa yang memiliki prestasi tinggi takut mereka akan bersaing dalam pelajaran, sehingga mereka tidak mau membantu siswa yang lain, enggan belajar bersama, tidak mau memberi jawaban jika ditanyakan teman tentang soal pelajaran yang paling sulit dimengerti. Seringkali dijumpai di kelas, siswa yang prestasinya tinggi hanya memberikan jawaban tugas semata terhadap siswa yang prestasinya rendah.

(28)

lingkungan sekolah. Hal ini sangat membutuhkan dukungan dari elemen-elemen yang terkait disekitar sekolah yaitu konselor sekolah, guru bidang studi, dan siswa. Sikap empati siswa sangat penting ditingkatkan. Ketika peserta didik yang memiliki prestasi tinggi dalam belajarnya tidak memiliki sikap menolong dan mampu memahami perasaan temannya yang mengalami masalah dalam belajar maka semakin terkikisnya budaya peduli terhadap orang lain.

Untuk meningkatkan sikap empati siswa, sekolah sebagai objek lingkungan tempat sosialsasi siswa yang dapat mempengaruhi sikap empati siswa terhadap siswa lain sudah menganjurkan kepada guru bidang studi, wali kelas dan peserta didik untuk memberikan dorongan kepada siswa lain supaya memelihara kepedulian terhadap siswa lain yang membutuhkan pertolongan guna mencegahnya cacat moral dalam kehidupan sehari-hari termasuk di lingkungan sekolah. Arahan-arahan yang diberikan guru belum cukup untuk membuat siswa peduli terhadap siswa lainnya.

Konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab dalam pengembangan kepribadian dan moral siswa untuk meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar harus memberikan layanan bimbingan yang sesuai dengan kepribadiaan siswa. Berdasarkan studi awal penelitian oleh penulis adalah SMA N 1 Laguboti, tidak memiliki konselor sekolah yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling, Konselor dilimpahkan tugasnyanya sebagai bendahara sekolah.

(29)

Cara atau pendekatan baru yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui bimbingan kelompok. Alasan peneliti menggunakan cara ini: (1) Remaja seperti siswa SMA masih memiliki kemampuan berpikir yang terbatas, mereka cenderung berkelompok dan lebih suka membahas masalahnya dengan teman sebaya, (2) Melalui bimbingan kelompok ini siswa dapat merasakan perasaan orang lain, (3) Melalui bimbingan kelompok akan mendapat persuasi sosial dari anggota kelompok dan pemimpin kelompok melalui dorongan verbal untuk siswa dapat melakukan empati terhadap sesama yang memiliki kesulitan belajar.

Dalam proses bimbingan kelompok sangat mungkin diperlukan dan digunakan berbagai metode serta teknis psikologis untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan perilaku individu. Metode bimbingan kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan, dan pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin secara ideal, pemimpin kelompok membantu kelompok untuk memusatkan perhatian pada masalah umum yang dihadapi, membantu meninjau masalah secara luas dan mendalam, membantu memberikan sumber-sumber yang dapat dipakai untuk pemecahan masalah, dan membantu kelompok mengetahui bilamana masalah sudah terpecahkan serta implikasi selanjutnya dari pemecahan masalah tersebut.

(30)

menganggap penting untuk meneliti yang berjudul “ Meningkatkan Sikap Empati Siswa Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/ 2014’’.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya perilaku menolong antar siswa dan kurangnya menghargai orang lain disebabkan rendahnya sikap kepedulian yang di miliki antar siswa.

2. Belum diketahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap pengentasan masaalah empati siswa terhadap siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar.

3. Dorongan-dorongan yang diberikan oleh pihak sekolah belum cukup membuat siswa yang memiliki prestasi tinggi untuk memberikan periku menolong terhadap siswa yang memiliki prestasi rendah.

4. Seseorang yang melakukan empati terhadap orang dikarenakan adanya imbalan yang ingin di terima oleh individual yang melakukan empati.

1.3 Pembatasan Masalah

Bertolak dari identifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan didalami supaya lebih jelas. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan bimbingan kelompok dalam menangani permasalahan sikap empati siswa kurang pada teman yang memiliki kesulitan belajar dikelas.

(31)

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang sudah diuraikan,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘‘Apakah sikap empati siswa terhadap teman yang memiliki kesulitan belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok’’ di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/ 2014.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap empati siswa terhadap siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar melalui bimbingan kelompok di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/2014 .

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Manfaat Praktis

a) Bagi peserta didik diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang pentingnya sikap berempati terhadap sesama manusia, khususnya terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar .

b) Bagi guru pembimbing menyusun, membantu dan melaksanakan bimbingan konseling dalam meningkatkan kemampuan berempati siswa terhadap teman tanpa pandang buluh dengan teman yang lain.

c) Bagi sekolah, memberi masukan kepada sekolah dalam upaya meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik melalui usaha peningkatan empati pada seluruh warga sekolah.

(32)

a) Bagi peneliti dapat digunakan sebagai latihan mengembangkan wawasan, menambah pengetahuan dalam melaksanakan bimbingan kelompok teknik diskusi.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Meningkatkan sikap empati terhadap teman yang kesulitan belajar adalah kemampuan siswa untuk menerima, memotivasi, menolong, memahami perasaan teman dan membantu teman terutama teman yang kesulitan dalam belajar.

2. Bimbingan kelompok teknik diskusi adalah suatu teknik bimbingan kelompok yang memberikan kesempatan kepada para anggota kelompok untuk memberikan saran, memecahkan masalah secara bersama-sama dalam suatu kelompok.

3. Penggunaan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar pada 6 siswa yang kurang dapat berempati terhadap teman.

(34)

peningkatan dari 16 % hingga 50%. Pada siklus II pertemuan ketiga dan keempat terjadi peningkatan dari 50 % hingga 83 persen. Dengan demikian sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas XI IPA -1 SMA N 1 Balige.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan :

1. Bagi Peserta didik

a. Bagi siswa kelas XI IPA-1 diharapkan untuk saling mengembangkan kemampuan empatinya terhadap sesama manusia, khususnya siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat saling menyesuaikan diri, berinteraksi dengan teman sebaya dan menjalani relasi sosial dalam pergaulan yang harmonis dengan cara mengembangkan empathic concern, erat kaitanya dengan kepekaan dan kepedulian siswa yang berprestasi terhadap siswa yang berprestasi rendah. Perspective taking, yaitu mampu memandang kejadian sehari-hari dari pandangan orang lain, sehingga dapat dibangun hubungan interpesonal yang baik dan penuh penghargaan. Fantasy, siswa dapat menempatkan diri hanyut dalam perasaan siswa yang mengalami kesulitan belajar.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

(35)

yang tepat menangani masalah siswa khususnya mengenai sikap empati terhadap teman

b. Guru pembimbing hendaknya dapat memberikan contoh nyata apabila individu dapat berempati terhadap orang lain yang tidak dikenal dan individu yang dapat berempati terhadap keadaan orang lain melakukannya secara tulus dan ikhlas.

c. Guru pembimbing memberikan dorongan-dorongan yang kuat bagi siswa yang mengabaikan kepedulian terhadap teman yang mengalami masalah kesulitan dalam belajar.

d. Guru pembimbing hendaknya lebih menanamkan kepedulian antar siswa agar peka terhadap warga sekolah karena memberikan perkembangan siswa dalam berempati.

3. Bagi Sekolah

(36)

b. Hendaknya sekolah menyediakan fasilitas yang memadai untuk ruangan BK dan ruangan bimbingan kelompok agar pelaksanaan program-program BK dapat berjalan lancar dan baik.

4. Bagi Peneliti Lainnya

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rieneka Cipta.

Azwar, syafuddin. 1995. Sikap Empati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska

Ginting, Abnes Oktora. 2009 Hubungan Empati Dengan Cooperative Learning Pada Proses Belajar Siswa SMP N 10 Medan. Skripsi. http // www. usu.ac.id (Maret 2014).

Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hidayatus. 2010. Penggunaan Teknik diskusi Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Membantu Meningkatkan Displin Siswa SMPN 1 Babat Di dalam Sekolah. Skripsi.http// www.unesa.ac.id (21 Februari 2014)

Hurlock, E.B.1980. Psikolgi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Ketut, Dewa Sukardi. 2008. Pengantasr Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Kompas.com. 24 Oktober 2009. Pengertian empati (7 Februari 2014)

Mulyadi. 2010 Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus: Nuha Litera Yogyakarta

Pujiyanti. 2007.www.Psikologimania.com (11 Februari 2014)

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia Indonesia.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Sari, A. T. O, Ramadhani, N., Eliza, M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok Di Tempat Umum. Jurnal Psikologi. No. 2, hal 81-90 (diakses 27 Februari 2014)

(38)

Taufik. 2012. Empati Pendekatan Psikologi Sosial: RajaGrafindo Persada. Jakarta Tohirin. 2012. Bimbingan dan Konseling Di SMA dan Madrasah: RajaGrafindo

Persada. Jakarta

Walgito, Bimo. 2004. www.psikologimania.com. Pengertian Bimbingan ( 1 Maret 2014)

Windy Ernaeny. 2008. Empati pada Siswa Akserelasi dan Reguler. http // www. uks.ac.id ( 25 Februari 2014 )

Gambar

Gambar 4.1 Gambar Diagram Hasil Skor Angket Pra Siklus Dan  Siklus I ....  82

Referensi

Dokumen terkait

kata benda neutrum, namun demikian mungkin pula itu dimaksudkan se- bagai permainan kata yang menunjuk kepada dewa Siwa. Rupanya memang menjadi kebiasaan dalam

Berdasarkan hasil penelitian dipahami bahwa pengaturan hukum mengenai kedudukan hukum penghuni rumah dan dasar hukum apa rumah dinas dapat disewa oleh pihak ketiga karena pada

Dengan adanya layanan jasa berupa internet banking yang secara cepat dapat dinikmati oleh nasabah maupun perusahaan sendiri maka segala layanan yang diinginkan

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2OI1 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara ini, sebagai dasar

Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther, seorang biarawan dari Jerman menempelkan 95 dalil yang berisi pandangan terhadap doktrin gereja Katolik Roma pada

7 Nurul Dwi Rohmatuningtyas, Pengaruh Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Dengan Seting Pembelajaran Tipe GI Terhadap Minat, dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs

dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor Universitas

3.4.4 Karakterisasi Biomassa Sebelum dan Setelah dikontakkan dengan Cr(VI) ... fusiformis Sebelum dan Setelah dikontakkan dengan Cr(VI)