• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI ARIMATIKA SOSIAL DI SMP NEGERI 21 MEDAN T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI ARIMATIKA SOSIAL DI SMP NEGERI 21 MEDAN T.A 2013/2014."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENT) DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI ARIMATIKA SOSIAL

DI SMP NEGERI 21 MEDAN T.A 2013 / 2014

Oleh :

Nadrah Afiati Nasution NIM. 409411028

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENT) DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI ARIMATIKA SOSIAL

DI SMP NEGERI 21 MEDAN T.A 2013/2014

Nadrah Afiati Nasution (NIM. 409411028) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 21 Medan yang terdiri dari 10 kelas. Dua kelas dijadikan sampel, yaitu kelas VII-10 yang merupakan kelas ekperimen A sebanyak 27 orang dan kelas VII-8 yang merupakan kelas eksperimen B sebanyak 27 orang. Kelas eksperimen A menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan pada kelas eksperimen B menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan test, dengan test essay sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.

Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh nilai rata-rata pre-test 33,518 dan simpangan baku pre-test 14,729 sedangkan nilai rata-rata post-test 74,259 dan simpangan baku post-test 10,893. Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pre-test 33,407 dan simpangan baku pre-test 11,797 sedangkan nilai rata-rata-rata-rata post-test 66,481 dan simpangan baku post-test 12,232

Dari analisa data post-test dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 diperoleh nilai thitung = 2,469 dan ttabel = 1,674 Sehingga diperoleh thitung > ttabel

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa

yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD (Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan T.A 2013/2014.

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Identifikasi Masalah 4

1.3Batasan Masalah 5

1.4Rumusan masalah 5

1.5Tujuan penelitian 5

1.6Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1. Kerangka Teoritis 7

2.1.1.Pengertian Belajar 7

2.1.2.Hasil Belajar 8

2.1.3.Pembelajaran Matematika 9 2.1.4.Model Pembelajaran Kooperatif 10 2.1.5.Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 12

2.1.5.1. Presentasi Kelas 14

2.1.5.2. Tim 15

2.1.5.3. Permainan 15

2.1.5.4. Turnamen 17

2.1.5.5. Rekognisi Tim 17

2.1.5.6. Sistem Penghitungan Poin Turnamen 18 2.1.5.7. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran 19

Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) 2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 20

2.1.6.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 21 tipe STAD

2.1.6.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran 22 Kooperatif Tipe STAD

2.1.7. Aritmatika Sosial 23

(5)

vii

2.1.7.2Harga jual, Harga beli dan Harga rugi 24 2.1.7.3Rabat (Diskon), Bruto, Tara dan Netto 26 2.1.7.4Bunga Tabungan dan Pajak 26

2.2. Kerangka Konseptual 27

2.3. Hipotesis Penelitian 28

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1. Tempat dan Waktu penelitian 29

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 29

3.2.1.Populasi Penelitian 29

3.2.2.Sampel Penelitian 29

3.3. Variabel Penelitian 29

3.4. Definisi Operasional 30

3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian 30

3.6. Prosedur Penelitian 31

3.7. Instrumen Penelitian 36

3.8. Teknik Analisis Data 36

3.8.1.Menghitung Rata-Rata Skor 36 3.8.2.Menghitung Standard Deviasi 37

3.8.3.Uji Normalitas 38

3.8.4.Uji Homogenitas 38

3.8.5.Analisis Pengujian Hipotesis 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 41

4.2. Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 41 4.3. Nilai Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 42

4.4. Uji Prasyarat Data 44

4.4.1. Uji Normalitas Data 44

4.4.2. Uji Homogenitas Data 45

4.3.3. Uji Hipotesis Data 45

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian 45

4.6. Diskusi Hasil Penelitian 46

4.7. Temuan Penelitian 47

4.8. Penelitian yang Relevan 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

5.1. Kesimpulan 50

5.2. Saran 50

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 11

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Yang Disarankan 18

Tabel 2.3 Tabel Skor Permainan (TGT) 18

Tabel 2.4 Untuk Permainan Dengan Empat Pemain 18

Tabel 2.5 Untuk Permainan Dengan Tiga Pemain 19

Tabel 2.6 Untuk Permainan Dengan Dua Pemain 19

Tabel 3.1 Desain Penelitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test) 31

Tabel 4.1 Data Pre-Test 41

Tabel 4.2 Data Post-Test 42

(7)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Aturan Permainan 16

Gambar 2.2 Penempatan Pada Meja Turnamen 17

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 33

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Nilai dan Rata-Rata Nilai 43

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I TGT 53

Lampiran 2 : RPP II TGT 61

Lampiran 3 : RPP III TGT 67

Lampiran 4 : RPP I STAD 73

Lampiran 5 : RPP II STAD 76

Lampiran 6 : RPP III STAD 79

Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa 1 82

Lampiran 8 : Lembar Aktifitas Siswa 2 86

Lampiran 9 : Lembar Aktifitas Siswa 3 89

Lampiran 10 : Alternatif Penyelesaian LAS 1 92

Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian LAS 2 95

Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian LAS 3 97

Lampiran 13: Kisi-Kisi Pre Test 99

Lampiran 14: Kisi-Kisi Post Test 100

Lampiran 15: Pre Test 101

Lampiran 16: Post Test 102

Lampiran 17: Alternatif Penyelesaian Pre Test 103

Lampiran 18: Alternatif Penyelesaian Post Test 105

Lampiran 19 : Pedoman Penskoran Nilai Tes Siswa 107

Lampiran 20 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan 108

Varians Data Pre-Test Untuk Kelas Eksperimen A

(Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT)

Lampiran 21 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan 110

Varians Data Pre-Test Untuk Kelas Eksperimen B

(Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD)

Lampiran 22 : Uji Normalitas Data Pre-Test Dan Post-Test 112

Lampiran 23 : Perhitungan Uji Homogenitas 117

(9)

xi

Lampiran 25 : Lembar Validasi Pre-Test 120

Lampiran 26 : Lembar Validasi Post-Test 123

Lampiran 27 : Surat Izin Penelitian 126

Lampiran 28 : Surat Keterangan Penelitian 127

Lampiran 29 : Dokumentasi Penelitian 128

Lampiran 30 : Tabel Lillifors 131

Lampiran 31 : Tabel Distribusi (F) 132

(10)

ii

RIWAYAT HIDUP

Nadrah Afiati Nasution dilahirkan di Medan, pada tanggal 17 Juli 1993. Ayah

bernama Drs. Muhammad Nasution (Alm), Ibu bernama Fadhliah, dan merupakan

anak ketiga dari lima orang bersaudara. Pada tahun 1999 penulis masuk SD

Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan

sekolah di SMP Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,

penulis melanjutkan sekolah di SMA Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika,

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina

potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan mengajar yang

diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan dari tingkat dasar, menengah,

dan perguruan tinggi. Oleh karena itu pendidikan menjadi hal yang penting untuk

diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan tersebut menjadi salah

satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan

dalam kehidupannya.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan

oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana,

meningkatkan kualitas tenaga mengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang

menekankan pada pengembangan kecakapan hidup (Life Skill) yang diwujudkan

melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk dapat meyesuaikan diri dan

berhasil di masa yang akan datang. Seperti yang telah dikemukakan oleh Rusman

(2011:3) bahwa :

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Terkait dengan hal tersebut, telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggara pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma pendidikan dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam hal pembelajaran, terutama dalam pelajaran matematika, tidak

dapat mengingkari kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak orang yang

mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Ada banyak alasan tentang

perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman

2003:253) mengemukakan bahwa :

(12)

pola-2

pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan peserta didik

dapat menguasai pelajaran matematika. Namun kenyataannya, mutu pendidikan

matematika di Indonesia masih kurang. Hal ini sesuai dengan keterangan data

UNESCO yang menyebutkan bahwa mutu pendidikan matematika di Indonesia

berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati.

Sehubungan dengan hal itu, guru sebagai tenaga pendidik hendaknya

mampu memilih model pembelajaran serta media yang tepat dalam proses

pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Menurut

Suprijono (2010:46) merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model

guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Mengenai

media pembelajaran, Martin dan Briggs (dalam Jauhari, 2011:95) menyatakan

bahwa :

Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan belajar pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Selain media pembelajaran, aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari

juga diperlukan agar pemahaman yang ingin dicapai menjadi maksimal. Salah

satu materi matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari

adalah aritmatika sosial. Aritmatika Sosial merupakan salah satu materi

matematika yang diajarkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Meskipun

sekilas materi ini terlihat tidak rumit namun dalam praktiknya siswa masih sering

mengalami kesulitan menerjemahkan soal-soal tentang aritmatika sosial yang

berbentuk soal cerita. Padahal jika disadari aritmatika sosial adalah materi yang

(13)

3

Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Sihotang, S.Pd selaku guru

mata pelajaran matematika SMP Negari 21 Medan, diketahui bahwa terdapat

masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah salah satunya masih

banyaknya siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal pada materi

aritmatika sosial. Ini disebabkan kurangnya konsentrasi siswa disebabkan minat

belajar matematika masih rendah sehingga masih mengalami kesulitan dalam

menghubungkan permasalahan pada soal cerita yang berkaitan dengan materi

pembelajaran, siswa masih kurang mampu melakukan perhitungan matematika

secara benar karena kurang memahami konsep aritmatika sosial sehingga hasil

belajar siswa pada materi aritmatika sosial ini masih rendah. M. Sihotang, S.Pd

juga mengemukakan bahwa metode yang sering digunakannya saat proses

pembelajaran adalah metode ceramah. Model kooperatif hanya sesekali

diterapkan. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih berpusat pada guru.

Hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru adalah mengembangkan

kegiatan dalam pembelajaran adalah dengan menginovasikan suatu model

pembelajaran yang menarik dan menciptakan situasi belajar yang melibatkan

siswa secara aktif. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan

pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran yang kreatif, sehingga dapat

merangsang potensi tiap-tiap siswa untuk terus mengembangkan aktivitas,

kreatifitas yang melibatkan imajinasi. Pembelajaran juga dapat dilakukan dengan

menekankan adanya kerjasama dalam kelompok.

Salah satu pembelajaran yang menekankan kerjasama tim dalam

menguasai materi pembelajaran adalah dengan menggunakan metode

pembelajaran koperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan STAD (Student

Teams Achievement Division). Seperti yang telah dikemukakan oleh Suprijono

(2010:58) :

(14)

4

Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,

melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan

peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan

reinforcement. Sedangkan pada model kooperatif tipe STAD, Jauhari (2011:58)

mengungkapkan bahwa “guru yang menggunakan STAD mengacu kepada

belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa.”

Slavin (2005) memaparkan bahwa :

Pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang telah digunakan dalam matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan banyak subjek lainnya. TGT dan STAD memang memiliki kemiripan, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-kuis individual pada akhir pelajaran sedangkan TGT menggunakan permainan akademik.

Kedua model pembelajaran ini, baik TGT maupun STAD, merupakan

model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktifitas serta

hasil belajar siswa. Namun, untuk mengetahui penerapan model manakah yang

lebih baik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga kedepannya

dapat diterapkan untuk pembelajaran matematika, diperlukan penerapan kedua

model tersebut kemudian melakukan perbandingan hasil belajar siswa.

Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah hasil

belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams

Games Tournament) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan

STAD (Student Teams Achievement Division). Untuk menjawab pertanyaan ini

maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: “Perbedaan Hasil Belajar

Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) dan Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Pada Materi Aritmatika Sosial di SMP Negeri 21 Medan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

(15)

5

1. Hasil belajar siswa masih rendah.

2. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar

mengajar.

3. Penggunaan model yang kurang tepat sehingga kegiatan pembelajaran

menjadi tidak maksimal.

4. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan

membosankan.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi masalah

pada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan STAD (Student Teams

Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan

Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi dari

hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD (Student Teams Achievement

Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan Tahun Ajaran

2013/2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi dari

hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD (Student Teams Achievement

(16)

6

1.6 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat menjadi masukan sebagai calon guru dan menambah

wawasan dan keterampilan terutama dalam hal pembelajaran dengan

penggunaan pembelajaran model kooperatif tipe TGT dan STAD pada

mata pelajaran Matematika.

2. Bagi siswa, selain diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, juga

dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan

motivasi daya tarik siswa terhadap pembelajaran terutama pada pelajaran

Matematika.

3. Bagi guru, dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan desain

pembelajaran matematika yang kreatif, menarik, dan menyenangkan serta

emberikan informasi kepada guru mengenai pembelajaran kooperatif tipe

TGT dan tipe STAD dalam pengajaran Matematika.

4. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

upaya meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah,

(17)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Hasil belajar siswa

yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada

materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan T.A 2013/2014.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Kepada guru agar dapat menerapkan pembelajaran tipe TGT sebagai

salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

2. Kepada guru agar memilih metode yang paling sesuai dengan konsep

matematika agar dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif

dan efesien.

3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih

memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran yang

digunakan dalam mengajarkan matematika dalam upaya meningkatkan

(18)

51

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, S., (2006), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

FMIPA UNIMED, (2004), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA, Medan.

Heny Christz, (2011), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT,

http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html

Humas UGM, (2012), Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Masih Rendah, http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467

Jauhari, Muhammad, (2011), Implementasi PAIKEM Dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Junaidi, (2010), Tabel t Untuk d.f = 1-200, http.junaidichaniago.wordpress.com/2010/04/21/download-tabel-t-untukd-f-1-200/

Lie, Anita, (2010), Cooperative Learning, Grasindo, Jakarta.

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta.

Slavin, Robert E, (2005), Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik, Nusa Media, Bandung.

Staff UNILA, (2011), Permendiknas No. 22 Tahun 2006,

http://staff.unila.ac.id/radengunawan/files/2011/09/Permendiknas-No.-22-tahun-2006.pdf.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

(19)

52

Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sukino dan Wilson Simangunsong, (2007), Matematika untuk SMP Kelas VII, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learing Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Trianto, (2011), Mendesain Model-Model Pembelajaran inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah perencanaan menu diet diabetes mellitus : (1) menentukan jumlah kebutuhan energi/kalori pasien untuk mengetahui jenis diet yang sesuai (2) menghitung

Komodifikasi Seks dan Pornografi Dalam Representai Estetika Iklan Komersial di Media Massa. Publicly private and privately public: Social networking on

Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar dengan penerapan metode presentasi pada mata praktikum Histologi mahasiswa Program

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

[r]

yang disampaikan secara online melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk paket kegiatan: Pada hari ini Senin Tanggal Dua Bulan Juli Tahun Dua Ribu Dua Belas, kami

tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa oleh :