PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENT) DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI ARIMATIKA SOSIAL
DI SMP NEGERI 21 MEDAN T.A 2013 / 2014
Oleh :
Nadrah Afiati Nasution NIM. 409411028
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENT) DAN STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI ARIMATIKA SOSIAL
DI SMP NEGERI 21 MEDAN T.A 2013/2014
Nadrah Afiati Nasution (NIM. 409411028) ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 21 Medan yang terdiri dari 10 kelas. Dua kelas dijadikan sampel, yaitu kelas VII-10 yang merupakan kelas ekperimen A sebanyak 27 orang dan kelas VII-8 yang merupakan kelas eksperimen B sebanyak 27 orang. Kelas eksperimen A menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan pada kelas eksperimen B menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan test, dengan test essay sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh nilai rata-rata pre-test 33,518 dan simpangan baku pre-test 14,729 sedangkan nilai rata-rata post-test 74,259 dan simpangan baku post-test 10,893. Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pre-test 33,407 dan simpangan baku pre-test 11,797 sedangkan nilai rata-rata-rata-rata post-test 66,481 dan simpangan baku post-test 12,232
Dari analisa data post-test dengan menggunakan uji-t pada taraf = 0,05 diperoleh nilai thitung = 2,469 dan ttabel = 1,674 Sehingga diperoleh thitung > ttabel
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa
yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD (Student Teams Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan T.A 2013/2014.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Identifikasi Masalah 4
1.3Batasan Masalah 5
1.4Rumusan masalah 5
1.5Tujuan penelitian 5
1.6Manfaat Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. Kerangka Teoritis 7
2.1.1.Pengertian Belajar 7
2.1.2.Hasil Belajar 8
2.1.3.Pembelajaran Matematika 9 2.1.4.Model Pembelajaran Kooperatif 10 2.1.5.Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 12
2.1.5.1. Presentasi Kelas 14
2.1.5.2. Tim 15
2.1.5.3. Permainan 15
2.1.5.4. Turnamen 17
2.1.5.5. Rekognisi Tim 17
2.1.5.6. Sistem Penghitungan Poin Turnamen 18 2.1.5.7. Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran 19
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) 2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 20
2.1.6.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 21 tipe STAD
2.1.6.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran 22 Kooperatif Tipe STAD
2.1.7. Aritmatika Sosial 23
vii
2.1.7.2Harga jual, Harga beli dan Harga rugi 24 2.1.7.3Rabat (Diskon), Bruto, Tara dan Netto 26 2.1.7.4Bunga Tabungan dan Pajak 26
2.2. Kerangka Konseptual 27
2.3. Hipotesis Penelitian 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
3.1. Tempat dan Waktu penelitian 29
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 29
3.2.1.Populasi Penelitian 29
3.2.2.Sampel Penelitian 29
3.3. Variabel Penelitian 29
3.4. Definisi Operasional 30
3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian 30
3.6. Prosedur Penelitian 31
3.7. Instrumen Penelitian 36
3.8. Teknik Analisis Data 36
3.8.1.Menghitung Rata-Rata Skor 36 3.8.2.Menghitung Standard Deviasi 37
3.8.3.Uji Normalitas 38
3.8.4.Uji Homogenitas 38
3.8.5.Analisis Pengujian Hipotesis 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 41
4.2. Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 41 4.3. Nilai Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 42
4.4. Uji Prasyarat Data 44
4.4.1. Uji Normalitas Data 44
4.4.2. Uji Homogenitas Data 45
4.3.3. Uji Hipotesis Data 45
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian 45
4.6. Diskusi Hasil Penelitian 46
4.7. Temuan Penelitian 47
4.8. Penelitian yang Relevan 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50
5.1. Kesimpulan 50
5.2. Saran 50
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 11
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Yang Disarankan 18
Tabel 2.3 Tabel Skor Permainan (TGT) 18
Tabel 2.4 Untuk Permainan Dengan Empat Pemain 18
Tabel 2.5 Untuk Permainan Dengan Tiga Pemain 19
Tabel 2.6 Untuk Permainan Dengan Dua Pemain 19
Tabel 3.1 Desain Penelitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test) 31
Tabel 4.1 Data Pre-Test 41
Tabel 4.2 Data Post-Test 42
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Aturan Permainan 16
Gambar 2.2 Penempatan Pada Meja Turnamen 17
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 33
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Nilai dan Rata-Rata Nilai 43
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : RPP I TGT 53
Lampiran 2 : RPP II TGT 61
Lampiran 3 : RPP III TGT 67
Lampiran 4 : RPP I STAD 73
Lampiran 5 : RPP II STAD 76
Lampiran 6 : RPP III STAD 79
Lampiran 7 : Lembar Aktifitas Siswa 1 82
Lampiran 8 : Lembar Aktifitas Siswa 2 86
Lampiran 9 : Lembar Aktifitas Siswa 3 89
Lampiran 10 : Alternatif Penyelesaian LAS 1 92
Lampiran 11 : Alternatif Penyelesaian LAS 2 95
Lampiran 12 : Alternatif Penyelesaian LAS 3 97
Lampiran 13: Kisi-Kisi Pre Test 99
Lampiran 14: Kisi-Kisi Post Test 100
Lampiran 15: Pre Test 101
Lampiran 16: Post Test 102
Lampiran 17: Alternatif Penyelesaian Pre Test 103
Lampiran 18: Alternatif Penyelesaian Post Test 105
Lampiran 19 : Pedoman Penskoran Nilai Tes Siswa 107
Lampiran 20 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan 108
Varians Data Pre-Test Untuk Kelas Eksperimen A
(Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT)
Lampiran 21 : Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan 110
Varians Data Pre-Test Untuk Kelas Eksperimen B
(Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD)
Lampiran 22 : Uji Normalitas Data Pre-Test Dan Post-Test 112
Lampiran 23 : Perhitungan Uji Homogenitas 117
xi
Lampiran 25 : Lembar Validasi Pre-Test 120
Lampiran 26 : Lembar Validasi Post-Test 123
Lampiran 27 : Surat Izin Penelitian 126
Lampiran 28 : Surat Keterangan Penelitian 127
Lampiran 29 : Dokumentasi Penelitian 128
Lampiran 30 : Tabel Lillifors 131
Lampiran 31 : Tabel Distribusi (F) 132
ii
RIWAYAT HIDUP
Nadrah Afiati Nasution dilahirkan di Medan, pada tanggal 17 Juli 1993. Ayah
bernama Drs. Muhammad Nasution (Alm), Ibu bernama Fadhliah, dan merupakan
anak ketiga dari lima orang bersaudara. Pada tahun 1999 penulis masuk SD
Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di SMA Al-Azhar Medan dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika,
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina
potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan mengajar yang
diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan dari tingkat dasar, menengah,
dan perguruan tinggi. Oleh karena itu pendidikan menjadi hal yang penting untuk
diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan tersebut menjadi salah
satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan
dalam kehidupannya.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan
oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana,
meningkatkan kualitas tenaga mengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kecakapan hidup (Life Skill) yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk dapat meyesuaikan diri dan
berhasil di masa yang akan datang. Seperti yang telah dikemukakan oleh Rusman
(2011:3) bahwa :
Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Terkait dengan hal tersebut, telah ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggara pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma pendidikan dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam hal pembelajaran, terutama dalam pelajaran matematika, tidak
dapat mengingkari kenyataan bahwa sampai sekarang masih banyak orang yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Ada banyak alasan tentang
perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman
2003:253) mengemukakan bahwa :
pola-2
pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.
Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan peserta didik
dapat menguasai pelajaran matematika. Namun kenyataannya, mutu pendidikan
matematika di Indonesia masih kurang. Hal ini sesuai dengan keterangan data
UNESCO yang menyebutkan bahwa mutu pendidikan matematika di Indonesia
berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati.
Sehubungan dengan hal itu, guru sebagai tenaga pendidik hendaknya
mampu memilih model pembelajaran serta media yang tepat dalam proses
pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Menurut
Suprijono (2010:46) merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model
guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Mengenai
media pembelajaran, Martin dan Briggs (dalam Jauhari, 2011:95) menyatakan
bahwa :
Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan belajar pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Selain media pembelajaran, aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari
juga diperlukan agar pemahaman yang ingin dicapai menjadi maksimal. Salah
satu materi matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari
adalah aritmatika sosial. Aritmatika Sosial merupakan salah satu materi
matematika yang diajarkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Meskipun
sekilas materi ini terlihat tidak rumit namun dalam praktiknya siswa masih sering
mengalami kesulitan menerjemahkan soal-soal tentang aritmatika sosial yang
berbentuk soal cerita. Padahal jika disadari aritmatika sosial adalah materi yang
3
Berdasarkan hasil wawancara dengan M. Sihotang, S.Pd selaku guru
mata pelajaran matematika SMP Negari 21 Medan, diketahui bahwa terdapat
masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah salah satunya masih
banyaknya siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal pada materi
aritmatika sosial. Ini disebabkan kurangnya konsentrasi siswa disebabkan minat
belajar matematika masih rendah sehingga masih mengalami kesulitan dalam
menghubungkan permasalahan pada soal cerita yang berkaitan dengan materi
pembelajaran, siswa masih kurang mampu melakukan perhitungan matematika
secara benar karena kurang memahami konsep aritmatika sosial sehingga hasil
belajar siswa pada materi aritmatika sosial ini masih rendah. M. Sihotang, S.Pd
juga mengemukakan bahwa metode yang sering digunakannya saat proses
pembelajaran adalah metode ceramah. Model kooperatif hanya sesekali
diterapkan. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih berpusat pada guru.
Hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru adalah mengembangkan
kegiatan dalam pembelajaran adalah dengan menginovasikan suatu model
pembelajaran yang menarik dan menciptakan situasi belajar yang melibatkan
siswa secara aktif. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan menerapkan
pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran yang kreatif, sehingga dapat
merangsang potensi tiap-tiap siswa untuk terus mengembangkan aktivitas,
kreatifitas yang melibatkan imajinasi. Pembelajaran juga dapat dilakukan dengan
menekankan adanya kerjasama dalam kelompok.
Salah satu pembelajaran yang menekankan kerjasama tim dalam
menguasai materi pembelajaran adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran koperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan STAD (Student
Teams Achievement Division). Seperti yang telah dikemukakan oleh Suprijono
(2010:58) :
4
Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Sedangkan pada model kooperatif tipe STAD, Jauhari (2011:58)
mengungkapkan bahwa “guru yang menggunakan STAD mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa.”
Slavin (2005) memaparkan bahwa :
Pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang telah digunakan dalam matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan banyak subjek lainnya. TGT dan STAD memang memiliki kemiripan, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-kuis individual pada akhir pelajaran sedangkan TGT menggunakan permainan akademik.
Kedua model pembelajaran ini, baik TGT maupun STAD, merupakan
model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktifitas serta
hasil belajar siswa. Namun, untuk mengetahui penerapan model manakah yang
lebih baik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga kedepannya
dapat diterapkan untuk pembelajaran matematika, diperlukan penerapan kedua
model tersebut kemudian melakukan perbandingan hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah hasil
belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams
Games Tournament) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan
STAD (Student Teams Achievement Division). Untuk menjawab pertanyaan ini
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul: “Perbedaan Hasil Belajar
Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) dan Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Pada Materi Aritmatika Sosial di SMP Negeri 21 Medan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
5
1. Hasil belajar siswa masih rendah.
2. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar
mengajar.
3. Penggunaan model yang kurang tepat sehingga kegiatan pembelajaran
menjadi tidak maksimal.
4. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti membatasi masalah
pada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan STAD (Student Teams
Achievement Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan
Tahun Ajaran 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi dari
hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD (Student Teams Achievement
Division) pada materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan Tahun Ajaran
2013/2014?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) lebih tinggi dari
hasil belajar siswa yang diajar dengan STAD (Student Teams Achievement
6
1.6 Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat menjadi masukan sebagai calon guru dan menambah
wawasan dan keterampilan terutama dalam hal pembelajaran dengan
penggunaan pembelajaran model kooperatif tipe TGT dan STAD pada
mata pelajaran Matematika.
2. Bagi siswa, selain diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, juga
dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa, meningkatkan
motivasi daya tarik siswa terhadap pembelajaran terutama pada pelajaran
Matematika.
3. Bagi guru, dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan desain
pembelajaran matematika yang kreatif, menarik, dan menyenangkan serta
emberikan informasi kepada guru mengenai pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan tipe STAD dalam pengajaran Matematika.
4. Bagi pihak sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
upaya meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah,
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournament) lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada
materi aritmatika sosial di SMP Negeri 21 Medan T.A 2013/2014.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Kepada guru agar dapat menerapkan pembelajaran tipe TGT sebagai
salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Kepada guru agar memilih metode yang paling sesuai dengan konsep
matematika agar dapat menunjang proses belajar mengajar yang efektif
dan efesien.
3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih
memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran yang
digunakan dalam mengajarkan matematika dalam upaya meningkatkan
51
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., (2006), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
FMIPA UNIMED, (2004), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA, Medan.
Heny Christz, (2011), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT,
http://heny-christz.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt.html
Humas UGM, (2012), Mutu Pendidikan Matematika di Indonesia Masih Rendah, http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467
Jauhari, Muhammad, (2011), Implementasi PAIKEM Dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Junaidi, (2010), Tabel t Untuk d.f = 1-200, http.junaidichaniago.wordpress.com/2010/04/21/download-tabel-t-untukd-f-1-200/
Lie, Anita, (2010), Cooperative Learning, Grasindo, Jakarta.
Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Rajawali Pers, Jakarta.
Slavin, Robert E, (2005), Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik, Nusa Media, Bandung.
Staff UNILA, (2011), Permendiknas No. 22 Tahun 2006,
http://staff.unila.ac.id/radengunawan/files/2011/09/Permendiknas-No.-22-tahun-2006.pdf.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
52
Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Sukino dan Wilson Simangunsong, (2007), Matematika untuk SMP Kelas VII, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learing Teori & Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Trianto, (2011), Mendesain Model-Model Pembelajaran inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.