EFFORTS TO INCREASE THE ABILITY OF STUDENTS IN READING AND USING PRAYER MOVEMENT DEMONSTRATION IN CLASS VII H SMPN 1 BANTARKALONG
by: Ruyat (SMPN1 Bantarkalong Kab. Tasikmalaya)
hunayahn@yahoo.com
ABSTRACT
This classroom action research departs from the problems of disadvantaged learners in the class VII- H SMP Negeri 1 Bantarkalong in the practice of prayer and pray especially at reading pronunciation and movement. Contrary to these problems, is used a method known as a method of learning demonstration. This study aims to determine whether the method can be used in teaching demonstration pray and pray. Conclusion The study proves that the method of demonstration has managed to improve students' skills in reading and pronunciation practice prayer movement.
Key words:capable, student, read, exercise, prayer, demonstrations
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM BACAAN DAN GERAKAN SHALAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII H SMPN 1 BANTARKALONG
Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini berangkat dari permasalahan kekurangmampuan peserta didik di kelas VII- H SMP Negeri 1 Bantarkalong dalam praktik shalat dan berdoa terutama pada pengucapan bacaan dan gerakannya. Bertolak dari permasalahan tersebut, digunakanlah suatu metode pembelajaran yang dikenal dengan metode demonstrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran shalat dan berdoa. Kesimpulan penelitian membuktikan bahwa metode demonstrasi telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam praktik pengucapan bacaan dan gerakan salat.
Kata kunci: mampu, siswa, baca,gerak, shalat, demonstrasi
A. Pendahuluan
Beribadah atau mengabdikan diri kepada Allah merupakan kewajiban dan suatu jalan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh
manusia sebagai makhluk untuk
mendapatkan ridho-Nya, seperti yang tersurat dalam Alquran yang artinya tidaklah kami menciptakan jin dan mamusia kecuali supaya beribadah. Secara garis besar terdapat dua jenis ibadah yaitu ibadah mahdoh (langsung berhadapan kepada Allah) dan ibadah goer mahdoh (melalui perantara). Yang termasuk ibadah mahdoh, antara lain shaum (puasa) baik wajib maupun sunat, sholat juga baik wajib maupun sunat. Sedangkan yang termasuk ibadah goer mahdoh, di antaranya zakat (fitrah maupun mal), infak, shodakoh, dan lain-lain.
Ibadah sholat bila diperingkatkan merupakan ibadah yang utama. Hal ini terdapat dalam salah satu bunyi „bila ibadah sholatnya dinilai baik, maka ibadah yang lainnya pun dinilai baik. Namun sebaliknya apabila nilai ibadah sholatnya ruksak, maka ruksak pula nilai ibadah yang lainnya‟. Di samping itu, terdapat bunyi “Barang siapa mendirikan sholat, maka seakan-akan ia mendirikan agama. Barang siapa tidak mendirikan sholat, maka seakan-akan ia menghancurkan agama”.
.
Pendidikan Agama Islam
116
peserta didik khususnya kelas VII H pada saat melaksanakan beribadah, khususnya sholat masih kurang mampu atau belum sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Baik berupa ucapan dalam sholat (qauliyah) juga berupa perbuatan/gerakan (fi‟liah) dalam sholat.
Melihat masalah seperti ini, sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUSPN nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam UUSPN, bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah “Bim -bingan dan Konseling”.
Keberadaan Bimbingan dan
Konseling di sekolah memberikan dampak yang positif dan amat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi peserta didik. Hal tersebut mengingat banyaknya permasalahan dalam belajar yang dialami para peserta didik.
Dalam penanganan permasalahan peserta didik di atas, dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individu maupun konseling kelompok serta klasikal berdasarkan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli yaitu mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor/pembimbing ketika proses konseling berlangsung.
Bimbingan dan Konseling (BK) dalam dunia pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk terselenggaranya proses pembelajaran dalam hal ini untuk meningkatkan kemampuan/prestasi siswa walaupun secara langsung tidak memberikan penilaian untuk pengisian buku laporan pendidikan (tidak seperti guru mata
pelajaran). Di samping itu, bimbingan dan konseling berperanan untuk memberikan bimbingan kepada para siswa yang menemui permasalahan dalam belajar, keluarga dan per-masalahan lain yang dihadapi para siswa.
Seperti yang telah dibeberkan di atas bahwa beribadah atau meng-abdikan diri kepada Allah merupakan kewajiban dan suatu jalan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia sebagai makhluk untuk mendapatkan ridho-Nya, seperti yang tersurat dalam Alquran yang artinya tidaklah kami menciptakan jin dan mamusia kecuali supaya beribadah. Secara garis besar terdapat dua jenis ibadah yaitu ibadah mahdoh (langsung berhadapan kepada Allah) dan ibadah goer mahdoh (melalui perantara). Yang termasuk ibadah mahdoh, antara lain shaum (puasa) baik wajib maupun sunat, sholat juga baik wajib maupun sunat. Sedangkan yang termasuk ibadah goer mahdoh, di antaranya zakat (fitrah maupun mal), infak, shodakoh, dan lain-lain.
Ibadah sholat bila diperingkatkan merupakan ibadah yang utama. Hal ini terdapat dalam salah satu bunyi „bila ibadah sholatnya dinilai baik, maka ibadah yang lainnya pun dinilai baik. Namun sebaliknya apabila nilai ibadah sholatnya ruksak, maka ruksak pula nilai ibadah yang lainnya‟. Di samping itu, terdapat bunyi “Barang siapa mendirikan sholat, maka seakan-akan ia mendirikan agama. Barang siapa tidak mendirikan sholat, maka seakan-akan ia menghancurkan agama”.
menemukan kekurangfasihan siswa dalam membacakan/melafalkan baca an-bacaan/doa dan surat Patihah dalam shalat misalnya pelafalan hurup „a („ain) dan hurup a (alip/hamjah). Pengucapan/pelafalan yang tidak sesuai dengan ketentuan artikulator dan titik artikulasi akan mengubah arti yang terkandung dalam kalimat tersebut.
Di samping itu, pada saat siswa diujicobakan mempraktekan gerakan-gerakan dalam shalat, peneliti menemukan pula gerakan-gerakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai contoh pada gerakan takbirotul ikhram pertama, siswa menggerakan tangan hanya sampai dada (seperti gerakan sedang melakukan berdoa). Pada saat melaku-kan ruku, telapak tangan menutup tulang kering/paha bukan pada lutut sehingga posisi punggung tidak terlihat posisi 90 derajat.
Berdasarkan permasalahan ter-sebut di atas, maka bimbingan dan konseling memiliki peranan untuk memberikan layanan dasar yaitu memberikan bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini peserta didik
dalam rangka mengembangkan
kemampuan jangka panjang sesuai
dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan yang diperlukan dalam
kemampuan melaksanakan ibadah
shalat dan berdoa. Dalam pelaksanaan kegiatan ini atau dalam proses pembelajaran/bimbingan, peneliti me-lakukan bimbingan dengan meng-gunakan salah satu metode yaitu dengan metode demonstrasi.
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab metode ini dapat membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Sebagai metode penyajian,
demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan dari guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, teatapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran secara lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran.
Sebagai suatu metode pembel-ajaran, demonstrasi mempunyai kele-bihan, di antaranya adalah dapat menghindari kemungkinan terjadinya verbalisme karena seluruh siswa
langsung memperhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan. Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. Dengan cara siswa mengamati secara langsung, mereka akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian, siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Adapun kelemahannya, adalah persiapan harus lebih matang sebab
tanpa persiapan yang memadai
demonsrasi akan gagal sehingga akan menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberpa kali mencoba terlebih dahulu, sehingga memakan banyak waktu. Demonstrasi
memerlukan kemampuan dan
keterampilan khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja profesional. Di
samping itu, demonstrasi juga
memerlukan kemauan dan motivasasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Motode demostrasi dilakukan melalui langkah-langakah sebagai berikut:
.
Pendidikan Agama Islam
118
oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir; (2) melakukan persiapan garis besar langkah-langkah demons-trasi yang akan dilakukan; dan (3) melakukan uji coba demonstrasi.
Tahap pelaksanaan demostrasi terdiri dari dari tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu: langkah pembukaan, langkah pelaksanaan, dan langkah akhir pelaksanaan.
Dalam langkah pembukaan,
sebelum demonstrasi dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antranya: 1) pengaturan tempat
duduk yang memungkinkan bagi
semua siswa dapat memperhatikan
dengan jelas apa yang
didemonstrasikan; 2) tujuan yang harus dicapai oleh siswa; dan 3) tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
Dalam langkah pelaksanaan, yang harus dilakukan adalah: 1) memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir,
misalanya melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi; 2) menciptakan suasana yang menyejuk-kan dengan menghindari suasana yang menegangkan; 3) meyakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa; 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
Dalam langkah mengakhiri
demonstrasi, apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaiatannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian
tujuan pembelajaran. Hal ini
diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
Meskipun penggunaan demons-trasi tidak secara otomatis meng-hasilkan pembelajaran yang efektif, penggunaan metode demonstrasi yang cukup baik akan memberikan dampak yang besar dalam menjelaskan sesuatu materi pelajaran. Bersamaan dengan
terpuaskannya kebutuhan akan
keterlibatan, pendekatan pengajaran ini juga dapat memberikan dampak yang lebih konkret, dapat menentukan apakah para siswa memahami apa yang diajarkan.
Pikiran siswa secara alami cen-derung mencari apa yang tidak di-ketahui dan mengekspresikan keingin-tahuan serta ingin bisa tentang hal-hal yang tampaknya berbeda atau aneh. Perhatikan betapa seringnya seorang siswa bertanya, “Mengapa bacaannya begitu Pak?”, “Mengapa gerakannya begitu Pak?”. Pikiran tentang aneka ragam pertanyaan penting mereka lontarkan untuk mengetahui tentang cara mengucapkan bacaan-bacaan dan gerakan shalat. Pertanyaan dan
jawaban mengarahkan perhatian
seorang anak kepada isi dari pelajaran yang diberikan. Ketika suatu respons siswa diperlukan, kita sebagai guru tidak hanya membangkitkan perhatian siswa secara individual, namun juga perhatian seluruh anak yang ada di kelas tersebut. Pertanyaan siswa dapat digunakan untuk melatih dan memberi contoh kembali; pertanyaan akan memperdalam pengaruh dan mengatur fakta-fakta dalam pikiran dan ingatan murid.
Di samping itu mengundang para siswa untuk berpartisipasi dengan
bacaan-bacaan dan memperagakan gerakan-gerakan shalat. Pengenalan
dengan memberikan pengalaman
belajar mengajar seperti ini bisa memberikan motivasi tambahan yang baik dan meningkatkan level belajar para siswa.
Seperti sudah dibahas sebelumnya, metode demontrasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Kendatipun demikian, seorang guru dituntut harus berupaya
untuk meningkatkan metode
demonstrasi yang digunakannya demi keberhasilan dalam proses pembel-ajaran. Oleh karena itu, guru selamanya harus mengevaluasi hasil pembelajaran melalui proses pembel-ajaran yang dijalankan melalui metode demonstrasi. Seperti semua metode mengajar yang lainnya, dalam praktik pelaksanaanya, metode demonstrasi perlu direncanakan terlebih dahulu karena teknik ini tidak bisa begitu saja dilakukan di tengah jam pelajaran. Guru harus memutuskan topik apa
yang dapat dijadikan contoh
demonstrasi, memberikan pendahuluan
pembelajaran yang baru, juga
memutuskan tujuan digunakannya metode demonstrasi, antara lain misalnya untuk menguji apakah kelas tersebut bisa memahami materi yang baru saja disampaikan.
Di samping itu, guru juga harus mencari saat-saat yang tepat kapan metode demonstrasi digunakan dalam pembelajaran. Metode demonstrasi yang digunakan sesuai dengan topik yang disampaikan kemungkinan akan dapat menimbulkan ketertarikan serta memotivasi para siswa. Dalam hal ini, guru harus selalu menjadi pembuat keputusan. Dalam satu situasi tertentu, ia harus dapat memutuskan apakah suatu contoh tertentu dalam satu peristiwa pembelajaran perlu dilakukan dengan demonstrasi atau tidak; apakah
kalau menggunakan metode
demonstrasi itu akan cukup memberi
manfaat bagi para siswa; dan sebagainya.
Di samping itu, hal yang paling mendasar dalam upaya peningkatan
penggunaan metode demonstrasi
adalah adanya kompetensi yang harus dimiliki guru, baik berupa wawasan ilmu maupun berupa keterampilan praktis yang akan diterapkan dalam setiap pembelajaran. Misalnya, ketika guru akan mengajarkan bagaimana mengucapkan basmalah yang baik, bagaimana gerakan ruku yang baik, harus sudah dipastikan bahwa guru betul-betul menguasainya.
Kemam-puan mengucapkan bacaan yang
berbahasa Arab dan cara gerakan yang optimal akan melahirkan ekspresi yang mungkin sangat menyentuh perasaan para siswa ketika guru tersebut kalimat berbahasa Arab. Hal demikian ini tentu
saja akan membangkitkan daya
apresiasi siswa dan meningkatkan rasa empati dan minat siswa untuk mencoba mengucapkan dan melakukannya.
Dasar pemikiran atau pertim-bangan tentang penerapan program bimbingan dan konseling bukan semata-mata terletak pada ada atau
tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting
adalah adanya kesadaran atau
komitmen untuk memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual)
Peserta didik adalah seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki
.
Pendidikan Agama Islam
120
kehidupannya. (Syamsu Yusuf L. N.: 1-2)
Bimbingan dan Konseling di SMP Bimbingan dan Konseling di sekolah (SMP) merupakan salah satu bentuk usaha untuk membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan Bim-bingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individu, kelompok dan atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu
mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik dalam mengejar prestasi belajarnya.
Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupa-kan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide”, yang berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer)
Sementara Rochman Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai “suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya peserta didik tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masya-rakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
pada umumnya. Bimbingan membantu peserta didik mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial”.
Bimbingan dan Konseling adalah pemberian pelayanan bantuan kepada peserta didik, baik secara individu
maupun kelompok agar mampu
mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perecanaan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bidang Layanan Bimbingan dan
Konseling
Yang termasuk bidang layanan Bimbingan dan Konseling meliputi pengembangan kehidupan pribadi, pengembangan kehidupan sosial, pengembangan kemampuan belajar, dan pengembangan karier. Pengem-bangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
Pengembangan diri kehidupan sosial yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta
mengembangkan kemampuan hubung-an sosial yhubung-ang sehat dhubung-an efektif, baik
dengan teman sebaya, anggota
keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan kemampuan bel-ajar yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengem-bangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan belajar secara mandiri.
didik dalam memahami dan menilai
informasi serta memilih dan
mengambil keputusan karier. Fungsi Bimbingan dan Konseling (1) Pemahaman, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik me-mahami diri dan lingkungannya (2) Pencegahan, yaitu fungsi untuk
membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkem-bangan dirinya.
(3) Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
(4) Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuhkembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
(5) Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memper-oleh pembelaan atas hak dan atau kepantingan yang kurang men-dapat perhatian.
Landasan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan Konseling berjalan di atas landasan yang kokoh. Di atas landasan itulah, bimbingan dan konseling berdiri tegak dan ber-kembang di tengan pusaran waktu yang terus berjalan. Memperhatikan landasan bimbingan dan konseling ini membuat konselor/guru pembimbing mempunyai tempat berpijak dan sumber nilai serta pengetahuan yang luas, mendalam, dan fleksibel.
Secara teoritis, berdasarkan hasil dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek yang melandasi pengembangan layanan bimbingan dan konseling.
Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman, khususnya bagi konselor/guru pembimbing dalam
melaksanakan setiap kegiatan bim-bingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis, maupun estetis.
Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang memberikan pema-haman bagikonselor/guru pembimbing tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Beberapa kajian psikologis yang harus dikuasai oleh konselor/guru pembimbing yaitu: 1) motif dan motifasi, 2) pembawaan dan ling-kungan, 3) perkembangan individu, 4) belajar, 5) kepribadian.
Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupa-kan landasan yang dapat memberimerupa-kan pemahaman kepada konselor/guru pembimbing tentang dimensi keso-sialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.
Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik
yang menyangkut teori maupun
praktiknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes yang
dituangkan dalam bentuk laporan. Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
.
Pendidikan Agama Islam
122
tujuan layanan bimbingan dan
konseling.
Landasan Religius
Landasan religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu:
Manusia sebagai makhluk Tuhan. Sikap yang mendorong perkem-bangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
Upaya yang memungkinkan ber-kembang dan dimanfaatkannya secara optimal, suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkem-bangan dan pemecahan masalah. Landasan Yuridis-Formal
Landasan yuridis-formal berkena-an dengberkena-an berbagai peraturberkena-an dberkena-an perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber dari undang-undang dasar, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
Jenis-jenis Layanan dan Bimbingan dan Konseling
Untuk mengembangkan potensi peserta didik dan membantu peme-cahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, ter-program, dan terarah. Perhatian utama bimbingan dan konseling adalah para peserta didik yang bermasalah.
Layanan Dasar
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli dalam hal ini peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka mengembang-kan perilaku jangka panjang sesuai
dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Tujuan Layanan Dasar
Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli/peserta didik agar:
Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendi-dikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama),
Mampu mengembangkan keteram-pilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaiaian diri dengan lingkungannya,
Mampu menangani atau meme-nuhi kebutuhan dan masalahnya, dan
mampu mengembangkan dirinya
dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) Self-esteem, (2) Motivasi berprestasi, (3) Keterampilan pengambilan keputusan, (4) pilan pemecahan masalah (5) Keteram-pilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6) Penyadaran kera-gaman budaya, dan (7) Perilaku bertanggung jawab.
Layanan Responsif
pencapai-an tugas-tugas perkembpencapai-angpencapai-an. Kon-seling individual, konKon-seling kritis, konsultasi dengan orang tua, guru dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktifitasyang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya.
Dukungan Sistem
Ketiga komponen di atas merupa-kan pemberian bimbingan dan kon-seling kepada konseli secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem
merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur, dan pengembangan kemam-puan profesional konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Strategi Implementasi
Strategi pelaksanaan masing-masing komponen pelayanan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Program layanan dasar melalui bimbingan klasikal yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan pelayanan
bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini dapat berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).
Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik/siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah, untuk mempermudah atau
memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut.
Yaitu pemberian informasi tentang berbagai halyang dipandang ber-manfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti; buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).
Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik/siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelom-pok ini adalah masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia, seperti cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress.
Pelayanan pengumpulan data me-rupakan kegiatan untuk mengumpul-kan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instru-men, baik tes maupun nontes.
Pelayanan Responsif
(1) Konseling Individual dan Kelom-pok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, pesera didik dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, penemuan alternatif
pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih cepat.
(2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang
memiliki kemampuan untuk
.
Pendidikan Agama Islam
124
psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian.
(3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran dan atau wali kelas.
(4)Kolaborasi dengan Orang Tua Konselor perlu melakukan kerja sama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik.
(5) Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah Yang berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjali
kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
(6) Konsultasi
Konselor/guru pembimbing
menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, dan
meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling. (7) Bimbingan Teman Sebaya
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan
latihan atau pembinaan oleh
konselor/guru pembimbing. (8) Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup. (9) Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalah-nya, melalui kunjungan ke rumahnya. (10)Perencanaan Individual
Konselor/guru pembimbing
membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tampak bahwa kemampuan peserta didik dalam bacaan dan gerakan sholat dari prasiklus ke siklus I pada bacaan shalat dan dari pra siklus ke siklus II pada gerakan shalat kuantitasnya mengalami peningkatan.
Peningkatannya dari prasiklus ke siklus I berjumlah 8,68% dan dari siklus I ke siklus II berjumlah 13,97%. Dari tabel 3 di atas tampak bahwa jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori amat baik dalam bacaan dan gerakan sholat pada pra siklus berjumlah 1 orang, pada siklus I berjumlah 1 orang, dan pada siklus II tidak terdapat perubahan yaitu berjumlah 1 orang. Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori baik, pada prasiklus pada bacaan dan gerakan berjumlah 18 orang, pada siklus I dan pada siklus II berjumlah 19 orang.
Jumlah peserta didik yang
termasuk ke dalam kategori cukup, pada prasiklus dalam bacaan dan gerakan berjumlah 11 orang, pada siklus I dan pada siklus II berjumlah 10 orang. Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori kurang, pada prasiklus berjumlah 0 orang, pada siklus I berjumlah 0 orang, dan pada siklus II berjumlah 0 orang, serta jumlah peserta didik yang termasuk kategori amat kurang berjumlah 0.
Kemudian peningkatan dan
penurunannya adalah sebagai berikut. Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori amat baik pada siklus I dan siklus II, baik bacaan maupun gerakan sholat tidak terdapat peningkatan yaitu berjumlah 1 orang, namun dari kuantitas mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori baik dalam bacaan dan gerakan sholat, dari prasiklus ke siklus I berjumlah 1 orang (3,3%), dari pra siklus ke siklus II berjumlah 1 orang (3,3%). Penurunan jumlah siswa yang
termasuk ke dalam kategori cukup
dalam bacaan dan gerakan sholat, dari prasiklus ke siklus I dank ke siklus II berjumlah 1 orang (3,3 %); dari siklus I ke siklus II tetap/tidak terdapat perubahan. Penurunan jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori
kurang dalam bacaan dan gerakan
sholat, dari prasiklus ke siklus I berjumlah 0 orang (0%), dari siklus I ke siklus II berjumlah 0 orang (0%), serta jumlah peserta yang termasuk kategori amat kurang berjumlah 0 orang.
Penelitian tindakan yang dilakukan pada siklus I merupakan hasil pengamatan awal dan hasil refleksi terhadap kemampuan peserta didik dalam bacaan sholat pada pembel-ajaran sholat dan berdoa sebelum dilakukan tindakan pada siklus I. Sebagaimana dikemukakan di atas, kemampuan peserta didik dalam bacaan dan gerakan sholat pada prasiklus dapat dikatakan rendah (kurang). Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, yaitu pembelajaran
sholat dan berdoa dengan
menggunakan metode demonstrasi, kemampuan peserta didk dalam bacaan dan gerakan sholat pada kemampuan
amat baik tidak mengalami
peningkatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Pada kemampuan siswa
N o. K em ap ua n M en de m on tr as ik
an Jumlah Peserta didik Persentase
peningkatan/ penurunan Pra siklus Siklus
I Siklus II Siklu s I Siklu s II Bac aan Gera kan Baca an Gerak an Bac aan Gera kan 1 Amat
baik 1/ 3,3% 1/ 3,3 % 1/ 3,3 % 1/ 3,3 %
0 % 0 %
2 Baik 18/
60% 18/ 60% 19/ 63,4% 19/ 63,4% 3,3 % 3,3 % 3 Cukup 11/
36,7 % 11/ 36,7 % 10/ 33,3 % 10/ 33,3 % 3,3 % 3,3 %
4 Kurang 0 0 0 0 0 % 0 %
Amat kurang
.
Pendidikan Agama Islam
126
dalam kategori baik mengalami peningktan walau tidak signifikan.
Dalam kategori cukup setelah
dilakukan tindakan justru menurun pada kualitas namun pada kuantitas mengalami peningkatan.
Terkait dengan jumlah peserta didik, jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori amat baik dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, tidak mengalami kenaikan pada kualitas, yaitu: dari jumlah 1 orang (pada prasiklus) tetap 1 orang (pada silkus I dan pada siklus II). Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori baik dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, mengalami kenaikan, yaitu: dari jumlah 18 orang (pada prasiklus) menjadi 19 orang (pada silkus I dan II), peningkatannya berjumlah 1 orang (3,3%). Jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kategori cukup dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, mengalami penurunan, yaitu: dari jumlah 11 orang (pada prasiklus) menjadi 10 orang (pada silkus I dan siklus II), penurunannya berjumlah 1 orang (3,3%). Kemudian jumlah peserta didik yang termasuk ke dalam kate-gori kurang dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat, tetap/tidak meng-alami penambahan maupun penurunan, serta yang ke dalam kategori amat kurang tidak berubah, baik dari prasiklus ke siklus I maupun dari siklus I ke siklus II.
Untuk lebih jelasnya, peningkatan jumlah peserta didik yang termasuk dalam kategori: amat baik, baik, cukup, kurang, dan amat kurang dalam melakukan bacaan dan gerakan sholat sebagaimana diuraikan di atas, bisa dilihat dalam bentuk diagram berikut ini.
C. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan metode demontrasi dalam pembelajaran sholat dan berdoa,
diperoleh kesimpulan yang
menyatakan bahwa ternyata metode demontrasi dapat digunakan dalam pembelajaran sholat dan berdoa. Lebih jauh dari itu, metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam sholat dan berdoa, para siswa dapat mengucapkan bacaan-bacaan shalat dengan lebih baik, para siswa pun dapat melakukan gerakan-gerakan shalat dengan baik pula sesuai dengan ketentuan yang diharapkan yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam mata pelajaran bimbingan dan konseling (BK).
D. Daftar Rujukan
Asmiani, Jamal Ma‟mur. (2010).
Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jogiakarta: DIVA Press
Heriawan, Adang, dkk. (2012). Metodologi PembelajaranKajian Tioritis Praktis. Serang-Banten: LP3G
Nurihsan, Achmad Juntika. (2005).
Manajemen Bimbingan dan
Konseling di SMP. Jakarta: PT. Grasindo
Suherman, dkk. (2011). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI PRESS Yusup L.N., Syamsu. (2009). Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press