• Tidak ada hasil yang ditemukan

Folklor Lisan Sunda Dan Rusia: Tinjauan Perbandingan Motif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Folklor Lisan Sunda Dan Rusia: Tinjauan Perbandingan Motif."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD

FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA:

TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF

Oleh:

Ketua : Tri Yulianty K., S.S.. Anggota I : Asep Yusup Hudayat, S.S. Anggota II : Trisna Gumilar, S.S.

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2007

Berdasarkan SPK No: 261/J06.14/LP/PL/2007 Tanggal 3 April 2007

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

(2)

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITI MUDA (LITMUD) UNPAD SUMBER DANA DIPA UNPAD

TAHUN ANGGARAN 2007

a. Judul Penelitian : Folklor Lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan Perbandingan Motif

b. Macam Penelitian : ( ) Dasar (X) Terapan ( ) Pengembangan

c. Kategori : I

1. Katua Peneliti

a. Nama lengkap dan Gelar :Tri Yulianty K., S.S. b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Golongan pangkat dan NIP : IIIa/Penata Muda/132310586 d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Jabatan Struktural : -

f. Fakultas/Jurusan : Sastra/Sastra Rusia g. Pusat Penelitian : Unpad

2. Jumlah Anggota Peneliti

a. Nama Anggota Peneliti I : Asep Yusup Hudayat, S.S. NIP 132310587 b. Nama Anggota Peneliti II : Trisna Gumilar, S.S. NIP

132306082

3. Lokasi Penelitian : Wanaraja Garut dan Perpustakaan Fasa Unpad 4. Kerjasama dengan Institusi lain

a. Nama institusi : -

b. Alamat : -

c. Telepon/Fas/e-mail : -

5. Lama Penelitian : 8 (delapan) bulan

6. Biaya yang diperlukan : Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) a. Sumber dari Unpad : Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) b. Sumber lain : -

Bandung, 15 November 2007

Mengetahui Ketua Peneliti,

Dekan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

Dr. . Dadang Suganda, M.Hum. Tri Yulianty K., S.S.

NIP 131472358 NIP 132310586

Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Padjadjaran

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Folklor Lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan Perbandingan Motif. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan motif-motif cerita Rusia dan Sunda. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur naratif menyangkut menyangkut motif dan motefemes. Asumsi dasar dalam konteks perbandingan ini adalah isi-isi cerita yang berbeda dapat mempunyai struktur yang identik.

(4)

ABSTRACT

The title of this research is Sundanese and Russian’s Folklore: Motif Comparison Review. The objective of this research is to compare motifs of Sundanese and Russian folklore. Narrative structure theory applied in this research. This theory concerning motifs and motifemes. Basic assumption in this comparison context is contents of different stories can have identical structure.

(5)

KATA PENGANTAR

Laporan penelitian ini berjudul Folklor Lisan Sunda dan Rusia: Tinjauan Perbandingan Motif. Penelitian ini didanai oleh DIPA Universitas Padjadajaran melalui SPK No. 261/J06.14/LP/PL/2007. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada ketua Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Prof. Oekan Soekotjo Abdoellah, M.A., Ph.D. Terima kasih peneliti sampaikan pula kepada Dr. Dadang Suganda, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra, Tim Evaluator Penelitian Fakultas Sastra, dan semua pihak yang telah membantu dalam seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini.

Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberi pemahaman baru menyangkut perbedaan kultur yang keuniversalan nilai-nilai kemanusiaannya masih tampak.

Bandung, 15 Nopember 2007

(6)

DAFTAR ISI

hlm

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN...i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Landasan Teori... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 4

1.5 Kontribusi Penelitian... 4

1.6 Metode Penelitian... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6

2.1 Ciri Pengenal Tradisi Lisan... 6

2.2 Cerita Rakyat... 7

2.3 Motif dalam Perspektif Folklor ... 8

2.4 Teks dan Masyarakat dalam Mediasi Sosial... 9

BAB III METODOLOGI ………...………. 13

3.1 Teknik Pupuan Data ...……….. 13

(7)

BAB IV FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA:

TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF...……... 15

4.1 Motifemes Dongeng Sunda ... 15

4.1.1 Aki Kendang Jaya (AKJ)...….……. 15

4.1.2 Si Jaka (SJ)... 17

4.1.3 Гу и- и (Angsa-angsa)…………. 19

4.1.4 Си - у (Sivka-Burka)…………. 21

4.2 Perbandingan Motif-motif Dongeng Sunda Dan Rusia... 23

4.2.1 Cerita Aki Kendang Jaya (AKJ) dan Гу и- и (Angsa-angsa)………….23

4.2.2 Cerita Si Jaka (SJ) dan Си - у (Sivka-Burka)………….25

BAB V PENUTUP... 27

5.1 Simpulan...…...……….... 28

5.2 Saran …………..…………...……….. 34

DAFTAR PUSTAKA ………....……….. 29

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Menyoal kehidupan manusia yang direpresentasikan melalui folklor (tradisi lisan) dalam konteks lintas budaya pada hakekatnya adalah membaca persamaan dan perbedaan yang ditunjukkan folklor tersebut. Pembacaan yang memadai akan mengarahkan pemahaman lebih mendalam tentang hakekat manusia yang dalam hubungan tertentu digariskan untuk sama, namun pada kondisi lain perbedaan yang tampak merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi dan menjadi hak tiap ras dan bangsa untuk merasa berbeda.

(9)

Menyikapi fenomena tersebut, dua budaya yang direpresentasikan melalui cerita rakyat Sunda dan Rusia dapat dijadikan suatu bukti nyata untuk dibandingkan dan ditelusuri kesamaan dan perbedaan di dalamnya, terutama menyangkut motif ceritanya. Terdapat permasalahan dasar manusia yang menunjukkan persamaan antara cerita rakyat dalam khazanah folklor Sunda dan Rusia. Permasalahan dasar yang dimaksud di antaranya berhubungan dengan bagaimana manusia menghadapi tantangan hidup dan berusaha mengatasi sejumlah kekurangan. Permasalaha dasar tersebut secara tipikal dapat terakomodir dalam

Penelitian yang mengarahkan perhatiannya kepada upaya mengungkap perbedaan antara dua budaya melalui folklor masing-masing, folklor Sunda dan folklor Rusia, merupakan kegiatan yang penting dalam terus mengupayakan pemahaman yang memadai menyangkut hakekat manusia yang memiliki perbedaan dan persamaan dalam menyikapi dan menghadapi hidupnya. Upaya pemahaman yang memadai tersebut perlu ditopang oleh praktik pemaknaan yang telah difasilitasi oleh studi budaya. Memperlajari kebudayaan sama artinya dengan meneliti bagaimana makna diproduksi secara simbolis dalam bahasa sebagai suatu sistem pemaknaan. Oleh karena itu, menelusuri motif cerita dalam folklor Sunda dan Rusia merupakan salah satu bagian dari upaya memahami kedua budaya yang melahirkan folklor tersebut. Membandingkan struktur cerita kedua budaya (Sunda dan Rusia) pada hakikatnya adalah mengkomunikasikan dua budaya melalui praktik pemaknaan di dalamnya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. motif-motif apa yang muncul pada cerita rakyat Sunda dan Rusia? 2. persamaan dan perbedaan motif apa saja yang ditunjukkan cerita rakyat

(10)

1.3 Landasan Teori

Dongeng, sebagai bagian dari cerita rakyat, oleh Alan Dundes dipecah menjadi bagian-bagian yang disebut motifemes atau rangka-rangka. Setiap dongeng terdiri dari deretan motifeme. Seperti sebuah kotak, motifeme dapat diisi dengan beraneka ragam motif atau allomotif (motif pengganti). Metode analisis strukturalis Alan Dundes ini adalah berdasarkan metode analisis strukturalis yang pernah dikembangkan Vladimir Propp. Empat motifeme yang ditunjukkan Dundes atas dongeng Indian Amerika adalah: (1) interdiction (larangan), (2) violation (pelanggaran), (3) consequence (akibat), dan (4) attempted escape (berusaha melarikan diri). Dundes menyatakan, sekurang-kurangnya dongeng-dongeng Indian Amerika menunjukkan dua motifeme, yaitu lack (kekurangan) dan lack liquidated (kekurangan dihilangkan). Dundes mampu menunjukkan bahwa dari isi-isi cerita yang berbeda dapat mempunyai struktur yang identik. (Danandjaja, 1994: 93-94).

(11)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah:

1. mengetahui motif-motif yang muncul pada cerita rakyat Sunda dan Rusia,

2. mengetahui persamaan dan perbedaan motif yang ditunjukkan dalam cerita rakyat Sunda dan Rusia,

1.5 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini dapat memberi konstribusi terhadap pemahaman masyarakat atas folklor dan perkembangan teoritik menyangkut folklor. Konstribusi yang dimaksud adalah:

a. komunikasi lintas budaya yang direpresentasikan melalui perbandingan cerita-cerita yang dihasilkan dari dua budaya yang berbeda;

b. melalui (a) studi folklor dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap teori sastra lisan terutama menyangkut motif index yang telah disusun para ahli atas dongeng-dongeng seluruh dunia;

c. mengarahkan pemahaman bagi masyarakat pembaca atas folklor, yaitu bahwa folklor dapat menempati fungsinya pada masyarakat kolektifnya, salah satunya bertindak sebagai sarana refleksi kolektifnya sejalan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang melingkupinya.

1.6Metode Penelitian

(12)

yang seimbang menyangkut unsur dalam teks dan masyarakat yang menghasilkan teks tersebut.

Beranjak dari metode strukturalisme yang menyepakati bahwa unsur dapat dipahami semata-mata dalam proses antarhubungannya, maka penelusuran motif menjadi salah satu bagian penting dari sekian banyak unsur yang membentuk sebuah totalitas karya. Dalam kerangka kerja analisis motif yang dimaksud, peristiwa-peristiwa dalam cerita menjadi pusat perhatian. Sejumlah kategori yang terikat secara definitif terhadap motif (narrative elements) menjadi pertimbangan berikutnya. Kategori yang dimaksud tidak akan lepas dari kekhasan sebuah peristiwa, konsep di dalamnya, tipe tokoh tertentu, dan struktur tertentu. Mekanisme penelusuran motif tersebut dipusatkan kepada peristiwa-peristiwa yang menunjukkan konsep-konsep tertentu, tipikal tokoh tertentu, atau bahkan struktur tertentu yang dibentuk oleh rangkaian peristiwa tertentu pula yang bertindak sebagai elemen penceritaan.

(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ciri Pengenal Tradisi Lisan

Rusyana (1981: 17) mengemukakan ciri dasar sastra lisan yaitu: (1) sastra lisan tergantung kepada penutur, pendengar, ruang dan waktu; (2) antara penutur dan pendengar terjadi kontak fisik, sarana komunikasi dilengkapi paralinguistik; dan (3) bersifat anonim. Junus (1981: 144) mengemukakan ciri cerita rakyat, yaitu: (1) terikat kepada lokasi tertentu; (2) berhubungan dengan masa tertentu, biasanya sudah lampau; dan (3) partisipasi seluruh masyarakat dengan kemungkinan pengenalan kelompok umum.

Lebih luasnya (dalam cakupan folklor di mana sastra lisan menjadi bagiannya), Danandjaja (1994 2-4) dengan merujuk beberapa pendapat, mengemukakan ciri pengenalnya, yaitu:

1) penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan atau disertai gerak isyarat dan alat pembantu pengingat;

2) bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar, disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi);

3) berada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda; 4) bersifat anonim;

5) biasanya mempunyai bentuk berumus dan berpola;

6) mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif;

(14)

8) menjadi milik bersama kolektif tertentu, setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya; dan

9) pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali tampak kasar, dan terlalu spontan.

2.2 Cerita Rakyat

Yus Rusyana dalam himpunan makalahnya tentang cerita rakyat mengemukakan dua pengertian tentang cerita rakyat. Ia menyebutkan pengertian cerita rakyat Nusantara dan cerita rakyat Sunda. Menurutnya, cerita rakyat Nusantara adalah cerita yang berkembang dan menyebar secara lisan yang lahir dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia (1981: 19). Adapun yang dimaksud dengan cerita rakyat Sunda adalah cerita rakyat dalam ruang tradisi lisan yang hidup di kalangan masyarakat berbahasa Sunda (!981: 45). Sejalan dengan pendapat di atas, cerita rakyat Rusia pun dapat diartikan sebagai cerita rakyat dalam ruang tradisi lisan yang hidup di kalangan masyarakat berbahasa Rusia.

Dalam kerangka penganalisisan, dengan merujuk pendapat Maranda (1971: 17), Yus Rusyana mengemukakan bahwa penganalisisan terhadap cerita rakyat harus mempertimbangkan pendukung tradisi dan pendengarnya, tingkah laku dan reaksi masyarakatnya, serta keseluruhan budaya kelompoknya (1981: 44).

(15)

adalah di dunia yang seperti yang kita sekarang karena waktu terjadinya belum terlalu lampau Danandjaja, 50-66).

Jan Harold Brunvand membagi legenda ke dalam empat golongan, yaitu: legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan legenda setempat (Danandjaja, 1994: 67-75). Adapun Anti Aarne dan Stith Thompson menyebutkan dongeng sebagai bagian cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita, dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Selanjutnya mereka membagi dongeng ke dalam empat golongan besar, yaitu: dongeng binatang, dongeng biasa, lelucon dan anekdot, dan dongeng berumus (Danandjaja, 1994: 50-51).

2.3 Motif dalam Perspektif Folklor

Yang dimaksud dengan motif dalam ilmu folklor adalah unsur-unsur suatu cerita (narrative elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur dari cerita yang menonjol dan tidak biasa sifatnya. Unsur-unsur itu dapat berupa benda, hewan luar biasa, suatu konsep (larangan atau tabu), suatu perbuatan, penipuan terhadap suatu tokoh, tipe orang tertentu, atau sifat struktur tertentu (Danandjaja, 1994: 53).

(16)

cerita yang berbeda dapat mempunyai struktur yang identik. (Danandjaja, 1994: 93-94).

Philip Frick McKean menerapkan cara penganalisisan strukturalis Alan Dundes terhadap dongeng-dongeng Kancil dari khazanah folklor Jawa. Dari struktur dongeng-dongeng Kancil, motifeme-motifeme yang ditunjukkannya adalah secara beruturan dari lack liquidates (LL) ke lack liquidates (LL) kembali. Menurutnya, berdasarkan urutan motifeme tersebut dapat disimpulkan bahwa ideal folk Jawa selalu mendambakan keadaan keselarasan. Dari isi dongeng-dongeng Sang Kancil, diketahui bahwa kancil mewakili tipe ideal orang Jawa atau melayu-Indonesia sebagai lambang kecerdikan yang tenang, yang McKean sebut sebagai cool mintelligence dalam menghadapi kesukaran, selalu dapat dengan cepat memecahkan masalah yang rumit tanpa banyak ribut-ribut tanpa banyak emosi (McKean, 1971-83-84 dalam Danandjaja, 1994: 96).

2.4 Teks dan Masyarakat dalam Mediasi Sosial

Pemahaman terhadap karya dengan lingkungan yang telah melahirkan karya tersebut bertalian dengan model interpretasi yang diberlakukan dalam upaya pemahaman yang dimaksud. Dalam hal ini, di manakah interpretasi harus kita mulai? Teeuw mempertimbangkan metode yang dipilih dalam meraih pemahaman yang dimaksud. Menurutnya, interpretasi keseluruhan tidak dapat dimulai tanpa pemahaman bagian-bagiannya, tetapi interpretasi bagian mengandaikan lebih dahulu pemahaman bagian-bagiannya (1984: 123). Dengan demikian, dalam proses pemahaman terhadap karya sastra, sejumlah konvensi yang melingkupinya (konvensi bahasa, sastra, dan budaya) harus benar-benar diperhatikan.

(17)

kesatuan dinamis yang bermakna sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa-peristiwa penting jamannya (Damono, 1979: 43). Oleh karenanya, pemaknaan terhadap teks tidak boleh dilepaskan dari pemahaman konvensi-konvensi yang melingkupi karyanya. Dan tentunya, hanya dengan bekal pemahaman makna secara memadai terhadap teks suatu karya, maka penginterpretasian dapat dilakukan secermat dan sebaik mungkin.

William R. Bascom (Danandjaja, 1994: 19) mengemukakan fungsi folklor, terutama folklor lisan, adalah (1) sebagai sitem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif, (2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat pendidikan anak, dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Merujuk pada uraian di atas, perbandingan cerita rakyat Sunda dan Rusia dalam penelitian ini selain diarahkan kepada kajian struktural juga diarahkan kepada kajian studi budaya dalam komunikasi lintas budaya. Melalui kajian studi budaya ini, persamaan dan perbedaan motif yang ditunjukkan secara struktural dari masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia dapat dihubungkan ke dalam tataran yang lebih luas, yaitu menyangkut tipikal masing-masing subjek kolektif yang direpresentasikan dalam cerita-cerita yang dihasilkan dari dua budaya tersebut. Representasi yang dimaksud tidak akan terlepas dari nilai-nilai dasar kemanusiaan yang melingkupinya.

(18)

TERMINAL VALUE

1 comportable life (a prosperous life)

kesejahteraan

Ambitious (hard-working, aspiring)

Keberhasilan

2 An exciting life (a stimulating, active life)

Produktivitas

Broad minded (open minded)

Berpandangan luas

3 A sense of accomplishment (lasting contribution)

6 Equality (brotherhood, equal opportunity for all)

Kesamaan kesempatan

Courageous (standing up for your beliefs)

Keandalan keyakinan

7 Family security (taking care of loved ones)

Keamanan keluarga

Forgiving (willing to pardon others)

Tenggang rasa

8 Freedom (independence, free choice)

Kebebasan

Helpful (working for the welfare of others)

Amal

9 Happiness (contentedness)

Kebahagiaan

Honest (sincere, truthful)

Kejujuran

10 Inner harmony (freedom from inner conflict)

Stabilitas mental

Imaginative (daring, creative)

Kreativitas

11 Mature love (sexual and spiritual intimacy)

Kedewasaan lahir bathin

Independent (self-reliant, self sufficient)

(19)

12 National security (protection from attack)

Keamanan pertahanan

Intellectual (intelligent, reflective)

Kecerdasan

13 Pleasure (an enjoyable, leisurely life)

Kepuasan hidup

Logical (consistent rational)

Keruntutan nalar

14 Salvation (saved, eternal life)

Kehidupan abadi

Loving (affectionate, tender)

Cinta kasih

15 Self-respect (self-esteem)

Harga diri

Obedient (dutiful, respectful)

Kepatuhan

16

Social recognition (respect, admiration)

Pengakuan sosial

Polite (courteous, well mannered)

Kesopanan

17 True friendship (close companionship)

Persaudaraan sejati

Responsible (dependable, reliable)

Bertanggung jawab

18 Wisdom (a mature understanding of life)

Kearifan

Self-controlled (restrained-self-disciplines)

Pengendalian diri

(20)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Teknik Pupuan data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data lisan dan tulisan berbentuk sastra lisan berkategori dongeng. Dengan demikian, teknik pupuan data yang dipilih adalah teknik perekaman dan pencatatan. Berdasarkan hasil perekaman menyangkut dongeng Sunda, data ditranskripsi ke dalam model pentranskripsian disertai sejumlah anotasi pada tiap-tiap cerita. Adapun teknik pencatatan dihasilkan dari sejumlah media cetak dan multimedia yang memuat data berbentuk dongeng yang berasal dari Rusia.

Sample data yang digunakan dipilih berdasarkan sejumlah anasir teks yang menunjukkan bahwa data tersebut secara potensial cukup mewakili kebutuhan penelitian. Anasir-anasir yang dimaksud yang sejalan dengan kebutuhan penelitian dipersyaratkan memiliki sejumlah kesamaan selain juga perbedaannya. Persamaan yang dimaksud dapat dilacak melalui: (1) persamaan secara genetis bahwa teks yang dimaksud lahir dari tradisi lisan, (2) persamaan struktur cerita menyangkut elemen naratif dan sejumlah motif di dalamnya, dan (3) persamaan tematik cerita.

3.2 Teknik Kajian

(21)

1. tiap sample cerita dipecah menjadi bagian-bagian yang disebut motifemes atau rangka-rangka

2. memilah motifeme-motifeme ke dalam kategori: (1) interdiction (larangan), (2) violation (pelanggaran), (3) consequence (akibat), dan (4) attempted escape (berusaha melarikan diri) dengan memperhatikan unsur lack (kekurangan) dan lack liquidated (kekurangan dihilangkan) 3. menelusuri motif-motif yang terkandung di setiap kategori motifeme

Pada tahap perbandingan dilakukan langkah-langkah berikut:

1. membandingkan satu cerita (Sunda) dengan cerita lainnya (Rusia) untuk dijajaki persamaan dan perbedaannya, menyangkut: (motifemes dan motif-motif di setiap ceritanya

2. membuat catatan-catatan khusus yang menunjukkan adanya persamaan identik dan perbedaan yang signifikan sesuai dengan hasil perbandingan cerita pada tahap pertama dan

(22)

BAB IV

FOLKLOR LISAN SUNDA DAN RUSIA:

TINJAUAN PERBANDINGAN MOTIF

4.1Motifemes Dongeng Sunda

4.1.1 Aki Kendang Jaya (AKJ)

Motifeme-motifeme yang terkandung dalam AKJ dapat ditelusuri melalui pencermatan atas peristiwa-peristiwa di dalam AKJ. Peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah Peristiwa-peristiwa-Peristiwa-peristiwa yang memunculkan permasalahan penting sehingga sejumlah kategori dapat diungkap sejalan dengan pemetaan motifeme-motifeme di dalamnya.

Bagan berikut ini menunjukkan urutan peristiwa-peritiwa yang merepresentasikan bagian motifeme yang terikat secara kategorial:

Urutan peristiwa motif Motifeme

Aki meminta dipijiti

permintaan terabaikan Kekurangan Nini tidak menghiraukan

Aki pergi dari rumah pelarian Nini mencari dan

Aki ditemukan

pencarian Kekurangan teratasi

Nini ditikam dengan golok oleh si Aki

(23)

Karena motif harus memiliki potensi yang khas di dalam cerita, maka motif-motif dalam AKJ yang menunjukkan potensi khasnya, yaitu (1) tokoh kakek nenek dalam pengabaian hasrat untuk dipijiti, (2) pencarian jejak dan bertanya kepada setiap orang yang ditemui dalam latar agraris, dan (3) pasangan hidup sebagai pelaku pembunuhan.

Motif-motif tersebut secara tipikal menggulirkan alur dengan kerangka yang secara khas memuat prototype kehidupan pasangan tua renta dalam kultur agraris dengan masalah kesehatan, kebutuhan perhatian, pelarian, dan derita akibat ketidakpedulian. Motifeme interdiction (larangan) tidak secara signifikan menampung motif yang terhubung ke dalamnya. Motifeme ini diganti oleh motifeme perintah. Dua kondisi yang berbeda tersebut sesungguhnya secara substansi menunjukkan hal yang sama, yaitu kebutuhan untuk dipatuhi. Adapun motifeme violation (pelanggaran) ditampilkan dalam cerita ini menjadi sebuah rangka yang mengindikasikan pengabaian atau penolakan.

(24)

4.1.2 Si Jaka

Melalui urutan peristiwa yang terdapat dalam SJ, motifeme-motifeme yang menampung sejumlah motif di dalamnya ditunjukkan melalui dua bagian besar, yaitu (1) peristiwa keberangkatan tokoh si Jaka dan kakaknya ke hutan untuk mencari seekor burung yang disayembarakan hingga si Jaka menemukan burung yang dicarinya dan (2) peristiwa kematian si Jaka hingga pernikahan si Jaka dengan putri raja.

Pada bagian pertama, motifeme-motifeme diisi oleh motif-motif: (1) kepergian mencari burung yang disayembarakan, (2) larangan melewati jalan sebelah kiri, (3) perintah dan persyarat yang menyelamatkan, (4) bantuan kelong dalam pencarian, (5) berhasil mendapatkan burung yang dicari, dan (6) janji pertolongan kembali.

Pada bagian kedua, motifeme-motifeme diisi oleh motif-motif: (1) perebutan benda (burung) yang disayembarakan, (2) pembunuhan yang dilakukan kakak terhadap adik, (3) pertolongan kelong, (4) persembahan benda yang disayembarakan oleh tokoh palsu. (5) kajahatan terbongkar, (6) memenangkan sayembara, dan (7) pemuda jelata menikah dengan putri raja.

Urutan-urutan peristiwa yang dimaksud tampak seperti dalam bagan berikut ini:

Urutan Peristiwa Motif Motifeme

Si Jaka dan Kakaknya

petunjuk jalan Kekurangan Memilih jalan kiri Penempuhan arah yang

beresiko

(25)

Urutan Peristiwa Motif Motifeme

Pertolongan tokoh sakti Kekurangan teratasi

Kakak si Jaka menemui

Kepalsuan terbongkar Kekurangan teratasi Kakak si Jaka dibunuh mendapatkan burung berparuh intang bersayap emas, (2) pelanggaran atas larangan memilih jalan kiri yang mendatangkan pertolongan kelong, (3) syarat penyebutan “ibu” untuk menyelamatkan diri dan mendapat simpati, dan (4) ayah membunuh anak karena terbongkarnya kepalsuan.

(26)

4.1.3 Гу и- и (Angsa-angsa)

Cerita Rusia dengan judul Гу и- и (Angsa-angsa) ini memuat pengulangan peristiwa dengan objek yang berbeda. Motifeme kekurangan dan kekurangan dapat diatasi digulirkan melalui motif-motif pencarian dan pertolongan bersyarat. Motif-motif khas cerita ini adalah (1) pencurian bayi oleh angsa yang diperintah oleh seorang nenek, (2) pencarian gadis cilik atas adiknya yang hilang dengan menemui sejumlah tempat dan bertanya kepada tempat-tempat itu, (3) pertolongan bersyarat dari tempat-tempat yang ditemui si gadis cilik (tungku, pohon apel, dan sungai susu) yang tidak membuat si gadis harus terus mencari, (4) gadis cilik tidak mengetahui rumah yang dimasukinya adalah rumah penculik adiknya, (5) pertolongan bersyarat dari tikus untuk memberikan informasi tentang adiknya dan penculik, (6) pengelabuan seekot tikus terhadap penculik, dan (7) pertolongan bersyarat dari tungku, pohon apel, dan sungai susu yang dipenuhi syaratnya oleh si gadis cilik. Bagan berikut ini menunjukkan secara lengkap bagian peristiwa, motif, dan motifeme dalam cerita Гу и- и (Angsa-angsa).

Peristiwa Motif Motifeme

(27)

Seekor tikus Si gadis meminta tungku

untuk menyembunyikan

(28)

tidak biasa ia makan. Pada kondisi kedua, si gadis cilik benar-benar memenuhi syarat yang diajukan tanpa menggerutu.

Menyangkut motifeme kekurangan dan kekurangan dapat diatasi ditunjukkan oleh cerita ini dalam dua persepktif, yaitu: (1) kekurangan: ketidakpatuhan memenuhi perintah, pencarian yang tidak mendapatkan petunjuk, dan persembunyian yang terus diketahui si penculik dan (2) kekurangan dapat diatasi: pemenuhan syarat untuk penyelamatan dan persembunyian yang mengantarkan penyelamatan akhir.

Pada sejumlah motif, motifeme yang melingkupinya memiliki dua tataran yaitu masuk ke wilayah kekurangan dengan ditunjukkan pula akibat atas kondisi tersebut. Hal yang dimaksud adalah peristiwa tidak dipenuhinya syarat bagi si gadis kecil untuk mendapatkan informasi merupakan kekurangan. Kondisi tersebut menempatkan peristiwa-peristiwa tersebut masuk ke dalam wilayah akibat di mana si gadis benar-benar tidak menerima informasi apa-apa meski ia telah menjalankan syarat meski tidak mencukupi seperti syang disyaratkan.

Dengan demikian, motifeme-motifeme dalam cerita tersebut merupakan rangka-rangka universal tetapi ditempati motif-motif yang tidak seluruhnya berlaku general meski substansi konflik yang dibentangkan sepanjang alur cerita masih menunjukkan generalitasnya.

4.1.4Си - у (SIVKA-BURKA)

Cerita Rusia dengan judul Си - у (SIVKA-BURKA) ini memuat lima motif-motif menyangkut: (1) perdayaan kakak atas adik bungsunya untuk menggantikan tugasnya, (2) pemberian agen sakti sebagai ganjaran, (3) tokoh mengikuti sayembara dan mendapatkan bantuan dari agen sakti, (4) tanda luka sang hero dan pengungkapan tanda luka, dan (5) pernikahan si bungsu dengan putri raja.

(29)

mati kepada anak-anaknya untuk bergiliran menemui makamnya. Kedua kakaknya mengabaikan perintah tersebut dan menugaskan kepada adiknya untuk menggantikan tugasnya. Adapun motifeme kekurangan lebih direpresentasikan melalui sudut pandang si ayah yang tidak benar-benar dikunjungi oleh kedua anak pertamanya; kekurangan dapat diatasi ditunjukkan melalui pemenuhan tugas anak bungsu untuk menemui ayahnya dan peristiwa-peristiwa di nama anak bungsu tersebut hingga ia mempersunting putri raja. Berikut ini bagan yang menunjukkan keterhubungan motif-motif dengan peristiwa-peristiwa dan motifeme-motifemenya.

Urutan Peristiwa Motif Motifeme

Menggantikan tugas

cedera akibat putri raja luka di bagian tubuh dan pengungkapan tanda

pemuda yang dicari Pernikahan rakyat jelata dengan putri raja

Kekuarangan teratasi dan akibat Ivan menikah dengan

(30)

Motifeme akibat yang merujuk pada pengertian hasil dari apa yang dikerjakan atau diupayakan dengan atau tanpa tujuan pencapaiannya ditunjukkan melalui dua persepektif, yaitu (1) akibat yang tanpa tujuan pencapainya, seperti diberikannya agen sakti kepada si bungsu oleh ayahnya meski agen sakti bukan tujuan pencapaian si bungsu yang menjalankan tugasnya dan bahkan menggantikan tugas kakak-kakaknya dan (2) akibat dari upaya pencapaian tujuan yang jelas, seperti diikutinya sayembara demi mendapatkan putri raja dan berhasil.

4.2 Perbandingan Motif-motif Dongeng Sunda dan Rusia

4. 2.1 Cerita AKJ dan Гу и- и (Angsa-angsa)

Berdasarkan uraian pada subbab 4.1 menyangkut motif-motif cerita AKJ dan Гу и- и (Angsa-angsa) dapat jajaki adanya persamaan dan perbedaan motif meskipun motifeme yang melingkupinya menunjukkan persamaan. Bagan berikut menunjukkan ilustrasi perbandingan yang dimaksud:

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

Kekurangan (peristiwa awal)

perintah Perintah dalam AKJ berupa keinginan dilayani

Perintah dalam Гу и- и keharusan menjaga

pengabaian perintah Pengabaian dalam AKJ karena keasyikan memasak;

Pengabaian dalam Гу и- и karena keasyikan bermain

kekurangan

kehilangan anggota keluarga

kehilangan dalam AKJ ditunjukkan oleh minggatnya si kakek dari rumah;

(31)

Motifeme Motif

Pencarian dan bertanya dalam AKJ dilakukan ke setiap orang yang ditemui; pencarian dan bertanya dalam Гу и- и di lakukan ke setiap tempat (tungku, pohon, sungai)

Pencarian tidak membuahkan hasil

Pencarian dan bertanya dalam AKJ dilakukan ke setiap orang yang ditemui tidak membuahkan hasil karena ketidaktahuan orang-orang tersebut; pencarian dan bertanya

dalam Гу и- и tidak

membuahkan hasil karena syarat yang tidak dipenuhi dengan baik oleh si gadis cilik

Kekurangan

teratasi (awal) Menemukan orang yang dicari

Penemuan orang yang dicari dalam AKJ dengan petunjuk dari seseorang yang ditanya sebelumnya;

Penemuan orang yang dicari dalam

Гу и- и tidak tidak sengaja dan kemudian diberitahu sang tikus dengan sebuah syarat

Penemuan orang yang dicari dalam AKJ berakibat si nenek dibunuh karena kekecewaan si kakek; si nenek meninggal

Penemuan orang yang dicari dalam

Гу и- и berakibat si gadis cilik harus menyelamatkan diri dan adiknya dari nenek penculik dan angsanya; gadis cilik dan adiknya selamat sampai di rumah

(32)

4.2.2 Cerita SJ dan Си - у (SIVKA-BURKA)

Perbandingan cerita SJ dan Си - у (SIVKA-BURKA) berpusat pada motifeme-motifeme menyangkut kekurangan hingga akibat. Persamannya ditunjukkan melalui potensi peristiwa yang mengindikasikan kualitas pelaksanaan tugas, perjuangan, dan hasil pencapaiannya. Adapun perbedaannya terletak pada agen sakti dan cara memberdayakan pertolongan agen sakti dalam meraih tujuan utama tokoh. Berikut ini bagan yang mengilustrasikan persamaan dan perbedaan yang dimaksud.

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

Kekurangan

Pemenuhan tugas

Pemenuhan tugas dalam SJ berpusat pada kepentingan mengikuti sayembara; dan membantu tokoh utama adalah kelong sebagai wujud kecintaan; dalam Си - у agen sakti berupa seekor kuda sebagai wujud kecintaan dan teriakasih

Kekurangan mendapat petaka

dalam SJ tokoh utama mendapat petaka berupa kematian yang harus diterimanya dalam upaya pencapaian pencariannya;

dalam SJ, tokoh hero palsu berhasil terungkap kejahatannya melalui kepemilikan sesungguhnya burung yang disayembarakan;

(33)

Motifeme Motif

Persamaan Perbedaan

akibat Kemenangan dalam sayembara untuk mempersunting putri raja

Pernikahan dengan putri raja dalam SJ dihasilkan dari kemenangan sayembara mempersembahkan burung berparuh intan bersayap emas;

Pernikahan dengan putri raja dalam

Си - у dihasilkan melalui ketangkasan mencium putrid raja di area yang sulit dijangkau

(34)

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada subbab 4, menyangkut perbandingan motif dapat disimpulkan:

1. Motif-motif cerita Sunda dan Rusia untuk motefeme-motifeme yang sama diisi oleh motif-motif khas yang berlatar kultur yang berbeda. Motif-motif yang dimaksud berhubungan erat dengan peristiwa yang menunjukkan kekurangan yang dialami tokoh-tokoh di dalamnya, upaya mengatasi kekurangan, dan akibat dari upaya yang diperjuangkan untuk mencapai tujuannya.

2. Motif larangan dan pelanggaran diubah bentuk menjadi perintah dan pengabaian. Bentuk perintah dan pengabaian berkorelasi dengan motifeme kekurangan

3. Motifeme kekurangan teratasi diisi olehmotif-motif yang berhubungan dengan upaya pencarian tokoh atas anggoota keluarga yang hilang dan penyelamatan

4. Motifeme akibat ditunjukkan secara variatif ke dalam motif hukuman berupa kematian, ganjaran dan keselamatan, dan pernikahan dengan putri raja

5. Persamaan motif yang ditunjukkan dalam cerita Sunda dan Rusia berpusat pada kehilangan anggota kekuarga dan penemuannya kembali, mengikuti sayembara demi mendapatkan putri raja hingga keberhasilan mempersunting putri raja

(35)

sakti yang berperan menolong keberhasilan pencapaian mendapatkan putri raja.

5.2 Saran

Penelitian ini hanya menjangkau penelaahan menyangkut perbandingan motif. Meujuk kepada berbagai pendekatan studi lintas budaya, maka penelitian lanjutan yang perlu dilakukan adalah menyangkut: (1) fenomena budaya yang bagaimana yang ditunjukkan masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia dan (2) bagaimana komunikasi lintas budaya dapat ditunjukkan melalui masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia sejalan dengan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang terkandung di dalam masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia?.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta:Bentang. Bauman, Richard. 1989. Story, Performance, and Event. Contextual Studies of

Oral Narrative. Cambridge-New York-Melbourne: Cambridge University Press.

Cassier, Ernest. 1990. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Kebudayaan. Diterjemahkan oleh Alois A. Nugroho. Jakarta: Gramedia.

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud. Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan

Lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Dundes, Alan. 1980. Interpretating Folklore. Bloomington & London: Indiana University Press.

--- 1984. Sacred Narrative: Reading in the Theory of Myth. Berkeley-Los Angeles-London: University of California Press.

Ekadjati, Edi S. 1984. Masyarakat Sunda dan Kebudayaan. Jakarta: Girimukti Pasaka.

Fang, Liaw Yoct. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta: Erlangga.

Faruk. 1994. Pengantar Sosilogi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Finnegan, Ruth. 1984. Oral Traditions and The Verbal Arts: A Guide to Research Practices. London and New York: Routledge.

(37)

Iser, Wolgang. 1987. The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Response. Baltimore and London: The Johns Hopkins University Press. Moes, Diana N. 1990. Fungsi Folklor di dalam Masyarakat Pendukung.

Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Mustopa, Hasan. 1991. Adat istiadat Sunda. Diterjemahkan oleh Maryati Ssatrawijaya. Bandung: Alumni.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosidi, Ajip. 2000. Ensiklopedi Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sweeney, Amin. 1987. A Full Hearing: Orality and Literary in the Malay World. Berkeley-Los Angeles-London: University of California Press.

Warnaen, S., dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Lisan Sunda. Bandung: Proyek penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

(38)

Lampiran Data Folklor Sunda

AKI KENDANG JAYA

Di jaman baheula, aya nini jeung aki-aki. Si aki teh gering.

“Nini, geuwat geura pupukan!” “Engke, keur mirun sueneu.” “Nini, geuwat geura pupukan!” “Engke, keur ngisikan.”

“Nini, geuwat geura pupukan!” “Engke, keur nyangu.”

“Nini, geuwat geura pupukan!” “engke, keur masak.”

Geus sababaraha kali teu didenge ku nini-nini teh. Si aki-aki teh ambekeun.

Si aki teh kabur ka leuweung, mamawa karanjang, ngajingjing bengkong. Si nini teh neangan.

“Nu keur babad… nu keur babad… teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong. Deudeuh teuing, teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur macul.”

“Nu keur macul….nu keur macul…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong.

Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur ngored.”

“Nu keur ngored….nu keur ngored…. Teu manggihan Aki Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong.

Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur ngaseuk.”

“Nu keur ngaseuk….nu keur ngaseuk…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong.

Deudeuh teuing teu dipupukan.”

“Tuh, sugan ka nu keur mangkek.”

“Nu keur mangkek….nu keur mangkek…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong.

Deudeuh teuing teu dipupukan.”

(39)

“Nu keur ngageugeus….nu keur ngageugeus…. Teu manggihan

Aki Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing

bengkong. Deudeuh teuing teu dipupukan.” “Tuh, sugan ka nu keur ngasah.”

“Nu keur ngasah….nu keur ngasah…. Teu manggihan Aki

Kendang Jaya ka dieu; nyorendang karinjang ngajingjing bengkong.

Deudeuh teuing teu dipupukan.”

Sabaraha kali teu ditembalan. Si nini teh ngadeukeutan. Terus dikadek si nini-nini teh ku aki-aki. Aki-aki teh padahal Aki Kendang Jaya.

Terjemahan Aki Kendang Jaya

AKI KENDANG JAYA

Pada jaman dahulu ada seorang nenek dan seorang kakek. Si jajej sakit.

“Nek, cepat pijati saya!”

Nanti, sedang menyalakan api.” “Nek, cepat pijati saya!”

“Nanti, sedang mencuci beras.” “Nek, cepat pijati saya!”

“Nanti, sedang menanak nasi.” “Nek, cepat pijati saya!”

“Nanti, sedang memasak.”

Sudah beberapa kali memanggilnya, tetapi si nenek membiarkannya saja. Si kakek jadi marah. Si kakek kabur ke hutan membawa keranjang dan menjinjing golok. Si nenek kemudian mencarinya.

“Wahai yang sedang membabad…. yang sedang membabad…

tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang

dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang

mencangkul.”

“Wahai yang sedang mencangkul…. yang sedang mencangkul…

tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang

(40)

Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang

menyiangi.”

“Wahai yang sedang menyiangi... yang sedang menyiangi…

tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang

dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang menyemai

benih.”

“Wahai yang sedang menanam benih…. yang sedang menanam benih… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa

keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang mengikat

padi.”

“Wahai yang sedang mengikat padi…. yang sedang mengikat padi… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa

keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang

menyatukan ikata padi.”

“Wahai yang sedang menyatukan ikatan padi…. yang sedang

menyatukan ikatan padi… tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari;

ia membawa keranjang dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

“Mungkin di sana. Tanyakan saja kepada yang sedang

mengasah.”

“Wahai yang sedang mengasah…. yang sedang mengasah…

tidakkah melihat Aki Kendang Jaya kemari; ia membawa keranjang

dan menjinjing golok. Oh… kasihan… ia tidak dipijati.”

(41)

SI JAKA

Kacaritakeun aya hiji kolot boga anak dua, lalaki kabeh. Si kolotna teh tuluy neangan manuk titiran anu jangjangna emas, pamatukna inten. Lamun anu meunang manuk titiran, jangjangna emas, pamatukna inten dek dikawinkeun ka putri anak raja.

Nya, budak teh indit neangan manuk titiran eta. Anu saurang ngaler, nu saurang ngidul. Ari nu cikal mah teu kacaritakeun.

Kacaritakeun nu bungsu. Manehna papanggih jeung hiji jalma di jalan. Si budak teh papakeanana geus darekil da geus leuleuweungan neangan manuk titiran anu jangjangna emas, pamatukna inten.

“kuring mah rek saleumpang-leumpangna we ka mana nepina.”

“arek ngaliwat ka dieu? Kade ulah anu ngenca! Nu katuhu! Anu ngenca mah ulah disorang, bahaya!” Kitu beja ceuk nu di jalan teh.

“ah, wios abdi mah bade ku naon ku naon ge, tos pasrah da jalma sangsara kieu.” Nya, ngaliwatalan nu ngenca.

“Nya, atuh ari keukeuh mah rek jalan ngenca. Lamun aya itu-ieu

kudu gancang nyebut „Ibu‟!” “Mangga.”

Barang nepi kana tangkal kiara anu caneom, si budak teh jol gapruk we ti luhur dirawu kukelong. Barang kitu teh inget kana papatah tadi, kudu gancang nyebut ibu.

“Aduh, Ibu... nuhun teuing abdi teh keur sangsara, keur

balangsak. Hirup kadungsang-dungsang. Untung ditulungan ku Ibu. Ibu haat ka abdi, nulungan ka abdi.”

Teu tulus ku kelong dihakanna teh da disebut Ibu; kalahka dipikanyaah. Ditanya ku kelong teh pamaksudan.

“Abdi teh bade neangan manuk titiran anu jangjangna emas,

pamatukna inten. Lamun saha-saha nu meunang jangjang emas, pamatukna inten, erek dikawinkeun ka putri anakna raja.”

“Aduh, beurat ieu mah, manuk titiran jangjangna emas pamatukna inten teh!” ceuk si ratu kelong teh. “Ayeuna ge meuntas

lautan; lain deukeut-deukeut. Nya, moal burung dibelaan ku Ibu. Ka mana wae ge, keun bae jeung Ibu. Hayu urang teangan!”

Gancangna carita, dianteurkeun jeung si Jaka ka sabrang, neangan manuk tikukur.

“Sok, naek kana tonggong Ibu! Peureum!”

(42)

“Ayeuna geus nepi ka waktuna, Ujang papisah wae jeung Ibu.

Manuk titiran geus beunang ku Ujang. Wayahna wae papisah jeung Ibu, beurat-beurat ge embung papisah.”

“Euh, Ibu... sonona mah abdi teh nataku. Alim papisah jeung Ibu teh. Sakitu belana; gede kanyaah ka abdi. Raja butuheun manuk titiran da disaembarakeun tos teu aya nu sanggup meunang. Kenging soteh

da ditulungan ku Ibu. Da tugas abdi, kedah dipasrahkeun.”

“Ngan kade ujang, lamun aya ririwit, papait, aya bancang pakewuh di jalan, sambat wae Ibu tilu kali. Engke ge geus nyambat Ibu

mah moal nanaon. Salamet!”

Kacaritakeun budak teh balik. Di jalan papanggih jeung lanceukna. Lanceukna mah teu hasil ngala manuk teh. Nya, da sirik adina meunang manuk, rek dikawin ku anak raja, adina teh dipaehan we di jalan ku lanceukna teh. Dikubur dijero-jero, diaru ku batu da sieun kapangiheun. Caritana balik we si lanceukna mah mawa manuk meunang ngarebut.

Di jero kubur adina nyambat ratu kelong.

“Duh,Ibu... tulungan abdi! Abdi teh mendak kasangsaraan.”

Bray we batu teh langsung haliber. Manehna ge kabawa hiber. Budak teh cageur ngan bajuna we rangsak.

Tunda lalampahan adina. Ayeuna nyaritakeun lanceukna. Caritana geus nepi ka kolotna, mawa manuk titiran.

“Aduh, geuning si Ujang geus datang.” “Enya, Bapa. Ieu hasil.”

“Nya, mana adi maneh?”

“Ah, duka da teu papanggih. Da papisah ti barang indit ge jeung abdi mah.”

“Engke heula! Bapa mah moal waka rusuh nganteurkeun bisi

enya oge si Ujang geus mawa sabab can datang nu saurang.”

“Ah, Bapa... pan jangjina ge kitu. Kuring mah lamun geus meunang manuk titiran rek kawin jeung anak raja. Ayeuna mah ah rek

ka ditu, rek mikeun manuk.”

Budak teh keukeuh maksa. Caritana indit ka raja bari nyetorkeun titiran. Barang geus pesta rek kawinan, jebul adina pandeuri datang. Manehna nyaritakeun yen eta manuk titiran milik manehna nu direbut ku lanceukna nepi ka manehna dipaehan di jalan, ngan aya nu nulungan.

(43)

Terjemahan Si Jaka

SI JAKA

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai dua orang putra. Orang tua anak tersebut mencari burung perkutut yang bersayap emas berparuh intan. Siapa saja yang mendapatkan burung tersebut akan dinikahkan kepada putri raja.

Kemudian anaknya mecari burung perkutut itu. Salah seorang anaknya pergi ke arah utara dan yang lainnya ke arah selatan. Mengenai perjalanan kakaknya tidak diceritakan.

Tersebutlah si bungsu.ia bertemu dengan seseorang di jalan. Ia berpakaian kumal karena sudah berkeliaran di hutan, mencari burung perkutut yang bersayap emas dan berparuh intan.

“Saya ini berjalan tak tentu arah. Ke mana saja sampainya.” “Akan melalui jalan mana? Awas jangana memilih jalan kiri!

Pilih saja jalan kanan! Jangana menggunakan jalan kiri sebab

berbahaya!” demikianlah kata orang yang berada di jalan.

“Ah, biarlah akan terjadi apapun terhadapku.saya sudah pasrah

sebab saya sudah sengsara begini.” Akhirnya ia melewati jalan kiri. “Ya, kalau tetap akan menggunakan jalan kiri, jika terjadi apa

-apa harus segera menyebut „Ibu‟!” “Baiklah.”

Setibanya dipohon kiara yang rindang, tiba-tiba anak itu disambar dari atas oleh kelong. Tetapi ia cepat ingat akan nasihat tadi;

harus menyebut „Ibu‟.

“Aduh, Ibu... terima kasih selaki. Saya ini sedang merana. Hidup

terlunta-lunta. Untunglah Ibu menolongku. Ibu peduli terhadap saya,

menolongku.”

Kelong tidak jadi memakannya karena dipanggil ibu. Anak itu malah disayanginya. Si kelong menanyakan maksud anak itu.

“aduh... burung bersayap emas dan berparuh intan itu sukar diperolehnya!‟ kata si ratu kelong, “tempatnya ada di seberang lautan;

tempat yang cukup jauh. Tetapi akan Ibu usahakan. Ke mana pun, biarlah bersama Ibu. Mari kita cari.

Singkat cerita, ratu kelong mengantarkan si Jaka ke seberang lautan mencari burung perkutut.

“Ayo, naiklah ke punggung Ibu! Pejamkan matamu!”

(44)

diantarkannya lagi ke tempat pohon kiara, tempat ketika ia disambar kelong.

“Sekarang sudah tiba waktunya kamu berpisah dengan Ibu.

Kamu sudah mendapatkan burung perkutut itu. Relakan berpisah dengan Ibu walau berat hati.”

“Oh, Ibu... saya akan sangat merindukanmu. Memang, saya

tidak ingin berpisah dengan Ibu. Ibu rela berkorban dan besar kasihnya kepadaku. Tetapi raja memerlukan burung perkutut sampai membuat sayembara dan tak seorang pun yang memenangkannya. Saya mndapatkannya berkat bantuan Ibu. Kini menjadi tugasku untuk

menyerahkannya.”

“Tetapi ingatlah, nak... jika kamu menghadapi hambatan dan

gangguan di jalan, panggil saja Ibu sebanyak tiga kali. Setelah memanggil Ibu, tidak akan terjadi apa-apa. Selamat!”

Anak tersebut kemudian pulang. Di jalan ia berjumpa dengan kakaknya. Kakaknya tidak berhasil memperoleh burung yang dimaksud. Karena merasa iri kepada adiknya yang meperoleh burung dan tentunya akan dinikahi anak raja, adiknya dibunuhnya di jalan. Kemudian dikuburnya di tanah yang dalam; ditutupi dengan batu karena takut mudah ditemukan orang. Kemudian kakaknya pulang smabil membawa burung yang direbut dari adiknya.

Di dalam kubur adiknya memanggil ratu kelong.

“Oh, Ibu... tolonglah saya! Saya mendapat musibah.”

Tiba-tiba batu beterbangan. Ia pun terbawa terbang. Naka tersebut sehat kembali tetapi bajunya rombeng.

Ditunda kisah adiknya. Sekarang diceritakan kakaknya. Ia sudah tiba di rumah orang tuanya sambil membawa burung perkutut.

“Wah... ternyata anakku sudah datanf.” “Ya, pak. Ini hasilnya.”

“Mana adikmu?”

“Ah, tak tahulah karena saya tidak bertemu dengannya. Sejak beragkat, saya berpisah dengannya.”

“Nanti dulu! Bapa tidak akan tergesa-gesa mengantarkannya walaupun kamu sudah mendapatkannya sebab belum datang adikmu.”

“Ah, Bapa... bukankah janjinya begitu. Jika saya sudah

mendapatkan burung perkutut, saya akan menikahi putri raja.

Sekarang saya akan pergi ke sana untuk menyerahkan burung itu.”

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

, , .

.

:

- !

- , , !

.

, .

.

.

, .

, ,

. – ,

.

:

- ? ? ?

- .

– .

:

- Э ! !

:

- ! , .

:

- .

. ,

:

- - , , ,

!

, ,

, .

,

, , , .

.

(50)

Terjemahan Си - у

SIVKA-BURKA

Hiduplah seorang lelaki tua yang punya tiga anak laki-laki. Dua anak tertua menjadi pedagang dan perlente, sedangkan anak bungsunya, si bodoh Ivan, hidup seadanya. Ia suka pergi ke hutan mengumpulkan jamur, dan di rumah ia selalu duduk di dapur dekat tungku.

Tiba waktunya si tua itu wafat. Sebelumnya ia berpesan pada anak-anaknya:

“Bila aku mati, selama tiga malam kalian harus bergiliran datang ke makamku dan membawakan roti untukku.”

Begitulah, orang tua itu telah dikuburkan. Malam tiba. Anak yang tertua harusnya pergi ke kuburan, tapi dia entah malas entah takut, berkata pada adik bungsunya:

“Ivan, gantikan aku malam ini, datanglah ke makam ayah, nanti akan kubelikan kamu kue jahe.”

Ivan setuju. Ia membawa roti, lalu peri ke makam ayahnya. Ia duduk dan menunggu. Tengah malam tanah kuburan bergerak, terbuka, ayahnya bangkit dari kubur dan berkata:

“Siapa itu? Kamukah anak pertamaku? Ceritakanlah, apa yang

terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?”

Ivan menjawab:

“Ini aku, anakmu. Di Rus semuanya baik-baik saja.”

Ayahnya memakan habis roti dan kembali berbaring di kuburnya. Ivan kembali ke rumah. Di sepanjang jalan ia mengumpulkan jamur. Kakak tertuanya datang dan bertanya:

“Kamu bertemu ayah?” “Ya.”

“Rotinya dia makan?”

“Ya. Dimakan habis sampai kenyang.”

Tiba malam kedua. Yang harus pergi anak kedua, tapi dia entah malas entah takut berkata:

“Ivan, pergilah menggantikan aku ke makam ayah. Nanti aku

akan memberimu peralatan kasti.” “Baiklah.”

(51)

“Siapa itu? Kamukah anak keduaku? Ceritakanlah, apa yang

terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?”

Ivan menjawab:

“Ini aku, anakmu. Di Rus semuanya baik-baik saja.”

Ayahnya memakan roti sampai habis dan kembali berbaring di kuburnya. Ivan pulang ke rumah dan di sepanjang jalan ia mengumpulkan jamur. Kakak keduanya bertanya:

“Ayah memakan rotinya?”

“Ya. Dimakan habis sampai kenyang.”

Malam ketiga tiba giliran Ivan yang harus pergi. Ia berkata pada kakak-kakaknya:

“Sudah dua malam aku pergi. Sekarang kalianlah yang pergi ke

makam ayah, aku akan istirahat.”

Kakak-kakaknya menjawab:

“Bagaimana kamu ini Ivan, kamu sudah tahu keadaan di sana, sebaiknya kamu sendirilah yang pergi.”

“Ya, baiklah.”

Ivan mengambil roti, lalu pergi. Tengah malam tanah kuburan bergerak, terbuka. Ayahnya bangkit dari kubur:

“Siapa itu? Kamukah Ivan, anak bungsuku?” Ceritakanlah, apa

yang terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?”

Ivan menjawab:

“Ini aku, anakmu, Ivan. Di Rus semuanya baik-baik saja.” Ayahnya memakan roti sampai habis dan berkata:

“Hanya kamu yang memenuhi amanatku, kamu tidak takut

selama tiga malam datang ke makamku. Jika kamu ke lapangan yang

kosong, berserulah „Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di hadapan rumput!‟, akan datang seekor kuda menghampirimu, mendekatlah ke telinga kanan kuda itu, lalu ke telinga kirinya. Kamu akan menjadi seorang yang gagah berani. Duduklah di atas kuda itu

dan pergilah.”

Ivan mengambil tali kekang, berterima kasih pada ayahnya, dan pulang ke rumah sambil mengumpulkan jamur di sepanjang jalan. Di rumah kakak-kakaknya bertanya:

“Kamu bertemu ayah?” “Bertemu.”

“Dia memakan rotinya?”

“Ayah memakannya habis sampai kenyang dan tidak menyuruh kita datang lagi.”

(52)

Nesravnennaya Krasota (Kecantikan Yang Tak Ada Bandingannya), memerintahkan untuk membuat tempat seperti seperti sangkar di menara dengan duabelas susun tonggak kayu dan duabelas susun batang kayu. Di dalam menara itu ia akan duduk dan menunggu orang yang bisa meraihnya dan mencium bibirnya sambil menunggangi kuda. Hadiahnya – Nesravnennaya Krasota dan setengah kerajaan.

Saudara-saudara Ivan mendengar itu dan berkata:

“Ayo kita coba keberuntungan.”

Begitulah, mereka memberi makan kuda-kuda terbaik mereka dengan havermouth dan memberinya minum. Mereka sendiri berpakaian bagus dan menyisir rapi rambut mereka, sedangkan Ivan duduk di dapur dekat tungku, menghisap pipa, dan berkata pada kakaknya:

“Kak, ajaklah aku untuk mencoba keberuntungan!”

“Orang bodoh tidak dibolehkan! Lebih baik kamu pergi ke hutan mengumpulkan jamur, tak ada yang akan menertawakanmu.”

Kakak-kakaknya duduk di atas kuda, mengenakan topi, bersiul, bersuit, lalu – tinggal debu yang tertinggal. Ivan mengambil tali kekang dan pergi ke lapangan kosong. Ia berseru seperti yang diajarkan ayahnya:

“Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di hadapan

rumput!”

Dari suatu tempat datanglah seekor kuda, tanah bergetar, dari lubang hidung dan telinganya keluar uap panas. Dia berdiri tegak dan bertanya:

“Apa yang anda perintahkan?”

Ivan memandang kuda itu, memasangkan tali kekang, dan mendekat ke telinga kanannya, lalu ke telinga kirinya, dan …dia berubah menjadi seorang yang gagah berani yang sebelumnya tak terpikirkan, tak terduga, dan tak terlukiskan. Ia duduk di atas kuda dan pergi ke istana tsar. Sivka-burka berlari, tanah bergetar, bukit-bukit tampak seperti ekor, bagian bawah sepatu di antara kaki seperti akan lepas.

Ivan tiba di istana tsar, di sana banyak sekali orang. Di menara yang tinggi dengan duabelas susun tonggak kayu dan duabelas susun batang kayu duduk putri Nesravnennaya Krasota. Tsar keluar ke balkon dan berkata:

“Siapa di antara kalian, para pemberani, dengan menunggang kuda bisa sampai di atas menara dan mencium bibir putriku, dialah

yang akan menjadi suaminya dan mendapatkan setengah kerajaanku.”

(53)

Ia mempercepat Sivka-burka, bersuit, berseru, melompat – tinggal melewati dua susun batang kayu. Mencoba lagi, kali ini tinggal mencapai satu susun lagi. Dia berputar lagi, berkeliling, menyemangati kudanya, mencari celah, lalu melesat ke dekat tingkap menara dan mencium putri Nesravnennaya Krasota di bibirnya yang manis. Tapi, sang putri dengan cincin di jari menampar dahinya, dan meninggalkan bekas.

Di bawah orang-orang berteriak:

“Tahan, tahan dia!”

Tapi Ivan terus pergi menghilang.

Ivan pergi ke lapangan kosong, ia naik lewat sisi kanan Sivka-burka, dan turun lewat sisi kiri, dan ia kembali menjadi si bodoh Ivan. Kuda menghilang, dan ia sendiri pulang ke rumah sambil mengumpulkan jamur di sepanjang jalan. Ia membalut dahinya dengan kain, berbaring-baring di dapur dekat tungku.

Kakak-kakaknya datang dan menceritakan apa yang telah mereka lihat.

“Ada banyak pemberani yang baik, tapi satu yang paling baik dari semuanya – dengan menunggang kuda dia bisa mencium sang putri. Semua melihat dari mana dia datang, tapi tak ada yang melihat

kemana dia pergi.”

Ivan duduk sambil menghisap pipa dan berkata:

“Bukankah orang itu aku?”

Kakak-kakaknya marah:

“Bodoh, tak tahu malu! Duduklah di dapur dekat tungku dan

makanlah jamur-jamurmu!”

Diam-diam Ivan membuka kain balutan di dahinya, dimana cincin sang putri telah meninggalkan bekas, lalu ia menyalakan api di dalam pondok. Kakak-kakaknya kaget dan berteriak:

“Apa yang kamu lakukan, bodoh? Kamu akan membuat rumah kebakaran!”

Esok harinya tsar mengundang semua bangsawan, tuan tanah, dan rakyat biasa yang kaya maupun yang miskin, yang tua dan yang muda, ke pesta besar. Kakak-kakak Ivan bersiap-siap menghadiri pesta itu. Ivan berkata pada mereka:

“Ajaklah aku bersama kalian!”

“Kemana pun kamu pergi, hai bodoh, orang-orang akan menertawakanmu! Duduklah di dapur dekat tungku dan makanlah jamur-jamurmu.”

(54)

siapa yang dahinya mempunyai tanda cincin bekas pukulannya. Ia mengitari para tamu, lalu mendekati Ivan, hatinya begitu berdebar. Ia memandang Ivan. Ivan, yang wajahnya hitam karena jelaga, berdiri bulu romanya.

Putri Nesravnennaya Krasota mulai bertanya:

“Siapa kamu? Darimana kamu? Mengapa dahimu dibalut?” “Terbentur.”

Sang putri membuka balutan di dahi Ivan – tiba-tiba seluruh istana menjadi ramai. Putri berseru:

“Ini tanda yang kubuat! Inilah calon suamiku!”

Tsar mendekati dan berkata:

“Calon suami apa! Dia orang bodoh, hitam penuh jelaga!”

Ivan berkata pada tsar:

“Izinkan saya untuk membersihkan diri.”

Tsar mengizinkannya. Ivan keluar dari istana dan berseru seperti yang diajarkan ayahnya:

“Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di hadapan

rumput!”

Dari suatu tempat datanglah seekor kuda, tanah bergetar, dari lubang hidung dan telinganya keluar uap panas. Ivan mendekat ke telinga kanan kuda, lalu ke telinga kirinya, dan kembali ia menjadi seorang yang gagah berani yang tak terpikirkan, tak terduga, tak terlukiskan. Orang-orang takjub.

(55)
(56)
(57)

Terjemahan Гу и- и

ANGSA-ANGSA

Hidup sepasang suami istri. Mereka mempunyai seorang anak perempuan dan anak laki-laki kecil.

“Putriku,” kata ibunya, “kami akan pergi bekerja, jagalah

adikmu! Jangan keluar dari pekarangan, jadilah anak pintar, nanti kamu akan kami belikan baju.”

Lalu ayah dan ibunya pergi. Tapi, gadis cilik itu lupa akan pesan orang tuanya: ia mendudukan adiknya di atas rumput di bawah jendela, dan ia sendiri berlari ke jalan, bermain, dan berjalan-jalan. Datang berterbangan angsa-angsa, mencengkeram anak laki-laki itu, dan membawa anak itu di atas sayapnya.

Gadis cilik itu kembali, melihat – adiknya tidak ada! Ia berseru, mencari ke sana kemari – tidak ada! Dia memanggil-manggil adiknya, tapi tak ada balasan dari adiknya. Air matanya berlinang, menangisi akan mendapatkan hal yang buruk dari ayah dan ibunya.

Ia berlari ke ladang, tapi hanya melihat angsa-angsa yang berjalan mondar-mandir di kejauhan dan menghilang ke dalam hutan lebat. Iia menduga bahwa mereka telah membawa adiknya, sudah lama terdengar desas-desus tentang angsa-angsa itu, yang berbuat jahat dan membawa anak-anak kecil.

Gadis cilik itu pergi mengejar mereka. Ia berlari, berlari, dan melihat –berdiri sebuah tungku. “Tungku, tungku, katakanlah, kemana angsa-angsa itu terbang?”

Tungku menjawab: “Makanlah pastel gandum hitamku, nanti

akan kukatakan.”

“Aku akan memakan pastel gandum hitammu! Di rumahku pastel terigu tidak dimakan…”

Tungku tidak mengatakan apapun pada gadis cilik itu. Gadis cilik itu berlari lagi – berdiri pohon apel. “Pohon apel, pohon apel, katakan, kemana angsa-angsa itu terbang?”

“Makanlah buah apel hutanku ini, nanti akan kukatakan.”

“Di rumahku buah apel kebun tidak dimakan…” Pohon apel itu

tidak mengatakan apa-apa. Gadis cilik itu berlari lagi. Mengalir sungai susu dengan jelai di tepinya.

“Sungai susu, tepian jelai, kemana angsa-angsa itu terbang?”

“Makanlah jelai dengan susuku ini, nanti akan kukatakan.” “Di rumahku susu asam tidak diminum…”

(58)

melihat ada sebuah pondok, dengan satu jendela, di atas kaki ayam. Ia mengitari pondok itu.

Di pondok itu seorang nenek tua, Baba Yaga, sedang memintal rami. Di atas bangku kecil duduk adiknya yang sedang memainkan apel-apel perak. Gadis cilik itu masuk ke pondok: “Hai, nenek!”

“Hai, gadis cilik! Mengapa kamu datang kemari?”

“Aku berjalan-jalan di rawa, bajuku basah, aku datang untuk

menghangatkan diri.”

“Duduklah kemari, pintallah rami ini. Baba Yaga akan

memberimu alat pemintal, dan aku sendiri akan pergi.”

Lalu gadis cilik itu memintal. Tiba-tiba dari bawah tungku keluar seekor tikus dan berkata padanya:

“Gadis cilik, gadis cilik, beri aku bubur, aku akan menceritakan

sesuatu padamu.”

Gadis cilik itu memberinya bubur, dan tikus itu berkata:

“Baba Yaga pergi memanaskan air. Dia akan membersihkanmu,

mengukusmu, meletakkanmu di atas tungku, memasakmu dan memakanmu, lalu dia sendiri akan memakan habis tulang-tulangmu.”

Gadis cilik itu duduk tak bergerak, ia menangis, lalu tikus itu

Tikus menjawab: “Aku masih memintal, nenek…”

Baba Yaga selesai memanaskan air dan kembali menemui gadis cilik itu. Tapi, di dalam pondok itu tak ada siapa-siapa. Baba Yaga

berteriak: “Angsa-angsa! Kejarlah! Anak gadis itu membawa adiknya!” Gadis cilik dan adiknya berlari sampai sungai susu. Ia melihat angsa-angsa yang terbang. “Wahai sungai, sembunyikan aku!”

“Makanlah jelaiku ini.”

Gadis itu memakannya dan mengucapkan terima kasih. Sungai menutupinya di bawah tepian jelai. Angsa-angsa itu tidak melihatnya, mereka terbang melewatinya. Gadis cilik dan adiknya berlari lagi. Tapi, angsa-angsa kembali dan melihatnya. Apa yang harus dilakukan? Sial!

Berdiri pohon apel… “Wahai pohon apel, sembunyikan aku!” “Makanlah buah apel hutanku ini.”

(59)

tertawa-tawa, dan berterbangan di atasnya, mengepak-ngepakkan sayap, melihat, dan hendak merebut adiknya dari tangannya. Gadis cilik itu

berlari sampai tungku. “Wahai tungku, sembunyikan aku!” “Makanlah pastel gandum hitamku.”

Gadis cilik itu segera memasukkan pastel ke mulutnya, lalu ia sendiri dan adiknya masuk ke tungku dan duduk dekat lubang tungku. Angsa-angsa itu terbang, terbang, berteriak, berteriak, dan terbang kembali pada Baba Yaga tanpa hasil.

Referensi

Dokumen terkait