• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Tourism Supply Chain Resilience dengan Pendekatan QFD Sebagai Strategi Pemulihan Pandemi Covid-19 (Studi Kasus: Pariwisata Religi Sunan Giri, Gresik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Model Tourism Supply Chain Resilience dengan Pendekatan QFD Sebagai Strategi Pemulihan Pandemi Covid-19 (Studi Kasus: Pariwisata Religi Sunan Giri, Gresik)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Model Tourism Supply Chain Resilience dengan Pendekatan QFD Sebagai Strategi Pemulihan Pandemi Covid-19

(Studi Kasus: Pariwisata Religi Sunan Giri, Gresik)

Fitri Agustina1*, Retno Indriartiningtias2, Dinar Al Fahmi Rizkiyah3

1,2,3Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan Indonesia

*Koresponden email: fitri.agustina@trunojoyo.ac.id

Diterima: 27 November 2022 Disetujui: 7 Desember 2022

Abstract

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a new type of coronavirus, which was first discovered in Wuhan, Hubei, China in 2019. The COVID-19 outbreak has spread to all corners of the world and has become a pandemic that causes problems in various sectors including tourism. Tourism is a sector that relies on human interaction and mobility, with this pandemic tourism is stopped because it has the potential to become a center for the spread of the virus st it has a very large impact and disrupts the tourism supply chain. The purpose of this research is to build tourism supply chain resilience in Sunan Giri Religious Tourism after the COVID-19 pandemic by determining the right mitigation. This study uses a 2-level Quality Function Deployment (QFD) method with a House of Quality (HOQ) approach to prioritize resilience measures from a supply chain perspective by considering the needs of tourists and the risk of COVID-19 in Sunan Giri Religious Tourism. The results of this study are a resilience measure in the form of mitigation that can be applied to Sunan Giri religious tourism in order to recover, the highest priority mitigation obtained in this study is digital advertising, certification of each entity in the tourism supply chain, and excellent service according to health protocols.

Keywords: Tourism, Supply Chain Resilience, Quality Function Deployment, House Of Quality, COVID- 19, Mitigation, Risk.

Abstrak

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan coronavirus jenis baru, yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019. Wabah COVID-19 menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi pandemi yang menimbulkan permasalahan di berbagai sektor termasuk pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang bergantung pada interaksi dan mobilitas manusia, dengan adanya pandemi ini pariwisata banyak diberhentikan karena berpotensi menjadi pusat penyebaran virus, sehingga mengakibatkan dampak yang sangat besar dan mengganggu rantai pasok pariwisata. Tujuan pada penelitian ini yaitu membangun tourism supply chain resilience pada pariwisata religi Sunan Giri pasca pandemi COVID-19 dengan menentukan mitigasi yang tepat. Penelitian ini menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) 2 level dengan pendekatan House of Quality (HOQ) untuk memprioritaskan langkah- langkah ketahanan dari perspektif rantai pasok dengan mempertimbangkan kebutuhan wisatawan dan risiko COVID-19 pada pariwisata religi Sunan Giri. Hasil dari penelitian ini yaitu resilience measure berupa mitigasi yang dapat diterapkan pada pariwisata religi Sunan Giri agar dapat kembali pulih, mitigasi dengan prioritas tertinggi yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu periklanan secara digital, sertifikasi tiap entitas pada supply chain pariwisata, dan excellent service sesuai protokol kesehatan.

Kata Kunci: Pariwisata, Resiliensi rantai pasok, Quality Function Deployment, House of Quality, COVID- 19, Mitigasi, Risiko.

1. Pendahuluan

Industri pariwisata memiliki peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Pariwisata di Indonesia pada Tahun 2020 mengalami penurunan karena adanya pandemi COVID-19. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2020) menunjukkan sekitar 409 ribu tenaga kerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19 [1]. Pariwisata merupakan sektor yang bergantung pada interaksi dan mobilitas manusia, dengan adanya pandemi ini pariwisata banyak diberhentikan karena berpotensi menjadi pusat penyebaran virus, sehingga mengakibatkan dampak yang sangat besar dan mengganggu rantai pasok pariwisata [2]. Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik, rata-rata jumlah pengunjung pariwisata religi Sunan Giri per bulan mencapai 100.000 hingga 200.000 orang, namun setelah

(2)

pandemi, rata-rata pengunjung menjadi 0 hingga 80.000 orang saja [3]. Berkurangnya pengunjung akibat dari pandemi ini berdampak pada supply chain yang terganggu mulai dari upstream, middlestream dan downstream pariwisata bergantung pada wisatawan untuk dapat terus terjadi perputaran ekonomi, sehingga diperlukan Supply Chain Resilience terhadap pariwisata religi Sunan Giri untuk memitigasi risiko COVID- 19 serta meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memperbaiki kualitas rantai pasok pariwisata.

Tourism Supply Chain atau rantai pasok pariwisata yaitu suatu jaringan organisasi yang ada pada pariwisata, yang memasok berbagai komponen produk serta pendistribusian dan pemasaran produk maupun jasa pariwisata hingga pada konsumen akhir yaitu wisatawan pada tujuan wisata tertentu [4]. Supply Chain Resilience merupakan kemampuan rantai pasok untuk dapat kembali ke kondisi semula atau yang lebih diinginkan setelah mengalami adanya gangguan [5].

Penelitian terdahulu mengenai supply chain resilience menggunakan pendekatan Quality Function Deployment, dimana penelitian tersebut membangun ketahanan rantai pasok berdasarkan risiko maritim [6]. Penelitian lain yang juga mengenai tourism supply chain resilience, dimana penelitian tersebut membuat kerangka resiliensi pada supply chain pariwisata religi untuk memitigasi risiko pasca pandemi, dalam penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif berupa analisis risiko dan menyusun langkah ketahanan yang tepat sesuai dengan risiko [7]. Berdasarkan dua penelitian terdahulu tersebut, peneliti tertarik untuk membangun tourism supply chain resilience berdasarkan risiko COVID-19 menggunakan metode Quality Function Deployment.

Penelitian ini menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) 2 level dengan pendekatan House of Quality (HOQ) untuk memprioritaskan langkah-langkah ketahanan dari perspektif rantai pasok dengan mempertimbangkan kebutuhan wisatawan dan risiko COVID-19 pada pariwisata religi Sunan Giri.

HOQ 1 menilai hubungan kebutuhan wisatawan dengan risiko. HOQ 2 menilai hubungan risiko dengan resilience measures. Hasil resilience measures berupa langkah-langkah mitigasi ini menjadi usulan perbaikan supply chain pariwisata religi Sunan Giri agar dapat kembali pulih dari pandemi COVID-19.

2. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di pariwisata religi Sunan Giri atau Ainul Yakin yang berada di atas perbukitan kapur, kawasan Gunung Kendeng utara, tepatnya di Dusun Giri Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian campuran (mixed methods) dengan strategi eksploratoris sekuensial [8]. Strategi eksploratoris sekuensial adalah strategi yang dimulai dengan melakukan pengumpulan dan analisis data secara kualitatif kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data secara kuantitatif yang berdasar dari data yang telah diperoleh sebelumnya [9]. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dengan cara wawancara Voice of Customer, dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner penilaian bobot kepentingan customer requirement dengan menggunakan skala likert, kemudian analisis data menggunakan Quality Function Deployment dengan pendekatan House of Quality.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara VOC dengan wisatawan yang sedang mengunjungi kompleks pariwisata religi Sunan Giri, wawancara VOC dengan biro perjalanan wisata, kuesioner penilaian bobot kepentingan customer requirement yang disusun berdasarkan hasil dari VOC, serta wawancara narasumber dari Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga (DISPAREKRAFBUDPORA), Kabupaten Gresik, sebagai expert. Data sekunder pada penelitian ini berupa profil pariwisata religi Sunan Giri, yang didapatkan melalui studi literatur dari jurnal, buku maupun internet.

Prosedur Kerja

Teknik pengambilan sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan salah satu teknik non probability sampling dimana pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan peneliti dengan kriteria tertentu yang paling sesuai, bermanfaat dan dianggap dapat mewakili dari populasi [10]. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini yaitu wisatawan yang pernah berkunjung di pariwisata religi Sunan Giri sebelum dan sesudah COVID-19 sebagai sampel untuk pengambilan data customer requirement dan kuesioner penilaian bobot kepentingan customer requirement, biro perjalanan wisata, serta pengelola pariwisata religi Sunan Giri yaitu Bidang Pariwisata, DISPAREKRAFBUDPORA, Kabupaten Gresik sebagai expert untuk sampel dalam pengambilan data risiko COVID-19 terhadap pariwisata religi Sunan Giri.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur dan kuesioner dengan skala likert. Alur supply chain pariwisata religi Sunan Giri pada supplier tingkat 1 berupa akomodasi, pusat

(3)

belanja, tempat makan (kuliner), dan transportasi. Wisatawan kelompok (grup) melibatkan distribusi wisata seperti biro perjalanan pariwisata, sedangkan konsumen perorangan (individual) cenderung tanpa melibatkan distribusi wisata, terutama konsumen wisata lokal.

Gambar 1. Alur supply chain pariwisata religi Sunan Giri Sumber: Pengolahan data (2022)

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan berisi mengenai hasil pengambilan data yang telah diperoleh beserta analisis dalam pengolahan data yang telah dilakukan.

3.1. Profil Pariwisata Religi Sunan Giri

Pariwisata religi Sunan Giri merupakan objek pariwisata yang memiliki makna khusus bagi umat beragama Islam, pariwisata ini merupakan makam salah seorang Wali Sanga, penyebar agama Islam di Pulau Jawa dan pendiri kerajaan Giri Kedaton. Nama asli dari Sunan Giri adalah Muhammad ‘Ainul Yaqin, serta memiliki beberapa julukan yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Joko Samudra.

Sunan Giri wafat pada Tahun 1506 M dan dimakamkan di atas bukit di desa Giri, Kebomas, Gresik.

Pariwisata religi Sunan Giri memiliki cerita bersejarah bagi umat muslim dan memiliki arsitektur bangunan khas Jawa yang sangat unik, sehingga banyak menarik kunjungan wisatawan.

3.2. Identifikasi Kebutuhan Wisatawan

Identifikasi kebutuhan wisatawan (customer requirement) terhadap pariwisata religi Sunan Giri pasca pandemi COVID-19, diperoleh dari data Voice of Customer (VOC). Data VOC didapatkan melalui hasil wawancara semi terstruktur, dimana responden bebas memberikan jawaban dan berargumentasi.

Dokar Ojek Angkot Pusat Cinderamata/

Souvenir Sunan Giri UMKM Makanan

dan Minuman Restaurant

Hotel Motel

Biro Perjalanan Pariwisata

Independent

W I S A T A W A N Wisata Religi

Makam Sunan Giri

Supplier Tingkat 1 Tempat Wisata Distributor

Pariwisata Konsumen

Akomodasi

Pusat Belanja

Kuliner

Transportasi

Alur Informasi & Keuangan

Alur Pelayanan

(4)

Voice Of Customer Wisatawan

Voice of Customer dari 30 responden wisatawan, pariwisata religi Sunan Giri, diterjemahkan kedalam karakteristik, memperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. VOC wisatawan Voice of Customer Wisatawan

Akomodasi Pusat Belanja Tempat Makan Transportasi Tempat Wisata Kebersihan penginapan Kebersihan tempat

belanja

Kebersihan tempat makan

Kebersihan transportasi

Kebersihan tempat wisata Penerapan protokol

kesehatan

Penerapan protokol kesehatan

Higenitas Dokumen

kesehatan driver

Penerapan protokol kesehatan Kualitas pelayanan

yang baik

Kualitas pelayanan yang baik

Penerapan protokol kesehatan

Penerapan protokol kesehatan

Fasilitas protokol kesehatan Dokumen kesehatan Pilihan

pembayaran non tunai

Fasilitas protokol kesehatan

Pilihan pembayaran non

tunai

Tempat wisata yang nyaman

Harga terjangkau Pilihan

pembayaran non tunai

Tempat wisata yang aman Sumber: Pengolahan data (2022)

Hasil yang didapatkan melalui wawancara VOC untuk mengetahui kebutuhan wisatawan terhadap tiap entitas supply chain pariwisata religi Sunan Giri, salah satunya pada akomodasi atau penginapan di masa pasca COVID-19 diterjemahkan kedalam karakteristik dan diperoleh 5 kebutuhan wisatawan pada akomodasi yaitu kebersihan penginapan, penerapan protokol kesehatan, kualitas pelayanan yang baik, dokumen kesehatan, dan harga terjangkau.

Voice of Customer Biro Perjalanan

Data Voice of Customer dari biro perjalanan didapatkan melalui wawancara dengan narasumber yaitu CV. Salwa Indonesia, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang biro perjalanan wisata, di Kabupaten Gresik. Hasil wawancara mendapatkan customer requirement, keinginan dari salah satu perusahaan biro perjalanan yaitu jaminan keamanan pengunjung dan kejelasan jadwal operasional tempat wisata. CV. Salwa Indonesia sebagai penyedia jasa perjalanan menginginkan pengguna jasa mereka aman dari risiko penularan COVID-19, mulai dari kedatangan di tempat wisata, di transportasi, berbelanja cinderamata, makan di restoran, bermalam di penginapan, hingga pulang kembali. CV. Salwa Indonesia juga menginginkan kejelasan jadwal operasional, berdasarkan pengalaman dari perjalanan wisata yang sudah dilakukan pada pariwisata religi Sunan Giri di era normal baru, terjadi pembatasan jam operasional pada kunjungan wisatawan, karena menyesuaikan kebijakan pemerintah yang terus berubah. Pemberlakuan peraturan tersebut menjadi kendala bagi biro perjalanan dalam mengatur rencana perjalanan.

3.3. Identifikasi Risiko COVID-19

Data risiko COVID-19 pada pariwisata religi Sunan Giri didapatkan dari hasil wawancara dengan pengelola pariwisata religi Sunan Giri, staf Bidang Pariwisata, DISPAREKRAFBUDPORA, Kabupaten Gresik. COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi pandemi global ini juga sangat mempengaruhi kondisi bisnis dan ekonomi industri di seluruh negara di dunia. Salah satu yang paling terdampak dari adanya pandemi ini yaitu supply chain pada industri pariwisata. Menurunnya minat kunjungan wisatawan membuat perputaran ekonomi pada supply chain pariwisata terhenti. Pandemi ini membuat wisatawan merasa terancam dan tidak aman jika melakukan perjalanan.

1. Dampak pada upstream

Pandemi COVID-19 menimbulkan banyaknya ketidakpastian demand atau permintaan baik produk maupun jasa [2]. Pada upstream terdapat supplier pariwisata diantaranya akomodasi, pusat belanja cinderamata, restoran atau tempat makan, dan transportasi [4]. Penyedia jasa akomodasi dari penutupan tempat pariwisata karena adanya COVID-19 serta himbauan dari pemerintah untuk tetap berada di rumah saja, berdampak pada tingkat okupansi atau Tingkat Penghunian Kamar (TPK) yang menurun, namun biaya operasional dan penginapan yang tetap berjalan, mengakibatkan banyak penginapan yang mengurangi jumlah karyawannya untuk mengurangi beban biaya yang harus dibayarkan. Pada pusat belanja cinderamata risiko COVID-19 yang didapatkan yaitu penurunan jumlah penjualan, namun keharusan untuk tetap memenuhi pembayaran sewa kios menjadikan banyak penjual memutuskan menutup sementara dan tidak berjualan. Tempat makan baik restoran maupun UMKM makanan dan

(5)

minuman merasakan penurunan jumlah pembeli dan memutuskan untuk menutup operasional tempat makan. Risiko COVID-19 pada pariwisata religi Sunan Giri juga dirasakan pelaku jasa transportasi, yang mengakibatkan penurunan pendapatan bahkan hingga kehilangan pekerjaannya [11].

2. Dampak pada middlestream

Berbagai kebijakan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 mengenai pembatasan mobilitas manusia dalam berkegiatan terutama pada fasilitas umum seperti pariwisata dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar, mulai dari PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), terdapat kebijakan-kebijakan yang dilakukan di pariwisata religi Sunan Giri mulai dari pembatasan jam operasional kunjungan wisatawan hingga penutupan secara total, hal ini menimbulkan penurunan jumlah pengunjung dan berdampak pada menurunnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) [7].

3. Dampak pada downstream

Berhentinya mobilisasi dalam berpariwisata untuk memutus rantai penyebaran pandemi COVID-19 telah melumpuhkan usaha Biro Perjalanan Wisata (BPW) diseluruh daerah, dimana BPW merupakan distributor yang menjembatani tempat wisata dengan wisatawan selaku customer [7]. Sebagian besar BPW memilih menutup kegiatan bisnis untuk sementara karena banyaknya pembatalan rencana perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan karena adanya pandemi ini [12].

Gambar 2 merupakan House of Quality pada QFD level 1 yang terdiri dari atribut customer requirement, atribut risiko COVID-19 pada supply chain pariwisata religi Sunan Giri, relationship matrix, technical correlation, dan technical matrix. Hasil HOQ level 1 yaitu ranking pada risiko COVID-19, urutan ranking berdasarkan nilai RIj, dari nilai dengan jumlah terbesar hingga yang terkecil. Pemberian ranking ini untuk mengetahui prioritas risiko yang menjadi sumber dari permasalahan pada supply chain pariwisata religi Sunan Giri. Berdasarkan hasil HOQ level 1 didapatkan risiko dengan urutan ranking yang termasuk dalam 2 besar yaitu penurunan jumlah pengunjung dan pembatalan rencana perjalanan.

Tabel 2. hasil ranking risiko COVID-19

Risiko COVID-19 Ranking

Penurunan jumlah pengunjung 1 Pembatalan rencana perjalanan 2 Tingkat okupansi menurun 3 Penurunan jumlah pembeli 3

Penurunan pendapatan 3

Penurunan penjualan 4

Pengurangan karyawan 5

Penurunan pemasukan PAD 6 Penutupan operasional 7 Penutupan operasional restoran 8

Kehilangan pekerjaan 8

Penumpukan biaya sewa kios 9 Sumber: Pengolahan data (2022)

(6)

Quality Function Deployment Level 1

Gambar 2. House of Quality level 1 Sumber: Pengolahan data (2022)

Weight(Wi) Absolute Importance (AIi) Tingkat okupansi menurun Pengurangan karyawan Penurunan penjualan Penumpukan biaya sewa kios Penurunan jumlah pembeli Penutupan operasional restoran Penurunan pendapatan Kehilangan pekerjaan Penurunan jumlah pengunjung Penurunan pemasukan PAD Penutupan operasional Pembatalan rencana perjalanan

8,06 5 Kebersihan lingkungan 9 9 9 9 9 3

6,45 4 Penerapan prokes 9 9 9 9 9 9

6,45 4 Ketersediaan fasilitas prokes 9 9 9 9 9 9

4,84 3 Ketersediaan fasilitas

pembayaran non tunai 9 9 9

8,06 5 Higenitas restoran/tempat makan 9 9 3

8,06 5 Penginapan dengan harga

terjangkau 9 9 3

8,06 5 Pelayanan yang ramah 3 9 3 3 3 3

8,06 5 Kesigapan petugas keamanan 9

8,06 5 Kesigapan petugas kebersihan 9

4,84 3 Kelengkapan dokumen kesehatan

pengunjung penginapan 9 9 9

8,06 5 Driver telah divaksinasi 9 9 3 3

6,45 4 Tempat wisata yang aman dan

nyaman 9 9 9 9 9 9 9

8,06 5 Menjamin keamanan pengunjung

dari paparan COVID-19 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

6,45 4 Kejelasan jadwal operasional 9 1 9 9

Impact 5 4 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5

Absolute Importance (AI j ) 2298,39 754,84 2177,42 217,74 2298,39 580,65 2298,39 580,65 2854,84 685,48 653,23 2346,77 Relative Importance (RI j ) 12,95 4,25 12,27 1,23 12,95 3,27 12,95 3,27 16,09 3,86 3,68 13,22

Ranking 3 5 4 9 3 8 3 8 1 6 7 2

Risiko COVID-19

Customer Requirement

4

4

3 3

4 4 4 4 4 4

4

4 4

4

4

3 3

3 3

4 4 Tingkat Hubungan Hubungan Kuantitatif (Skor)

Tidak Berhubungan (kosong)

Hubungan Lemah 1

Hubungan Sedang 3

Hubungan Kuat 9

Kriteria Korelasi Hubungan Kuantitatif (Skor) Tidak Ada Korelasi (kosong)

Kuat Negatif 1

Negatif 2

Positif 3

Kuat Positif 4

Akomodasi Pusat belanja cinderamata

Tempat makan Transportasi

Tempat wisata (pariwisata religi Sunan Giri) Biro perjalanan wisata

Legenda

4

4 4

4

4

3

(7)

3.4. Penyusunan Alternatif Mitigasi

Alternatif mitigasi disusun untuk meminimalisir dampak bencana pandemi COVID-19 dan mendapatkan solusi dalam pemulihan pariwisata. Mitigasi dalam pemulihan pandemi COVID-19 dapat dilakukan dengan beradaptasi dan berinovasi, menyesuaikan dengan perubahan perilaku masyarakat dan memanfaatkan penggunaan teknologi dalam industri pariwisata. Penyusunan alternatif mitigasi berdasarkan customer requirement dan risiko COVID-19 terhadap pariwisata religi Sunan Giri adalah sebagai berikut.

1. Periklanan secara digital

Strategi pemasaran yang tepat pasca pandemi ini salah satunya dapat melalui digital advertising dengan memanfaatkan sosial media seperti instagram, facebook, twitter dan iklan youtube. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan dan mempromosikan objek wisata, jasa akomodasi, maupun jasa biro perjalanan, diharapkan melalui iklan digital dapat meningkatkan jumlah pengunjung di masa pasca pandemi [2]. Iklan pada pariwisata religi Sunan Giri dapat berupa pengenalan objek wisata dengan memaparkan sejarah Wali Sanga, budaya Islam, keunikan bangunan, serta peninggalan kerajaan Giri Kedaton yang dapat dilihat di Museum Sunan Giri. Jasa akomodasi dapat membuat iklan yang menawarkan fasilitas WFH (Work from Hotel) maupun paket wisata staycation, dimana penawaran ini sedang banyak dibutuhkan karena tetap dapat merasakan suasana baru dan berlibur tanpa mengunjungi keramaian. Pada jasa biro perjalanan pariwisata dapat membuat iklan yang menawarkan diskon atau voucher berwisata.

2. Pelatihan dan sosialisasi prokes karyawan pariwisata

Karyawan pariwisata seperti karyawan hotel, karyawan pusat belanja cinderamata, karyawan restoran, karyawan pada transportasi atau supir, karyawan travel agent, dan semua karyawan yang bergantung pada usaha di dunia pariwisata, perlu adanya pelatihan dan sosialisasi terkait protokol kesehatan [7].

Mulai dari sosialisasi pentingnya vaksinasi karyawan pariwisata dan pelatihan SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan sesuai protokol kesehatan. Contohnya pada tempat wisata, diperlukan pelatihan SOP terkait manajemen pengelolaan pengunjung dalam pengaturan kuota maksimal sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19.

3. Menyediakan fasilitas prokes

Penyediaan fasilitas pendukung yang memadai dan memenuhi standar protokol kesehatan, seperti penyediaan handsanitizer, tempat cuci tangan dengan air mengalir, alat pengukur suhu, dan media informasi imbauan pelaksanaan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) [7].

4. General cleaning secara berkala

Prinsip kebersihan di masa pasca pandemi ini menjadi kebutuhan yang sangat penting sebagai langkah dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19 [2]. General cleaning dilakukan dengan pengecekan kebersihan lingkungan dan penyemprotan disinfektan secara berkala tiap 4 jam sekali, pada tempat- tempat yang sering disentuh publik.

5. Excellent Service

Excellent service disini yaitu berusaha agar memberikan kualitas pelayanan terbaik sesuai standar protokol kesehatan [7]. Contohnya pada tempat makan seperti restoran dan UMKM makanan, harus selalu memperhatikan food hygiene, mulai dari pemilihan bahan baku, cara pengolahan, cara penyimpanan, hingga cara penyajian. Tempat makan juga dapat menyediakan pilihan take away service (pelayanan untuk pemesanan yang dibawa pulang) untuk meminimalisir keramaian pada area tempat makan atau menyediakan outdoor dining (makan di ruangan yang terbuka) untuk pelanggan yang memilih makan di tempat namun tetap dapat meminimalisir risiko penyebaran virus, langkah ini dibuat agar pelanggan merasa aman selama berada di restoran. Excellent service yang juga perlu diterapkan pada seluruh karyawan pariwisata yaitu hospitality. Hospitality pada bisnis jasa sangat diperlukan untuk kenyamanan customer. Hospitality pada pariwisata penting untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap wisatawan. Kenyamanan berpariwisata akan menarik wisatawan untuk melakukan kunjungan kembali.

6. Contactless transaction

Contactless transaction diperlukan untuk meminimalisir penularan virus COVID-19 yang dapat menyebar melalui transaksi pembayaran secara tunai [2]. Pembayaran digital dapat menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Penggunaan media transaksi non tunai ini lebih mudah dan proses lebih cepat, serta terjaga keamanannya.

7. Sertifikasi tiap entitas pada supply chain pariwisata

(8)

Sertifikasi diperlukan untuk meningkatkan daya saing dengan wisata lainnya. Sertifikasi juga dapat digunakan untuk memperoleh brand trust dari wisatawan, bahwa pada tiap supply chain pariwisata telah lulus standar keamanan, sehingga wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan nyaman [13].

a. Sertifikasi CHSE

Sertifikasi CHSE (Clean, Healthy, Safe, and Environmentally Sustainable) merupakan sertifikasi yang penting untuk industri pariwisata. Sertifikasi ini digunakan sebagai bukti atau jaminan bahwa industri pariwisata telah menerapkan protokol kesehatan yang berbasis pada kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Sertifikat CHSE diberikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dapat digunakan untuk jasa akomodasi, jasa transportasi, restoran, tempat penjualan cinderamata, destinasi wisata, dan lain-lain yang bersangkutan dengan usaha pariwisata, fasilitas terkait pariwisata, maupun lingkungan masyarakat dalam lingkup kawasan pariwisata [14].

b. Sertifikasi PIRT

Sertifikasi PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) penting untuk UMKM makanan dan minuman sebagai jaminan terhadap produk yang dijual telah layak edar dan aman untuk dikonsumsi.

Sertifikat ini diberikan oleh Bupati atau Wali Kota melalui Dinas Kesehatan.

c. Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi

Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi digunakan pada restoran, sebagai bukti atau jaminan bahwa restoran telah memenuhi persyaratan kesehatan yang berkaitan dengan faktor dalam pengolahan makanan seperti lokasi, fasilitas sanitasi, dapur, gudang penyimpanan, SDM, proses, dan perlengkapan dalam memproduksi makanan. Sertifikat ini diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota [15].

8. Menyediakan paket micro tourism

Dalam melakukan perjalanan di masa pasca pandemi dengan rombongan lebih berisiko dibandingkan melakukan perjalanan dengan sedikit orang [7]. Paket micro tourism menjadi pilihan menarik bagi customer wisatawan keluarga.

9. Menyediakan asuransi perjalanan

Asuransi perjalanan merupakan asuransi yang memberikan perlindungan dari risiko selama berwisata, seperti biaya perawatan akibat sakit dalam perjalanan, keterlambatan atau pembatalan perjalanan, dan kerusakan atau kehilangan bagasi [7]. Asuransi perjalalanan saat ini juga dapat menanggung risiko COVID-19, memberikan penawaran keuntungan berupa biaya rawat inap akibat COVID-19, biaya isolasi mandiri, biaya Test PCR (Polymerase Chain Reaction), santunan kehilangan pendapatan akibat COVID-19, dan biaya kerugian pembatalan perjalanan akibat COVID-19. Biro perjalanan wisata yang menyediakan asuransi perjalanan memiliki nilai lebih yang akan menarik wisatawan untuk menggunakan jasanya.

Quality Function Deployment Level 2

Gambar 3 merupakan House of Quality pada QFD level 2, hasil HOQ level 2 yaitu ranking pada resilience measures, urutan ranking berdasarkan nilai RIk, dari nilai dengan jumlah terbesar hingga yang terkecil. Pemberian ranking ini untuk mengetahui prioritas mitigasi yang efektif untuk diterapkan pada supply chain pariwisata religi Sunan Giri. Berdasarkan hasil HOQ level 2 didapatkan mitigasi dengan urutan ranking yang termasuk dalam 2 besar yaituperiklanan secara digital dan sertifikasi tiap entitas pada supply chain pariwisata.

(9)

Gambar 3. House of Quality level 2 Sumber: Pengolahan data (2022)

Absolute Importance (AIj) Relative Importance(RIj) Periklanan secara digital Pelatihan dan sosialisasi prokes karyawan pariwisata Menyediakan fasilitas prokes General cleaning secara berkala Excellent service Contactless transaction Sertifikasi tiap entitas pada supply chain pariwisata Menyediakan paket micro tourism Menyediakan asuransi perjalanan

2298,39 12,95 Tingkat okupansi menurun 9 3 9 3 3

754,84 4,25 Pengurangan karyawan 1 1 1 1

2177,42 12,27 Penurunan penjualan 9 3 3 1 9 3 9 1

217,74 1,23 Penumpukan biaya sewa kios 1 1 1

2298,39 12,95 Penurunan jumlah pembeli 9 3 3 1 9 3 9 1

580,65 3,27 Penutupan operasional restoran 1 1 1 1

2298,39 12,95 Penurunan pendapatan 9 3 3 1 9 3 9 1

580,65 3,27 Kehilangan pekerjaan 1 1 1

2854,84 16,09 Penurunan jumlah pengunjung 9 9 9 3 9 9 9 9

685,48 3,86 Penurunan pemasukan PAD 9 9

653,23 3,68 Penutupan operasional 9 3 3 3 3

2346,77 13,22 Pembatalan rencana perjalanan 9 1 9 9 9 9

Effectiveness 5 5 5 5 5 4 5 4 3

Absolute Importance (AI k ) 4019,04 1334,09 1362,58 432,15 3286,15 458,06 3908,62 1455,53 941,06 Relative Importance (RI k ) 23,37 7,76 7,92 2,51 19,11 2,66 22,73 8,46 5,47

Ranking 1 6 5 9 3 8 2 4 7

ResilienceMeasures

Risiko COVID-19

4

4

4

4 3 3

3 4

4 4

4 4

4

4 4 4

4

4 Tingkat Hubungan Hubungan Kuantitatif (Skor)

Tidak Berhubungan (kosong)

Hubungan Lemah 1

Hubungan Sedang 3

Hubungan Kuat 9

Kriteria Korelasi Hubungan Kuantitatif (Skor) Tidak Ada Korelasi (kosong)

Kuat Negatif 1

Negatif 2

Positif 3

Kuat Positif 4

Akomodasi Pusat belanja cinderamata

Tempat makan Transportasi

Tempat wisata (pariwisata religi Sunan Giri) Biro perjalanan wisata

Legenda

(10)

Tabel 3. hasil ranking resilience measures

Resilience Measures Ranking

Periklanan secara digital 1

Sertifikasi tiap entitas pada supply chain pariwisata 2

Excellent service 3

Menyediakan peket micro tourism 4

Menyediakan fasilitas prokes 5

Pelatihan dan sosialisasi prokes karyawan pariwisata 6 Menyediakan asuransi perjalanan 7

Contactless transaction 8

General cleaning secara berkala 9 Sumber: Pengolahan data (2022)

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 14 kebutuhan wisatawan terhadap pariwisata religi Sunan Giri pasca pandemi. Kebutuhan tersebut diantaranya yaitu kebersihan lingkungan, penerapan protokol kesehatan, ketersediaan fasilitas protokol kesehatan, ketersediaan fasilitas pembayaran non tunai, higenitas pada restoran atau tempat makan, penginapan dengan harga terjangkau, pelayanan yang ramah, kesigapan petugas keamanan, kesigapan petugas kebersihan, kelengkapan dokumen kesehatan pengunjung penginapan, driver telah divaksinasi, tempat wisata yang aman dan nyaman, menjamin keamanan pengunjung dari paparan COVID-19, serta kejelasan jadwal operasional pariwisata religi Sunan Giri juga menjadi kebutuhan wisatawan pasca pandemi COVID-19.

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, tiap entitas pada supply chain pariwisata religi Sunan Giri bisa melakukan upaya perbaikan berdasarkan urutan prioritas yang dihasilkan. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat juga melakukan dengan urutan yang berbeda jika pada saat pengimplementasian ditemukan adanya berbagai perubahan situasi maupun kondisi. Penelitian selanjutnya yang menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) disarankan untuk melanjutkan hingga QFD 3 Level, dengan menambahkan identifikasi penyebab risiko.

5. Referensi

[1] BPS, “Laporan Perekonomian Indonesia 2020.” Badan Pusat Statistik, 2020. [Online]. Available:

https://www.bps.go.id/publication/2020/09/16/be7568ad496829f35cea4b27/laporan- perekonomian-indonesia-2020.html

[2] P. L. Rini and M. A. Fikri, “Building Supply Chain Resilience Amid Covid-19 : Post-Pandemic Strategies For Hotel Industry,” Asian Manag. Bus. Rev., vol. 2, no. 1, pp. 39–52, 2022, doi:

10.20885/AMBR.vol2.iss1.art4.

[3] DISPAREKRAFBUDPORA, “Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga.” Kabupaten Gresik, 2020.

[4] B. Barliansah, “Analisis Rantai Pasok Pariwisata (Tourism Supply Chain) Dengan Pendekatan Fuzzy Logic Di Kota Bandung,” INDEPT, vol. 8, no. 3, pp. 12–22, 2019.

[5] Ferreira, C., Cardoso, C., Travassos, M., Paiva, M., Pestana, M., Lopes, J. M., & Oliveira, M,

“Disorders, Vulnerabilities and Resilience in the Supply Chain in Pandemic Times,” Logistics, vol.

5, no. 3, p. 48, 2021, doi: 10.3390/logistics5030048.

[6] A. Saraswati, I. Baihaqi, and D. Anggrahini, “Membangun Supply Chain Resilience dengan Pendekatan Quality Function Development: Studi Kasus Perusahaan Freight Forwarder,” J. Sains dan Seni ITS, vol. 6, no. 2, 2017, doi: 10.12962/j23373520.v6i2.25939.

[7] R. Mittal and P. Sinha, “Framework For A Resilient Religious Tourism Supply Chain For Mitigating Post-Pandemic Risk,” Int. Hosp. Rev., 2021, doi: 10.1108/ihr-09-2020-0053.

[8] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:

Alfabeta, 2015.

[9] J. W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010.

[10] D. N. Saputra, N. Listyaningrum, Y. J. I. Leuhoe, Apriani, Asnah, and T. Rokhayati, Buku Ajar Metodologi Penelitian. Bandung: Feniks Muda Sejahtera, 2022.

[11] P. R. Isti’anah, Y. Praharsi, A. Maharani, and H. M. Wee, “Supply Chain Resilience Analysis using the Quality Function Deployment (QFD) Approach in a Freight Forwarding Company,” Reliab.

Theory Appl., vol. 16, no. 2, pp. 15–26, 2021, doi: 10.24412/1932-2321-2021-264-15-26.

(11)

[12] A. A. Fatmawati and S. Santoso, “Penguatan Rantai Nilai Pariwisata Sebagai Strategi Pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta Menjadi Kawasan Wisata Ramah Muslim,” J. Ilm.

Manaj. Bisnis, vol. 6, no. 3, pp. 284–304, 2020.

[13] W. Suprihatin, “Analisis Perilaku Konsumen Wisatawan Era Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pariwisata di Nusa Tenggara Barat),” J. Bestari, vol. 1, no. 1, pp. 56–66, 2020.

[14] A. Ali, A. Mahfouz, and A. Arisha, “Analysing Supply Chain Resilience: Integrating the Constructs in a Concept Mapping Framework Via a Systematic Literature Review,” Supply Chain Manag., vol.

22, no. 1, pp. 16–39, 2017, doi: 10.1108/SCM-06-2016-0197.

[15] Revida, E., Gaspersz, S., Uktolseja, L. J., Nasrullah, N., Warella, S. Y., Nurmiati, N., ... & Purba, R. A. Pengantar Pariwisata. Yayasan Kita Menulis, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk bangunan sadap tersier yang mengambil air dari saluran primer yang besar, dimana pembuatan bangunan pengatur akan sangat mahal, dan muka air yang diperlukan

Catatan : Apabila system image anda sudah memiliki restore point seperti gambar sebel- umnya, PILIH IMAGE DASAR SAJA, karena Diskless Server akan otomatis menambahkan restore

Software biasa disebut dengan perangkat lunak. Sifatnya pun berbeda dengan hardware atau perangkat keras. Jika perangkat keras adalah komponen yang nyata yang dapat dilihat

Hasil penelitian, untuk mendapatkan data pekerja anak mulai dari jumlah dan data diri maka Kelurahan harus mengidentifikasi secara keselruhan mulai dari usaha taraf

Perda zona bebas pekerja anak merupakan ide dari mantan Bupati Kutai Kertanegara Syukani HR sudah memberikan dampak yang sangat luar biasa terhadap anak-anak yang ada di

Skor penilaian orang lain yang paling tinggi yaitu kemampuan dalam memastikan bahwa karyawan pada departemen yang dipimpin memahami tugas, wewenang dan tanggung

Pengaruh perbandingan CPO dan heksana terhadap hasil fraksinasi adalah dengan semakin bertambahnya jumlah heksana, maka konsentrasi karotenoid konsentrat menurun, recovery

Metode pembelajaran di Sekolah Alam tidak terpatok dengan metode ceramah atau metode klasikal tetapi lebih banyak dengan metode bergerak, anak berkebutuhan khusus tidak