• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI MIFTAHUL HUDA KARANGJUNTI TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI MIFTAHUL HUDA KARANGJUNTI TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI AKHLAK TERPUJI MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL)

PADA SISWA KELAS III MI MIFTAHUL HUDA KARANGJUNTI TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023

Nurdin

Prodi Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Emailnurdinbrebes25@gmail.com

ABSTRAK

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Akhlak Terpuji Melalui Model Contextual Teaching AndLearning (CTL) Pada Siswa Kelas III MI Miftahul Huda Karangjunti Tahun Ajaran 2022/2023. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Palangkaraya. Dosen Pembimbing Dr. Hj.Musyarofah, M.Ag. dan Guru Pembimbing Samsuri, M.Pd.I.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah : “Apakah penerapan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji pada siswa kelas III Miftahul Huda Karangjunti tahun 2022 ? ”. Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah : ”Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya hasil belajar Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji pada siswa kelas III MI Miftahul Huda Karangjunti tahun 2022/2023 melalui penggunaan model Contextual Teaching And Learning (CTL)”. Penelitian ini menggunakan PenelitianTindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan siklus penelitian.

Rinciannya yaitu siklus I, siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahapyaitu:

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III Miftahul Huda Karangjunti 2022/2023 sebanyak 18 siswa. Data

(2)

yang diperoleh berupa hasil tesformatif dan lemba robservasi kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan prestasi belajar Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji dari siklus I sampai siklus II yaitu siklus I nilai rata-rata 66,7 (72,2%), siklus II nilai rata-rata 68,8 (83,3%).

Selainitudalamobservasi (pengamatan) yang dilakukan peneliti dan dibantu oleh wali kelas IV, pada perhatian siswa mengalami peningkatan dari siklus I, II :pada siklus I jumlah siswa yang memperhatikan proses pembelajaran sebanyak 12 anak (66,7%), padasiklus II sebanyak 14 anak (77,8%). Dan pada keaktifan siswa mengalami peningkatan dari siklus I, II, pada siklus I rata-rata keaktifan siswa mencapai 61% dari keselurahan siswa,padasiklus II mencapai 76,4%

Kata kunci : Hasil Belajar, Akhlak Terpuji dan Contextual Teaching And Learning

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional kita bersifat semesta, menyeluruh dan terpadu mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia, sekaligus sebagai pembentuk manusia Indonesia seutuhnya dan sebagai pendukung pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Dalam hubungan itu pelaksanaan Pendidikan Agama Islam harus mampu untuk mengantisipasi perkembangan era informasi dan globalisasi antara lain dengan jalan meningkatkan sumber daya manusia dalam arti diperlukan pengembangan kepribadian seutuhnya terutama dalam pengembangan nalar yang rasional dan pemikiran yang kritis dan analitis dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berbarengan dengan pemantapan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ).

Keimanan dan ketaqwaan tidaklah dapat terwujud tanpa agama.

Hanya agamalah yang dapat menuntun manusia Indonesia menjadi manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dan pembinaan serta tuntutan itu dilaksanakan bangsa Indonesia melalui proses pendidikan. Di sinilah letak fungsi pendidikan agama sebagai

(3)

mata pelajaran dalam program pendidikan di sekolah.

Manusia yang beriman adalah manusia yang mampu mengembangkan sikap untuk memiliki perilaku seirama dan mendekati sifat-sifat Allah SWT, mengikuti petunjuk Allah serta menerima bisikan hati serta petunjuk yang baik. Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang secara optimal menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat (Shaleh, 2000:9).

Untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan uraian yang telah diulas di atas, Pendidikan Agama Islam membentuk sebuah kurikulum yang berdasarkan sistem pendidikan nasional dengan komponen standar isi, kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ada. Salah satu materi yang ada adalam kurikulum tersebut adalah mata pelajaran Aqidah Akhlak.

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah salah satunya yaitu kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, termasuk di dalamnya adalah mata pelajaran Aqidah Akhlak. Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam pada intinya adalah kurikulum yang memotivasi anak didik untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sekitarnya. Kurikulum di atas dapat kita temukan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. Sehingga tidak diragukan lagi jika mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang penting untuk dipelajari di sekolah- sekolah khususnya sekolah tingkat dasar. Selain itu mengingat betapa besarnya peran Aqidah Akhlak dalam kehidupan setiap individu maupun bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu bahwa moralitas

(4)

bangsa tergantung pada akhlak warga negaranya. Untuk itu salah satu bahan materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik pada tingkat dasar yaitu akhlak terpuji. Dengan diberikannya materi ini anak didik dapat mengetahui dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, sehingga akan selalu tertanam dalam diri anak sampai mereka dewasa nanti.

Dan Allah SWT juga berjanji akan memberikan ketenangan kepada umat manusia yang selalu menyerahkan diri kepada-Nya dan selalu berbuat kebaikan.

Karena akan pentingnya pendidikan akhlak terpuji pada anak usia dini, maka agar benar-benar tertanam dalam diri anak, seorang guru harus berusaha maksimal dalam memberikan materi tentang akhlak terpuji tersebut. Untuk menciptakan proses pembelajaran akhlak terpuji yang efektif dan efesien sehingga mengena pada tujuan pembelajaran, salah satu usahanya yaitu dengan penentuan metode pembelajaran yang tepat. Karena dengan demikian akan menumbuhkan minat siswa dan rasa senang/tidak bosan untuk belajar dan hasil belajar siswapun akan meningkat.

Pada pembelajaran sebelumnya pembelajaran materi akhlak terpuji belum nampak keberhasilannya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh faktor guru, yaitu guru kurang mampu mengembangkan ketrampilan mengajar yang menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar.

Dengan kata lain pembelajaran yang guru lakukan kurang menarik dan membosankan. Guru masih sering menggunakan metode konvensional/tradisional yaitu ceramah dimana yang bertindak aktif adalah guru, sementara siswa hanya menjadi obyek yang harus mendengarkan ceramah guru dan cenderung pasif. Kondisi semacam ini benar-benar membuat anak merasa bosan.

Akibatnya pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa belum optimal.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas itulah yang mendorong penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul penelitian “UPAYA

(5)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI

AKHLAK TERPUJI MELALUI MODEL CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS III MI MIFTAHUL HUDA KARANGJUNTI TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023”.

METODELOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maksud dari penelitian ini adalah merupakan salah satu cara yang strategis yang bertujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertujuan atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Suharsimi Arikunto (2008:58) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, penelitian + tindakan + kelas sebagai berikut :

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat da penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dariseorang guru. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa siswakelas III MI Miftahul Huda Karangjunti Tahun Pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 18 siswa, yang terdiri dari 8 orang siswa putri dan 10 orang siswa putra.

Dalam pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) guru dan murid melaksanakan kegiatan pembelajaran secara aktif dan secara kolaboratif/kerja sama, dan evaluasi merupakan bagian terpenting setelah proses pembelajaran selesai.

Nanang, (2009:73-74) mengemukakan ada tujuh komponen yang harus dibangun dalam pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL), yaitu :

1).Konstruktivisme

Peserta didik harus membangun pengetahuan baru secara bermakna

(6)

Melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan dan mentransfor masi informasi ke dalam situasi lain secara konstektual.

1. Inquiry (menemukan)

Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan proses menemukan terhadap sejumlah pengetahuan dan ketrampilan.

2. Questioning (bertanya)

Proses bertanya yang dilakukan peserta didik sebenarnya merupakan proses berpikir yang dilakukan peserta didik dalam rangka memcahkan masalah dalam kehidupannya.

3. Learning Community (masyarakat belajar)

Proses pembelajaran merupakan proses kerja sama antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan temannya, dan antara peserta didik dengan lingkungannya.

4. Modeling (pemodelan)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaaan maupun yang bersifat fisik/imitasi yang berkaitan dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara menguasai

pengetahuan atau ketrampilan tertentu.

5. Reflection (refleksi)

Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajarinya atau berpikir ke belakang tentang apaapa yang sudah dilakukan atau dipelajarinya di masa lalu.

6. Authentic Assesment (penilian sebenarnya) Penilaian merupakan proses pengumpulan data yang dapat mendeskripsikan mengenai perkembangan perilaku peserta didik.

d.Observasi (Pengamatan)

Observasi (Pengamatan) dilakukan untuk:

1. Mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah di terapkan.

(7)

2. Mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diharapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang peningkatan kemampuan memahami Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji pada siswa kelas III MI Miftahul Huda Tahun Pelajaran 2022/2023 melalui penggunaan model Contextual Teaching And Learning (CTL) yang dapat diketahui melalui hasil belajar yang diperoleh dalam proses belajar mengajar selama tiga siklus pertemuan. Selain itu ada beberapa aspek yang menjadi bahan pengamatan di antaranya meliputi perhatian siswa terhadap pelajaran, keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas. Berikut ini akan diuraikan deskripsi dari siklus I – siklus III, namun sebelumnya akan peneliti uraikan pra siklus yaitu pembelajaran sebelum penggunaan model Contextual Teaching And Learning (CTL) yaitu :

1. Pra siklus

Sebelum dilakukan penelitian dengan menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) pada pembelajaran akidah akhlak materi akhlak terpuji ini. Guru biasanya hanya menggunakan metode tradisional yaitu metode ceramah dan metode tanya jawab. Karena metode yang digunakan guru hanya metode ceramah, membuat proses pembelajaran bersifat monoton (tidak variatif) yang membuat siswa malas untuk belajar dan lebih bersikap pasif. Hal ini menjadikan hasil belajar mereka kurang. Untuk selanjutnya dapat dilihat hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji sebelum diadakan penelitian/sebelum digunakannya model Contextual Teaching And Learning (CTL), yaitu sebagai berikut :

(8)

Tabel V

Hasil Belajar Siswa Pra Siklus N

o

Nama Siswa

Hasil Belajar

Ketuntas an 1. Ahmad Saufal

Nurzaki

50 Tidak Tuntas

2. Aldi Pratama 60 Tidak Tuntas

3. Alif Khoirul Ikhsan 60 TidakTuntas

4. Alisha Khaira Wilda 80 Tuntas

5. Alma Azkiyatuz Zahra han

50 Tidak Tuntas

6. Anggun Fitriyani 45 Tidak Tuntas

7. Arjuna Putra Jaka Lodaya

55 Tidak Tuntas

8. Bahtiar Hamzah 55 Tidak Tuntas

9. Bunga Citra Dewi Maharani

70 Tuntas

10 Citra Aulia Putri 45 Tidak Tuntas

11 .

Daniel Ainur Rofiq 70 Tuntas

(9)

12 .

Delisha Sofia Tunur 60 Tidak Tuntas

13 .

Dicky Ardian 50 Tidak Tuntas

14 .

Fauzan Abdillah Al Fazan

75 Tuntas

15. Ginar Arya Satya Ardhani

75 Tuntas

16. Jihan Farhah 55 Tidak Tuntas

17. Nabila Anistasya Putri 75 Tuntas

18. Naurafka Akila Adha 80 Tuntas

Jumlah 1110

Rata-rata kelas 61,66

Nilai tertinggi

80 Nilai

terendah

45

Pada tabel V di atas diketahui hasil pembelajaran sebelum diadakannya penelitian ini nilai rata-rata kelasnya hanya mencapai nilai 61,66, dari 18 siswa 11 siswa diantaranya belum tuntas karena nilai mereka di bawah KKM (65).

Sedangkan yang tuntas belajar hanya 7 siswa (38,9%). Hal ini disebabkan guru hanya menggunakan metode tradisional yaitu metode ceramah. Untuk itu peneliti akan mencoba meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Akidah Akhlak materi akhlak terpuji dengan menggunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL).

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam tiga siklus pada bab IV maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

Kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mengunakan model Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Miftahul Huda Karangjunti tahun 2022/2023. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada tiap siklus

(10)

pembelajaran yaitu siklus I dengan ketuntasan belajar anak mencapai 13 siswa (72,2% dari jumlah keseluruhan) dengan nilai rata-rata kelas 66,7, siklus II dengan ketuntasan belajar anak mencapai 15 siswa (83,3% dari jumlah keseluruhan) dengan nilai rata-rata kelas 68,8.

B. Saran

Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini, penting bagi seorang guru untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didiknya. Agar pembelajaran Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji pembelajarannya efektif dan hasil belajarnya lebih meningkat, maka disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk melaksanakan proses pembelajaran, guru melakukan persiapan secara matang termasuk dalam menentukan metode yang tepat dan penggunaan media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi, mudah diterapkan dan diterima oleh para siswa. Serta guru harus lebih perhatian dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak materi akhlak terpuji guru dapat menerapkan model Contextual Teaching And Learning (CTL) karena terbukti dalam penelitian ini perhatian, keaktifan, dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

3. Perlu adanya peningkatan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak untuk tahun ke depan.

4. Untuk hasil yang lebih memuaskan, pembelajaran dengan model Contextual Teaching And Learning (CTL) maka digunakan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2006.

Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Press, Ciputat, 2010

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid II, Cet Ke XXIV, Andi Offset, Yogyakarta, 1995. Hanafiah, Nanang, Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, PT Refika Aditama, Bandung, 2009.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982.

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama Dan Keagamaan, Gemawindu Pancaperkasa, Jakarta, 2000.

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2002.

Tim Penyusun KKM MI, Bahan Ajar Peserta Didik, Al-Ikhlas, Boyolali, 2010 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Agar dapat mencapai tujuan dalam proes pendidikan yang baik, tidak terlepas dari permasalahan yang harus dipecahkan agar mencapai tujuan dan latar belakang masalah,

Algoritma Lazy Theta* dengan fungsi heuristik Euclidean dan Manhattan memiliki persamaan dalam parameter completeness , perbedaannya adalah pada penerapan fungsi

Suatu senyawa baru turunan flavanon, yakni 5,7-dihidmksi-2',4',6'-trimetoksiflavanon yang diberi nama artoindonesianin-E (1), telah ditemukan untuk pertama kalinya bersama-sama

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian dalam putusan nomor:

45 Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk (i) mengetahui proses dalam merancang dan mengembangkan modul remedial biologi materi keanekaragaman hayati, (ii)

Berdasarkan hasil penelitian tingkat nyeri kala I fase aktif sebelum dilakukan massage effleurage: dua responden (7,1% ) mengalami tingkat nyeri ringan pada angka 1 dan 2

Untuk menentukan dengan pasti tipe sel yang berkembang pada kultur primer sel syaraf dapat dikonfirmasi dengan uji imunohistokimia, namun saat penelitian metode ini tidak

Setelah dijelaskan hasil dari penelitian diatas, dapat diuraikan bahwa hubungan antara variabel harga dan kualitas pelayanan memiliki hubungan positif dan signifikan,