1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Migrasi mampu meningkatkan jumlah penduduk jika total orang masuk ke suatu tempat melebihi total orang yang keluar dari wilayah itu. Di sisi lain, migrasi juga bisa mengurangi jumlah penduduk jika total orang yang pindah ke suatu wilayah lebih kecil dibandingkan dengan total orang yang keluar dari wilayah itu (Adioetomo &
Samosir, 2010).
Migrasi merupakan berpindahnya seseorang yang bertujuan untuk tinggal dari suatu daerah menuju daerah lain yang melintasi batas negara/politik atau batas internal/administratif suatu negara (Adioetomo & Samosir, 2010). Secara umum, migrasi terdiri dari dua jenis yaitu migrasi internal dan migrasi Internasional.
Migrasi internal adalah berpindahnya orang antar daerah dalam suatu negara, sementara migrasi Internasional adalah berpindahnya orang melintasi batas negara (Haryono, 2017).
Migrasi antarbangsa atau migrasi Internasional dalam keadaan normal mempunyai pengaruh yang kecil terhadap pertambahan atau pengurangan penduduk suatu negara, hanya sejumlah negara tertentu berhubungan pada pengungsian, karena kerusuhan atau perang dan bencana alam. Secara umum, orang yang bolak-balik antar negara seimbang jumlahnya. Peraturan atau undang-undang yang berlangsung pada banyak negara umumnya menyulitkan seseorang untuk memperoleh kewarganegaraan ataupun tinggal secara tetap di negara lain (Adioetomo & Samosir, 2010).
Migrasi tenaga kerja Internasional bisa terjadi dalam berbagai pola. Pola migrasi pekerja migran yang kerap ditemui adalah migrasi berulang. Mereka yang melakukan migrasi berulang melakukan perpindahan lebih dari satu kali. Dalam melakukan migrasi berulang, pekerja migran yang sudah kembali dari migrasi
2 pertamanya kemudian melakukan migrasi Internasional selanjutnya. Migrasi berulang adalah fenomena umum di kalangan pekerja migran, termasuk di Indonesia. Di Asia Tenggara, Indonesia menjadi salah satu negara dengan total pekerja migran tertinggi setelah Filipina (The World Bank, 2017). Pemerintah Indonesia memfasilitasi migrasi tenaga kerja Internasional melalui Program Penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dahulu diketahui sebagai Tenaga kerja Indonesia (TKI). Tingginya minat masyarakat untuk menjadi PMI terlihat dari meningkatnya total penempatan PMI (tabel 1.1).
Tabel 1.1
Jumlah Penempatan Pekerja Migran Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2015 – 2019
Negara Tujuan
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Malaysia 97.621 87.616 88.991 90.671 79.663
Taiwan 75.304 77.087 62.823 72.373 79.574
Hongkong 15.322 14.434 69.182 73.917 70.840 Singapura 20.895 17.700 13.379 18.324 19.354 Saudi Arabia 23.000 13.538 6.471 5.894 7.018
Lainnya 43.594 24.076 22.053 22.461 92.104
Total 275.736 234.451 262.899 283.640 276.553 Sumber: BNP2TKI, 2020
Secara umum, peningkatan penempatan PMI terjadi pada tahun 2017 dan 2018 setelah sebelumnya terjadi kemerosotan yang cukup signifikan di tahun 2016.
Hal tersebut dikarenakan adanya moratorium untuk keberangkatan ke negara- negara di Timur Tengah. Kebijakan moratorium berdampak pada perubahan negara tujuan yang saat ini lebih didominasi oleh negara-negara di Asia misalnya Malaysia, Hongkong, Taiwan dan juga Singapura. Sementara tahun 2019 terjadi penurunan jumlah PMI dari yang sebelumnya 283.640 orang menjadi 276.553 orang atau turun 2,50 persen. Hal tersebut pengaruh dari keadaan ekonomi dunia yang tidak menentu, selanjutnya prosedur negara penempatan ikut berpengaruh
3 terhadap pengiriman PMI. Sempitnya lapangan kerja yang ada mendorong jumlah TKI yang migrasi ke berbagai negara dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan (Rizal, 2014).
Tingginya minat masyarakat untuk menjadi PMI disertai dengan permasalahan yang kompleks. Setiap tahun, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang telah berubah nama menjadi Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menerbitkan data pengaduan terkait PMI bermasalah. Pada tahun 2019, jumlah pengaduan mengalami peningkatan yang sangat signifikan menjadi 9.377 yang sebelumnya berkisar diantara 4.000 pengaduan (BNP2TKI, 2020). Tingginya jumlah pengaduan tersebut menunjukkan masih banyak hak-hak pekerja yang belum sepenuhnya terpenuhi secara utuh oleh majikan maupun agensi.
Perulangan migrasi tenaga kerja Internasional dapat dilihat dari berbagai perspektif, diantaranya dari segi ekonomi, modal manusia, demografi, sosial hingga kebijakan masing-masing negara (Nasida & Aloysius, 2021). Masing-masing perspektif tersebut memiliki permasalahan yang menunggu untuk diselesaikan.
Keterbatasan ekonomi merupakan faktor paling umum yang melatarbelakangi migrasi berulang PMI. Dari segi modal manusia, rendahnya pendidikan formal dan keterampilan yang dimiliki, rentan terhadap pemulangan ke daerah asal, penyiksaan dan penyanderaan PMI (Febriani, 2013). Secara demografis, migrasi PMI didominasi oleh perempuan, dimana sering terjadi kasus pelecehan seksual dan kekerasan. Sering juga terjadi masalah pemalsuan dokumen terkait batasan umur yang memperpanjang daftar kasus perdagangan manusia dan pekerja anak. Dari segi sosial, migrasi bahkan sudah menjadi budaya di beberapa daerah kantung PMI.
Migrasi tenaga kerja yang ada menggambarkan kontrasnya pola pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata antarnegara. Pekerja dari negara-negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih kecil akan pergi ke negara-negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, kesempatan kerja yang lebih tinggi, upah yang lebih tinggi dan kondisi lingkungan yang lebih
4 baik. Fokus pekerja ada pada upah dan kondisi kerja yang berbeda di dalam kawasan atau antarnegara (Indah & Kusreni, 2017).
Di Indonesia, Provinsi Jambi turut memperlihatkan adanya fenomena migrasi internasional (international migration). Migrasi tenaga kerja Internasional biasanya dilakukan karena terbatasnya lapangan pekerjaan di dalam negeri (Noveria, 2017).
Jumlah penduduk yang bermigrasi ke luar negeri berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2
Jumlah Data Penempatan PMI Menurut Asal Provinsi Jambi Berdasarkan Kab/Kota Tahun 2015-2019
No Kabupaten/Kota 2015 2016 2017 2018 2019 1 Kerinci - Sungai Penuh 401 253 152 129 106
2 Batang Hari - Muara Bulian 8 4 7 60 101
3 Kota Jambi 57 35 30 31 36
4 Sarolangun 8 6 8 16 28
5 Merangin 6 5 4 11 28
6 Tebo 6 3 1 9 17
7 Sungai Penuh 19 27 36 21 15
8 Tanjung Jabung Barat 5 13 11 40 15
9 Muaro Jambi 9 13 6 14 11
10 Muara Bungo 5 8 4 2 9
11 Tanjung Jabung Timur 4 7 3 6 5
Total 528 374 261 339 371
Sumber: BNP2TKI, 2020
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, jumlah penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Provinsi Jambi cenderung terjadi fluktuasi. Tahun 2016 merupakan tahun dengan jumlah penempatan PMI paling tinggi yaitu sebanyak 528 tenaga kerja.
Kabupaten Kerinci menempati urutan pertama wilayah dengan penempatan PMI terbanyak dari Provinsi Jambi meskipun terlihat adanya penurunan penempatan pekerja. Tahun 2019 sebesar 28,57 persen atau 106 pekerja yang ditempatkan
5 berasal dari Kabupaten Kerinci. Hal ini menunjukkan keinginan penduduk Kabupaten Kerinci untuk menjadi PMI lebih tinggi dari kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Jambi. Dibawah ini adalah tabel negara penempatan PMI Provinsi Jambi, sebagai berikut.
Tabel 1.3
Jumlah Penempatan PMI Asal Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tahun 2015-2019
No Negara 2015 2016 2017 2018 2019
1 Malaysia 477 331 213 224 204
2 Singapore 5 3 1 63 97
3 Hongkong 1 0 10 17 14
4 Japan 3 0 8 5 13
5 Taiwan 9 14 10 9 13
6 Saudia Arabia 16 12 8 6 9
7 Brunei Darussalam 4 8 5 4 7
8 Papua New Guinea 0 0 0 0 4
9 Korea Selatan 6 4 0 2 3
10 Kuwait 0 0 1 0 2
11 United Arab Emirates 2 1 1 1 2
12 Qatar 1 0 1 2 0
13 Lainnya 4 1 3 6 3
Jumlah 528 374 261 339 371
Sumber: BNP2TKI, 2020
Berdasarkan tabel diatas, Malaysia merupakan negara penempatan PMI terbanyak asal Provinsi Jambi pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Hal ini dikarenakan jarak geografi yang dekat serta Bahasa dan budayanya yang hampir sama dengan Indonesia menjadikan Malaysia sebagai negara tujuan utama PMI asal Provinsi Jambi.
6 Tabel 1.4
Jumlah Purna PMI Berdasarkan Kecamatan Di Kabupaten Kerinci Tahun 2017-2021
No Kecamatan Jumlah
1 Air Hangat 30
2 Air Hangat Barat 39
3 Air Hangat Timur 47
4 Batang Merangin 14
5 Bukit Kerman 2
6 Danau Kerinci 1
7 Danau Kerinci Barat 48
8 Depati Tujuh 25
9 Gunung Kerinci 31
10 Gunung Raya 2
11 Gunung Tujuh 2
12 Kayu Aro 5
13 Kayu Aro Barat 2
14 Keliling Danau 35
15 Sitinjau Laut 39
16 Siulak 46
17 Siulak Mukai 11
18 Tanah Cogok 8
Total 387
Sumber: UPT BP2MI Pekanbaru-Jambi, 2022
Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT BP2MI Pekanbaru-Jambi, selama kurun waktu 5 tahun terakhir Kec. Danau Kerinci Barat dan Kec. Air Hangat Timur merupakan 2 Kecamatan dengan total mantan PMI terbanyak di Kabupaten Kerinci.
Sehingga penelitian ini akan dilakukan di dua Kecamatan tersebut dengan mengambil masing-masing 3 desa yaitu Desa Koto Patah, Desa Koto Baru Semerap, Dan Desa Semerap Kecamatan Danau Kerinci Barat Serta Desa Kemantan Hilir, Desa Sungai Tutung dan Desa Sungai Deras Kecamatan Air Hangat Timur.
Penelitian ini menggunakan variabel pendapatan, pendidikan, jumlah tanggungan, status pernikahan dan usia. Ada sejumlah penelitian yang sudah dilaksanakan berhubungan dengan migrasi Internasional, diantaranya Tresilo
7 (2015) dan Reni, et.al (2016). Dengan menggunakan pemodelan logistik, Tresilo (2015) menyimpulkan bahwa variabel pendapatan dan status pekerjaan memiliki pengaruh yang signifikan pada minat mantan TKI untuk kembali kerja di luar negeri di kabupaten Jember. Sementara penelitian yang dilakukan Reni, et.al (2016), variabel tanggungan keluarga, umur, remitan, status perkawinan dan jaringan migrasi berpengaruh signifikan pada pekerja dalam menentukan bermigrasi di Kabupaten Ogan Ilir ke Malaysia.
Setiap migrasi memiliki dampak yang besar bagi pelakunya. Tetapi, dampak yang harus ditanggung pekerja kerap kali tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Permasalahan tersebut menjadi urgensi yang harus segera diselesaikan.
Berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti mengajukan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mantan Tenaga Kerja Indonesia Untuk Bekerja Kembali Ke Luar Negeri (Studi Kasus Kabupaten Kerinci”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah yang akan diulas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi dan demografi mantan PMI di Kabupaten Kerinci.
2. Bagaimana pengaruh pendapatan, pendidikan, jumlah tanggungan, status pernikahan dan usia terhadap minat mantan PMI untuk bekerja kembali ke luar negeri.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diutarakan, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi dan demografi mantan PMI di Kabupaten Kerinci.
2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan, pendidikan, jumlah tanggungan, status pernikahan dan usia terhadap minat mantan PMI untuk bekerja kembali ke luar negeri.
8 1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga masukan untuk peneliti selanjutnya terutama bagi pihak yang ingin meneliti permasalahan ini lebih lanjut.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat memberikan saran dan informasi pada pihak yang membuat kebijakan untuk menjadi pertimbangan dalam memutuskan kebijakan perihal pengiriman Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri.
2. Dapat memberikan masukan kepada pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bersaing dengan negara lain. Juga sebagai acuan sederhana untuk peneliti dalam bidang yang sama sehingga penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut.