• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462010021 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462010021 BAB II"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut usia

2.1.1 Pengertian lanjut usia

Lanjut usia (lansia) memiliki definisi mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan termasuk golongan tidak produktif. WHO mendefiniskan lansia sebagai elderly (usia lanjut) melalui 3 kategori yaitu: pertama, kronologis; berkaitan dengan usia yang didefinisikan berusia 65 tahun ke atas. Kedua, perubahan peran sosial; berhubungan dengan perubahan status yaitu pensiunan atau posisi dalam bagan keluarga. Ketiga, perubahan kemampuan; melihat perubahan dari karakter fisik (WHO, 2014).

(2)

semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Ketiga, kesehatan mental; selain mengalami kemunduran fisik, lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.

(3)

adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006). Lanjut usia adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi (Mubarak, 2011).

Menurut WHO dalam Mubarak (2011), pembagian umur mengenai lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun. 3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.1.2 Proses Menua (Aging Process)

(4)

muskuloskletal atau ginjal. Terkait dengan penurunan fungsi tersebut, lansia menjadi lebih rentan terkena penyakit dan masalah kesehatan (Nugroho, 2008).

Proses menua (aging) berdampak pada penurunan kondisi fisik, biologis, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Perjalanan penyakit pada lansia mempunyai ciri sendiri, yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh. Penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit gangguan metabolik, dan penyakit keganasan merupakan penyakit yang banyak ditemui pada lansia. Menurut Nugroho (2008), proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang kompleks:

1) Adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis (biological clock).

2) Terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan di molekul DNA.

(5)

2.1.3 Ciri-ciri Lansia

Hurlock (2011), menguraikan perubahan-perubahan dalam periode lansia ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Perubahan penampilan

Perubahan-perubahan penampilan yang umum terjadi dalam periode lansia menurut Hurlock (2011), meliputi:

1) Perubahan pada daerah kepala a. Hidung menjulur lemas.

b. Bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau karena terus menggunakan gigi palsu. c. Mata kelihatan pudar, dan tak bercahaya dan

sering mengeluarkan cairan. d. Dagu berlipat dua atau tiga.

e. Pipi berkerut, longgar dan bergelombang. f. Kulit berkerut dan kering, berbintik hitam,

banyak tahi lalat dan ditumbuhi kutil.

g. Rambut menipis, berubah menjadi putih atau abu-abu dan kaku, tumbuh rambut halus dalam hidung, telinga dan pada alis.

2) Perubahan pada daerah tubuh.

(6)

b. Perut membesar dan membuncit.

c. Pinggul tampak melebar daripada sebelumnya dan mengendur.

d. Garis pinggang melebar, menjadikan badan tampak seperti terisap.

e. Payudara, bagi wanita menjadi kendur dan melorot.

3) Perubahan pada daerah persendian

a. Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat, sedangkan ujung tangan tampak mengerut.

b. Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol, terutama yang ada di sekitar pergelangan kaki.

c. Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di sepanjang bagian belakang tangan menonjol.

d. Kaki membesar karena otot-otot mengendor, timbul benjolan-benjolan, ibu jari membengkak, dan bisa meradang serta timbul kelosis.

(7)

4) Perubahan fungsi fisiologis

Terjadi perubahan pada fungsi organ. Pengaturan temperatur badan dipengaruhi oleh memburuknya sistem pengaturan organ-organ. Orang yang sudah tua tidak akan tahan terhadap temperatur yang sangat panas atau yang sangat dingin. Hal ini disebabkan oleh menurunnnya fungsi pembuluh darah pada kulit, berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu badan menjadi sulit.

5) Perubahan panca indera

Pada usia lanjut fungsi seluruh organ penginderaan kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang dimiliki oleh orang yang lebih muda. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya ketajaman penglihatan dan pendengaran yang ditandai dengan penggunaan alat bantu untuk mengoptimalkan fungsi alat-alat indera.

6) Perubahan seksual

(8)

masa menopause pada wanita, dan memerlukan masa yang lebih lama. Pada umumnya ada penurunan potensi seksual selama usia enam puluhan, kemudian berlanjut sesuai dengan bertambahnya usia.

2. Perubahan kemampuan motorik

Hurlock (2011), menambahkan bahwa terjadi juga perubahan- perubahan pada kemampuan motorik di usia lanjut, yaitu :

1) Kekuatan

Penurunan kekuatan yang paling nyata dirasakan lansia adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Seorang lansia menjadi lebih cepat letih dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memulihkan diri dan rasa letih dibandingkan dengan orang yang lebih muda. 2) Kecepatan

(9)

kecepatan motorik akan sangat menurun setelah usia enam puluhan.

3) Kemampuan belajar ketrampilan baru

Bahkan pada waktu orang usia lanjut percaya bahwa belajar ketrampilan baru akan menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih lambat dalam belajar dibanding orang yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung urang memuaskan.

4) Kekakuan

Lansia cenderung menjadi canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh dan melakukan sesuatu dengan tidak hati-hati, dan dikerjakan secara tidak teratur. Kerusakan dalam keterampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik, terhadap keterampilan yang telah dipelajari.

(10)

perubahan), dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk). Perubahan– perubahan mental pada lansia berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan.

(11)

2.1.4 Penggolongan dan kondisi lansia

Dilihat dari usia dan aktifitasnya, Wold (2012) membagi lansia menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Young-old

1) Kondisi umum: Usia antara 60-75, relatif sehat, makmur, bebas dari tanggung jawab tradisional akan pekerjaan dan keluarga, berpendidikan, aktif dalam hal politik.

2) Kebutuhan tempat tinggal: Komunitas pensiunan, komunitas orang dewasa.

3) Kemampuan : Mandiri dan aktif.

4) Tipikal kegiatan: Inisiatif pribadi, kegiatan sosial, bersenang-senang, rekreasi berhubungan dengan kesehatan dan kemakmuran.

2. Old

1) Kondisi umum: Sekitar 75-84 tahun atau lebih, membutuhkan pelayanan sosial yang mendukung, membutuhkan fitur-fitur spesial pada lingkungan fisik seiring dengan masalah-masalah kesehatan yang berkembang pada diri mereka.

(12)

3) Kemampuan: Semi-independen, Semi-aktif (dalam kelompok).

4) Tipikal kegiatan: Inisiatif sendiri dan kelompok, cenderung menetap, sosial berhubungan dengan kesehatan dan kemakmuran.

3. Very old

1) Kondisi umum: Sekitar 85 ke atas, membutuhkan pelayanan sosial yang mendukung, membutuhkan fitur-fitur special pada lingkungan fisik seiring dengan masalah-masalah kesehatan yang berkembang pada diri mereka.

2) Kebutuhan tempat tinggal: Rumah perawatan, perawatan residen, perawatan pribadi.

3) Kemampuan : Sangat bergantung pada orang lain, pasif (pergerakan terbatas), memiliki kebutuhan lebih untuk perawatan kesehatan.

4) Tipikal kegiatan : Terbatas (inisiatif orang lain), berkelompok, menetap, sosial, therapeutic.

(13)

tidur fungsi-fungsi tubuh tidak dapat lagi berfungsi dengan baik dan penggeseran libido, yang berarti akan membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan berbagai aktivitas, dan akan mengalami penyakit degenerative. Hal ini menyebabkan lansia akan

membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang sekitarnya, baik anak, cucu ataupun sebayanya. Peningkatan ini juga diiringi dengan perubahan psikologis dan sosiologis di mana kualitas hidup mereka semakin turun, terjadi penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, kepikunan (demensia), deperesi, belum lagi manifestasi komplek dari depresi. Gejala-gejala ini akan terjadi secara progresif dimulai pada usia 40 tahun (Wold, 2012).

2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (2005) terdiri dari dua faktor, yaitu: faktor kesehatan dan faktor sosial.

1. Faktor kesehatan

(14)

dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit sedangkan faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia.

1) Kesehatan fisik

Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai menampakkan diri pada usia ini (Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001). Pada lanjut usia juga mengalami penurunan kekuatan fisik, pancaindra, potensi dan kapasitas intelektual. Dengan demikian, orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan penurunan tersebut. Penurunan fisik dapat terlihat dengan perubahan fungsi tubuh serta organ.

(15)

mengurutkan, daya abstraksi yang dapat mengakkibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehair-hari yang di sebut demensia atau pikun (Depkes, 2003), sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing dan fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.

2) Kesehatan psikis

Masalah psikologi yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Hal-hal tersebut dapat menjadi stressor, yang kalau tidak di cerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stress dalam berbagai manifestasinya (Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001).

Menurunnya kondisi psikis juga ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif, adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia makan akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia (sifat stereotype) sebagai berikut: 1). Tipe kepribadian

(16)

humoristik, fleksibel, tahu diri. 2). Tipe ketergantungan (dependent), orang lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. 3). Tipe Defensive, orang ini biasanya dahulu mempunyai pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat menolak bantuan, emosi tidak terkontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. 4). Tipe bermusuhan (hostility), mereka menanggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. 5). Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (self haters), orang ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkannya, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi (Darmojo, 2006).

2. Faktor sosial

(17)

keluarga dan masyarakat yang relatif berusia muda (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005).

Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain. Pekerjaan yang di lakukan seorang diri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya, karena pengalaman-pengalaman tadi dapat di komunikasikan dengan orang lain (Suhartini, 2004).

2.3 Kemandirian

(18)

Seorang lansia yang mandiri menurut Darmojo (2006) adalah mampu mengidentifikasi sepuluh kebutuhan dasar lansia sebagai berikut :

1) Makanan cukup dan sehat (Healthy food).

2) Pakaian dan kelengkapannya (Cloth and common accessories).

3) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (Homes, a place to stay).

4) Perawatan dan pengawasan kesehatan (Health care, facilities).

5) Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (Technical, judicial assistance).

6) Transportasi umum bagi lansia (Facilities for public transportasi, etc).

7) Kunjungan, teman bicara/informasi (Visits, companies, information, etc).

8) Rekreasi dan hiburan sehat yang lain (Recreational activities, picnics, etc).

9) Rasa aman dan tentram (Safety feeling).

10) Bantuan alat-alat panca indra seperti kacamata, hearing aid (other assistance/aid).

(19)

pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004)

Kemandirian pada lansia sangat penting dalam merawat dirinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Meskipun sulit bagi anggota keluarga yang lebih muda untuk menerima orangtua melakukan aktivitas sehari-hari secara lengkap dan lambat, dengan pemikiran dan caranya sendiri. Lansia diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik, oleh sebab itu perawat membutuhkan pengetahuan untuk memahami kemampuan lansia untuk berpikir, berpendapat dan mengambil keputusan untuk meningkatkan kesehatannya (Kozier, 2004). Kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri meliputi umur, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikologis, stress (Potter & Perry, 2005). Dampak Penurunan kemandirian adalah lansia akan lebih rentan terhadap serangan penyakit (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005).

(20)

lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.

(21)

berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan (Hariyono, 2014).

2.4 Definisi Panti Sosial Wredha

Panti dalam bahasa Jawa berarti rumah atau tempat (kediaman) dan wredha (jompo) juga dalam bahasa jawa memiliki arti sudah tua sekali (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Dari kedua pengertian di atas, panti sosial wredha atau panti jompo dapat diartikan sebagai sebuah rumah atau tempat tinggal bagi orang yang sudah tua.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008), Rumah; tempat kediaman; rumah asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu; rumah derma adalah tempat memelihara dan merawat orang jompo atau anak terlantar; rumah wreda adalah tempat memelihara atau merawat orang jompo. Sedangkan jompo adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri; tua renta; uzur. Panti jompo adalah tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya.

(22)

lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Departemen sosial RI, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 4/PRS-3/KPTS/2007. Hal 5). Panti sosial tresna Wredha/Panti sosial lanjut usia sebagai lembaga pelayanan sosial berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber dana yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day-care service), dan pelayanan perawatan rumah (home care service) dapat dilakukan tanpa meningggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar (Departemen sosial RI, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 4/PRS-3/KPTS/2007. Hal 2)

(23)

33 2.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia :

1) Faktor kesehatan : a. Kesehatan Fisik b. Kesehatan Psikis 2) Faktor sosial

Kemandirian lanjut usia dengan kategori : 1) Mandiri

(24)

34 Berdasarkan kerangka konsep di atas variabel bebas terdiri dari faktor kesehatan dan faktor sosial, sedangkan variabel terikat adalah kemandirian lanjut usia. Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia yang meliputi faktor kesehatan dan faktor sosial di Panti Wredha Salib Putih Salatiga.

2.6 Hipotesis penelitian

H0 : Tidak ada hubungan antara faktor kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia

H1 : Ada hubungan antara faktor kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia

H0 : Tidak ada hubungan antara faktor kondisi sosial dengan kemandirian lansia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa metode matriks fleksibilitas dengan menggunakan VBPLK dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan bracing tunggal maupun ganda pada suatu

Sedangkan analisis yang dilakukan oleh Saputro (2011) menunjukan bahwa metode matriks fleksibilitas dengan vektor beban penentu lokasi rusak, dapat digunakan untuk mendeteksi

Untuk mengetahui informasi lalu lintas pada suatu tempat, khususnya masyarakat umum pengguna jalan raya, seringkali mereka menggunakan radio lokal atau bertanya kepada kenalan

Dengan mempelajari aplikasi-aplikasi yang telah dikembangkan sebelumnya, maka penulis bermaksud untuk membangun suatu sistem informasi lalu lintas berbasis web dan diharapkan

yang ditawarkan sehingga diharapkan penjual maupun pembeli akan lebih.. berskala luas daripada di Oto Bursa TVRI dengan target

memantulkan cahaya lebih baik dari pada permukaan yang tidak.

Metodologi penulisan adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup dan pengu mpulan

[r]