• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTEGRITAS EKSEKUTIF TERHADAP TERJADINYA FRAUD DENGAN OPINI AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTEGRITAS EKSEKUTIF TERHADAP TERJADINYA FRAUD DENGAN OPINI AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

78

PENGARUH INTEGRITAS EKSEKUTIF TERHADAP TERJADINYA FRAUD

DENGAN OPINI AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Desri Yanto, S.E., M.Si., Ak., CA

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Sriwijaya email: [email protected]

Abstract

This study aimed to analyze the influence of the executive integrity to occurrence of fraud within the Company. In particular, this study investigates the influence of the audit opinion, executive integrity and fraud. This study used a sample of companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) 2009-2012. A total of 344 companies in Indonesia that meet the criteria that have complete data for this study, which is expressed as a sample. Sampling technique in this study is purposive sampling method. This study uses quantitative methods and methods of Statistical analysis In this study Is logistic regression analysis using the program SPSS21.The test results of this study indicate that the weakness Executive Integrity significantly related to fraud. positively related audit opinion and are not significant to influence the integrity of the executive against fraud. Other test results show that the size of the company, the number of members of the Board of Commissioners, the number of members of the audit committee and are not positively related significantly to the occurrence of fraud.

Keywords: Executive Integrity, Fraud, Audit Opinion Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Lemahnya Integritas Eksekutif terhadap terjadinya Fraud di dalam Perusahaan. Secara khusus, penelitian ini menyelidiki pengaruh Opini Audit, Integritas Eksekutif dan Fraud. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2009-2012. Sebanyak 344 perusahaan di Indonesia yang memenuhi kriteria yang memiliki data lengkap untuk penelitian ini, yang dinyatakan sebagai sampel. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling. Penelitian ini menggunakan Metode Kuantitatif dan Metode Analisis Statistik dalam penelitian ini yakni analisis Regresi Logistik menggunakan program SPSS21. Hasil tes penelitian ini menunjukkan bahwa Lemahnya Integritas Eksekutif secara signifikan berhubungan dengan Fraud. Opini audit yang dikeluarkan tidak dapat secara efektif mempengaruhi Integritas Eksekutif terhadap terjadinya Fraud. Hasil tes lainnya menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan, Jumlah Anggota Dewan Komisaris dan Jumlah Anggota Komite Audit tidak berhubungan positif secara signifikan dengan terjadinya Fraud.

Kata kunci: Integritas Eksekutif, Fraud, Opini Audit

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kecurangan yang melibatkan perusahaan-perusahaan ternama didunia dalam beberapa dekade terahir banyak terjadi, seperti kasus yang terjadi pada perusahaan Enron (2001), Worldcom (2001). Peristiwa yang terjadi pada perusahaan Enron dan Worlcom berpengaruh besar pada dunia bisnis, skandal keuangan dan kecurangan ini telah mengguncang kepercayaan investor dan

meningkatkan ketidakstabilan pasar keuangan di banyak negara maju (Chen et al 2013). Munculnya ketidakstabilan ini perlu dilakukan Reformasi untuk menangkal terjadinya kecurangan didalam perusahaan yang diakibatkan lemahnya corporate governance dan menumbuhkan kembali kepercayaan investor terhadap perusahaan. Reformasi diawali Sarbanes Oxley Act (SOX), Sarbanes Oxley Act mengatur tentang dewan pengawas perusahaan publik, auditor independen,

(2)

79

tanggung jawab perusahaan, pengungkapan

keuangan, dan lain-lain (Brooks, 2011). SOX menjadi salah satu tahapan perubahan besar dalam pengaturan good corporate governance dan pelaporan keuangan diseluruh dunia.

Dechow et al. (1995) menyimpulkan bahwa ketika integritas eksekutif itu baik maka penerapan corporate governance didalam perusahaan akan berjalan dengan baik pula, begitu juga sebaliknya. Ketika corporate governance baik maka kecurangan didalam perusahaan dapat diatasi, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chen et al (2013) mendapatkan bukti bahwa dalam lingkungan kelembagaan atau perusahaan, integritas eksekutif memainkan peran penting dalam mengurangi kecurangan dalam perusahaan sementara auditor menjalankan fungsi yang semakin penting sebagai alternatif mekanisme kontrol.

Penelitian yang dilakukan oleh Dikolli et al (2012) memberikan bukti empiris tentang hubungan antara integritas eksekutif dan manajemen laba. Dikolli et al. (2012) mengukur integritas CEO berdasarkan survei karyawan dan pemegang saham tahunan. Mereka mendapatkan bukti bahwa ukuran integritas CEO secara positif berhubungan dengan kualitas laba yang diukur dengan akrual. Manajemen laba dilakukan dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang lain akan informasi mengenai perusahaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, manajemen laba dianggap sebagai perbuatan curang.

Rezaee (2002) menyatakan bahwa Fraudulent financial statement seringkali diawali dengan salah saji atau manajemen laba. Selain sebagai faktor ketidakjujuran, manajemen laba yang berlebihan juga dapat menurunkan ketergantungan investor pada laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Scott (2011) yang menyatakan bahwa manajemen laba yang terlalu banyak dapat mengurangi kegunaan informasinya untuk investor.

Cohen et al (2010) berpendapat bahwa baik auditor dan komite audit memainkan peran penting dalam menilai dan memastikan integritas. Auditor bertugas memastikan tidak ada salah saji material dalam laporan keuangan perusahaan melalui opini yang dikeluarkan. Chen et al (2013) menyatakan bahwa diberikannya MAO (Modified Audit Opinions) oleh auditor kepada perusahaan yang diauditnya akan berdampak pada meningkatnya perhatian

dari investor, media dan regulator serta berakibat pada kecilnya kesempatan bagi para eksekutif dengan integritas yang rendah untuk melakukan fraud. Adapun sebaliknya, jika MAO (Modified Audit Opinions) tidak diberikan kepada eksekutif dengan tingkat integritas yang rendah sebagai peringatan, maka integritas eksekutif yang rendah memiliki peluang untuk melakukan tindakan yang lebih buruk seperti melakukan kecurangan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagimanakah pengaruh Integritas Eksekutif terhadap terjadinya Fraud dengan Opini Audit sebagai Variabel Moderasi.

.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagimana pengaruh Integritas Eksekutif terhadap terjadinya Fraud dengan Opini Audit sebagai Variabel Moderasi.

TINJAUAN LITERATUR Agency Theory

Teori keagenan adalah teori yang mendasari hubungan antara pemilik atau Pemegang Saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Prinsipal adalah pihak yang mensuplai modal. Sedangkan, agen adalah pihak yang mensuplai tenaga kerja (Watts dan Zimmerman 1986). Prinsipal merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan memberikan perintah pada agen untuk bertindak atas nama prinsipal sesuai dengan apa yang diinginkan oleh prinsipal. Dalam konsep teori keagenan, manajemen sebagai agen seharusnya melakukan tindakan selaras dengan kepentingan prinsipal.

Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan keagenan sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang diterapkan antara pemilik perusahaan atau pemegang saham (prinsipal) dan manajemen (agen). Dalam hal ini, prinsipal mendelegasikan beberapa kewenangan kepada agen untuk mengambil keputusan. Jika kedua belah pihak berhubungan untuk memaksimalisasi utilitas, maka ada kemungkinan agen tidak selalu bertindak untuk kepentingan utama prinsipal.

(3)

80

Fraud Triangle Theory

Fraud triangle theory merupakan teori yang mengungkapkan faktor- faktor pendorong terjadinya kecurangan. Teori ini dikemukakan oleh Cressey (dikutip oleh Skousen et al., 2009) Fraud triangle meliputi:

a. Pressure (Tekanan), yaitu adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Menurut SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.

b. Opportunity (Peluang), yaitu situasi atau kondisi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan seseorang melakukan kecurangan. Peluang dapat terjadi karena lemahnya pengendalian internal, adanya manajemen override, pengawasan manajemen yang kurang efektif, atau penyalahgunaan wewenang karena dominasi ataupun kekuasaan beberapa pihak

c. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu komponen penting dalam kecurangan (fraud), rasionalisasi membuat seseorang berusaha membenarkan tindakan kecurangan yang dilakukannya.

Financial Statement Fraud

Definisi financial statement fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah: “The intentional, deliberate, misstatement, or omission of material facts, or accounting data which is misleading and, when considered with all the information made available, would case the reader to change or alter his or her judgment or decision.” (Rezaee, 2002)

Kecurangan laporan keuangan didefinisikan oleh AICPA sebagai hal yang disengaja, salah saji atau penghilangan fakta-fakta material, atau data akuntansi yang menyesatkan dan, bila dianggap dengan semua informasi yang telah dibuat, akan menyebabkan pembaca mengubah penilaian atau keputusannya. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan nonfinansial. Kecurangan ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.

Kerangka Pemikiran Teoritis

V

Varaiabel kontrol

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Sumber : Data diolah, 2014

Gambar 1. Kerangka pemikiraan

Fraud dan Integritas Eksekutif

Teori fraudtriangle menjelaskan tiga faktor dilakukannya fraud, antara lain pressure

(tekanan), opportunity (peluang), rationalization (rasionalisasi). Selain faktor tekanan, peluang, rasionalisasi yang dapat Opini Audit FRAUD Executive Integrity

Size

Subsize

Bosize

(4)

81

mempengaruhi seseorang melakukan fraud

ternyata terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi dilakukannya fraud yaitu itegritas eksekutif. Integritas adalah suatu tindakan dalam menjaga komitmen dan janji-janji seseorang pada waktu, atau mengakui kegagalan dan memperbaiki kegagalan ketika salah satu telah gagal menjaga komitmen atau janji (Jensen., 2011).

Integritas eksekutif merupakan salah satu hal penting dalam membentuk organisasi yang baik. Nowak dan McCabe (2003) menunjukkan bahwa integritas eksekutif merupakan pusat efektivitas monitoring dan kontrol dewan. Namun kenyataannya integritas eksekutif pada suata organisasi masih menjadi hal yang mahal untuk direalisaikan. Hal ini didukung oleh pernyataan Chen et al (2013) yang menyatakan bahwa kampanye Wall Street tahun 2011 menentang tentang keserakahan, hal ini tidak dapat memuaskan pihak eksekutif.

Lemahnya integritas eksekutif memiliki hubungan dengan manajemen laba. Hal ini didukung oleh Jensen (2011) yang menganggap manajemen laba sebagai kebohongan karena mengikis integritas dan menghancurkan nilai jangka panjang. Bukti empiris juga memperkuat pernyataan Jensen (2011) mengenai manajemen laba dilakukan untuk membohongi investor, serta bagi manajer yang memiliki tanggung jawab fidusia hal ini sebagai sinyal terkait gangguan dalam integritas. Lemahnya integritas eksekutif memiliki hubungan dengan manajemen laba sedangkan manajemen laba memiliki pengaruh terhadap fraud.

Lemahnya integritas eksekutif berpengaruh terhadap fraud didukung oleh Fuller dan Jensen (2002) yang menjelaskan bahwa pilihan manusia adalah sangat penting dan lemahnya integritas eksekutif cenderung mengabaikan kebijakan dan prosedur untuk mengejar kepentingan pribadi, dan karena itu keputusan etis dan perilaku kecurangan lebih mungkin untuk berkembang di antara mereka. Kizirian et al. (2005) juga berpendapat mengenai penilaian auditor terhadap integritas manajemen memberikan ukuran tidak langsung dari sikap manajemen terhadap kecurangan. Pernyataan tersebut juga diperkuat dari hasil penelitian Chen et al (2013) yang membuktikan bahwa lemahnya integritas eksekutif berpengaruh positif terhadap terjadinya fraud. Hal ini menjelaskan bahwa semakin lemah integritas eksekutif maka semakin besar

terjadinya fraud (kecurangan) didalam perusahaan.

Fraud dan Auditor Prevention

Teori keagenan menjelaskan bahwa adanya Asymetric Information antara agen dan principal berefek pada agent cenderung untuk mencapai kepentingan pribadinya dengan seolah-olah dapat memenuhi kepentingan principal. Perbuatan agent tersebut dapat terlaksana dengan dilakukannya fraud. Sedangkan fraud pada suatu perusahaan dapat ditekan dengan adanya pihak ekternal yaitu auditor. Salah satu yang dapat dilakukan auditor dalam menekan dilakukannya fraud yaitu dengan meningkatkan integritas. Kizirian et al. (2005), and Cohen et al. (2010) berpendapat bahwa baik auditor dan komite audit memainkan peran penting dalam menilai dan memastikan integritas. Integritas adalah suatu tindakan dalam menjaga komitmen dan janji-janji seseorang pada waktu, atau mengakui kegagalan dan memperbaiki kegagalan ketika salah satu telah gagal menjaga komitmen atau janji (Jensen., 2011).

Integritas diasumsikan dapat menurunkan fraud. Hal ini didukung oleh penelitian Chen et al (2013) yang membuktikan bahwa lemahnya integritas eksekutif berpengaruh positif terhadap terjadinya fraud. Sehingga, apabila integritas eksekutif lemah akan berpengaruh positif terhadap terjadinya fraud serta sebaliknya semakin berintegritas eksekutif akan berpengaruh negatif terhadap fraud atau semakin tinggi integritas eksekutif akan semakin rendahnya fraud.

Auditor merupakan pihak independen yang dapat meningkatkan integritas. Kizirian et al. (2005), and Cohen et al. (2011) berpendapat bahwa baik auditor dan komite audit memainkan peran penting dalam menilai dan memastikan integritas. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa auditor dapat memperkuat peran integritas eksekutif serta dapat menurunkan peluang terjadinya fraud. Selain itu, Chen et al (2013) menyatakan bahwa diberikannya MAO (Modified Audit Opinions)) oleh auditor kepada perusahaan yang diauditnya akan berdampak pada meningkatnya perhatian dari investor, media dan regulator serta berakibat pada kecilnya kesempatan bagi para eksekutif dengan integritas yang rendah untuk melakukan fraud. Adapun sebaliknya, jika MAO (Modified Audit Opinions) tidak diberikan kepada eksekutif dengan tingkat integritas yang

(5)

82

rendah sebagai peringatan, maka integritas

eksekutif yang rendah memiliki peluang untuk melakukan tindakan yang lebih buruk seperti melakukan kecurangan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa auditor dapat meningkatkan integritas eksekutif yang nantinya akan berdampak pada pengurangan tindakan Fraud.

METODOLOGI PENELITIAN Variabel Dependen

Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah fraud (Kecurangan). Variabel fraud diukur dengan sebuah dummy dimana nilai 1 jika ada kejadian kecurangan dalam hal ini termasuk dalam laporan kasus yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan 0 jika tidak ada kejadian kecurangan. Kecurangan dalam hal ini adalah pelanggaran peraturan Bapepam viii.g.7 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik.

Variabel Independen

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah Integritas Eksekutif. Penurunan Integritas Eksekutif diproyeksikan dengan manajemen laba, yaitu EM (Earnings Management). EM (Earning Management) adalah rasio pendapatan non-operasional relatif terhadap pendapatan. Hal ini digunakan untuk proxy untuk kurangnya integritas eksekutif. Sebuah dummy untuk manajemen laba, hal ini sama dengan 1 jika rasio pendapatan non-operasional terhadap pendapatan berada di atas nilai rata-rata perusahaan dalam industri yang sama di tahun yang sama, dan 0 sebaliknya. Variabel Moderating

Adapun variabel moderating dalam penelitian ini adalah Opini Audit. Sebuah

dummy sama dengan 0 (nol) jika opini audit Adverse Opinion dan Qualified Opinion (AOQO) dikeluarkan oleh auditor, yang menunjukkan (potensi) masalah dengan laporan keuangan, dan 1 sebaliknya.

Variabel Kontrol

1. Size, Ukuran perusahaan adalah ukuran yang dimiliki oleh perusahaan. Cara pengukurannya adalah nilai buku beban pokok penjualan perusahaan dalam satu tahun.

2. Bosize, Sebuah dummy sama dengan 1 jika jumlah anggota dewan komisaris berada di atas nilai rata-rata pengamatan tahunan, dan 0 sebaliknya.

3. Supsize, Sebuah dummy sama dengan 1 jika jumlah anggota dewan pengawas berada di atas nilai rata-rata pengamatan tahunan, dan 0 sebaliknya.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk meneliti (Sekaran, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian mencakup data pada tahun 2009-2012 dengan jumlah perusahaan adalah 523 perusahaan, bertujuan untuk lebih mengambarkan kondisi saat ini dan adanya keterbaruan data serta jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran, 2011). Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu penentuan sampel menggunakan kriteria, diperoleh sampel sebanyak 344 perusahaan.

Metode Analisis Persamaan regresi

Untuk menguji hipotesis maka model berikut ini digunakan:

Fraudt = α0 + α1 EMt=1 + ∑k k=1 αk+1 Controlk,t + Years + ε (1)

(6)

83

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tabel 1 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Step 1a EM 1.917 .919 4.354 1 .037 6.803 AOQO -16.900 10392.397 .000 1 .999 .000 EM by AOQO 17.175 10392.397 .000 1 .999 28773281.055 SIZE .117 .166 .495 1 .482 1.124 BOSIZE .685 .763 .807 1 .369 1.984 SUPSIZE -17.893 7625.485 .000 1 .998 .000 Constant -5.641 2.030 7.722 1 .005 .004

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2014

Pembahasan

Pengaruh Lemahnya Integritas Eksekutif terhadap terjadinya fraud

Hasil pengujian menunjukkan bahwa integritas eksekutif berpengaruh signifikan terhadap Fraud, hal ini di tunjukkan dengan nilai sig 0.037 yang lebih kecil dari α = 0.05 dengan nilai koefisien yang positif. Semakin lemahnya integritas eksekutif akan membuat terjadinya fraud semakin besar.

Variabel Integritas eksekutif diharapkan mampu menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fraud, dimana integritas eksekutif diproyeksikan dengan manajemen laba. Hasil dari uji statistik menunjukkan nilai sig 0.037 yang lebih kecil dari α = 0.05 dalam hubungan ini menunjukkan bahwa faktor integritas eksekutif dalam mempengaruhi terjadinya fraud laporan keuangan didalam perusahaan terbukti berpengaruh. Hasil ini diduga karena integritas eksekutif memiliki peran penting untuk mengendalikan karakteristik corporate governance. Selain itu, integritas eksekutif yang lemah menurut Fuller et al. (2002) cenderung mengabaikan kebijakan dan prosedur untuk mengejar kepentingan pribadi, dan karena itu keputusan etis dan perilaku kecurangan lebih mungkin terjadi.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian chen et al. (2013) yang menyatakan bahwa integritas eksekutif berpengaruh positif terhadap terjadinya Fraud. Hasil ini mirip dengna penelitian yang dilakukan oleh Graham et al. (2005) ia meneliti lebih dari 400 eksekutif

dan menemukan bahwa manajer ingin memenuhi atau mengalahkan benchmark pendapatan, terutama perkiraan konsensus analis. Selain itu, 78% dari eksekutif yang disurvei mengakui mengorbankan nilai jangka panjang untuk kelancaran pendapatan, sehingga memungkinkan melakukan manajmen laba (Fraud).

Pengaruh Lemahnya integritas eksekutif terhadap Fraud dengan Opini Audit (AOQO) sebagai moderasi.

Hasil pengujian menghasilkan bahwa Lemahnya integritas eksekutif tidak berpengaruh terhadap Fraud dengan opini audit sebagai moderasi, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak mampu membuktikan bahwa Manajemen laba dengan Opini audit dapat mengurangi terjadinya fraud. Hasil penelitian selaras dengan hasil penelitian Chen, et al. (2013) yang membuktikan bahwa manajemen laba dimoderasi dengan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya Fraud.

Variable opini audit diharapkan dapat membantu lemahnya integritas eksekutif dalam mengurangi terjadinya fraud. Namun hasil dari uji statistik menunjukkan hasil yang berbeda, ini terlihat dari hasil uji signifikansi t diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,999 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai koefisien yang positif. Hasil ini menyatakan, bahwa lemahnya integritas eksekutif dengan opini audit tidak dapat mempengaruhi terjadinya Fraud dalam suatu perusahaan.

(7)

84

Variabel opini audit tidak mampu

memoderisasi manajemen laba terhadap terjadinya fraud yaitu dikarenakan adanya peralihan metode dalam melakukan manajemen laba. Dimana pengelolaan manajmen laba telah mulai berubah dari metode accrual basis menjadi aktivitas riil, sehingga sulit bagi auditor dalam mengungkap adanya manajemen laba ketika hanya berfokus pada analisis laporan keuangan perusahaan saja.

Penelitian ini menghasilkan signifikansi sebesar 0,999 lebih besar dari α = 0.05 dan nilai koefisien yang positif , hal ini menjelaskan bahwa opini audit (AOQO) yang dikeluarkan terhadap eksekutif dengan integritas yang buruk tidak dapat secara efektif mencegahnya dari melakukan penipuan. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Firth et al. (2005), berpendapat bahwa ada alasan lain selain manajemen laba untuk perusahaan untuk menerima AOQO, seperti jaminan pinjaman eksternal dan kasus litigasi. Hasilnya bisa mungkin disebabkan bahwa perilaku tidak etis, yang biasanya melibatkan pihak lain, dan cenderung jauh lebih serius dan di luar masalah integritas pribadi para eksekutif. Bahkan jika eksekutif tertangkap dan menerima peringatan, akan jauh lebih sulit bagi para eksekutif untuk memperbaiki atau menangani isu-isu dibandingkan dengan manajemen laba. Hal ini dapat diartikan bahwa peran monitoring dari auditor efektif pada break-down dari integritas pribadi seperti manajemen laba, tetapi tidak untuk perilaku tidak etis yang lebih serius yang mungkin karena sistem yang gagal. Penjelasan lain yang mungkin adalah bahwa perusahaan dengan berbagai tingkat manajemen laba bereaksi terhadap asimetris AOQO. Sebagai contoh, AOQO gagal untuk memicu pengawasan yang memadai dari tindakan manajerial pada perusahaan dengan manajemen laba yang rendah sebagai akibat dari kepercayaan yang telah diberikan.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Caramanis, et al. 2008, menyatakan bahwa tidak ada dampak upaya audit terhadap manajemen laba. Caramanis, et al. (2008), menemukan ada tiga temuan utama. Pertama, perusahaan lebih mungkin untuk melaporkan pendapatan akrual yang abnormal meningkat dibanding pendapatan akrual tidak normal menurun. Kedua, besarnya pendapatan akrual tidak normal meningkat berhubungan negatif dengan lamanya proses audit. Ketiga, perusahaan lebih cenderung untuk mengelola

laba hanya memenuhi atau mengalahkan patokan nol penghasilan, ketika auditor bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit. Hasil ini konsisten dengan manajer melaporkan laba yang tinggi ketika upaya audit yang rendah.

Pengujian Variabel Kontrol

Variabel Kontrol yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Ukuran Perusahaan (Size), Jumlah Anggota Dewan Komisaris (Bosize), Jumlah Anggota Komite Audit (Supsize). Hasil dari ketiga Variable kontrol ini yakni, 1. Hasil uji sig untuk Ukuran Perusahaan diperoleh nilai sig 0.482 diman nilai ini lebih besar dari α = 0.05 menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya Fraud. 2. Hasil uji sig untuk Jumlah Anggota Komite Audit diperoleh nilai sig 0.369 diman nilai ini lebih besar dari α = 0.05 menunjukkan bahwa Jumlah Anggota Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya Fraud. 3. Hasil uji sig untuk Jumlah Anggota Komite Audit diperoleh nilai sig 0.998 diman nilai ini lebih besar dari α = 0.05 menunjukkan bahwa Jumlah Anggota Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya Fraud.

KESIMPULAN Kesimpulan

Penelitian ini berjuan untuk mengetahui pengaruh Integritas Eksekutif terhadap Fraud dan mengetahui apakah Opini Audit dapat mempengaruhi hubungan antara Integritas Eksekutif dengan fraud. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lemahnya Integritas Eksekutif berpengaruh signifikan terhadap terjadinya fraud. Hal ini menunjukkan bahwa Lemahnya Integritas Eksekutif mampu meningkatkan terjadinya tindakan Fraud dalam suatu perusahaan. 2. Lemahnya Integritas Eksekutif dengan Opini

Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya Fraud. Hal ini menunjukkan bahwa adanya Opini Audit sebagai moderasi dari Lemahnya Integritas Eksekutif tidak mampu mengurangi terjadinya tindakan Fraud dalam perusahaan.

(8)

85

DAFTAR PUSTAKA

Association of Certified Fraud Examiners, 2010. Report to the Nations on occupational Fraud and Abuse.Asia-Pasific Edition.

Beasley, M., 1996. “An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud.” The Accounting Review, Vol 71, hal 443–465

Brooks, Leonard J.,Dunn Paul. (2011). “Etika Bisnis dan Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan Akuntan”. Jakarta : Salemba Empat.

Caramanis, C., Lennox, C., 2008. “Audit effort and earnings management”. Journal of Accounting and Economics 45 (1), hal 116–138

Chen, J., Cumming, D., Hou, W., & Lee, E. (2013). “Executive integrity, audit opinion, and Fraud in Chinese”. Elsevier. Cohen, J., Krishnamoorthy, G., Wright, A., 2010. “Corporate governance in the post-Sarbanes–Oxley era: auditors' experience”. Contemporary Accounting Research 27, hal 751–786

Dechow, P.M., R.D. Sloan, and A.P. Sweeney. 1995. “Detecting Earning Management”. The Accounting Review 70: hal 193-225 Dikolli, S.S., Mayew, W.J., Steffen, T.D., 2012.

“Honoring one's word: CEO integrity and accruals quality”. Working Paper.

(Available at

SSRN:http://ssrn.com/abstract=2131476) Firth, M., Mo, P., Wong, R., 2005. Financial

statement frauds and auditor sanctions: an analysis of enforcement actions in China. Journal of Business Ethics 62, hal 367–381.

Fuller, J., Jensen, M., 2002. “What's a director to do?”. Harvard NOM Research Paper No. 02–38

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Graham, J., Harvey, C., Rajgopal, S., 2005. “The economic implications of

corporatefinancial reporting”. Journal of Accounting and Economics 40, hal 3–73 Jensen, M and W. Meckling. 1976. “Theory of

The Firm: Managerial Behavior Agency Cost and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics,Vol. 2, No 4, hal 305-360

Kizirian, T.G., Mayhew, B.W., Sneathen, J., 2005. “The impact of management integrity on audit planning and evidence”. Auditing: A Journal of Practice & Theory 24 (2), hal 49–67 Nowak, M.J., McCabe, M., 2003. “Information

costs and the role of the independent corporate director”. Corporate Governance: An International Review 11, hal 300–307

Rezaee, Z. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New York: John Wiley & Sons, Inc

Scott, W. R. 2011. Financial Accounting Theory. 6th Edition. Toronto-Canada: Prentice-Hall

Skousen, J. Christopher. (2008). Detecting and Predicting Financial Statement Fraud : The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99. Jurnal dari http: //ssrn.com/abstract(diakses pada 02-04-2013)

Sekaran, U. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Watts, L.R., Zimmerman, J.L., 1990. “Positive

accounting theory: a ten year perspective”. The Accounting Review 65 (1), hal 131–15.

Gambar

Tabel 1  Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Munculnya layanan inovasi Kelas perahu dengan cara memfasilitasi layanan pendidikan bagi anak pulau menciptakan sebuah transformasi pendidikan. Pendidikan di sekolah

Adapun tujuan penelitian kolektor surya berlubang ini adalah untuk mengeringkan daun gaharu pada pembuatan teh gaharu dengan memanfaatkan sinar matahari dan melakukan

diadakan test ( ulangan ) dalam waktu yang singkat.Ulangan perminggu atau sekali dua ming gu lebih meranzsTng mahasisp1.9 untuk belajar de ngan giat dan tentu harus diberi

Anda dapat memilih untuk mengizinkan semua orang, hanya orang yang Anda ikuti, atau tidak seorang pun menandai atau menyebutkan nama Anda dalam komentar, keterangan, atau

[r]

Ini dikarenakan Perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pada proses pembelajaran discovery-inquiri yang matang yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dan

pada bangunan Gedung Pameran adalah sistem lantai plat ( Slab floor ), karena sangat efektif, mudah dalam pelaksanaannya, prefabrikasi serta sesuai dengan rangka kaku..

Zat warna yang terdapat pada kulit terong ungu dapat dipisahkan dengan menggunakan beberapa metode ekstraksi.. Metode Ekstraksi