• Tidak ada hasil yang ditemukan

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "G U B E R N U R SUMATERA BARAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

G U B E R N U R

SUMATERA BARAT No. Urut: 47, 2014

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2014

TENTANG

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DALAM PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya angkutan pemadu moda yang tertib, lancar, teratur dan nyaman serta untuk menciptakan kualitas pelayanan yang balk perlu diatur ketentuan mengenai penyelenggaraanya;

b. bahwa angkutan pemadu moda sebagaimana dimaksud dalam hutuf a, dapat diperluas jaringan trayeknya dengan memperhatikan perkembangan pembangunan dan kebutuhan masyarakat akan angkutan umum;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Barat tentang penyelenggaraan Angkutan Pemadu Moda Bandar Udara Internasional Minangkabau.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang

(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1646);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5028);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5317);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1079 1080

(2)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468);

11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum;

12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penetapan Nama Bandar Udara Sumatera Barat;

13. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu;

14. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 52 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksana Pemungutan Retribusi Izin Trayek;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PEMADU MODA BANDAR UDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU.

BAB I

KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu

Pengertian Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.

2. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Barat.

3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera Barat.

4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota Kabupaten/Kota dalam Provinsi Sumatera Barat.

5. Kepala Dinas Kab/Kota adalah Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab/Kota di Sumatera Barat.

6. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.

7. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.

8. Mobil Bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

9. Dinas Kabupaten/Kota adalah instansi ditingkat Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dibidang penyelenggaraan angkutan orang di jalan.

10. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum.

Bagian Kedua Tujuan dan Ruang Lingkup

Pasal 2

Pengaturan angkutan pemadu moda bertujuan agar terselenggaranya pelayanan angkutan yang aman, tertib, lancar, teratur, nyaman, berkualitas, tidak menganggu atau menjadi pesaing bagi angkutan penumpang umum lainnya.

Pasal 3

Ruang lingkup penyelenggaraan angkutan pemadu moda yaitu angkutan pemadu moda dari dan ke Bandar Udara Internasional Minangkabau.

BAB II

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN Pasal 4

Penyelenggaraan angkutan pemadu moda dari dan ke Bandar Udara Internasional Minangkabau dilakukan dengan mobil bus yang diberi tanda khusus serta dilengkapi dengan persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

(1) Pelayanan angkutan pemadu moda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yaitu untuk melayani penumpang dari dan ke bandar udara dalam wilayah Provinsi.

(2) Pelayanan angkutan pemadu moda diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai berikut :

(3)

a. melayani penumpang khusus dari dan ke bandar udara;

b. berjadwal;

c. dilayani dengan bus dengan kapasitas tempat duduk 12 sampai dengan 28 dilengkapi air conditioner (AC) dan recleaning seat (RS) sesuai standar teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat;

d. tarif angkutan diusulkan oleh pengusaha sesuai dengan tingkat pelayanannya dan ditetapkan oleh Gubernur; dan

e. menggunakan tanda nomor warna dasar kuning dengan tulisan hitam.

Pasal 6

Kendaraan yang digunakan untuk angkutan pemadu moda harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. mencantumkan papan trayek pada kendaraan yang dioperasikan;

b. dilengkapi dengan tanda khusus angkutan bandar udara;

c. memakai logo dan nama perusahaan yang ditempatkan pada pintu depan bagian tengah sebelah kid dan kanan;

d. tanda jati did pengemudi yang ditempatkan pada dashboar kendaraan yang dikeluarkan oleh pengelola bandar udara atas usul perusahaan;

e. menyediakan fasilitas bagasi sesuai kebutuhan; dan

f. pengemudi memakai seragam yang disediakan oleh masing-masing perusahaan atas persetujuan pengelola Bandar udara.

Pasal 7

(1) Kendaraan angkutan pemadu moda Bandar udara berumur maksimum 10 (sepuluh) tahun terhitung tahun pembuatan

(2) Kendaraan angkutan pemadu moda Bandar udara berumur maksimum 10 (sepuluh) tahun harus diremajakan.

Pasal 8

Penambahan dan peremajaan bus angkutan pemadu moda harus dengan kendaraan baru.

BAB III

PENETAPAN JARINGAN TRAYEK DAN KEBUTUHAN KENDARAAN Pasal 9

Penetapan jaringan trayek dilakukan berdasarkan jaringan transportasi jalan dengan memperhatikan :

a. bangkitan dan tarikan perjalanan dari dan ke bandar udara; dan

b. hirarki kelas jalan yang sama dan/atau yang Iebih tinggi sesuai dengan ketentuan kelas jalan yang berlaku.

Pasal 10

(1) Penetapan jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan ditetapkan oleh Gubernur.

(2) Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

BAB IV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 11

(1) Kepala Dinas wajib melakukan pembinaan kepada pengusaha angkutan pemadu moda.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk :

a. melakukan sosialisasi ketentuan di bidang angkutan jalan secara berkala;

b. menyelenggarakan pemilihan awak kendaraan berprestasi;

c. memberikan penghargaan kepada pengusaha angkutan yang dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemegang izin trayek.

Pasal 12

(1) Kepala Dinas wajib melakukan pengawasan terhadap izin trayek yang telah dikeluarkan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk memastikan agar angkutan pemadu moda beroperasional sesuai izin yang diberikan.

BAB V

EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 13

(1) Untuk menjaga keseimbangan pelayanan angkutan pemadu moda sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan perkembangan daerah serta mengantisipasi pertumbuhan angkutan udara dilakukan evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan pada tiap-tiap trayek.

(2) Evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah kendaraan pada trayek yang terbuka atau tertutup untuk penambahan kendaraan.

(3) Evaluasi kebutuhan penambahan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan :

(4)

(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) merupakan pertimbangan dalam melakukan perubahan/penambahan angkutan pemadu moda.

(5) Evaluasi perubahan/penambahan angkutan pemadu moda sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sekurang - kurangya 1 (satu) kali setahun.

Pasal 14

(1) Kepala Dinas menyampaikan laporan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan angkutan pemadu moda setiap semesternya kepada Gubernur atau Biro yang membidangi Perekonomian.

(2) Untuk menyusun kebijakan penyelenggaraan angkutan pemadu moda bandar udara minangkabau, Biro yang membidangi Perekonomian akan melakukan evaluasi terhadap hasil laporan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan angkutan pemadu moda sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat : a. Perkembangan rekomendasi dan realisasi izin trayek;

b. Realisasi kewajiban oleh pengusaha angkutan sebagaimana ketentuan perizinan yang dimilikinya.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP Pasal 15

(1) Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 48 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Angkutan Pemadu Moda dari dan ke Bandara Internasional Minangkabau Provinsi Sumatera Barat, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(2) Kendaraan yang bersifat pelayanan umum sepanjang tidak diatur dalam Peraturan ini dilarang beroperasi dari dan ke Bandar Udara Internasional Minangkabau.

(3) Ketentuan yang belum diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya ditetapkan Iebih lanjut oleh Kepala Dinas.

Pasal 16

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang Pada tanggal 11 Juni 2014

GUBERNUR SUMATERA BARAT dto

IRWAN PRAYITNO

Diundangkan di Padang Pada tanggal 11 Juni 2014

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

dto

ALI ASMAR

BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2014 NOMOR : 47

(5)

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 47 TAHUN 2014

TANGGAL : 11 Juni 2014

TENTANG : PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PEMADU MODA BANDAR UDARA INTERNASIONAL MINANGKABAU

No Kode Trayek Jaringan Trayek Jarak

(Km) Jumlah

Kendaraan (Unit) 1 4111701 Lapangan Imam Bonjol - JIn. Diponegoro -

JIn. Pemuda - JIn. Damar JIn. Veteran- JIn.

Prof. Dr. Hamka - JIn. Adinegoro - Lb. Buaya - Simp. Duku-JIn. Ketaping -Bandar Udara Internasional Minangkabau

26 10

2 4111702 Simp. Haru (St. KA) -JIn. H. Agus Salim - JIn.

Jend. Sudirman- JIn. H. Rasuna Said - JIn.

Khatib Sulaiman - JIn. Prof.Dr. Hamka - JIn.

Adinegoro-Lb. Buaya - Simp. Duku - JIn.Ketaping-BandarUdara Internasional Minangkabau

26 10

3 4111703 Psr. Baru - JIn. M.Hatta - Simp. Ketaping - JIn.By Pass-Simp. Duku -Bandar Udara Internasional Minangkabau

26 6

4 4121701 Bukittinggi - Padang Panjang (Terminal Bukit Surungan) - Sicincin- Lb. Alung - JIn.

Ketaping - Bandar Udara Internasional Minangkabau

76 5

5 4151701 Solok (Terminal Bareh Solok) - Lb. Selasih - Simp. Lubuk Begalung - JIn. By Pass - Bandar Udara Internasional Minangkabau

78 2

6 4251701 Pariaman (Terminal Kp. Pondok) - Pauh Kambar - Lb. Alung - Simp. Duku - JIn.

Ketaping Bandar Udara Internasional Minangkabau

41 2

Jumlah 35

GUBERNUR SUMATERA BARAT dto

IRWAN PRAYITNO

Referensi

Dokumen terkait

Jarak antara mobil bus tersebut dengan mobil bus di depannya relatif dekat, sehingga pada saat mobil bus yang berada di depan membanting setir ke kiri untuk

Kuesioner Penelitian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kepala Keluarga Tentang Sanitasi Dasar dan Rumah Sehat di Lingkungan III Desa Perjuangan Pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai

Nilai signifikansi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X2) yang bernilai 0,021> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua; “Terdapat pengaruh yang signifikan

Pusat Studi Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) Universitas Gadjah Mada merupakan lembaga penelitian terkemuka yang bergerak di bidang transportasi dan pembangunan

Harga koefisien korelasi Higuchi lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi orde nol untuk semua formula sehingga difusi matriks merupakan mekanisme

INGGRIS SMP NEGERI 2 BANYUDONO Siti Fatimah, M.Pd.. INGGRIS SMP NEGERI 2 BANYUDONO Siti

1) Mudes/Muskel melakukan validasi Daftar RTS-PM berdasarkan Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011. 2) RTS-PM yang Kepala Rumah Tangganya sudah meninggal dapat digantikan

RTS-PM yang berhak mendapatkan Raskin adalah Rumah Tangga yang terdapat dalam daftar nama dan alamat untuk Program Raskin 2015, yang diterbitkan dari Basis Data Terpadu