UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK SEMI INTENSIF BLUPPB KARAWANG, JAWA BARAT
TUGAS AKHIR
Oleh :
FITRIANI 1622010323
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
2019
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir/skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Pangkep, Juni 2019
Yang menyatakan
Fitriani
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, untuk itu patutlah penulis memanjatkan puja dan puji syukur kepada-Nya dan kepada beberapa pihak yang telah turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. H. Bustamin, M.P. selaku Pembimbing Pertama dan Ir. Alimuddin, M.Si.
selaku Pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan proposal Tugas Akhir hingga penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ardiansyah, S.Pi., M. Biotech.St.,Ph.D selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan.
3. Ibu Dr. Andriani, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Budidaya Perikanan 4. Kepada Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep
5. Dwi Suprapto selaku Pembimbing Lapangan di Tambak Semi Intensif BLUPPB karawang, Jawa Barat.
6. Terkhusus kepada kedua Orang Tua penulis ayahanda dan ibunda tercinta atas segala dukungan, motivasi, bimbingan dan pengorbanan serta doa yang tiada hentinya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis dalam menempuh dunia pendidikan.
7. Rekan-rekan angkatan XXIX jurusan Budidaya Perikanan yang telah berjuang
bersama dalam meraih cita-cita.
8. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Tak ada gading yang tak retak, penulis sepenuhnya menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat di hararapkan penulis demi perbaikan di masa mendatang. Mudah- mudahan Laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.
Pangkep, Juni 2019
Fitriani
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN... ... iv
KATA PENGANTAR... ... v
DAFTAR ISI... ... vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ... ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
ABSTRAK... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname ... 3
2.2. Sistem Pencernaan ... 4
2.3. Pakan Buatan ... 5
2.3.1. Sifat Fisik Pakan ... 6
2.3.2. Kebutuhan Nutrisi Pada Udang Vaname ... 7
2.4. Kontrol Pakan Di Anco ... 9 BAB III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat... 10
3.2. Alat dan Bahan ... 10
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 11
3.3.1. Data Primer ... 11
3.3.2. Data Sekunder ... 11
3.4. Metode Pelaksanaan... 11
3.5. Parameter yang Diamati ... 13
... 3.6. Analisa Data ... 15
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1. Letak ... 17
4.2. ... Struktur Organisasi... 17
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pakan Buatan Yang Digunakan ... 18
5.1.1. Sifat Fisika Pakan ... 18
5.1.2. Kandungan Gizi Pakan ... 18
5.2. Manajemen Pemberian Pakan ... 19
5.2.1. Dosis Pemberian Pakan... 19
5.2.2. Frekuensi Pemberian Pakan ... 20
5.2.3. Cara Pemberian Pakan ... 21
5.3. Sampling Pertumbuhan Udang Vaname ... 22
5.4. Produksi... 23
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 25
6.2. Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA 26 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jenis Alat, Spesfikasi dan Kegunaan yang Digunakan pada
Tambak Semi Intensif ... 10
Tabel 3.2. Jenis Bahan, Spesifikasi dan Kegunaan yang Digunakan pada
Tambak Semi Intensif ... 11
Tabel 5.1. Bentuk dan Ukuran Pakan yang Digunakan
... ... 18 Tabel 5.2. Kandungan Gizi Pakan yang Diberikan pada Udang Vaname ...
... 19 Tabel 5.3. Program Pemberian Pakan dengan Menggunakan Metode Blind
Feeding ... 20
Tabel 5.4. Frekuensi Pemberian Pakan...
... 21 Tabel 5.5. Hasil Sampling Pemeliharaan Udang Vaname...
... 22 Tabel 5.6. Hasil Panen Pemeliharaan Udang Vaname...
... 24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname ... 23 Gambar 5.4. Grafik Pertumbuhan Udang ... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pengukuran Kualitas Air ...
27
2. ... Struk tur Organisasi ... 28 3. ... Kegi
atan ... 29 4. ... Riwa
yat Hidup ... 30
ABSTRAK
FITRIANI 1622010323. Manajemen Pegelolaan Pakan pada Pembesaran Udang Vaname (Litopaneus vannamei) di Instalasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Dibimbing oleh Bustamin dan Alimuddin.
Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial untuk dikembangkan karena mempunyai potensi sumber daya yang melimpah dan peluang pasar yang besar.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam pengelolaan pakan udang di tambak semi intensif. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi yang bermanfaat mengenai teknik manajemen pemberian pakan pada pembesaran udang vaname di tambak semi intensif.
Metode pengumpulan data pada Tugas Akhir ini didasari oleh pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama 3 bulan mulai dari 26 Januari – 28 April 2019. Data selama kegiatan diperoleh melalui pelaksanaan dan pengamatan secara langsung dari seluruh rangkaian kegiatan, hasil wawancara dengan pembimbing lapangan, dosen pembimbing serta berbagai literatur pendukung yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini melalui penelusuran pustaka.
.
Hasil yang didapatkan dari Pengalaman Kerja Prakrtek Mahasiswa di Tambak Semi Intensif BLUPPB , Karawang Jawa Barat yaitu pemeliharaan udang dilakukan pada tambak luas 1000 m2, jumlah tebar 54.000 ekor dan padat tebar 54 ekor/m2 dengan lama pemeliharaan 100 hari dengan size panen 47 eor/kg, dan biomassa panen sebanyak 865 kg dan tingkat kelangsungan hidupnya (SR) 76 %, pakan yang dihabiskan 1.195 kg dan FCR 1,3 dengan pengukuran kualitas air suhu berkisar 26-30 oC, pH 7,6-8, dan salinitas 12-16 ppt.
Kata kunci : Udang Vaname, Manajemen Pemberian Pakan, Tambak Semi Intensif
1.1. Latar Belakang
Budidaya udang merupakan usaha untuk mendapatkan produksi setinggi- tingginya. Dalam budidaya udang vaname dengan penerapan pola Semi intensif sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan produksi udang. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan udang budidaya adalah pakan.
Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya udang secara semi intensif. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan makan udang. Manajemen pakan udang merupakan salah satu faktor menentukan keberhasilan usaha budidaya udang. Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang. Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dari beberapa jenis bahan baku. Pakan buatan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang penting untuk ikan, memiliki rasa yang disukai oleh udang dan mudah dicerna oleh udang (Akbar, 2001).
Pakan merupakan biaya terbesar dalam pemeliharaan udang, biasanya berkisar 60-75% dari total biaya produksi selain itu pakan merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan udang.
Dampak negatif yang mesti dihindari dari manajemen pakan yaitu pemberian pakan yang kurang (under feeding) dan pemberian pakan yang berlebihan (over feeding) karena apabila pemberian pakan yang kurang akan menyebabkan pertumbuhan udang kurang baik dan apabila pemberian pakan yang
berlebihan akan menyebabkan penumpukan sisa pakan sehingga menurunkan kualitas air dan dapat menimbulkan udang stress, olehnya itu perlu manajemen pakan yang baik.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat dengan judul “Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran Udang Vaname Di Tambak Semi Intensif BLUPPB)”.
1.2.
Tujuan dan ManfaatTugas akhir ini bertujuan untuk menguraikan teknik pengelolaan pakan pada pembesaran udang vaname di tambak semi intensif. Manfaat tugas akhir ini untuk memperluas wawasan dan keahlian mahasiswa dalam berkarya, khususnya mengenai manajemen pemberian pakan pada pembesaran udang vaname di tambak semi intensif.
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname
Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan organisme akuatik asli Pantai Pasifik Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Udang vaname memiliki nama umum pacific white shrimp, camaron blanco, dan longostino. Udang vaname dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi. Udang vaname menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut. Klasifikasi udang vaname menurut Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki (2004) adalah :
Filum : Anthropoda Kelas : Crustacea Subkelas : Eumalacostraca Ordo : Decapoda Famili : Penaiedae Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Bagian tubuh udang vaname terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (chepalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vanamei terdiri dar 6 ruas dan juga terdapat sepasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.
Adapun morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1. Morfologi udang vaname
Sifat udang vaname aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder) serta mencari makan lewat organ sensor.
2.2. Sistem Pencernaan
Makanan krustacea berupa bangkai hewan-hewan kecil dan tumbuhan.
Alat pencernaan berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di kedua sisi abdomen. Sisa pencernaan selain dibuang melalui anus, juga dibuang melalui alat eksresi disebut kelenjar hijau yang terletak di dalam kepala.
Di dalam satu siklus budidaya, pada saat tertentu udang dapat mengalami penurunan kondisi dan kualitas yang disebabkan oleh faktor alam (perubahan
(proses moulting). Pada kondisi seperti ini gejala yang biasanya muncul adalah penurunan nafsu makan udang atau pada kondisi yang lebih parah udang telah terinfeksi jenis penyakit tertentu. Terjadinya penurunan nafsu makan bagi udang merupakan indikasi yang perlu dicermati, karena bila tidak segera ditangani dapat menimbulkan masalah yang serius bagi udang. Penurunan nafsu makan tersebut akan membuat organ pencernaan udang dalam keadaan kosong dan selanjutnya dapat mengakibatkan penyusutan hepatopankreas sehingga udang pada kondisi yang lemah dan dapat menyebabkan udang mudah terkena masalah.
Hepatopankreas dapat diidentikkan dengan lambung udang. Organ ini merupakan pusat dari pencernaan udang dan terletak di bagian kepala dan pada kondisi normal berbentuk segitiga serta berwarna kecoklatan. Melalui pengamatan visual dari hepatopankreas dapat diidentifikasi kondisi dan kualitas udang yang terkait dengan nafsu makannya. Pada kasus tertentu organ ini dapat pula untuk mengidentifikasi tingkat keparahan suatu permasalahan yang menjangkiti udang.
2.3. Pakan Buatan
Pakan buatan (Artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Pakan ini terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah bentuk aslinya. Bahan baku pakan buatan sebaiknya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu; (1) mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama protein sesuai kebutuhan, (2) pakan mudah dicerna dan diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran mulut ikan, (3) kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh serta memiliki rasa yang disukai udang yang dibudidayakan dan tingkat efektifitasnya tinggi (Mudjiman dan Suyanto 2004).
Pada umumnya pakan yang diberikan untuk udang berupa pakan buatan dengan jenis crumble dan pellet dan dapat diberikan jenis pakan tambahan lainnya (pakan segar) (Kordi 2006).
2.3.1. Sifat Fisik Pakan Buatan
Water Stability Pakan
Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris 1985 dalam Naharuddin 2008).
Sifat pakan udang yang berbeda dari ikan menuntut adanya atraktan sebagai daya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air. Larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang (Mokoginta 1988 dalam Naharuddin 2008).
Aroma dan Rasa Pakan
Suatu pakan dengan kandungan nutrien yang cukup tinggi dan seimbang akan menjadi tidak berarti apabila tidak dimakan oleh udang. Oleh karena itu pakan yang diberikan harus miliki aroma dan rasa yang disukai oleh udang (Akiyama dalam Heriansyah 1995).
keluar dari pellet yang kemudian ditangkap melalui chemoreceptor yang terdapat diseluruh bagian tubuh udang. Pakan yang memiliki aroma baik akan menarik udang untuk menghampirinya dan rasa yang disukai oleh udang sehingga akan terus memakannya tanpa merasa terganggu.
2.3.2. Kebutuhan Nutrisi pada Udang Vaname
Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang vaname untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan. Pakan harus mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada udang vaname tetapi juga akan mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
a. Protein
Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk : pemeliharaan jaringan, pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang.
Makanan yang baik bagi udang vaname adalah yang mengandung protein paling
bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar.
b. Lemak
Lemak adalah gugus ester pada gliserol dan merupakan energi yang disimpan oleh hewan. Lemak mempunyai fungsi utama, yakni sebagai sumber energi dan asam lemak selain itu juga sebagai pelarut beberapa vitamin.
Kandungan lemak pada pakan udang berkisar antara 4−18%. Kadar lemak berlebihan dalam pakan dapat berpengaruh buruk terhadap kualitas pakan hal ini disebabkan karena lemak lebih mudah teroksidasi dengan udara (Mudjiman dan Suyanto 2004).
c. Karbohidrat
Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung dari jenis karbohidrat. Karbohidrat merupakan energi yang paling murah dalam pakan dibandingkan dengan sumber nutrisi lainnya. Karbohidrat nutrisi yang tahan lama didalam air, kandungan karbohidrat yang diperlukan oleh udang berkisar 10−50% (Mudjiman dan Suyanto 2004).
d. Vitamin
Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan salah satu vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan vitamin bagi udang adalah untuk : (1) Pigmentasi, peranan dari vitamin A (karoten), (2) Laju pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C, (3) Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang.
Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme, pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang optimum bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi udang
2.4. Kontrol Pakan Di Anco
Monitoring pakan di anco merupakan kegiatan yang dilakukan pada manajemen pakan dimana monitoring ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pakan yang termakan oleh udang di anco dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan pakan. Monitoring pakan di anco juga harus dilakukan agar kita dapat memantau nafsu makan udang sehingga pakan yang dibutuhkan udang dapat diperkirakan agar tidak terjadi over feeding (kelebihaan pakan) yang dapat mempengaruhi kualitas air atau pun under feeding (kekurangan pakan) yang dapat menyebakan udang pertumbuhannya lambat, kropos, dan terjadi saling memangsa (kanibalisme).
BAB III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 26 Januari- 28 April 2018 ditambak semi intensif Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat pemeliharaan udang vaname di tambak semi intensif Karawang, Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2
Tabel 3.1 Jenis alat, spesfikasi dan kegunaan yang digunakan di tambak semi intensif
No Alat Spesifikasi Kegunaan
1. Tambak 1000 m2 Sebagai wadah budidaya
2. Anco 60 cm x 60 cm Pengontrol pakan dan kesehatan udang
3. Ember 15 Liter Tempat pakan dan pengapuran
. 4. Genset 1 unit Sumber listrik
5. Timba 1 unit Pengambilan pakan
6. Jaring kondom 6 m Memanen udang
7. Keranjang / Basket 25 kg Tempat udang
8. Kincir 1 HP Penyuplai oksigen
12 Timbangan 2 kg Alat menimbang pakan
13 Timbangan digital 1 unit Alat menimbang dalam jumlah gram
No Bahan Sfesifikasi Fungsi
1. Pakan buatan Global Sumber nutrisi untuk kebutuhan udang 2. Vitamin C Bubuk Meningkatkan daya tahan tubuh udang 3. Probiotik - Memperbaiki saluran cerna udang 4. Cacing sutra - Pakan alami pada awal pemeliharaan 5. Es batu - Untuk mengawetkan udang agar tetap segar 6. Udang vaname PL-17 Organisme yang dibudidayakan
7. Air tawar Cair Mencuci udang yang telah dipanen
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada saat dilapangan ada dua yaitu adalah.
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan dilapangan, dikumpulkan sesuai hasil praktik yang dikerjakan secara langsung pada saat kegiatan berlangsung.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari berbagai sumber atau pun instansi yang terkait.
3.4. Metode pelaksanaan 3.4.1 Pemberian pakan
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Pakan ditimbang sesuai dosis yang ditentukan, dan kemudian dimasukkan kedalam ember 15 liter
3. Air dimasukkan kedalam ember yang berbeda sebanyak 1- 2 liter dan kemudian ditambahkan vitamin C, Biolak, Sring 5 gram/kg pakan, kemudian dihomogenkan menggunakan sendok pakan.
4. Larutan yang sudah homogen kemudian dimasukkan kedalam ember yang sudah berisi pakan dan dihomogenkan kembali
5. Pakan yang sudah dicampur dengan larutan didiamkan selama 5 – 10 menit
6. Pakan ditebar secara merata dengan mengelilingi petakan pemeliharaan.
7. Kemudian pakan yang ditebar di anco tergantung dari MBW sampling (berat rata-rata udang per ekor)
3.4.2. Sampling pertumbuhan 1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Pakan ditebar ke anco, selanjutnya anco diturunkan kedalam tambak secara perlahan lahan
3. Kemudian anco diangkat naik ke permukaan
4. Udang yang terambil oleh anco dimasukkan kedalam ember yang berisi air petakan.
5. Timbangan analitik dihidupkan dengan cara menekan tombol ‘ON’ dan wadah sampling ditimbang lalu ditekan tombol zero, sampai hasil menunjukkan angka 0 (nol).
6. Udang yang berada dalam ember dimasukkan kedalam wadah sampling dan kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya.
7. Udang yang telah disampling tidak dimasukkan kembali ke dalam petakan
1. Anco diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik tali anco 2. Dilakukan pengamatan terhadap sisa pakan kotoran udang
3. Anco dibersihkan, dan kemudian anco disimpan di atas jembatan anco 4. Hasil pengamatan anco ditulis dibuku monitiring
3.4.4. Panen
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Dan pipa pengeluaran dibuka hingga air keluar hingga 85 %, setelah air sudah keluar maka pipa pengeluaran kembali dipasang.
3. Udang dimasukkan ke jaring kondom.
4. Selanjutnya udang dipindahkan ke drum blong dengan menggunakan keranjang plastik.
5. Kemudian udang dibawa kelokasi sortir/seleksi udang.
3.5. Parameter yang Diamati a. Pertumbuhan
Pertumbuhan udang vaname dapat diketahui dengan cara melakukan sampling seminggu sekali mulai umur 30 hari sampai panen. Sampling bertujuan untuk mengetahui Survival Rate (SR) dan populasi yang ada di tambak. Selain itu, sampling juga berfungsi untuk memperkirakan jumlah pakan yang akan digunakan dalam waktu satu periode kedepan atau tujuh hari dihitung berdasarkan biomassa udang yang ada sehingga pakan yang digunakan tidak under ataupun over.
b. SR (Sulvival Rate)
Prosentase pemberian pakan yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang yang dipelihara. Pengamatan kelangsungan hidup dilakukan dengan cara mengamati udang pada saat sampling. Rumus: jumlah udang yang hidup pada akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah udang yang hidup diawal pemeliharaan dikali dengan 100%.
c. MBW (Mean Body Weigtht)
Yaitu berat rata-rata udang dalam suatu populasi udang pada saat periode tertentu. MBW diperoleh dengan cara menghitung berat total dari udang dibagi jumlah udang yang tertangkap di dalam jala.
d. Biomassa Udang
Yaitu jumlah berat total dari suatu populasi pada periode waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam satuan berat. Biomassa udang dapat diestimasikan melalui perkalian antara SR dengan jumlah populasi awal dikalikan dengan ABW udang pada saat tertentu.
e. Size Udang
Size udang dapat diartikan sebagai ukuran udang berdasarkan jumlah udang yang terdapat dalam satu kg berat udang.
f. FCR (Feed Convertion Ratio)
FCR (Food Convertion Ratio) atau jumlah pakan yang dihabiskan (g/kg pakan) untuk meningkatkan bobot tubuh (g/kg) yaitu diketahui dengan cara menghitung jumlah pakan yang dihabiskan selama pemeliharaan (kg) dibaagi dengan biomassa udang hasil panen.
Dosis pakan ditentukan berdasarkan ketetapan yang ditarapkan pada masing- masig tambak.
3.6. Analisa Data
Data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Adapun data yang dianalisis yaitu :
a. MBW (Mean Body Weight)
MBW adalah berat rata-rata sampling udang/ekor Rumus :
MBW = Berat timbangan udang (gram) Jumlah udang (ekor)
b. ADG (Average Daily Grouth)
ADG adalah pertambahan berat harian.
Rumus :
ADG = MBW sampling II (gram) – MBW sampling I (gram) Periode sampling (hari)
c. SR (Survival Rate)
SR adalah tingkat kelangsungan hidup.
Rumus :
SR = Jumlah udang yang hidup (ekor)
x 100%
Jumlah udang yang ditebar (ekor)
d. F/D ( Pakan Per hari)
F/D adalah jumlah pakan yang diberikan dalam 1 hari
Rumus :
F/D = Bomassa x %FR
e. Biomassa
Biomassa adalah jumlah total berat udang yang ada ditambak (Kg) Rumus :
Biomassa = Pakan per hari
%FR
f. FCR (Feed Convertion Ratio)
FCR adalah perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan berat udang yang dihasilkan.
Rumus :
FCR = Jumlah pakan yang habis (kg) Biomassa (kg)