• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA PASURUAN JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN BUATAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA PASURUAN JAWA TIMUR"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

DI TAMBAK INTENSIF PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA

PASURUAN JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

Oleh:

AHMAD SYAHRUL BAHARUDDIN

1622010314

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2019

(2)
(3)
(4)

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang saya tulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Mei 2019 Yang menyatakan,

(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penyusun tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesaian tugas akhir ini, antara lain:

1. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungannya.

2. Bapak Ilman Maulana selaku pembimbing lapangan yang senantiasa memberikan arahan dan ilmu selama kegiatan serta nasehatnya;

3. Bapak Yuliadi, S.Pi., MM selaku pembimbing pertama dalam tugas akhir ini dan Dr. Ir. Nursidi, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya mulai dari penyusunan proposal tugas akhir, penulisan tugas akhir sampai selesainya penulisan laporan tugas akhir ini.

4. Bapak Ardiansyah, S.Pi., M. Biotech, Stu., Ph.D selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikana

5. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pada staf dan teman- teman. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pada orang lain.

Pangkep, Mei 2019

(6)

6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kalsifikasi dan Morfolgi ... 3

2.2 Tingkah Laku Makan ... 5

2.3 Pakan Buatan ... 5

2.4 Kandungan Pakan ... 8

2.5 Manajemen Pemberian Pakan ... 11

2.6 Kinerja Pertumbuhan ... 13

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 15

(7)

7

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.4 Metode Pelaksanaan ... 16

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data ... 24

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Lokasi Perusahaan ... 26

4.2 Struktur Organisasi ... 26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pakan Buatan yang Digunakan ... 27

5.2 Manajemen Pemberian Pakan ... 27

5.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup ... 29

5.4 Food Converton Ration (FCR) dan Hasil Panen ... 31

5.5 Pengukuran Kualitas Air ... 31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan dalam Operasional Tambak ... 15

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan dalam Operasional Tambak ... 15

Tabel 5.3 Data Hasil FCR dan Hasil Panen ... 31

(9)

9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Pakan yang Digunakan ... 37

Lampiran 2 Nutrisi Pakan yang Digunakan ... 37

Lampiran 3 Program Pemberian Pakan dengan Metode Bling Feeding ... 37

Lampiran 4 Dosis Pakan Setelah >30 Hari ... 37

Lampiran 5 Frekuensi Pemberian Pakan... 38

(11)

11

ABSTRAK

AHMAD SYAHRUL BAHARUDDIN, 1622010314. Manajemen Pemberian Pakan Buatan Pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Intensif PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA, Pasuruan, Jawa Timur. Yang dibimbing oleh Yuliadi dan Nursidi.

Udang Vaname (Litopaneus vannamei) merupakan udang asli perairan amerika latin, sejak 4 dekade terakhir budidaya udang ini mulai merebak dengan cepat kekawasan asia seperti Taiwan, Cina, dan Malaysia, bahkan kini di Indonesia. Induk dan benur tersebut kemudian dikembangkan oleh hatchery pemula, sekarang usaha tersebut telah dikomersialkan dan berkembang pesat karena peminat udang vaname semakin meningkat.

Penulisan tugas akhir ini bertujuan menanbah pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen kualitas air pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak semi intensif. Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai manajemen kualitas air pada pembesaran udang vaname.

Tugas akhir ini disusun berdasarkan Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan dari 14 Januari 2019 sampai 17 April 2019 di tambak intensif Mirta PT. CENTRAL PROTEINA PRIMA, Pasuruan, Timur Timur

Manajemen pemberian pakan yang dilakukan pada pembesaran udang vaname meliputi, program pemberian pakan, frekuensi pemberian pakan, sampling pertumbuhan, pengukuran pengukuran kualitas air. Pemberian pakan ini dilakukan selama 70 hari pada tambak dengan luas tambak 500 m2 sehingga menghasilkan udang yang memiliki kualitas tinggi. Pertumbuhan harian udang yaitu 0,3 gram perhari dengan FCR yang diperoleh yaitu 1,18, dan tingkat kelangsungan hidup udang yaitu 71%.

(12)

12

12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopanaeus vannamei) adalah salah satu komoditas yang menjadi tren di industri budidaya perikanan (Kilawati, 2012). Keberadaan udang di Indonesia khususnya di Jawa Timur sudah bukan hal yang asing lagi bagi para petambak, udang ini telah berhasil merebut simpatik masyarakat pembudidaya karena kelebihannya, sehingga sejauah ini dinilai mampu menggatikan udang windu sebagai alternatif kegiatan diverifikasi usaha yang positif. Udang vaname merupakan jenis udang laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi, udang vaname memiliki keunggulan daripada udang windu diantaranya, tingkat konsumsi pakan rendah, produktivitasnya tinggi, lebih mudah dibudidayakan, dan relatif tahan terhadap penyakit. Berbagai keunggulan tersebut menyebabkan banyak pengusaha beralih keudang vanamedari usaha udang windu (Poernomo, 2002)

Manajemen pakan dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dilakukan secara intensif merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan baik dari segi penentuan jenis pakan, kandungan nutrisi pakan, dosis pemberian pakan dan cara pemberian pakan sebagai upaya untuk mempertahankan tingkat kelangsungan hidup dan meningkatkan laju pertumbuhan udang . Dampak negatif yang mesti dihindari dari manajemen pakan yaitu pemberian pakan yang kurang (under feeding) dan pemberian pakan yang berlebihan (over feeding) karena apabila pemberian pakan yang kurang akan menyebabkan pertumbuhan udang kurang baik dan apabila pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan sisa pakan sehingga menurunkan kualitas air dan dapat menimbulkan udang stress, olehnya itu perlu manajemen pakan yang baik.

(13)

13

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di tambak intensif mitra PT. Central Proteina Prima Pasuruan, Jawa Timur dengan judul Tugas Akhir “Manajemen Pemberian Pakan Buatan Pada Pembesaran Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei)”. 1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Tugas Akhir ini adalah menguraikan Manajemen Pemberian Pakan pada Udang Vaname (Litopanaeus vannamei) Di Tambak Intensif PT. Central Proteina Prima

Manfaat tugas akhir ini adalah sebagai bahan informasi dan meningkatkan kompetensi dalam berkarya dimasyarakat berupa Manajemen Pemberian Pakan pada Udang Vaname Di Tambak Intensif.

(14)

14

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morforlogi

Menurut Holtius,L.B (1980) pemberian nama latin udang vaname pertama kali dilakukan oleh Boone pada tahun 1931 dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida Ordo : Decapoda Subordo : Dendrobrachiata Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

Bagian tubuh udang vaname terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (chepalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari

antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname juga

dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang

maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vaname terdiri dar 6 ruas dan juga

terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sift udang vaname aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder) serta

(15)

15

mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6 stadia naupli, 3 stadia

protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia post

larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa (Haliman 2005 diacu dalam Pranoto 2007). Udang vaname juga mempunyai nama F.A.O yaitu

whiteleg shrimp, crevette pattes blanches, dan camaron patiblanco.

Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004). Udang vaname menyukai dasar yang berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut (Dore dan Frimodt 1987 diacu dalam Muzaki 2004).

Pada betina gonad pertama berukuran kecil, berwarna coklat keemasan atau coklat kehijauan pada musim pemijahan Penaeus vannamei, biasa juga disebut sebagai udang putih dan masuk ke dalam famili Penaidae. Anggota famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina. Udang Penaeid dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi pada rostrumnya. Penaeid vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Udang vannamei memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, Penaeus vannamei tumbuh dengan lambat yaitu sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan (Wyban, 1991).

(16)

16

2.2 Tingkah Laku Makan

Udang termasuk golongan omnivora atau pemakan segala, beberapa sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda,

polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vanamei pakan dicari dan

diidentifikasi dengan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran oleh bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Adanya sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam amino) dan lemak maka udang meresponnya dengan cara mendekati sumber pakan tersebut (Soleha 2006).

2.3 Pakan Buatan

Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dan disipkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme. Menurut Mudjiman (2004), pakan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan. Pakan buatan terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah dari bentuk aslinya.

Pakan buatan (Artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Pakan ini terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yan kemudian diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah bentuk aslinya. Bahan baku pakan buatan sebaiknya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu; (1) mempunyai nilai gizi yang tinggi terutama protein sesuai kebutuhan, (2) pakan mudah dicerna dan diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran mulut ikan, (3) kandungan

(17)

17

nutrisi pakan mudah diserap tubuh serta memiliki rasa yang disukai udang yang dibudidayakan dan tingkat efektifitasnya tinggi (Mudjiman dan Suyanto 2004). Karakteristik pakan yang layak untuk pakan udang vaname adalah sebagai berikut:

2.3.1 Water Stability Pakan

Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan secara langsung dapat mempengaruhi tingkat rasio konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan pemborosan dan dapat menimbulkan pencemaran air yang akhirnya menurunkan kualitas air dalam tambak (Harris 1985 dalam Darmawan 2014).

Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya atraktan sebagai daya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air. Larutnya pakan dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih belum dapat mempengaruhi pertumbuhan udang (Mokoginta 1988 dalam Darmawan 2014).

2.3.2 Bentuk Pakan

Pellet

Pellet adalah pakan berbentuk silinder yang berasal dari pencetakan bahan-bahan baku pakan dengan menggunakan mesin die sehingga menjadi bentuk silinder atau potongan kecil dengan diameter, panjang, dan derajat kekerasan yang

(18)

18

berbeda. Pellet yang berukuran besar umumnya mengandung serat yang berasal dari hijauan. Pakan pellet untuk kuda bisa berupa pellet konsentrat, pellet hay, dan pakan pellet komplit (Ensminger, 1990). Pakan dalam bentuk pellet merupakan salah satu bentuk pengawetan bahan pakan dalam bentuk yang lebih terjamin tingkat pengadaan dan kontinuitas penyediaannya untuk mempertahankan kualitas pakan (Mathius, 2006).

Crumble

Pakan berbentuk crumble merupakan bentuk pertengahan antara bentuk pellet dan mash. Pakan ini memiliki cirri dan bentuk yang tidak beraturan, merupakan proses lanjutan dari pellet. Kelebihan pakan berbentuk crumble adalah menurut ransum dapat memperbaiki penampilan ayam yang dipelihara terutama karean dapat meningkatkan kepadatan zat makanan

Mesin produksi pakan yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi crumble adalah crumbler. Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya digunakan untuk memecah pellet menjadi bongkahan partikel yang lebih kecil baik ukuran panjang dan diameternya. Mesin tersebut digunakan untuk memecah pellet menjadi bentuk butiran atau granula atau pecahan (crumble) dan biasanya diberikan pada ternak seperti ayam broiler, benur ikan dan udang. Crumbling adalah proses penggilingan atau pemecahan pellet menjadi partikel yang kasar atau berbentuk granular (Robinson, 1976)

(19)

19

2.4 Kandungan Pakan 2.4.1 Protein

Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk :Pemeliharaan jaringan, jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan. Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang Vanname adalah yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar. (Tacon, A. 1987).

(Djarijah 1998) Pakan tambahan yang baik untuk udang adalah pakan yang mengandung kadar protein 20-40 %. Selain dilihat dari kadar proteinnya, kulaitas dari pakan tambahan untuk udang juga ditentukan oleh kehalusan dari bahanya. Semakin halus bahan baku pellet maka tahan dari pelet tersebut akan semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan udang untuk memakannya juga semakin panjang.

(20)

20

2.4.2 Kadar Abu

Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (Sudarmadji 2003). Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuannya. Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung mineral yang berupa abu. Mineral yang terdapat dalam satu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan pektat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, dan nitrat. Mineral juga biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis (Sediaoetomo 2000).

Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Garam organic misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawa yang komplek yang bersifat organis.

(Sudarmadji 2003). kasar juga sering disebut sebagai ether extract (Cherney2000) 2.4.3 Kadar Lemak

Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak, monogliserida, digliserida,

fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan

(21)

21

ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa (Anonim 2010).

Lemak kasar terdiri dari lemak pigmen, zat-zat nutrient bersifat larut dalam lemak seperti Vitamin A, D, E, dan K diduga terhitung sebagai lemak kasar. Pigmen yang sering terekstrak pada analisa lemak kasar seperti klorofil atau xanthopil. Analisa lemak kasar pada umumnya menggunakan senyawa eter sebagai bahan pelarutnya, maka dari itu analisa lemak).

2.4.4 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembangbiak sehingga terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryanto 1992).

(Dwijosepputro 1994) Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembangbiak, sehingga terjadi perubahan pada bahan pangan.

2.4.5 Serat Kasar

Fraksi serat kasar mengandung selulosa, lignin, dan hemiselulosa tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994). Pakan hijauan merupakan sumber serta kasar yang dapat merangsang

(22)

22

pertumbuhan alat-alat pencernaan pada ternak yang sedang tumbuh. Tingginya serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida 1998).

Analisis serat kasar adalah usaha untuk mengetahui serat kasar bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang, dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Murtidjo 1987).

2.4.6 Karbohidrat

Karbohidrat mempunyai fungsi biologi yang penting. Pati dan glikogen berperan sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan sebagai unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman. Karbohidrat lain berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat di antara sel dan pemberi spesifitas biologi pada

permukaan sel (Lehninger, 1982). 2.5 Manajemen Pemberian Pakan

Menurut Kordi (2010), pemberian pakan buatan dapat diberikan mulai sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (under feeding) atau kelebihan pakan (over

(23)

23

Under feeding dapat menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lambat,

ukuran tidak seragam, tubuh tampak keropos dan timbul rasa kanibalisme udang. Sementara over feeding dapat menyebabkan kualitas air terganggu dan pakan juga akan terbuang sia-sia (Kordi, 2010).

2.5.1 Program Pemberian Pakan

Program pemberian pakan pada budidaya udang vaname merupakan langkah awal yang harus di perhatikan untuk menentukan jenis, ukuran, frekuensi, dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwidjaya, 2005). Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya udang sangat penting karena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal (Haryanti 2003).

Menurut Tacon (1987), pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan memperharikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana udang di beri pakan. Penerapan feeding program hendaknya di sesuaikan dengan tingkah laku udang, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan

penggunaan pakan.

2.5.2 Frekuensi Pemberian Pakan

Menurut Haliman dan Adijaya (2005),, seperti udang pada umumnya, vaname bersifat nokturnal atau aktif makan pada malam hari. Frekuensi pemberian pakan dapat diperkirakan dengan memperhitungkan sifat tersebut untuk mendapatkan nilai feed convertion ratio (FCR) atau nilai konversi yang ideal. Pakan yang dikonsumsi secara normal akan diproses selama 3-4 jam setelah

(24)

24

pakan tersebut dikonsumsi, kemudian sisanya akan dibuang sebagai kotoran. Dengan pertimbangaan sifat biologis tersebut, pemberian pakan dapat dilakukan dengan interval tertentu. Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2-3 kali sehari karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan pakan buatan berbentuk pellet, frekuensi pemberian dapat ditambahkan menjadi 4-6 kali sehari pada pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00 dan 24.00.

2.5.3 Cara Pemberian Pakan

Pemberian pakan berbentuk crumbel atau pelet dapat dilakukan sejak benur ditebar hingga benur siap panen. Namun ukuran dan jumlah pakan yang harus di perhatikan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak kekurangan pakan atau kelebihan pakan (Haliman dan Adijaya, 2005). Jumlah pakan yang diberikan dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran langsung disekeliling area tambak dan pemberian pakan yang di letakkan di dalam anco pakan (Kordi, 2010).

2.6 Kinerja Pertumbuhan

Kinerja pertumbuhan merupakan hasil kerja yang telah digunakan untuk pertabahan ukuran yang dialami oleh udang vaname selama pemeliharaan berlangsung.

2.6.1 Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan ekspresi dari pertambahan volume, panjang, serta bobot terhadap satuan waktu tertentu (Effendie, 1985). Pengamatan pertumbuhan dapat dilakukan di anco atau dengan cara sampling. Wyban dan Sweeny (1991), menerankan bahwa pertumbuhan udang vaname pada wadah

(25)

25

terkontrol dengan kepadatan 100 ekor/m2 adalah 2 gram/minggu sebelum berat udang mencapai 2 Feed 20 gram, selanjutnya perumbuhan udang 1 gram/minggu. 2.6.2 Survival Rate ( SR)

Tingkat kelangsungan adalah perbandingan antara jumlah udang yang hidup pada akhir pemeliharaan dan jumlah udang diawal pemeliharaan. Menurut Effendi (2004), survival rate atau tingkat kelangsungan hidup dalam perikanan budidaya merupakan indeks kelulusan hidup udang dalam proses budidaya dari awal udang ditebar hingga panen. Faktor yang paling mempengaruhi kelangsungan hidup udang yaitu pengelolaan dalam pemberian pakan yang baik (Yustianti, 2013).

2.6.3 Comversion Ratio (FCR)

FCR merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan bobot biomassa yang dihasilkan (Effendy, 2000). Menurut Haliman dan Adijaya (2008), FCR adalah perbandingan antara jumlah kebutuhan pakan yang diperlukan untuk memproduksi satu kilogram bobot udang. Berdasarkan pendataan pada tambak intensif dalam kondisi panen normal, FCR yang dicapai antara 1,5-2,0 (tergantung dari media/kondisi lahan tambak yang digunakan) dan dapat dijadikan FCR standar (Sobana, 2008).

(26)

26

26

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penulisan tugas akhir ini berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari tanggal 14 Januari 2019 sampai 17 April 2019 di tambak mitra PT. Central Proteina Prima. 3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama kegiatan di tambak mitra PT. Central Proteina Prima, Pasuruan dapat dilihat pada Tabel. 1

Tabel 3. 1 Alat yang Digunakan dalam Operasional Tambak Intensif dengan Luas 500 m2

No. Alat Jumlah Spesifikasi Kegunaan 1 Pompa 1 8 inci Membantu suplay air 2 Kincir 4 1 HP Sebagai suplay okgen 3 Anco 1 60 cm×60 cm Pengontrolan pakan dan

kesehatan udang

4 Ember 3 15 liter Tempat pakan dan pengapuran 5 Genset 1 Sumber listrik

6 Jala lempar 1 2 meter Mngambil sampel udang 7 Jaring

Kondom

1 6 meter Memanen udang 8 Timbangan 1 2 kg Menimbang pakan

Tabel 3.2 Jenis Bahan yang Digunakan pada Tambak Intensif Mitra PT. Central Proteina Prima.

No. Bahan Spesifikasi Kegunaan

1 Pakan buatan Irawan Sumber nutrisi untuk kebutuhan udang 2 Probiotik Super NB Memperbaiki kualitas air

3 Vitamin C Meningkatkan daya tahan tubuh udang 4 Omega protein Suplemen makanan udang

5 Udang vaname Organisme yang dibudidayakan 6 Vitamin B Mencegah pertumbuhan yang lambat 7 Natural mikro Membantu mempercepat pertumbuhan 8 Es batu Mengawetkan udang

(27)

27

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu observasi aktif dan partisipasi aktif untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti langsung kegiatan teknik pembesaran udang vaname

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara dengan pembimbing dan teknisi lapangan.

3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1 Pengeringan

1. Air pada petakan dikelurkan secara keseluruhan

2. Kemudian terpal dikeringkan selama 3-5 hari hingga kotoran terepas dari terpal 3. Setelah kotoran terlepas maka disapu menggunakan sapu lidi kemudian

dikumpulkan dan dibuang. 3.4.2 Pemersihan Wadah 1. Alat dan bahan disiapkan

2. Pipa dan selang spiral dihubungkan dengan menggunakan karet ban

3. Selang spiral dihubungkan kepompa dan dikilat dengan menggunakan karet ban 4. Setelah selesai maka pompa dinyalakan

(28)

28

6. Kotoran yang menempel didinding kemudian disikat menggunakan potongan waring dan sikat

7. Dinding kembali disemprot agar kotoran pada dinding hilang

8. Setelah dinding selesai dibersihkan selanjutnya dasar tambak dibersihkan 9. Sisa air yang tergenang di dasar disapumenggunakan sapu lidi dengan

mengarahkan ke central drain 3.4.3 Perbaikan HDPE

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Perbaikan HDPE pada terpal yang mengalami kebocoran

3. Tambak yang bocor ditutupi dengan potongan terpal dengan menggunakan lester

3.4.4 Pengisian Air

1. Sebelum melakukan pengisian air terlebih dahulu pipa saluran pengeluran ditutup

2. Kemudian pipa pemasukan dibuka 3. Setelah itu pompa dinyalakan

4. Pengisian air dilakukan sampai air mencapai ketinggian 120 cm

3.4.5 Pemberian Cupri Sulfat ( CuSO4 )

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Cupri sulfat dimasukkan ke dalam ember kemudian diencerkan menggunakan air tambak dan dihomogenkan menggunakan timba

3. Cupri sulfat siap ditebar pada petakan pemeliharaan dengan mengelilingi petakan

(29)

29

3.4.6 Pemberian Nuvaq 1. Alat dan bahan disipkan

2. Nuvaq dituang ke dalam gelas ukur sebanyak 1-1,5 ppm

3. Nuvaq siap ditebar pada petakan dengan mengelilingi petakan dengan tujuan untuk membasmi crustasea

3.4.7 Pemberian Kaporit (Ca(CIO)2

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Penutup dan plastik dibuka menggunakan pisau

3. Kemudia kaporit dimasukkan ke dalam karung yang terbuat dari waring yang berada pada air

4. Kemudian waring yang berisi kaporit ditarik mengelilingi petakan sambil diayak-ayak

3.4.8 Pemberian Fermentasi

1. Fermentasi yang telah disimpan selama 24 jam kemudian ditebar pada petakan secara merata pada petakan

2. Pemberian fermentasi dilakukan bergantian dengan probiotik 3.4.9 Pemberian Probiotik

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Super NB dituang ke dalam gelas ukur dengan dosis 0,5-1 ppm

3. Super NB siap ditebar secara merata dengan menambahkan sedikit air tambak sambil mengelilingi tambak.

(30)

30

3.4.10 Penebaran Benur 1. Alat dan bahan disipakan

2. Benur yang berada di dalam sterofom dikeluarkan

3. Baskom diisi dengan air petakan menggunakan timba sebanyak satu liter 4. Selanjutnya benur yang masih ada di dalam kantong plastik dipindahkan ke

dalam baskom yang berisi air petakan

5. Kemudian baskom yang berisi benur dituang ke tambak secara perlahan-lahan 3.4.11 Pemberian Pakan

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Pakan ditimbang sesuai dosis yang ditentukan dan kemudian dimasukkan ke dalam ember

3. Air dimasukkan ke dalam ember sebanyak 1-2 liter dan ditambahkan vitamin B, vitamin C, omega protein, dan natural mikro mineral sesuai dengan dosis, kemudian dihomogenkan.

4. Kemudian air dicampur vitamin B, vitamin C, omega protein dan natural mikro mineral dituang ke dalam ember yang berisi pakan, kemudian dihomogenkan menggunakan sendok pakan dan menggunakan tangan

5. Pakan ditebar secara merata dengan mengelilingi petakan pemeliharaan 3.4.12 Penimbangan Pakan Anco

1. Pakan yang telah ditimbang kemudian kembali ditimbang sebanyak 5% dari pakan yang diberikan pada saat itu

2. Kemudian pakan diturunkan ke anco

(31)

31

3.4.13 Pengontrolan Anco

1. Anco diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik tali anco 2. Sisa pakan, kotoran udang, dan usus udang diamati

3. Apabila pakan pada anco telah habis maka anco dibersihkan dan anco diangkat. 3.4.14 Sampling Pertumbuhan

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Sebelum melakukan sampling, jala dan keranjang sampling disterilkan menggunakan air petakan

3. Jala dilempar pada titik sampling yang telah ditentukan

4. Udang yang terjala dimasukkan ke dalam ember yang berisi air petakan. 5. Udang dimasukkan ke dalam keranjang sampling untuk menghilangkan air 6. Udang ditimbang dan hasilnya dicatat

7. Ember kembali diisi air petakan, kemudian udang dimasukkan kemudian ke dalam ember

8. Udang dihitung dan hasil perhitungan dicatat 9. Udang dimasukkan kembali ke tambak

10. Berat rata-rata sampling (ABW), pertumbuhan berat harian (ADG), biomassa, size, FCR dan SR dihitung.

3.4.15 Pengukuran pH 1. Disiapkan alat dan bahan

2. Diambil air sampel secukupnya dengan menggunakan timba dan dimasukkan kedalam wadah sample

(32)

32

4. Dicelupkan pH testpen ke dalam air sampel, kemudian ditekan tombol on/off 5. Dibaca nilai pH pada monitor pH testpen

6. pH testpen dimatikan setelah itu dibilas dengan menggunakan air tawar. 3.4.16 Pengukuran Salinitas

1. Air sampel diambil menggunakan timba, kemudian sampel dimasukkan ke dalam wadah

2. Sebelum digunakan handrefraktometer maka terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan air aqua.

3. Dipipet sampel dan diteteskan pada kaca prisma

4. Diterawang handrefraktometer dengan mengarahkan kecahaya untuk melihat nilai salinitas

3.4.17 Pengukuran Suhu

1. Diangkat termometer yang terpasang di wadah budidaya perlahan-lahan 2. Selanjutnya dilihat skala pada termometer sejajar dengan mata untuk melihat nilai suhu, kemudian hasilnya dicatat.

3.4.18 Pengukuran Kecerahan 1. Disiapkan secchi disk

2. Diturunkan secchi disk ke media budidaya secara perlahan-lahan dengan membelakangi sinar matahari dan angka pada secchi disk dihadapkan ke arah pembaca agar mempermudah dalam melihat nilai

3. Apabila piringan secchi disk tidak terlihat maka dicatat sebagai T1

4. Secchi disk diangkat secara perlahan-lahan sampai piringan secchi disk terlihat maka dibaca sebagai T2

(33)

33

5. Selanjutnya nilai dapat dihitung dengan rumus 𝑇1+𝑇2 2 3.4.19 Tinggi Air

1. Ditempat papan skala diletakkan yang mudah terlihat

2. Dilihat angka pada papan yang sejajar pada air yang dicatat sebagai nilai ketinggian

3.4.20 Penyiponan

1. Sebelum dilakukan penyiponan terlebih dahulu pipa pengeluaran dibuka dan ujung pipa pengeluaran dipasangi waring agar kotoran yang keluar tidak menyebar

2. Pada central drain, selang spiral yang tersambung dengan pipa penutup central drain diambil dan ditenggelamkan sampai air terhisap.

3. Kemudian ditutup ujung selang spiral sebagian menggunakan kaki agar udang tidak ikut keluar.

4. Dilakukan penyiponan pada daerah central drain.

5. Setelah selesai disimpan selang spirl dan pipa pengeluaran ditutup. 3.4.21 Pemberian Probiotik

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dituang super NB ke dalam gelas ukur dengan dosis pemberian yaitu 0,5-1 ppm

3. Super NB siap ditebar secara merata dengan menambahkan air tambak secukupnya

(34)

34

3.4.22 Pengapuran

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang kapur dengan dosis 2 ppm dan kemudian dimasukkan ke dalam ember

3. Dicairkan kapur menggunakan air petakan kemudian dihomogenkan menggunakan timba

4. Kapur siap ditebar secara merata pada petakan dengan mengelilingi petakan. 3.4.23 Panen Parsial

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Waring diturunkan atau CPD ke dasar pematang 3. Pakan ditebar kepetakan

4. Udang ditangkap dengan menggunakan jala lempar dan disimpan pada drum blong

5. Drum blong yang telah berisi udang diangkat ke tempat penyortiran udang. 3.4.24 Panen Total

1. Alat dan bahn disiapkan

2. Udang ditangkap dengan menggunakan jala lempar dan di simpan pada keranjang

(35)

35

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan dari ukuran,berat, dan panjang dalam waktu selama pemeliharaan udang vaname. Kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) merupakan tingkat kehidupan udang dalam petakan tambak. 2. Berat rata-rata (Avarage Body Weght/ABW)

ABW merupakan berat rata-rata udang dalam suatu periode tertentu 3. Biomassa udang

Biomassa merupakan jumlah berat total udang dari suatu populasi dalam suatu periode.

4. Pertambahan berat rata-rata (Average Daily Gain/ADG)

ADG merupakan pertambahan berat rata-rata udang dalam suatu periode atau 1 siklus

5. Feed Conversion Ratio (FCR)

Feed Conversion Ratio (FCR) adalah jumlah pakan yang dihabiskan udang untuk meningkatkan bobot tubuh.

3.5.2 Analisis Data

1. Kelangsungan hidup/Survival rate (SR)

Berdasarkan panduan PT. CP. Prima (2016) SR dihitung dengan rumus :

(36)

36

2. Mean body weight ( MBW)

Menurut Halima dan Adijaya (2005), Mean body weight (gr/ekor) dihitung dengan rumus :

𝑀𝐵𝑊 (𝑔𝑟) =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝑒𝑘𝑜𝑟)𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝑔𝑟) ...(3.3)

3. Feed conversion ratio (FCR )

Berdasarkan Panduan PT. CP. Prima (2016) FCR dihitung dengan rumus :

𝐹𝐶𝑅 =𝑃𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 (𝑘𝑔) ...(3.4)

4. Pertambahan berat rata-rata (Average Daily Gain/ADG)

Berdasarkan Panduan PT. CP. Prima (2016) ADG dihitung dengan rumus : 𝐴𝐷𝐺 =𝐴𝐵𝑊 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝐼𝐼 (𝑔𝑟𝑎𝑚)−𝐴𝐵𝑊 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝐼 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 (𝐻𝑎𝑟𝑖) ...(3.5)

5. Feed/Day (F/D)

Berdasarkan Panduan PT. CP. Prima (2016) F/D dihitung dengan rumus : F/D= Biomassa x %FR ...(3.6)

Gambar

Tabel 3. 1  Alat  yang Digunakan dalam Operasional Tambak Intensif dengan  Luas   500 m 2

Referensi

Dokumen terkait

Plankton mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai pakan alami, penyangga (buffer) terhadap intensitas cahaya matahari dan sebagai indikator biologi dengan

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng sekaligus untuk

Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta, semua media komunikasi yang digunakan berada pada kategori sedang atau cukup baik, sehingga semua media

Jenis penelitian ini adalah eksperimen (true experiment) karena dalam penelitian ini dilakukan perlakuan, yaitu pemberian ekstrak jahe dengan konsentrasi yang berbeda dan

Perancangan ini meliputi pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, perangkat keras meliputi perancangan hidroponik dan perancangan rangkaian Arduino shield yang

 PT Medco Power Indonesia, anak usaha dari PT Medco Energi Internasi onal Tbk (MEDC), INPEX Corp dan mitra lain menyatakan, sejak 2 Oktober 2017, pembangkit listrik tenaga

Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar