• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat lain. Adanya jalan, akses yang menuju tempat yang dituju bisa lebih cepat dan nyaman dandiperlukan perencanaan yang matang, Supaya pada saat melintasi jalan tersebut pengendara bisa merasa nyaman dan aman.

Jalan perkerasan kaku adalah jalan yang menggunakan bahan beton sebagai perkerasannya dengan dan/atau tanpa tulangan (Pd T-14-2003.).

Bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang digunakan dalam perencanaan jalan yang meliputi (Pd T-14-2003.):

a. Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku b. Metode Pelaksanaan

c. Rencana Anggaran Biaya

2.2 Keuntungan Serta Kerugian Dari Perkerasan Kaku Keuntungan dari perkersan kaku adalah

- Memiliki ketahanan yang baik terhadap keausan roda lalu lintas - Dapat menahan beban kendaraan yang berat

- Memiliki ketahanan yang baik terhadap genangan air banjir serta tahan terhadap pelapukan cuaca.

- Biaya perawatan lebih murah dibandingkan jalan aspal karena tidak perlu sering di lakukan.

- Dapat digunakan pada struktur tanah lemah tanpa perbaikan struktur tanahnya terlebih dahulu.

Kerugiannya adalah

- Rentan terhdap retak jika konstruksi diatas tanah dasar lunak (Pd T-14-2003.)

(2)

2.3 Perkerasan Jalan Raya

Perkerasan jalan suatu bagian jalan raya yang diperkeras menggunakan perencanaan tertentu mempunyai ketebalan, kaku dan kekuatan serta mempunyai stabilitas tertentu supaya mampu menahan beban arus lalu lintas yang berasda diatas tanah asli. Perkerasan jalan ini menggunkan campuran agregat dan bahan ikat agregat yang digunakan adalah batu pecah. batu kali atau bahan lainnya, sedangkan bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.

Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas (Sumber : Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999).:

a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

b. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

(Sumber : Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)

Perbedaan utama perkerasan kaku dan lentur diberikan padaTabel 2.1 Tabel 2.1.Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku

Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku

1 Bahan pengikat Aspal Semen

2 Repetisi beban Timbul Rutting (lendutan pada jalur roda)

Timbul retak-retak pada permukaan

3 Penurunan tanah dasar

Jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar)

Bersifat sebagai balok diatas perletakan

4 Perubahan temperature

Modulus kekakuan berubah.

Timbul tegangan dalam yang kecil

Modulus kekakuan tidak berubah

Timbul tegangan dalam yang besar

(Sumber : Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)

(3)

2.4 Pengertian Perkerasan Kaku

Perkerasan jalan beton semen adalah suatu konstruksi perkerasan dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan ikatnya. Perkerasan beton memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap area tanah yang cukup luas, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton sendiri. Hal ini berbeda dengan dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari lapisan-lapisan tebal pondasi bawah, pondasi dan lapisan permukaan (Suryawan, 2009).

Perkerasan beton semen memiliki struktur terdiri dari atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak diatas pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat padaGambar 2.1(Pd T-14-2003).

Gambar 2.1 Tipikal struktur perkerasan beton semen (Pd T-14-2003)

Perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 2 jenis (Pd T-14-2003.):

a. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan(Jointed Unreinforced Concrete Pavement) adalah jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar 4 sampi 5 meter(Pd-14-2003).

b. Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh

dari pelat beton. Sifat daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat

beton semen. Faktoryang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan,

(4)

kepadatan, dan perubahan kadar air selama masa pelayanan (Sumber: Pd T- 14-2003).

2.5 Komponen Kontruksi Perkerasan Kaku

Kontruksi perkerasan beton semen, sebagai kontruksi utama adalah berupa satu lapis beton semen dengan mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase berupa cement treated subbase maupun granular subbbase) berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau pelengkap (Sumber: Pd T-14-2003.

Gambar 2.2 Skema Potongan Melintang Kontruksi Perkerasan Kaku (Pd T-14-2003)

Komponen Konstruksi Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement) adalah sebagai berikut (Pd T-14-2003).:

1. Tanah Dasar (Subgrade)

Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan untuk

menerima konstruksi di atasnya adalah konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini

berfungsi sebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan dan disebarkan

oleh konstruksi perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan

tanah dasar (subgrade) adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragama

daya dukung dan keseragaman kepadatan (Pd T-14-2003).

(5)

2. Lapis Pondasi (Subbase)

Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu tinggi. Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound granural (CTSB, cement treated subbase) (Pd T-14-2003).

3. Tulangan

Pada perkerasan beton semen terdapat dua jenis tulangan, yaitu tulangan pada pelat beton untuk memperkuat pelat beton tersebut dan tulangan sambungan untuk menyambung kembali bagian – bagian pelat beton yang telah terputus (diputus).

Adapun tulangan tersebut antara lain (Pd T-14-2003):

1) Tulangan Pelat

Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi yang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain seperti gedung, balok dan sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada perkerasan beton semen adalah sebagi berikut (Sumber: Pd T-14-2003):

 Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.

2) Tulangan Sambungan

Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah melintang dan arah memanjang. Sambungan melintang merupakan sambungan untuk mengakomodir kembang susut ke arah memanjang pelat. Tulangan sambung memanjang merupakan sambungan untuk mengakomodir gerakan lenting pelat beton (Sumber: Pd T-14-2003).

Gambar 2.3 Sambungan Pada Konstruksi Perkerasaan Kaku

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

(6)

Adapun ciri dan fungsi dari masing – masing tulangan sambungan adalah sebagai berikut (Pd T-14-2003):

a. Tulangan Sambungan Melintang

 Tulangan sambungan melintang disebut juga dowel.

 Berfungsi sebagai sliding device dan load transfer device.

 Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar(Sumber: Pd T- 14-2003).

b. Tulangan Sambungan Memanjang

 Tulangan sambungan memanjang disebut juga Tie Bar.

 Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices.

 Berbentuk deformed / ulir dan berbentuk kecil.

 Lekat di kedua sisi pelat beton.

 Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan (Sumber:

Pd T-14-2003).

c. Sambungan atau Joint

Fungsi sambungan atau joint adalah mengendalikan atau mengarahkan retak pelat beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping (lenting), agar teratur baik bentuk maupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Pada sambungan melintang ada dua jenis sambungan yaitu sambungan susut dan sambungan lenting. Sambungan susut dilakukan dengan cara memasang dowel dan begesting melintang antara pelat untuk pengecoran sebelumnya dan pengecoran berikutnya. Sambungan lenting diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bar.Pada celah sambungan harus diisi dengan joint salent dari bahan khusus yang bersifat thermoplastic antara lain rubber aspalt, coal tars maupun rubbers tars (Sumber: Pd T-14-2003).

d. Bound Breaker

Subbase Bound Breaker ialah plastik tipis yang diletakkan di atas subbase agar tidak terjadi bounding antara subbase dengan pelat beton diatasnya. Selain itu, permukaan subbase juga tidak boleh di-groove atau di-brush.

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

(7)

2.6 Struktur dan Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku 2.6.1 Struktur Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu :

Perkerasan beton semen perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus.

Terdapat 5 jenis perkerasan beton:

1) Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan 2) Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan 3) Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.

4) Perkerasan beton semen prategang

5) Perkerasan beton semen pracetak (dengan dan tanpa prategang) (Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003)

2.6.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Metode Bina Marga 2003

Perencanaan perkerasan kaku dengan metode Bina Marga 2003 (Pd-T-14- 2003) atau Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen merupakan pedoman perencanaan perkerasan kaku yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Perencanaan merupakan penyempurnaan Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) tahun 1985 – SKBI 2.3.28.1985. Pedoman ini diadopsi dari AUSTROADS, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements (1992). Parameter perencanaan perkerasan kaku Metode Bina Marga 2003 persyaratan teknis di uraikan sebagai berikut (Sumber: Pd T-14- 2003):

1. Tanah Dasar

Kekuatan tanah dasar dinyatakan sebagai (k) yang ditentukan dengan

nilai pengujian CBR insitu (SNI 03-1731-1989) untuk perencanaan tebal

perkerasan jalan lama atau CBR laboratorium untuk perencanaan jalan baru

(SNI 03-1744-1989). Apabila nilai tanah dasar < 2%, maka harus dipasang

pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean Mix Concrete) setebal 15

cm yang dianggap mempunyai CBR tanah dasar efektif 5% (Pd-T-14-2003).

(8)

2. Pondasi Bawah

Bahan pondasi bawah dapat berupa : 1) Bahan berbutir.

2) Stabilitas atau dengan beton kurus giling padat ( Lean Rolled Concrete) 3) Campuran beton kurus (Lean Mix Concrete)

Lapisn pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah ekspansif (Pd T-14-2003).

SNI 03-1743-1989. Apabila pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi bawah minimum yang disarankan dan CBR tanah dasar efektif dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5

Gambar 2.4Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen (Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

Gambar 2.5CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

(9)

Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi bawah dengan penyimpangan ijin 3% – 5%. Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% dalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100%, sesuai dengan SNI 03-1743-1989.

Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat berupa(Sumber: Pd T-14- 2003).

1) Stabilitas material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai dengan hasil perencanaan untuk menjamin kekuatan campuran dan ketahanan terhadap erosi.

2) Jenis bahan pengikat dapat meliputi semen, kapur, serta abu terbang, atau slag yang dihaluskan.

3) Campuran beraspal bergradasi rapat (Dense graded asphalt).

4) Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan karateristik pada umur 28 hari minimum 5,5 Mpa (55Kg/cm

2

)

Campuran beton kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 Mpa (50 Kg/cm

2

) tanpa menggunakan abu terbang, atau 7 Mpa (70 Kg/cm

2

) bila menggunakan abu tebang, dengan tebal minimum 10 cm (Pd-T-14-2003).

3. Beton Semen

Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur umur 28 hari yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 Mpa (30 - 50 Kg/cm

2

).

Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon harus mencapai kuat tarik lentur 5 – 5,5 Mpa (50 - 55 Kg/cm

2

). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 Mpa (2,5 Kg/cm

2

) terdekat (Sumber:

Pd T-14-2003).

(10)

Beton bisa diperkuat dengan menggunakan serat baja (Steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk yang tidak lazim.Serat baja dapat digunakan pada campuran beton yang digunakan untuk jalan plaza tol, putaran dan Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal derat dengan panjang 15mm dan 50 mm dapat ditambahkan ke dalan adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 Kg/m

3

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14- 2003).

Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati dengan rumus berikut (Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T- 14-2003).

f

cf

= K (fc’)

0,50

dalam Mpa atau...(1) f

cf

= 3,13 K (fc’)

0,50

dalam kg/cm

2

...(2) Dengan pengertian :

fc’ = kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm

2

) fcf = kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm

2

)

K = konstanta 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 agregat pecah.

Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut (Pd T-14-2003) : f

cf

= 1,37.f

cs,

dalam Mpa atau...(3)

f

cf

= 13,44.f

cs,

dalam kg/cm

2

...(4) Dengan pengertian :

F

cs

= kuat tarik belah beton 28 hari

Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steal-fiber) untuk meningkatkan

kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada plat khususnya untuk

(11)

bentuk tidak lazim.Serat baja bisa digunakan pada campuran betonn (Pd T-14- 2003).

4. Lalu Lintas

Penentuan beban lalu lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakn dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir.

Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton (Sumber: semenPd T-14-2003).

Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu, yaitu sebagai berikut :

1. Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).

2. Sumbu tunggal roda ganda (STRG).

3. Sumbu tandem roda ganda (STdRG).

4. Sumbu tridem roda ganda (STrRG).

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003)

Gambar 2.6 Konfigurasi Beban Sumbu

(Sumber: Ari Suryawan, Perkerasan jalan beton semen portland, 2009)

(12)

 Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi

Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan. Korelasi jumlah lajur dan koefisien distribusi dapat di tentukan seperti dalam Tabel 2.2 (Pd T-14- 2003) .

Tabel 2.2 Jumlah Lajur Berdasarkam Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

 Umur Rencana

Umur rencana adalah waktu dalam tahun yang dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu diberi lapisan permukaan baru. Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas dasar pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lintas, serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak lepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun. (Pd-T-14-2003)

1 Arah 2 Arah

Lp < 5,50 m 1 1

5,5 m ≤ Lp < 8,25 m 0,70 0,50 8,25 m ≤ Lp < 11,25 m 0,50 0,475 11,25 m ≤ Lp < 15,00 m - 0,45 15,00 m ≤ Lp < 18,75 m - 0,425 18,75 m ≤ Lp < 22, 00 m - 0,40

Lebar Perkerasan (Lp) Koefisien Distribusi

(13)

 Pertumbuhan Lalu Lintas

Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap dimana kapsaitas jalan dicapai dengan faktor pertumbhuan lalu lintas yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut (Pd T-14- 2003):

𝑅 =

(1+𝑖)𝑈𝑅− 1

𝑖

……….... (2.25)

Dimana :

R = Faktor pertumbuhan lalu lintas.

I = Lajur pertumbuhan lalu lintas per tahun (%) UR = Umur rencana (tahun)(Pd-T-14-2003)

Faktor Pertumbuhan Lalu lintas (R) dapat juga di tentukan berdasarkan Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Faktor pertumbuhan lalu lintas (R) Umur

Rencana (Tahun)

Laju Pertumbuhan (i) per tahun (%)

0 2 4 6 8 10

5 5 5,2 5,4 5,6 5,9 6,1

10 10 10,9 12 13,2 14,5 15,9

15 15 17,3 20 23,3 27,2 31,8

20 20 24,3 29,8 36,8 45,8 57,3

25 25 32 41,6 54,9 73,1 98,3

30 30 40,6 56,1 79,1 113,3 164,5

35 35 50 73,7 111,4 172,3 271

40 40 60,4 95 154,8 259,1 442,6

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003)

(14)

 Lalu Lintas Rencana

Lalu Lintas rencana adalah jumlah komulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survey beban. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama perencanaan umur rencana dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Pd-T-14-2003).

JSKN = JSKNH x 365 x R x C……… (2.26) Dimana :

JSKN = Juimlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana.

JSKNH = Jumlah total sumbu kendaraan niaga perhari pada saat jalan dibuka.

R = Faktor pertumbuhan komulatif, yang besarnya tergantung dari pertumbhan lalu lintas tahunan dan umur rencana.

C = Koefisien distribusi kendaraan. (Pd-T-14-2003)

 Faktor Keamanan Beban

Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan dengan adanya berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti terlihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Faktor Keamanan Beban

Sumber :(Pd-T-14-2003).

(15)

5. Bahu Jalan

Bahu jalan dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu-lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehingga akan meningkatkan kinerja perkerasan dan mengurangi tebal pelat (Pd-T-14-2003).

6. Perencanaan Sambungan

Sambungan pada perkerasan beton semen bertujuan untuk (Pd T-14-2003):

1. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu lintas.

2. Memudahkan dalam pelaksanaan.

3. Mengakomodasi gerakan pelat.

Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan, antara lain (Pd T-14-2003) :

1. Sambungan memanjang.

2. Sambungan melintang.

3. Sambungan isolasi.

Sambungan sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).

1. Sambungan Memanjang dengan Batang Pengikat (Tie Bar)

Pemasangan sambungan memanjang bertujuan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3-4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan diameter 16 mm. Sambungan memanjang dapat di lihat seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Sambungan Memanjang (Tie Bar)

(16)

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

Ukuran batang pengkat dihitung menggunakan persamaan dibawah ini : At = 204 x b x h………. (2.27) I = (38,3 x ø) + 75……….. (2.28) Dimana :

At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm

2

) B = Jarak terkecil anatar sambungan atau jarak (m)

H = Tebal plat (m)

L = Panjang batang pengikat (mm)

Ø = Diameter batang pengikat yang digunakan (mm) Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm.

2. Sambungan Susut Melintang

Kendalaman sambungan kurang lebih mencapai seperempat dari tebal plat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal plat untuk lapis pondasi stabilisasi semen (Pd-T-14-2003).

Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4-5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8-15 m dan untuk sambungan perkerasan beton menerus degan tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.

Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat plat beton menyusut. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket agar menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Sambungan susut melintang dapat di lihat seperti pada Gambar 2.8.

dan 2.9

Gambar 2.8 Sambungan Susut Melintang dengan Ruji

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

(17)

Gambar 2.9Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji (Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003)

Tabel 2.5 Diameter Ruji Bina Marga 2003

(Sumber: Pd T-14-2003)

.

3. Bahan Penutup Sambungan

Penutup sambungan yang dimaksudkan untuk mencegah masuknya air dan atau benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain yang masuk ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan atau plat beton yang saling menekan ke atas (blow up) (Pd-T-14-2003).

Tebal Plat Perkerasan

Dowel

Diameter Panjang Jarak

Inch Mm Inch Mm Inch Mm Inch Mm

6 150 ¾ 19 18 450 12 300

7 175 1 25 18 450 12 300

8 200 1 25 18 450 12 300

9 225 1 ¼ 32 18 450 12 300

10 250 1 ¼ 32 18 450 12 300

11 275 1 ¼ 32 18 450 12 300

12 300 1 ½ 38 18 450 12 300

13 325 1 ½ 38 18 450 12 300

14 350 1 ½ 38 18 450 12 300

(18)

Bahan penutup sambungan ialah bahan yang tahan terhadap tarikan dan tekanan, dan masih tahan untuk tetap melekat pada dinding-dinding sambungan, dimana bahan tersebut terbuat dari bahan elastis deperti karet, sehingga mampu mencegah batu-batu yang tajam atau benda-benda lainnya (Pd-T-14-2003).

4. Prosedur Perencanaan perkerasan beton semen

Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model kerusakan yaitu (Pd-T-14-2003).:

1) Retak fatik (Leleh) Tarik lentur pada plat.

2) Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan.

Prosedur ini mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai perkerasan bersambung yang dipasang ruji. Data lalu lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta jumlah repetisi masing-masing jenis sumbu/kombinasi beban yang diperkirakan selama umur rencana (Pd-T-14-2003).

2.6.3 Perencanaan Tebal Plat

Tebal plat taksiran dipilih dan total fatik serta kerusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu lintas selama umur rencana, kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100%, tebal taksiran dinaikkan dan proses perencanaan diulangi (Pd-T- 14-2003).

Tabel 2.6 Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan dengan Bahu Beton

(19)

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003

(20)

Gambar 2.10 Diagram Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan, dengan / Tanpa Bahu beton

(Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)

(21)

Gambar2.11Diagram Analisa Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Berdasarkan Fatik Erosi, dengan Bahu Beton

(Sumber: Pd T-14-2003)

(22)

1) Perkerasan kaku beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)

Perkerasaan kaku beton bersambung tanpa tulangan adalah jenis yang umum digunakan karena biaya yang relatif murah dalam pelaksanaan dibanding jenis yang lainya. Survai yang dilakukan oleh Amerika Serikat Concrete Pavement Association (ACPA) pada tahun 1999, Berlokasi di Amerika 70% dari badan pengelola jalan negara (State higway Agencies) menggunakan perkerasan beton bersambung tanpa tulanga.

Sambungan susut umumnya dibuat setiap antara 3,6 m dan 6 m (diindonesia umumnya antara 4,5 m dan 5 m). Sambungan saat ini mempunyai jarak yang relatif dekat sehingga retak tidak akan terbentuk di dalam pelat sampai akhir umur akhir layan dari perkerasan tersebut. Karena itu perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan, pemuaian dan penyusutan perkerasan di atasi melalui sambungan dilihat pada gambar 2.12

Sumber : kementerian PUPR Diklat Perkerasan Kaku,2017.

Gambar 2.12 Perencanaan Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan Sumber : kementerian PUPR Diklat Perkerasan Kaku,2017.

Pada perkerasan kaku beton bersambung tanpa tulangan, tidak ada

tulangan, pada pelat,kecuali ruji yang diletakan pada sambungan susut, dan

batang pengikat (tie bar) yang diletakkan pada sambungan memanjang,

seperti gambar dibawah ini :

(23)

Gambar 2.13 Ruji/ Dowel Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT) Sumber : kementerian PUPR Diklat Perkerasan Kaku,2017.

Gambar 2.14 Batang Pengikat (Tie ber) Beton Bersambung Tanpa Tulangan (BBTT)

Sumber : kementerian PUPR Diklat Perkerasan Kaku,2017.

3. Pekerjaan Perkerasan

Untuk pekerjaan perkerasan rigid, secara umum hal-hal yang harus diperhatikan adalah tahap-tahapan sebagai berikut :

1) Perkerjaan penyiapan tanah dasar dan lapisan pondasi bawah

(24)

2) Pemeriksaan bentuk akhir lapis pondasi bawah sebelum dihampar material beton.

3) Pemasangan membran kedap air 4) Pemasangan bekisting

5) Pengercoran lapis perkerasaan

1.7 Rencana Anggaran Biaya

1.7.1 Pengertian Rencana Anggaran Biaya

Perhitungan rencana anggaran biaya ialah proses perhitungan untuk menentukan nilai atau besarnya kebutuhan biaya untuk mendirikan suatu konstruksi bangunan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya harga satuan bangunan, yaitu :

1. Volume pekerjaan

2. Harga bahan dan peralatan 3. Upah untuk tenaga pekerjaan

Perhitungan rencana anggaran biaya dibuat sebelum dilakukannya pembangunan, tepatnya setelah perencanaan fisik bangunan, jumlah anggaran yang didapatkan hanyalah merupakan taksiran perhitungan, tergantung dari kemampuan personel berdasarkan pengalaman. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan menghasilkan ketepatan perhitungan yang lebih optimal (Dipohusodo jilid 1, 1995).

Penyusunan kontruksi bangunan pada dasarnya disertai perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Membuat anggaran biaya merupakan hitungan memperkirakan suatu barang bangunan atau benda yang akan dibuat secara teliliti. (Dipohusodo Istimewa, Manajamen Proyek dan Kontruksi Jilid 1, 1995).

Pihak owner membuat perhitungan yang estemasi dengan tujuan untuk

memperoleh informasi secara jelas tentang biaya yang harus disediakan untuk

merealisasikan proyeknya. Hasil estemasi disebut OE (Owner Estimate) dan

hasil dari estimate yang dikerjakan oleh konsultan perencaan disebut EE

(25)

(Engineer Estimate). Pihak dari kontraktor membuat estimasi dengan tujuan memberikan penawaran terhadap proyek kontruksi pada saat pelelangan atau tender. Formula dasar perhitungan rencana anggaran biaya adalah sebagai berikut.

RAB = Σ (volume x Harga Satuan Pekerjaan)

1.7.2 Tujuan Rencana Anggaran Biaya

Mengetahui harga bagian/item pekerjaan sebagai pedoman untuk untuk mengeluarkan biaya dalam masa pelaksanaan. Selain itu supaya bangunan yang akan didirikan dapat dilaksanakan secera efektif dan efisien.

1.7.3 Fungsi Rencana Anggaran Biaya

Pelaksanaan pekerjaan dan sebagai alat pengontrol pelaksanaan di lokasi (Dispohusodo istimewan ,1995).

1.8 Analisa Harga Satuan (HSD)

Komponen untuk menyusun Satuan (HSP) memerlukan analisa Harga Satuan Dasar (HSD) tenaga kerja, Harga Satuan dasar (HSD) alat, Harga satuan Dasar (HSD) alat dan Harga Satuan Dasar (HSD) Komponen Harga Satuan Pekerjaan (HSP) (Dispohusodo istimewanI, 1995)

1.8.1 Analisa Perhitungan harga Satuan Dasar (HSD) Tenaga Kerja

Menghitung harga satuan pekerjaan (HSP) memerlukan analisa harga satuan dasar tenaga kerja, Harga Satuan dasar alat, dan harga satuan bahan (HSD) (Dispohusodo istimewan I, 1995).

2.8.2 Komponen Rencana Anggaran Biaya

Dalam perhitungan rencana anggaran biaya yang akan dipaparkan dalam

laporan ini digunakan daftar analisa harga satuan pekerjaan yang diperoleh dari

buku panduan Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,

yakni “Buku Petunjuk Analisa Biaya Harga Satuan Pekerjaan”. Sehingga, tidak

ditunjukkan perhitungan untuk menentukan koefisien tenaga kerja, bahan, dan

peralatan yang digunakan pada tiap-tiap satuan pekerjaan (Dispohusodo

istimewan I, 1995).

(26)

1. Volume Pekerjaan

Pekerjaan dapat ditentukan melalui pengukuran sebuah proyek pada obyek dalam gambar (dengan memperhatikan sekala) maupun langang pada obyek sesungguhnya dilokasi proyek. Menggunakan metode luas penampang rata-rata dengan menganggap sisi-sisi dari bidang ruang diukur berbentuk garis lurus dan volume setiap pekerjaan yang dihitung harus mempunyai satuan yang jelas, berpengaruh pada perhitungan biaya pelaksanaan proyek (Dispohusodo istimewan I,1995).

Volume pekerjaan dihitung dan akan berpengaruh terhadap besarnya biaya yang akan digunakan menyesuaikan volume item tersebut. Satuan yang umum digunakan untuk menghitung kuantitas pekerjaan kontruksi bisa dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Satuan

No. Pengukuran Satuan Simbol

1 Panjang Meter M

2 Luas Meter-

persegi m

2

3 Isi padat Meter-kubik m

3

4 Isi cair Liter Liter

5 Berat Kilogram,

Ton Kg, ton

6 Waktu Jam, hari Jam, hari

(Sumber : Dispohusodo Istimewan, Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1, 1995 )

2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Harga satuan pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh dari proses

perhitungan dari masukan-masukan antara lain berupa harga satuan dasar untuk

bahan, alat, upah, tenaga kerja serta biaya umum dan keuntungan. Berdasarkan

masukan tersebut dilakukan pehitungan untuk menentukan koefisien bahan,

upah tenaga kerja, dan peralatan setelah lebih dahulu menentukan asumsi-

asumsi dan faktor-faktor serta prosedur kerjanya. Jumlah dari seluruh hasil

(27)

perkalian koefisien tersebut dengan harga satuan ditambah dengan biaya minimum dan keuntungan menghasilkan harga satuan pekerjaan.

Analisa harga satuan pekerjaan ini meliputi beberapa item pekerjaan, antara lain (Dipohusodo istimewan,1995) :

1) Pekerjaan Persiapan a. Pengukuran

b. Mobilisasi dan demobilisasi c. Direksi keet

2) Pekerjaan Tanah

a. Pembersihan lapangan dan peralatan b. Cut and fill

3) Pekerjaan Perkerasan Lentur

a. Pembersihan lapis pondasi bawah kelas B b. Pekerjaan lapis pondasi atas batu pecah kelas A c. Pekerjaan lapis resap pengikat (prime koot) d. Produksi dan penghamparan LASTON 4) Perkerjaan Perkerasan Kaku

a. Pekerjaan pembesian

b. Pekerjaan beton

Gambar

Gambar 2.1  Tipikal struktur perkerasan beton semen   (Pd T-14-2003)
Gambar 2.2 Skema Potongan Melintang Kontruksi Perkerasan Kaku                                           (Pd T-14-2003)
Gambar 2.3 Sambungan Pada Konstruksi Perkerasaan Kaku
Gambar 2.4Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen  (Sumber: Perencanaan perkerasan jalan beton semenPd T-14-2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan tersebut berasal dari pajak yang diperoleh dan digunakan untuk belanja barang dan jasa.. Berdasarkan diagram tersebut, ditunjukkan

Dari penegasan istilah tersebut, maka konsep puasa dalam agama Islam dan Protestan dapat diartikan sebagai: suatu rancangan atau pengertian dalam ranah konseptual (pengertian

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan

1) Informasi Pasar Kerja yang selanjutnya disebut IPK Adalah keterangan mengenai karakteristik dan persediaan tenaga kerja. 2) Penyuluhan Bimbingan Jabatan Adalah

oleh pemilik atau penyelenggara reklame yang diperoleh berdasarkan estimasi yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan. l) Nilai Strategis Penyelenggaraan Reklame

Tepung tapioka merupakan tepung yang dihasilakan dari ekstraksi pati yang ada dalam singkong. Ekstraksi dari pati menjadi tepung tapioka harus melalui

Tahap awal pengujian dilakukan dengan mengukur nilai viskositas sampel secara perhitungan pada alat yang sudah ada sebelum kemudian diukur menggunakan alat

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa isolat yang ditumbuhkan dalam kultur yang ditambah L-Trp umumnya lebih mampu memproduksi IAA, ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi IAA