• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata Alam

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Pemerintah Republik Indonesia 2009). Wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan (Suwantoro 1997).

Dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam satu sistem, yakni 1) permintaan atau kebutuhan; 2) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata; 3) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; 4) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi (Damanik & Weber 2006). Sistem kepariwisataan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Sistem kepariwisataan.

Sumber: Steck et al. 1999 dalam Damanik & Weber 2006 (modifikasi)

Suwantoro (1997) mengatakan, pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik,

(2)

agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman atau pun belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.

2.2 Permintaan (Demand) Pasar Wisata 2.2.1 Pengertian dan Jenis

Salah satu yang paling sedikit dipahami dan aspek paling terlupakan dari perencanaan rekreasi yaitu dari konsep permintaan (Gold 1980). Permintaan rekreasi menurut Avenzora (2003) adalah tentang: (1) siapa yang meminta; (2) apa dan berapa banyak yang diminta; (3) kapan diminta. Menurut Douglass (1970), permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan-kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai. Clawson dan Knetsch (1966), menyatakan bahwa permintaan rekreasi alam terbuka adalah jumlah kunjungan yang secara ekonomi dapat diartikan sebagai daftar volume (kunjungan, hari kunjungan dan lain-lain) dan hubungannya dengan harga (biaya rekreasi).

Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang (Kelly, 1998; Gunn, 2002 dalam Damanik & Weber 2006). Suatu perjalanan wisata didorong oleh ketersediaan sumberdaya, aksesibilitas yang semakin mudah pada produk dan obyek wisata. Di samping itu perjalanan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti distribusi dan peningkatan pendapatan, pendidikan masyarakat, pengurangan jam kerja, iklim dan lingkungan hidup (Freyer 1993; Mundt 1998 dalam Damanik & Weber 2006). Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat akan mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata (Damanik &

Weber 2006).

Permintaan atau demand pasar adalah potensi pasar untuk suatu destinasi atau obyek tertentu yang didapatkan melalui penilaian kecenderungan wisata dan

(3)

profil pengunjung, berdasarkan profil demografi, aktivitas, motivasi, dan perilaku pengunjung. Penilaian ini menganalisa keinginan melakukan perjalanan sekarang dan di masa yang akan datang. Menentukan permintaan potensial merupakan hal yang penting untuk suatu kawasan dan membangun strategi untuk dapat memenuhi permintaan ini (Eileen et al. 2005 dalam Muntasib & Rachmawati 2009). Menurut Wahab (1992), permintaan wisata dapat dibagi atas dua bagian yaitu:

1) Potential demand, yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat untuk

melakukan perjalanan dan karena itu mereka dalam kondisi siap untuk bepergian.

2) Actual demand, yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan ke

suatu daerah tujuan wisata.

Menurut Gold (1980), permintaan tersembunyi/potensial adalah permintaan rekreasi yang tidak bisa dipisahkan pada populasi, tetapi bukan dicerminkan pada penggunaan fasilitas yang sudah ada. Partisipasi dapat diharapkan kalau fasilitas cukup, akses, dan informasi tersedia. Gold juga menambahkan, permintaan potensial adalah landasan argumen bahwa supply itu menciptakan demand/permintaan. Argumen ini menyarankan orang-orang akan mempergunakan setiap kesempatan dengan harapan dengan penggunaan yang layak. Yang mempengaruhi permintaan adalah permintaan tersembunyi yang dapat dirangsang oleh pengaruh keadaan umum melalui mass media atau proses pendidikan.

Permintaan pada industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi wisatawan. Fasilitas dan produk itu sifatnya sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi permintaan terhadap fasilitas atau produk itu sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilakukannya (composite demand). Dengan perkataan lain, permintaan dalam industri pariwisata itu tidak hanya terbatas pada waktu diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi jauh sebelum melakukan perjalanan itu sudah mengemukakan seperti informasi tentang: daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, penginapan, transportasi yang akan

(4)

digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa (Yoeti 2008).

Menurut Yoeti (2008), dari sudut pandangan wisatawan, semua unsur permintaan, mulai dari “free goods” sampai dengan “tourist service” diperoleh dengan pengorbanan. Artinya, untuk mendapatkan semua itu wisatawan harus membayar dengan sejumlah uang. Semua unsur permintaan itu saling melengkapi dan mempunyai kaitan yang erat sekali satu dengan yang lain (complementary and interrelated).

Menurut Schmidhauser (1962) dalam Yoeti (2008), karakter permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya dalam satu macam pelayanan saja, akan tetapi merupakan suatu kombinasi bermacam-macam pelayanan yang satu dengan yang lainnya berbeda dan ditawarkan secara terpisah. Dengan kata lain, permintaan terhadap produk industri pariwisata itu tercermin dalam suatu paket wisata yang disusun atas bermacam-macam produk yang berbeda dalam bentuk, fungsi, dan manfaatnya.

2.2.2 Hal-Hal yang Mempengaruhi Permintaan Wisata

Menurut Yoeti (2008), secara umum permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata banyak tergantung dari hal-hal sebagai berikut:

1) Kekuatan membeli (purchasing power) 2) Struktur demografi dan kecenderungan 3) Sosial dan budaya

4) Motivasi perjalanan wisata dan sikap

5) Kesempatan untuk melakukan perjalanan dan intensitas pemasaran wisatawan.

Yoeti (2008) mengatakan faktor-faktor yang akan menentukan permintaan khusus terhadap Daerah Tujuan Wisata (DTW) tertentu yang akan dikunjungi biasanya ditentukan beberapa faktor sebagai berikut:

1) Harga

2) Daya tarik wisata, fasilitas, bentuk-bentuk pelayanan lainnya (services) seperti transport lokal, telekomunikasi, Biro Perjalanan Wisata (BPW) lokal atau hiburan.

(5)

3) Kemudahan-kemudahan untuk berkunjung, seperti sarana jalan, jembatan, tenaga listrik atau persediaan air bersih.

4) Pelayanan sebelum perjalanan dan informasi.

5) Citra/images dari tujuan wisatawan.

Cooper et al. (1996) mengatakan sekalipun keputusan untuk berwisata ditetapkan, tetapi kemampuan untuk melaksanakan kegiatan wisata dan tempat yang dikunjungi akan ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berhubungan.

Faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua bagian besar:

1) Gaya hidup (lifestyle) dan termasuk di dalamnya adalah pendapatan, pekerjaan, kesempatan untuk berlibur, sarana transportasi, ras dan jenis kelamin.

2) Lifecycle, yaitu kondisi umur.

Menurut Elgar (1989) bahwa teori dari status permintaan pariwisata, konsumen itu memaksimalkan kegunaan dari konsumsi dari satu produk pariwisata yang tergantung kepada pendapatan mereka, harga dari produk pariwisata, dan biaya membeli produk pariwisata dari tujuan kompetitor (harga dari subtitusi). Jika terdapat sebuah perubahan positif pada level pendapatan dari pariwisata, permintaan untuk pariwisata juga akan bertambah.

Secara umum pasar dimaknai sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran atau konsumen dan produsen. Jadi pasar adalah tempat perantara bagi penjual dan pembeli untuk melakukan pertukaran. Jika dilihat dari perkembangan teknologi internet, arti pasar menjadi sangat luas dan meliputi konstruksi pikiran yang mempertemukan permintaan dan penawaran produk dan jasa wisata (Damanik & Weber 2006)

Menurut Muntasib & Rachmawati (2009), penelitian pasar memerlukan sumber data dan informasi primer terutama melalui pengumpulan data dan informasi dari data informasi dari konsumen nyata dan potensial, serta sumber data dan informasi sekunder yang diperoleh dari sumber/media yang telah dipublikasikan. Dalam memahami demand wisata, terdapat beberapa hal yang saling berkaitan yaitu (Muntasib & Rachmawati 2009):

1) Faktor-faktor pendorong (push factors) yaitu faktor-faktor yang memotivasi individu untuk melakukan liburan. Misalnya tekanan

(6)

pekerjaan, stress, rasa bosan, tradisi, kurangnya sumberdaya di tempat tinggalnya.

2) Faktor-faktor yang menjadi daya tarik (pull factors) yaitu faktor-faktor yang dapat menarik pengunjung untuk datang ke suatu kawasan tertentu, misalnya cuaca yang disukai, pemandangan, sumber daya dan nilai tukar.

Hal-hal yang mempengaruhi demand wisata terhadap suatu kawasan antara lain (Muntasib & Rachmawati 2009):

1. Sosial: struktur populasi dan demografi, pendidikan, aktifitas dan waktu luang.

2. Teknologi: urbanisasi, pemasaran, transport dan perdagangan perjalanan dan daya tarik kawasan.

3. Ekonomi: pendapatan yang dapat digunakan (perhitungan untuk pajak, asuransi atau pensiunan), pendapatan nyata yang bebas untuk digunakan, daya beli dengan perhitungan untuk inflasi, rumah, makanan, pakaian dan lain-lain yang dapat dihitung dari pendapatan yang dapat digunakan, nilai tukar mata uang asing dan harga relatif, kualitas dan nilai.

4. Politik: pajak nasional dan kebijakan ekonomi, pembatasan perjalanan in/outbound, kondisi politik, ketertiban dan keamanan nasional.

Yoeti (2006) menyebutkan terdapat faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, antara lain: pendapatan, waktu luang, teknologi, jumlah anggota keluarga, keamanan dan aksessibilitas.

Segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar sesuai dengan sifat dan karakteristik pasar, atau dengan kata lain membagi pasar sesuai perilaku konsumen yang terdapat dalam pasar. Ada empat kategori dalam segmentasi pasar yaitu (Muntasib & Rachmawati 2009):

1. Segmentasi geografi, yaitu pasar dibagi berdasarkan tempat atau wilayah, dapat berupa suatu negara atau kawasan, dimana kebutuhan dan keinginan bervariasi berdasarkan tempat tinggal mereka.

2. Segmentasi sosio-ekonomi dan demografi

Pengetahuan tentang kependudukan merupakan metode paling popular untuk menentukan segmen pasar (Health 1988 dalam Muntasib &

Rachmawati 2009). Variabel-variabel yang dapat membedakan seperti

(7)

umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus kehidupan keluarga, pendidikan, ras, penghasilan, agama dan kebangsaan selalu digunakan dalam segmentasi sosio-ekonomi dan kependudukan. Segmentasi berdasarkan karakteristik demografi merupakan kebutuhan wisata berbeda-beda menurut kategori umur.

3. Segmentasi psikografi

Dalam segmentasi psikografi, pasar dibagi berdasarkan kelompok sosial (social class), karakteristik kepribadian (personality characteristic) dan

atau cara hidup (lifestyle).

4. Segmentasi perilaku

Wisatawan hampir selalu mencari pengalaman sebanyak mungkin, yang dapat berupa petualangan, hal-hal yang berkaitan dengan sejarah atau yang bersifat tradisional, gaya hidup yang bersifat sementara atau pelarian secara total dari keakraban melalui kegiatan dan perubahan di sekitarnya.

2.2.3 Kelas Usia Muda

Menurut Hurlock (1980), pengklasifikasian kelas umur dibedakan menjadi enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2 tahun), balita (3-5 tahun), anak-anak (6- 12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun) dan lanjut usia (> 60 tahun). Pada penelitian ini, diambil responden usia muda pada usia 15-24 tahun dengan target siswa, mahasiswa dan wisatawan aktual. Mengacu pada pengklasifikasian kelas umur Hurlock (1980), usia 15-24 tahun termasuk dalam kelas umur remaja dan dewasa.

Minat rekreasi pada tingkat remaja yaitu remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pada awal masa remaja, aktivitas permainan pada tahun- tahun sebelumnya beralih dan diganti dengan bentuk rekreasi yang baru dan lebih matang. Berangsur-angsur bentuk permainan yang kekanak-kanakan menghilang dan menjelang awal masa remaja, pola rekreasi individual hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Karena banyaknya tekanan yang berasal dari tugas-tugas sekolah, tugas-tugas rumah, kegiatan-kegiatan

(8)

ekstrakurikuler dan pekerjaan sesudah sekolah atau pekerjaan-pekerjaan pada akhir pekan, sebagian besar remaja tidak mempunyai waktu luang lagi untuk rekreasi (Hurlock 1980). Banyak faktor yang mempengaruhi rekreasi pada usia dewasa yaitu:

1. Kesehatan, orang-orang muda yang sehat dapat mengikuti bentuk rekreasi yang lebih luas serta fisik lebih melelahkan daripada mereka yang fisiknya lemah.

2. Waktu

3. Status perkawinan 4. Status sosial-ekonomi 5. Jenis kelamin

6. Penerimaan sosial

Remaja dapat dikategorikan menjadi anggota kelompok usia muda yang memiliki pola tingkah laku, adat istiadat dan gaya hidup yang berbeda-beda (Koentjaraningrat 1981 dalam Sitepu 2006). Remaja atau anak muda sering dikaitkan dengan waktu luang, kebebasan dan semangat pemberontakan. Bagi anak muda di perkotaan selalu punya cara untuk tampil beda agar dapat menjadi perhatian orang di sekelilingnya.

Gambar

Gambar 1  Sistem kepariwisataan.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melaksanakan pembelajaran mata pelajaran IPA kompetensi dasar Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) dan hubungan makan dan di makan antar

Peneliti tertarik untuk mengangkat keduanya sebagai obyek penelitian karena alasan; pertama, keduanya tidak menggunakan tema olahraga seperti iklan produk perawatan tubuh lain,

“Pemerintah seharunya serius terhadap kondisi pekerja anak di pasar sentral kota Gorontalo. Jika tidak jumlah tersebut akan bertambah dan semakin bertambah sehingga akan

Proses penyusunan Renja Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Barito Kuala sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang mengemukakan bahwa Rencana Kerja (Renja) merupakan

Namun beberapa penelitian yang dilakukan Rafika (2009) menemukan hasil yang tidak signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja SKPD Pemerintah

Pada penelitian ini analisis isi yang akan dilakukan peneliti yaitu merujuk pada rumusan masalah, jadi peneliti hanya menganalisis isi yang menyangkut melodi dan bentuk

Berdasarkan pengujian penerapan metode BPNN dalam prediksi harga TBS yang dilakukan dengan beberapa parameter, ditemukan bahwa nilai RMSE penerapan metode BPNN

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Struktur Teks Personal Recount;