• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBELAJARAN SAINS DI KELOMPOK B1 AL-KHAWARIZMI TK AL-AZHAR CAIRO BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMBELAJARAN SAINS DI KELOMPOK B1 AL-KHAWARIZMI TK AL-AZHAR CAIRO BANDA ACEH"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

CICI HERNITA PUTRI NIM. 1711070020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH

2021

(2)
(3)
(4)
(5)

1

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah semua upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat bereksplorasi terhadap lingkungannya secara berulang-ulang yang melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya yang oleh karena itu maka setiap anak punya hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. (Yuliani, 2011 :5)

Taman Kanak Kanak (TK) merupakan wadah pembelajaran pertama bagi anak usia dini yang bertujuan agar setiap anak dapat mengikuti proses pembelajaran pada setiap tahapannya. Di TK semua aspek perkembangan serta kecerdasan yang sudah berikan oleh sang pencipta Allah SWT akan di kembangkan dan setiap guru dan orang tua akan memberikan stimulus yang baik dan tepat agar anak anak dapat mengembangkan semua aspek perkembangnya serta kecerdasan masing masing termasuk diantaranya stimulus pengenalan sains.

Pengenalan sains sangat tepat dilakukan pada masa usia dini sebab masa

usia dini adalah masa emasnya (golden age) tumbuh kembang. Pada masa ini

anak memiliki kesempatan luas dalam pembentukan dan pengembangan

pribadinya. Menurut para ahli psikologi, anak usia dini merupakan masa yang

tepat memperoleh pendidikan. Sebab, pada masa ini anak sedang mengalami

(6)

proses pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini anak masih fitrah, belum memiliki pengaruh negatif yang banyak dari luar atau lingkungan sehingga orangtua maupun pendidik akan jauh lebih mudah dalam mengarahkan dan membimbing anak seluruh potensi anak.

Taman Kanak-Kanak maupun Taman Raudhatul Athfal hadir untuk membantu orangtua dalam memberikan layanan pendidikan yang bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi mereka baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup kurikulum dipadukan dalam dua bidang pengembangan pembentukan karakter anak dan bidang pengembangan kemampuan dasar.

Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas fisik/motorik dan seni. Kognitif sendiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, sehingga dapat menemukan bermacam-macam alternatif dalam pemecahan masalah, juga membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematika dan kemampuan sains.

Kemampuan sains merupakan kemampuan yang berhubungan dengan berbagai percobaan atau dengan metode tertentu guna membangun pemahaman melalui pendekatan secara logis yang disesuaikan dengan tahapan berpikir anak.

Karenanya, untuk meningkatkan kemampuan sains anak usia dini diperlukan

(7)

stimulasi agar anak dapat membangun pemahamannya sendiri dengan melakukan berbagai percobaan dalam kegiatan, sesuai yang telah direncanakan oleh guru.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan februari 2021 di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh, peneliti melihat bahwa kegiatan pembelajaran sains sangat menarik dimana guru menyediakan kegiatan permainan mencampurkan warna dengan alat dan bahan yang sederhana seperti pewarna makanan, air dan piring styrofoam sesuai jumlah anak dengan tujuan agar anak fokus pada percobaannya masing-masing. Di kegiatan ini anak melakukan sendiri aktivitasnya untuk menemukan warna baru sesuai warna yang ditambahkan. Anak belajar mengetahui sumber warna dari dari proses pencampuran warna tersebut.

Selain itu, guru-guru di TK tersebut memiliki pengetahuan dan kreativitas tentang pembelajaran sains yang dilaksanakan dimana peneliti melihat guru menyediakan kegiatan pembelajaran sains yang beragam yang bahannya sederhana dan mudah ditemukan serta tersedia di lingkungan sehingga memudahkan untuk dilaksanakan pembelajaran sains pada anak.

Berdasarkan uraian keunikan pembelajaran sains di atas, peneliti tertarik

untuk lebih mengetahui secara mendalam tentang bagaimana kegiatan

pembelajaran sains di TK al-Azhar Cairo. Oleh karena itu, peneliti membuat

sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pembelajaran Sains Di Kelompok B1

TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh”

(8)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas, masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran sains di sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Sains di TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh guru menyediakan kegiatan yang beragam dan dengan bahan yang mudah ditemukan dan tersedia dilingkungan serta guru mengenalkan sains dengan cara praktek langsung.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peneliti berfokus pada guru dalam mengajarkan sains pada anak di kelompok B

1

TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan sains pada kelompok B

1

di TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh?

2. Kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pembelajaran sains untuk anak kelompok B

1

TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh?

3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengajarkan sains pada

kelompok B

1

di TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh?

(9)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan sains pada kelompok B

1

di TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh.

2) Untuk mengetahui apa saja kegiatan pembelajaran sains untuk anak kelompok B

1

di TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh

3) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengajarkan sains pada kelompok B

1

di TK AL-Azhar Cairo Banda Aceh.

1.6 Manfaat Penelitian

1) Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas PAUD terutama di bidang pembelajaran sains.

2) Bagi guru, dapat memberikan masukan yang positif dalam merancang dan mengembangkan kegiatan pembelajaran sains bagi anak.

3) Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran sains yang menarik dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

4) Bagi anak, dengan pembelajaran sains yang beragam akan dapat

meningkatkan ketertarikan anak untuk melakukan percobaan-percobaan

sains secara langsung sehingga mereka dapat membangun pemahaman

atas temuan mereka dalam pembelajaran sains tersebut.

(10)

1.7 Definisi Istilah

1) Anak usia dini merupakan individu yang unik yang berada pada rentang usia 0-6 tahun dimana disebut juga dengan masa emas dalam tumbuh kembangnya serta memiliki rasa ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya begitu tinggi.

2) Kemampuan sains adalah kemampuan yang berhubungan dengan berbagai

percobaan atau dengan metode yang memungkinkan anak untuk membengun

pemahamannya dari hasil uji coba yang dilakukan anak dengan pendekatan

secara logis dan disesuaikan dengan perkembangan tahapan berpikir anak.

(11)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia Dini

2.1.1 Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 halaman 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1,butir 14 : Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir samapai dengan 6 (enam) tahun yang dilakuan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Maimunah (2019:15), PAUD adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar merupakan suatu upaya pemberian yang ditunjukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun dilakukan melaui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur formal, informal, dan non formal. Menurut Suyadi (2013:1) PAUD adalah usia ana-anak (0-6 tahun) sebagai usia emas atau lebih dikenal “The Golden Age” dimana masa perkembangan yang sangat menentukan bagi anak dimasa depan atau disebut juga masa keemasan. Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun.

Menurut Dwi (2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6

tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Agusta, 2012) adalah individu yang unik

dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,

(12)

koknitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.

Masa anak usia dini sering di sebut dengan istila “golden age” atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang insentif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan terseut. Apabila anak diberi stimulasi secara insentif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembanagannya dengan baik.

Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cendrung senang

bermain pada saat bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan

main untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan

untuk mencapai obtimalisasi semua sapek perkembangan, baik perkembangan

fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk di

kembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosialemosional,

kemampuan fisik dan lain sebagainya.

(13)

2.1.2 Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, soail, moral dan sebagainnya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 4) karakteristik anak usia dini antara lain ;

a) Memiliki rasa ingin tahu yang besar b) Merupakan pribadi yang unik c) Suka berfantasi dan berimajunasi, d) Masa paling potensial untuk berajar

e) Menunjukan sikap egosentris

f) Memiliki rentang daya kosentrasi yang pendek g) Sebagai bagaian dari makhluk sosial,

Usia dini merupakan masa emas, masa dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang kesat. Pada usia ini anak paling pea dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari ana sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, mereka akan terus bertanya samapai anak mengetahui maksudnya. Disamping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri- sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan.

Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan

bisa dalam hal gaya belajar anak.

(14)

Menurut Suyadi (2013:45) Karakteristik Anak Usia Dini sebagai berikut : a. Pengetahuan tentang pola perkembangan akan pembantu para

psiolog perkembangan untuk mengetahui apa yang diharapkan anak berupa prilaku yang muncul

b. Mengetahui apa yang diharapkan akan dapat membuat pedoman dalam bentuk, tinggi, dan berat mennurut usia

c. Orang tua dan guru yang mengetahui pola norma perkembangan anak

d. Pengetahuan mengenai pola perkembangan memungkinkan guru dan orang tua untuk melakukan pembimbingan

2.1.3 Tahapan Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangaan anak usia dini dibagi menjadi beberapa tahap. Setiap tahap memiliki tugas perkembangan yang berbeda diantaranya sebagai berikut :

a. Fisik Motorik b. Bahasa c. Kognitif

d. Moral dan keagamaan e. Sosial Emosiaonal

Menurut Wiwien (2008:20) tahap perkembangan sebagai berikut : a) Priode prenatal

b) Priode bawah tiga tahun

c) Priode anak-anak awal (3-6 tahun)

d) Priode untuk anak madya (6-12 tahun)

(15)

e) Priode remaja (12-20 tahun) f) Priode dewasa awal (20-40 tahun) g) Priode tenga baya (40-65 tahun) h) Priode dewasa akhir (65 tahun keatas)

Menurut Piaget (2008 :10) kognitif sebagai berikut : a. Sensori motor (2 tahun)

b. Praoperasional (2-7 tahun) c. Operasional konkret (7-11 tahun) d. Operasional normal (11-15 tahun)

Tahap Perkembangan Psikososial menurut Freud (2008 : 26) a) Tahap oral (1-18 tahun)

b) Tahap anal (1-13 tahun) c) Tahap falik (3-6 tahun)

d) Tahap laten (6-dengan pubertas) e) Tahap kemaluan (mulai pubertas) 2.2 Sains

Pendekatan sains adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsprirasi,

menguatan, dan melatari tentang bagai mana metode tertentu. Oleh karena itu

banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan

metode(Hamruni,2012: 16). Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang

menginspirasi atau melatarbelakangi pemurasan metode mengajar dengan

menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah

(scientificteaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada

(16)

pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Metode ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktifitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan (kemendikbut, 2013).

Jadi pembelajaran dengan pendekatan sains adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai tenik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” pendekatan sains dimaksudkan untuk memberikan pemahaman pada peserta didik dalam mengenal, memahami beragai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu (kemendikud, 2013).

2.2.1 Pengertian Pembelajaan Sains

Sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang memiliki arti pengetahuan.

Sains memiliki banyak definisi berbeda bagi sebagian orang ataupun para ahli di

bidang sains. Berdasarkan keterangan Nasional Education Standard “science

(17)

ingury refers to the diverse ways in which scientists study the natural world and propose explanations based on evidence from their work (Worth 2010 : 2)”. Hal ini dapat diartikan bahwa sains adalah berbagai cara yang dilakukan untuk mempelajari alam dan bagai mana orang tersebut memberikan bukti dan penjelasan terkait dengan kegiatan sains yang mereka lakukan.

Pada kamus besar Bahasa Indonesia sains memiliki beberapa diantaranya : 1. Ilmu pengetahuan pada umumnya

2. Pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fidik, termasuk didalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi, dan sebagainya

3. Pengetahuan sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.

Menurut Fatonah (2014 : 6) hakikat sains adalah sebagai a way of thinking

(cara berpikir), a way of investigating (cara penyelidikan), dan a body of

knowledge (sekumpulan pengetahuan). Sains menurut Prasetyo & Fatonah (2014 :

8) merupakan proses atau metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap, dan

langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk sains atau

ilmu pengetahuan ilmia, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan

menguji, hipotesis, pengumpulan data, bereksperimen, dan prediksi. Konsep sains

bukan hanya sekedar bekerja namun juga terkadang kecendrungan sikap,

keingintahuan, kebiasaan berpikir dan seperangkat prosedur.

(18)

Pembelajatan sains merupakan proses interaksi dan saling bertukar informasi antara guru dan siswa. Pembelajaran sains ini menitikberatkan pada pencarian pengetahuan yang berkenaan dengan materi pelajaran melalui aktifitas penyelidik secara ilmiah. Pembelajaran sains siswa untuk mengelolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti metode ilmiah seperti melakukan pengamatan, menanya, melakukan percobaan menalar dan juga mengkomunikasikan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran sains adalah proses cara berpikir, cara penyelidikan, dan pemahaman tentang pengetahuan ataupun sumber alam dimana prakteknya seorang siswa akan secara aktif terlibat dalam pembelajaran dan menerapkan metode ilmiah dalam kegiatan tersebut.

2.2.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Sains

Pendekatan sains memuat pendekatan berpusat pada anak, dimana anak secara aktif mengembangkan pengetahuannya untuk dapat memahami materi yang diberikan oleh seorang pendidik. Beberapa karakteristik pendekatan sains menurut Fathurrohman (2015 : 115) adalah sebagai berikut :

a) Berpusat pada anak

Pembelajaran berpusat pada anak menggambarkan strategi-strategi

pembelajaran di mana anak lebih aktif bereksplorasi, dan guru

menjadi fasilisator. Pada pembelajaran berpusat pada anak ini

seorang pendidik mendidik menempatkan perhatiannya lebih

banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial.

(19)

b) Melibatkan keterampilan prosese sains

Keterampilan proses sains ini mendorong anak untuk mengembangan kemampuan berpikirnya secara hipotetik seperti melihat perbedaan, persamaan, memahami, menerapkan suatu substansi materi pembelajaran.

c) Melibatkan proses-proses kognitif

Pendekatan ini mendorong seorang anak untuk berpikir kritis dalam mengidentifikasikan, memahami dan memecahkan masalah.

Anak akan berusaha untuk dapat mengaplikasikan substansi dari materi yang telah diberikan oleh guru.

d) Mengembangkan karakter anak

Pendekatan saintifik diharapkan dapat mengembangkan karakter anak yang kokoh, karena karakter ditanamkan melalui pembelajaran yang menekankan pada sikap spiritual dan sikap moral.

e) Sustansi atau materi berbasis pada fakta

Materi pada pendekatan saintifik dijelaskan pada logika dan penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira namun berbasis pada konsep, terori, dan fakta yang empiris.

f) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas namun menarik sistem penyajiannya.

g) Karakteristik pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik

sangat erat kaitannya dengan proses keterampilan sains.

(20)

Karakteristik yang telah dibuat sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan memuat tujuan pemelajaran yang jelas untuk mencapai tahapan perkembangan anak.

2.2.3 Komponen Pembelajaran Pendekatan Sains

Menurut Sani (2014 : 53) pendekatan sains dalam pembelajaran memiliki 5 komponen utama, diantaranya adalah :

a) Melakukan pengamatan atau observasi

Pengamatan atau oservasi adalah proses panca indera untuk memperoleh informasi. Melakukan pengamatan atau observasi dalam pendekatan saintifik dilakukan dengan mengetahui karakteristik benda yang akan diamati, cintohnya warnanya, bentuknya, suhu, volume, berat, bau, suara dan teksturnya. Perilaku manusia juga dapat diobservasi untuk mengetahui sifat, kebiasaan, respons, pendapat, dan karakteristik lainnya.

Mengamati dapat juga diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengucap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan pendukung /fasilitator bukan sebagi instruktur.

Peoses mengamati penting dilakuan untuk membangun pengetahuan awal anak tentang suatu benda atau kejadian. Guru dapat menuliskan disertai gambar sederhana tentang pengetahuan yang sudah disebutkan oleh anak sebelumnya.

Proses mengamati ini juga bermanfaat untuk memangun minat anak dan

(21)

mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diamatinya (Ditjen PAUDNI 2015 : 27)

a) Menanya

Proses menanya adalah peroaeas berpikir yang didorong oleh minat keingintahuan anak tentang suatu benda dan kejadian (Ditjen PAUDNI 2015 : 24). Menanyakan sebagai salah satu proses mencari tahu atau mengkonfirmasi atau mencocokan dari pengetahuan yang suda dimiliki anak dengan pengetahuan yang sedang dipelajarinya (Munawaroh &

Reryanto, 2016 : 19). Pada dasarnya anak senang bertanya karena anak seringkali ingin tahu tentang banyak hal. Seringkali anak akan terus bertanya hingga rasa penasarannya dapat terjawab.

Proses menanya ini bermaanfaat bagi anak untuk mengenali informasi dan pengetahuan baru. Kegiatan mengajukan pertanyaan sangat penting untuk meningkatan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar.

Kemampuan seorang anak untuk merumuskan pertanyaan sangat dibutuhkan unrtuk memancing anak didik untuk berpikir. Beberapa jenis pertanyaan yang dapat diajukan menurut Sani (2014 : 72) diantaranya :

1) Pertanyaan Inferensi

Pertanyaan inferensi diajukan setelah anak mengamati sesuatu, misalnya

setelah guru menunjukan suatu gambar, lalu guru dapat mengajukan

pertanyaan “apa yang dapat kamu ceritakan dari gambar ini”?. Jawaban

(22)

dari pertanyaan tersebut terkait dengan penjelasan berdasarkan pemahaman atau pengalaman seorang anak.

2) Pertanyaan Interpretasi

Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menguji pemahaman siswa tentang konsekuensi subuah ide, misalnya : bagaimana menurut kamu jika petani- petani tidak bekerja dan memiliki pekerja dikantor seperti ayah & bunda?

3) Pernyataan Transfer

Pernyataan ini mendorong anak untuk berpikir luas dengan membawa pengetahuannya pada bidang yang baru, misalnya : “apa yang akan kamu lakukan jika kamu jadi polisi”?.

4) Pertanyaan tentang hipotesis

Pertanyaan tentang hipotesis membutuhkan jawaban sementara tentang suatu tindakan yang akan dilakuan, misalnya : “apa yang akan terjadi pada balon yang ditusukan sebuah jarum secara perlahan”?.

5) Pertanyaan Reflektif

Pertanyaan ini ditujukan pada diri sendiri sebagai bahan refleksi untuk menguji pengetahuan dan perasaan misalnya : “apa saya mengerti tugas dari bu guru di sekolah”?.

a) Melakukan Percobaan

Kegiatan eksperimen dilakukan oleh peserta didik untuk menyelidiki suatu fenomena sebagai salah satu upaya untuk menjawab suatu permasalahan.

Kegiatan belajar ini dilakukan guru dengan meminta peserta didik untuk

mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi.

(23)

Proses mengumpulkan informasi ini dilakukan oleh anak untuk mencari jawaban dari berbagai pertanyaan yang telah disampaikan anak pada saat menanya. Proses pengumpulan informasi ini dapat diperoleh anak dari berbagai sumber seperti dari sumber, orangtua, buku, film, mengunjungi suatu tempat ataupun internet. Guru perlu mengarahan peserta didik untuk merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dulakukan.

b) Menalar

Proses menalar untuk anak usia dini adalah menghubungkan atau mencocokan pengetahuan yang suda dimilikinya dengan pengalaman baru yang didapatkannya (Ditjen PAUDNI 2015 : 29). Kemampuan mengolah informasi melalui menalar dan berpikir sarional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari berbagai dari pola yang ditemukan.

Pengolahan informasi ini membutuhkan kemampuan logika (ilmu

menalar). Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam menarik kesimpulan

berdasarkan pendapat, data, fakta atau informasi.Terdapat beberapa strategi yang

dapat dilakuan untuk dapat melatih anak dalam melaksanakan penalaran. Strategi

tersebut diantaranya :

(24)

1. Melatih anak mengidentivikasi pola seperti pola angka, pola warna, pola gambar.

2. Melatih anak untuk membandingkan atau membedakan dua kelompok data seperti membandingkan benda yang lebih panjang atau yang lebih pendek.

3. Melatih anak untuk mencari hubungan dari data yang saling terkait.

4. Melatih anak untuk menginterprestasikan berdasarkan data yang diperoleh.

5. Melatih anak untuk dapat mengutarakan pendapat terhadap temuan yang diperoleh.

6. Melatih anak untuk menganalisis, mengevaluasi, membuat generalisasi, dan menarik kesimpulan.

7. Melatih anak untuk dapat memberikan solusi atau mengutarakan penyelesaian dalam suatu permasalahan.

a) Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan/keterampilan baru yang didapatkan oleh anak (Ditjen PAUDNI 2015 : 30).

Mengkomunikasikan sesuatu dapat dilakukan berbagai cara seperti dengan

bahasa lisan, gerakan, dan hasil karya. Ketika anak mencoba

mengomunikasikan sesuatu terhadap guru, seorang guru harus dapat

memberikan dukungan yang tepat. Dukungan ini akan menguatkan

pemahaman anak terhadap suatu konsep atau pengetahuannya sehingga

proses berpikir kritis dan kreatif akan terus tumbuh.

(25)

Memangun dan mengembangkan jaringan pada anak dapat juga dikatakan sebagai kemampuan anak untuk bersosialisasi. Seorang anak memiliki lingkaran sosial terkecil dari hidupnya yaitu keluarga. Lambat laun seiring dengan perkembangan usia, seorang anak mulai memperluas lingkup sosialnya. Mulai dari teman di rumah, teman di sekolah, tetangga, guru, serta orang lain yang berhubungan dengan kehidupan mereka. Sebuah jaringan sosial terbentuk ketika seorang anak mulai bersosialisasi seperti ketika bermain keluar rumah dan juga ketika mulai bersekolah.

Kemampuan untuk membangun jaringan ini atau bersosialisasi dan beromunikasi perlu dimiliki oleh seorang anak karena kompetensi terseut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman (Sani 2014 : 71). Bekerja sama dalam suatu kelompok merupakan salah satu cara bagi anak untuk memangun sosial dan berkomunikasi. Setiap anak harus diberi kesempatan untuk dapat mengutarakan pendapatnya kepada orang lain, menjalin pertemanan, mengenal dan saling bertukar informasi dengan orang lain. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk melatih anak dalam memangun suatu jaringan sosial adalah dengan berjabat tangan, memperkenalkan diri, tersenyum, dan menatap lawan bicara (Sani 2014 : 71).

2.2.4 Konsep Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini

Konsep sains pada anak usia dini tentu berbeda dengan orang dewasa.

Sains memuat kegiatan yang didorong oleh rasa ingin tahu untuk memahami

bagaimana suatu fenomena. Pada anak usia dini konsep sains dipengaruhi oleh ide

(26)

atau pemahaman awal anak tentang sains itu sendiri. Bagaimana pendapat awal anak tentang suatu fenomena itu akan membangun konsep sains mereka.

Pemelajran sains, termasuk pengenalan konsep kealaman bagi anak merupakan suatu upaya memantu anak untuk menemukan konsep dan proses tertentu dalam kehidupan, dengan kata lain pembelajaran sains, bagi anak pada hakikatnya, dijadikan seagai media yang digunakan untuk menstimulasi aspek perkembangan dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anak (Mirawati & Nugraha, 2017 : 2).

Sejumlah faktor memberikan pengaruh mengenai konsep sains pada anak.

Menurut Trundle (2019 : 2) konsep sains pada anak berasal dan berakal dari pengalaman anak sehari-hari. Sumber-sumber pemahaman sains pada anak berasal dari pengalaman indrawi, pengalaman bahasa, latar belakang budaya, kelompok sebaya, media massa, dan juga dari intruksi sains.

Menurut pendapat Worth (2010 : 3) konsep sains pada anak usia dini

merupakan bagian alami dan kritis dari pembelajaran anak-anak. Keingintahuan

ana tentang dunia alam adalah katalisator yang kuat untuk perkembangan dan

pertumbuhan mereka. Pemberian bimbingan yang tepat, keingin tahuan dan

kebutuhan anak untuk memahami tentang suatu fenomena menjadi dasar untuk

menggunakan keterampilan dan penyelidikan dan mengeksplorasi materi dasar

seputar anak-anak. Eksplorasi sains ini bisa menjadi konteks yang kaya dimana

anak akan menggunakan dan mengembangkan keterampilan lainnya seperti

bekerja sama, melatih motorik, bahasa, bahkan matematika.

(27)

Hal ini dapat diikuti kepada tahap yang lebih dipandu karena pertanyaan yang terindentifikasi dapat diselidiki leih lanjud. Pertanyaan yang telah diajukan oleh anak kemungkinan dari anak sendiri ataupun diperkenalkan oleh guru, namun tujuannya adalah agar terjadi proses eksplorasi lanjutan sehingga anak dapat lebih fokus dan mendalami permasalahan yang ada. Eksplorasi lanjutan ini melibatkan prediksi, perencanaan, pengumpulan, dan pencatatan data. Anak dengan bantuan guru akan mengorganisir pengalaman dan mencari pola suatu hubungan sehingga pertanyaan tersebut dapat terjawab nantinya.

Untuk melakukan suatu penyelidikan berdasarkan kemampuan anak ada beberapa keterampilan anak yang dapat dilatih menurut Worth (2010 : 3) diantaranya :

1. Menjelajahi ojbek, materi, ataupun fenomena 2. Peningkatan pertanyaan

3. Melakukan pengamatan dengan cermat 4. Terlibat dalam investigasi sederhana

5. Menjelaskan (termasuk bentuk, ukuran, dan jumlah) membandingkan, mengurutkan dan mengklasifikasi

6. Membantu anak untuk mencatat pengamatan dengan kata, grafik, dan gambar

7. Menggunakan berbagai alat sederhana untuk memperluas pengamatan 8. Mengidentifikasi pola dan hubungan

9. Mengembangkan penjelasan tentatif dan gagasan

10. Bekerja sama dengan orang lain

(28)

11. Mendiskusikan gagasan dan mendengarkan perspektif baru

Melakukan penyelidikan dengan anak harus dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan dan menghasilkan kegembiraan. Minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains yang dirancang dengan aman untuk anak, agar bisa bersosialisasi dengan teman, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu. Sehingga minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya Hapsari (2013 : 56). Namun walaupun begitu, kegiatan yang dihasilkan tetap mengarah pada pengembangan pemikiran anak yang lebih dalam. Konteks sains pada anak sebaiknya dikembangkan dengan mengamati permainan seorang anak. Vygotsky (2012 : 85) mengungkapkan anak-anak akan mengemangkan konsep sehari-sehari secara intuitif melalui pengalaman dan interaksi sehari-hari. Penyelidikan yang didasarkan pada konteks ilmiah dan konsep sehari-hari ini akan sangat membantu anak untuk mengembangkan berbagai keterampilan sesuai dengan tahapan perkembangan mereka.

2.2.5 Manfaat Penerapan Pendekatan Sains di PAUD

Dalam stuktur kurikulum 2013 PAUD hasil belajar anak dituangkan ke dalam kompetensi inti sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran ditujukan untuk pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penanaman sikap dibangun melalui pembiasaan (habituasi) dan keteladanan (modeling).

Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dilakukan melalui pendekatan

sains (untuk penanaman sikap akan dipandu dengan pedoman tersendiri

(komendikbud 2015).

(29)

Manfaat pendekatan sains, yaitu : 1. Lebih mudah diterima oleh anak 2. Leih bermakna bagi anak

3. Lebih utuh diterima oleh anak 4. Lebih melekat menjadi perilaku anak

5. Mengurangi verbalisme (menghindari guru untuk banyak mrenjelaskan secara lisan)

6. Lebih mudah diterapkan oleh anak

7. Anak lebih menghargai kemampuan yang diperolehnya 8. Anak lebih percaya diri

9. Anak lebih bangga terhadap kemampuan yang diperolehnya 10. Kemampuan yang diperoleh lebih permanen

2.2.6 Prosese Sains

Menurut Maria (2019 :41) ada beberapa proses sains yaitu : 1. Mengamati

Mengamati berarti kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan,

pendengaran, penciuman, peraba, pengecap) untuk mengenali suatu benda

yang diamatinya. Semakin banyak indra yang digunakan dalam prosese

mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses

dalam otak anak. Guu berperan sebagai pengamat dan

pendukung/fasilitator bukan sebagai instruktur. Kegiatan mengamati dapat

dilakukan bersama-sama didalam atau diluar kelas. Media untuk diamati

bisa apapun. Media yang disiapkan sesuai dengan tema yang sedang

(30)

dipilih. Proses mengamati penting untuk membangun pengetahuan awal anak tentang sesuatu benda atau kejadian. Guru dapat menuliskan disertai gambar sederhana tentang pengetahuan yang sudah disebutkan anak tadi.

Proses mengamati juga untuk membangun minat anak mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diamatinya.

2. Menanya

Menanya merupakan proses berfikir yang didorong oleh minat keingintahuan, anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada dasrnya anak senang bertanya, anak akan terus bertanya sampai rasa penasarannya terjawab. Seringkali orang tua guru mematahkan rasa ingintahuan anak dengan menganggap anak yang cerewet. Menanya sebagai sebagai proses mengenali pengetahuan baru, guru dapat membantu untuk menyusun pertanyaan yang ingin merea ketahui. Ditahap menanya, guru perlu bersabar. Terkadang anak menyampaikan keingintahuannya tidak dalam bentuk kalimat tanya.

a. Mengumpulkan informasi

1. Mengumpulkan informasi /data merupakan proses mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan anak disaat menanya.

2. Mengumpulkan data dapat dilakukan berulang-ulang di pijakan awal sebelum bermain (pembukaan) setiap hari dengan cara yang berbeda.

3. Mengumpulkan data dapat berasal dari

(31)

b. Menalar

Proses menalar untuk anak usia dini menghubungkan atau mencocokan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengalaman baru yang didapatkannya. Sepertinya pernyataan anak-anak di atas tidak nyambung, tetapi sesunggunya dafa menghubungan kangkung termasuk tumbuhan daun dan alifa menghubungkan binatang yang yang suka makan daun.

Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu : a. Menyebutkan persamaan

b. Menyebutkan perbedaan c. Mengelompokan

d. Membandingkan e. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikanadalah proses penguatan pengetahuan/keterampilan baru yang didapatkan anak. Mengkomunikasikan dapat dilakukan dilakuan dengan beragai cara, misalnya bahasa lisan, gerakan, hasil karya. Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkan maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang (kemendikud, 2015).

2.2.7 Peran Guru Dalam Pembelajaran Sains

Pembelajaran sains yang dilaukan di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

keberhasilannya tergantung bagaimana guru menfasilitasi kegiatan sains maupun

(32)

sikap sains yang dimunculkan oleh guru. Keberhasilan pembelajran sains dapat dilihat dari hakikat sains yang muncul dari pembelajaran tersebut (Puspitasari, 2015 : 125).

Pembelajaran sains berdasarkan kurikulum 2013 menerapkan konsep yang terpadu. Hal ini bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah secara berkarakter dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu pembelajaran sains yang terpadu yang bersifat menyenangkan dan menghibur (Science edutainmen) juga memberikan peluang pada siswa untuk meningkatkan minat belajar dan karakter ilmiah siswa (Chusniyah, Dewi & Pamelasari 2016 : 1228). Pembelajaran sains menekankan pada pengalaman lansung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses pencari tahu dan berbuat Ahsani (2015 : 74). Pada pembelajaran sains, keingintahuan seorang anak membuat anak mengeksplore dan menarik kesimpulan berdasarkan pengalamannya sendiri. Namun dengan terbatasnya pengetahuan seorang anak, terkadang prediksi anak menjadi meleset. Oleh karena itu seorang anak membutuhkan guru untuk membantu mengembangkan keingintahuan dan menjawabnya dengan aktivitas yang bersifat ilmiah.

Guru adalah tokoh sentral berhasilnya suatu pembelajaran sains di sekolah.

Kemampuan guru yang memiliki kompetensi unggul dapat sangat memantu dalam

proses transfer pengetahuan kepada anak didik. Model pembelajaran berdasarkan

student centered (berpusat pada siswa) diharapkan dapat melihat guru untuk dapat

menjadi sosok yang kreatif menjadi fasilisator anak didik. Banchi (Trundle 2009

:3) menyebutkan bahwa para guru sebagai fasilitator adalah dengan membantu

(33)

anak-anak untuk mengembangkan keterampilan penyelidikan mereka, strategi intruksional harus bergerak menuju penyelidikan leih terbuka dimana anak-anak mengaajukan pertanyaan mereka sendiri dan merancang penyelidikan mereka sendiri.

Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran sains yang melibatkan anak adalah jenis pengalaman yang dibuat guru dan bagaimana dukungan mereka selama pemelajaran sains terus berlansung. Saat seorang guru melaksanakan pemelajaran sains penting bagi guru untuk mempertimbangkan tiga hal yaitu jenis bahan yang di sediakan, pertanyaan yang diajukan sebelum, selama dan sesuda pembelajaran sains dilakukan, dan eksplorasi tambahan tentang apa yang bisa digunakan untuk memajukan kesempatan belajar sains pada anak (Wisneski &

Hamlin 2012 : 86).

Pada pembelajaran sains seorang guru perlu menyiapkan perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan fisik motorik seorang anak. Seorang guru menurut Mechler (2015 : 3) perlu mengintegrasikan konsep sain kepemelajaran. Berapa hal yang dapat dilakukan adalah:

a. Merencanakan kegiatan yang menarik perhatian anak.

b. Menciptakan lingkungan sosial yang hangat yang ramah untuk membutuhkan rasa kebersamaan dan kerjasama di dalam kelas

c. Mendorong pemikiran pemecahan masalah dan pemikiran abstrak dari

anak didik.

(34)

d. Beri label emosi anda sehingga anak-anak belajar apa arti emosi.

Emosi dapat memiliki tempat dalam kegiatan sains. Sedih saat ada tanaman yang mati dan gemira saat anak berhasil melakukan pembelajaran dengan baik. Seiring dengan waktu anak akan belajar mengasosiasikan nama emosi dengan ekspresi wajah dan prilaku.

e. Mengintegrasikan kegiatan lansung yang meningkatkan keterampilan anak.

Pembelajaran sains dengan mengintegrasikan kegiatan lansung akan dapat lebih dipahami dan menyenangkan bagi anak. Namun pada beberapa kesempatan terkadang kegiatan lansung tidak dapat dilakukan dan diperlukan media untuk mendukung pembelajaran sains. Menurut Trundle (2009 : 3) ada berapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru dalam menyiapkan media untuk pembelajaran sains, diantaranya :

a. Menyiapkan stuktur teks yang dapat mempengaruhi pembelajaran sains.

Gagasan ini dapat disertai dengan contoh sebagai dukungan kognitif anak.

b. Menggunakan diagram untuk mendukung pembelajaran sains. Diagram yang jelas dan efektif dapat mewakili hubungan kausal dalam teks dan menduung pemahaman anak.

c. Ilustrasi dan gamar dalam buku dapat diintegrasikan secara efektif dalam

pemelajaran sains. Penggunaan ilustrasi dan gambar dukelas akan

menawarkan cara peraktis dan efektif untuk mengenalkan dan

mengajarkan konsep sains pada anak.

(35)

2.3 Penelitian Yang Relevan

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti menelusuri beberapa hasil penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian peningkatan pemahaman konsep bilangan pada anak usia dini.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lili Kasmini dan Nirwanasari Purba (2016) Yang Berjudul “ Pengaruh Eksperimen Sains Pada Materi Mencampur Warna Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Kelompok B2 Pada Tk Pertiwi Banda Aceh. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis bahwa thitung > ttabel, yaitu 9,23 > 2,07 sehingga hipotesis dalam penelitian ini di terima. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa eksperimen sains dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak sebesar 4,25 atau tergolong dalam kategori baik. Disarankan kepada guru untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan menggunakan variasi dan inovasi metode dalam permainan yang beragam sehingga kemampuan kognitif anak dapat meningkat.

2. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Uswatun

Khasanah ( 2018 ) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Sains

Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Pada Anak Kelompok B Tk

Siwi Pertiwi Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa hasil observasi pembelajaran pada

tiap Siklus. Sebelum tindakan kemampuan pencampuran warna

menggunakan media kertas krap dan pewarna makanan anak didik

(36)

sebesar 33% meningkat pada Siklus 1 sebesar 62% dan ketika dilanjutkan pada Siklus II meningkat menjadi sebesar 88% . Total peningkatan yang terjadi dari sebelum tindakan (Pra Siklus) sampai Siklus II sebesar 55%, yaitu dari 33% menjadi 88% dengan KKM 75

% atau setara dengan bintang 2 (Mulai Muncul).

2.4 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Analisis Pembelajaran Sains Untuk Anak Kelompok B Di TK Al-Azhar

Cairo Banda Aceh

Metode penelitian dengan : - Wawancara

- Dokumentasi

Bagaimana kemampuan Sains pada kelompok B di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh?

Apasaja rancangan kegiatan pembelajaran Sains untuk anak kelompok B di TK Al- Azhar Cairo Banda Aceh?

Apa kendala yang

dihadapi oleh guru

dalam mengajarkan

Sains pada kelompok B

di TK Al-Azhar Cairo

Banda Aceh?

(37)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2010:6).

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai partisipasi guru dalam pembelajaran pada anak Kelompok B di TK Al- Azhar Banda Aceh secara mendalam dan komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan partisipasi guru .

Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan

hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran

mereka tentang dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang

yang berhubungan dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba

memahami,menggali pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapat

informasi atau data yang diperlukan.

(38)

Selain itu seperti yang dinyatakan oleh Maleong (2010:31), metode kualitatif dilakukan dengan beberapa pertimbangan, pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda;

kedua, metode ini menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Dalam penelitian ini penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan Sains pada anak kelompok B di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021 pada semester I tahun ajaran 2021. Penelitian bertempat di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh. yang beralamat di Jl. Prada Utama, Lamgugob, Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.

3.3 Subjek Penelitian

Yang dimaksud subyek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran ( Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862). Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini, yaitu guru di TK Al- Azhar Cairo sebanyak 2 orang guru di kelompok B1.

Alasan peneliti mengambil sampel 2 orang guru dikarenakan intruksi dari

kepala sekolah yang mengarahkan peneliti untuk mewawancarai 2 orang guru saja

dikarenakan sedang mengikuti penataran dan menyiapkan kegiatan sekolah seperti

RPPH dan Silabus.

(39)

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik dan instrumen pengumpulan data yang akan digunakan antara lain adalah:

a. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu Moleong (2010: 32)

Wawancara merupakan teknik utama dalam metodologi kualitatif. Dalam penelitian ini untuk menghindari wawancara yang melantur dan menghasilkan informasi yang kosong dalam wawancara maka topik pembicaraan selalu diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan fokus penelitian.

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan dan ditujukan kepada 2 orang guru kelas B1 dan kepala sekolah TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh,

Tabel. Lembar Wawancara Guru

No Rumusan Masalah Pertanyaan Respond

1. Bagaimana kemampuan sains pada kelompok B di TK Al- Azhar Cairo Banda Aceh?

1. Bagaimana pandangan ibu terhadap kemampuan sains anak?

2. apakah anak tertarik

untuk melakukan

percobaan sederhana

(40)

yang ibu sediakan dalam pembelajaran sains?

3. Apakah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sains?

4. bagaimana prilaku anak saat percobaan

berlangsung?

5. apakah anak melakukan pengamatan dan mengkomunikasikan hasil pengamatannya?

6. apakah ibu memberi kesempatan pada anak untuk menceritakan pengalaman bermain sainsnya?

7. bagaimana cara ibu memberikan dukungan dalam kegiatan bermain sains?

8. apakah anak memahami konsep sains yang mereka pelajari?

9. apakah anak antuasias dalam mengeksplorasi bahan yang ibu sediakan saat pembelajaran sains?

10. bagaimana cara ibu

menstimulasi

keingintahuan anak

(41)

dalam pembelajaran sains?

2. Apa saja kegiatan yang

dilakukan dalam pembelajaran sains untuk anak kelompok B di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh?

1. Bagaimanakah ibu merancang pembelajaran sains untuk anak

kelompok B di TK Al- Azhar Cairo Banda Aceh?

2. Apakah ibu menggunakan/

memberikan media pembelajaran sains yang menarik bagi anak?

3. Apakah media

pembelajaran sains yang ibu rancang sesuai tahapan usia anak?

4. apakah media tersebut ramah anak dan tersedia di lingkungan?

5. apakah ibu melakukan apersepsi sebelum kegiatan main?

6. apakah ibu menjelaskan konsep sains sebelum dan setelah bermain?

7. apakah ada pertimbangan

khusus dalam pemilihan

kegiatan pembelajaran

sains di kelas ibu?

(42)

3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh guru dalam mengajarkan sains pada kelompok B di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh?

1. kesulitan apa yang ibu dihadapi dalam memberikan

pembelajaran sains ? 2. Bagaimana ibu

mengatasinya?

3. menurut ibu, faktor- faktor apakah yang mempengaruhi anak dalam pembelajaran sains?

b. Dokumentasi

Sukardi (2011:81) menyatakan bahwa dokumentasi adalah cara memperoleh data dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap sumber data, karena banyak hal yang harus dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan atau memprediksi kejadian saat penelitian.

Analisis dokumentasi ini akan sangat membantu untuk melengkapi dan memperdalam hasil pengamatan. Dengan demikian perlu pendokumentasi untuk melengkapi penelitian dan memperoleh gambaran yang sedang terjadi dalam setiap peristiwa.

Pada penelitian ini peneliti melakukan dokumentasi berupa foto dan video

pembelajaran sains serta menggunakan laporan perkembangan anak di TK Al-

Azhar Cairo Banda Aceh yaitu pada aspek perkembangan sains anak.

(43)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan analisa logika komparatif abstraktif yaitu suatu logika yang menggunakan cara perbandingan. konseptualisasi, kategorisasi dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian (incidence) yang diperoleh ketika kegiatan lapangan berlangsung Boengin (2011).

Analisis penelitian ini dilakukan secara terus menerus sejak awal penelitian dan selanjutnya di sepanjang melakukan penelitian. Jadi semenjak memperoleh data dari lapangan baik dari hasil wawancara atau dokumentasi langsung dipelajari dan dirangkum, ditelaah dan dianalisis sampai akhir penelitian.

Selanjutnya alur analisis data yang penulis gunakan adalah:

Langkah-langkah analisis data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Analisis Data Sugiyono (2016: 230) Pemilihan Kasus

(kegiatan sains)

Pengumpulan Data

Perbaikan (refinement) Pemilihan Kasus

(kegiatan sains)

(44)

1. Pengumpulan Data

Untuk memudahkan dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka peneliti perlu menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara tentang pembelajaran sains dan dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran sains.

2. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data serta merangkum hasil wawancara, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya tentang pembelajaran sains.

3. Penyajian data ( data display)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.Penyajian data dalam penelitian ini peneliti paparkan dengan teks yang bersifat naratif dan dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun sehingga mudah dipahami tentang pembelajaran sains.

4. Penarikan kesimpulan (verification)

Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh

(45)

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan saat mengumpulkan data tentang pembelajaran sains maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah tetapi mungkin juga tidak karena dalam penelitian kualitatif rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Dengan demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualiatif harus langsung diikuti dengan pekerjaan menulis, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan menyajikan data, serta menarik kesimpulan dengan cara membandingkan sebagai analisis data kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif umumnya lebih melihat proses daripada produk dari obyek penelitiannya. Selain itu nantinya kesimpulan dari data kualitatif tidak berupa angka-angka tetapi disajikan dalam bentuk kata verbal yang pengolahannya mulai dari mengedit sampai menyajikan dalam keadaan ringkas dikerjakan di lapangan.

3.5.1 Langkah-langkah Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Peneliti meyiapkan soal wawancara yang ditujukan kepada guru kelompok B1.

2. Peneliti menjumpai guru kelompok B1 di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh

dan mewawancarai secara langsung sesuai dengan tabel wawancara.

(46)

3. Peneliti menganalisis hasil wawancara yang dilakukan pada guru kelompok B1 TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh.

4. Peneliti menyimpulkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru B1 TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh.

5. Peneliti menuliskan hasil rangkuman dalam hasil penelitian skripsi.

3.5.2 Tabel Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1. Survey awal dan penentuan lokasi penelitian

2. Penyusunan proposal 3. Seminar Proposal 4. Pelaksanaan Penelitian 5. Pengolahan data, analisis

dan penyusunan laporan

6. Sidang Skripsi

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh didirikan pada tahun 2016 dengan nomor izin operasional 421.9/A.2/TK/4060/2018, jenjang akreditasi A pada tahun 2018.

Sekolah ini beralamat di Jalan Mutiara Dusun Lamnyong Kec. Syiah Kuala kota Banda Aceh. TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh dilandasi oleh semangat turut serta membangun dan meyiapkan generasi muda bangsa yang cerdas dan terampil, kreatif dan inovatif handal, kompetitif, yan ditunang dengan budi pekerti dan kesempurnaan sikap perilaku baik dalam pergaulan antar individu maupun interaksi sosial.

TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh sudah dapat dipandang sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki sarana dan prasarana yang sudah memadai . Hal ini sesuai dengan realita yang didapatkan di lapangan bahwa sarana dan prasarana sudah lengkap dengan berbagai fasilitas pendidikan dan pengajaran. Fasilitas tersebut dalam bentuk bangunan atau gedung.

Jumlah tenaga pengajar (guru) pada TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh

sebanyak 24 guru honorer. Namun pada umumnya guru yang mengajar

profesional. Bahkan secara keseluruhan dapat di pandang guru senior dalam

proses mengajar.

(48)

Tabel 4.1 Keadaan Guru TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh

No Nama guru Status

1. Silvia Agustin, S.Pd Kepala Sekolah

2. Nur Fadilah , S.Pd Guru Honorer

3. Muliana, S.Pd Guru Honorer

4. Siti Marlina, S.Pd Guru Honorer

5. Fadhlina Sari, SPd Guru Honorer

6. Sri Fahmi, S,Si Guru Honorer

7. Putri Muharram, S.Pd Guru Honorer

8. Wardati Husna, S.Pd Guru Honorer

9. Nurmala Syita, S.Pd Guru Honorer

10. Maulidar, S.Pdi Guru Honorer

11. Nurul Aini, S.Pdi Guru Honorer

12. Dewi Lestari, S.Pd Guru Honorer

13 Fitri, S.Pdi Guru Honorer

14 Nurul Rahmi, S.Pdi Guru Honorer

15 Maisyarah, S.Pd Guru Honorer

16 Nurmalawati, S.Pd Guru Honorer

17 Syarah Mutia, S,Sos Guru Honorer

18 Irmawati, S.Pdi Guru Honorer

(49)

19 Surtila, S.Pd Guru Honorer

20. Jasmani, S.Pd Guru Honorer

21. Syukriyati, S.Pdi Guru Honorer

22. Ernawati, S.Pdi Guru Honorer

23 Fauziah, S.Pd Guru Honorer

24 Erlina, S.Pd Guru Honorer

Sumber : Dokumentasi TK Al-Azhar Cairo Tahun Ajaran 2021

Semua guru yang mengajar di TK Al-Azhar Cairo Banda aceh adalah lulusan dari Sarjana berbagai universitas di wilayah Aceh. Dan sudah mampu dalam mengajar serta memberikan bimbingan yang baik kepada anak didik di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh.

Di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh fasilitas sudah sangat memadai bahkan dikatakan sangat lengakap karena sekolah tk Al-Azhar Cairo Banda Aceh sudah mendapatkan jenjang akreditas A.

Di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh kususnya pada kelompok B1 terdapat

25 anak diantaranya 13 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.

(50)

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh pada Hari Senin 31 Mei 2021 sampai 15 Juni 2021 dengan menggunakan instrumen wawancara yang ditujukan 2 orang guru kelompok B

1

sebagai responden adapun hasil wawancara sebagai berikut :

4.2.1 Hasil Wawancara Dengan Guru

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan 2 orang guru pada kelompok B1 di TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh. Adapun wawancara yang dilakukan terhadap masing-masing responden yaitu sebagai berikut :

1. Gambaran Kemampuan Sains pada Kelompok B1 TK Al-Azhar Cairo Banda Aceh?

Pertanyaan

1. Bagaimana pandangan ibu terhadap kemampuan sains anak?

Jawaban

Responden I menjawab bahwa Pembelajaran sains bagi anak usia dini

sangatlah penting diajarkan kususnya pada saat usia mereka masih dini, dimana

mereka dapat mengenal berbagai hal-hal yang baru yang dapat menjadikan

pembelajaran yang menarik bagi anak misalnya dengan mencampurkan warna,

dalam pencampuran warna anak-anak akan tertarik dan semangat dalam belajar

misalkan untuk menenmukan warna orange berarti harus mengabungkan dua

warna yang berbeda, nah hal inilah yang menjadikan bahwa betapa pentingnya

sain bagi pembelajaran anak usia dini untuk perkembangan kemampuan berfikir

(51)

anak.

Responden II Bahwa pandangan saya dalam pembelajaran sains sangatlah penting terhadap penunjang pendidikan anak, dimana dalam pembelajaran sains anak akan lebih mengenal tentang hal-hal yang baru bagi anak, misalnya dengan mencampurakan 2 warna untuk mendapatkan warna yang baru, hingga membuat anak untuk bereksperimen dalam pembelajaran serta menerapkannya secara sederhana di lingkungan.

Temuan

Kemampuan sains anak dikelompok B1 sudah diajarkan oleh guru dengan berbagai kegiatan yang dapat menunjang kemampuan sains anak dikelompok B1

Simpulan

Dari jawaban Responden I dan Responden II maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran sain bagi anak usia dini sangatlah penting dimana dapat menunjuang tumbuh kembang anak dalam pembelajaran di lingkungan sekitarnya.

Pertanyaan

2. Apakah anak tertarik untuk melakukan percobaan sederhana yang ibu sediakan dalam pembelajaran sains?

Jawaban

Responden I menjawab anak sangat tertarik dalam pembelajaran sains, hal ini ditunjang oleh kreativitas guru yang memberikan tantangan dalam pembelajaran sains yang tertarik oleh anak dengan memberikan bahan-bahan ajar sain yang berbeda-beda. Semakin guru memberikan hal baru maka anak akan semakin tertarik dalam pembelajaran sains sehingga perkembangan kemampuan sains anak akan menjadi lebih optimal.

Responden II menjawab anak sangat tertarik dalam pembelajaran sains

dikarenakan dengan pebelajaran sains anak dapat mengenal hal hal yang

(52)

baru serta juga anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menjadikan imajinasi anak dalam melakukan pembelajaran sains yang diajarkan oleh guru.

Temuan

Dalam menstimulai kemampuan sains anak di kelompok B1 maka guru menyusun bahan ajar yang menarik serta mendemonstrasikan langsung pada anak.

Simpulan

Dari jawaban Responden I dan Responden II maka dapat diambil kesimpulan bahwa Di TK Al-Azhar Cairo dalam pembelajaran sain, guru memberikan bahan ajar yang berbeda-beda hal ini dilakukan untuk menarik perhatian anak dalam pembelajaran sains.

Pertanyaan

3. Apakah terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sains?

Jawaban

Responden I menjawab dalam memberikan pembelajaran sains bagi anak guru memang terlibat langsung dalam pembelajaran sains yang diberikan, agar guru dapat mengarahkan anak pada pembelajaran sains.

Responden II menjawab dalam pembelajaran sains yang diajarkan kepada anak, guru terlibat aktif untuk membimbing anak dalam pembelajaran sains.

Temuan

Dalam pembelajaran sains guru terlibat aktif dalam pembelajaran guna membimbing anak pada saat pembelajaran berlangsung.

Simpulan

Dari jawaban Responden I dan Responden II maka dapat disimpulkan bahwa guru terlibat aktif dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Pertanyaan

(53)

4. Bagaimana prilaku anak saat percobaan berlangsung?

Jawaban

Responden I menjawab perilaku anak berbeda-beda antara satu anak dengan anak yang lain, tapi secara keseluruhan mereka sangat tertarik dengan pembelajaran sains yang diberikan oleh guru.

Responden II menjawab dalam pembelajaran sains perilaku anak merasa tertarik dan ingin tahu tentang media yang diberikan oleh guru sehingga rasa ingin tau anak menjadi meningkat.

Temuan

Pada saat memberikan pembelajaran sains pada anak dikelompok B1 perilaku anak sangat baik dikarenakan rasa ingin tau mereka yang kuat terhadapmedia yang diberikan oleh guru

Simpulan

Dari jawaban Responden I dan Responden I maka dapat disimpulkan bahwa perilaku anak dalampembelajaran sains sangat baik dan mereka mengikuti arahan yangdiberikan oleh guru.

Pertanyaan

5. Apakah anak melakukan pengamatan dan mengkomunikasikan hasil pengamatannya?

Jawaban

Responden I menjawab iya,anak melakukan pengamatan dan memberitahukan hasilnya kepada guru.

Responden II menjawab tentu anak memberitahukan atas hasil pengamatannya

(54)

kepada guru sehingga guru dapatmemberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh anak dalam pembelajaran sains.

Temuan

Anak memberitahukan hasil pengamatannya kepada guru dan meminta arahan guru tentang objek yang diamati.

Simpulan

Dari jawaban Responden I dan responden II maka dapat disimpulkan bahwa anak melakukan pengamatan dan memberitahukan hasil pengamatannya kepada guru,serta meminta pada guru menyelesaikan permasalahan yangdihadapi oleh anak.

Pertanyaan

6. Apakah ibu memberi kesempatan pada anak untuk menceritakan pengalaman bermain sainsnya?

Jawaban

Responden I menjawab guru memberikan kesempatan pada anak untuk menceritakan pengalam bermain sainsnya dengan bahasa yang sederhana.

Responden II menjawab tentunya guru memberikan kesempatan pada anak dalam menceritakan hasil pengamatannya.

Temuan

Dalam memberikan pembelajaran sains pada anak kelompok B1 guru

memberikan kesempatan padaanak dalam menceritakan hasil pengamatan

dalam pembelajaran sains.

(55)

Simpulan

Dari hasil wawancara Responden I dan Responden II maka peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran sains guru ada memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan hasil pengamatannya.

Pertanyaan

7. bagaimana cara ibu memberikan dukungan dalam kegiatan bermain sains?

Jawaban

Responden I menjawab dukungan yang diberikan yaitu dengan menyesuaikan pembelajaran dengan usia anak kelompok B1, serta melakukan pendekatan yang lebih mendalam terhadap anak agar kesulitan yag dihadapi oleh anak dapat dibimbing dan diselesaikan oleh guru.

Responden II menjawab dukungan yang diberikan pada yang kesulitan dalam belajar sains yaitu dengan melakukan pendekatan apada si anak, menayakan permaslahan dan menghasilkan solusi hingga permaslahan anak dapat diselesaikan.

Temuan

Guru memberikan dukungan kepada anak dengan menyemangati anak dalam melakukan kegiatan sains

Simpulan

Dari hasil wawancara Responden I dan Responden II maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa guru memberikan dukungan dengan memberikan motivasi

dan semangat bagi anak dalam pembelajaran sains.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak TK Cut Meutia Banda Aceh tentang analisis kegiatan-kegiatan peningkatan kecerdasan interpersonal anak kelompok A,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan daya dukung pondasi menerus pada model lereng tanah pasir dengan dan tanpa perkuatan geogrid, maka

Salah satu enzim proteolitik yang sering digunakan dalam pengolahan pangan adalah enzim bromelin (Supriyanto, 1998). Tanaman nanas mengandung enzim bromelin, yaitu

Data yang dipaparkan dalam tesis ini menunjukkan fungsi dari Fstl1 pada paru-paru yang belum pernah diteliti sebelumnya.Tesis ini menganalisis fungsi dari pensinyalan molekuler

M enurut M cLeod (2004, p171) data flow diagram adalah suatu gambaran garis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk simbol untuk menggambarkan aliran data melalui

Penegasan pemisahan kewenangan pengelolaan tersebut dapat juga dilihat dalam pasal 27 Undang-undang nomor 48 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa harta kekayaan yang pemiliknya dan

Agustina (2007) dengan judul penelitiannya ”Peningkatan Keterampilan Bermain Drama dengan Metode Perkampungan Sastra Siswa Kelas V SD Negeri Sekaran 01 Gunungpati

Bila pada pipa tegak air limbah dibuat ofset bersudut lebih dari 45º terhadap arah tegak dan beban unit alat plambing yang disalurkan oleh ofset itu melampaui beba yang diizinkan