• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan Modal Sosial melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penguatan Modal Sosial melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penguatan Modal Sosial melalui Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat

Lia Muliana1, Muammar Mustaqim3

1,2 Program Studi Magister Sosiologi, Universitas Malikussaleh

Universitas Malikussaleh

Corresponding Author : liamuliana30@gmail.com

ABSTRAK

Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah bagian dari Program Nasional Pem-berdayaan Masyarakat (PNPM) yang diluncurkan pada Tahun 2007. Program ini di-tujukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mensejahterakan masyarakat miskin. Desa Cot Peradi adalah salah satu desa di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya, yang menjalankan program kelompok Simpan Pinjam Perempuan. Tujuan penulisan jurnal ini untuk mengetahui dan menjelaskan efektivitas program kelompok SPP di Desa Cot Peradi, mengetahui modal sosial mempunyai peranan yang penting demi keberlangsungan program Simpan Pinjam Perempuan. Tujuan lainnya untuk menjelaskan bahwa modal sosial yang dibentuk masyarakat dalam program kelompok SPP berdampak terhadap penurunan angka kem-iskinan di Kabupaten Nagan Raya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian mengemukakan bahwa kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Cot Peradi berjalan dengan optimal sebagaimana tujuan awal dari program ini, dikarenakan masyarakat mampu membentuk modal sosial yang baik, se-hingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara berkembang yang tidak luput dari masalah sosial ekonomi, yaitu kemiskinan. Permasalahan kemiskinan selalu menjadi pusat perhatian utama bagi pemerintah Indonesia untuk ditanggulangi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat Indo-nesia, baik itu melalui pembangunan infrastruktur maupun program pembangunan pen-gentasan masalah sosial kemiskinan, salah satunya adalah Program Nasional Pem-berdayaan Masyarakat (PNPM).

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah program yang di-luncurkan pada Tahun 2007. Salah satu program yang termasuk ke dalam PNPM adalah Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Dalam program ini, pemerintah mem-berikan modal usaha yang berfokus kepada ibu-ibu atau perempuan yang memiliki usaha mikro. Tujuan pemerintah memberikan dana usaha agar dapat mengembangkan usaha yang dimiliki dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

PNPM merupakan bentuk kontribusi pemerintah kepada masyarakat miskin, khu-susnya masyarakat Aceh. Keberlangsungan dan efektivitas terealisasinya Program Na-sional Pemberdayaan Masyarakat dengan baik sangat berhubungan dengan modal sosial masyarakat. Dengan artian, jika masyarakat membentuk dan memiliki modal sosial yang baik, maka program kelompok SPP dapat terimplementasi berdasarkan tujuan awal pemerintah (penurunan angka kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat). Unsur-unsur modal sosial yang dimaksud berupa partisipasi masyarakat di dalam PNPM, kerjasama, saling percaya, mematuhi norma-norma, dan jaringan sosial.

Desa Cot Peradi adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Cot Peradi menjadi salah satu desa yang menerapkan program PNPM yaitu Kelompok Simpan Pinjam Perempuan. Program ini sangat membantu kaum perempuan untuk mengembangkan usaha yang dimiliki dan meningkatkan pendapatan keluarga. Pada hakikatnya, masyarakat mempunyai peran yang penting dalam me-rencanakan sampai tahap evaluasi program demi mencapai taraf hidup yang lebih baik dari sebelumnya.

Keberlangsungan program kelompok SPP tidak terlepas dari modal sosial yang lahir dan dibentuk dalam program tersebut. Peranan modal sosial sangat penting dan utama, karena jika masyarakat percaya dan ikut berpartisipasi dalam program SPP, maka

(3)

akan berwujud terhadap peningkatan pendapatan dan penurunan angka kemiskinan pada masyarakat Aceh. Fokus utama kajian ini adalah penguatan modal sosial melalui Pro-gram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cot Peradi Kabupaten Nagan Raya.

Kajian tentang modal sosial telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebe-lumnya diantaranya Kharisma (2020), hasil penelitian menyimpulkan bahwa modal so-sial mempengaruhi kemiskinan secara negatif dan signifikan. Selain itu, lama pendidikan sebagai proksi modal manusia juga secara signifikan mengurangi kemungkinan suatu ru-mah tangga menjadi miskin. Sedangkan Ahmadriswan Nasution (2016) menyimpulkan bahwa rata-rata indeks modal sosial rumah tangga di perdesaan sebesar 52,18. Adapun komponen yang paling berperan dalam pembentukan modal sosial rumah tangga miskin adalah rasa saling percaya. Modal sosial bersama-sama dengan modal manusia, modal keuangan, dan modal fisik memberikan efek positif terhadap pengeluaran per kapita ru-mah tangga, sehingga dapat mengurangi kemiskinan

Maratul Muslimah (2015) menyimpukan bahwa modal sosial dalam program pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri secara keseluruhan dapat dikategorikan tinggi. Tingginya modal sosial dilihat dari tingginya partisipasi dalam jaringan yang dimiliki oleh anggota SPP berdasarkan kesukarelaan atas kemauan sendiri untuk bergabung dalam program pemberdayaan masyarakat yang dimiliki anggota. Kepercayaan antar individu maupun pelaksana kegiatan yang tinggi serta nilai-nilai kompetisi dan kejujuran yang di-miliki oleh setiap anggota SPP. James S. Coleman mengemukakan bahwa dalam modal sosial terdapat tiga unsur yang secara dinamis saling berkaitan yaitu kepercayaan (trust), jaringan sosial (social network), dan norma (Salfrida, 2019; Yunus et.all, 2020; 2021).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pen-dekatan deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh te-ori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Jadi dalam penelitian kualitatif melakukan analisis data untuk membangun hipotesis (Sugiyono, 2014). Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data

(4)

berupa observasi pada konteks sosial, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

PEMBAHASAN Konsep Modal Sosial

Konsep modal sosial pertama kali dikemukakan oleh Pierre Bourdieu (1986) da-lam tulisan yang berjudul “The forms of capital”. Selanjutnya disusul oleh James S. Coleman (1988) membuat tulisan dengan judul “Social capital in the creation of human

capital”. Francis Fukuyama mengembangkan modal sosial dalam buku “Trust: The so-cial virtues and the creations of prosperity”. Hingga pada akhirnya konsep modal sosial

mencapai puncak kejayaan ketika Robert Putnam (2000) menulis bukunya yang berjudul

Bowling alone: America’s declining social capital (Santoso, 2020).

Pandangan Bourdieu mengenai modal sosial lebih terarah pada kelompok yang memiliki kemampuan material dan kekayaan memadai atau orang-orang yang memiliki kedudukan istimewa dalam masyarakat. Modal sosial bagi Coleman itu bukan merupakan barang pribadi yang melekat pada individu, melainkan merupakan bagian dari mereka yang berusaha mewujudkannya dan juga bagian dari mereka yang ada dalam struktur.

Putnam melihat inti modal sosial yaitu adanya jaringan sosial. Jaringan tersebut memiliki nilai dan dalam individu tersebut ada kontak sosial yang mempengaruhi produk-tivitas individu dan kelompok. Hubungan individu, jaringan sosial, norma, dan ke-percayaan tumbuh dari hubungan antarindividu dan kelompok. Sedangkan menurut Fu-kuyama (Dwiningrum, 2014: 4-5), modal sosial itu sebagai keadaan seperangkat nilai atau norma informal bersama yang saling digunakan diantara anggota kelompok yang memungkinkan kerjasama diantara mereka. Adapun unsur-unsur modal sosial yaitu:

Norma (norm)

Norma terdiri dari pemahaman, nilai, harapan, dan tujuan yang diyakini serta di-jalankan bersama oleh sekelompok orang. Fukuyama dalam (Hamsah, 2017) menjelaskan bahwa norma yang mampu menghasilkan modal sosial dalam masyarakat mesti memper-hatikan aspek kejujuran, pemenuhan tugas, dan kesediaan untuk saling menolong, serta komitmen bersama. Norma berarti pedoman sehari-hari dalam masyarakat.

Kepercayaan (Trust)

Fukuyama mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam modal sosial adalah ke-percayaan yang merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat. Dengan kepercayaan, orang-orang akan bisa bekerjasama secara lebih

(5)

efektif. Menurut Coleman dalam Hamsah (2017), menyatakan sistem yang terbentuk dari rasa saling percaya merupakan komponen modal sosial sebagai basis dari kewajiban dan harapan masa depan. Sedangkan menurut Putnam (dalam Hamsah, 2017: 18-19), mengemukakan kepercayaan atau perasaan saling mempercayai merupakan sumber kekuatan modal sosial yang dapat mempertahankan keberlangsungan perekonomian yang dinamis dan kinerja pemerintahan yang efektif.

Jaringan Sosial (Social Network)

Jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dan komuni-tas. Jaringan sosial yang kuat antara sesama anggota dalam kelompok mutlak diperlukan dalam menjaga sinergi dan kekompakan. Jaringan sosial terdiri dari 5 (lima) unsur yang meliputi adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan. Dalam jaringan sosial, partisipasi memegang peranan yang cukup penting, karena ker-jasama yang ada dalam komunitas dapat terjadi karena adanya partisipasi individu-indi-vidu (Yunus et all, 2020).

Solidaritas adalah faktor utama dalam merekatkan hubungan sosial dalam sebuah komunitas, karena rasa solidaritaslah masyarakat bisa menyatukan persepsinya tentang hal yang ingin mereka perjuangkan. Unsur lainnya dalam jaringan sosial yaitu kerjasama. Kerjasama ialah jaringan sesuatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Hampir semua kelompok manusia dapat ditemui adanya pola kerjasama dan tidak bisa hidup sendiri (Hamsah, 2017).

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem, mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa, serta inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berke-lanjutan. Program PNPM secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri (Sari, 2015).

Dalam memberikan dukungan terhadap PNPM yang mempunyai tujuan per-cepatan penanggulangan kemiskinan, kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu kegiatan yang memberikan kemudahan bagi rumah tangga miskin untuk

(6)

mendapatkan permodalan dalam bentuk kegiatan SPP. Dana bergulir adalah seluruh dana program dan bersifat pinjaman dari UPK (Unit Pengelola Kegiatan) yang digunakan oleh masyarakat untuk mendanai kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan melalui ke-lompok masyarakat (Sahlan, 2019).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) pada kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Desa Cot Peradi berjalan dengan baik. Hal ini sejalan dengan tujuan awal pemerintah yaitu dengan program ini bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mensejahterakan masyarakat. Keberhasilan program SPP tidak luput dari usaha masyarakat yang mampu membentuk dinamika sis-tem modal sosial yang baik, sehingga program tersebut berjalan efektif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada konteks sosial menunjukkan bahwa kaum perempuan sangat antusias ikut terlibat dalam program SPP, hal ini dapat terlihat bahwa perempuan yang memiliki usaha ikut bergabung sebagai anggota ke-lompok SPP di desa tersebut, dan mengikuti pertemuan mingguan yang diselenggarakan oleh pelaksana program. Tidak hanya itu, mereka juga bekerjasama dalam membentuk kelompok dengan cara mencari anggota khususnya perempuan yang ingin bergabung da-lam kelompok Simpan Pinjam Perempuan, sehingga memudahkan pelaksana program dalam mengimplementasikan program SPP di desa tersebut.

Modal sosial yang dibentuk seperti rasa saling percaya, ikut berpartisipasi, me-matuhi norma-norma yang ada dalam kelompok Simpan Pinjam Perempuan, dan jaringan sosial yang memudahkan pencapaian tujuan. Berdasarkan hasil wawancara yang dil-akukan mengemukakan bahwa, rasa saling percaya yang dibangun adalah pelaksana pro-gram mempercayai kepada setiap perempuan yang bergabung sebagai anggota kelompok SPP untuk diberikan pinjaman modal dalam mengembangkan usahanya dan mem-percayai bahwasanya modal tersebut sepenuhnya digunakan untuk kemajuan usaha yang dimiliki. Begitupun sebaliknya, anggota mempercayai pelaksana program dalam setiap proses keberlangsungan kelompok SPP, serta mempercayai bahwa pelaksana program bertindak jujur dalam mencatat setiap pembayaran angsuran dari modal yang telah digunakan anggota untuk usahanya. Hasil wawancara dengan pengelola program SPP yaitu informan berinisial RH menyatakan bahwa:

Anggota SPP mematuhi norma yang telah disepakati bersama, seperti mengikuti pertemuan mingguan kelompok SPP dan membayar angsuran.

(7)

Aturan ini dipatuhi dan diikuti oleh anggota, sehingga keberlangsungan program pun tetap berjalan. Terkadang ada fenomena yang terjadi di be-berapa desa di Aceh ini, bahwa program SPP ini tidak lagi beroperasi, dikarenakan anggota tidak membayar angsuran atau dikatakan kredit macet. Hal sedemikian rupanya menjadikan program ini tidak dapat terimplemen-tasi atau terealisasi dengan baik di masyarakat, sehingga tujuan program pun tidak tercapai (Wawancara, 25 Mei 2019).

Temuan lainnya yaitu pelaksana program mencapai tujuan anggota kelompok SPP, seperti anggota yang baru bergabung di kelompok Simpan Pinjam Perempuan, ber-tujuan untuk mendapatkan modal usaha. Dengan demikian pengelola program memban-tunya dengan melakukan survei ke rumah anggota tersebut dan melakukan wawancara mengenai usaha yang dimiliki, dan hasilnya pengelola program menetapkan bahwa yang bersangkutan layak mendapatkan modal usaha untuk mengembangkan usahanya, se-hingga tujuan anggota program SPP tercapai.

Modal sosial yang dibentuk dalam kelompok SPP menjadikan program ini ber-jalan efektif, sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya. Sebagaimana didukung oleh data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagan Raya menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan menurunkan angka kemiskinan. Untuk lebih jelasnya, penulis menyajikannya pada grafik berikut ini:

Grafik 1: Garis Kemiskinan (Rupiah/kapita/bulan)

Sumber: Diolah dari Nagan Raya Dalam Angka 2021

0,000 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

(8)

Dari grafik diatas dapat dipahami bahwa adanya peningkatan pendapatan perkapita penduduk secara bertahap dari tahun ke tahun dengan akumulasi peningkatannya secara keseluruhan sebesar 172.631 rupiah dari tahun 2010 s/d 2020. Sehingga memberi dampak langsung terhadap penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya dan berhasilnya program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terkhususnya program SPP (Simpan Pinjam Perempuan) yang dibentuk di Desa Cot Peradi, Kabupaten Nagan Raya.

Keberhasilan program ini didapatkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagan Raya yang menyatakan bahwa persentase angka kemiskinan di Nagan Raya dari tahun 2010 s/d 2020 mengalami penurunan sebesar 2.84 persen secara keseluruhannya. Persentase hasilnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 2: Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Nagan Raya Tahun 2010-2020

Sumber: Diolah dari Nagan Raya Dalam Angka 2021

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di lapangan, merujuk pada teori modal sosial James S. Coleman mengemukakan ada 3 (tiga) elemen penting modal sosial yaitu norma, saling percaya, dan jaringan sosial. Jika dikaitkan dengan hasil penelitian di Desa Cot Peradi bahwa dalam kelompok Simpan Pinjam Perempuan mengandung ketiga hal tersebut, seperti anggota SPP mematuhi dan menjalankan norma-norma yang berlaku di kelompok SPP. Misalnya para anggota mempunyai norma yang telah disepakati ber-sama untuk dapat mengikuti pertemuan mingguan kelompok yang diselenggarakan oleh

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 10,66 10,35 9,86 9,63 9,23 8,91 8,52 8,56 8,40 7,96 7,84

(9)

pelaksana yang bertugas mengelola program, dan membayar angsuran setiap pertemuan tersebut. Norma itu diimplementasikan di dalam kelompok dan dijalankan oleh setiap anggota kelompok SPP.

Unsur yang kedua adalah saling percaya. Berdasarkan temuan bahwa rasa saling percaya antara pihak pengelola program dan anggota SPP menjadikan program ini ber-langsung dengan baik, seperti pelaksana program mempercayai anggota untuk mem-berikan modal usaha kepada mereka agar dapat mengembangkan usahanya dan percaya bahwa modal yang diberikan sepenuhnya dimanfaatkan untuk kemajuan usaha yang di-miliki. Tidak hanya itu, anggota juga mempercayai pengelola program SPP bertindak ju-jur dalam mencatat setiap pembayaran angsuran mingguan yang dilakukan oleh anggota kelompok SPP.

Unsur modal sosial Coleman yang terakhir adalah jaringan sosial. Jaringan sosial dapat dikatakan sebagai modal sosial bila jaringan tersebut mendukung pencapaian tujuan. Sebagaimana hasil temuan, tujuan anggota ingin bergabung dalam kelompok SPP untuk mengakses modal usaha, maka dibantu oleh pengelola program untuk memperoleh modal usaha. Pelaksana program melakukan survei ke rumah anggota yang bersangkutan untuk melakukan wawancara mengenai usaha yang dimiliki, dan hasilnya pengelola pro-gram menetapkan bahwa anggota tersebut layak mendapatkan modal usaha, sehingga tujuan anggota tercapai.

Program pemberdayaan SPP yang dilaksanakan di Desa Cot Peradi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah tidak terlepas dari kuatnya unsur modal sosial yang dikonsepkan oleh Coleman yang ada pada masyarakat itu sendiri, sehingga mencapai keberhasilan dalam meningkatkan pendapatan dan penurunan angka kemiskinan masyarakat setempat yang dibuktikan dengan data BPS Kabupaten Nagan Raya.

.

KESIMPULAN

Program kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Cot Peradi Kabupaten Nagan Raya berjalan dengan baik dan optimal. Hal ini terjadi dikarenakan masyarakat mampu membentuk modal sosial yang baik di dalam program tersebut. Modal sosial da-lam program SPP seperti saling percaya, kerjasama, partisipasi, mematuhi norma-norma,

(10)

dan jaringan sosial yang mendukung pencapaian tujuan, sehingga menjadikan program ini berlangsung sebagaimana yang diharapkan.

Ditinjau dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pendapatan perkapita masyarakat dilihat dari tahun 2010 hingga 2020 semakin meningkat dan berhasil menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu program pengentasan kemiskinan yaitu kelompok Sim-pan Pinjam Perempuan yang merupakan bagian dari PNPM dapat terealisasi dan terim-plementasi berdasarkan tujuan awal pemerintah yaitu membangun dan meningkatkan pendapatan, menanggulangi kemiskinan, dan mensejahterakan masyarakat.

(11)

DAFTAR PUSAKA

Ade Kumala Sari. 2015. Analisis Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan

Masyara-kat (PNPM) Mandiri Perkotaan Terhadap TingMasyara-kat Pendapatan MasyaraMasyara-kat Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi Ekonomi

Pem-bangunan, Meulaboh: Universitas Teuku Umar.

Ahmadriswan Nasution, 2016. Peranan Modal Sosial Dalam Pengurangan Kemiskinan Rumah Tangga Di Perdesaan Indonesia, Jurnal Ekonomi Kebijakan Publik. Vol. 7 No 2, Hal. 171-183.

Badan Pusat Statistik, 2021. Garis Kemiskinan (Rp). Https://naganrayakab.bps.go.id. Badan Pusat Statistik, 2021. Persentase Penduduk Miskin.

Https://nagan-rayakab.bps.go.id.

Bayu Kharisma, 2020. Modal Sosial dan Kemiskinan di Jawa Barat. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis. Vol. 23 No 2, Hal. 317-318.

Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2014. Modal Sosial dalam Pengembangan Pendidikan

dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Hamsah. 2017. Modal Sosial dalam Program Makassar tidak Rantasa. Jakarta: MIB In-donesia.

M. Aidhil Sahlan, Ubaidillah, 2019. Pengaruh Pelaksanaan Program Nasional Pem-berdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Dalam Mengurangi Kemiski-nan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vol. 4 No. 2, Hal. 1-15.

Maratul Muslimah, 2015. Analisis Modal Sosial Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Sungai Pinang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar,

Jurnal Fakultas Pertanian. Vol. 2 No 1, Hal. 13-14.

Nur Salfrida, 2019. Efektivitas Program PNPM, Jurnal Sosiologi Unsyiah. Volume 4 No-mor 4, Hal.1-2.

Santoso, Thomas. 2020. Memahami Modal Sosial. Surabaya: CV Saga Jawadwipa. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Siti Ikramatoun, Khairulyadi, K., & Riduan, R. (2020). Pemberdayaan Masyarakat me-lalui Pengelolaan Hutan Pinus di Kecamatan Linge Aceh Tengah. Jurnal

So-siologi Agama Indonesia (JSAI), 1(3), 238-249.

https://doi.org/10.22373/jsai.v1i3.804

Yunus, Saifuddin. Zainal, Suadi. Jalil, Fadli. Sari, Cut Maya Aprita. 2020. Correlation Of Social Capital And Poverty Farmers InAceh. Humanities dan Social Sciences

Re-views. Vol 8, No 1, pp 20-26. https://doi.org/10.18510/hssr.2020.813.

Yunus, Saifuddin. Zainal, Suadi. Jalil, Fadli, 2021. Modal Sosial, Kemiskinan dan

Pem-bangunan. Lhokseumawe: Sefa Bumi Persada

Gambar

Grafik 1: Garis Kemiskinan (Rupiah/kapita/bulan)
Grafik 2: Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Nagan Raya Tahun 2010-2020

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon tanaman terhadap pengurangan pupuk anorganik 50 persen yang disubsitusi dengan decanter cake 15 ton per hektar memberikan bobot

Program kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema membangun infrastruktur jaringan RT/RW Net di Desa Sekaran, Kec. Ponorogo guna mendukung aplikasi SIMADES memiliki tujuan: 1)

Maka, alternatif bantuan yang dapat diberikan untuk membantu meningkatkan percaya diri siswa adalah dengan menggunakan konseling rasioanal emotif perilaku karena

Salah satu model pembelajaran yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang terencana yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk membantu siswa

Tujuan yang ingin dicapai dari “Penciptaan Buku Ilustrasi Jajan Tradisional di Surabaya Untuk Anak-Anak Sebagai Upaya Pengenalan Warisan Kuliner Indonesia” adalah untuk

Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2013 lalu menunjukkan bahwa media sosial twitter merupakan media sosial

2 Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist),