• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN KESIAPAN ANAK PEREMPUAN MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI IV WATES KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN KESIAPAN ANAK PEREMPUAN MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI IV WATES KULON PROGO YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN KESIAPAN ANAK PEREMPUAN MENGHADAPI MENARCHE

DI SD NEGERI IV WATES KULON PROGO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

HANIFAH KHOIRONI 2213150

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Kesiapan Anak Perempuan menghadapi Menarche di SD Negeri IV Wates Kulon Progo Yogyakarta”. Skripsi ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Yanita Trisetyaningsih, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku penguji atas segala masukan, bimbingan dan arahan sehingga terselesaikan usulan penelitian ini. 4. Dewi Utari, MNS selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, saran, dan pendapat selama proses penyelesaian penelitian ini. 5. Kepala Sekolah SD Negeri IV Wates yang telah memberikan izin dan

kesempatan bagi saya untuk melakukan penelitian ini.

Semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semunya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi semua.

6. Siswi kelas V dan VI SD Negeri IV Wates sebagai responden penelitian yang telah berkenan menjadi subjek bagi penelitian ini, semoga penelitian ini senantiasa memberikan manfaat sebagai bahan informasi dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Agustus 2017

(5)

v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii PERNYATAAN ... iii KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix INTISARI ... x ABSTRACT ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Keaslian Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ... 11

B. Kesiapan Menghadapi Menarche ... 15

C. Komunikasi Interpersonal Ibu... 28

D. Kerangka Teori ... 34

E. Kerangka Konsep ... 35

F. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Operasional ... 37

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data... 37

G. Validitas dan Reliabilitas ... 41

H. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 43

I. Etika Penelitian ... 46

J. Jalannya Penelitian... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 52

B. Pembahasan... 56

(6)

vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 37 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Komunikasi Interpersonal Ibu ... 39 Tabel 3.3 Kisi-kisi kuesioner Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi

Menstruasi Pertama ... 40 Tabel 3.4 Pengkodean Variabel Kesiapan, Komunikasi dan

karakteristik responden ... 44 Tabel 3.5 Pedoman Pemberian Interpersonal terhadap Koefisien

Korelasi ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ibu di SD

Negeri IV Wates ... 54 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi

Menarche di SD Negeri IV Wates ... 54 Tabel 4.4 Uji Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu

dengan Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche ... 55

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 34 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 35

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Surat Izin Mengikuti Penelitian

Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche

Lampiran 5. Kuesioner Komunikasi Interpersonal Ibu

Lampiran 6. Kuesioner Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche Lampiran 7. Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 8. Data SPSS Lampiran 9. Data Validitas

(10)

x

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN KESIAPAN ANAK PEREMPUAN MENGHADAPI MENARCHE

DI SD NEGERI IV WATES KULON PROGO

YOGYAKARTA

Hanifah Khoironi1, Dewi Utari2 INTISARI

Latar Belakang: Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa yang ditandai dengan salah satunya adalah munculnya menstruasi pertama (menarche) pada perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki.

Menarche biasanya terjadi pada umur 10-16 tahun. Anak akan mengalami

berbagai reaksi berbeda dalam menghadapi menstruasi pertamanya yang dipengaruhi oleh kesiapan masing-masing anak. Faktor yang mempengaruhi kesiapan anak perempuan dalam menghadapi menarche yaitu salah satunya adalah komunikasi ibu.

Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD Negeri IV Wates Kulon Progo Yogyakarta.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan cara total sampling pada 35 siswi. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner komunikasi interpersonal ibu dan kuesioner kesiapan anak perempuan menghadapi menarche. Analisa data yang digunakan adalah Somer’d dengan tingkat kemaknaan p<0,05.

Hasil Penelitian: Komunikasi interpersonal ibu sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 42.9%. Kesiapan anak perempuan menghadapi menarche mayoritas dalam kategori tidak siap yaitu sebanyak 51.4%. Nilai koefisien korelasi sebesar 0.519 dengan nilai (p=0,001).

Kesimpulan: Ada hubungan antara komunikasi interpersonal ibu dengan keiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD Negeri IV Wates Kulon Progo Yogyakarta dengan keeratan hubungan sedang.

Kata Kunci: Komunikasi interpersonal ibu, kesiapan, menarche.

1

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2

Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

(11)

xi

THE CORRELATION OF MOTHER’S INTERPERSONAL COMMUNICATION AND FEMALE CHILDREN PREPAREDNESS TO DEAL WITH MENARCHE AT SD NEGERI IV WATES KULON PROGO

YOGYAKARTA

Hanifah Khoironi1, Dewi Utari2

ABTRACT

Background: Teenagers are defined as the transition from childhood to adulthood that is signified by the first menstruation (menarche) for girls and wet dream for boys. Menarche usually happens in age 10-16 years old. Children will experience different reaction in dealing with their first menstruation that is influenced by each of the child‟s preparedness. One of the factors influencing female children in dealing with menarche is mother‟s communication.

Research Objective: To find out the correlation of mother‟s interpersonal communication with female children preparedness in dealing with menarche at SD Negeri IV WatesKulonProgo Yogyakarta.

Research Method: This research was a correlational analytic research with cross sectional approach. The sample was collected through total sampling involving 25 female students. The research instrument was questionnaire about mother‟s interpersonal communication and questionnaire on female children‟s preparedness in dealing with menarche. The data analysis used was Somer’d with meaning value p < 0.05.

Research Result: Mothers‟ interpersonal communication categorized good was 42.9%. Female children preparedness in dealing with menarche majorly categorized as unprepared was 51.4%. The coefficient correlation was 0.519 with the score (p=0.001).

Conclusion: There was mother‟s interpersonal communication with female children preparedness in dealing with menarche at SD Negeri IV WatesKulonProgo Yogyakarta with medium correlation.

Keywords: mothers’ interpersonal communication, preparedness, menarche

1

Student of Undergraduate Program on Nursing Education Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral AchmadYani Yogyakarta.

2

Lecturer of Undergraduate Program on Nursing Education Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan Kementrian Kesehatan dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2012 jumlah penduduk usia muda 15-24 tahun diperkirakan sekitar 17 persen dari total penduduk Indonesia. Remaja kelak akan berperan penting dalam masa depan Indonesia. Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh pada pembangunan di beberapa aspek seperti aspek sosial, ekonomi maupun demografi, baik saat ini maupun di masa yang akan datang (Sarwono, 2008).

Status kesehatan usia remaja sangatlah penting terutama kesehatan reproduksi usia remaja hingga dewasa muda. Menurut Pertiwi (2010) dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang cenderung mengkhawatirkan bagi remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin (sexual transmitted disease) dan kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pregnancy). Masalah-masalah tersebut akhir-akhir ini dapat menimbulkan masalah sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia muda. World Health Organization (WHO) menyebutkan permasalahan ini dapat disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional. Agar tercapainya keberhasilan pada masa yang akan datang perlu adanya rancangan program yang efektif. Oleh karena itu sangat penting memahami apa yang menjadi pilihan atau keputusan yang dibuat di usia remaja sehubungan dengan hak dan tanggung jawab tentang kesehatan reproduksi (Sarwono, 2008).

Menurut Santrock (2010) masa remaja berarti “tumbuh hingga mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis, sosial, dan kematangan yang dimulai dengan perubahan masa pubertas. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa dan merupakan tahapan seseorang di mana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan

(13)

2

fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan masa pubertas adalah munculnya menstruasi pertama (menarche) pada perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki (Fajri dan Khairani, 2011).

Menurut Manuaba, dkk (2009) ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian juga remaja putra. Hal terpenting bagi remaja yang berada dalam masa pubertas adalah mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek. Remaja putri akan mulai dan mengakhiri masa pubertas lebih awal dibandingkan dengan remaja putra. Begitu juga dengan perubahan fisik biasanya terlihat lebih awal pada remaja putri dibandingkan dengan remaja putra. Dimulainya masa pubertas dan menarche pada wanita dianggap sebagai peristiwa besar (Ramadhaniyati, 2014).

Menarche merupakan suatu perdarahan pertama dari uterus yang terjadi

pada seorang wanita dan rata-rata biasa terjadi pada umur 11-13 tahun. Menarche juga merupakan kejadian yang penting dalam kehidupan seorang wanita (Ramadhaniyati, 2014). Sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009)

menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang perempuan saat

masa pubertas, yang biasanya muncul pada usia 11-14 tahun. Oleh karena itu setiap anak perempuan akan mengalami berbagai reaksi yang berbeda dalam menghadapi menstruasi pertamanya. Adapun perbedaan reaksi tersebut dipengaruhi oleh kesiapan masing-masing remaja putri (Ramadhaniyati, 2014).

Kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau j awaban dalam cara tertentu terhadap situasi (Slameto, 2010). Kesiapan merupakan pola perilaku tendensi atau kesiapan antisipatif, dan predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, atau respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2007). Sedangkan kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu disebut dengan sikap. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Seorang remaja yang memiliki sikap positif akan cenderung mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan

(14)

seseorang dengan sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, membenci, dan tidak menyukai objek tertentu (Sarwono, 2008).

Hasil dari penelitian Fajri dan Khairani (2011) menunjukan bahwa terdapat remaja yang mempunyai harapan negatif tentang menarche dan merespon

menarche secara negatif. Hal ini dideskripsikan oleh subjek dengan perasaan

secara negatif seperti merasa takut, terkejut, sedih, kecewa, malu khawatir dan bingung. Selain itu terdapat 31,2% responden berada dalam kategori tidak siap menghadapi menstruasi. Trinuryati (2014) dalam penelitiannya menyebutkan terdapat 19,4% responden tidak siap menghadapi menarche dan 80,6% siap menghadapi menarche. Lebih lanjut Ramadhaniyati (2014) dalam surveynya di SDN 53 Kubu Raya menyampaikan 80% siswi kelas V merasa takut, cemas, bingung, dan malu saat ditanya mengenai menstruasi. Analisis penelitian ini menyebutkan bahwa kurangnya informasi yang didapat secara rinci dan kurangnya kesiapan anak dalam menghadapi menarche dipengaruhi oleh kurangnya informasi tentang menarche.

Menarche sering dihayati sebagai suatu pengalaman traumatis dan akan

menimbulkan reaksi psikologis yang lebih negatif pada anak perempuan yang belum siap menghadapi menstruasi, dimana anak tersebut memiliki gambaran fantasi yang sangat aneh bersamaan dengan kecemasan dan ketakutan yang tidak masuk akal, dapat juga disertai dengan perasaan bersalah atau berdosa, dimana semua hal tersebut dikaitkan dengan masalah perdarahan pada organ kelamin dan proses haidnya (Jayanti dan Purwanti, 2012). Pada remaja terkadang akan timbul anggapan yang salah tentang menstruasi, bahwa menstruasi itu adalah sesuatu yang kotor, tidak suci, najis dan ternoda. Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari kurangnya komunikasi yang dilakukan antara ibu dan anak akan menyebabkan kurangnya informasi dan pengetahuan anak perempuan mengenai masalah kesehatan reproduksi khususnya menstruasi sehingga anak akan mengalami ketidaksiapan baik secara fisik maupun mental dalam menghadapi

menarche (Ramadhaniyati, 2014).

Kecemasan sebagai akibat dari ketidaksiapan yang tidak segera diatasi, dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan berulang-ulang terhadap

(15)

4

menstuasi (Fitriani dan Rohman, 2016). Dampak dari perubahan psikologis mengakibatkan minimnya kemampuan remaja untuk menguasai dan mengontrol emosi. Kondisi ini membuat remaja putri menjadi kurang bertenaga, keengganan bekerja, bosan pada setiap kegiatan yang melibatkan perorangan, kurang bergairah melaksanakan tugas-tugas disekolah yang menyebabkan tidak stabilnya prestasi remaja putri (Mansur, 2009). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan anak perempuan dalam menghadapi menarche yaitu pengetahuan, usia, maturitas dan peran orang terdekat yaitu orang tua khususnya ibu.

Orang tua dalam sebuah keluarga adalah pendidik pertama dan utama yang harus memberikan contoh terbaik bagi anaknya. Artinya orang tua merupakan sumber pendidikan utama yang diharapkan dapat menjadi media komunikasi untuk memberikan informasi dan pelatihan moral bagi pemahaman anak. Pendidikan kesehatan reproduksi ataupun seksualitas yang bersifat informal dalam keluarga biasanya terjalin dalam bentuk komunikasi interpersonal yang hangat, yang terjadi pada dua orang yaitu anak perempuan dan ibu atau anggota keluarga lainnya (Fajri dan Khairani, 2014). Sebuah komunikasi interpersonal akan membantu menyalurkan nilai-nilai, kepercayaan dan harapan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi dari ibu kepada anak perempuannya (Ayed et al. 2016). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang dinamis, sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari dan penting untuk kehidupan sosial, seperti bertukar pikiran, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan melakukan tindakan. Menurut komponennya, komunikasi interpersonal mempunyai hubungan yang mantap dan jelas (Yulifah dan Yuswanti, 2009).

Bankole et al. (2007) menyebutkan bahwa sebagian besar remaja melihat bahwa orang tua adalah kunci dari segala sumber informasi. Seorang ibu dan anak memiliki kedekatan emosional yang kuat. Hal ini terlihat dengan anak menunjukkan lebih banyak kecemasan dan tingkah laku yang tidak terorganisir pada saat ia terpisah dengan ibunya. Komunikasi sangatlah penting, mengingat

(16)

dengan komunikasi interpersonal dapat memperkuat intimacy diantara ibu dan anak (Sears dalam Ayed et al. 2016).

Ayed et al. (2016) mengidentifikasi beberapa hambatan yang dirasakan oleh para ibu dan anak perempuan untuk memulai sebuah komunikasi. Banyak ibu menyatakan bahwa mereka hanya memulai diskusi tentang topik kesehatan seksual dan reproduksi dengan putri mereka hanya pada kesempatan tertentu, seperti perubahan hidup atau suatu peristiwa, atau ketika anak perempuan mencari informasi tertentu atau meminta saran. Sedangkan anak perempuan melaporkan bahwa mereka enggan untuk meminta ibu mereka untuk jenis informasi karena malu, takut dihakimi, dan dirasakan kurangnya minat ibu mereka atau kemauan untuk memulai sebuah komunikasi, ketersediaan waktu, dan rasa percaya. Faktor penting yang membuat banyak gadis atau remaja enggan memulai diskusi adalah ketakutan bahwa ibu mereka akan curiga pada mereka dan mempertanyakan moral dan perilaku mereka.

Lebih lanjut, beberapa remaja melaporkan kurangnya hubungan yang kuat dan stabil antara mereka dengan orang tuanya. Remaja tersebut memerlukan adanya open discussion tentang kesehatan seksual dan reproduksi, sedangkan orang tua mereka tidak bisa memenuhi harapan para remaja. Oleh karena itu, beberapa remaja tidak mempunyai orang yang berperan sebagai akses yang dapat dipercaya terkait informasi mengenai kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi mereka (Berhanu and Grail dalam Ayed et al., 2016).

Menurut Fajri dan Khairani (2011) apabila komunikasi antara ibu dan anak berlangsung efektif maka remaja akan siap menghadapi menstruasi pertama, sedangkan komunikasi yang berlangsung tidak efektif akan menyebabkan anak tidak siap menghadapi menstruasi. Sedangkan menurut Suryadinata (2016) hal-hal yang mempengaruhi keintiman suatu komunikasi interpersonal antara ibu dan anak yaitu jarak secara geografis yang jauh dan rasa saling mengerti maupun toleransi.

Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Februari 2017 di SD Negeri IV Wates kelas VI dengan cara wawancara pada 10 siswi mengenai pengetahuan tentang menstruasi 1 siswi mengatakan bahwa menstruasi adalah

(17)

6

tentang perkembangan sel telur, 1 siswi mengatakan menarche diidentikkan dengan sakit pada daerah kewanitaannya, dan 8 (80%) lainnya mengatakan tidak tahu tentang menstruasi. Lebih lanjut, 7 siswi mengatakan kaget dan 3 siswi mengaku takut bila sewaktu-waktu mereka mendapatkan menstruasi. Hasil wawancara menggambarkan 2 siswi mendapatkan cerita pengalaman menstruasi dari temannya, 3 siswi dari ibunya dan 5 siswi lainnya mengatakan belum pernah mendapatkan cerita pengalaman dari orang lain yang sudah mengalami menstruasi. Kesepuluh siswi juga mengatakan bahwa mereka belum mendapat pelajaran mengenai menstruasi di sekolahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak menghadapi menarche.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitaian “Ada hubungan antara komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche.”

C. Tujuan 1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD N IV Wates.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya komunikasi interpersonal ibu dengan anak di SD N IV Wates.

b. Diketahuinya kesiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD N IV Wates.

c. Diketahuinya keeratan hubungan antara komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche.

(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tamabahan informasi, ilmu keperawatan maternitas, keluarga, dan anak. Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi khususnya mengenai hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini digunakan sebagai sarana anak perempuan untuk mendapatkan komunikasi interpersonal yang efektif dari orang tua terutama ibu dan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan siswa dalam menghadapi menarche.

b. Bagi Ibu

Penelitian ini digunakan sebagai bahan informasi bagi ibu supaya memberikan komunikasi interpersonal yang efektif terhadap anak perempuan mereka.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini digunakan sebagai sarana pengembangan promosi kesehatan ataupun pendidikan kesehatan kepada anak tentang pentingnya mempersiapkan anak dari berbagai aspek anak dalam menghadapi

menarche.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya guna mengembangkan teori yang lebih baru dalam mengungkap aspek-aspek terkait dengan variabel-variabel penelitian.

E. Keaslian Penelitian

1. Ramadhaniyati (2014) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Ibu Tentang Menstruasi Terhadap Kesiapan Anak Menghadapi

(19)

8

adalah untuk Mengetahui pengaruh komunikasi ibu tentang menstruasi terhadap kesiapan anak menghadapi menarche pada siswi kelas V SDN 53 Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-eksperiment dalam bentuk one group pre-pos test design. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah total sampling. Adapun jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 siswi kelas V di SDN 53 Kubu Raya dan Ibu yang menjadi orang tua siswi. Hasil uji statistik menunjukkan pada ibu yang mendapatkan pendidikan kesehatan komunikasi tentang menstruasi rata-rata kemampuan komunikasi ibu sebelum dan sesudah intervensi meningkat secara bermakna (P-value < α 0.05) dengan selisih kenaikan rata-rata yaitu 11,20. Kemudian rata-rata kesiapan anak menghadapi menarche sebelum dan sesudah diberikan komunikasi oleh ibu meningkat secara bermakna (P-value

< α 0.05) dengan selisih kenaikan rata-rata yaitu 3,64. Hasil uji statistik dapat

disimpulkan ada peningkatan yang bermakna untuk rata-rata kemampuan komunikasi ibu dan kesiapan anak menghadapi menarche sebelum dan sesudah intervensi (P-value 0,000 < α 0.05) yang artinya Ho ditolak. Berdasarkan hasil kesiapan anak menghadapi menarche yang mengalami peningkatan sebelum dan sesudah diberikan komunikasi tentang menstruasi oleh ibu ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh komunikasi ibu tentang menstruasi terhadap kesiapan anak menghadapi menarche pada siswi kelas V SDN 53 Kubu Raya. Perbedaannya adalah jenis penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperiment dalam bentuk one group pre-pos test design.. Persamaannya adalah variabel bebasnya adalah komunikasi ibu dan variabel terikatnya adalah kesiapan menghadapi menarche (menstruasi pertama) dan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah total

sampling.

2. Trinuryanti (2014) melakukan penelitian berjudul “Hubungan dukungan ibu dengan kesiapan anak menghadapi Menarche”. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara dukungan ibu dengan kesiapan anak menghadapi Menarche di kelas V SD N Salam 1 Magelang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross

(20)

sectional. Populasi penelitian ini adalah siswi kelas V SD N Salam 1

Magelang, jumlah sampel 31 siswi, dan teknik pengambilan sampel adalah

purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan

analisa data dengan menggunakan Chi Square. Hasil penelitian ini adalah dukungan ibu dalam kesiapan anak menghadapi menarche rata-rata pada kategori tinggi, yaitu 77.4%. Siswi kelas V SD N Salam 1 Magelang sebagian besar telah siap menghadapi menarche, yaitu sebanyak 80.6% dan nilai p=0,004 < 0.05dan nilai Chi Square 8.272. Perbedaannya adalah variabel bebasnya yaitu dukungan ibu. Persamaanya adalah variabel bebasnya yaitu adalah kesiapan menghadapi menarche (menstruasi pertama).

3. Fajri dan Khairani (2011). Penelitian berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Ibu-Anak Dengan Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) Pada Siswi Smp Muhammadiyah Banda Aceh”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, subjek diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswi SMP Muhammadiyah sebanyak 109 subjek dengan karakteristik sebagai berikut: usia dua belas sampai dengan lima belas tahun dan berada di kelas I, II dan III di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang sudah mendapatkan atau belum mendapatkan menstruasi pertama (menarche) dan memiliki orangtua khususnya ibu. Hasil analisis data dari penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) dengan angka koefisien korelasi sebesar rxy= 0.547 dengan tingkat signifikansi p= 0.000 (p<0.01). Artinya apabila komunikasi antara ibu dan anak berlangsung efektif maka remaja akan siap dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche). Hasil penelitian menunjukan bahwa skor untuk komunikasi ibu-anak sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 77.06% (84 subjek). Artinya sebagian besar

(21)

10

subjek menjalin komunikasi yang cukup efektif dengan ibunya. Sedangkan skor untuk kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) juga berada pada kategori sedang yaitu 68.8 % (75 subjek). Artinya sebagian besar subjek cukup siap dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche). Persamannya adalah variabel bebas nya yaitu komunikasi ibu-anak dan variabel terikatnya yaitu kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche). Perbedaannya metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling.

4. Suryadinata (2016). Penelitian berjudul “Proses Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua Tunggal (Ibu) Dengan Anak Dalam Mempertahankan

Intimacy”. Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana mempertahankan

tahapan intimacy dalam proses komunikasi interpersonal antara ibu sebagai orang tua tunggal dengan anaknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Hasil penelitian ini adalah Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal, baik LC dan CV berperan sebagai sumber dan penerima pesan yang aktif. Terdapat 3 faktor penentu proses komunikasi interpersonal dalam mempertahankan intimacy dalam penelitian ini yaitu jarak geografis tidak mempengaruhi intimacy diantara mereka. Meskipun memiliki hambatan utama yaitu jarak secara geografis yang jauh, namun hal tersebut tidak mempengaruhi intimacy diantara keduanya karena munculnya kompetensi diantara mereka, yaitu rasa saling mengerti dan toleransi. Pesan yang ingin disampaikan dapat tersalurkan melalui media teknologi saat mereka tidak sedang bersama. Hambatan berupa jarak geografis tersebut malah menjadikan mereka lebih dekat secara emosional dan menumbuhkan kepercayaan kepada satu sama lain. Persamaannya adalah salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal orang tua (ibu) dengan anak. Perbedaanya adalah variabel lainnya, dalam penelitian ini variabel lainnya adalah mempertahankan intimacy.

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 4 Wates merupakan SD Inti dari gugus IV Wates. Terletak di tengah kota pusat pemerintah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Jalan Stasiun No.4 Wates. Sekolah yang berdiri sejak tahun 1948 ini pada awal berdirinya sebagai sekolah putri. Siswa dan guru semuanya putri. Dalam perkembangannya pada tahun 1960 berubah menjadi sekolah campuran dengan menerima siswa putra sampai sekarang. Sekolah ini telah mengalami 7 kali pergantian kepala sekolah. Sejak Maret 2010 jabatan kepala sekolah dipegang oleh Drs. Teguh Riyanta, M.Pd.

Bangunan fisik sekolah yang berdiri di atas tanah 3661 m2 ini juga telah mengalami beberapa kali perubahan. Pada tahun 1992 mendapat rehap dengan dibangun gedung berlantai dua. Pada tahun 2003 mendapat bantuan baru Pemerintah berupa gedung Pusat Sumber Belajar (PSB) yang merupakan dana Debt Swap Conserversation atau penghapusan hutang dari Pemerintah Jerman. Sekaligus mendapat binaan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dari SEQIP Fase II. Tahun 2007 mendapat bantuan dari Debt Swap For Education Tahun 2007 untuk rehap gedung kantor, ruang kelas, dan ruang perpustakaan.

Untuk tahun ajaran ini ini SD Negeri IV Wates memiliki jumlah siswa sebanyak 348 yang terdiri dari 165 siswa laki-laki dan 183 siswa perempuan. Untuk jumlah sisiwi kelas V dan VI adalah sebanyak 69 siswi, yang terdiri dari 35 siswi kelas V dan 34 siswi kelas VI. Jumlah guru di SD Negeri IV Wates ada 19 guru. Kurikulum yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar setiap hari adalah kurikulum 2013. Terdapat 2 Ekstrakulikuler yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Seni Tari yang dapat diikuti siswa-siswi setelah pelajaran usai SD Negeri IV Wates ini terdapat 12 ruang kelas karena setiap tingkatan kelas dibagi menjadi 2 kelas, terdapat juga 2 ruang laboratorium, 1 ruang perputakaan, sebuah bangunan masjid, 2 buah kantin

(23)

53

siswa dan 2 sanitasi siswa. Akan tetapi pembelajaran di kelas V dan VI belum membahas pelajaran mengenai Menstruasi dikarenakan tidak terdapat kisi-kisi dalam silabus pembelajaran, padahal siswi kelas V dan VI adalah usia masa pra remaja dimana pada usia ini anak perempuan udah mendapatkan menstruasi.

2. Analisis Hasil Penelitian a. Karakteristik Responden

Karakteristik keluarga berdasarkan usia siswi, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu di SD N IV Wates ditampilkan dalam Tabel 4.1:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SD Negeri IV Wates

Karakteristik Keluarga Frekuensi N= 35 Presentase (P=100%) Usia Siswi 10 tahun 11 tahun 12 tahun 17 17 1 48.6 48.6 2.9

Pendidikan Terakhir Ibu

SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 2 15 17 2.9 5.7 42.9 48.6 Pekerjaan Ibu PNS Wiraswasta IRT Karyawan Pedagang 7 6 16 1 5 20.0 17.1 45.7 2.9 14.3 Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.1 presentase usia siswi 10 tahun dan 11 tahun sama yaitu 48.6%. Sedangkan dilihat dari pendidikan terakhir orang tua yang lulus SMA dan Perguruan Tinggi hampir sama yaitu 42.4% dan 48.6%. Sebagian besar pekerjaan ibu adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 45.7%.

b. Komunikasi Interpersonal Ibu

Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ibu pada siswi di SD Negeri IV Wates ditampilkan dalam Tabel 4.2:

(24)

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ibu di SD Negeri IV Wates

Komunikasi Interpersonal Ibu Frekuensi (n) Presentase (%)

Kurang Cukup Baik 6 14 15 17.1 40.0 42.9 Total 35 100.0

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 komunikasi interpersonal ibu cukup dan baik tidak jauh berbeda yaitu masing-masing 40.0% dan 42.9%

c. Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche

Frekuensi kesiapan anak perempuan menghadapi menarche pada siswi di SD Negeri IV Wates ditampilkan dalam Tabel 4.3:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche di SD Negeri IV Wates

Komunikasi Interpersonal Ibu Frekuensi (n) Presentase (%)

Tidak siap Siap 18 17 51.4 48.6 Total 35 100.0

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 4.3 siswi yang tidak siap sebanyak 51.4% dan siswi yang siap sebanyak 48.6%. Hal ini disimpulkan bahwa siswi yang tidak siap dan yang siap adalah imbang.

d. Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche Di SD Negeri IV Wates

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas adalah komunikasi interpersonal ibu dan variabel terikat adalah kesiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD Negeri IV Wates ditampilkan dalam Tabel 4.4:

(25)

55

Tabel 4.4

Uji Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche di SD Negeri IV Wates.

Komunikasi Interpersonal

Ibu

Tidak

Siap Siap Total P-value r

hitung N % N % N % Kurang 5 14.3 1 2.9 6 17.1 0.001 0.519 Cukup 10 28.6 4 11.4 14 40.0 Baik 3 8.6 12 34.3 15 42.9 Total 18 51.4 17 48.6 35 100.0

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa dari total 35 responden, komunikasi interpersonal ibu baik sebagian besar siap menghadapi menarche yaitu sebanyak 12 orang (34.3%). Responden dengan komunikasi interpersonal ibu cukup sebagian besar tidak siap menghadapi menarche yaitu sebanyak 10 orang (28.6%). Dan pada kategori komunikasi interpersonal ibu kurang mayoritas tidak siap menghadapi menarche yaitu sebanyak 5 orang (14.3%).

Hasil uji Somer‟d diperoleh p-value sebesar 0,001<0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD Negeri IV Wates Kulon Progo Yogyakarta. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,519 dengan arah hubungan adalah Positif dimana komunikasi interpersonal ibu baik maka anak perempuan semakin siap menghadapi menarche. Angka hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi kofisien korelasi. Nilai koefisiensi (0,519) terletak diantara 0,400-0,599 yang berarti keeratan hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche adalah sedang.

(26)

B. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Usia responden sebagian besar adalah usia 10 dan 11 tahun yaitu masing-masing sebanyak 17 orang (48.6%). Usia sekolah biasanya anak akan cenderung ingin mencari banyak teman, ataupun sebagai teman bermain, teman bicara, bahkan teman untuk bertukar pikiran. Maka anak akan mendapat banyak informasi dari bergaul dengan teman-temannya. Anak mulai berpikir logis, meskipun masih konkrit operasional dan anak sudah mulai mampu membuat keputusannya sendiri, walau juga harus dengan pertimbangan dari orang tuanya. Selain itu anak akan cenderung ingin mengetahui banyak hal, di mana anak harus banyak bertanya pada orang-orang di lingkungan. Kemampuan kognitif meningkat akibat sekolah formal. Konsep diri tumbuh, yang mempengaruhi harga dirinya (Soetjiningsih dkk, 2016).

Hal ini sesuai pendapat Supriyadi (2014) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan individu adalah usia. Semakin dewasa usia seseorang, maka pengalaman akan bertambah sehingga akan meningkatkan pengetahuannya akan suatu obyek. Pengetahuan tentang menstruasi dapat mempengaruhi tingkat kesiapan menghadapi menarche. Ketidaksiapan remaja putri menghadapi menarche juga didukung tingkat pendidikan mereka yang masih duduk di bangku kelas 5 dan 6 SD. Menurut Notoatmodjo (2008) semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurangakan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.

Berdasarkan tingkat pendidikan orang tua responden didominasi oleh orang tua dengan pendidikan. Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 17 orang (48.6%). Pendidikan orang tua yang berbeda-beda akan mempengaruhi bagaimana orang tua tersebut berkomunikasi dan menjelaskan tentang masalah menstruasi kepada anak perempuan mereka. Dalam menjelaskan sesuatu, pada orang tua yang berpendidikan tinggi lebih mudah menjelaskan suatu persoalan dibandingkan orang tua yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih

(27)

57

mudah dapat diterima oleh anak perempuannya dalam memberikan informasi mengenahi masalah menarche (Budiman dan Agus, 2013).

Untuk kategori pekerjaan ibu sebagian besar yaitu Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 16 orang (45.7%). Pekerjaan orang tua akan berpengaruh besar terhadap sosial ekonomi, dan pola pikir seseorang, sehingga orang tua mampu mencukupi kebutuhan anaknya secara finansial, tetapi cenderung lebih cuek pada anaknya atau tidak ada banyak waktu bersama anaknya, sehingga anak kurang leluasa dalam bercerita atau bertanya dalam hal mengenahi masalahan menstruasi. Orang tua sebaiknya meluangkan sedikit waktunya untuk anaknya karena orang tua mempunyai tanggung jawab dalam memberikan penjelasan atau informasi mengenahi menstruasi kepada anak perempuannya agar anak lebih mengerti dan siap menghadapi menarche (Mayangsari, 2015).

2. Komunikasi Interpersonal Ibu

Komunikasi ibu dan anak yaitu proses pengiriman dan penerimaan pesan antara ibu dan anak yang berlangsung secara tatap muka dan dua arah (interpersonal) dan disertai adanya niat atau intens dari kedua belah pihak, dimana keduanya berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian sehingga menimbulkan efek tertentu berupa respon dan umpan balik segera (feedback) (Ramadhaniyati, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa responden mendapatkan sebagian besar ibu melakukan komunikasi interpersonal yang baik yaitu sebanyak 15 orang (42.9%). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Ramadhaniyati (2014) penelitian yang menyatakan bahwa komunikasi ibu dalam kategori baik yaitu sebesar 95%.

Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fajri dan Khairani (2011) yang berjudul komunikasi ibu-anak dan kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh ini berada pada kategori sedang karena penelitian dilakukan di daerah perkotaan dimana sumber informasi banyak dan mudah untuk didapatkan, walaupun tempat penelitian sama yaitu mengambil tempat penelitian di daerah perkotaan.

(28)

Komunikasi ibu dan anak merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara ibu dan anak yang berlangsung secara tatap muka dan dua arah (interpersonal) dan disertai adanya niat atau intens dari kedua belah pihak, dimana keduanya berperan sebagai pembicara dan pendengar secara bergantian sehingga menimbulkan efek tertentu berupa respon dan umpan balik segera (feedback) (Ramadhaniyati, 2014).

Gambaran kuesioner komunikasi interpersonal dapat terlihat bahwa tingkat komunikasi adalah baik yaitu 42.9%, hal ini dapat dilihat pada presentase dari perhitungan per item jawaban yang salah satu indikator dalam komunikasi terdapat nilai presentase yang rendah yaitu pada indikator perasaan positif dengan nilai 66.78% dan indikator keterbukaan dengan nilai tinggi yaitu 81.06%. Perhitungan per item jawaban yang didapat bertujuan untuk menjawab kerancuan hasil, dimana masih terdapat komunikasi baik namun tidak siap menghadapi menarche dan komunikasi kurang namun terdapat responden yang siap menghadapi menarche.

3. Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche

Menurut Slameto (2015) kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara tertentu terhadap situasi. Sejalan dengan Proverawati dan Maisaroh (2011), kesiapan menghadapi menarche adalah keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya menarche.

Kesiapan siswi kelas V dan VI SD N IV Wates dalam menghadapi

menarche didapat hasil responden 17 anak (48.6%) tidak siap menghadapi menarche dan 18 anak (51.4%) siap menghadapi menarche. Hal ini sejalan

dengan penelitian Prasetyo (2016) menunjukan responden menurut tingkat kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche yang paling banyak menunjukkan kesiapan remaja dengan kategori kurang yaitu sebanyak 19 responden (50,0%). Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban dalam cara tertentu terhadap situasi (Slameto, 2010). Kesiapan di sini adalah kesiapan menghadapi

(29)

59

menarche yaitu keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap untuk

mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya menarche (Proverawati dan Maisaroh, 2009). Menurut Jayanti dan Purwanti (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan anak menghadapi menarche diantaranya adalah usia anak dan peran orang tua yang didalamnya mencakup pendidikan terakhir ibu dan pekerjaan ibu.

Dari karakteristik sebagian besar responden berada dalam usia 10 dan 11 tahun dimana usia tersebut masih dalam kategori usia remaja awal dan juga anak belum banyak mendapat pengetahuan mengenai menstruasi, dapat dilihat dari hasil kesiapan respon den menghadapi menarche menunjukkan responden tersebut belum siap menghadapi menarche dengan angka sebesar 51.4%. Semakin dewasa usia seseorang semakin siap menghadapi menarche begitu juga sebaliknya. Untuk kategori tingkat pendidikan orang tua sebagian besar adalah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 48.6%. Pendidikan orang tua yang berbeda-beda akan mempengaruhi bagaimana orang tua tersebut menjelaskan tentang masalah menstruasi kepada anak perempuan mereka. Pada orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah menyampaikan mengenai menstruasi dan anak akan lebih mudah menangkap memahami informasi tersebut sehingga anak akan siap dalam menghadapi menarche (Budiman dan Agus, 2013).

Pada kategori pekerjaan ibu sebagian besar yaitu Ibu Rumah Tangga yaitu 45.7%. Pekerjaan orang tua akan berpengaruh besar terhadap pola pikir seseorang. Orang tua sebaiknya meluangkan sedikit waktunya untuk anaknya karena orang tua mempunyai tanggung jawab dalam memberikan penjelasan atau informasi mengenai menstruasi kepada anak perempuannya agar anak lebih mengerti dan siap menghadapi menarche (Mayangsari, 2015).

Gambaran kuesioner kesiapan dapat terlihat bahwa tingkat kesiapan adalah tidak siap yaitu 51.4%, hal ini dapat dilihat pada presentase dari perhitungan per item jawaban yang didapat, salah satu indikator dalam kesiapan terdapat nilai presentase yang rendah yaitu pada indikator afektif dengan nilai 43.80% dan indikator kognitif dengan nilai tinggi yaitu 62.85%. Perhitungan per item

(30)

jawaban yang didapat bertujuan untuk menjawab kerancuan hasil, dimana masih terdapat komunikasi baik namun tidak siap menghadapi menarche dan komunikasi kurang namun terdapat responden yang siap menghadapi

menarche.

4. Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche Di SD Negeri IV Wates

Hasil uji Somer‟d yang disajikan dalam Tabel 4.4 diperoleh p-value sebesar 0,001<0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi

menarche di SD Negeri IV Wates. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh

sebesar 0,519. Angka hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi kofisien korelasi. Nilai koefisiensi (0,519) terletak diantara 0,400-0,599 yang berarti keeratan hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche adalah sedang.

Dari total 35 responden, komunikasi interpersonal ibu baik sebagian besar siap menghadapi menarche yaitu sebanyak 15 orang (42.9%). Responden dengan komunikasi interpersonal ibu cukup sebagian besar tidak siap menghadapi menarche yaitu sebanyak 10 orang (40.0%). Dan pada kategori komunikasi interpersonal ibu kurang mayoritas tidak siap menghadapi menarche yaitu sebanyak 17 orang (17.1%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Fajri dan Khairani (2011) yang hasil penelitiannya menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) dengan tingkat signifikan p=0,000 (p<0,01). Hasil penelitian dari Fajri dan Khairani ini menunjukan bahwa skor untuk komunikasi ibu-anak berada pada kategori sedang yaitu 77.06%. Artinya sebagian besar subjek menjalin komunikasi yang cukup efektif dengan ibunya. Sedangkan skor untuk kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) juga berada pada kategori sedang yaitu 68.8 %. Hal ini diperkuat dengan penelitian Ramadhaniyati (2014). Hasil uji statistik menunjukkan pada ibu yang mendapatkan pendidikan kesehatan komunikasi tentang menstruasi rata-rata

(31)

61

kemampuan komunikasi ibu sebelum dan sesudah intervensi meningkat secara bermakna (P-value < α 0,05).

Hasil penelitian masih dapat terlihat bahwa komunikasi kurang namun ada 2.9% siswi yang siap menghadapi menarche, dan komunikasi baik masih terdapat 8.6% siswi yang tidak siap menghadapi menarche. Hasil penelitian masih dapat terlihat bahwa komunikasi kurang namun ada 2.9% siswi yang siap menghadapi menarche, dan komunikasi baik masih terdapat 8.6% siswi yang tidak siap menghadapi menarche. Maka dari itu dilakukan perhitungan presentase per item jawaban yang didapat, dimana bertujuan untuk menjawab kerancuan hasil tersebut, dimana masih terdapat komunikasi baik namun tidak siap menghadapi menarche dan komunikasi kurang namun terdapat responden yang siap menghadapi menarche. Perhitungan tersebut meliputi perhitungan setiap indikator dalam setiap variabel.

Hal ini juga dapat dipengaruhi faktor usia siswi, pendidikan terakhir ibu dan pekerjaan ibu. Usia responden penelitian ini sebagian besar adalah anak yang berusia 10 dan 11 tahun 48.6%. Dimana usia yang masih muda cenderung membuat anak kurang siap menghadapi menarche, sedangkan semakin dewasa usia anak tersebut maka anak akan semakin siap menghadapi menarche. Dan pada faktor pendidikan terakhir ibu masih terdapat ibu yang berpendidikan terakhir SD yaitu 2.9% dan yang tertinggi adalah Perguruan Tinggi yaitu 48.6%. Pendidikan yang ditempuh seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memberikan penjelasan mengenai apapun terhadap orang lain yang membutuhkan suatu informasi. Ibu sebaiknya memberikan penjelasan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya mengenai apapun yang menyangkut tentang kesehatan reproduksi dan seksual terutama mengenai menstruasi (Mayangari, 2015).

Faktor berikutnya yaitu pekerjaan ibu dapat dilihat bahwa pekerjaan ibu paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 45.7% dan yang paling sedikit adalah karyawan yaitu sebanyak2 .9%. Pekerjaan orang tua akan berpengaruh besar terhadap sosial ekonomi, dan pola pikir seseorang, sehingga orang tua mampu mencukupi kebutuhan anaknya secara finansial, tetapi cenderung lebih

(32)

cuek pada anaknya atau tidak ada banyak waktu bersama anaknya, sehingga anak kurang leluasa dalam bercerita atau bertanya dalam hal mengenahi masalahan menstruasi. Orang tua sebaiknya meluangkan sedikit waktunya untuk anaknya karena orang tua mempunyai tanggung jawab dalam memberikan penjelasan atau informasi mengenahi menstruasi kepada anak perempuannya agar anak lebih mengerti dan siap menghadapi menarche (Mayangsari, 2015). Dan faktor lainnya seperti pengetahuan, maturitas, teman sebaya dan lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi kesiapan anak perempuan menghadapi

menarche.

Berdasarkan analisis koefisien korelasi diperoleh hasil nilai koefisien korelasi sebesar 0.519. Berdasarkan interpretasi menurut Sugiyono (2011) angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche. Hal ini dikarenakan tidak dilakukan pengontrolan terhadap faktor lain yang mempengaruhi kesiapan anak perempuan menghadapi menarche, seperti: pengetahuan, maturitas, lingkungan sekolah dan teman sebaya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Supriyadi (2014) bahwa analisis koefisien korelasi Kendall tau diperoleh hasil nilai koefisien korelasi sebesar 0.435. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sedang antara kedua variabel.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan. Keterbatasan tersebut meliputi: 1. Peneliti memiliki keterbatasan dan kendala pada saat melakukan penelitian

antara lain, peneliti saat melakukan penelitian adalah pada jam istirahat jadi waktu yang dipakai untuk penelitian kurang efektif dan efisien, sehingga banyak anak yang terlambat datang ke ruangan dan beberapa ingin segera keluar ruangan.

(33)

63

2. Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu hanya menelitisatu faktor, yaitu komunikasi interpersonal ibu. Masih terdapat faktor lain, seperti usia anak, pengetahuan, maturitas dan faktor lingkungan yang didalamnya terdapat peran orang tua (ibu) yang dapat mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche di SD N IV Wates Kulon Progo Yogyakarta ditnjukkan dengan hasil:

1. Komunikasi interpersonal ibu yang dimiliki siswi kelas V dan VI di SD Negeri IV Wates sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak (42.9%).

2. Kesiapan yang dimiliki siswi kelas V dan VI di SD Negeri IV Wates sebagian besar dalam kategori tidak siap yaitu sebanyak (54.1%).

3. Ada hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche. Hasil uji Somer‟d diperoleh p-value sebesar 0.001<0.05. Sedangkan nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,519. Angka hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi kofisien korelasi. Nilai koefisiensi (0,519) terletak diantara 0,400-0,599 yang berarti keeratan hubungan komunikasi interpersonal ibu dengan kesiapan anak perempuan menghadapi menarche adalah sedang.

B. Saran 1. Bagi Siswa

Dikarenakan siswi yang siap dan tidak siap menghadapi menarche adalah imbang seharsunya meningkatkan pengetahuan maka yang belum siap jadi siap dan yang sudah siap menjadi makin siap menghadapi menarche. 2. Bagi Ibu

Ibu siswi supaya meningkatkan komunikasi interpersonal agar lebih efektif diberikan anak perempuan mereka.

(35)

65

3. Bagi Guru

SD N IV Wates supaya mengembangkan sarana promosi kesehatan ataupun pendidikan kesehatan kepada anak tentang pentingnya mempersiapkan anak dari berbagai aspek anak dalam menghadapi

menarche.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mencoba mengembangkan teori yang lebih baru dalam mengungkap aspek-aspek terkait dengan variabel-variabel penelitian.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Ayed, M.M.A., Thabet, A.M., Esia, E.E.E.R. and Mostafa, N.E.H. (2016), Adolescent girls‟ communication with their mothers on sexual and reproductive health matters among secondary and preparatory Schools‟ Students, Journal of American Science, Vol 12, No 7, http://www.jofamericanscience.org/journals/amsci/am120716/07_30702ja s120716_52_61.pdf diakses pada tanggal 3 November 2016.

Azwar, S. (2007), Sikap Manusia Teori dan Pengukuranny, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Bankole A., Biddlecom A., Guiella G., Singh S. and Zule E. (2007), Sexual behaviour, knowledge and information sources of very young adolescents in four sub-Saharan countries. Afr J Reprod Health, Vol 11, Halaman 28– 43, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18458739 diakses pada tanggal 3 November 2016.

Budiman dan R, A. (2013). Kapita Selekta Kuisoner Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.

Fajri, A. and Khairani, M. (2011), Hubungan antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal Psikologi Undip, Vol 10, No

02, Halaman 133-143.

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2885 diakses pada tanggal 25 September 2016.

Fakhrudiana, F. (2014), Hubungan pola komunikai orang tua-anak dengan perkembangan emosi remaja awal kelas 2 Tsanaiyah di Madrasah Mu‟amalat Muhammadiyah Yogyakarta, Skripsi tidak dipublikasikan, Univeritas „Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Fitriani, H. dan Rohman, R.Y. (2016), Pengaruh konseling terhadap kecemasan remaja putri yang mengalami menarche, Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol.

IV No. 2,

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/859/705 diakses pada tanggal 8 April 2017

Haryono, R. (2016), Siap menghadapi menstruasi & menopause, Gosyen Publishing, Yogyakarta.

Jayanti, N.F. dan Purwanti, S. (2012), Deskripsi faktor-faktor yang

mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi menarche di SD Negeri 1 Kretek Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Tahun 2011, Jurnal

(37)

Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No. 1 Ed. 2012,

http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/article/view/11/10 diakses pada tanggal 3 November 2016.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013), Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2012 – Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Kurniajati, S. dan Anggraini, D.N. (2015), Faktor yang berhubungan dengan menarche pada remaja putri, Jurnal Penelitian Kesehatan, Vol. 1 No. 2

Ed. 2015,

http://ejurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/34/17 diakses pada 10 April 2017.

Kusmiran, E. (2012), Kesehatan reproduksi remaja dan wanita, Salemba Medika, Jakarta.

Lestari, S. (2012), Psikologi keluarga: Penanganan nilai dan penanganan

konflik dalam keluarga, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Liliweri, A. (2007), Dasar-dasar komunikasi kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Mansur, H. (2009), Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.

Mansur, H. dan Buiarti, T. (2014), Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.

Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F., dan Manuaba, I.B.G. (2009), Memahami

kesehatan reproduksi wanita, EGC, Jakarta.

Mayangsari, D.N. (2015), Hubungan dukungan informasional orang tua

terhadap kecemasan anak menghadapi menarche di dusun rewulu wetan.sarjana keperawatan universitas muhammadiyah yogyakarta.

Naskah publikasi http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t53238.pdf diakses pada 8 Agustus 2017.

Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Renika Cipta, Jakarta.

Nursalam. (2010), Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu

keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Pertiwi, K.R. (2014), Kesehatan reproduksi dan permasalahannya, Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY, Yogyakarta.

Proverawati, A. dan Misaroh, S. (2009), Menarche: Menstruasi pertama penuh

(38)

Ramadhaniyati. (2014), Pengaruh komunikasi ibu tentang menstruasi terhadap kesiapan anak menghadapi menarche pada siswi kelas V SD N 53 Kubu Raya tahun 2014, Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Vol. III, N0. 01, Halaman 39-46. http://journal.stikmuhptk.ac.id/index.php/index/index diakses pada tanggal 25 September 2016.

Riwidikdo, H. (2009). Statistik kesehatan, Mitra Cendekia press, Jogjakarta. Santrock, J.W. (2010), Masa perkembangan anak children, Salemba

Humanika, Jakarta.

Sarwono, S.W. (2008), Psikologi remaja, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Slameto. (2015), Belajar dan faktor-faktor yang mempengarhi, Rineka Cipta,

Jakarta.

Soetjiningsih., Ranuh, G., dan Suyono, J. (2016), Tumbuh kembang anak, EGC, Jakarta

Sugiyono. (2010), Statistik untuk penelitian, Alfabeta, Bandung.

Supriyadi, A. Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi di SD Negeri Ngebel Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta, Skripsi tidak dipublikasikan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta, Yogyakarta.

Suryadiata, E. (2016), Proses komunikasi interpersonal antara orang tua tunggal (ibu) dengan anak dalam mempertahankan Intimacy. Jurnal

E-Komunikasi Program Studi Ilmu E-Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, Vol 4. No. 1,

http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/4848 diakses apada tanggal 5 Januari 2017. Taufik, M. dan Juliane. (2010), Komunikasi terapeutik dan konseling dalam

praktik kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.

Tim Kesehatan Reproduksi Remaja Perinasia. (2007), Materi pelatihan:

kesehatan reproduksi remaja, Perinasia, Jakarta.

Trinuryati, D. (2014), Hubungan dukungan ibu dengan kesiapan anak menghadapi menarche di SD N Salam 1 Magelang, Skripsi tidak dipublikasikan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta, Yogyakarta.

Wahyuni, D. dan Rahmadewi. (2011), Policy Brief: Kajian Profil Penduduk

Remaja (10-24 Thn), Jakarta, Puslitbang Kependudukan – BKKBN.

Yulifah, R. dan Yuswanto, T. (2009), Komunikasi dan konseling dalam

(39)

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN KESIAPAN ANAK PEREMPUAN MENGAHADI MENARCHE DI SD

NEGERI IV WATES KULON PROGO YOGYAKARTA

Identitas Responden

Nama responden :

Umur :

Kelas :

Pekerjaan orang tua : Pendidikan Terakhir ibu :

Petunjuk pengisisan : Berilah tanda (√) pada jawaban yang anda anggap benar. 1. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi?

a. Sudah b. Belum

2. Jika anda sudah pernah mendapatkan informasi tentang menstruasi, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut?

a. TV

b. Koran/ Majalah/ Buku c. Orang Tua

d. Guru

e. Lain-lain, sebutkan . . . .

3. Apakah anda pernah melihat di dalam keluarga anda yang sedang mengalami menstruasi?

a. Sudah b. Belum

Lampiran 4: Hubungan Komunikasi Interpersonal Ibu Dengan Kesiapan Anak Perempuan Menghadapi Menarche Di SD Negeri IV Wates

(40)

KUESIONER KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DI SD NEGERI IV WATES KULON PROGO Petunjuk

1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.

2. Isilah lembar kuesioner ini sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan siswi. 3. Berilah tanda centang (√) pada kotak yang tersedia untuk pertanyaan

pilihan siswi.

4. Keterangan: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

No Pertanyaan SS S TS STS

1 Orang terdekat saya saat ini adalah orang tua. 2 Orang tua saya sering meluangkan waktunya untuk

berdiskusi ataupun sekedar bercerita dengan saya. 3 Saya merasa orang tua saya tidak bisa

mencurahkan perhatian sepenuhnya pada saya. 4 Saya lebih nyaman jika bercerita / curhat dengan

orang lain daripada dengan orang tua.

5 Orang tua sangat memahami kondisi saya baik fisik maupun psikologis.

6 Orang tua saya memiliki selera humor dan segudang kesabaran saat membantu saya menyelesaikan masalah dan mencari solusinya. 7 Orang tua lebih dominan dalam berbicara

dibanding mendengarkan ketika berbicara dengan saya.

8 Ketika saya bercerita, orang tua saya tidak bisa memahami tentang apa yang saya rasakan. 9 Orang tua saya sangat mengetahui

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri saya.

10 Orang tua saya sering menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi ketika usia saya memasuki masa remaja. Misalnya menstruasi, emosi yang

(41)

tidak stabil, dll.

11 Orang tua selalu membantu mengenali emosi saya dan bagaimana mengekspresikan emosi tersebut yang tepat.

12 Orang tua saya sering menceritakan kelebihan saudara maupun orang lain lalu dibandingkan dengan saya.

13 Saya merasa bahwa bermacam-macam larangan orang tua sering melemahkan bahkan mematahkan semangat saya.

14 Ketika saya bermasalah dengan teman, orang tua saya selalu menanyakan secara baik-baik apa alasannya saya bermasalah dengan teman setelah itu memberi kesempatan pada saya untuk

memperbaiki jika saya melakukan kesalahan. 15 Saat ini orang tua saya lebih memberikan

kebebasan yang disertai dengan rasa tanggung jawab saya.

16 Saya merasa seakan semua yang saya lakukan selalu salah dimata orang tua.

17 Orang tua saya selalu memarahi ketika saya meluapkan emosi saya.

18 Saya dan orang tua saya dapat saling terbuka dan menerima pesan ketika bercerita.

19 Ketika saya bercerita dengan orang tua, mereka cenderung menyalahkan dan membandingkannya dengan pengalaman orang tua diwaktu remaja dulu.

(42)

KUESIONER KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA DI SD NEGERI IV WATES KULON PROGO Petunjuk

1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.

2. Isilah lembar kuesioner ini sejujur-jujurnya sesuai dengan keadaan siswi. 3. Berilah tanda centang (√) pada kotak “ya” atau “tidak” yang tersedia untuk

pertanyaan pilihan siswi.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Saya yakin bisa menghadapi menstruasi karena melihat ibu/ saudara perempuan saya juga mendapatkan menstruasi 2 Saya takut menghadapi menstruasi karena pernah melihat

orang menstruasi perutnya sakit

3 Saya cemas saat mendapatkan menstruasi karena saya belum tahu cara perawatan saat menstruasi

4 Saya berani menghadapi menstruasi karena melihat iklan di tv ada minuman pengurang rasa sakit pada saat menstruasi 5 Menstruasi sudah biasa terjadi pada anak seumuran saya,

sehingga saya tidak perlu khawatir.

6 Saya tidak takut menghadapi menstruasi walaupun karena menstruasi saya tidak bisa menjalankan ibadah

7 Saya mampu mengadapi menstruasi karena kata guru karena hal itu wajar dialami setiap wanita

8 Kalau ada teman saya sudah mendapat menstruasi saya baru siap mendapat menstruasi

9 Walaupun teman-teman saya belum ada yang menstruasi saya sudah siap menghadapi menstruasi

10 Saya merasa tidak nyaman saat menghadapi menstruasi karena saya melihat orang menstruasi itu repot

11 Saya takut menghadapi menstruasi karena pernah melihat orang kalau sedang menstruasi tidak bisa kemana-mana 12 Saya cemas menghadapi menstruasi karena datangnya 1

(43)

bulan sekali

13 Saya percaya diri menghadapi menstruasi karena dengan menstruasi saya menjadi wanita normal

14 Saya deg-degan menghadapi menstruasi karena biasanya anak seumuran saya tidak siap menghadapi menstruasi

15

Saya akan nyaman menghadapi menstruasi karena mendapatkan cerita dari teman saya sudah mendapatkan menstruasi

16 Saya tidak ragumenghadapi menstruasi karena saya sudah mendapatkan informasi dari media massa

17 Saya merasa mudah marah dan stress ketika menstruasi 18 Emosi tidak menjadi penyaluran atau pengalihan mekanisme

pertahanan ego saat menstruasi

(44)
(45)

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional  .................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Teori  ......................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Rosidah tentang gambaran pengetahuan remaja mengenai menstruasi pertama (menarche) pada tahun 2006 menunjukan bahwa remaja yang

Latar Belakang: Setiap anak perempuan akan mengalami berbagai reaksi yang berbeda dalam menghadapi menstruasi pertamanya ( menarche ) baik secara positif maupun

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan kesiapan untuk

Menurut peneliti bahwa kesiapan psikologis yang baik pada remaja putri dipengaruhi oleh dukungan ibu yang baik, dari hasil penelitian ini kesiapan psikologis dalam

Hal ini searah dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fitri (2006) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Anak Asrama Di

Umur juga mempengaruhi kesiapan seseorang, dapat dilihat pada tabel kelompok umur, ibu yang menjadi presentase terbanyak memiliki kesiapan dalam menghadapi persalinan

Penelitian yang dilakukan oleh Rosidah tentang gambaran pengetahuan remaja mengenai menstruasi pertama (menarche) pada tahun 2006 menunjukan bahwa remaja yang

Kesiapan Menghadapi Menarche Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden maka dapat disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Distribusi frekuensi kesiapan