• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seperti besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan, prospek di masa yang akan datang, rasio utang dan equity. Kedua, faktor eksternal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seperti besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan, prospek di masa yang akan datang, rasio utang dan equity. Kedua, faktor eksternal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), NET PROFIT MARGIN (NPM), DEBT TO ASSET RATIO (DAR) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ45 YANG

TERDAFTAR DI BEI

Reza Pahlevi

Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma ABSTRAK

Investasi dalam saham memiliki ketidakpastian, yang dapat mengakibatkan harga sekuritas atau harga saham berubah-ubah, hal ini mendorong investor untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan investor akan didasarkan pada analisis yang baik. Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi keuangan perusahaan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah rasio-rasio keuangan perusahaan yang meliputi EPS, NPM, DAR, dan ROE mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Sampel yang digunakan adalah 13 perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 selama perode 2005-2008 di BEI. Ada dua variable yang diangkat yaitu : harga saham sebagai dependent variable dan rasio keuangan EPS, NPM, DAR, dan ROE sebagai independent variable.

Hasil penelitian menunjukkan hanya Earning per Share (EPS) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak berpengaruh.

Sedangkan secara simultan, semua rasio keuangan (EPS, NPM, DAR, dan ROE) berpengaruh terhadap harga saham.

Kata Kunci : EPS, NPM, DAR, ROE dan Harga Saham

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Pada umumnya setiap perusahaan sangat membutuhkan tambahan dana untuk memperluas jaringan dan mengembangkan usahanya. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut tentunya diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa fresh money) untuk disuntikan ke dalam perusahaan sebagai pengganti ataupun sebagai penambah dana yang sedang dijalankan.

Dalam rangka pemenuhan dana tersebut selain mencari pinjaman, merger, perusahaan dapat mencari tambahan modal dengan cara mencari pihak lain yang berpartisipasi dalam menanamkan modalnya. Hal ini dapat dilakukan dengan penjualan sebagian saham dalam bentuk efek kepada masyarakat luas. Usaha ini dikenal dengan istilah penawaran umum (go public) di pasar modal.

Perusahaan yang go public dapat memperjualbelikan saham secara luas di pasar sekunder. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh demand dan supply antara penjual dan pembeli. Biasanya demand dan supply ini dipengaruhi baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat kinerja perusahaan yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan.

(2)

Seperti besarnya dividen yang dibagi, kinerja manajemen perusahaan, prospek di masa yang akan datang, rasio utang dan equity. Kedua, faktor eksternal yaitu hal-hal di luar kemampuan manajemen perusahaan untuk mengendalikannya, seperti munculnya gejolak politik, perubahan kurs, laju inflasi yang tinggi, tingkat suku bunga deposito dan lain-lain.

Namun investasi dalam saham memiliki ketidakpastian, yang dapat mengakibatkan harga sekuritas atau harga saham berubah-ubah, hal ini mendorong investor untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan investor akan didasarkan pada analisis yang baik. Analisis tersebut memerlukan informasi, salah satunya informasi yang diperoleh investor adalah laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan.

Analisis laporan keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi keuangan perusahaan bagi para analisis yang lebih ahli dan berpengalaman dibanding analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.

Indeks LQ45 sebagai salah satu indikator indeks saham di BEI, dapat dijadikan acuan sebagai bahan untuk menilai kinerja perdagangan saham. Indeks ini hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas tinggi.

Beberapa penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham telah banyak dilakukan, diantaranya Ery Rizki (2003) yang meneliti tentang pengaruh perubahan Earning Per Share dan Net Profit Margin terhadap perubahan harga saham, hasil penelitiannya menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perubahan Earning Per Share dan Net Profit Margin terhadap perubahan harga saham.

Selanjutnya Ika Wulandari (2004) yang meneliti tentang pengaruh perubahan kinerja keuangan : earning per share, return on asset dan dividend per share terhadap harga saham, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya perubahan return on assets yang secara parsial berpengaruh terhadap perubahan harga saham.

Kemudian Aditya Kesuma (2006) yang meneliti tentang pengaruh Earning Per Share dan Tingkat Bunga terhadap harga saham, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Earning Per Share memiliki korelasi yang positif terhadap harga saham, sedangkan tingkat bunga memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham. Iman Muhammad (2006), meneliti tentang pengaruh variabel DAR, LDAR, DER, EAR terhadap harga saham, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial variabel Debt to Equity Ratio (DER) merupakan variabel yang dominan terhadap harga saham.

Setelah itu Reyna Ayu Liestyana (2008) yang meneliti tentang pengaruh Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham, hasil penelitiannya mengatakan bahwa secara parsial hanya Earning Per Share (EPS) yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.

Pada penelitian kali ini penulis mengambil rasio-rasio yang berasal dari rasio nilai pasar yang diwakili oleh Earning Per Share (EPS), rasio profitabilitas yang diwakili Net Profit Margin (NPM), dan Return On Equity (ROE), serta rasio leverage(utang) yang diwakili oleh Debt to Asset Ratio (DAR).

Rasio-rasio ini memiliki peran masing-masing yang berbeda terhadap harga saham, diantaranya :

1. EPS menggambarkan jumlah keuntungan yang akan diperoleh oleh investor untuk setiap lembar saham biasa yang mereka miliki, semakin tinggi nilai EPS, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat

(3)

kesejahteraan yang lebih baik kepada para pemegang sahamnya, hal ini akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dan harga saham perusahaan pun akan ikut meningkat.

2. NPM menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi investor, semakin tinggi nilai NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, dari laba bersih perusahaan yang naik sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dan hal ini akan meningkatkan harga saham.

3. DAR menggambarkan proporsi hutang perusahaan dalam membiayai aktivanya, rasio ini memiliki dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan, dan hal ini akan mengakibatkan harga saham turun.

4. ROE menggambarkan besarnya tingkat pengembalian terhadap investasi para investor, semakin tinggi nilai ROE menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para investor, dan ini memberikan indikasi bahwa pengembalian yang diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan dan harga saham perusahaan pun akan meningkat.

Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap harga atau return saham yang masih sangat variatif dan peran dari masing- masing rasio keuangan terhadap harga saham di atas, penulis bermaksud meneliti kembali faktor yang mempengaruhi harga saham dengan meneliti pada objek penelitian yang berbeda, dan menggabungkan beberapa variabel dari penelitian sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka diambil judul

“PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), NET PROFIT MARGIN (NPM), DEBT TO ASSET RATIO (DAR) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ45 YANG TERDAFTAR DI BEI”.

1.2 Landasan Teori

Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas (Gitman, 2003 :42). Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari rasio-rasio keuangan perusahan yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) yaitu jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah saham yang beredar.

Dengan kata lain, laba per lembar saham atau EPS adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya.

Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.

(4)

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:139) EPS adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham. Sedangkan menurut Harahap (2007:156) EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan. Rasio rendah berarti manajemen tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan-pendapatan yang diperoleh. Rasio tinggi berarti perusahaan sudah mapan (mature).

Earning per Share = Net Profit After Tax (EPS)

Total Share Net Profit Margin (NPM)

Menurut Bastian (2006:299), Net Profit Margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan pendapatan operasional perusahaan tersebut.

Semakin tinggi NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Richard A. Brealey dan Stewart c. Mayers (2000:828) Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha. Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya.

Net Profit Margin adalah ukuran persentase dari setiap sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran bunga dan pajak (Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlian, 2003:145). Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak.

Net Profit Margin = Income After Tax x 100%

(NPM)

Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Assets Ratio, merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aset. Menurut Sutrisno (2003:247) dalam bukunya “Manajemen Keuangan” Rasio ini mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh aset perusahaan.

(5)

Sedangkan, menurut Brigham dan Gapenski (2003:10) Debt to Asset Ratio adalah rasio perolehan aktiva yang sumber pendanaannya berasal dari utang atau kreditur. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan jumlah utang dengan jumlah aktiva.

Semakin besar rasio ini semakin berisiko perusahaan karena semakin besar beban aset untuk menjamin hutang. Oleh karena itu ada kemungkinan bahwa perusahaan yang memiliki debt to assets ratio yang tinggi kurang menarik untuk diakuisisi dibanding dengan perusahaan yang memiliki debt to assets ratio yang rendah

Debt to Asset Ratio = Total Debt (DAR)Total Asset

Return On Equity (ROE)

Menurut Riyadi (2006:155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. ROE amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh deviden yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham.

Selanjutnya Tambunan (2007:179) berpendapat ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya

Sedangkan menurut Harahap (2007:156) ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham.

ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE, semakin besar pula harga saham pasar karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut dan hal itu menyebabkan harga saham pasar cenderung naik.

Return On Equity = Income After Tax

(ROE) Total Equity x 100%

Harga Saham

Harga saham adalah harga yang terjadi paling akhir dalam satu hari bursa atau yang dapat disebut dengan harga penutupan. Harga saham terbentuk dari proses permintaan dan penawaran yang terjadi di bursa. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik, sedangkan jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan. Jenis-jenis harga saham, (www.idx.co.id) yaitu (1) harga saham Pembukaan, terjadi pada transaksi pertama penjualan saham untuk atau pada saat hari itu.

(2) harga saham tertinggi, terjadi pada transaksi (jual-beli) saham pada saat hari itu. (3) harga saham terendah, terjadi pada transaksi (jual-beli) saham pada saat hari itu. (4) harga saham penutupan, terjadi pada transaksi terakhir penjualan saham untuk atau pada saat

(6)

hari itu. (5) harga saham minat beli, harga yang diminati pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli saham. (6) harga saham minat jual, harga yang diminati penjual untuk melakukan transaksi jual-beli saham. (7) change, selisih antara harga saham pembukaan (Previous atau Open) dengan harga saham penutupan (Close). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:10) mengatakan bahwa harga saham dibentuk karena adanya pemintaan dan penawaran atas saham.

permintaan dan penawaran tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti kondisi ekonomi negara, kondisi sosial dan politik, maupun informasi-informasi yang berkembang. Selanjutnya, Husnan dan Pudjiastuti (1998:134) mengatakan apabila kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham.

Indeks Saham LQ45

Indeks saham LQ45, yaitu 45 perusahaan yang memiliki saham paling likuid, yaitu mampu melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (LiQuid)tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar.

1. Kriteria pemilihan saham untuk indeks LQ45

Untuk dapat masuk dalam pemilihan, suatu saham harus memenuhi kriteria tertentu dan melewati seleksi utama sebagai berikut :

a. Masuk dalam peringkat 60 terbesar dari total transaksi saham dipasar reguler (rata-rata) nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.

b. Penentuan peringkat berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata) kapitalisasi pasar selama 12 bulan.

c. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) minimum 3 bulan.

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensinya dan jumlah hari transaksi pasar reguler.

2. Evaluasi Indeks dan penggantian saham

Bursa Efek Indonesia (BEI) secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan LQ45. Setiap 3 bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham-saham yang digunakan dalam perhitungan indeks.

Penggantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap awal bulan februari dan agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memnuhi criteria lagi maka saham tersebut harus dikeluarkan dari perhitungan indeks LQ45 dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki komisi penasehat yang terdiri dari para ahli BAPEPAM, Universitas dan Profesional di bidang pasar modal yang independen.

3. Hari Indeks LQ45

(7)

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 februari 1997. Hari dasar untuk perhitungannya adalah 13 juli 1994 dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993 – Juni 1994, hingga terpilih 45 emiten yang meliputi 72% dari total kapitalisasi pasar dan 72,5% dari nilai transaksi di pasar reguler.

1.3 Hipotesis

H0: Tidak terdapat pengaruh secara parsial dan simultan secara signifikan antara EPS, NPM, DAR, dan ROE terhadap harga saham

H1: Terdapat pengaruh secara parsial dan simultan secara signifikan antara EPS, NPM, DAR, dan ROE terhadap harga saham

II. METODE PENELITIAN 2.1 Objek Penelitian

Sampel yang diambil adalah 45 perusahaan pada indeks LQ45 berturut-turut di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki data rasio keuangan dan harga saham lengkap dari periode 2005-2008. Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 13 perusahaan yang mewakili populasi dan memenuhi syarat di atas, sebagai berikut.

Tabel 2.1

Daftar Nama Perusahaan Indeks LQ45 Periode 2005 - 2008

No. Kode Efek Nama Perusahaan 1. AALI PT Astra Agro Lestari, Tbk

2. ANTM PT Aneka Tambang (persero), Tbk 3. BBCA PT Bank Central Asia, Tbk

4. BDMN PT Bank Danamon Indonesia, Tbk 5. BNGA PT Bank CIMB Niaga, Tbk

6. BNII PT Bank International Indonesia, Tbk 7. BUMI PT Bumi Resources, Tbk

8. INDF PT Indofood Sukses Makmur , Tbk 9. ISAT PT Holcim Indonesia, Tbk

10. PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk 11. SMCB PT Holcim Indonesia, Tbk

12. TLKM PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk 13. UNTR PT United Tractors, Tbk

Sumber:www.idx.co.id

Uji statistik regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas. Model persamaannya sebagai berikut.

(8)

Y ==

fl

0 +

fl

1x1 +

fl

2.x2 +

fl

3.x3 +

fl

4.x4+ ℮ Keterangan :

Y = Harga Saham

X1 = Earning Per Share (EPS) X2 = Net Profit Margin (NPM) X3 = Debt to Asset Ratio (DAR) X4 = Return On Equity (ROE)

fl

0 = Konstanta

β1, â2, â3, â4 = Koefisien Regresi

℮ = Residual (variabel kesalahan)

III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Berdasarkan hasil analisis pada perusahaan indeks LQ45 di atas, menunjukkan bahwa nilai harga saham cenderung meningkat dari tahun ke tahun pada setiap perusahaan. Hal ini disebabkan karena kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang terus meningkat.

EPS terendah terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada tahun 2005 sebesar Rp -43,60, angka ini menunjukkan laba yang diperoleh setiap 1 lembar saham biasa yang beredar adalah Rp -43,60, hal ini menunjukkan kegagalan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan dan menandakan bahwa perusahaan tersebut pada tahun itu gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham. Hal tersebut juga dapat dilihat dari nilai EPS yang bernilai negatif yang diterima perusahaan, sedangkan nilai EPS tertinggi terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada tahun 2008 dengan nilai sebesar Rp 1670,76, angka ini menunjukkan laba yang diperoleh setiap 1 lembar saham biasa yang beredar adalah Rp 1670,76. Hal ini menunjukkan keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemilik perusahaan dan menandakan bahwa perusahaan tersebut pada tahun itu mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang sahamnya (investor).

NPM terendah terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada tahun 2005 sebesar -11,07 %, angka ini menunjukkan setiap rupiah penjualan menghasilkan keuntungan netto sebesar -0,11 rupiah. Hal ini menunjukkan ketidak berhasilan perusahaan pada tahun itu dalam setiap rata-rata penjualannya karena NPM yang diperoleh pada tahun tersebut bernilai negatif, sedangkan nilai NPM tertinggi terjadi pada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tahun 2008 sebesar 75,33%, hal ini berarti perusahaan mampu menghasilkan keuntungan netto sebesar 0,75 rupiah dan menunjukkan tingginya keuntungan bersih yang diterima perusahaan dalam setiap rata-rata penjualannya.

DAR terendah terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pada tahun 2005 sebesar 0,15, angka ini menunjukkan setiap rupiah aktiva yang diperoleh perusahaan berasal dari rasio utang yang dimiliki perusahaan sebesar 0,15. Hal ini menunjukkan ketidak berhasilan perusahaan mencari atau menarik kreditur yang bersedia memberikan pinjaman dana kepada perusahaan tersebut pada tahun itu, sedangkan nilai DAR tertinggi terjadi pada PT Bank International Indonesia Tbk (BNII) tahun 2008 sebesar 1,5 1, hal ini berarti setiap rupiah aktiva yang diperoleh perusahaan berasal dari rasio utang yang

(9)

dimiliki perusahaan sebesar 1,51. Hal ini menunjukkan keberhasilan perusahaan mencari atau menarik kreditur untuk meminjamkan dananya kepada perusahaan tersebut pada tahun itu.

ROE terendah terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) pada tahun 2005 sebesar -10,23 %, angka ini menunjukkan setiap rupiah modal yang dikeluarkan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar -0,10 rupiah, hal ini menunjukkan buruknya kontribusi modal yang dikeluarkan perusahaan pada tahun itu dalam menghasilkan laba bersih. Hal itu dapat dilihat dari ROE pada tahun itu yang bernilai negatif sedangkan nilai ROE tertinggi terjadi pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada tahun 2005 sebesar 95,87 %, angka ini menunjukkan setiap rupiah modal yang dikeluarkan perusahaan menghasilkan laba bersih sebesar 0,96 rupiah. Hal ini menunjukkan tingginya kontribusi modal yang dikeluarkan perusahaan tersebut pada tahun itu dalam menghasilkan laba bersih

Berdasarkan hasil analisis uji statisitik yang telah dilakukan di atas menunjukkan bahwa, data yang diuji terdistribusi secara normal (H0 diterima) dengan model Kolmogorov – Smirnov, Earning Per Share (EPS) 1,125 dengan nilai Asymp.Sig. (2- tailed) 0,159 > 0,05, Net Profit Margin (NPM) 0,8 14 dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,52 1 > 0,05, Debt to Asset Ratio (DAR) 0,994 dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,277 >

0,05, dan Smirnov Return On Equity (ROE) 0,985 dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) 0,286 > 0,05. Uji asumsi klasik yang dilakukan menunjukkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari multikolineritas (Tabel 4.8 Coefficientsa) diperoleh hasil bahwa nilai VIF pada variabel bebas EPS, NPM, DAR dan ROE lebih kecil dari 10 dan tolerance

> 0.1. Sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas dalam model regresinya.

Uji Autokorelasi (Tabel 4.9 Model Summaryb) dengan Durbin Watson (DW- test) menunjukkan angka sebesar 1,998, nilai tersebut dapat dinyatakan mendekati angka dua (R. Gunawan Sudarmanto, 2005: 147) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi linear tersebut

Uji Heteroskesdastisitas dilihat dari pola gambar Scatterplot (Gambar 4.1 Uji Heteroskesdastisitas), menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, yang dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari heteroskesdastisitas. Pada pengujian koefisien determinasi (Tabel 4.11 Model Summaryb) menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang baik (mempunyai hubungan dengan pola yang cukup kuat), hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,5 15 (di atas 0,5). Hal ini berarti 51,5 % variabel dependen (harga saham) perusahaan LQ45 yang diteliti dijelaskan oleh variabel independen (EPS, NPM , DAR, dan ROE), sedangkan sisanya yaitu 48,5 % (100% - 51,5%) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel- variabel bebas tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan harga saham.

Uji / Asumsi Linieritas tidak dilakukan pada penelitian ini, karena model yang penulis buat telah dilakukan dengan dasar teoritis yang kuat, sehingga jika secara teoritis tidak ada hubungan yang bersifat linier antara variabel dependen dan variabel independen, maka uji / asumsi linieritas tidak perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Joni Kriswanto (2008).

(10)

Uji F (Tabel 4.12 ANOVA) menunjukkan bahwa F-hitung 14,536 > F-tabel 2,56 atau p-value (Sig.) 0,000 < 0,05 Ha diterima, ini mengindikasikan bahwa variabel independen (EPS, NPM, DAR, dan ROE) secara serempak atau bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham

Uji T (Tabel 4.13 Coefficients(a) Uji T) menunjukkan bahwa Earning Per Share memiliki nilai t-hitung 4,628 > t-tabel 2,01 atau Sig. 0,000 < 0,05 Ha diterima, berarti secara parsial Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham, sedangkan Net Profit Margin, Debt to Asset Ratio, dan Return On Equity masing-masing memiliki nilai t-hitung 0,328 < t-tabel 2,01 atau Sig. 0,744 > 0,05 Ha ditolak, t-hitung (- 0,809) < t-tabel 2,01 atau Sig. 0,423 > 0,05 Ha ditolak, t-hitung 0,223 < t-tabel 2,01 atau Sig. 0,824 > 0,05 Haditolak hal ini mengindikasikan ketiga rasio NPM, DAR, dan ROE secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Uji statistik regresi linier berganda (Tabel 4.10 Coefficients) kolom Unstandardized Coefficients B, menunjukkan bahwa hanya rasio Debt to Asset Ratio (DAR) yang mempunyai hubungan negatif terhadap harga saham, sedangkan rasio EPS, NPM, dan ROE memiliki hubungan yang positif terhadap harga saham.

Y = 2425,531 + 9,551 X1(EPS) + 13,958 X2(NPM) -1742,555 X3(DAR) + 5,831 X4

(ROE)

Analisis dari persamaan regresi linier berganda di atas, adalah bahwa apabila nilai dari X1(EPS), X2(NPM), X3 (DAR) dan X4(ROE) di obyek penelitian sama dengan nol, maka nilai harga saham (Y) akan bernilai sebesar 2425,531.

Koefisien regresi untuk EPS (X1) sebesar 9,551. Berarti jika EPS (X1) naik sebesar satu poin, maka harga saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 9,551 , dengan anggapan NPM (X2), DAR (X3) dan ROE (X4) konstan (sama dengan nol).

Variabel EPS memiliki koefisien positif, ini berarti menunjukkan bahwa EPS memiliki hubungan positif terhadap harga saham.

Koefisien regresi untuk NPM (X2) sebesar 13,958. Berarti jika NPM (X2) naik sebesar satu poin, maka harga saham (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 496,699, dengan anggapan EPS (X1), DAR (X3) dan ROE (X4) konstan (sama dengan nol).

Variabel NPM memiliki koefisien positif, ini berarti menujukkan bahwa NPM memiliki hubungan positif dengan harga saham.

Koefisien regresi untuk DAR (X3) sebesar -1742,555. Berarti jika DAR (X3) naik sebesar satu poin, maka harga saham (Y) tidak akan mengalami kenaikan maupun penurunan,dengan kata lain rasio DAR tidak mempengaruhi harga saham dengan anggapan EPS (X1), NPM (X2) dan ROE (X4) konstan (sama dengan nol). Variabel DAR memiliki koefisien negatif, ini berarti menunjukkan bahwa DAR memiliki hubungan negatif dengan harga saham.

Koefisien regresi untuk ROE (X4) sebesar 5,831. Berarti jika ROE (X4) naik sebesar satu poin, maka harga saham (Y) mengalami kenaikan sebesar 5,831, dengan anggapan EPS (X1), NPM (X2) dan DAR (X3) konstan (sama dengan nol). Variabel ROE memiliki koefisien positif, ini berarti menunjukkan bahwa ROE memiliki hubungan positif dengan harga saham.

(11)

Berdasarkan pengujian statistik yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham adalah Earning Per Share (EPS), sedangkan NPM, DAR, dan ROE masing-masing memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan, negatif dan tidak signifikan, positif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham.

IV. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Dari ketiga variabel bebas yang diteliti (EPS, NPM, DAR dan ROE), diketahui bahwa hanya Earning Per Share (EPS) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial, maka dapat dikatakan bahwa EPS memiliki kontribusi dominan terhadap harga saham.

2. Dari ketiga variabel bebas yang diteliti (EPS, NPM, DAR dan ROE), diketahui bahwa ketiga variabel tersebut secara serempak (simultan) atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya guna memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang berturut-turut masuk dalam sektor indeks LQ45 pada periode 2005-2008 saja, sehingga tidak mewakili semua (45 perusahaan).

2. Terdapat data rasio perusahaan yang tidak tersaji secara lengkap yang diperlukan untuk proses pengujian.

3. Pada penelitian ini, rasio keuangan perusahaan yang diteliti yaitu : rasio nilai pasar, rasio leverage, dan rasio profitabilitas. Rasio nilai pasar yang diteliti diwakili oleh Earning Per Share (EPS), rasio profitabilitas yang diteliti diwakili oleh Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE), serta rasio leverage atau utang yang diwakili oleh Debt To Asset Ratio (DAR).

Saran untuk penelitian selanjutnya Saran yang disampaikan adalah:

1. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan periode penelitian yang lebih panjang dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

2. Penelitian berikutnya diharapkan memasukkan variabel-variabel independen lain yang berpengaruh terhadap variabel dependen yang belum dimasukkan dalam model penelitian ini karena masih terdapat variabel independen lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap harga saham selain Earning Per Share, Net Profit Margin (NPM), Debt To Asset Ratio (DAR) dan Return On Equity (ROE).

3. Penelitian berikutnya diharapkan tidak hanya memasukkan variabel independent yang berasal dari rasio keuangan perusahaan saja, tetapi juga memperhatikan faktor lain seperti tingkat bunga, nilai kurs, dan laju inflasi serta faktor eksternal lainnya seperti kondisi sosial dan politik yang sedang terjadi yang mungkin juga berpengaruh terhadap harga saham.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. dan Pakarti, P. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta.

Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, Eugene, F. Dan L.C Gapenski. 2003. Intermediate Financial Management. Fourth Edition. Fort Word. The Dryden Press. Harcourt Brace College Publisher.

Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Fred, Weston, J. dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Jakarta:

Bina Rupa Aksara.

Gitman, Lawrence J. 2003. Principles of Managerial Finance. Edisi Kesepuluh. Addison Wesley Publishing Company. Massachusetts.

Gujarati, D. 2001. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.

Kesuma, Aditya. 2006. Pengaruh EPS dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya, Malang.

Kriswanto, Joni. 2008. Perbedaan Itu Indah. Blog. Semarang.

Husnan, Suad. 2001. Dasar - Dasar Teori Portofolio. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muhammad, Iman. 2006. Analisa Struktur Modal Harga Saham Perusahaan Obat -Obatan Terbuka di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Universitas Terbuka, Medan. Tidak Dipublikasikan

Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS.

Yogyakarta: ANDI Offset.

Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat.

Jakarta: Prenhallindo.

Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets And Liability Management. Edisi 3. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statisik Dengan SPSS 17 Jakarta: PT Elex Media Computindo.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda Dengan SPSS . Edisi Pertama, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Tambunan, Andy. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Grasindo.

Widoatmodjo, Sawidji. 1996. Cara Sehat Investasi Pasar Modal. Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika

www.konsultanstatistik.blogspot.co.id.2008.

www.idx.co.id.2009.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hipermetropi dilakukan koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam penglihatan jauh terbaik dan memungkinkan pasien untuk melakukan

Berangkat dari permasalahan yang ada, selanjutnya dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

Saran :Kepada orang tua agar lebih memperhatikan lagi status gizi anak dengan memeperhatikan keseimbangan asupan zat gizi pada anak dan memperbaiki kualitas makan

Sedangkan tekanan darah disaat seseorang sedang dalam keadaan beraktivitas disebut tekanan darah kausal yang memiliki angka yang lebih besar dari tekanan darah

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang Dagang merupakan strategi dan desain untuk

kuadran yang ditampilkan dalam diagram Kartesian, yaitu sebagai berikut. 1) Kuadran A menjelaskan kinerja pada laman facebook commercerendah namun tingkat harapan

Eksistensi Pendidikan Islam Tradisional di Tengah Arus Modernisasi Pendidikan Studi Terhadap Kelangsungan Madrasah Hidayatul Mubtadiin Lirboyo Kediri Jawa Timur, dalam

Oleh karena hal tersebut dan karena tidak terjadi perubahan yang signifikan pada spektrum XRD hasil iradiasi hingga 50 kGy dibandingkan kontrol, hal ini mengindikasikan