• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN SUSUN BANGUN DATAR MANDIRI DALAM PRAKTIK LESSON STUDY DI SD GMIH IDAMGAMLAMO DAN SD LOCE HALMAHERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN SUSUN BANGUN DATAR MANDIRI DALAM PRAKTIK LESSON STUDY DI SD GMIH IDAMGAMLAMO DAN SD LOCE HALMAHERA BARAT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

39

PENERAPAN PEMBELAJARAN SUSUN BANGUN DATAR MANDIRI DALAM PRAKTIK LESSON STUDY DI SD GMIH

IDAMGAMLAMO DAN SD LOCE HALMAHERA BARAT

Welhelmus Denny

SD Loce Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat

Abstrak: Kenyataan di sekolah dasar bahwa hasil belajar siswa materi luas segi banyak masih rendah. Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah segi banyak. Karena itu, perlu upaya mengatasinya. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran Susun Bangun Datar Mandiri. Penelitian ini dilakukan dalam praktik lesson study TEQIP 2011 di SD GMIH Idamgamlamo dan SD Loce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran susun bangun datar mandiri berlangsung secara baik, guru member scaffolding secara tepat, dan siswa berkontribusi secara aktif dalam pembelajaran.

Kata kunci: lesson study, luas segi banyak, susun bangun datar mandiri

Matematika merupakan ilmu tentang pola keteraturan dan urutan yang logis.

Menemukan dan mengungkap keteraturan/

pola dan kemudian memberikan arti merupakan makna dari mengerjakan dan belajar matematika (Subanji, 2011). Dalam pembelajaran, siswa perlu dilibatkan secara aktif untuk mengeksplorasi, menyelidiki, dan menemukan pola, serta mengem- bangkannya lagi untuk diterapkan pada materi matematika yang lain. Dengan demikian siswa menjadi subjek pembe- lajaran atau sering disebut student centered.

Menurut Subanji (2011) pembe- lajaran matematika juga harus mem- berdayakan berpikir siswa. Karena hakekat pembelajaran adalah mengembangkan berpikir siswa, sehingga mampu meme- cahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sangat dinamis. Untuk itu perlu ada upaya meningkatkan kualitas pendidikan matematika. Upaya ini dapat tercapai bila pembelajaran dirancang dengan baik. Dalam merancang pembelajaran perlu memper- hatikan standar proses pembelajaran.

Standar proses yang dikeluarkan oleh NCTM (Subanji, 2011:79) berkaitan dengan proses pembelajaran matematika meliputi pemecahan masalah, penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi, dan repre- sentasi. Dalam standar isi (Permendiknas

2006), dinyatakan bahwa pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar.

Pembelajaran matematika diperlukan untuk membekali peserta didik dalam kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Karena itu materi menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua atau lebih bangun datar di kelas VI SD perlu dibelajarkan dengan mengedepankan penalaran. Dalam hal ini penalaran dalam menggabungkan rumus-rumus luas daerah yang merupakan pembentuk segi banyak tersebut.

Metode

Penelitian ini mendeskripsikan praktik lesson study pada pembelajaran bangun datar segi banyak. Pembelajaran dilakukan di kelas VI SD GMIH Idamgamlamo pada kegiatan on going 2 tanggal 27 September 2011 dan di SD Loce tanggal 4 Oktober 2011.

Sebelum pelaksanaan pembel- ajaran, beberapa guru membuat perencanaan bersama (PLAN) dan selanjutnya ditetapkan satu orang guru model. Pada tahap DO, seorang guru melaksanakan pembelajaran dan guru lain sebagai observer, yang mengamati bagaimana siswa belajar (bukan

(2)

guru mengajar). Kegiatan SEE, dilakukan refleksi dan perbaikan langkah pembelajaran oleh semua guru kelompok lesson study.

Hasil perbaikan langkah-langkah pembe- lajaran diterapkan di kelas yang lain. Praktik lesson study dilakukan dalam dua tahap.

Tahap I

Praktik tahap pertama dilakukan pada saat on going keempat TEQIP 2011.

Kegiatan pembelajaran dilakukan sebagai berikut:

Guru membagikan 7 bangun datar kepada 10 anak untuk disusun menjadi sebuah tangram. Tujuh daerah bangun datar yang diberikan ini akan dibentuk menjadi tangram yang menyerupai seekor ikan, tapi dalam beberapa menit yang disediakan siswa tidak dapat menyusunnya sehingga gurupun membantu dengan model gambar yang dipaparkan di papan tulis. Namun sekalipun telah diberikan bantuan seperti ini masih terdapat kesulitan anak dalam menyusun tangram, sehingga bantuan pun masih diberikan oleh guru berupa model ikan di kertas yang selanjutnya dibagikan ke tiap- tiap anak. Dengan bantuan inilah maka apersepsi yang disiapkan guru dapat tercapai dimana terdapat 4 dari 10 anak dapat menjawab atau menyusun 7 daerah bangun datar itu menjadi tangram seperti gambar berikut.

Gambar 1. Susunan 7 bangun datar

Dari keberhasilan ini, guru melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagian-bagian dari tangram itu untuk disebutkan apa nama masing-masing bagian itu. Siswa–siswa pun menjawab dan hasil jawaban siswa diper- baiki oleh guru bahwa yang dimaksudkan bukanlah segitiga tapi daerah segitiga yang

selanjutnya guru pun menunjukkan segitiga, begitu seterusnya sampai ke-7 bangun yang menyusun seekor ikan itu disebutkan.

Setelah siswa kelas VI ini menyebutkan nama-nama penyusun bangun yang membentuk tangram, guru membagi siswa dalam 3 kelompok. Tiap anak dalam setiap kelompok diberi nomor. Selanjutnya Lembar Kerja Siswa (LKS) materi segibanyak dan luas daerah segibanyak diberikan kepada masing-masing kelompok.

Menurut Karim dkk (2011) segi banyak adalah suatu kurva tertutup sederhana yang semua batas atau sisinya merupakan segmen garis, sedangkan luas daerah segi banyak adalah banyaknya persegi yang dapat menutup secara tepat daerah segi banyak tersebut. Saat menger- jakan LKS, ketiga kelompok masih bingung dalam menentukan bangun penyusun luas segi banyak yang tertera di LKS. Dalam LKS bangun penyusun bangun gabungan adalah persegi dan trapesium tetapi ketiga kelompok yang terbentuk menjawab persegi dan segitiga. Oleh karena itulah gurupun mengarahkan bahwa bangun yang menyusun bangun gabungan itu kalau boleh hanya terdiri dari 2 bangun saja. Mendengar arahan inilah maka ketiga kelompok dapat menjawab pertanyaan nomor 1 pada lembaran LKS dengan bantuan buku pegangan siswa.

Kegiatan kelompok masih dilan- jutkan pada soal nomor 2, masing-masing kelompok harus menuliskan rumus luas daerah masing-masing bangun penyusun bangun gabungan. Siswa pun dapat menuliskan karena dipandu dengan buku pegangan mereka. Namun dalam aktivitas ini para siswa tidak dapat menjawab mengapa rumus luas daerah segitiga harus L = a t. berdasarkan ketidak mampuan siswa ini guru pun membuktikan luas daerah segitiga itu.

Kegiatan dilanjutkan dengan menyelesaikan soal nomor 3. Ketika menjawab soal nomor 3 masing-masing kelompok masih harus menuliskan rumus

(3)

luas daerah masing-masing. Kemudian mensubstitusikan nilai-nilai dari sisi a dan sisi t pada segitiga, sisi-sisi sejajar a dan b serta t pada trapesium.

Dalam menentukan nilai bangun gabungan ini kelompok 3 yang berhasil pertama. Dalam proses diskusi ada dua anggota kelompok 3 ini masih mengalami kesulitan. Kedua anak ini juga tidak terlalu aktif dalam berdiskusi. Beberapa menit setelah kelompok 3 berhasil menyelesaikan soal nomor 3, kelompok 2 pun menyusul.

Keterlambatan kelompok 2 ini disebabkan karena kebingungan mereka dalam menentukan nilai a dan b pada daerah trapesium. Kelompok terakhir yang menyelesaikan lembar kerja siswa adalah kelompok 1. Adapun keterlambatan kelompok ini diakibatkan oleh kekurang telitian dalam mensubtitusikan nilai sisi-sisi sejajar a, b dan t pada trapesium serta dioperasikan bilangan-bilangan itu dengan nilai .

Setelah menyelesaikan LKS, guru memanggil salah satu nomor ke depan. Ada pun nomor yang dipanggil adalah siswa yang bernomor 3 untuk menjelaskan hasil diskusinya. Ketika anak bernomor 3 mempresentasikan hasil diskusinya, guru meminta kelompok lain untuk menanggapi.

Kegiatan dilanjutkan, guru mengajukan pertanyaan apakah para siswa masih kebingungan dalam menentukan luas daerah bangun gabungan. Kesepuluh anak kelas VI ini tidak menjawab. Mereka masih malu dan canggung dalam mengajukan per- tanyaan maka gurupun kembali memberikan langkah-langkah menentukan bangun gabungan. Dalam tahapan ini guru menugaskan siswa bernomor 6 untuk memisahkan L1 dan L2 dari bangun gabungan dan anak ini pun berhasil menentukannya sekalipun ketika meng- gambarkan awal masih terdapat kesalahan.

Pada kegiatan akhir sebelum guru membagikan lembar evaluasi guru masih mengajukan pertanyaan apakah para siswa masih kebingungan dalam menentukan luas

daerah bangun gabungan kalau tidak ada siswa yang bertanya maka gurupun akan bertanya melalui lembar evaluasi. Karena tidak ada siswa yang mengajukan per- tanyaan, guru pun membagikan lembar evaluasi ke tiap-tiap anak. Soal yang termuat pada lembar evaluasi seperti berikut

Tentukan luas bangun di bawah ini!

a.

b.

Tahapan II

Bercermin dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh kesepuluh anak di SD GMIH Idamgamlamo dan hasil observasi dari ketiga observer pada kegiatan on going 2 maka kegiatan belajar pun diubah oleh guru ketika materi ini diterapkan di kelas VI SD Loce. Tahapan guru dalam menyajikan pembelajaran disajikan seperti berikut.

Guru membagikan 7 daerah bangun datar kepada 10 anak untuk membentuk menjadi sebuah tangram yang menyerupai model seekor ikan. Model ikan telah digambarkan di kertas yang selanjutnya dibagikan ke tiap-tiap anak. Beberapa menit kemudian 3 dari 7 anak dapat menyusun 7 bangun datar ini menjadi tangram yang menyerupai seekor ikan seperti kegiatan on going 2. Ketiga anak ini ditugaskan untuk membimbing teman-temannya sehingga dalam waktu 10 menit semua anak telah menyusunnya.

Kegiatan berikutnya, guru menga- jukan pertanyaan berkaitan dengan bagian- bagian dari tangram. Siswapun menjawab dan jawaban siswa yang masih salah diperbaiki oleh guru.

Setelah siswa menyebutkan nama- nama penyusun bangun yang membentuk seekor ikan, guru mempersilahkan siswa untuk memilih dua bangun yang selanjutnya

(4)

dijiplak dikertas HVS. Dua bangun datar yang dijiplak dikertas HVS ini merupakan media yang digunakan guru dalam menerapkan susun bangun datar gabungan.

Subanji (2011) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika sangat penting menggunakan media untuk mengembangkan pemahaman siswa.

Jiplakan yang dibuat harus meng- gabungkan keduanya dan hasil jiplakan yang dibuat adalah seperti berikut.

Gambar 2. Kegiatan susun bangun datar mandiri

Gambar i dibuat oleh 4 anak, gambar ii dihasilkan oleh 1 anak, gambar iii digambarkan oleh 1 anak dan gambar iv digambarkan oleh 3 anak. Kegiatan inilah yang dinamakan susun bangun datar mandiri.

Langkah selanjutnya guru menjelas- kan bagaimana memperoleh rumus luas daerah persegi panjang, segitiga, dan jajargenjang serta trapesium dengan menggunakan media. Guru meminta siswa untuk melengkapi gambar yang telah dibuat dengan ukurannya masing-masing dan menentukan luas daerah pada bangun gabungan yang telah disusun. Dalam praktiknya guru memberikan scaffolding dengan meminta siswa mengenali bangun- bangun yang membentuk bangun gabungan itu. Ketika telah dikenali bangunnya, siswa diminta menuliskan rumus luas daerahnya, dan selanjutnya menghitung luasnya.

Kegiatan akhir tahapan II ini adalah guru menyajikan sebuah soal terkait luas daerah segi banyak seperti gambar berikut.

REFLEKSI

Pada saat pembelajaran dilakukan observasi oleh beberapa guru. Hasil observasi digunakan sebagai bahan untuk refleksi. Hasil refleksi bahwa penerapan pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk menyusun bangun datar mandiri, lebih mengaktifkan belajar siswa dan mening- katkan pemahaman siswa dalam mem- pelajari bangun datar gabungan. Siswa menjadi mampu berpikir analitik, yaitu mengurai masalah menjadi bagian- bagiannya. Selanjutnya menyelesaikan perbagian dan akhirnya menjadikan penye- lesaian tersebut sebagai bahan menye- lesaikan masalah secara utuh. Proses mengurai dan menyelesaikan perbagian disebut proses analitik (Subanji, 2011).

Dari hasil pengerjaan siswa terhadap soal yang diberikan diakhir pembelajaran, menunjukkan bahwa siswa memahami secara baik masalah yang diberikan dan memiliki strategi penyelesaian yang baik.

Siswa memahami bangun-bangun penyusun bangun gabungan, berupa segitiga, persegi panjang, dan trapesium.

SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disim- pulkan sebagai berikut.

1. Penerapan lesson study dalam pembelajaran matematika materi gabungan bangun datar berlangsung secara baik.

2. Guru memberikan scaffolding secara tepat.

3. Siswa menjalankan aktivitas praktik menyusun bangun datar dan mencari luasnya secara aktif.

4. Siswa memahami materi gabungan bangun datar sebagai gabungan dari beberapa bangun datar sederhana.

5. Siswa memiliki kemampuan analitik dalam memecahkan masalah gabungan bangun datar.

(5)

DAFTAR RUJUKAN

Karim A. M, dkk. 2011. Pendalaman Materi Matematika. Malang. UM Press.

Permendikas No 22 tahun 2006. Standar Isi

Subanji, 2011. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang. UM Press.

Subanji, 2011. Matematika Sekolah dan Pembelajarannya. J-TEQIP. Jurnal Peningkatan Kualitas Guru Tahun 2 Nomor 1: pp 9.

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian korupsi menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah perbuatan yang secara melawan hukum dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memperkaya diri

Dokumen penjelasan dokumen lelang beser ta Addendum sudah di upload di SPSE M ahkamah Agung.go.id sebagai acuan Penyedia Bar ang/ Jasa (Peser ta Lelang) untuk

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah, dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

(Banyuasin, OKU Timur, OKI, OKU, OKU Selatan, Ogan Ilir, Prabumulih, Lahat, Pagar Alam, Muara Enim, Musi Rawas, Muratara, PALI, Empat Lawang, Musi Banyuasin dan

Ketersediaan tenaga bidan dan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan kasus meternal di 3 puskesmas sebagian besar sudah baik, dan jumlah keberadaan petugas medis

Berhubungan dengan hal tersebut dilaksanakan penelitian penggunaan pupuk vermikompos sampah organik pada tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas), dengan tujuan mengetahui

(3) fungsi Religius, maksudnya keluarga wajib memperkenalkan serta mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan yang beragama. Untuk melaksanakannya,