• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam (Ngastiyah, 2005).

Kejang demam anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64 - 0,74%).

Berdasarkan hasil prasurvey di Indonesia pada bulan April 2009 terdapat 15 kasus kejang demam, 80% (11 Kasus) disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan, 2 pasien kejang demam meninggal dengan observasi Meningitis dan Enchepalitis.

Kejang demam sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien masih dapat mengalami sampai umur lebih dari 5-6 tahun (Soetomenggolo, 2000).

(2)

Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. (Ngastiyah 2005).

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% Amerika Selatan dan Eropa Barat. Kejadian kejang demam di Asia lebih tinggi kira-kira 20%

kasus merupakan kejang demam yang komplek. Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada anak laki-laki Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam komplek yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari 1 kali kejang demam dalam 24 jam) (Mansjoer, 2000).

Kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika Anda terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbelakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari, merupakan kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya (Sri P, Okti, dkk, 2008). Dalam Fuadi, dkk, (2010), hasil penelitian Van Stuijven Berg (1999), menunjukan bahwa 17% di antara orang tua anak dengan kejang demam tidak mempunyai pengetahuan

(3)

tentang kejang, dan 47%-77% menganggap anaknya sakit berat dan akan berakhir dengan kematian dan hasil penelitian Parmar (2001), di India mendapatkan bahwa 77,9% para orang tua pasien kejang demam tidak mempunyai pengetahuan mengenai kejang demam dan 90% menganggap anaknya akan meninggal.

Anak adalah harta yang berharga bagi orang tua, ketika anak sakit, orang tua akan berusaha untuk mengobatinya. Keluhan utama tersering yang disampaikan orang tua saat membawa anaknya berobat adalah demam. Demam yang sangat tinggi dapat menyebabkan kejang demam.

Kejang demam merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak dengan rentang usia 6 bulan sampai 4 tahun, dengan angka kejadian mencapai 2,2% - 5%. Demam yang tinggi dapat terjadi karena beberapa penyakit infeksi (Wardani, 2012).

Kejang demam pada anak sering terjadi pada masyarakat. Banyak keluarga tidak menyadari. Berbagai kondisi kegawatan dapat terjadi pada kasus kejang demam pada anak yang tidak segera ditangani. Untuk itu diperlukan adanya penanganan kejang demam yang cepat dan benar (Sri, 2008). Pengetahuan ibu yang berbeda akan mengakibatkan penanganan kejang demam pada anak yang berbeda pula. Tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam di Indonesia juga sangat bervariasi mengingat hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor.

Penanganan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua, terutama ibu. Ibu adalah bagian integral dari

(4)

penyelenggaraan rumah tangga yang dengan kelembutannya dibutuhkan untuk merawat anak secara terampil agar tumbuh dengan sehat. Ibu yang tahu tentang kejang demam dan memiliki sikap yang baik dalam memberikan perawatan, dapat menentukan penanganan kejang demam yang terbaik bagi anaknya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis RSUD Kebumen tercatat angka insiden penderita kejang demam yang dirawat selama bulan Januari – Desember 2012 berjumlah 136 anak dengan nilai rata- rata 11 kasus perbulan. Sedangkan data yang tercatat pada bulan Februari - April 2013 berjumlah 57 anak baik kejang demam sederhana maupun kejang demam komplek dengan nilai rata-rata 18 kasus per bulan.

Studi pendahuluan pada 10 ibu pasien kejang demam dengan metode kuesioner didapatkan hasil 8 (80%) ibu tingkat pengetahuan tentang kejang demam kurang dan 2 (20%) ibu memiliki tingkat pengetahuan cukup, sedangkan untuk penanganan kejang demam dirumah 6 (60%) ibu memiliki penanganan kejang demam kurang dan 4 (40%) ibu memiliki penanganan yang cukup. Hal tersebut dikarenakan ibu mengatakan panik dan bingung ketika anak mengalami kejang demam dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas dan terjadinya peningkatan angka kejadiaan kejang demam, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan kejang demam dirumah pada pasien anak di RSUD Kebumen

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan kejang demam dirumah pada pasien anak di RSUD Kebumen.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan kejang demam dirumah pada pasien anak di RSUD Kebumen

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada anak.

b. Mengetahui penanganan kejang demam yang dilakukan ibu terhadap anak dirumah

c. Mengetahui karakteristik berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan ibu

D. Manfaat Penelitian 1. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan mengenai pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan penanganan kejang demam pada anak dirumah.

(6)

2. Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan dan data yang didapat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dari penelitian selanjutnya.

3. Pelayanan Kesehatan

Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam upaya penjegahan peningkatan kejang demam.

4. Institusi (STIKES Muhammadiyah Gombong)

Bagi institusi sebagai kepustakaan untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang kejang demam.

E. Keaslian Penelitian

1. Wardani (2012) meneliti tentang “Tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam pada Anak di Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Sukoharjo”. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam pada anak di desa Wirogunan kecamatan Kartasura Sukoharjo. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah para ibu yang memiliki anak usia 6 bulan hingga 4 tahun di desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Sukoharjo. Jumlah sampel adalah 100 orang. Hasil Penelitian tingkat pengetahuan ibu di desa Wirogunan didapatkan 14 (14%) ibu telah memiliki pengetahuan tentang kejang demam yang sangat baik, kemudian ada 55 (55%) ibu

(7)

dengan tingkat pengetahuan baik, dan ada 30 (30%) ibu dengan tingkat pengetahuan tidak baik dan hanya 1 (1%) saja yang memiliki pengetahuan tentang kejang demam sangat tidak baik. Dari gambaran sikap ibu menanggapi kejang demam didapatkan 79 (79%) dari 100 responden memiliki sikap yang sangat positif (sangat baik) terhadap gejala kejang demam, 20 (20%) ibu memiliki sikap yang positif (baik), dan 1 (1%) ibu yang memiliki sikap negatif (tidak baik) terhadap kejang demam. Serta gambaran dari tindakan ibu dalam menangani kejang demam didapatkan 66 (66%) ibu memiliki pemahaman tindakan yang sangat baik terhadap kejang demam, 21 (21%) ibu memiliki pemahaman tindakan yang baik, 10 (10%) ibu memiliki pemahaman tindakan yang tidak baik serta 3 (3%) ibu memiliki pemahaman tindakan yang sangat tidak baik terhadap kejang demam. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan cross sectional dan jenis sample yang digunakan pada penelitian ini adalah Total sampling. Sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif korelatif dengan rancangan penelitian secara retrospektif dan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.

2. Setyaningrum (2012) meneliti tentang “Gambaran Tindakan Ibu Di Rumah Dalam Menangani Anak Kejang Demam Di Ruang Anak Hijir Ismail Rumah Sakit Islam A.Yani Surabaya”. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tindakan ibu di rumah dalam menangani anak

(8)

kejang demam di ruang anak Hijir Ismail Rumah Sakit Islam A.Yani Surabaya. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Populasi semua ibu pasien yang anaknya pernah MRS dengan riwayat kejang demam di ruang Hijir Ismail Rumah Sakit Islam A.Yani Surabaya sebesar 28 ibu. Sampel 28 responden dengan tehnik total sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) ibu melakukan tindakan kurang dalam menangani anak kejang demam, hampir setengahnya (36%) melakukan tindakan cukup, sebagian kecil (4%) melakukan tindakan baik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan sampel yang digunakan yaitu total sampling.

Sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif korelatif dengan rancangan penelitian secara retrospektif dan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling.

Referensi

Dokumen terkait

III. Ri&ayat kesehatan se+elumnya a. Ri&ayat kesehatan se+elumnya ... Pengalaman masa lalu yang ti#ak menyenangkan yang ti#ak menyenangkan ... Praktik Profesi Ners

Motivasi yang ada dalam diri siswa sangat efektif untuk dapat digunakan sebagai pendorong atau penyemangat untuk melakukan suatu aktivitas belajar agar tercapai tujuan yang

diintegrasikan langsung dengan teks; jarak antara baris dengan baris dua spasi (normal); kutipan tidak diapit dengan tanda petik (“---“), kutipan diberi petunjuk dalam

Sesuai dengan hasil Evaluasi Dokumen Penawaran untuk Paket Pekerjaan Pengadaan Peralatan dan Inventaris Pengadilan Agama Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Dalam petualangan kamu dari level ke level kamu dapat mengembangkan skill kamu, setelah level kamu mencapai level 11 kamu bisa melakukan digivolution dan kalau perkembangan level

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, komitmen ibu untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan, dan dukungan sosial yaitu

Pada aspek afektif tidak dilakukan penghitungan statistika karena parameter bersifat kebutuhan dari realita yang ada di lapangan atau dengan kata lain merupakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan, kelincahan dan kekuatan otot tungkai dengan kemampuan menggiring bola pemain sepakbola SSB