Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Veranza Pub, Karaoke, and Resto.
Bebas
93
0
0
Teks penuh
(2) 108. Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Veranza Pub, Karaoke, and Resto. (sambungan). Perubahan logo perusahaan ini dilatar belakangi perubahan konsep bisnis dan untuk membentuk image publik bahwa Veranza merupakan bagian dari Rasa Sayang Groups.. 3. Bagaimana Veranza berpromosi selama ini? Media apa saja yang Veranza gunakan dalam berpromosi? Jawaban: Penerapan konsep baru ini disertai dan didukung program promosi reguler, seperti: a. Menyediakan jasa Purel (Public Relation) bagi pengunjung, b. Event mingguan berhadiah sepeda motor, c. Bagi pengunjung yang memesan minuman beralkohol secara botol, tidak dikenakan biaya sewa ruangan karaoke. d. Bagi anggota yang mendaftar sebagai member Veranza Pub, Karaoke and Resto maupun grup Rasa Sayang, mendapatkan discount 50% untuk all item. e. Harga minuman beralkoholnya cenderung lebih murah daripada tempattempat sejenis di Surabaya. Keseluruhan program promosi, baik regular maupun khusus, disampaikan kepada masyarakat selama ini melalui: a. Surat kabar atau Koran: Memorandum dan Jawa Pos. b. Televisi: J-TV, stasiun televisi lokal Surabaya milik Jawa Pos Groups. c. X-Banner, diletakkan di depan pintu masuk Veranza yang dekat dengan jalan masuk perumahan Dukuh Kupang Barat I. d. Spanduk, diletakkan di area Veranza, Bravo House, dan Rasa Sayang. e. Baliho, khusus pada waktu ada event dan diletakkan di sekitar area Veranza, Bravo House, dan Rasa Sayang. f. Direct Mail berbentuk undangan bagi para pelanggan (member) lama dari Rasa Sayang Groups..
(3) 109. Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Veranza Pub, Karaoke, and Resto. (sambungan). g. Pesan promosi berbentuk bumper (multimedia) di ruang-ruang karaoke Veranza dan LCD proyektor di Hall pada lantai 1 dan 2 dari gedung Veranza. h. Sponsorship. Rencananya pada tahun 2007, Veranza akan men-sponsor-i program TVRI Surabaya. i. Kehumasan atau PR-ing melalui SMS Center kepada pelangganpelanggan. Sumber datanya dari database yang dimiliki perusahaan. Selain itu PR-ing juga via telepon oleh purel-purel Veranza kepada pelanggan, khususnya pelanggan yang telah lama tidak berkunjung ke Veranza Pub, Karaoke and Resto.. 4. Apakah Veranza membutuhkan jasa seorang desainer grafis untuk menyampaikan program-program promosi dari Veranza? Jika Ya, motivasi apakah yang melatar belakangi Veranza sehingga menggunakan jasa seorang desainer grafis untuk menyampaikan program-program promosi Veranza? Jawaban: Veranza mengakui bahwa ia membutuhkan jasa seorang desainer grafis. Motivasi dalam menggunakan jasa desainer grafis adalah berkaitan dengan tidak adanya sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan program-program grafis.. 5. Adakah pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam mennggunakan atau tidak menggunakan jasa desainer grafis tertentu? Sebutkan! Jawaban: Pertimbangan utama dalam memilih desainer grafis tertentu didasari faktor: harga murah, dan cepat penyelesainannya. Selain itu, pertimbangan lainnya berkaitan dengan sistem pembanyaran jasa desainer grafis, dapat dikredit atau dapat diutang. Situasi ini disebabkan motif bahwa Veranza hanya membutuhkan dan menggunakan. jasa. desainer. grafis. sebatas. untuk. membantu. mereka. mengkomunikasikan pesan promosi ataupun pesan pemasaran lainnya secara visual. Untuk masalah konsep, ragam pesan, bagaimana menyampaikan pesan, materi desain, serta proses visualisasi ditentukan sepenuhnya oleh Veranza..
(4) 110. Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Veranza Pub, Karaoke, and Resto. (sambungan). 6. Bolehkah Saya meminta dan meninjau karya-karya Veranza yang dibuat dengan bantuan seorang desainer grafis tertentu? Jawaban: Boleh. Hasil-hasil karya desain grafis, iklan surat kabar Memorandum, milik Veranza yang dibuat dengan bantuan desainer grafis adalah sebagai berikut:. 7. Jika Saya amati, mengapa Veranza menggunakan materi foto dalam iklaniklannya seperti iklan di atas? Jelaksan alasan mengapa dibentuk tampilan seperti iklan di atas? Dalam beberapa iklan itu, mengapa terdapat beberapa iklan yang mencantumkan identitas lain, selain identitas Veranza?.
(5) 111. Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Veranza Pub, Karaoke, and Resto. (sambungan). Jawaban: Materi foto yang digunakan umumnya berupa hasil foto studio yang diperoleh Veranza dari pihak manajemen artis bersangkutan. Veranza memilih pose-pose yang demikian dikarenakan Veranza beranggapan bahwa pose-pose yang demikian mampu menarik orang yang melihatnya dan bukan berdasarkan riset. Selain itu, Veranza tidak mengetahui dan tidak memahami teknik mendesain yang baik, sehingga hasil visualisasi karya iklannya menjadi seperti gambar di atas. Sehubungan keterbatasan dana promosi, maka beberapa iklan di atas berbentuk iklan gabungan dari event-event Rasa Sayang Groups. 8. Selama ini, apakah Veranza merasa puas dengan hasil pengerjaan desainer grafis yang Veranza gunakan jasanya? Mengapa? Jelaskan alasannya! Jawaban: - Selama ini, komplain pihak Veranza terhadap desainer grafis yang pernah digunakan Veranza, disebabkan faktor kesalahan teknis produksi. Kompensasinya lebih ditekankan Veranza pada faktor pemotongan harga (total biaya pembuatan karya desain grafis). - Dengan membuat dan memasang iklan di surat kabar, pendapatan “Veranza” dan jumlah pengunjung “Veranza” berhasil meningkat.. 9. Siapakah pengunjung Veranza Pub, Karaoke, and Resto. selama ini? Jawaban: Profil pengunjung: a. SES Menengah ke Bawah (40% dari total pengunjung), b. SES Menengah ke Atas (60 % dari total pengunjung), c. Suka musik dangdut, suka cewek, dan minuman beralkohol dengan harga yang relatif murah dibandingkan tempat-tempat sejenis lainnya..
(6) 112. Lampiran 1: Hasil Wawancara dengan Veranza Pub, Karaoke, and Resto. (sambungan). 10. Menurut Veranza, apakah desainer grafis itu? Jawaban: - Orang yang bertugas mengkomunikasikan pesan secara visual kepada masyarakat, khususnya mereka yang tergolong dalam kriteria: suka musik dangdut, suka cewek, dan suka minum minuman beralkohol dengan harga yang relatif murah dibandingkan tempat-tempat sejenis lainnya. - Orang yang mahir dalam menjalankan program-program grafis, seperti Adobe Photoshopdan Corel Draw. 11. Jadi, menurut Anda desainer grafis hanya bertugas mem-visual-kan pesanpesan promosi Veranza? Mengapa Anda beranggapan demikian? Jawaban: Benar. Selama ini, segala konsep, pesan apa yang ingin disampaikan, serta segala materi desain berasal dari Veranza. Dalam pandangan Kami, desainer hanya bertugas untuk membantu Veranza dalam mengkomunikasikan pesan-pesan Veranza dengan lebih menarik secara visual kepada masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, maka Veranza bersikap demikian. 12. Apakah dalam menjalankan tugasnya, para desainer grafis yang pernah Anda gunakan selama ini tidak pernah mengemukakan alasan-alasan mengapa bentuk tampilannya dibuat semacam itu? Jawaban: Kami (Veranza) tidak terlalu mementingkan konsep-konsep yang melatar belakangi dibentuknya tampilan yang demikian, karena Kami lebih mementingkan hasil tampilan itu dapat menarik orang untuk berkunjung ke tempat kami. Selama pesan yang tercantum dalam karya desain yang dibuat seseuai dengan apa yang Kami sampaikan kepada desainer tersebut, hasil produksinya “tidak cacat”, dan dapat diselesaikan dengan cepat, serta biaya pembuatannya murah; maka Kami menganggap bahwa hal-hal lainya tidak penting. Selain itu, masalah konsep tampilannya, Kami tidak terlalu menganggapnya sebagai suatu hal yang penting; karena Kami tidak begitu paham ilmu atau teknik mendesain yang baik dan benar..
(7) 113. Lampiran 2: Profil ADGI (Indonesia Design Professional Asosiation) Surabaya.
(8) 114. Lampiran 2: Profil ADGI Surabaya (sambungan).
(9) 115. Lampiran 2: Profil ADGI Surabaya (sambungan). Ideas (Insan Desain Grafis Surabaya) Data pengurus & anggota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18. Nama Jeffri Daniel S Buyung Prawira Yoshua Alpha Buana Brillian Yotenega Bing Fei Vera Christina Erliana Yogi Tan Daniel Suhadi K. Henry Darwin Eldo W Amelia Sidik Willy Widjaja Rendi Dian Narendra Ageng Rezha. Posisi Penasihat. Perusahaan PT Pelangi Grafika. email [email protected]. Penasihat. Surya Prima Jayatama. [email protected]. Ketua Umum. Arc/hitec Graphic. [email protected]. Ketua I Ketua II Sekretaris Bendahara I Bendahara II Anggota Anggota Anggota Anggota. Neo Imago Vaith Design Office PT Pelangi Grafika. [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]. Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota. Surya Prima Tan Design W2 Design Studio Design. PT Pelangi Grafika Lia Branding Consultant PT Artindo Design. [email protected] [email protected]. Sumber: Yoshua Alpha Buana (Ketua Umum ADGI Surabaya) Kemudian, seiring dengan adanya Kongres ADGI di Jakarta serta diundangnya para wakil IDEAS pada acara tersebut, akhirnya disepakati untuk meleburnya IDEAS dengan ADGI menjadi ADGI Chapter Surabaya..
(10) 116. Lampiran 2: Profil ADGI Surabaya (sambungan) ADGI Chapter Surabaya di-launching-kan melalui sebuah event pada tanggal 14-15 September 2006 di Hotel Majapahit. Surabaya. Dalam event ini diadakan rangkaian acara mulai dari lomba hingga seminar, yang dapat diikuti oleh segenap praktisi desainer grafis Surabaya. Adapun susunan kepengurusan acara yang bertema “Light Up The Spirit” adalah sebagai berikut:. Dalam event ini, diperkenalkan kepada para praktisi desainer grafis Surabaya yang datang, visi dan misi ADGI, pengurus ADGI Surabaya, serta benefit bagi mereka yang bergabung sebagai anggota ADGI. ADGI VISION: To become credible and reputable design professional organization that can protect, serve, and advance the career and the business of its members. ADGI MISSION: - To make design as a respected profession in Indonesia - To protect and encourage the creation of intellectual property by Indonessian designer.
(11) 117. Lampiran 2: Profil ADGI Surabaya (sambungan) - To position design as one of the main elements that contributes to the national economic growth - To be mediator between the academic world and the industry, between the business world and the design professionals - To ensure professional quality by providing standardized practice guidelines and academic curriculum design - To sustain the life cycle of design profession by continously nurturing new designer ADGI STRATEGY: Step 1: gain support and unifying spirit from all design professional Step 2: appoint a team to handle the national organization’s direction and operation Step 3:. gain support from government and international design community. Step 4:. gain support and respect from business community. Step 5:. protect, serve, and advance design professional’s career and business. Diagram Illustrasi Permasalahan Desain Grafis Saat Ini (Sumber: Buku Kongres Pertama ADGI).
(12) 118. Lampiran 2: Profil ADGI Surabaya (sambungan).
(13) 119. Lampiran 3: Pedoman Wawancara “Praktisi”. Adapun beberapa materi yang ditanyakan kepada kelompok perwakilan dari industri yang bergerak di bidang jasa desain grafis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan iklim bisnis dari profesi yang Anda tekuni selama ini? Menurut Anda, bagaimana perkembangan tingkat kesadaran, tingkat kebutuhan, dan tingkat apresiasi masyarakat terhadap desainer grafis saat ini? 2. Menurut Anda, jasa apakah yang ditawarkan seorang desainer grafis kepada klien pada umumnya? 3. Menurut Anda apakah masyarakat umum, khususnya pihak klien, benar-benar memahami tugas dari seorang desainer sebagai seorang perancang pemecahan masalah? Ataukah masyarakat beranggapan bahwa desainer bertugas tidak lebih dari seorang ”tukang setting” yang bertugas membantu mengatur dan mengorganisir ide, konsep komunikasi pesan, dan membentuk pengolahan pesan-pesan mereka (klien) secara visual? Mengapa klien bersikap seperti itu? 4. Adakah kode etik atau aturan-aturan resmi tertulis yang seharusnya dipatuhi atau mungkin wajib dilakukan oleh seorang desainer grafis sebagai bentuk tanggung jawab terhadap profesi mereka? Menurut Anda, apakah aturan semacam itu perlu dibuat? Seberapa efektif peraturan tersebut dalam mengatasi ataupun menyelesaikan permasalahan-permasalahan free-pitching, dan lain-lain? Mengapa Anda berpendapat demikian? 5. Ketika klien bersedia untuk menggunakan jasa seorang desainer, umumnya kedua belah pihak akan menandatangani sebuah surat kesepakatan yang dikenal sebagai Purchase Order (PO). Umumnya, hal-hal apa saja yang seharusnya ada dalam sebuah Purchase Order (PO) atau kontrak kesepakatan kerja tersebut? Menurut Anda, seberapa penting dan seberapa efektif Purchase Order itu? Mengapa Anda berpendapat demikian? 6. Berdasarkan pengamatan di lapangan, saat ini persaingan bisnis di kalangan pelaku industri jasa desain grafis, khususnya beberapa percetakan, seringkali tidak menawarkan ataupun tidak mencantumkan biaya desain sebagai sesuatu yang seharusnya dibayar oleh pengguna jasa desainer grafis. Berikan tanggapan Anda! Apakah fenomena itu, memiliki dampak negatif terhadap tingkat kebutuhan dan tingkat apresiasi masyarakat terhadap profesi desainer grafis? Mengapa Anda beranggapan demikian?.
(14) 120. Lampiran 3: Pedoman Wawancara “Praktisi” (sambungan). 7. Dari hasil observasi, pihak klien terkadang lebih mengutamakan faktor harga dan waktu penyelesaian yang relatif cepat dalam mengerjakan sebuah perancangan karya grafis. Benarkah hal semacam ini juga terjadi di komunitas sekitar Anda? Mengapa hal semacam ini dapat terjadi? Bagaimana Anda menyikapi hal semacam ini? 8. Adakah kecenderungan-kecenderungan tertentu lainnya, selain yang telah Saya sebutkan pada beberapa pertanyaan-pertanyaan sebelumnya? Jika Ada, kecenderungan apakah itu? Jelaskan sebab-sebab terjadi kecenderungan itu dan bagaimana Anda menyikapinya! 9. Menurut Anda, kualitas hasil karya desain grafis saat ini, dalam range 1-10, ditinjau dari beberapa aspek berikut: a. Ide dan Konsep Karya Desain Grafis b. Tingkat eksekusinya atau craftmanship-nya c. Proses penyampaian pesan-pesan yang ada melalui karya desain yang bersangkutan, kepada kelompok sasarannya. d. Tinjauan fungsional dari karya-karya desain grafis dalam menyelesaikan sebuah permasalahan sosial secara terkonsep. e. Tinjauan faktor penghargaan atau apresiasi, baik secara nonnominal maupun nominal dari pihak klien. 10. Bagaimana penilaian Anda terhadap karya Desain Grafis berikut? (dengan berdasar pada beberapa aspek yang telah disebutkan di pertanyaan no. 9)..
(15) 121. Lampiran 3: Pedoman Wawancara “Praktisi” (sambungan). 11. Pernahkah pihak klien meng-komplain hasil karya desain yang Anda buat? Jika Pernah, berkaitan dengan hal apakah komplain tersebut? Bagaimana cara Anda menyikapi komplain tersebut? Mengapa Anda bersikap demikian? 12. Menurut Anda, apakah hasil karya desain grafis secara keseluruhan, baik secara visual (tampilan) maupun secara teknis produksi, cukup berpengaruh dalam mengukur peningkatan/penurunan tingkat kebutuhan dan tingkat apresiasi masyarakat terhadap profesi desainer grafis? Mengapa? 13. Berikan tanggapan Anda pada fenomena-fenomena yang dimuat pada www.sdf.or.id (terlampir), beserta alasan kenapa Anda beranggapan demikian! 14. Ceritakan sekilas tentang profil Anda! (bekerja dimana, menjadi praktisi selama berapa lama, bergabung dalam perkumpulan desain grafis apa saat ini).. -- Terima Kasih --.
(16) 122. Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Hastjarjo B. Wibowo Profil Narasumber Wawancara Nama. : Hastjarjo B. Wibowo. Handphone : +628161115148. Jenis Kelamin: Laki-laki E-mail. : [email protected]. Bibliografi : - Mantan Presidium ADGI (Indonesia Design Profesional Association) - Founder FDGI (Forum Desain Grafis Indonesia) - Dosen Jurusan Desain Grafis Universitas BINUS (Bina Nusantara) - Staff pengurus “Gedung 28”, sebuah galeri seni dan desain di Jl. Kemang Utara 28 – Jakarta Selatan. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. Hasil Wawancara 1. Bagaimana perkembangan desain grafis di Indonesia, khususnya di Jakarta, sejak tahun 90-an hingga sekarang? Jawaban: -. Di Jakarta, kondisinya lebih baik dibandingkan sebelum tahun 90-an, karena pada waktu itu desain grafis belum begitu dikenal oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di Jakarta.. -. Semenjak tahun 1993, telah banyak berdiri sekolah-sekolah desain grafis di Jakarta, sehingga masyarakat menjadi lebih mengenal dunia desain grafis.. -. Akan tetapi, perkembangan industri desain grafis (seperti biro iklan dan design house) saat ini masih belum ”mapan” serta dunia pendidikan desain grafis di Indonesia masih tidak semaju di luar negeri. Akibatnya, kualitas bisnis desain grafis, baik dari segi struktural (industrial) maupun SDM-nya (desainer grafis), masih belum begitu baik dibandingkan di luar negeri.. -. Di Indonesia, terdapat sekitar 20.000 institusi-institusi pendidikan desain grafis, dengan sekitar 5.000 orang lulusan setiap tahunnya. Akan tetapi, di mata pelaku industri, lulusan-lulusan tersebut belum banyak yang ”capable” kualitasnya untuk memenuhi persyaratan kebutuhan dunia industri desain grafis saat ini. Maksudnya, dari sekian banyak lulusan yang mendaftar sebagai desainer di industri-industri desain grafis, ketika di-training selama ± 3 – 6 bulan, ternyata tidak semuanya berhasil menjadi desainer yang memang benar-benar dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pasar saat ini..
(17) 123. Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Hastjarjo B. Wibowo (sambungan). 15. Menurut Anda, jasa apakah yang ditawarkan seorang desainer grafis kepada klien pada umumnya? Bagaimana perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap profesi desainer grafis saat ini? Berikan contoh kasusnya dan jelaskan kenapa dapat terjadi seperti kasus itu! Jawaban: -. Klien atau pengguna jasa desainer grafis saat ini, belum begitu banyak yang paham terhadap tingkat kebutuhannya ketika ”hire” seorang desainer grafis. Menurut saya, desainer sebenarnya merupakan problem solver, yang terbagi atas ”kelas-kelas” atau tingkatan-tingkatan tertentu berdasarkan faktor kualitas maupun kompetensi dari kemampuannya. Seharusnya, klien wajib memahami hal ini, sehingga tidak terjadi suatu kondisi dimana desainer pemula diperbandingkan atau ditandingkan dengan desainer ”pro”, atau freelance vs ad-agency.. -. Belum adanya aturan tata laku keprofesian desainer grafis yang diterbitkan dan diakui oleh pemerintah maupun institusi-institusi terkait, merupakan salah satu penyebab. Maksudnya, bargain position desainer dengan klien sangat lemah, sehingga klien dapat bersikap ”semau gue” terhadap desainer, misalnya: mengadakan free-pitching ketika membutuhkan jasa desainer grafis untuk kepentingannya, atau membayar jasa desainer grafis dengan murah dan tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya, dan lain-lain.. -. Menurut saya, tidak semua orang dapat menjadi desainer. Akan tetapi, saat ini, siapa saja yang dapat mengoperasikan program grafis (seperti photoshop, freehand, dan lain-lain) ataupun merupakan lulusan institusi pendidikan desain grafis, dapat meng-klaim bahwa dirinya adalah desainer grafis. Penyebabnya, adalah belum adanya sebuah sistem ”sertifikasi” yang menjamin dan menyatakan seseorang sebagai desainer grafis. Lain halnya dengan dokter. Dokter wajib memiliki izin praktek untuk dapat menjalani profesinya dan izin ini diakui oleh pemerintah maupun IDI (Ikatan Dokter Indonesia), sehingga tidak semua orang dapat membuka praktek dan berprofesi sebagai dokter..
(18) 124. Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Hastjarjo B. Wibowo (sambungan) 16. Adakah kode etik atau aturan-aturan resmi tertulis yang seharusnya dipatuhi atau mungkin wajib dilakukan oleh seorang desainer grafis sebagai bentuk tanggung jawab terhadap profesi mereka? Menurut Anda, apakah aturan semacam itu perlu dibuat? Seberapa efektif peraturan tersebut dalam mengatasi ataupun menyelesaikan permasalahan-permasalahan free-pitching, dan lain-lain? Mengapa Anda berpendapat demikian? Jawaban: Dari yang Saya dengar, rencananya ADGI sedang membuat rancangannya. Menurut Saya, aturan semacam ini perlu diterbitkan agar kasus seperti freepitching, dan lain-lainnya; dapat segera diatasi. Seharusnya, dengan adanya peraturan semacam ini, dapat terbentuk semacam “standarisasi”, khususnya dalam hal harga jasa desainer grafis; sehingga klien dapat mengetahui ukuran kelayakan dalam membayar jasa seorang desainer grafis. Namun, Saya tidak dapat menjamin hasilnya karena aturan ini masih dalam bentuk draft atau rencana dan belum diterbitkan oleh ADGI. 17. Ketika klien bersedia untuk menggunakan jasa seorang desainer, umumnya kedua belah pihak akan menandatangani sebuah surat kesepakatan yang dikenal sebagai Purchase Order (PO). Umumnya, hal-hal apa saja yang seharusnya ada dalam sebuah Purchase Order (PO) atau kontrak kesepakatan kerja tersebut? Menurut Anda, seberapa penting dan seberapa efektif Purchase Order itu? Mengapa Anda berpendapat demikian? Umumnya, hal-hal apa saja yang seharusnya ada dalam sebuah Purchase Order (PO) atau kontrak kesepakatan kerja tersebut? Jawaban: -. -. -. Sebenarnya kontrak kerja atau PO atau semacam ini cukup penting manfaatnya dalam menjamin terbentuknya iklim bisnis yang saling menguntungkan antara desainer dengan klien. Namun, dalam prakteknya, klien seringkali tidak mau menandatangani kontrak kerja sebelum ia (klien) mengambil keputusan untuk menggunakan jasa desainer A dan bukan desainer B. Hal semacam ini biasanya dilakukan oleh klien yang suka melakukan free-pitching. Belakangan ini di dunia industri desain grafis di Jakarta, dikenal NDA (NonDisclosure Aggreement). NDA merupakan sebuah persetujuan yang ditawarkan kepada klien sebelum memulai presentasi awal, yaitu sebelum kontrak kerja atau PO ditanda tangani oleh klien. NDA ini lahir dilatar belakangi makin maraknya free-pitching..
(19) 125. Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Hastjarjo B. Wibowo (sambungan) -. Free-pitching dianggap merugikan, karena besarnya kemungkinan bahwa ide yang dipresentasikan “dicuri” klien, sedangkan pihak yang dirugikan (industri desain grafis maupun desainer) tidak dapat menuntut tindakan klien tersebut secara hukum.. -. Hal-hal yang biasanya ada dalam kontrak kerja, adalah berkaitan dengan hak dan kewajiban antar dua belah pihak yang menandatangi kontrak tersebut. Secara singkat, isi dari kontrak kerja adalah besar keawjiban yang harus dibayar oleh klien, lama waktu pengerjaan proyek, tahap-tahap pengerjaan beserta anggaran produksinya, teknik-teknik untuk mengajukan “klaim”, dan lain-lain.. 18. Berdasarkan pengamatan di lapangan, saat ini persaingan bisnis di kalangan pelaku industri jasa desain grafis, khususnya beberapa percetakan, seringkali tidak menawarkan ataupun tidak mencantumkan biaya desain sebagai sesuatu yang seharusnya dibayar oleh pengguna jasa desainer grafis atau klien. Bagaimana tanggapan Anda? Jawaban: -. Keadaan seperti itu tidak terlalu berpengaruh, selama desainer maupun pelaku industri desain grafis lainnya memiliki ”bargain power” yang cukup kuat. Pada prinsipnya, klien memang berhak menentukan desainer grafis mana yang akan digunakannya. Di lain pihak, desainer juga memiliki hak untuk menentukan besar biaya pengerjaan proyeknya secara jelas. Dengan kata lain, baik desainer maupun klien memiliki hak dan kewajiban yang sama-sama seimbang.. -. Bahkan, perkembangan internet saat ini memungkinkan desainer untuk meningkatkan ”bargain power”-nya, karena teknologi internet memungkinkan desainer grafis Indonesia untuk bersaing dengan desainer grafis internasional.. -. Oleh karena itu, dalam pandangan Saya, klien perlu diedukasi (dididik) agar mereka paham dan menghargai desain grafis, sehingga mereka menyadari bahwa jasa desainer grafis ”layak” untuk mereka hargai dengan nominal tertentu.. -. Fenomena penawaran free-design oleh percetakan maupun supplier (sebutan bagi elemen-elemen pendukung teknis produksi karya desain grafis), juga terjadi di Jakarta. Fenomena ini tidak terlalu mempengaruhi tingkat kebutuhan klien di.
(20) 126. Lampiran 4: Hasil Wawancara dengan Hastjarjo B. Wibowo (sambungan). Jakarta dalam jumlah yang cukup besar, karena budaya dan iklim bisnis di Jakarta yang membuat klien-klien tertentu, khususnya dari perusahaan-perusahaan multinasional, lebih cenderung menyadari pentingnya jasa desainer grafis dalam memasarkan produk atau bisnis mereka.. 19. Adakah kecenderungan-kecenderungan tertentu, selain yang telah disebutkan pada beberapa pertanyaan sebelumnya, dari masyarakat umum, khususnya klien, yang mungkin memiliki dampak negatif bagi perkembangan tingkat kebutuhan dan tingkat apresiasi masyarakat terhadap profesi desainer grafis? Jika Ada, kecenderungan apakah itu? Jawaban: Ada. Dari hasil pengamatan Saya, dunia pendidikan desain grafis di Indonesia masih banyak perlu diperbaiki, khususnya untuk pendidikan S1 (Sarjana) desain grafis atau yang dikenal sebagai Sarjana Seni, karena pada perkembangannya di luar negeri, lulusan S1 lebih ditekankan pada pengembangan keilmuan dan bukan sebagai tenaga siap atau pekerja semata; berbeda dengan lulusan Diploma. Selain itu, di Indonesia saat ini banyak institusi-institusi pendidikan desain grafis yang perlu dipertanyakan kredibilitasnya, karena hingga saat ini dari hasil diskusi Saya dengan rekan-rekan industri desain grafis, lulusan desain grafis saat ini banyak yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.. 7. Menurut Anda, apakah penggunaan software” bajakan” merupakan salah satu penyebab sikap kurang menghargai dari klien terhadap desainer grafis saat ini? Mengapa Anda beranggapan demikian? Jawaban: Tidak. Pada dasarnya penggunaan software atau program merupakan sarana pendukung semata. Dalam perkembangannya di luar negeri, penggunaan software asli (original) justru menyebabkan kenaikan harga jasa desainer grafis, karena klien dianggap menyewa software asli itu dari desainer bersangkutan. Jadi, penggunaan software asli atau tidak, bukan menjadi penyebab sikap kurang menghargai klien saat ini, melainkan sikap kurang menghargai itu dilatar belakangi rendahnya tingkat pengenalan dan pemahaman masyarakat, khususnya klien, terhadap desain grafis dan profesi desainer grafis..
(21) 127. Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Jeanny Hardono dan Yuli Andrian. Profil Narasumber Wawancara 1. Nama E-mail. : Jeanny Hardono. Jenis Kelamin: Perempuan. : [email protected]. Bibliografi : - Ketua CCI (Creative Circle Indonesia) saat ini. - Sr. Creative Director dari Dentsu Indonesia saat ini. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. 2. Nama E-mail. : Yuli Andrian. Jenis Kelamin: Laki-laki. : [email protected]. Bibliografi: - Senior Art Director dari Dentsu Indonesia saat ini. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. Keduanya bekerja di Dentsu Indonesia, sebuah biro periklanan (ad-agency) yang terletak di lantai 20 dari Graha Niaga (Jl. Jenderal Sudirman Kav. 58, Jakarta 12190).. Hasil Wawancara 2. Bagaimana perkembangan desain grafis di Indonesia, khususnya di Jakarta, sejak tahun 90-an hingga sekarang? Jawaban: Jeanny: - Desainer grafis saat ini, khususnya mereka yang tergolong freshgraduated, cukup banyak yang objective-nya tidak jelas. - Dalam dunia periklanan, peranan desainer grafis, yang biasa menempati jabatan sebagai visualizer di kantor Saya, merupakan komponen pendukung yang cukup penting. Desainer grafis sebenarnya bertugas untuk mengkomunikasikan suatu pemecahan permasalahan secara terkonsep kepada target yang telah disepakati. - Dari hasil pengamatan Saya, umumnya lulusan sekolah desain grafis yang belum begitu ”capable” dalam memenuhi kebutuhan industri periklanan saat ini. Ketika mereka melamar di tempat kerja Saya, dari karya-karya yang mereka perlihatkan dalam portfolio mereka, tidak dapat langsung dipercayai semuanya. Maksudnya adalah ketika Saya mencoba bertanya kepada lulusan desainer grafis itu, ternyata konsep.
(22) 128. Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Jeanny Hardono dan Yuli Andrian (sambungan). atau ”reason” dari karya yang mereka buat, cenderung tidak dapat dipertanggung jawabkan sepenuhnya sebagai sebuah ”reason” yang benar-benar sanggup memenuhi kebutuhan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat. Dengan kata lain, hasil karya mereka (lulusan desainer grafis saat ini) memiliki ketidak jelasan faktor objective-nya. Oleh karena itu, saya tidak mudah mempercayai apa yang terdapat dalam sebuah portfolio seorang lulusan desainer grafis, khususnya fresh-graduate, saat ini. - Pada jaman dahulu, sebelum ada komputer, biasanya langkah pertama yang diambil oleh seorang desainer adalah merumuskan konsep dahulu, baru membuat gambar manual-nya. Namun, saat ini, setelah teknologi komputer telah berkembang, desainer, khususnya para freshgraduated, cenderung mengutamakan teknik pembuatan sebuah karya desainnya dahulu, tetapi bukan merumuskan konsepnya dahulu. Dengan kata lain, saat ini para desainer grafis cenderung mem-visualkan atau menggambarkan hasil eksekusi karya desainnya dahulu daripada merumuskan konsepnya. Hal ini dapat terjadi, karena adanya komputer yang cukup memudahkan proses penggambaran bentuk visual sebuah karya dengan cepat dibandingkan dengan penggambaran secara manual. 20. Perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap profesi desainer grafis saat ini, dari hasil pengamatan, faktor “bargaining” atau selling point serorang desainer grafis cukup lemah posisinya di mata klien. Bagaimana tanggapan Anda? Kenapa dapat terjadi seperti kasus seperti ini? Jawaban: Jeanny: - Bargaining atau selling point desain grafis, sebenarnya dapat dicapai dengan membangun trust (kepercayaan) dengan klien. Trust ini dibangun dengan memahami daya terima dan daya serap dari seorang klien. Maksudnya, konsep dan konteks dari karya desain perlu diterjemahkan ke dalam alasan yang lebih rasional, sesuai dengan.
(23) 129. Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Jeanny Hardono dan Yuli Andrian (sambungan) “bahasa” yang klien pahami, agar klien menjadi mengerti dan paham konsep, konteks, dan tujuan kenapa karya desainnya dibuat demikian. - Selain itu, faktor bargaining atau selling point, juga dapat dibangun melalui awardness klien melalui suatu usaha pencapaian “result” secara konkret kepada klien. Maksudnya, bahwa karya desain yang dibuat dengan konsep sedemikian rupa, memiliki peluang yang cukup besar dalam mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan klien, misalnya. dapat. meningkatkan. pembelian. ataupun. awardness. konsumen mereka (klien). - Usaha yang dapat ditempuh agar awardness klien maupun masyarakat terhadap desain grafis dapat meningkat secara tak langsung, adalah: (1) membangun relationship antara pelaku desain grafis dengan klien, sebagaimana yang ada dalam konsep MLM (Multi Level Marketing), (2) membuat semacam “Skem Ad” atau “Inspire Ad” bertemakan halhal yang mampu membuat masyarakat menjadi menghargai desain grafis. Keduanya, dikemas dengan konsep pengedukasian masyarakat terhadap desain grafis, dengan gaya bahasa yang masyarakat pahami. 21. Menurut Anda, apakah aturan tentang tata laku keprofesian desainer grafis, perlu dibuat? Seberapa efektif peraturan tersebut dalam mengatasi ataupun menyelesaikan permasalahan-permasalahan free-pitching, dan lain-lain? Mengapa Anda berpendapat demikian? Jawaban: Jeanny: - Tidak perlu, karena kurang begitu efektif. - Aturan semacam itu justru dapat menyebabkan penghambatan kemampuan masyarakat untuk dapat memahami desain grafis secara baik dan benar. - Permasalahan free-pitching dan sebagainya, kurang efektif jika diselesaikan melalui penerbitan aturan semacam ini. Permasalahan free-pitching, intinya justru terletak pada bagaimana desainer membangun faktor bargaining atau selling point-nya di mata klien. Selain itu, desainer grafis perlu menghadapi free-pitching semacam ini dengan menerapkan suatu seleksi dan investasi (built portfolio yang.
(24) 130. Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Jeanny Hardono dan Yuli Andrian (sambungan) desainer miliki). Maksudnya, desainer perlu bersikap tegas dan memilih klien-klien tertentu yang dapat “menghargai” dirinya. Bahkan, sikap tegas itu perlu dipegang teguh, meskipun nantinya MOU (Memo of Understanding) atau kontrak kerja tidak ditanda tangani klien. 22. Dalam topik diskusi yang terdapat di www.sdf.or.id tentang “Harga Sebuah Desain Grafis”, hasil pengamatan menunjukkan bahwa jasa desainer grafis di Surabaya lebih tidak dihargai dan dipandang murah oleh klien, dibandingkan dengan apa yang terjadi di Jakarta. Berikan tanggapan Anda! Jawaban: Jeanny: - Klien itu sebenarnya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: (1) klien yang money oriented dan (2) klien yang appreciate first and money later (3) klien award/porto. - Sebenarnya, ide sebuah karya desain dapat dieksekusi dengan murah, tetapi dengan value yang tinggi. Inilah yang disebut dengan unexpected idea. Salah satu contoh adalah konsep dari kampanye periklanan sebuah perusahaan fast-food Amerika, Burger King. Dalam kampanye periklanannya, ide yang diusung oleh biro iklannya adalah menggabungkan makna “ayam” sebagai makanan dengan makna “ayam” sebagai hooker atau pekerja seks komersial yang dapat dipilih sesuka hati penggunanya. Ide ini dieksekusi sederhana, menarik dan murah, tetapi “value” pesannya cukup tinggi; karena pengemasan pesan tentang “get chicken just the way you like it” cukup memanfaatkan interactive media via internet dan ambience media: seorang berkostum ayam yang berjalan-jalan di tempat keramaian sambil melakukan gayagaya bermain seks. Bentuk iklan interactive media-nya sebagai berikut: 1. 2.
(25) 131. Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Jeanny Hardono dan Yuli Andrian (sambungan) - Belakangan ini perusahaan-perusahaan pengguna jasa desainer grafis dan periklanan, banyak yang menerapkan “Global Ad”: satu konsep iklan yang dipakai untuk kebutuhan periklanan di berbagai negara pemasaran klien. Dalam hal ini, biasanya beberapa klien menekankan optimalisasi biaya. Dengan kata lain, menekankan harga produksi yang murah. Menyikapi hal seperti ini, biasanya biro iklan berkompromi dengan PH (Production House). Akan tetapi, keadaan dimana klien yang menekankan harga murah ini, bukan berarti mereka tidak menghargai jasa perancang “Global Ad” tersebut. 23. Bagaimana penilaian Anda pada iklan berikut?(gambar: lihat lampiran 3, No. 10). Jawaban: Jeanny. : - Selling point adalah foto dan harga bir pada iklan baris pertama kiri atas.. Yuli Adrian : - Dalam pandangan sebagai Senior Art Director, iklan-iklan di atas tidak menarik. Akan tetapi, jika dianalisa dari target market Veranza yang menurut perkiraan Saya mayoritas cowok, iklan ini menarik, karena foto-fotonya yang seksi. - Menurut Saya, pihak Veranza tidak mementingkan kualitas, selling point iklannya diatur agar mudah dibaca dengan jelas. Jadi, iklan ini tergolong iklan Hard Sell, yang mana dalam penilaian Saya, iklan-iklan Hard Sell semacam ini cenderung mengesampingkan faktor estetik dan lebih mengutamakan profit.. 24. Bu Jeanny, Anda saat ini menjabat sebagai ketua dari CCI (Creative Circle Indonesia). CCI itu apa? Kapan berdirinya? Visi dan misinya apa? Targetnya siapa? Jawaban: CCI berdiri sekitar Oktober 2001. Berdirinya CCI, bermula dari keinginan beberapa CD (Creative Director) untuk melatih tenaga-tenaga muda agar “siap pakai” di industri periklanan dan desain grafis. CCI bertujuan untuk: (1) Membantu “benchmarking” yang lebih baik..
(26) 132. Lampiran 5: Hasil Wawancara dengan Jeanny Hardono dan Yuli Andrian (sambungan) (2) To try inspire kaum muda yang bersemangat agar berada di jalan yang benar. Target-nya adalah orang-orang “fresh-graduated”. Penerapan program-program CCI adalah melalui semacam workshop atau pelatihan-pelatihan yang bekerja sama dengan instansi-instansi tertentu..
(27) 133. Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Eka Sofyan dan Tatang. Profil Narasumber Wawancara 1. Nama Telp.. : Eka Sofyan. Jenis Kelamin: Laki-laki. : (021) 8301696. E-mail. Handphone : +628161431319. : [email protected] [email protected]. Bibliografi : - Ketua FDGI (Forum Desain Grafis Indonesia) saat ini - Prinsipal dan desainer dari Paprieka Studio Desain, yang terletak di Jl. Tebet Barat 5C No. 30, Jakarta 12810. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. 2. Nama. : Tatang. Jenis Kelamin: Laki-laki. Bibliografi : - Desainer dari Paprieka Studio Desain, yang. terletak di Jl.. Tebet Barat 5C No. 30, Jakarta 12810. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. - Dosen dari salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta. Hasil Wawancara 3. Bagaimana perkembangan desain grafis di Indonesia, khususnya di Jakarta, sejak tahun 90-an hingga sekarang? Jawaban: Eka: - Dalam perkembangannya di masyarakat, desain grafis cenderung eksis dalam komunitas tertentu, yaitu: komunitas urban atau perkotaan. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan masyarakat urban yang berbudaya “moderen” membutuhkan teknik-teknik untuk berkomunikasi secara visual dengan baik, benar, dan tepat. - Dalam lingkup masyarakat urban yang berbudaya “moderen” itu, bentuk perwujudan. segala. aktivitas. kehidupan. masyarakatnya. cenderung. mengedepankan faktor “komersialisme.” Maksudnya, masyarakat cenderung mendukung dan mengembangkan segala kegiatan, yang mampu menghasilkan keuntungan-keuntungan bagi pelakunya, khususnya secara finansial. - Dalam berkomunikasi secara visual, pihak klien, belum mengetahui dan memahami bahwa kajian keilmuan dan keprofesian desain grafis.
(28) 134. Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Eka Sofyan dan Tatang (sambungan) sebenarnya berfungsi sebagai mediator permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi, dan bukan sumber (penyebab) ataupun hasil akhir (akibat) permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi. - Kecenderungan-kecenderungan yang terjadi seiring perkembangan desain grafis di Indonesia, khususnya di Jakarta, antara lain: (1) desainer grafis yang eksis, tidak semuanya memahami fungsional (benefit) dan tanggung jawab keprofesian yang mereka jalani, (2) anggota masyarakat, khususnya pengguna jasa desainer grafis atau klien, mayoritas “hanya sekedar tahu” studi dan keprofesian desainer grafis. - Untuk pengguna jasa desainer grafis atau klien yang “hanya sekedar tahu,” cenderung mengutamakan faktor harga yang murah daripada desain yang berkualitas (award winning). Contoh kliennya adalah Garuda Motor. - Untuk klien yang mengetahui dan menyadari kebutuhannya akan sebuah “solusi total” atas permasalahan yang klien hadapi, cenderung tidak lagi memperdulikan faktor harga. Contoh kliennya adalah RCTI. - Untuk desainer grafis yang belum memahami fungsional (benefit) dan tanggung jawab keprofesian mereka, mayoritas beranggotakan desainer grafis fresh graduated. - Beberapa kecenderungan yang terjadi pada desainer fresh graduated saat ini, antara lain: (1) masih rendahnya keinginan mereka untuk mengembangkan prinsip, keterampilan maupun wawasannya, (2) kecenderungan mereka menonjolkan kreativitas mereka semata, atau hebat berbicara tentang konsep karya mereka saja, tanpa memilki kemapuan analitik untuk memecahkan permasalahan sebenarnya (3) beberapa dari desainer fresh graduated saat ini, lebih mengandalkan kemampuan penguasaan teknologi. - Dalam teknik mempresentasikan karya desain kepada seseorang klien, desainer grafis seharusnya menggunakan bahasa yang dipahami klien, sehingga klien menjadi paham tentang konsep gagasan solusi yang ditawarkan desainer melalui karya desainnya. Dengan demikian klien tidak lagi “hanya sekedar tahu” bahwa karya desain yang dipresentasikan desainer.
(29) 135. Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Eka Sofyan dan Tatang (sambungan) - yang bersangkutan “baik” adanya. Akan tetapi, jumlah desainer yang paham akan hal ini masih relatif sedikit, atau bahkan minim sekali. - Penyebab minimnya jumlah desainer yang mampu mempresentasikan karya desain mereka sebagai suatu konsep gagasan solusi permasalahan klien, adalah disebabkan kecenderungan sekolah-sekolah desain grafis saat ini kurang “membekali” siswanya dengan kemampuan berpikir analitik. Dengan kata lain, di sekolah-sekolah desain grafis saat ini perlu diperbanyak sebuah pembelajaran studi kasus, agar siswanya mampu menganalisa setiap aspek permasalahan yang terjadi secara kritis. 25. Apakah dengan adanya rencana pemberlakuan aturan tata laku keprofesian desainer grafis, hasil kerjasama ADGI dengan pemerintah, mampu memberikan jaminan bahwa masyarakat akan mengapresiasi profesi desainer grafis secara baik dan benar?Mengapa Anda beranggapan demikian? Jawaban: Eka: - Tidak, karena segala regulasi, baik yang ada saat ini atau yang akan ada di masa mendatang, nantinya terserah kepada desainer grafis untuk menjalankannya. - Aturan semacam ini masih sulit diterapkan di Indonesia, karena faktor mentalitas dari para desainer grafis masih kurang baik, sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya. - Selain itu, profesi desainer grafis hanya dapat eksis dan berkembang pada komunitas tertentu. Akan tetapi, komunitas itu masih banyak yang belum paham tentang studi desain grafis maupun keprofesian desainer grafis. - Jadi, tidak perlu dibuat suatu aturan atau regulasi semacam ini. Akan lebih baik, jika para desainer grafis yang ada saat ini dibangun mentalitasnya terlebih dahulu agar mereka benar-benar memahami fungsi tanggung jawab keprofesian mereka dengan baik, benar dan tepat. Baru kemudian, biarkan para desainer yang telah terbangun mentalitasnya itu, yang memberikan pemahaman-pemahaman kepada klien nantinya. Memang tahapannya hanya dapat berlangsung secara evolutif..
(30) 136. Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Eka Sofyan dan Tatang (sambungan) 26. Menurut Anda, selaku ketua FDGI saat ini, jika nantinya desainer grafis telah terbangun mentalitasnya dengan baik, benar, dan tepat, sesuai dengan apa yang bapak utarakan sebelumnya, apakah terdapat jaminan bahwa masyarakat dapat menjadi lebih apresiatif terhadap desain grafis? Mengapa Anda berpendapat demikian?Berikan contoh kasusnya! Jawaban: Eka: - Dalam prediksi saya, kemungkinannya cukup menghasilkan sesuatu yang baik. - Di Amerika Serikat, sempat terjadi sebuah manifesto pernyataan dari para desainer di sana berbentuk sebuah penanda tanganan sebuah statement secara massal. Dalam statement atau pernyataan itu berisi pernyataan sikap dari para desainer untuk secara total menjadi desainer grafis yang bertanggung jawab terhadap profesinya dan menolak usaha-usaha dari kelompok-kelompok lain yang berdampak negatif bagi perkembangan profesi desainer grafis. 27. Jelaskan sekilas tentang visi dari FDGI, termasuk karakteristik perkumpulan ini dan kelompok sasarannya?Apa perbedaan FDGI dengan ADGI? Saat ini, selain ADGI dan FDGI, apakah ada asosiasi atau perkumpulan desain grafis lainnya? Jawaban: Eka: - FDGI bervisi untuk mencetak desainer-desainer grafis yang mampu membuat pengusaha-pengusaha (klien) yang open minded dan mau tahu, mau diajak berkomunikasi, tentang bidang keilmuan desain grafis. Singkatnya, FDGI berfungsi untuk mengedukasi dan mengembangkan studi keilmuan desain grafis - Karakteristik dari FDGI adalah dinamis, tidak terdapat keseketariatan, keanggotaanya bersifat sosial, dan ikatan antar anggota yang satu dengan yang lain berdasarkan ikatan komitmen. - Selain ADGI dan FDGI, sepengetahuan saya, terdapat perkumpulan lain yang juga bergerak di bidang desain grafis, yaitu: FGDGI (Forum Guru Desain Grafis Indonesia) - Perbedaan FDGI dengan ADGI: FDGI Æ edukasi dan studi desain grafis ADGI Æ ke arah keprofesian 5. Jika demikian, maka cukup banyak pula asosiasi desain grafis di tanah air. Seberapa besar peranan asosiasi-asosiasi ini dalam melindungi kepentingan.
(31) 137. Lampiran 6: Hasil Wawancara dengan Eka Sofyan dan Tatang (sambungan) desainer grafis itu sendiri? Mengapa dapat bermunculan asosiasi-asosiasi desain grafis selain FDGI? Jawaban: Eka: - Dalam pandangan saya, fungsi dari asosiasi-asosiasi desain grafis bukan berfungsi sebagai lembaga yang melindungi kepentingan desainer, tetapi lebih merupakan sebuah perkumpulan orang-orang yang membutuhkan inspirasi, sharing pengetahuan, referensi, dll. - Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi asosiasi adalah untuk membangun hubungan yang positif antar anggota, dalam menjalani keprofesian desain grafis. - Makin banyaknya asosiasi saat ini, saya rasa tujuannya adalah untuk makin memperbanyak pilihan bagi para profesional desainer grafis, khususnya dalam hal memilih asosiasi mana yang sesuai (cocok) dengan visi atau idealisnya. 6. Bagaimana penilaian Anda pada iklan berikut? (gambar: lihat lampiran 3, No. 10). Jawaban: Eka. : - Jika saya memposisikan diri sebagai masyarakat awam, iklan ini menarik, karena informasinya, tetapi bukan karena desainnya. - Jika sebagai desainer grafis, hasil visualnya tidak mampu mencerminkan kriteria desain yang baik, karena dalam konteks desain grafis, baik visual,copy, kedalaman masalah, tingkat penerimaan publik, citra perusahaaan, kekuatan media, dan elemen-elemen lainnya; semuanya saling berhubungan. - Menurut saya, visual tidak terlalu signifikan mempengaruhi tingkat kebutuhan dan tingkat apresiasi masyarakat terhadap profesi desainer grafis; karena media implementasi desain grafis cukup beragam dan masing-masing media memiliki keunggulannya sendiri-sendiri.. Tatang : - Dalam pandangan saya yang berkepribadian tidak suka “sosialisasi” dan “eksploitasi” sebagaimana yang ada dalam iklan ini, saya tidak tertarik untuk datang ke Veranza. Dengan kata lain, sehubungan informasinya ngga direct (terlalu bertele-tele) dan identik dengan halhal jorok (porno), saya tidak tertarik untuk melihatnya ataupun untuk datang ke Veranza. - Akan tetapi, hal semacam ini jika diperlihatkan untuk orang yang suka dangdut, desain iklan ini sudah tepat..
(32) 138. Lampiran 7: Hasil Wawancara dengan Lans Brahmantyo dan Chandra Rahmatillah Profil Narasumber Wawancara 1. Nama E-mail. : Lans Brahmantyo. Jenis Kelamin: Laki-laki. : [email protected]. Handphone : +6281310205030 Bibliografi : - Principal dari Afterhours, yang terletak di Jl. Merpati Raya 45, Jakarta 12870. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. 2. Nama E-mail. : Chandra Rahmatillah. Jenis Kelamin: Laki-laki. : [email protected]. Handphone : +628179892627 Bibliografi : - Creative Manager dari Afterhours, yang. terletak di Jl.. Merpati Raya 45, Jakarta 12870. - Praktisi Desainer Grafis di Jakarta selama lebih dari dua tahun. Hasil Wawancara 4. Bagaimana perkembangan desain grafis di Indonesia, khususnya di Jakarta, sejak tahun 90-an hingga sekarang? Jawaban: L. Brahmantyo: -. Semenjak tahun 1998, tepatnya setelah terjadinya “krisis moneter” di Indonesia, pengguna jasa desainer grafis di Jakarta, mulai “memperketat” budgeting mereka. Oleh karena itu, pengguna jasa desainer grafis di Afterhours cenderung memperbanyak kuantitas dan meminta kualitas material yang lebih bagus.. -. Secara keseluruhan, perkembangan budaya bisnis industri desain grafis di Jakarta sejak tahun 90-an hingga sekarang, lebih mengarah kepada budaya “moderen” (komersil) yang sangat kompetitif..
(33) 139. Lampiran 7:. Hasil Wawancara dengan Lans Brahmantyo dan Chandra Rahmatillah (sambungan) -. Beberapa klien di Jakarta, khususnya perusahaan skala nasional, dapat dikatakan bahwa mereka telah “sadar desain” sepenuhnya. Hal ini disebabkan adanya sekelompok pioner klien yang menyadari bahwa desainnya berhasil mencapai tujuan dan harapan yang diinginkannya.. -. Kemudian, sekelompok pioner ini menceritakan pengalaman keberhasilan mereka setelah menggunakan jasa desainer grafis tertentu, kepada rekan-rekan atau kerabat mereka via mouth-to-mouth. Oleh karena itu, keadaan bisnis jasa desain grafis di Jakarta, dapat bekembang seperti sekarang ini.. -. Kecenderungan bahwa bisnis jasa desain grafis di Jakarta lebih berkembang dibandingkan di luar Jakarta, dilatar belakangi beberapa faktor. Salah satunya, berkaitan dengan perihal banyaknya perusahaan-perusahaan nasional yang Headquarter atau kantor pusat mereka berada di Jakarta, sehingga segala kegiatan promosi ataupun hal-hal vital lebih banyak dikerjakan oleh kantor pusat di Jakarta, serta dengan “memaksimalkan pengadaan sumber daya”-nya dari Jakarta.. -. Untuk klien dengan limited budget, biasanya tetap dilayani. Akan tetapi, kami mengurangi beberapa item yang akan diproduksi. Meski demikian, kami tetap menjaga kualitasnya, khususnya yang berkaitan dengan ide pemecahan permasalahan.. -. Meninjau perkembangan kualitas lulusan sekolah desain grafis saat ini, atau yang dikenal sebagai desainer fresh graduated, masih sedikit yang benar-benar “capable”. Pihak Afterhours, mengukur tingkat “capable” ini berdasarkan portfolio dari para fresh graduated, yang umumnya mereka sertakan ketika hendak melamar kerja. Berdasarkan portfolio ini, kami (Afterhours) dapat mengetahui dan menentukan fresh graduated mana yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan kami..
(34) 140. Lampiran 7:. Hasil Wawancara dengan Lans Brahmantyo dan Chandra Rahmatillah (sambungan). 28. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saat ini, dalam menjalani profesi sebagai desainer grafis, seringkali terjadi fenomena-fenomena seperti: free pitching, percetakan yang menggratiskan jasa pembuatan desain, pandanganpandangan masyarakat bahwa desainer tidak lebih dari seorang “tukang setting” atau “visualizer”, dan fenomena-fenomena yang mengandung budaya kompetisi ataupun perlakuan pengguna yang “kurang sehat” lainnya. Meenurut Anda, apakah penyebab dari semua hal itu? Mengapa Anda beranggapan demikian?Dan, apakah solusi yang tepat untuk mengatasinya? Jawaban: L. Brahmantyo -. Menurut saya, semua hal itu disebabkan cukup banyak faktor.. dan Chandra R: -. Pertama, kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah yang ada saat ini, tidak memihak bidang seni dan desain, terutama kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan.. -. Kedua, asosiasi keprofesian desain grafis saat ini masih belum mampu memberikan jaminan ataupun solusi yang mampu mendukung agar profesi desainer grafis menjadi lebih dihargai di masyarakat kita.. -. Ketiga, masyarakat sendiri, terutama klien, belum semuanya yang mampu memahami istilah “graphic design” beserta segenap fungsinya bagi secara baik, benar, dan tepat.. -. Solusi untuk semua permasalahan yang terjadi beserta sebabsebab terjadinya itu, kunci utama penyelesaiannya ada pada desainer. Maksudnya, bagaimana desainer mengambil sikap maupun tindakan-tindakan yang bersifat “preventif” dalam interaksinya dengan pengguna.. 3. Ketika klien bersedia untuk menggunakan jasa seorang desainer, umumnya kedua belah pihak akan menandatangani sebuah surat kesepakatan yang dikenal sebagai Purchase Order (PO) atau juga dikenal sebagai kontrak kerja. Umumnya, hal-hal apa saja yang seharusnya ada dalam sebuah Purchase Order (PO) atau kontrak kesepakatan kerja tersebut? Menurut Anda, seberapa penting dan seberapa efektif Purchase Order itu? Mengapa Anda berpendapat demikian? Jawaban: L. Brahmantyo: -. Hal-hal yang seharusnya ada dalam sebuah kontrak kerja, secara general berkaitan dengan waktu pengerjaan job, biaya.
(35) 141. Lampiran 7:. Hasil Wawancara dengan Lans Brahmantyo dan Chandra Rahmatillah (sambungan) produksi, cancel fee, serta kesepakatan-kesepakatan lain yang berfungsi agar sebuah job dapat diselesaikan dengan baik dan saling menguntungkan kedua belah pihak (klien dan desainer). -. Sudah tentu, hal-hal yang ada dalam kontrak kerja itu penting manfaatnya. Dan, jika dibuat dengan baik, kontrak ini cukup efektif. dalam. menghadapi. kemungkinan-kemungkinan. masalah yang tidak diharapkan terjadi dan bersifat merugikan, terutama bagi desainer atau perusahaan. -. Segala sesuatu yang ada dalam kontrak kerja, wajib untuk dibicarakan dengan baik dan jelas, kepada klien sebelum job dikerjakan. Biasanya, kami menjelaskan dan membicarakan hal ini melalui sebuah presentasi kepada klien.. -. Dalam presentasi itu, biasanya kami berusaha mengetahui dan memahami objective kenapa klien hire jasa kami. Kami, juga biasa memposisikan diri kami sebagai tenaga profesional, sejak pertama kali kami bertemu klien, yaitu: sebelum klien menanda tangani kontrak kesepakatan kerja dengan kami.. -. Terkadang, permasalahan yang seringkali terjadi pada kami berkaitan dengan apa yang ada dalam kontrak kerja adalah masalah dateline. Hal ini dapat terjadi, karena AE (Account Executive) tidak mengetahui tingkat “urgentcy” pekerjaan yang mana yang harus diselesaikan dahulu atau harus diselesaikan kemudian, ketika job di perusahaan kami ramai.. -. Seorang AE perlu tahu tingkat “urgentcy” itu, sehingga AE dapat bernegosiasi dengan klien terlebih dahulu sebelum kontrak kerja ditanda tangani, dan bukan sekedar bertindak mengejar omzet.. 4. Sejauh ini pakah Anda pernah dikomplain oleh klien? Jika pernah, dalam hal apakah komplain tersebut? Kompensasi bagaimana yang klien minta Berikan contoh kasusnya!.
(36) 142. Lampiran 7:. Hasil Wawancara dengan Lans Brahmantyo dan Chandra Rahmatillah (sambungan). Jawaban: L. Brahmantyo: -. Selama ini komplain klien kami yang paling sering, berkaitan dengan masalah warna yang tidak cocok.. -. Langkah kami menghadapinya adalah dengan senantiasa menjaga quality control (QC) sebaik-baiknya. Hal ini penting agar klien puas dan percaya bahwa pelayanan kami memuaskan. Dengan demikian, klien-klien yang puas itu, dapat menjadi pelanggan setia di perusahaan kami. Dan itu merupakan aset vital bagi kelangsungan perusahaan kami.. 5. Tadi Anda sempat menyebutkan tentang presentasi. Menurut Anda, bagaimana teknik presentasi yang baik itu? Tolong berikan penjelasan melalui contoh kasus! Jawaban: Chandra R. : -. Misalnya, yang akan dibahas dalam presentasi itu berkaitan dengan warna. Warna sebaiknya tidak dijelaskan kepada klien secara subjektif.. -. Maksdunya, alasan memilih warna tertentu, misal merah, bukan karena merah itu warna yang bagus; tetapi segala penjelasan selama presentasi berlangsung harus didasari riset, serta cara penyampaiannya harus seobjektif mungkin (menggunakan pendekatan-pendekatan rasional).. 6. Lihatlah Iklan berikut! Bagaimana penilaian Anda pada iklan berikut? (gambar: lihat lampiran 3, No. 10). Perlu dipahami bahwa Veranza merupakan kafe dangdut, yang mana memposisikan desainer grafis, tidak lebih dari seorang “visualizer”. Pengunjung Veranza, menurut hasil wawancara dengan pengelolah kafe dangdut ini, adalah masyarakat kelas menengah atas sejumlah 60% dari total pengunjung dan sisanya adalah masyarakat menengah ke bawah. Juga, segala konsep maupun pesan yang ingin disampaikan, sepenuhnya ditentukan oleh Veranza, serta Veranza cenderung mengutamakan faktor harga yang murah dan cepat selesai, bahkan jika bisa pembayarannya bisa dicicil. Mengetahui semua hal ini, menurut Anda, apakah Veranza ini sebenarnya membutuhkan desainer?.
(37) 143. Lampiran 7:. Hasil Wawancara dengan Lans Brahmantyo dan Chandra Rahmatillah (sambungan). Jawaban: Chandra R. : -. Sehubungan Veranza merupakan kafe dangdut, hasil eksekusi iklan ini sesuai dengan target audience-nya dan target market-nya, yaitu masyarakat menegah ke bawah.. -. Menurut saya, Veranza bukan kelas yang sebenarnya butuh desainer, sehubungan dengan penjelasan-penjelasan tadi.. -. Veranza perlu menganalisa ulang: apakah benar bahwa kalangan menengah ke atas yang menjadi pengunjung mayoritas di sana. Jika memang benar, seharusnya iklaniklannya menyesuaikan.. 7. Merujuk pada artikel yang dimuat pada Surabaya Design Forum, diduga bahwa penggunaan software original merupakan jaminan yang cukup penting dalam meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap desainer. Menurut Anda, apakah hal ini benar adanya? Mengapa Anda beranggapan demikian? Jawaban: L. Brahmantyo -. Tidak.. dan Chandra R: -. Karena, software maupun tools hanya sebagai tools.. -. Yang dapat menjamin pengapresiasian masyarakat adalah result..
(38) 144. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana Profil Narasumber Wawancara Nama : Yoshua Alpha Buana Jenis Kelamin: Laki-laki Handphone : +62811325134 E-mail : [email protected] Bibliografi : - Ketua Umum ADGI (Indonesia Design Profesional Association) Surabaya saat ini - Pemilik Arc/hitec Graphic, sebuah perusahaan graphic house di Surabaya, tepatnya di Palm Hill F1/30 – Citraraya. - Praktisi Desainer Grafis di Surabaya selama lebih dari dua tahun. Hasil Wawancara 5. Bagaimana perkembangan desain grafis di Indonesia, khususnya di Surabaya, sejak tahun 90-an hingga sekarang? Bagaimana perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat Surabaya terhadap profesi desainer grafis saat ini? Jawaban: -. -. -. Di Surabaya, kondisinya saat ini jauh lebih baik dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Saat ini dengan mengamati penerapan ilmu desain grafis seperti pada sign system di mall-mall Surabaya, ditinjau segi desainnya, lebih attractive dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Juga, dari pihak industri pengguna jasa desainer grafis, telah lebih terbuka wawasannya dan tidak lagi beranggapan bahwa desain itu tidak lebih dari semacam ”kosmetik”, khususnya mereka yang berusia 25-35 tahun. Persepsi masyarakat Surabaya terhadap desain grafis saat ini masih perlu diperbaiki. Masyarakat ini, terdiri dari kelompok bisnis yang menggunakan jasa desain grafis dan masyarakat awam/umum. Masyarakat Surabaya, khususnya dari pihak penggunanya, beberapa masih beranggapan bahwa biaya desain adalah bagian dari biaya produksi yang tidak perlu berdiri sendiri. Juga, beberapa masyarakat Surabaya beranggapan bahwa desainer adalah orang yang mahir mengoperasikan program-program grafis dan diposisikan tak lebih sebagai ”tukang setting”. Di Surabaya, masih terdapat beberapa desainer grafis yang belum menyadari fungsi, hak, dan tanggung jawab keprofesian mereka. Hal inilah yang perlu dibangun terlebih dahulu, karena kelompok bisnis yang menggunakan jasa desainer grafis tidak dapat langsung ”ditegur” oleh ADGI, sedangkan yang dapat memberikan ”teguran” itu adalah desainer grafis yang berhubungan dengan mereka. ADGI, juga tetap akan ”menegur” kelompok bisnis yang masih belum sadar itu, melalui seminar-seminar untuk kalangan bisnis..
(39) 145. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) -. Keadaan kelompok bisnis pengguna jasa desainer grafis di Jakarta, berbeda dengan keadaan kelompok bisnis pengguna jasa desainer grafis di Surabaya. Di Jakarta, kelompok bisnis pengguna jasa desainer grafis sudah cukup baik menyadari fungsi, hak, dan tanggung jawab desainer. Juga, desainer grafis di Jakarta cukup banyak yang telah memiliki bargaining power yang cukup baik, dibandingkan desainer grafis di Surabaya. Hal ini dapat terjadi karena di Jakarta telah cukup banyak acara, seminar, ataupun workshop tentang desain grafis, yang ditujukan baik untuk desainer maupun kelompok bisnis. Oleh karena itu, wawasan masyarakat Jakarta terhadap desain grafis jauh lebih berkembang dengan baik, dibandingkan di Surabaya.. -. Di Surabaya, penyebab utama sehingga desain dipandang sebelah mata oleh penggunanya dan oleh masyarakat, adalah: berkaitan dengan banyaknya biro periklanan maupun industri desain grafis di Surabaya yang konsep bisnisnya lebih banyak yang difokuskan pada penyediaan dan penjualan media dengan harga semurah mungkin. Umumnya, mereka mengejar omzet dan memperoleh profit bagi perusahaannya melalui potongan harga dari pemilik media atau dari selisih nilai beli kavling tanah tempat billboard. Besar potongan harganya, rate-nya masih bernilai ratusan juta rupiah, sehingga desain dalam hal ini tidak ada artinya.. -. Sebelum lima tahun lalu, di Surabaya, kelompok industri yang ”menguasai” desain grafis dan periklanan adalah biro-biro periklanan seperti Match Ad, Warna-Warni Advertising, JJ Promotion; merupakan ”penguasa” industri periklanan, percetakan brosur, pembuatan stationary, hingga pembuatan logo, dan proyek-proyek industri desain grafis lainnya. Baru sekitar lima tahun lalu, berdasarkan sepengetahuan saya, di Surabaya baru mulai berdiri design house, mulai muncul istilah graphic designer; yang menawarkan jasa pembuatan karya-karya desain grafis dan dengan harga yang berbeda dengan yang ditawarkan biro periklanan pada masa-masa sebelumnya.. -. Jadi, secara tak langsung, budaya dari pelaku bisnis desain grafis di Surabaya seperti itu, menyebabkan terciptanya budaya atau pandangan masyarakat, khususnya pengguna jasa desainer grafis, yang tidak ”terbiasa” dengan adanya biaya desain dalam pembuatan sebuah proyek, dan hanya ”terbiasa” dengan pembayaran biaya produksi proyek saja..
(40) 146. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) 29. Menurut Anda, jasa apakah yang ditawarkan oleh seorang desainer grafis kepada kliennya? Jawaban: -. Jasa yang ditawarkan seorang desainer grafis adalah bagaimana mengemas produk dari klien, untuk disajikan dengan cantik, dan bisa menjual produk klien. Penerapan desain grafis bukan semata pada hal-hal yang erat dengan dunia percetakan semata saja, tetapi cukup luas dari itu.. 30. Adakah kode etik atau aturan-aturan resmi tertulis yang seharusnya dipatuhi atau mungkin wajib dilakukan oleh seorang desainer grafis sebagai bentuk tanggung jawab terhadap profesi mereka? Menurut Anda, apakah aturan semacam itu perlu dibuat? Seberapa efektif peraturan tersebut dalam mengatasi ataupun menyelesaikan permasalahan-permasalahan free-pitching, dan lain-lain? Mengapa Anda berpendapat demikian? Jawaban: Ada, tetapi masih dalam bentuk draft (rencana) yang masih perlu disempurnakan lagi sebelum diterbitkan. Adapun aturan-aturan yang akan diterbitkan oleh ADGI pusat, Jakarta, antara lain: tentang copyrihting sebuah karya desain grafis, tentang penolakan terhadap free pitching yang cukup merugikan desainer, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tata cara menjalani profesi sebagai desainer grafis. Peraturan ini perlu diterbitkan, untuk melindungi kepentingan desainer dan penggunanya secara lebih jelas, terinci, dan saling menguntungkan. Akan tetapi, perumusan dan penerbitan aturan-aturan tata laku keprofeisan desain grafis, masih butuh waktu yang cukup panjang atau lama, karena keadaaan masyarakat saat ini belum benar-benar memahami dunia desain grafis secara teoritis dan praktis. 31. Ketika klien bersedia untuk menggunakan jasa seorang desainer, umumnya kedua belah pihak akan menandatangani sebuah surat kesepakatan yang dikenal sebagai Purchase Order (PO). Umumnya, hal-hal apa saja yang seharusnya ada dalam sebuah Purchase Order (PO) atau kontrak kesepakatan kerja tersebut? Menurut Anda, seberapa penting dan seberapa efektif Purchase Order itu? Mengapa Anda berpendapat demikian? Umumnya, hal-hal apa saja yang seharusnya ada dalam sebuah Purchase Order (PO) atau kontrak kesepakatan kerja tersebut? Jawaban: -. Kontrak kerja atau PO atau semacam ini cukup penting manfaatnya. Namun, dalam prakteknya, kontrak kerja meskipun telah ditanda tangani oleh klien dan desainer; tidak dapat memberikan jaminan penuh dalam.
(41) 147. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan). -. melindungi kepentingan desainer jika klien melanggar. Penyebabnya adalah beberapa hal, antara lain: (1) pengajuan klaim secara hukum memerlukan biaya yang cukup mahal, (2) perihal penggunaan software “bajakan”, (3) dalam desain, umumnya masalah copyrighting karya harus cukup jelas dan terinci, sehingga jika ada sedikit perbedaan saja, maka perbedaan itu dianggap tidak melanggar hak paten atau copyrighting desainer, (4) masih banyak desainer yang tidak menguasai peraturan perundang-undangan tentang hak paten, HAKI, ataupun semacamnya dengan baik dan tidak memiliki channel untuk pengacara-pengacara yang handal/mampu menangani kasus semacam ini. Dengan adanya ADGI yang memiliki jaringan cukup kuat di Jakarta, mulai dari channel pengacara hingga tingkat pemerintahan, maka kasus-kasus tentang pelanggaran pada kontrak kerja, dapat diselesaikan dengan baik, cepat, dan relatif murah dibandingkan dengan diurus perorangan.. -. Meskipun dalam penandatanganan kontrak kerja dilakukan di atas materai yang diketahui oleh banyak orang memiliki kekuatan hukum, tetapi hal itu tidak dapat menjamin faktor efektifitas kontrak kerja. Karena, belum tentu pengacara yang diketahui dan dikenal oleh seorang desainer, benar-benar paham dan mengerti bagaimana mengatasi pelanggaran kontrak kerja. Perlu diketahui bahwa kontrak kerja dalam proyek desain grafis mengandung klausal tentang copyrighting atau paten, yang mana belum tentu dikuasai oleh pengacara yang diketahui dan dikenal oleh seorang desainer. Kemudian, penentuan harga jasa pembuatan desain, tidak dapat dirumuskan dengan mudah, karena saat ini belum ada peraturan resmi tentang standarisasi range harga jasa pembuatan karya-karya desain grafis.. -. Umumnya biaya-biaya yang ada dalam kontrak kerja adalah: biaya penggunaan jasa model, biaya fotografi, biaya cetak, biaya soft copy/Mock-Up, dan biaya kreatif/desain. Selain masalah biaya, dalam kontrak kerja juga termuat klausalklausal tentang bagaimana jika ada repeat order (RO), tentang lama waktu pengerjaan proyek, tentang batas kuantitas revisi desain, biaya copyrighting ketika terjadi repeat order. Terkadang biaya kreatif/desain juga disebut sebagai biaya pembelian gambar. Biasanya klien-klien saya, saya batasi bukan “beli putus.”.
(42) 148. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) -. Namun, terkadang penentuan masalah biaya yang harus dibayarkan oleh klien ini bersifat negosiable atau tergantung kesepakatan dengan klien. Dalam beberapa kasus tertentu, pihak klien terkadang meminta agar biaya desain tidak dimasukan dalam kontrak agar pihak klien tidak kena pajak dan PPh: 10%. Dalam kasus semacam ini, perjanjian tentang biaya jasa desain, dibicarakan secara lisan, sehingga ketika terjadi pelanggaran (biaya desain yang diterima tidak sesuai perjanjian), pihak desainer tidak dapat menuntut pihak klien.. -. Perlu dipahami, apapun yang desainer buat, tidak mungkin lepas dari usaha “penjiplakan” atau peniruan atau “pembajakan” oleh pihak-pihak tertentu. Jadi, kontrak kerja hanya bersifat protektif sebagian. Maksudnya, kontrak kerja hanya mampu melindungi dalam hal pengaturan hak dan kewajiban antara desainer dengan klien, tetapi kontrak kerja kurang dapat melindungi masalah hak cipta atau coptrighting atau hak paten dari desain.. 32. Berdasarkan pengamatan di lapangan, saat ini persaingan bisnis di kalangan pelaku industri jasa desain grafis, khususnya beberapa percetakan, seringkali tidak menawarkan ataupun tidak mencantumkan biaya desain sebagai sesuatu yang seharusnya dibayar oleh pengguna jasa desainer grafis atau klien. Bagaimana tanggapan Anda? Jawaban: -. Keadaan dimana percetakan menawarkan free design, menurut saya, berawal dari pandangan masyarakat terhadap desain grafis saat ini. Hal itu tidak sepenuhnya merupakan salah dari percetakan tersebut. Bahkan, pandangan masyarakat yang kurang, bahkan tidak, menghargai jasa desainer grafis juga tidak dapat disalahkan, karena masyarakat saat ini belum ter-“edukasi” dengan baik tentang dunia desain grafis dalam arti teori dan praktis.. -. Yang perlu diperbaiki agar permasalahan semacam ini tidak terjadi, adalah dengan meng-edukasi masyarakat. Langkah peng-”edukasi”-an ini dimulai terlebih dahulu dari kalangan desainer dan pelaku industri desain grafis, khususnya mereka yang telah “senior”, tetapi belum memahami bagaimana menjalani keprofesiaannya dengan baik dan benar. Setelah proses peng-”edukasi”-an di kalangan desainer dan pelaku industri berhasil, barulah proses “edukasi” itu ditujukan untuk kalangan pengguna jasa desainer grafis atau klien, dan yang paling akhir adalah masyarakat umum..
(43) 149. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) -. Proses meng-“edukasi” merupakan suatu hal yang tidak mudah. Saat ini, ADGI Surabaya masih berusaha mengumpulkan dukungan sebanyak mungkin dari para desainer maupun pelaku industri grafis di Surabaya, agar mereka menjadi terbuka pandangannya, kemudian mendukung program-program ADGI yang bertujuan untuk mengembangkan desainer grafis sebagai profesi yang dihargai, baik oleh klien maupun masyarakat umum.. 6. Menurut Anda, apakah penggunaan software” bajakan” merupakan salah satu penyebab sikap kurang menghargai dari klien terhadap desainer grafis saat ini? Mengapa Anda beranggapan demikian? Jawaban: -. Sebenarnya cukup mempengaruhi, tetapi masih belum mungkin untuk diterapkan. Karena, terdapat kemungkinan bahwa klien dapat meng-confront kembali ke desainer, khususnya dalam hal copyrighting, sehubungan dengan desainer mungkin tidak menggunakan software original.. -. Perlu dipahami bahwa pertimbangan ketika hendak menggunakan software original, berkaitan dengan perhitungan biaya pembelian software original ke dalam total biaya sebuah proyek desain grafis. Ini jika kita meinjaunya dari sisi software semata. Padahal, dalam karya desain, belum tentu font yang digunakan juga hasil membeli dari pembuat font.. -. Daya beli masyarakat, Surabaya saat ini, masih lebih mengutamakan faktor harga sebuah proyek desain grafis.. -. Oleh karena itu, keadaan ”ideal”, dimana setiap elemen yang digunakan dalam pembuatan karya desain grafis: mulai dari software hingga font merupakan sesuatu yang dimiliki lisensi-nya oleh sang desainer, belum dapat diterapkan untuk kondisi masyarakat saat ini.. 7. ADGI Surabaya, setelah dilaunching sekitar setahun lalu, hingga kini terlihat seakan-akan ”vacum”, tidak ada kegiatan. Kenapa terjadi semacam ini? Jawaban: -. Program-program dan benefit bagi anggota ADGI Surabaya, masih perlu dikaji ulang karena kesibukan dari masing-masing pengurus ADGI Surabaya..
(44) 150. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) -. Dalam benefit yang ditawarkan pada anggota ADGI Surabaya, yang dikemukakan sewaktu event launching ADGI Chapter Surabaya di hotel Majapahit pada 14-15 September 2006, adalah potongan harga untuk printing di Neo Imago sebesar 50%, dan potongan harga dalam pembelian kertas di Surya Prima Jaya (SPJ) sebesar 30%. Selain itu, benefit lainnya adalah:. Keterangan: diambil dari Buku Kongres ADGI pertama. Dikutip berdasarkan persetujuan dengan Yoshua Alpha Buana, Ketua Umum ADGI Surabaya..
(45) 151. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) -. Akan tetapi, menurut saya dan beberapa pengurus, benefit yang ditawarkan tidak lebih dari semacam ”kartu belanja” yang banyak beredar saat ini. Oleh karena itu, hal ini perlu dipertimbangkan kembali.. 8. Apakah ADGI merupakan sebuah organisasi profit? Sehubungan dengan setiap orang yang ingin mendaftar ADGI, diwajibkan membayar sejumlah nominal tertentu. Berapa nominal yang wajib dibayarkan jika seseorang ingin menjadi anggota ADGI, di Surabya khususnya? Jawaban: -. Pada prinsipnya, ADGI merupakan organisasi non-profit. Segala uang yang didapatkan melalui pendaftaran anggotanya, diperuntukkan bagi kemajuan organisasi. Perlu diketahui bahwa para pengurus di ADGI tidak dibayar. Jadi, ADGI berbeda dengan organisasi profit lainnya, karena jika ADGI organisasi profit maka segala sesuatu diperhitungkan untung-ruginya dan kepengurusan apapun memiliki bayaran layaknya seorang pegawai perusahaan.. -. Untuk ADGI Surabaya, besar biaya keanggotaan masih dipertimbangkan oleh para pengurus ADGI Surabaya. Saat ini, para pengurus ADGI Surabaya, masih dalam proses penyempurnaan-penyempurnaan beberapa hal, antara lain: program-program yang akan direalisasikan, besar biaya keanggotaan, benefit yang akan ditawarkan, dan hal-hal yang bersifat intern ADGI Surabaya.. 9. Bagaimana penilaian Anda terhadap karya desain grafis milik Veranza, Pub, Karaoke and Resto. berikut ini? (gambar: lihat Lampiran 3, No.10). Jawaban: -. Dalam desain semacam ini, yang lebih memegang peranan untuk menarik orang untuk datang adalah gambar, tepatnya artis yang akan memeriahkan acara di Veranza. Selain itu, ditinjau dari penempatannya di Memorandum, bentuk desain semacam ini cukup sesuai dengan karakter pembaca Memorandum, karena umumnya pembaca Memorandum yang notabene merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah, hanya melihat apa acaranya dan siapa bintang tamunya. Oleh karena itu, desain dalam iklan ini tidak dapat terlalu dominan..
(46) 152. Lampiran 8: Hasil Wawancara dengan Yoshua Alpha Buana (sambungan) -. Sebagai desainer grafis, saya merasa bahwa desain iklan ini masih dapat diupgrade menjadi lebih baik dari desain yang sekarang. Akan tetapi, dari pandangan Veranza mungkin tujuannya sudah dapat terpenuhi dengan desain semacam ini. Maksudnya, dengan desain yang seperti ini, Veranza merasa bahwa ia telah jualan produknya, sudah OK hasil penjualannya, sudah banyak orang yang datang ke Veranza, serta mungkin Veranza beranggapan bahwa jika orang yang melihat iklannya ini tidak telalu paham tentang desain yang bagus.. -. Jika ditinjau tentang butuh atau tidak butuh Veranza terhadap desainer, Veranza masih membutuhkan jasa desainer. Dan, masalah desainer pembuat iklan di atas mau dibayar murah atau tidak meng-edukasi kliennya, merupakan hal yang ”wajar” dan sepenuhnya menjadi haknya.. -. Pada dasarnya, klien menurut Hermawan Tanzil, ada dua macam. Yang pertama adalah klien yang taste-nya bagus dan berani bayar mahal. Inilah klien yang ideal. Akan tetapi ada klien yang kedua, yaitu klien yang taste-nya jelek dan berani bayar mahal. Veranza, tergolong klien yang kedua. Dan umumnya, klien yang kedua ini merupakan klien yang digunakan sebatas untuk nyari duit..
Gambar
Dokumen terkait