• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian yang Relevan

Sejauh pengetahuan peneliti kajian tentang “Bentuk Penalaran dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan Universitas Negeri Gorontalo” belum pernah

dilakukan dan dihadirkan dalam bentuk penelitian. Kajian yang relevan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ruswin dengan judul “Teknik Penalaran Penulis Artikel Deskriptif Bagian Persepsi dalam Koran Harian Gorontalo Post” dengan permasalahan yang

diangkat yakni bagaimanakah teknik penalaran penulis artikel deskriptif bagian persepsi dalam koran harian Gorontalo Post ? Metode yang digunakan yakni metode deskriptif dengan hasil penelitian yakni disimpulkan dalam penulisan artikel tekhnik penalaran yang banyak digunakan yaitu penalaran jenis kausal atau sebab akibat.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang penalaran, tapi dalam konteks objek penelitian yang berbeda dan hasil penelitian yang berbeda pula. Penulis melakukan penelitian tentang bentuk penalaran pada skripsi mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan, Universitas Negeri Gorontalo, yaitu pada bab IV bagian pembahasan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Hakikat Penalaran

Menurut Keraf (1985: 5) penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Suriasumantri (2001: 42) secara singkat

(2)

bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan. Pengertian lain disampaikan oleh Bakry (1986: 1) bahwa penalaran atau reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir mengenai bidang-bidang yang akan diteliti.

Penalaran juga merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai peryataan baru dari beberapa peryataan lain yang telah diketahui, peryataan itu terdiri atas pengertian-pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lain.

Penalaran terbagi atas dua bagian yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif, penalaran induktif terbagai lagi atas beberapa jenis yaitu; meliputi penalaran generalisasi, analogi, dan hubungan kasual, sedangkan penalaran deduktif meliputi penalaran entimen, kategorial, alternativ, hipotesis, epikherema, dan sirotes. Dari keseluruhan jenis-jenis penalaran,

tidak semua bentuk penalaran terdapat dalam skripsi jurusan ilmu hukum kemasyarakatan yang dalam hal ini merupakan suatu objek penelitian, dari penelitian yang dilakukan diperoleh data data berupa hasil penelitian yaitu, bentuk-bentuk penalaran yang digunakan oleh mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan tahun 2010 periode Januari-Februari yaitu: (i) penalaran deduktif jenis entimen, (ii) deduktif jenis silogisme, (3) induktif jenis generalisasi, dan (iv) induktif jenis analogi.

(3)

2.2.2 Jenis Penalaran

Sesuai dengan titik pangkal dalam proses pemikiran, kita dapat membedakan dua jalan penalaran atau pola dasar yaitu :

1. Penalaran Induksi

Tarigan (2000: 112) berpendapat induksi adalah suatu proses pencapaian kesimpulan yang didasarkan pada fakta-fakta, pengamatan-pangamatan, observasi-observasi, dan kesaksian.

Tidak jauh berbeda juga dengan apa yang disampaikan Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007: 15) penalaran induksi adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya, dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.

Induksi kerap kali disebut sebagai metode ilmiah karena para ilmuan mengadalkannya dalam karya mereka. Walaupun begitu induksi ini juga mnerupakan dasar bagi kebanyakan penalaran dalam kehidupan sehari-hari. Induksi datang secara wajar dan secara ilmiah, semua cenderung membuat generalisasi mengenai pengalaman, dan ada juga bentuk-bentuk yang dapat dimanfaatkan dalam penalaran induktif, yaitu; penarikan contoh (sampling), analogi, dan generalisasi kausal.

Induksi sering kali dipergunakan untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai suatu kelompok berdasarkan penelitian suatu sampel atau contoh,atau suatu presentase tertentu, dari kelompok tersebut. Metode induksi yang seperti ini disebut sampling atau penarikan contoh.

yang menjadi dasar bagi konsep sampling adalah kenyataan bahwa tidaklah mungkin ataupun tidak praktis menanyai atau meneliti keseluruhan kelompok satu demi satu. Namun demikian metode sampling ini dianggap cukup memadai dan cukup representatifuntuk menjamin objektifitas dan ketepatan.

(4)

Bentuk lain yang dapat dipergunakan dalam penalaran induktif adalah analogi, suatu perbandingan antar dua hal yang bersamaan dalam beberapa segi dan oleh karena itu dianggap bersamaan pula dalam segi-segi lainnya. Penalaran yang bersifat analogis agak sering terjadi dalam bidang usaha. Penalaran induksi juga dipergunakan untuk menetapkan hubungan-hubungan kausal.

Bentuk-bentuk penalaran yang terdapat pada penalaran induksi antara lain yaitu:

penalaran generalisasi, analogi, dan hubungan kasual. Namun dari hasil penelitian bentuk penalaran yang digunakan hanya induktif jenis generalisasi dan induktif jenis analogi.

2. Penalaran Deduksi

Kalau induksi adalah suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus, maka deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercakup didalam suatu proposisi atau lebih. Dengan kata lain, deduksi sebagai penalaran yang menyimpulkan hal yang khusus dari sejumlah proposisi umum.

Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum. Pandangan lain menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang karenanya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.

Dalam deduktif, hasil usaha itu berupa ketentuan mengenai deduksi yang sahih, yaitu bentuk deduksi, yang kalau premisnya benar, kesimpulannya tentu juga benar. Dalam induktif tidak ada konklusi yang mempunyai nilai kebenaran yang pasti. yang ada hanya konklusi dengan probabilitas rendah atau tinggi. Maka hasil usaha analisis dan rekonstruksi penalaran induktif itu

(5)

hanya berupa ketentuan mengenai bentuk induksi yang menjamin konklusi dengan probabilitas setinggi-tingginya. Semakin banyak jumlah fakta yng dijadikan dasar penalrn induksi maka semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan begitu pula sebaliknya.

Deduksi mengikuti pola penalaran yang berbeda dari induksi. Induksi menuntun kita kearah suatu kesimpulan setelah mengadakan pemeriksaan terhadap fakta-fakta. Sebaliknya, deduksi terutama sekali didasarkan pada asumsi; tiada fakta yang dapat dilihat yang mendasari asumsi; justru merupakan suatu pernyataan yang ditema sebagai kebenaran. Dengan menerima suatu premis tertentu, maka secara logis dapat sampai pada suatu kesimpulan.

Bentuk-bentuk penalaran yang terdapat pada penalaran deduktif yaitu: penalaran entimen, kategorial, alternativ, hipotesis, epikherema, dan sirotes. Namun dari hasil penelitian bentuk penalaran yang digunakan hanya deduktif jenis entimen dan deduktif jenis silogisme.

2.2.3 Bentuk Penalaran

2.2.3.1 Bentuk Penalaran Induktif 1. generalisasi

Metode Penalaran Induktif memiliki 3 bentuk, yaitu :

Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.

Contoh : Jika berhasil juara, Walcott akan senang.

Jika berhasil juara, Giroud akan senang.

Jika berhasil juara, Cazorla akan senang.

Jika berhasil juara, para pemain Arsenal akan senang.

Generalisasi sendiri terdiri dari 2 macam. Yaitu Generalisasi Sempurna dan Generalisasi Tidak Sempurna. Generalisasi Sempurna adalah Generalisasi dimana seluruh fenomena yang

(6)

menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh : Sensus Penduduk. Generalisasi Tidak Sempurna adalah Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.

2 . Analogi

Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :

1. Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan 2. Meramalkan kesamaan

3. Menyingkapkan kekeliruan 4. Klasifikasi

Contoh : Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.

3. Hubungan Kausal

Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam-macam Hubungan Kausal : Sebab – Akibat

Pepe Reina mencetak gol ke gawang sendiri sehingga mengakibatkan Liverpool kalah.

Akibat – Sebab

Dono tidak dapat mengikuti ujian karena tidak memakai seragam sekolah.

Akibat – Akibat

Ayah melihat Bruno tergeletak di depan rumah, sehingga ayah beranggapan bahwa Bruno sedang tidur.

(7)

2.2.3.2 Bentuk Penalaran Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan, yaitu premis mayor dan premis minor dan sebuah kesimpulan.

Berikut ini bentuk- bentuk Silogisme :

1. Silogisme Kategorial

Silogisme yang semua posisinya merupakan proposisi kategorik, demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita berpijak harus merupakan proposisi universal, sedangkan pangkalan khusus tidak berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau singuler, tetapi bisa juga proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya. Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari pangkalan umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan satu pangkalan khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus di perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau natijah yang valid.

Contoh Silogisme Kategorial :

(P. Mayor) Finalis Indonesian Idol memiliki suara yang bagus.

(P. Minor) Sean adalah salah satu finalis Indonesian Idol.

(8)

(Kesimpulan) Sean memiliki suara yang bagus.

2. Silogisme Hipotesis

Argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecendent atau term konsekwen premis mayornya . Sebenarnya silogisme hipotesis tidak memiliki premis mayor maupun premis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung term predikat pada konklusi, sedangkan premis minor itu mengandung term subyek pada konklusi.

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen menurut Tim Penyusun Manajemen Konstruksi (MK) Perguruan Tinggi Swasta (PTS) (1998 : 1) yang merupakan “…kerangka kerja yang terdiri dari beberapa

Sedangkan menurut Mitra pada buku tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa inovasi merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan kata lain

Terhadap usulan pemberian fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Pemerintah Kota Tangerang melihat peluang makin banyaknya urban dari warga tetapi terkendala dengan lahan untuk tempat hunian, oleh sebab itu pemerintah Kota Tangerang

Hal ini dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu diawali dengan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang menyebabkan kepayahan otot jantung dalam memompa, maupun

Praktik mengajar terbimbing adalah praktik mengajar dimana praktikan masih mendapat arahan saat proses pembuatan komponen pembelajaran oleh guru pembimbing yang

Materi Debat Bahasa Indonesia Siswa SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 adalah isu-isu yang aktual tentang kebahasaan dan tentang hal umum yang ada di masyarakat. Isu-isu