1 Policy Brief
Kerjasama Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Sekitar Hutan di Lombok Barat
1A. Kontek.
Di Indonesia, jumlah desa di sekitar kawasan hutan saat ini sebanyak 31.957 desa, yang terdistribusi di dalam kawasan hutan sebanyak 1.305 desa (4,08%), tepi kawasan hutan sebanyak 7.943 (24,86%) dan di sekitar kawasan hutan sebanyak 22.709 (71,06%) (Kementerian Kehutanan, 2010). Sementara penduduk miskin di sekitar hutan mencapai 35 % dari jumlah penduduk miskin nasional. Sumber penghidupan mereka tergantung langsung pada hutan (Tempo.Co, 2011). Data lain menyebutkan, pada 2012 penduduk miskin mencapai 29,13 juta jiwa dan 18,46 juta (63,43 %) tinggal di kawasan pedesaan khususnya perbatasan dengan hutan (Suara Merdeka.Com, 2013).
Bagaimana dengan Lombok Barat ? Luas hutan di Lombok Barat mencapai 37.384,2 ha terdiri dari 22.260,5 ha hutan lindung, 11.410 ha hutan produksi dan 3.113,7 ha hutankonservasi/taman wisata alam. Sektor kehutanan termasuk Lombok Barat menghadapi 3 (tiga) masalah krusial. Pertama, masih tingginya angka penduduk miskin di sekitar hutan. Belum ada data penduduk miskin yang akurat di sekitar hutan di Lombok Barat. Di pulau Lombok, terdapat 203 desa dan 77 desa (38 %) berada di sekitar hutan yang berkategori desa miskin. Dari data BPS NTB 2010, penduduk pulau Lombok mencapai sekitar 2,6 juta jiwa.
Sebanyak 598.000 jiwa (23 %) termasuk dalam kategori miskin dan sekitar 40 % penduduk miskin tinggal di sekitar hutan (Al Hasan, 2012).
Kedua, masih luasnya lahan kritis dalam hutan negara disebabkan oleh degradasi lahan dan deforestasi. Lahan kritis dalam hutan negara di Lombok Barat mencapai 18.752,27 ha, terdiri dari 3 .210,60 ha sangat kritis, 2.094,38 ha kritis dan 13.447,29 ha agak kritis. Ketiga, konflik pengelolaan hutan. Konflik pengelolaan hutan di Lombok Barat bukan berbasis klaim hak ulayat, namun disebabkan oleh banyaknya warga yang mengerjakan lahan hutan. Bahkan mereka telah mengerjakan kawasan hutan lebih dari 20 tahun, tanpa dapat dikeluarkan dari kawasan hutan. Persoalan ini tidak terlepas dari kemiskinan, terutama sempitnya kepemilikan lahan masyarakat.
Oleh karena itu, penyelesaian ke tiga masalah di atas harus diselesaikan secara kolaboratif antar sector dan antar pemangku kepentingan. Ketiga masalah di atas tidak dapat ditangani secara tunggal oleh Dinas Kehutanan semata, karena persoalan kehutanan juga terkait dengan masalah kesejahteraan masyarakat.
Ada tiga tahapan proses pengembangan masyarakat di sekitar hutan, yaitu :
Tahap pertama adalah memberikan kepastian akses pengelolaan hutan melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM). PHBM dapat melalui skema hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), hutan
1 Sebagai bahan pertimbangan kerjasama para[ihak dalam pengentasan kemiskinan masyarakat di sekitar hutan melalui pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM) di Lombok Barat