• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan Untuk Semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pendidikan Untuk Semua"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 4 No 4

Hal 63- 72

Jurnal Pendidikan Untuk Semua

Tahun

2020

GERAKAN LITERASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN BUDAYA BACA MASYARAKAT DI KOTA SURABAYA

Nella Maghfiroh

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

nellamaghfiroh4@gmail.com

Gunarti Dwi Lestari

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

gunartileatari@unesa.ac.id

Info Artikel ________________

Sejarah Artikel:

Diterima 09/2020 Disetujui 09/2020 Dipublikasikan10/2020

________________

Keywords:

Literacy of Nature, Story- telling, Environmental Concern

Kata kunci : Literasi Alam,Story- telling, Kepedulian Lingkungan

Abstrak

Gerakan literasi merupakan salah satu program dari pemerintah Kota Surabaya yang berkerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. Gerakan literasi dilakukan karena rendahnya minat dan budaya baca masyarakat ditengah teknologi semakin maju yang dapat mengakibatkan anak malas untuk membaca buku. Mereka lebih senang bermain gadget, menonton televisi dan mengakses internet. Gerakan Literasi tersebut dilaksanakan di TBM. TBM dibangun dan dikembangkan didaerah pemukiman padat penduduk agar akses literasi mudah dijangkau oleh masyarakat. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Gerakan literasi diwujudkan dalam berbagai kegiatan antara lain: Membaca buku bersama, motivasi melalui kegiatan mendongeng, menari dan olahraga, serta mengadakan kegiatan bimbingan belajar. 2) Faktor pendukung : koleksi buku bacaan yang memadai, keterlibatan masyarakat, dan pelayanan pengelola yang ramah, Faktor penghambat: Ruang TBM yang kurang, kurangnya pendampingan dalam pelaksanaan pogram, kurang fokus dalam pembelajaran, lingkungan kurang mendukung karena berada dalam pemukiman yang padat penduduk. 3) Dampak gerakan literasi antara lain : masyarakat dapat dengan mudah membaca dan meminjam buku, menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat, lingkungan padat penduduk bisa lebih dekat dengan buku.

Abstract

The literacy movement is one of the programs of the Surabaya City government in collaboration with the Surabaya City Library and Archives Service. Literacy movement is carried out because of the low interest and reading culture of the community amid increasingly advanced technology that can result in lazy children to read books. They prefer to play gadgets, watch television and access the internet. The Literacy Movement was carried out at TBM. TBM is built and developed in densely populated areas so that literacy access is easily accessible by the community. This research uses descriptive research with a qualitative approach. Data collection methods include observation, interviews and documentation. The results showed that 1) The literacy movement was manifested in various activities including: Reading books together, motivation through storytelling, dancing and sports activities, and holding tutoring activities. 2) Supporting factors:

adequate collection of reading books, community involvement, and friendly management services, Inhibiting factors: Lack of TBM space, lack of assistance in implementing programs, lack of focus in learning, less supportive environment because it is in densely populated settlements. 3) The impact of the literacy movement include: the community can easily read and borrow books, add insight and knowledge to the community, a densely populated environment can be closer to books.

Alamat Penyunting dan Tata Usaha:

Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Gedung O-1 Lantai 2 Jalan Lidah Wetan Sby Kode Pos 60213 Telp. 031-7532160 Fax. 031-7532112

E-mail: jpus@unesa.ac.id

E- ISSN 2580-8060

(2)

Minat dan budaya membaca di Indonesia masih tertinggal jauh, walaupun tingkat keaksaraan di Indonesia bisa dikategorikan tinggi, yaitu mencapai angka 98,7% untuk penduduk yang berusia 15-24 tahun (Agus M. Irkham: 2012).

Namun menurut Laksmi (2007:33), menggangap bahwa dorongan untuk memiliki kebiasaan membaca perlu ditingkatkan lagi. Pernyataan tesebut didasari oleh beberapa data yang menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia dengan negara Vietnam yang merdeka pada tahun 1968. Dalam buku yang berjudul Gempa Literasi menyebutkan bahwa di Indonesia hanya ada 35 judul buku per satu juta penduduk, sedangkan di Vietnam jumlah judul buku mencapai 187 buku per 1 juta penduduk. Fakta tersebut dapat menunjukkan bahwa Negara Indonesia masih tertinggal jauh dalam budaya membaca.

Rendahnya minat dan budaya baca di Indonesia jika dibandingan dengan Negara di ASEAN menempati posisi ke-62 dari 70 Negara.

Dari hasil penelitian Dosen Universitasi Indonesia menunjukkan masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen atau 100 dari penduduk. Sedangkan UNDP melampirkan angka melek huruf masyarakat Indonesia hanya sebesar 65,5%. Meskipun Negara Indonesia lebih unggul dibandingan dengan Negara Laos, Myanmar dan Kamboja Namun Indonesia tertinggal jauh dengan Malaysia yang telah mencapai angka 86,4%.

Pemerintah Indonesia bersama dengan PERPUSNAS melakukan sebuah survei mengenai kajian literasi di masyarakat. kajian ini dilakukan di sepuluh kota, anatara lain Surabaya, Semarang, Medan, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Denpasar, Makassar, Ambon dan Mataram. Dari sepuluh Kota yang dikaji, diperoleh kesimpulan bahwa Indeks kegemaran membaca sebagaian besar cukup baik, yaitu diatas 50%. Namun angka tersebut belum mencapai tingkat maksimal dalam kegemaran membaca.

Fenomena diatas memperlihatkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia sangat rendah untuk itu perlu ditingkatkan karena hal tersebut telah ditekankan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 melalui pendidikan. Peran Pendidikan ikut serta dalam membangun masyarakat yang cerdas, mandiri, dan berdaya.

Pendidikan diperoleh melalui tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi dampak dari globalisasi teutama terkait dengan teknologi informasi.

Kualitas Sumber Daya Manusia dapat ditingkatkan melalui gerakan literasi. Gerakan literasi atau budaya literasi bertujuanAuntuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan berbagai informasi yang bermanfaat. Memberikan pemahaman yang dapat menjadikan seseorang mengambil sebuah keputusan dengan tepat dan

akurat. Gerakan literasi yang maju dapatAdiyakini oleh banyak kalangan mampu menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas sumber daya manusia dan kualitas suatu bangsa. Meskipun demikian, kenyataannya gerakan literasi di indonesia masih belum populer.

Maraknya berita bohong atau hoaks, ujaran kebencian, bahkan fitnah menjadi bukti bahwa masyarakat tidak mempunyai budaya literasi.

Karena pada dasarnya masyarakat yang menanamkan nilai literat atau budaya literasi akan selalu memilih dan mimilah dari setiap informasi yang ada dan dapat menentukan informasi yang bermanfaat atau informasi yang tidak bermanfaat.

Seiring perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan budaya literasi semakin menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kalangan masyarakat yang menggunakan gadget, bahkan kalangan anak usia dini maupun orang dewasa juga tidak mau ketinggalan dalam penggunaanya. Melihat fenomena saat ini banyak beredar gadget yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masayarakat menengah kebawah dengan berbagai keunggulan, kecangihan dan harga yang tejangkau.

Masyarakat menilai bahwa gadget sebagai media yang dapat memberikan informasi secara instan, tanpa memilih mana informasi yang baik dan mana informasi yang buruk. Mereka akan mulai merasa malas dan mengandalkan google untuk mencari informasi yang pada dasarnya tidak semua konten yang ada disana termasuk dalam kategori konten-konten yang baik. Hal tersebut dapat meningkatkan penyebaran isu-isu atau konten yang buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama dalam hal psikologi.

Menumbuhkan anak untuk mencintai buku merupakan keinginan setiap orang tua. Ditengah teknologi yang semakin maju, buku seolah menjadi sesuatu yang kuno dan cenderung ketinggalan jaman dibandingkan dengan menonton televisi, bermain gadget, video game, nongkrong di warnet serta mengakses internet. Sehingga butuh upaya yang keras baik dari orangtua, masyarakat, maupun pemerintah.

Budaya membaca didalam masyarakat tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap masyarakat terhadap bahan-bahan bacaan, melainkan ditentukan dari ketersediaan dan akses terhadap bahan-bahan untuk dibaca. Dengan tersedianya bahan bacaan akan mempermudah masyarakat untuk melaksanakan kegiatan membaca.

Sehingga masyarakat akan mudah dalam memperoleh informasi yang bermanfaat dan terpercaya.

Pemerintah Kota Surabaya melakukan sebuah gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat. Kegiatan tersebut berkerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. Salah satu kegiatan yang

(3)

dilakukan yaitu dengan menambahkan jumlah Taman Bacaan Masyarakat yang tersebar di Kota Surabaya. Hal tersebut sesuai dengan Undang- Undang Nomor 43 Tahun 2007 Bab XIII Pasal 49 tentang pembudayaan gemar membaca;

“Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca”. Berdasarkan data dari hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbag) 2019, Pemkot Surabaya menambah 66 TBM yang teletak di balai RW dan rusun se- Surabaya. Hingga saat ini jumlah TBM yang ada di Surabaya sebanyak 467. TBM dibangun dan dikembangkan didaerah pemukiman masyarakat hal tersebut bertujuan agar akses literasi mudah dijangkau, selain itu masyarakat akan mempunyai alternatif sumber bacaan yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya dibandingkan hanya mengandalkan gadget.

TBM merupakan tempat untuk menunjang kebutuhan masyarakat dan sebagai salah satu dari pelaksanaan Pendidikan nonformal, yaitu sebuah lembaga yang diselenggarakan dan dibentuk oleh masyarakat (Lestari (2011: 2). Program dan kegiatan utama TBM secara umum sama seperti perpustakaan yaitu mengumpulkan berbagai sumber informasi dalam beberapa bentuk, baik tulisan maupun rekaman atau dalam bentuk lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diposes, disusun dan dikemas untuk dapat disajikan kepada seluruh masyarakat sampai kepada tingkat RT/RW. Istilah TBM pertama kali dicanangkan pemerintah pada tahun 1990 sebagai bentuk porgram untuk memberantas buta huruf di Indonesia. Namun Seiring berjalannya waktu TBM saat ini tidak hanya sebatas untuk memberantas buta huruf dalam artian hanya sebatas untuk mengajari masyarakat agar bisa membaca atau melek huruf saja, namun lebih jauh lagi yaitu dapat menumbuhkan budaya melek baca dan melek informasi dikalangan masyarakat yang dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan (Agus M. Irkham: 2012).

Salah satu Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Surabaya adalah TBM Dukuh Pakis.

TBM tersebut telah berdiri sejak tahun 2011.

Hingga saat ini sudah 9 tahun TBM Dukuh Pakis berdiri untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat. TBM dibangun oleh pemerintah Kota Surabaya yang berkerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.

Berdirinya TBM bertujuan untuk meningkatkan minat dan budaya baca dikalangan masyarakat yang berada dipemukiman padat penduduk., selain itu tujuan dari TBM tersebut adalah untuk menumbuhkan masyarakat yang haus ilmu pengetahuan dan gemar membaca. Latar belakang masyarakat Dukuh Pakis termasuk dalam ekonomi menengah kebawah dimana penghasilan

masyarakatnya sebagaian besar diperoleh dari berdagang yang tidak menentu hasil yang didapatkan. Sehingga orang tua tidak mampu untuk membelikan buku bacaan kepada anaknya. Sasaran dalam pengelolaan TBM Dukuh Pakis adalah masyarakat sekitar TBM Dukuh Pakis mulai usia anak-anak sampai usia dewasa. Adapun pendamping atau pengelola TBM Dukuh Pakis merupakan salah satu petugas dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.

Awal mula berdirinya TBM Dukuh Pakis hanyalah sebuah taman bacaan biasa yang tidak tertata dengan baik dan sekedar tenpat untuk membaca tanpa adanya kegiatan yang lain. Akan tetapi Anak-anak lebih senang berkumpul dan bermain. Kesadaran akan gemar membaca belum terlaksana dengan baik, dikarenakan pendampingan yang kurang optimal, buku bacaan yang tersedia hanya terbatas serta tidak ada dukungan dari masyarakat sekitar, namun seiring berjalannya waktu TBM Dukuh Pakis semakin berkembang terdapat beragam kegiatan kreatif yang dilaksanakan, penambahan bahan bacaan yang diberikan dari pemerintah Kota Surabaya serta dukungan dari masyarakat sekitar.

TBM Dukuh Pakis berupaya memberikan kemudahan pelayanan dan keramahan bagi masyarakat untuk mendapatkan bahan bacaan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan dan menyelenggarakan kegiatan kreatif yang dapat meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat.

TBM Dukuh Pakis memiliki beberapa pogram salah satunya yaitu gerakan literasi membaca buku.

Gerakan literasi Membaca adalah suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalalm tulisan (Dalman, 2013:5). Membaca merupakan keterampilan berbahasa dan faktor yang penting dalam proses pembelajaran, karena dengan

membaca peserta didik dapat

memperolehAinformasi. Melalui membaca akan menambah pengetahuan, wawasan lebih luas dan memiliki cara pandang yang lebih baik. Membaca dapat dilakukan oleh semua warga masyarakat, khusunya anak usia dini meski begitu anak-anak masih terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi modern saat ini. pernyataan ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkanbahwa anak-anak binaan dari TBM Dukuh Pakis lebih senang bermain gadget daripada membaca buku. Keadaan lingkungan sosial anak sangat berpengaruh tehadap minat dan budaya baca sehingga anak malas untuk membaca buku. Menurut Sutarno NS (2006: 29) salah satu faktor yang mendorong minat baca masyarakat yaitu keadaan ligkungan fisik yang memadai dan keadaan lingkungan sosial yang kondusif.

Mengingat bahwa TBM Dukuh Pakis berada dipemukiman yang padat penduduk maka diperlukan kerjasama yang baik antara warga

(4)

masyarakat, peserta didik dan juga pengelola atau pendamping TBM Dukuh Pakis.

Tahun 2015 ketua RW dan Kelurahan Dukuh Pakis melakukan kerjasama dengan TBM Dukuh Pakis, kerjasama tersebut adalah dengan mengajak anak-anak binaan untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar yang diadakan setiap hari sabtu di balai Kelurahan, sehingga dalam hal ini pembelajaran tidak hanya dilakukan di TBM saja melainkan diluar TBM. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian masyarakat tehadap pendidikan. Selain kegiatan membaca bersama dan bimbingan belajar ada juga kegiatan pemberian motivasi, berupa mendongeng, menari, menggambar dan ada kegiatan olahraga yaitu tenis meja. Kegiatan tersebut dilakukan agar warga masyarakat tertarik dan bersemangat untuk menyempatkan belajar di TBM Dukuh Pakis.

Pentingnya Taman Bacaan Masyarakat dalam upaya gerakan literasi adalah untuk memberikan akses kepada warga masyarakat agar dapat menikmati fasilitas membaca buku dengan bahan bacaan yang memadai. Dengan adanya TBM Dukuh Pakis tersebut masyarakat yang kemampuan membacanya rendah diharapkan akan memiliki semangat yang tinggi untuk gemar membaca karena kegiatan literasi tersebut tidak hanya membaca saja melainkan ada kegiatan kreatif lainnya yang membuat anak tertarik dan senang berada di TBM. Selain itu dengan adanya TBM di tengah-tengah pemukiman padat penduduk yang jauh dari buku akan mendekatkan mereka kepada buku dan akan sadar terhadap pentingnya membaca buku.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti tentang gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat, dengan rumusan masalah sebagai beriku:

mengetahui kegiatan gerakan literasi apa saja yang dilakukan TBM Dukuh Pakis dalam upaya meningkatan minat dan budaya baca masyarakat, faktor penghambat dan pendukung, serta dampak dari gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca di TBM Dukuh Pakis, Surabaya

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas suatu kondisi, berbagai situasi serta fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat sebagai suatu objek penelitian dan berusaha menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu karakter, ciri, sifat, tanda, model atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68). Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena- fenomena yang ada di masyarakat maka akan diperoleh data yang realita, mendalam dan sesuai

fakta yang ada tentang gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyakat di TBM Dukuh Pakis, Surabaya.

Lokasi penelitian dilaksanakan di TBM Dukuh Pakis RW 03, Surabaya. penelitian ini memfokuskan pada kegiatan gerakan literasi yang dilakukan oleh TBM dalam meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat. TBM Dukuh Pakis adalah tempat strategis karena berada dekat dengan pemukiman warga, dan berdampingan dengan PAUD, serta SD sehingga memudahkan masyarakat untuk berkunjung, meminjam buku dan membaca buku.

Subjek penelitian ini terdiri dari pengelola TBM Dukuh Pakis, anggota TBM Dukuh pakis serta Masyarakat sekitar TBM Dukuh Pakis, Surabaya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dataaprimer yang diperoleh dari data observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung kegiatan yang terjadi di TBM Dukuh Pakis. Kegiatan observasi tidak hanya dilakukan untuk mengamati perilaku orang saja tetapi pada objek yang lain, wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam tentang informasi yang tidak dapat ditemukan pada observasi. Wawancara ini dilaksanakan secara online melalui watshapp karena adanya virus corona atau covid-19 yang menyebabkan peneliti tidak bisa secara langsung bertemu dengan narasumber, dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berupa pengambilan foto atau video untuk menguatkan data penelitian.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah reduksi data, display data, dana penarikan kesimpulan. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara merangkum data, memilih hal-hal yang penting untuk disusun sistematis agar mendapatkan gambaran dan fenomena yang jelas tentang hasil penelitian yang dilakukan di lapangan. Hasil reduksi berupa rangkuman inti agar data yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Penyajian data berupa uraian singkat yang bertujuan untuk memudahkan peneliti memahami hal-hal yang terjadi dan untuk merencanakan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Berdasarkan Dari data-data yang telah dikumpulkan tersebut, selanjutnya peneliti melakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan didapat dengan cara membandingkan hasil analisis antara informan yang satu dengan yang lain kemudian membandingkan dan mencari kesamaan yang selanjutnya dapat ditarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Budaya Literasi Masyarakat

Literasi diartikan sebagai melek huruf, kemampuan membaca dan menulis, kecakapan atau keberaksaraan membaca dan menulis (Teale &

(5)

sulzby, 1986; Cooper, 1993:6 dalam Alwasilah 2011). Pernyataan tersebut berbeda dengan Baynham, James Gee (1990) dalam Kusuma (2009) mengartikan literasi dalam konteks ideologis kewacanaan yang mengatakan bahwa literasiAadalah “Mastery of, or fluent control over, a secondary discourse”. Gee menggunakanAdasar pemikiran bahwa literasi merupakan suatu keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang dimulai dari kegiatan berfikir, berbicara, membaca, danamenulis.

Robinho (1983 :6) dalam Kusmana (2009) mendefinisikan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis secara baik untuk berkompetisi secara ekonomis dan lengkap.

Budaya literasi seseorang tentu tidak muncul dengan sendirinya. Tidak ada manusia yang terlahir langsung menjadi orang yang literat.

Menciptakan dan menumbuhkan generasi literasi membutuhkan waktu yang cukup panjang dan sarana yang kondusif. Proses ini dimulai dari lingkungan keluarga, selanjutnya dikembangkan di sekolah, pergaulan dan lingkungan pekerjaan Kegiatan literasi tidak hanya dilakukan dibangku sekolah saja. Menurut (Naibaho: 2011) Pada kenyataannya kepekaan dan daya kritis akan lingkungan sekitar lebih diutamakan sebagai jembatan menuju gerakan literat, yaitu generasi yang memiliki keterampilan berfikir kritis terhadap berbagai informasi untuk mencegah dan mengantisipasi reaksi yang bersifat emosional.

(Naiboho: 2011) menyadari bahwa budaya literasi di Indonesia belum sepenuhnya merata.

Sebagaian masyarakat belum mimiliki kepekaan terhadap budaya literasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya fenomena yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang bersumber dari kesalahpahaman komunikasi, salah pengertian dan ledakan emosi secara sesaat. Masyarakat Indonesia masih tergolong mudah diadu domba, cepat bertindak tanpa berusaha mencari kebenaran yang sebenarnya terjadi, Cepat menghakimi tanpa mengetahui penyebab dan akibatnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia agar cepat menyelesaikan diri dengan arus globalisasi adalah dengan menumbuhkan masyarakat yang gemar membaca. Menurut Naibaho (2011) masyarakat masih menganggap bahwa membaca hanyalah sebuah kegiatan untuk menghabiskan waktu (to full time) dengan sengaja. Sehingga dapat dipastikan bahwa aktifitas membaca di masyarakat saat ini belum menjadi suatu kebiasaan (habit) akan tetapi lebih kepada kegiatan sewaktu-waktu saja.

Kebiasaan membaca merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa adanya unsur keterpaksaan. Kebiasaan membaca terdiri dari waktu untuk membaca, jenis bahan bacaan, cara mendapatkan bahan bacaan dan banyaknya buku atau bahan bacaan yang telah dibaca.

Kemampuan membaca dianggap sebagai dasar bagi terciptanya kebiasaan membaca. Menurut Winoto (1945: 151) mengatakan bahwa kemampuan membaca pada diri seseorang tidak hanya terbatas oleh kemampuan membaca saja melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, seperti ketersediaan bahan bacaan serta jenis bahan bacaan.

Budaya literasi membaca atau kebiasaan membaca tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya keterpaksaan. Budaya literasi yang terjadi di TBM Dukuh Pakis sudah mulai terlaksana dengan baik.

Peserta didik menyempatkan waktunya setiap hari sepulang sekolah untuk ke TBM, kegiatan yang mereka lakukan yaitu membaca buku kurang lebih selama 15 menit. Setelah membaca buku biasanya mereka bermain dan mengobrol beberapa menit dengan temannya, dan dilanjutkan dengan kegiatan yang lain, seperti mendongeng, menari, bercerita maupun bermain olehraga tenis.

Budaya literasi di TBM Dukuh Pakis, Surabaya sudah mulai tumbuh dan berkembang, karena adanya peran pendamping yang ramah dan memudahkan setiap peserta didik untuk membaca buku maupun meminjam buku untuk dibaca dirumah. Keramahan dan sopan santn yang diberikan oleh pendamping membuat peserta didik nyaman dan betah berada di TBM tersebut, sehingga setiap hari TBM selalu ramai. Mulai dari anak usia dini sampai orang dewasa. Setidaknya ada sekitar 10-15 peserta didik yang datang setiap hahrinya di TBM Dukuh Pakis, Surabaya

Budaya literasi tidak hanya dilakukan untuk sekedar membaca buku saja, melainkan menulis ringkasan serta menceritakan ulang isi buku tersebut didepan peserta didik yang lain, hal tesebut dilakukan untuk mengajarkan peserta didik mengingat isi bacaan dan melatih kepercayaan peserta didik didepan umum, selain membaca buku juga ada bahan bacaan yang lain yang sangat informatif, yaitu membaca koran. membaca koran bertujuan agar peserta didik mengetahui peristiwa- peristiwa atau berita yang sebenarnya terjadi sehingga tidak termakan berita hoaks.

2. Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat atau yang biasa disingkat TBM adalah sarana peningkatan gerakan membaca masyarakat dengan ruangan yang disediakan untuk membaca, berdiskusi, menulis, mendonggeng dan kegiatan lainnya.

TBMAdilengkapi dengan bahan bacaan berupa:

buku, tabloit, majalah, koran, komik, resep masakan, buku seputar kesehatan, serta pendamping dan pengelola yang berperan sebagai pengerak atau motivator.

Taman bacaan masyarakat merupakan jantung pendidikan masyarakat, dengan bahan bacaan yang tersedia, memberikan memotivasi masyarakat sehingga mampu menciptakan gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca

(6)

masyarakat. Taman bacaan masyarakat memberikan kesempatan kepada warga belajar yang tidak mampu untuk belajar pada bangku sekolah dengan kata lain anak putus sekolah untuk dapat menikmati bahan bacaan yang telah disediakan. Hadirnya TBM akan menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi mereka.

Taman bacaan masyarakat merupakan sarana yang disediakan oleh pemerintah sebagai penunjang kegiatan belajar non formal maupun informal. Namun berdirinya TBM juga didirikan oleh individu-individu atau kelompok masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan minat dan budaya baca. Sehingga masyarakat diharapkan selalu menjadikan informasi dan pengetahuan sebagai kebutuhan hidup serta mampu menggunakannya dalam bertahan hhidup dan menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapinya.

Taman Bacaan Dukuh Pakis, Surabaya telah berdiri sejak Tahun 2011 dengan demikan sudah 9 tahun TBM Dukuh Pakis berada ditengah- tengah masyarakat untuk memberikan pelayanan dan akses buku bacaan yang memadai. Seperti yang kita ketahui bahwa pemerintah Surabaya sedang gencar-gencarnya meningkatkan minat baca masyarakat. salah satunya adalah dengan dibangunkannya TBM. Dan salah satu TBM yang berada pada naungan pemerintah adalah TBM Dukuh Pakis, Surabaya.

Meningkatkan minat baca peserta didik di TBM Dukuh Pakis memang bukan hal yang mudah, diperlukan ketelatenan dan kesabaran yang cukup besar. Melihat dari latar belakang masyarakat yang berada dipemukiman padat penduduk sehingga butuh pengarahan agar masyarakat sekitar TBM Dukuh Pakis, Surabaya mulai membiasakan diri untuk membaca. Oleh karena itu teciptanya kebiasaan membaca tidak hanya dilakukan oleh dukungan masyarakat saja, melainkan ada peran orang tua dan juga masyarakat. sehingga dapat terwujud masyarakat yang gemar membaca

3. Minat dan budaya baca masyarakat

Minat merupakan hal yang penting saat seseorang akan melakukan sesuatu dengan baik.

Minat dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan mengakibatkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya untuk terikat pada suatu kegiatan. Dalam artian bahwa minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. DenganAadanya suatu minat maka anak akan menyukai suatu aktivitas, sehingga bisa dikatakan bahwa minat dapat menjadi kekuatan tersendiri untuk dapat melakukan suatuahal.

Minat membaca merupakan suatau keinginan untuk mendapatkan bahan bacaan dengan apa yang telah dibacakannya. Kegiatan membaca tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan. Minat membaca tidak

akan hadir secara tiba-tiiba atau dengan sendirinya melainkan ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu minatabaca, antara lain:

1. Keinginan kuat, adanya keinginan yang kuat dari dalam diri seseorang untuk membaca, keinginan membaca tersebut terbentuk dari kebiasaan membaca yang tumbuh baik dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

2. Tersedianya bahan bacaan yang memadai, hal tersebut akan menambah semangat untuk membaca

3. Tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula minat bacanya, dan sebaliknya jika tingkat pendidikan rendah maka, minat membacanya bisa dikatakan rendah, hal tersebut karena perbedaan dari kemampuan dan kebuthuan seseorang.

Masyarakat yang gemar membaca dan haus akan ilmu pengetahuan akan mewujudkan suatu budaya membaca. Budaya membaca terjadi karena adanya suatu kebiasaan yang dilakukan sescara terus-menerus dan berulang-ulang yang dapat meningkatkan minat untuk membaca.

Minat dan budaya membaca di TBM Dukuh Pakis Surabaya bisa dikatakan cukup baik tapi masih tidak konsisten bergantung pada situasi dan kondisi peserta didik, namun peserta didik di TBM antusias sekali untuk mengikuti setiap kegiatan yang diadakan di TBM, mulai dari membaca, mendongeng bahkan menari. Rasa keingitahuan dan penasaran yang tinggi mendorong mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tapi tidak semua peserta didik mengikuti kegiatan yang telah direncanakan oleh pendamping dengan baik, mereka masih suka bermain-main.

4. Gerakan Literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat di TBM Dukuh Pakis, Surabaya

Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh peneliti, kegiatan literasi yang diselenggarakan di TBM Dukuh Pakis sudah beragam dan banyak macamnya, kegiatan tersebut dilaksanakan berdasarkan kebutuhan masyarakat, antara lain :

a. Membaca buku bersama

Kegiatan membaca buku bersama dilaksanakan setiap hari, kegiatan ini didampingi langsung oleh pengelola TBM yang biasa disapa dengan panggilan kak Atik. Membaca buku bersama dapat menumbuhkan semangat gemar membaca karena buku yang disediakan beragam.

Menurut salah satu anggota TBM yang bernama Davina puji mengatakan bahwa membaca buku dapat mengurangi penggunaan gadget terutama bermain game online. Davina puji merasa senang karena dengan membaca buku dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasannya tentang sesuatu yang belum diketahuinya. Karena buku merupakan

(7)

jendela dunia dan kunci untuk membuka jendela adalah dengan mambaca.

Membaca merupakan suatu poses yang dilakukan untuk mendapatkan suatu pesan atau berita yang akan disampaikan oleh penulis melalui kata-kata atau tulisan. Membaca juga dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memahami kata tersirat dalam tersurat. Arti bacaan tidak hanya terdapat pada halaman penulis saja akan tetapi bergantung pada pikiran pembaca. Makna dari setiap bacaan juga berbeda karena setiap pembaca memiliki pengalaman tersendiri yang digunakan untuk menginterprestasikan kata-kata tersebut.

Tujuan dari kegiatan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi bacaan, serta memahami isi bacaan.

Membaca buku bersama tidak sepenuhnya dilakukan oleh semua anggota setiap hari. karena minat dan budaya bacanya masih rendah atau tidak stabil, banyak yang datang hanya sekedar ngobrol dan bermain gadget. Minat dan budaya baca di TBM Dukuh pakis dapat dilihat dengan adanya keinginan yang kuat pada diri anak untuk membaca buku tanpa ada paksaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari Sutarno NS (2006: 27) minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah, atau keinginan seseorang terhadap sesuatu.

Permasalahan yang dapat mempengaruhi minat dan budaya baca anggota TBM Dukuh Pakis, Surabaya adalah pendidikan, lingkungan dan budaya. Beberapa anak mengalami kesulitan dalam mengeja dan memahami isi buku bacaan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya dorongan dari orang tua untuk membiasakan membaca buku sejak dini. peserta didik mulai terpengaruh oleh budaya modern dengan terbiasa bermain gadget. Sehingga tidak fokus pada saat membaca bersama.

b. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik dalam mengadakan penyesuaian belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar dengan mencari suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian untuk mempersiapkan diri pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Kegiatan bimbingan belajar merupakan salah satu program yang dilakukan dengan kerjasama dari kelurahan dukuh pakis, kegiatan bimbingan belajar sudah telaksana sejak tahun 2015.

Tempat berlangsungnya di balai kelurahan dukuh pakis dan untuk jadwal pembelajarannya dilaksanakan setiap hari sabtu. Antusias peserta didik mengikuti kegiatan bimbingan belajar sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah peserta didik yang datang mencapai angka 20 sampai 35 setiap kali pertemuan. Petugas yang ditugaskan untuk memberikan bimbingan belajar adalah tutor

yang ahli dalam bidangnya dan biasanya dibantu oleh relawan mahasiswa.

Bimbingan belajar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bagi peserta didik yang terdapat (PR) Pekerjaan Rumah Kegiatan ini berupa mengerjakan tugas sekolah dengan pendampingan dari TBM, mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan disekolah, bahan pembelajaran. Namun, untuk peserta didik yang tidak mendapat PR diberikan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan keinginan mereka.

Biasanya anak-anak senang diberi soal atau tugas- tugas seperti berhitung, membaca, dan merangkum.

c. Pemberian motivasi

Pengelola atau pendamping dalam menumbuhkan minat dan budaya baca di TBM Dukuh Pakis adalah dengan memberikan motivasi agar peserta didik semangat dalam melakukan kegiatan gerakan literasi. Menurut Hamalik (2007:

173) Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang tertuang dalam bentuk aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Motivasi harus yang didukung dengan adanya kemauan dari diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan.

Motivasi dirumuskan sebagai dorongan yang berasal dari dalam maupun luar individu, untuk mencapai tujuan tertentu dan memenuhi suatu kebutuhan. Dalam segi membaca maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan akan ilmu pengetahuan.

Motivasi yang diberikan oleh pengelola diwujudkan dalalm beberapa kegiatan diantaranya:

a) kegiatan mendongeng

Mendongeng merupakan suatu keterampilan bahasa lisan yang bersifat poduktif.

Mendongeng adalah sebagai bagian dari keterampilan berbicara yang tidak hanya sekedar keterampilan berkomunikasi, melainkan sebagai suatu seni. Tujuan dari mendongeng adalah untuk merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar, mengembangkan daya nalar sikap kritis serta kreatif, serta mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa. Dengan mendongeng seseorang bisa menyajikan fakta-fakta secara sederhana.

Kegiatan mendongeng merupakan kegiatan yang menceritakan secara lisan tentang sebuah buku cerita yang disediakan oleh TBM Dukuh Pakis untuk peserta didik yang telah disesuaikan dengan usia mereka. Dongeng yang dibacakan berupa legenda suatu daerah atau ceriita nonfiksi (tidak benar terjadi). Dari kegiatan mendongeng tersebut dapat diambil keteladanan berupa sifat, sikap, moral serta budi pekerti dari tokoh yang telah diceritakan.

Kegiatan mendongeng ini dilaksanakan diwaktu tertentu biasanya seminggu sekali atau ketika ada event-event tertentu, kegiatan mendongeng memberikan semangat kepada peserta didik untuk terus gemar membaca buku dan sering

(8)

berkunjung ke TBM Dukuh Pakis, Surabaya. Kak atik selaku pengelola sekaligus pendamping TBM mengatakan bahwa kegiatan mendongeng pernah berkerjasama dengan salah satu stasiun TV di Surabaya. kegiatan mendongeng tersebut bertepatan dengan hari anak nasional. Sehingga tema yang disampaikan adalah tentag anak.

b) Kegiatan menari

Seni tari adalah seni yang mengekspresikan nilai batin melalui gerakan yang indah dari tubuh dan mimik. Aspek yang dimiliki oleh seni tari yaitu aspek gerak, keindahan, ritmis, dan ekspresi. Peran dari seni tari adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui stimulasi individu, social maupun komunikasi. Sehingga dalam hal ini seni tari merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan ekspresi jiwa dalam kaitannya dengan kepentingan lingkungan.

Kegiatan menari dilaksanakan untuk melestarikan budaya tari, peserta didik biasanya belajar dari youtube dan dibantu oleh pendamping TBM yaitu kak atik. Pengaplikasian gerakan tari dari Youtube merupakan salah satu dari budaya literasi media yang dapat tehubung dalam kajian pendidikan kritis. Hidayat (dalam Suhanadji, 2017:

10-11) menjelaskan bahwa pendidikan kritis merupakan paradigma yang dapat dibangun dari critical thingking untuk selalu mengkritisi pendidikan yang fundamental, baik filosofi, teori, sistem maupun implementasi.

Tarian yang biasanya diajarkan adalah tari tradisional. Tari tradisional merupakan sebuah tarian yang berasal dari setiap daerah yang diturunkan secara turun-temurun sehingga menjadi budaya dari suatu daerah tersebut. Tari tradisonal mengandung suatu nilai-nilai filosofis seperti keagamaan, kepahlawanan, perjuangan, dan sebagainya. Kegiatan menari dilakukan setelah kegiatan bimbingan belajar sehingga tidak menggagu pada saat pembelajaran.

Menari merupakan kegiatan yang dapat menjalin keharmonisan antar peserta didik, mereka belajar bersama dan saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Kegiatan menari ini cukup diminati oleh sebagian peserta didik khusunya peserta didik perempuan.

c) Kegiatan Olahraga

Olahraga merupakan suatu aktivitas yang melibatkan pengerahan tenaga fisik dan pikiran untuk melatih tubuh manusia baik secara jasmani maupun rohani. Kegiatan olahraga selain untuk mendapatkan kesehatan juga dapat menjadi hiburan.

Kegiatan olahraga yang difasilitasi oleh TBM Dukuh Pakis adalah olahraga tenis meja.

Tenis meja atau pingpong merupakan jenis olahraga yang dapat dimainkan oleh tunggal atau berpasangan. Permainan tenis meja membutuhkan alat yang dinamakan bet. Bet merupakan raket kecil yang terbuat dari papan kayu dan dilapisi oleh karet

dibagian luarnya. Selain bet dalam permainan tenis meja juga membutuhkan sebuah bola pingpong dan lapangan yang berbentuk meja dengan net dibagian tengahnya. Olahraga ini dilakukan didalam ruangan setelah semua kegiatan belajar selesai.

Kegiatan olahraga dilaksanakan untuk meingkatkan kemampuan TBM dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan olahraga, meningkatkan daya tubuh dan kesehatan peserta didik, meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta dapat mengurangi permainan game online. Peserta diidk yang melakukan olahraga ini mayoritas adalah laki-laki.

5. Faktor pendukung dan penghambat di TBM Dukuh Pakis, Surabaya

Terlaksanaya sebuah pogram disuatu lembaga tentunya memiliki faktor pendukung dan penghambat, tidak terkeculi di TBM Dukuh Pakis, Surabaya. faktor pendukung dan penghambat tentunya akan mempengaruhi proses kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa Faktor pendukung gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat di TBM Dukuh Pakis Surabaya adalah koleksi buku yang memadai, keterlibatan masyarakat secara langsung dalam gerakan literasi, bantuan pengelolaan TBM secara langsung oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya serta pengelola atau pendamping TBM yang ramah.

Taman Bacaan Masyrakat Dukuh Pakis, Surabaya telah memiliki beberapa koleksi buku dibidang buku sekolah, keaksaraan, buku cerita, kamus, buku kesehatan, buku masakan dan buku bacaan lainnya yang meliputi, Ilmu Agama, Ilmu komputer, dan kemasyarakatan dengan jumlah kurang lebih 500 judul dan 40 judul bacaan majalah.

Jumlah koleksi yang tersedia di TBM Dukuh Pakis, bisa dikatakan cukup. Hal tersebut sesuai dengan buku pedoman pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006: 4) bahwa koleksi buku di TBM minimal 300 judul, terdiri dari buku, majalah, surat kabar, leaft dan bahan audio visual.

Faktor penghambat yang dialami dalam kegiatan gerakan literasi di TBM Dukuh Pakis, Surabaya adalah Ruang TBM yang tersedia kurang luas dan kotor sehingga membuat kegiatan kurang nyaman, kurangnya pendampingan dalam pelaksanaan pogram, kurang fokus dalam pembelajaran karena anak-anak sering bermain gadget daripada membaca buku, lingkungan kurang mendukung karena berada dalam pemukiman yang padat penduduk.

Tenaga Pengelola TBM Dukuh Pakis yang tersedia kurang karena hanya ada satu pengelola yang merangkap sebagai pendamping. Bila tidak ditambah maka aka mempengaruhi keberlangsungan program TBM. Kurangnya pengelola TBM akan berdampak pada sistem pelayanan, baik dari segi perencanaan maupun pelaksanaannya.

(9)

Lingkungan TBM yang berada pada pemukiman padat penduduk berdampak pada sikap, perilaku nilai dan kemampuan bahasa peserta didik.

Kondisi lingkungan akan mempengaruhi pribadi dan penyesuaian peserta didik dalam masyarakat.

kondisi tersebut dapat membentuk peserta didik rendah dalam minat dan budaya membaca.

6. Dampak Gerakan Literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat di TBM Dukuh Pakis, Surabaya

Dampak jika diartikan adalah sesuatu yang beraturan, pengaruh yang dapat mendatangkan akibat baik maupun buruk. Pengaruh merupakan daya yang ada dan timbul dari sesuatu baik orang atau benda. Yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perubahan seseorang. Pengaruh adalah keadaan dimana adanya hubungan timbal balik atau sebab akibat antara yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.

Dampak secara sederhana dapat dartikan sebagai pengaruh atau akibat dari setiap keputusan yang diambil oleh seseorang. Biasanya memiliki dampak tersendiri, baik itu berupa dampak baik maupun dampak buruk. Dampak merupakan poses lanjutan dari sebuah pelaksanaan sebuah kegiatan.

Gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat di TamanABacaan Masyarakat Dukuh Pakis, Surabaya memberikan dampak yang positif bagi masyarakat dan peserta didik TBM. Hal ini menandakan bahwa TBM Dukuh Pakis berupaya memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dampak gerakan literasi yang terlihat anatara lain : masyarakat dapat dengan mudah membaca dan meminjam buku, menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat, lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk bisa lebih dekat dengan buku.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan tentang gerakan literasi untuk meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat di TBM Dukuh Pakis, Surabaya, maka dapat peneliti simpulkan sebagai berikut :

1. Gerakan literasi di TBM Dukuh Pakis, Surabaya sampai sekarang masih terlaksana dengan baik. Gerakan literasi tersebut diwujudkan dalam beberapa kegiatan antara lain : membaca buku bersama, bimbingan belajar serta pemberian motivasi. Motivasi atau dorongan yang dilakukan oleh pengelola TBM Dukuh Pakis, Surabaya melalui kegiatan mendongeng, kegiatan menari serta kegiatan olahraga.

2. Faktor pendukung meliputi : koleksi buku bacaan yang memadai, keterlibatan masyarakat dalam gerakan literasi, dan pelayanan pengelolaayang ramah.

Sedangkan faktor penghambat meliputi:

ruang TBM yang kurang luas dan kotor menjadikan pembaca kurang nyaman, kurangnya pendampingan dalam pelaksanaan pogram, kurang fokus dalam pembelajaran karena peserta didik sering bermain gadget daripada membaca buku, lingkungan kurang medukung karena berada dalam pemukiman yang padat penduduk.

3. Dampak gerakan literasi yang terlihat antara lain : lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk bisa lebih dekat dengan buku, menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat, masyarakat dapat dengan mudah membaca dan meminjam buku.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di TBM Dukuh Pakis, Surabaya maka terdapat beberapa saran yang peneliti ajukan, diantaranya :

1. Pengelola TBM Dukuh Pakis sebaiknya melakukan beberapa kerjasama dengan TBM lain yang ada di Surabaya untuk menambah dan memperkaya ilmu tentang pengelolaan taman bacaan masyarakat, sehingga TBM lebih maju dan kreatif dalam upaya peningkatan gerakan literasi

2. Pengelola maupun pendamping sebaiknya terus memberikan motivasi kepada peserta didik, baik yang sudah menjadi anggota tetap maupun yang belum menjadi anggota dan senantiasa memperkenalkan TBM Dukuh Pakis kepada masyarakat yang belum mengetahui keberadaannya.

3. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya menambah jumlah pengelola TBM minimal dua pengelola tiap TBM.

Hal tersebut untuk mengoptimalkan setiap kegiatan yang diadakan di TBM 4. Anggota TBM selalu melakukan

komunikasi yang baik secara berkesinambungan dengan pengelola agar sumber pengetahuan yang dibutuhkan dapat terpenuhi demi kebaikan bersama.

5. Anggota TBM, Masyarakat sekitar TBM serta pengelola TBM bersama-sama melaksanakan kerja bakti untuk membersihkan ruangan, menata dan merapikan buku, agar TBM menjadi bersih dan nyaman untuk dikunjungi dan untuk belajar.

Hendaknya pendidik dan orang tua berkomunikasi dan bekerja sama dalam memantau dan menstimulus kemampuan motorik anak

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif.

Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta:

Rajawali pers

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat.

Jakarta: Depdiknas.

Gong, A Gol & Irkham. 2012. Gempa Literasi.

Jakarta: Kepustakaan Gramedia Populer.

Hamalik, oemar. (2007). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Kompasiana. 20 september 2019, 8 prinsip

membangun budaya literasi masyarakat Kusnadi. (2005). Pendidikan Keaksaraan Filosofi,

Strategi, dan Implementasi. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah

Lestari, Gunarti Dwi dan Heryanto Susiolo. 2011.

Model Taman Bacaan Masyarakat dan kemampuan keaksaraan dan Usaha Mandiri.

Edisi 8 Tahun 2011. JPNF.

Suhanadji. 2017. Pendidikan Kritis. Surabaya:

Kartika Mulya.

Sutarno NS. (2008). Membina Perpustakaan Desa.

Jakarta: CV Sagung Solo

Undang-undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus media

Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Bab XIII Pasal 49. tentang pembudayaan gemar membaca.

Jakarta: Fokus media

Yulianingsih, W., & Sujarwo. (2012). Analisis Pelayanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Al- Amin Berbasis Bahasa Daerah Untuk Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Di PKBM Al-Amin Karangsoko Trenggalek. Volume 01:5.

Yulisa, wandasari. 2017. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Sebagai Pembentuk Pendidikan Berkarakter. jurnal manajemen, kepemimpinan dan supervisi volume no 1

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitowati (2015), yang mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan

Pengujian dilakukan dengan dua percobaan pada perangkat keras pengubah frekuensi ke tegangan, yaitu percobaan pertama menggunakan input frekuensi dari Analog Function

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi LPIP yang memindahkan Data Kredit dan/atau Data Lain kepada LPIP lain di dalam wilayah Republik

Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui hubungan riwayat status gizi ibu saat hamil dengan berat badan lahir diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Patianrowo Kabupaten

Penilaian tingkat kesehatan BPR dapat dilihat dari berbagai Aspek, diantaranya dengan menggunakan lima kelompok faktor yaitu Capital (Permodalan), Asset (Aktiva),

Apabila sistem kerja yang dilakukan perusahaan tidak diadaptasikan dengan kondisi pasar yang tengah dan akan dihadapi, sangat sulit bagi perusahaan untuk dapat berkembang

Menurut Winatapura (2005) model diartikan sebagai kerangka prosedural yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model pembelajaran yang di maksud

Pelaksanaan bantuan hukum dalam perkara pidana pada tahap pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Negeri Denpasar, menunjukkan masih terlihat adanya