• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riset Kompetitif Kluster Penelitian Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Riset Kompetitif Kluster Penelitian Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Kluster Penelitian

Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi

KECENDERUNGAN PENELITIAN SKRIPSI MAHASISWA PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

DAN ILMU KOMUNIKASI UIN IMAM BONJOL PADANG

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG TAHUN 2021

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi wajib melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012, yaitu menyelenggarakan pendidikan, penelitian,dan pengabdian kepada masyarakat. Proses pendidikan di perguruan tinggi harus dilaksanakandengan sebaik-baiknya dalam rangka meningkatkan kompetensi mahasiswa. Baik kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Selain itu, penelitian juga wajib dilaksanakan di perguruan tinggi dan harus selalu terjaga kualitaspenyelenggaraannya, luaran yang dihasilkan, dan kontribusinya terhadap kebutuhanmasyarakat.

Tujuan pendidikan tinggi berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah :

1. Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;

2. Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa;

3. Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia;

dan

4. Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selanjutnya Pasal 35 ayat 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentangkurikulum juga menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi dikembangkanoleh setiap perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar NasionalPendidikan Tinggi (SNPT) untuk setiap program studi yang meliputi pengembangankecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan.Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI), sebagaimana diatur dalamPermenristek Dikti Nomor 44 Tahun 2015 pasal 1, menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaranlulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai

(3)

pedomanpenyelenggaran program studi. Sejatinya kurikulum Pendidikan Tinggi merupakanamanah institusi yang harus senantiasa diperbaharui sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan manusia yang dijabarkan dalam CapaianPembelajaran kurikulum KKNI. Dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang terdidik dan berkualitas, perguruan tinggi perlu mengukur mutu lulusannya. Patokan dasar yang menjadi standar ukurnya adalah capaian pembelajaran yang telah dirumuskan dalam jenjang kualifikasi KKNI.

Undang-undang pendidikan juga mengamanahkan bahwa mahasiswa sebagai peserta didik harus aktif mengembangkanpotensi yang dimilikinya, salah satunya adalah dengan pembelajaran dan pencarian kebenaranilmiah. Pada jenjang pendidikan strata satu salah satu bentuk pembelajaran dan pencarian kebenaran ilmiah tersebut adalah dalam bentuk penelitian skripsi mahasiswa.

Skripsi merupakan mata kuliah yang menggabungkan keduanya. Tidak hanya belajarsecara teoritis, namun juga bagaimana mencari kebenaran melalui serangkaian kegiatanpenelitian. Sehingga skripsi umumnya digunakan sebagai prasyarat kelulusan mahasiswaprogram strata satu atau sarjana.

Skripsi merupakan salah satu karya tulis ilmiah yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, terutama pada jenjang strata satu (S1). Skripsi merupakan karya ilmiah atau hasil penelitian yang telah dihasilkan oleh mahasiswa berdasarkan minat dan kemampuan di bidang masing-masing. Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, mahasiswa di bawah arahan dosen pembimbingnyadiberikan otoritas dalam menentukan lingkup kajian yang akan diteliti serta pendekatan dan metodologi penelitian yang digunakan. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pada dasarnya sebuah penelitian merupakan suatu kegiatan pelacakan, pencarian dan penemuan (inquiry), pengumpulan data, pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, melihat hubungan, serta penafsiran hal-hal yang masih belum terjawab, sehingga pendekatannya dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti pendekatan kualitatif atau kuantitatif (Sukmadinata, 2011:52).

Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang seiring dengan pertukaran zaman. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkembangan ilmu pengetahuan tersebut dapat dilihat melalui perkembangan penulisan yang terkait dengan bidang ilmu tersebut, baik penulisan hasil penelitian lapangan maupun penulisan hasil studi terhadap literatur sebelumnya. Dengan melakukan analisa terhadap hasil penelitian tersebut, maka kita dapat melihat kemana arah atau kecenderungan perkembangan suatu bidang ilmu tertentu. Salah satu bentuk penulisan hasil

(4)

penelitian adalah karya ilmiah mahasiswa yang berbentuk skripsi. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa suatu program studi atau jurusan pada suatu perguruan tinggi merupakan salah satu pilar yang selain mengajarkan suatu bidang ilmu kepada mahasiswa, juga mempunyai tanggung jawab untuk berperan aktif dalam mengembangkan ilmu tersebut, sehingga diharapkan nanti lulusan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja (stakeholders).

Mahasiswa di masing-masing program studi memiliki kecenderungan yang berbeda dalam memilih kajian dan jenis penelitian yang akan digunakan dalam menyusun skripsi. Banyak faktor yang mempengaruhi kecenderungan mahasiswa dalam memilih kajian dan jenis penelitian yang digunakan dan terkadang kesenjangan kecenderungan ini sangat signifikan. Misalnya, mahasiswa cenderung memilih masalah penelitian yang sudah hampir jenuh, mengerucut pada bidang tertentu saja atau bahkan memilih tema yang sama dari skripsi karya mahasiswa angkatan sebelumnya. Fokus penelitian hanya berkutat pada fokus- fokus yang sudah diteliti pada penelitian sebelumnya. Hal ini apabila dibiarkan terus-menerus, akan berakibat pada kurangnya keterampilan mahasiswa meneliti pada tema penelitian lain dan rendahnya variasi isu atau permasalahan penelitian.

Kondisi ini mengakibatkan penelitian skripsi yang dilakukan mahasiswa cenderung identik antara satu dengan lainnya, sehingga cenderung monoton.

Dari data di lapangan menunjukkan sering juga terjadi kasus mahasiswa yang mengambil masalah penelitian yang persis sama dengan penelitian sebelumnya. Bahkan terdapat juga mahasiswa terkadang memilih masalah penelitian di luar dari kajian keilmuan program studinya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya kurangnya mahasiswa dalam memahami masalah penelitian, kurang menganalisa informasi yang diperoleh dari seniornya, kurang selektif dalam memahami informasi yang diperoleh dari bahan bacaan yang bersumber dari skripsi-skripsi sebelumnya.

Di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam pada beberapa kurun waktu terakhir ini, terdapat kecenderungan-kecenderungan mahasiswa dalam memilih bahan kajian yang sama dalam menyusun skripsinya. Mahaiswa cenderung mencari masalah-masalah penelitian yang sudah ada, mudah, dan cepat selesai.

Sehingga banyak karya mahasiswa (skripsi) yang sudah jadi kurang terasa manfaatnya bagi masyarakat. Hanya sebahagian kecil mahasiswa yang mencari dan menemukan ide dan gagasan baru dalam masalah-masalah penelitian. Padahal mahasiswa diberikan waktu untuk menyelesaikan skripsi dalam waktu satu hingga dua semester atau enam sampai dua belas bulan masa kuliah. Namun, kenyataannya banyak mahasiswa yang membutuhkan waktu lebih dari enam bulan untuk penyelesaian skripsi, sehingga yang terjadi kemudian adalah

(5)

keterlambatan dalam penyelesaian studi (congestion) dan tidak jarang berujung pada pengeluaran mahasiswa (dropout) atau tidak aktif karena masa belajar telah habis. Hal ini terjadi karena banyak hal, salah satunya dikarenakan mahasiswa mengalami kesulitan mencari judul sebagai objek kajian penelitiannya. Kesulitan ini membuat mahasiswa cenderung untuk membaca dan meniru skripsi ataupun penelitian sebelumnya.

Skripsi berisi kajian terhadap masalah-masalah keilmuan sesuai dengan bidang studi masing-masing yang berguna, baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi pemecahan masalah-masalah nyata yang dihadapi. Melalui pembuatan skripsi, mahasiswa diharapkan mampu menuangkan ide dan gagasannyakemudian mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya selama berkuliah, sehingga mampu memberikan manfaat konkret bagi masyarakat sesuai dengan bidang garapannya.

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam semenjak tahun 2016 sudah menerapkan kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sesuai dengan Undang-undang No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan.Pengembangan kurikulum S.1 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Imam Bonjol Padang dilandasi oleh nilai- nilai teologis, filosofis, kultural, sosiologis, psikologis dan kebijakan-kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Penerapan kurikulum KKNI ini mengharapkan kemampuan minimal yang harus dikuasai mahasiswa setelah lulus yang merujuk pada empat aspek kebutuhan (1) sikap (attitude) (2) bidang kemampuan kerja, (3) pengetahuan, dan (4) manajerial dan tanggung jawab. Keempat kemampuan kemudian harus dijabarkan ke dalam sebuah capaian pembelajaran (learning outcome) pada setiap mata kuliah di program studi, salah satunya pada mata kuliah skripsi.

Beberapa tema pokok kajian komunikasi yang dapat dijadikan objek kajian skripsi mahasiswa pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

 Komunikasi Massa dan jurnalistik

 Public Relations dan kehumasan

 Strategi dan perencanaan komunikasi

 Komunikasi interpersonal

 Komunikasi pemasaran atau periklanan

 Komuniksi organisasi

 Media baru (internet/online)

 Komunikasi antarbudaya

(6)

 Komunikasi politik

 Komunikasi pembangunan

 Komunikasi kelompok

 Komunikasi pembelajaran.

Sedangkan berdasarkan wilayah kajiannya, penelitian skripsi mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam terbagi kepada dua, yakni wilayah kajian kedakwahan dan wilayah kajian komunikasi. Menurut Ibnu Hamad, penelitian dakwah dapat dilakukan melalui pendekatan struktural, kultural, dan fungsional.

Adapun isu utama yang diangkat dalam penelitian dapat berupa otoritas dan pengaruh, pendekatan budaya, dan perbaikan kehidupan, sementara metodenya dapat menggunakan metode survey, case study, historical, etnografi, riset aksi ataupun evaluative. Demikian juga domain penelitian komunikasi dapat ditinjau dari berbagai persfektif, yaitu etnografi, psikologi, bentuk komunikasi, metode komunikasi, teknik komunikasi, pesan, media, dan lainnya.

Melalui penelitian ini mencoba melihat kecenderungan mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam menulis skripsinya. Dan juga diharapkan nanti bisa dijadikan alat penunjang peningkatan akreditasi jurusan dalam mengarahkan mahasiswa dan memberi informasi untuk lebih mendekatkan dan memantapkan kajian-kajian komunikasi dan penyiaran Islam.

B. Rumusan Masalah

Terkait dengan masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis kecenderungan mahasiswa dalam menulis skripsi. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Kecenderungan Penelitian Skripsi Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang.

C. Pertanyaan Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Kecenderungan Penelitian Skripsi Mahasiswa Prodi KPI ditinjau dari Ruang Lingkup Penelitian Komunikasi dan Wilayah Kajian?

2. Bagaimana Kecenderungan Metode Penelitian dan Analisis Data pada Skripsi Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yang adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kecenderungan penelitian skripsi mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FDIK ditinjau dari jenis

(7)

penelitian, fokus kajian, dan subjek penelitian

2. Untuk mendeskripsikan kecenderungan metode penelitian skripsi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FDIK selama kurun 5 tahun terakhir.

E. Luaran Penelitian

1. Artikel yang diterbitkan pada jurnal ilmiah yang terakreditasi tentang mapping kecenderungan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FDIK UIN Imam Bonjol Padang.

2. Artikel yang diterbitkan pada jurnal ilmiah yang terakreditasi tentang mapping bidang kajian penelitian yang sudah diteliti mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FDIK UIN Imam Bonjol Padang selama kurun 5 tahun terakhir.

3. Tersedianya informasi tentang isu penelitian mana saja yang masih bisa dijadikan penelitian lanjutan pada skripsi yang akan datang.

F. Signifikansi Penelitian

Kajian tentang kecenderungan penelitian skripsi mahasiswa sudah banyak dilakukan pada berbagai perguruan tinggi, namun penelitian tersebut lebih banyak berkisar tentang kajian ilmu keprodian masing-masing, dan belum dapat dijadikan sebagai acuan terhadap kajian komunikasi dan penyiaran Islam pada Jurusan Komunkasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Khusus penelitian tentang kecenderungan penelitian skripsi mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam belum banyak penulis temukan.

Oleh karena itu, untuk melihat kecenderungan dan memetakan kajian komunikasi pada prodi ini masih relevan untuk dilakukan.

Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagairujukan untuk mengarahkan mahasiswa terhadap penelitian yang akan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi penumpukan topik masalah dan kesamaan kajian dalam penulisan skripsi mahasiswa. Dari penelitian ini juga Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dapat melihat hasil pemetaan karya ilmiah dalam berbagai kajian penelitian yang telah dilakukan mahasiswa KPI yang bisa dijadikan bahan akreditasi jurusan.

G. Studi Literatur

Sejumlah penelitian terkait analisis kecenderungan mahasiswa dalam menulis skripsi sudah banyak dilakukan dari berbagai perspektif, diantaranya:

Analisis Kecenderungan Tema dan Metode Riset Skripsi Sarjana (S1) dan

(8)

Tesis Magister (S2) Prodi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Tahun 2007-2011 (Cangara, dkk: 2013, 123-127). Fokus dan tujuan penelitian ini adalah mengetahui tema dan metode riset yang digunakan para mahasiswa program Sarjana (S1) dan Magister (S2) Ilmu Komunikasi dalam penulisan tesis dan skripsi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin dalam 5 tahun terakhir (2007 – 2011).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua strata (S1 dan S2) dalam pemilihan tema atau isu nampaknya keduanya memiliki kecenderungan yang hampir sama, yakni cukup variatif dan mengangkat masalah yang relevan dengan konsentrasi bidang studi yang mereka pilih, yakni untuk S1 cenderung pada isu Film dan Televisi, Pemasaran, Internal Public, Komunikasi Interpersonal, sedangkan mahasiswa S2 cenderung pada isu Etika dan Perundangundangan Media Massa, Kampanye Politik dan Pencitraan Kandidat, Media Pembelajaran, dan Efek Media dan Opini Publik. Dalam hal metode Penelitian, mahasiswa S1 dan S2 cenderung memiliki kesamaan, yakni masih didominasi oleh metode survey. Sementara untuk metode Analsis data mahasiswa S1 cenderung memakai analisis Isi dengan pendekatan kualitatif pada tataran praktis, sedangkan mahasiswa S2 cenderung memakai survey dengan analisis kuantitatif pada tataran konseptual. Dalam penelitian ini mengkaji dua pokok bahasan yakni, kecenderungan terhadap tema dan kecenderungan terhadap metode yang digunakan, dengan mengambil subjek penelitian pada dua tingkat, yaitu strata (S1 dan S2). Penelitian ini bersifat komparatif, yakni membandingkan kedua strata tersebut. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, fokus kajian pada tema dan pemetaan tema yang sudah diteliti, hanya pada strata (S1).

Selanjunya penelitian Edi Irawan(2014), Analisis Kecenderungan Penelitian Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Stkip PGRI Pacitan Tahun Akademik 2012/2013.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bidang penelitian, jenis penelitian, bidang kajian penelitian, isu-isu penelitian dan subjek penelitian yang paling banyak diteliti oleh mahasiswa Pendidikan Matematika Tahun Akademik 2012/2013 dalam rangka menyusun skripsi. Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus terhadap beberapa penelitian skripsi mahasiswa pada tahun 2012/2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian eksperimental semu paling banyak digunakan mahasiswa Pendidikan Matematika Tahun Akademik 2012/2013 dalam menyusun skripsi. Demikian halnya dengan isu-isu pendidikan yang paling mendominasi adalah model dan metode pembelajaran. Sementara variabel atribut lain yang paling sering digunakan adalah motivasi belajar, kreativitas, dan kedisiplinan belajar. Sedangkan subjek penelitian yang sering digunakan adalah siswa-siswi SMP dan SMA sederajat.

Selanjutnya penelitian Chakam Failasuf (2015), Analisis

(9)

Kecenderungan Penelitian Mahasiswa Jurusan Bahasa Dan Sastra Arab Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Jakarta.

Penelitian terhadap mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Bahasa dan Seni UNJ ini memilih topik skripsi yang ditulisnya, dengan penjelasan beberapa bahasan topik penelitian, jenis penelitian, dan kecenderungan penelitian. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mahasiswa telah melakukan penelitian yang tersebar dalam berbagai bidang kajian penelitian, yang meliputi; penelitian kualitatif sejumlah 151 buah skripsi, penelitian kuantitatif sejumlah 100 buah skripsi, penelitian tindakan 62 buah skripsi,dan makalah ujian komprehesif 8 buah makalah.

Selanjutnya Ari Indriani (2016), Analisis Kecenderungan Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika di IKIP PGRI Bojonegoro. Penelitian ini meneliti tentang bagaimana sebaran penulisan skripsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Bojonegoro pada tahun akademik 2015/2016. Temuan bahwa penulisan skripsi pada tahun akademik 2015/1016 di Program Studi Pendidikan Matematika di IKIP PGRI Bojonegoro cukup mengalami perubahan serta banyak variasi isu utama yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah di lapangan. Adapun penulisan skripsi yang paling banyak dipilih mahasiswa program studi pendidikan matematika yaitu penelitian kuantitatif, subyek penelitiannya siswa SMP/MTs.

Berdasarkan sejumlah literatur khususnya yang sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya terdapat variasi kecenderungan mahasiswa dalam menulis skripsinya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terletak pada objek kajian dan kerangka keilmuan yang diteliti.

Seperti diketahui masing-masing perguruan tinggi terutama pada tingkat prodi tentu memiliki pendekatan dan kerangka keilmuan yang berbeda dalam menyelesaikan tugas akhir mahasiswa.

(10)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi

Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan bagi sebagai bagian persyaratan pendidikan akademik, bertujuan melatih mahasiswa menerapkan pengetahuannya melalui pemecahan masalah yang berkenaan dengan pendidikan bidang studi serta pengembangan sistem belajar mengajar dalam bentuk penelitian.

Skripsi harus berorientasi pada bidang studi masing-masing program yang ditempuh oleh mahasiswa tanpa menutup kemungkinan untuk sedikit memasukan materi skripsi dari bidang studi program lain dengan pendekatan antar disiplin ilmu. Skripsi adalah salah satu jenis karya tulis yang disusun oleh seorang mahasiswa berdasarkan hasil penelitian (research) yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana atau strata satu. (Manulang, 2002)

Menurut The Liang Gie (1992), skripsi merupakan suatu karangan ilmiah yang memaparkan sebuah masalah yang cukup penting dalam sesuatu cabang ilmu sebagai hasil penelitian pustaka dan/atau lapangan yang dilakukan oleh seorang mahasiswa berdasarkan penugasan akademik dari perguruan tingginya untuk menjadi salah satu syarat kelulusan sebagai sarjana. Penulisan skripsi yang dibuat oleh mahasiswa bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan keterampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan, dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Pendapat lain mengenai tujuan utama penulisan skripsi adalah memberibekal pengalaman belajar ilmiah sehingga mahasiswa mampu berpikir dan bekerjasecara ilmiah, merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah,dan menuliskan karya ilmiah hasil penelitian (Soemanto, 2001: 14)

Kecenderungan penelitian di dunia pendidikan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat memberikan efek yang signifikan khususnya penelitian pada prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai jurusan yang punya keterkaitan langsung dengan perkembangan media komunikasi. Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam menginginkan lulusannya dapat terserap oleh lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensinya.

Dalam menentukan judul skripsi ada banyak pertimbangan, menurut Ainul Huda Afandi (2013), berbagai hal yang menjadi pertimbangan suatu judul penelitian untuk skripsi ialah :

(11)

1. Orisinilitas objek yang diteliti. Hal ini untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian terdahulu atau mencegah terjadinya pengulangan penelitian yang tidak perlu, khususnya pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat menguji suatu hipotesis.

2. Relevan dan memiliki daya tarik. Topik yang diteliti sebaiknya memiliki daya tarik, tidak saja bagi calon peneliti, namun juga bagi orang-orang yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.

3. Azas Manfaat. Setiap skripsi yang dibuat oleh mahasiswa seyogyanya mengandung manfaat teoretis dan manfaat praktis.

4. Sesuai dgn disiplin ilmu. Mahasiswa jurusan tertentu tentu saja mengkaji dan meneliti suatu topik permasalahan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang menjadi keahliannya.

5. Sesuai fakta dan realita di lapangan. Idealnya judul penelitian diambil sesuai fenomena atau fakta yang dijumpai, bukan berangkat dari teori-teori dari buku.

Artinya, peneliti perlu mengadakan survey pendahuluan untuk mengidentifikasi suatu permasalahan. Selama ini, banyak mahasiswa yang mencari-cari judul dari buku dan diolah menjadi judul penelitian. Sebenarnya cara seperti ini sah- sah saja, namun persoalannya mahasiswa tersebut akan kesulitan menemukan lokasi penelitian yang cocok dan sesuai dengan variable yang akan diteliti.

Untuk itu, pihak perguruan tinggi yang berwenang menerima atau menolak suatu judul tentunya harus cermat dalam memeriksa judul yang diajukan mahasiswa, terutama penelitian lapangan untuk mencegah terjadinya manipulasi data dan fakta.

6. Dapat diteliti. Misalnya bila mahasiswa mengajukan judul pendekatan pembelajaran, maka sebaiknya diperinci dan dipertegas lagi, karena pendekatan pembelajaran masih bersifat umum. Objek yang diteliti juga harus dapat diukur dan ditentukan indikatornya.

7. Tidak terlalu banyak menyita waktu, tenaga dan biaya untuk menelitinya.

Umumnya mahasiswa dibatasi waktu penyusunan skripsi paling lama 1 tahun, maka objek yang diteliti hendaknya tidak memerlukan waktu penelitian melebihi durasi waktu yang paling rasional.

8. Kemampuan mahasiswa. Suatu judul yang bagus bukan berarti otomatis dapat diterima jika mahasiswa yang akan meneliti tidak cukup meyakinkan sanggup menelitinya.

B. Kurikulum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Seiring dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sarat dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seyogyanya dilakukan perubahan kurikulum berupa pengembangan dan inovasi sesuai dengan kebutuhan dan

(12)

tuntutan tersebut. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi sudah menerapkan kurikulum KKNI semenjak tahun 2016.

Perkembangan kurikulum Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam dimaksudkan untuk lebih mendekatkan kompetensi lulusan dengan kebutuhan stakeholder. Selain itu tujuan penyusunan kurikulum ini adalah untuk menciptakan lulusan program studi yang dapat bersaing dalam dunia kerja.

Tabel 2.1. Deskripsi Profil Lulusan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

NO PROFIL DESKRIPTOR

1. Tenaga Penyiaran (Broadcaster)

Lulusan (Produser, sutradara, reporter, copy writer) yang mampu merencanakan, menyusun, mengelola dan memproduksi karya penyiaran sesuai dengan kaedah-kaedah ilmu komunikasi dan dakwah secara professional

2. Jurnalist Lulusan (Broadcast journalist, online journalist, printed journalist) yang mampu merencanakan, menyusun, mengelola dan memproduksi karya jurnalistik sesuai dengan kaedah-kaedah ilmu komunikasi dan dakwah secara professional 3. Humas / public

relation

Lulusan yang mampu merencanakan, menyusun, dan mengelola aktivitas public relation pada lembaga publik atau lembaga profesi sesuai dengan kaedah ilmu komunikasi dan dakwah secara professional

4. Tenaga pendidik di bidang pers dan public relation

Lulusan mampu meneliti, menganalisis, mengevaluasi karya penyiaran, jurnalistik, dan masalah public relation secara komprehensif.

Sumber: Dokumen Kurikulum Program studi KPI FDIK UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2018

C. Ruang Lingkup Penelitian Komunikasi dan Penyiaran Islam

Berbicara mengenai riset dan penelitian komunikasi, maka setidaknya perlu memahami komponen dasar kajian ilmu komunikasi. Pertama adalah mengenai proses komunikasi dengan beberapa komponen yang menjadi struktur dasarnya yaitu sumber, komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2002:2).

Penelitian dalam bahasa Inggeris disebut research. Research artinya mencari lagi, melihat kembali, meneliti lagi. Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung-bersambung, berakumulasi, dan melahirkan teori-teori yang mampu

(13)

menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena. Dalam mendefinisikan sebuah teori komunikasi maka setidaknya terdapat tujuh tradisi dalam mendefinisikan komunikasi. Mulai dari tradisi retorika, sosio-kultural, sosio-psikologis, fenomenologis, semiotika, kritis dan sibernetika.

Penelitian sangat berperan penting dalam praktik komunikasi. Proses komunikasi ditujukan untuk menciptakan komunikasi yang efektif, dengan demikian segala bidang kajian komunikasi, baik hubungan masyarakat (humas/public relations), periklanan (advertising), penyiaran (broadcasting), jurnalistik dan lainnya dituntut untuk menciptakan komunikasi yang efektif agar tercapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi yang efektif mensyaratkan adanya pertukaran informasi (sharing of information) dan kesamaan makna antar komunikator dengan komunikan.

Objek formal komunikasi mencakup fenomena komunikasi berupa proses, produksi, pengaruh dari sistem dan lambang (tanda) melalui pengembangan teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan. Dapat dipahami bahwa ruang lingkup riset komunikasi adalah berkaitan dengan produksi serta proses pertukaran pesan dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia (Rakhmat, 2012).

Terkait dengan obyek kajian, dunia ilmu komunikasi memiliki realitas objek yang sangat luas sehingga tidak cukup mudah untuk menentukan batasannya.

Objek kajian ilmu komunikasi secara umum adalah mengkaji proses pertukaran pesan antara manusia. Maka dapat dipahami bahwa studi komunikasi memfokuskan kajian pada aktivitas komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Sedangkan objek kajian komunikasi penyiaran Islam adalah mencakup aktivitas penyiaran, aktivitas komunikasi Islam, dan aktivitas tabligh.

a. Jenis-jenis Penelitian Komunikasi

Jalaluddin Rakhmat (2007, 22) mengemukakan terdapat beberapa jenis Penelitian Komunikasi antara lain:

1) Penelitian Historis, tujuan dari penelitian historis yaitu, untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memferifikasi, serta mensintesiskan bukti- bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

Sering kali penelitian ini berkaitan dengan hipotesis tertentu.

2) Penelitian Deskriptif, yaitu untuk menggambarkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

3) Penelitian Perkembangan (developmental research), tujuannya adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan atau perubahan sebagai fungsi waktu.

(14)

4) Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (case study and field research).

Tujuannya adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial.

5) Penelitian Korelasional (correlational research). Tujuannya adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan kepada koefisien korelasi.

6) Penelitian Kausal Komparatif (causalcomparativereaserch). Tujuannya adalah untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

7) Penelitian Eksperimental Sungguhan (true eksperimental research).

Tujuannya adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.

8) Penelitian Eksperimental Semu (quasi eksperimental research). Tujuannya adalah memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasikan semua variabel yang relevan

9) Penelitian Tindakan (action research). Bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia kerja atau dunia aktual yang lain.

Pada versi lain dikemukakan jenis penelitian, antara lain:

1) Model Uses & Gratifications. Teori yang dikenalkan pada tahun 1974 yang dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch ini berisi tentang penggunaan media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan suatu media. Teori uses and gratifications mengatakan bahwa pengguna media merupakan pihak yang aktif dalam proses ini, aktif mencari informasi, aktif dalam proses komunikasi dan aktif dalam mencari sumber media yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya.

2) Model Agenda Setting. Teori yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw, muncul sekitar tahun 1968 berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk memengaruhi agenda publik. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting karena media menganggap isu itu penting juga. Pada awal perkembangannya, riset

(15)

agenda setting lebih banyak murni kuantitatif.

3) Rating Research. Riset rating menghasilkan banyak informasi berkaitan dengan media televisi dan radio. Misalnya, program televisi apa yang paling banyak ditonton oleh audiens, stasiun televisi apa yang paling sering ditonton. Rating ini adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui jumlah khalayak (audience size)

4) Content Analysis (Analisis Isi). Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.Banyak variasi para ahli dalam memberi pengertian terhadap analisis isi (content analysis), secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis mengenai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus.

b. Metodologi Penelitian Komunikasi

Penelitian komunikasi secara epistimologis membutuhkan seperangkat cara yang akan digunakan dalam menjalankan penelitian. Seperagkat cara tersebut disebut sebegai metodologi penelitian. Dalam kaidah komunikasi sebagai ilmu, metodologi penelitian komunikasi diawali dengan pemilihan paradigma dengan beragam asumsi yang melingkupinya. Setelah menentukan paradigma maka perangkat ukuran, pengumpulan data, analisis harus ditentukan (Creswell, 1998). Secara garis besar paradigma penelitian komunikasi dibagi kedalam dua paradigma besar yaitu:

paradigma positivis (positivist approach) dan paradigma interpretif (interpretive approach) (Neuwman, 2004). Setiap paradigma memiliki perangkat metodologis yang berbeda (Marvasti, 2004). Dalam matrik berikut disajikan perbedaan dari dua perangkat metodologis tersebut:

Tabel 2.2. Metodologi Penelitian dalam Komunikasi

Paradigma Metodologi Asumsi Desain Riset Positivisme

(Objektivisme)

Kuantitatif 1. Realitas objektif 2. Riset bertujuan

menguji teori atau hipotesis,

mendukung atau menolak teori.

3. Dalam riset kuantitatif berorientasi pada

Bab I. Pendahuluan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan riset dan manfaat riset) Bab II: Kerangka pemikiran/Tinjau an pustaka; terdiri dari:

(16)

hard data dalam bentuk angka 4. Data hanya sebagai

sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data.

5. Riset dilakukan untuk mendapatkan generalisasi

penjelasan

penyebab fenomena (general causal explanations).

6. Membutuhkan populasi dan sampel yang representative.

7. Konsep digunakan untuk melakukan operasionalisa si variabel.

8. Desain pengukuran dibuat dengan standar sistematis prosedur sebelum pengumpulan data.

9. Teori sebagian besar bersifat kausal dan deduktif.

10. Analisis data menggunakan statistik, tabel, grafik dan menunjukkan hubungannya dengan hipotesis

1) kajian pustaka, teori-teori, hasil studi terdahulu, atau uraian observasi awal; 2) konseptualisasi konsep/permasalah an berdasarkan kajian pustaka, studi-studi terdahulu; 3) kerangka berpikir dan 4)

pengajuan hipotesis teoritis

Bab. III

Metodologi terdiri dari 1) pendekatan atau metodologi; 2) metode dan tipe riset;

3) operasionalisasi konsep; 4) perumusan hipotesis riset; 5) defenisi populasi sampel; 6) teknik pengumpulan data; 7) teknik analisis data dan 8)

kesimpulan dan saran

Konstruktivisme (Subjektivisme)

Metodologi Kualitatif

1. Realitas subjektif 2. Riset bertujuan

untuk menangkap

Bab I: Pendahuluan terdiri dari a) latar belakang masalah; b)

(17)

dan mengungkap makna dalam data yang didapatkan.

3. Dalam riset kuantitatif berorientasi pada soft data dalam bentuk gambar, kata, kalimat, foto, simbol dan tanda lainnya.

4. Data digunakan sebagai bagian dari temuan penelitian yang dapat digunakan untuk membuat emerging themes.

5. Riset dilakukan untuk mendapatkan interpretasi otentik yang dekat dengan konteks

sosialhistoris.

6. Membutuhkan subjek penelitian dan unit analisis.

7. Konsep dalam bentuk tema, motif, generalisasi, dan taksonomi.

8. Prosedur riset sangat khusus, dan pengulangan sangat jarang dilakukan.

9. Teori dapat berupa kausal maupun nonkausal, tetapi lebih dominan

perumusan masalah; c) pembatasan

masalah/fokus riset; d) tujuan riset; dan e manfaat riset.

Bab II: Kepustakaan Yang Berkaitan Bab III: Metodologi riset yang teridiri dari:

a) deskripsi latar, sumber data, satuan kajian; b) tahaptahap riset; c) metode riset;

d) pengumpulan dan pencatatan data; e) analisis data; dan f) pemeriksaan

keabsahan data Bab IV: Analisis dan Interpretasi data Bab V : Kesimpulan dan Saran

(18)

dalam bentuk induktif.

10. Analisis data dilakukan dengan melakukan ekstrasi atau generalisasi bukti dan data yang bersifat koheren dan konsisten.

Sumber: Yuliana Rakhmawati (2019:18-21)

Wimmer & Dominik (2001:5) menyebut pendekatan dengan paradigm, yaitu seperangkat teori, prosedur dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Perspektif tercipta berdasarkan komunikasi antara anggota suatu kelompok selama seseorang menjadi anggota kelompok tersebut. Jadi orang akan mempunyai perspektif tertentu jika dia hidup dalam kelompok dan berinteraksi dengan orang lain. Rachmat Kriyantono menjelaskan (2006:30) menjelaskan istilah lain dari perspektif adalah pendekatan. Ada dua sifat perspektif atau pendekatan, yaitu bersifat membatasi pandangan kita dan selektif. Artinya, perilaku orang ditentukan oleh perspektifnya tentang realitas. Berdasarkan perspektif itu, dia memerhatikan, menginterpretasi, dan memahami stimuli dari realitas yang ditemui serta mengabaikan stimuli lainnya, lalu berperilaku berdasarkan pemahamannya lewat perspektif itu. Jadi, realitas yang kita tangkap dan tafsirkan bukanlah realitas yang utuh, melainkan realitas yang telah kita pilih beberapa aspek tertentu saja yang kita anggap menarik dan penting. Perspektif merupakan dasar bagi persepsi karena itu sangat memengaruhi persepsi kita akan realitas. Persepsi diartikan sebagai proses memberikan makna pada objek atau realitas.

Menurut Mulyana (2001:18), jenis perspektif atau pendekatan yang disampaikan oleh teoretisi bergantung pada bagaimana teoretisi itu memandang manusia yang menjadi objek kajian mereka. Perbedaan pendekatan ini pada dasarnya merupakan perbedaan penafsiran tentang apa itu realitas, dan dalam ilmu sosial, bagaimana kedudukan manusia dalam realitas itu. Dalam konteks ini, muncullah pendekatan ilmu sosial, yang berada di antara ilmu alam dengan pendekatan ilmiah murni untuk menemukan hukum-hukum universal dan ilmu sosial dengan pendekatan humanistis murni (humaniora) untuk menelaah fenomena secara kasuistik atau mengkritisi suatu masalah.

(19)

Gambar 2.1 Hubungan Perspektif dengan Persepsi

Perspektif

Kerangka konseptual Perangkat asumsi Perangkat nilai Perangkat gagasan

Mempengaruhi persepsi kita

Mempengaruhi tindakan dalam situasi

Pengetahuan mengenai pendekatan ini penting bagi seorang periset.

Pendekatan akan menentukan jenis metodologi riset. Pendekatan adalah falsafah yang mendasari suatu metodologi riset. Dari asal kata, metodologi dibentuk dari kata “metodos” (cara, teknik atau prosedur) dan “Jogos” (ilmu). Jadi, metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu. Metodologi riset merupakan suatu pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode riset. Sedangkan metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik (Suriasumantri, 2001:119).

Tabel 2.3. Hubungan antara pendekatan, metodologi, metode riset

Pendekatan Metodologi Riset Metode Riset Teknik Analisa Klasik/ Objektif/

Positivistik

Kuantitatif  Survei

 Analisis isi

 Eksperimental

 Sensus

 Deskriptif

 Eksplanatif/

analitik

 evaluatif Konstruktivis Kualitatif  Observsi non

partisipan

 Observsi partisipan

 Depth-interview

 Focus Group Discussion (FGD)

 Studi kasus

 Analisis isi kualitatif

 Deskriptif

 Explorasi (grounded)

Kritis Kualitatif  Analisis Wacana

 Framing

 Semiotic

Deskriptif

Sumber: Rachmat Kriyantono (2006: 52)

(20)

c. Paradigm Penelitian Komunikasi

Paradigma bisa didefinisikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan yang memandu penyelidikan ilmiah. Ini mengacu pada landasan nilai-nilai (khususnya yang menyangkut filsafat keilmuan), asumsi-asumsi, etika dan norma yang menjadi aturan-aturan standar yang dipergunakan untuk menafsirkan suatu fenomena (Hidayat, 2005). Realitas dalam penelitian komunikasi dapat dilihat dari banyak sisi. Paradigma merupakan perangkat keyakinan dasar terkait dengan hakekat realitas, bagaimana memahami realitas tersebut dan cara mendapatkan atau menangkap realitas.

1) Perbedaan Paradigma Penelitian Berdasarkan Ontologis

Dimensi Positivistik Post-

Positivistik Konstruktivis Kritis Ontologis

(Pandangan tentang realitas, hakikat realitas)

Naive realism Realitas sosial itu ada (nyata), bisa diketahui dan diteliti dan yang diatur oleh kaidah- kaidah yang berlaku universal.

Critical realism Realita sosial memang ada (nyata), tetapi kita tidak bisa sepenuhnya memahami realitas tersebut.

Relativism Realitas sosial adalah hasil konstruksi.

Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial

Historical realism Realitas sosial bersifat semu.

Fenomena sosial yang kita lihat atau amati lahir dari proses sejarah dan dibentuk oleh kekuatan ekonomi, politik, sosial yang ada dalam masyarakat.

Sumber: Disarikan dari Hidayat (2005); Neuman (2011: 119); Lincoln & Guba (2005: 193-196); dan Corbetta (2003: 4).

2) Perbedaan Paradigma Penelitian Berdasarkan Epistemologis

Dimensi Positivistik Post-

Positivistik Konstruktivis Kritis Epistemologis

(Hubungan antara peneliti dengan objek

Dualist / objectivist Realitas berada di luar peneliti

Modified dualist / objectivist Peneliti tidak

Transactionalist / subjectivist Peneliti terlibat dengan objek

Value mediated Hubungan peneliti

(21)

yang diteliti) (eksternal).

Tugas peneliti untuk

menangkap realitas tersebut. Agar dapat

menangkap realitas, peneliti mengambil jarak dengan objek yang diteliti

bisa

sepenuhnya berada di luar objek yang diteliti. Peneliti bisa saja terlibat dengan objek, tetapi harus netral, dan kritis.

yang diteliti.

Pemahaman suatu realitas merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.

dengan yang diteliti dijembatani nilai-nilai tertentu.

Pemahaman akan realitas terbentuk dari nilai- nilai antara peneliti dan yang diteliti.

Sumber: Disarikan dari Hidayat (2005); Neuman (2011: 119); Lincoln & Guba (2005: 193-196); dan Corbetta (2003: 4).

3) Perbedaan Paradigma Penelitian Berdasarkan Aksiologis Dimensi Positivistik Post-

Positivistik Konstruktivis Kritis Aksiologis

(posisi nilai, moral peneliti dalam penelitian)

Bebas nilai

Ilmu pengetahuan dilihat bebas nilai (netral)

Tidak bebas nilai.

Nilai adalah bagian yang integral dalam kehidupan sosial. Tidak ada nilai kelompok yang salah atau benar, semua

tergantung kepada

pemahaman atas realitas.

Memperjuangkan nilai-nilai

Ilmu

pengetahuan harus dimulai dengan posisi tertentu atau keberpihakan tertentu.

Pengamat

Peneliti tidak diperbolehkan memasukkan nilai, etika, keberpihakan atau pilihan moral ketika melakukan

Fasilitator Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak

Aktivis Nilai,

keberpihakan dan pilihan moral bukan hanya

(22)

penelitian. terpisahkan dari penelitian.

bagian tak terpisahkan dari penelitian, bahkan harus ditunjukkan secara jelas.

Hasil penelitian adalah cermin dari

keberpihakan, nilai dan posisi moral peneliti.

Peneliti sebagai disinterested scientist

Peneliti netral, tidak mempunyai kepentingan dengan objek yang diteliti.

Hanya melaporkan secara objektif fakta atau fenomena tersebut tanpa ada

kepentingan subjektif peneliti

Peneliti sebagai passionate participant.

Peneliti berperan sebagai fasilitator, merekonstruksi dan

menceritakan kembali bagaimana individu atau aktor sosial memahami realitas dengan cara yang beragam.

Peneliti sebagai advokat dan aktivis.

Peneliti berpihak, mempunyai posisi tertentu dengan objek yang diteliti.

Peneliti

memperjuangkan nilai-nilai dan melakukan kritik sosial.

Positivistik Post-

Positivistik

Konstruktivis Kritis

Prediksi dan kontrol Tujuan penelitian adalah melakukan prediksi dan

Eksplanasi Tujuan penelitian menemukan keteraturan (persamaan, pola-pola

Rekonstruksi realitas sosial Tujuan

penelitian adalah

menggambarkan bagaimana

Transformasi, emansipasi dan pemberdayaan sosial

Tujuan

penelitian adalah untuk

(23)

kontrol.

Pengetahuan memungkinkan kita menguasai dan

mengendalikan peristiwa.

Peneliti harus bisa

menemukan hukum-hukum tertentu

(misalnya keterkaitan antar variabel) sehingga perilaku, sikap bisa

diprediksikan.

Jika ada A, muncul B.

perilaku atau sikap) untuk eksplanasi

realitas

dipahami oleh subjek atau individu.

Realitas

beragam sesuai dengan

konstruksi dari individu atau subjek, sehingga menjadi tugas peneliti

menggambarkan keragaman pemahaman tersebut.

penyadaran publik. Tugas peneliti adalah memberikan pemahaman (lewat hasil penelitian) bagaimana fenomena tertentu terbentuk oleh kekuatan yang ada dalam masyarakat.

Sumber: Disarikan dari Hidayat (2005); Neuman (2011: 119); Lincoln & Guba (2005: 193-196); dan Corbetta (2003: 4).

d. Kajian Konteks Komunikasi 1. Komunikasi Intrapersonal

Devito (1997) menjelaskan bahwa komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung.

Sedangkan menurut Nina (2011) menjelaskan komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri manusia, meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi, memori dan berpikir. Sedangkan menurut Effendy seperti yang dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan bahwa komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri.

Dia berdialog dengan dirinya sendiri. Dia bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri. Selanjutnya Rakhmat seperti dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan komunikasi intrapersonal adalah suatu proses pengolahan informasi, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

(24)

Dari konsep tentang komunikasi intrapersonal yang dikemukakan beberapa ahli komunikasi di atas, dapat penulis pahami bahwa komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri sendiri meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi memori dan berpikir dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung.

Dalam komunikasi intrapersonal, seorang komunikator (encoder) melakukan proses komunikasi intrapersonal dengan menggunakan seluruh energi yang dimilikinya agar pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (decoder) dapat diterima dengan jelas, dan komunikan pun dapat melakukan umpan balik (feedback) terhadap pesan tersebut.

Proses komunikasi intrapersonal dapat dilihat dari skema berikut:

Sensasi

Sensasi adalah proses pencerapan informasi (energy/ stimulus) yang datang dari luar melalui panca indra. Sebagai contoh: Ketika kita sedang mendengarkan permasalahan yang disampaikan oleh seseorang. Di sini terjadi proses pencerapan informasi dengan melalui indera pendengaran.

Asosiasi

Asosiasi adalah pengalaman dan kepribadian yang mempengaruhi proses sensasi. Thorndike seperti yang dikutip oleh Nina (2011) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons ini megikuti hukum-hukum berikut, yaitu:

a) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respons sering terjadi, asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan yang telah terbentuk akibat terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

b) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan, maka asosiasi akan semakin meningkat. Ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat.

Dari pendapat Thorndike ini , kita dapat mengetahui bahwa sering terjadinya pengalaman yang terjadi terhadap suatu peristiwa, maka semakin menguatkan asosiasi dan pada gilirannya akan semakin menguatkan sensasi kita terhadap peristiwa tersebut. Selain itu penguatan asosiasi juga terbentuk karena akibat dari suatu peristiwa (asosiasi stimulus dan respon).

Sensasi Asosiasi Persepsi Memory Berfikir

(25)

Persepsi

Persepsi adalah pemaknaan/arti terhadap informasi (energy/stimulus) yang masuk ke dalam kognisi manusia. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Meskipun demikian Desiderato seperti yang dikutip oleh Nina (1976) menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi, motivasi, dan memori.

Memori

Memori adalah stimuli yang telah diberi makna, direkam, dan kemudian disimpan dalam otak manusia. Secara singkat memori meliputi 3 proses, yaitu:

a) Perekaman (encoding) yaitu pencatatan informasi melalui reseptor indra dan sirkuit syaraf internal.

b) Penyimpanan (storage) yang menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa bersifat aktif atau pasif.

c) Pemanggilan (retrieval), yang dalam sehari-hari disebut mengingat kembali adalah menggunakan informasi yang disimpan.

Berpikir

Berpikir adalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan. Selain itu berpikir juga diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving) dan menghasilkan sesuatu yang baru (creativity). Salah satu fungsi berfikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil sangatlah beraneka ragam. Adapun tanda-tanda umumnya adalah:

a) Keputusan merupakan hasil berpikir, dan merupakan hasil usaha intelektual.

b) Keputusan merupakan pilihan berbagai alternatif.

c) Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

2. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian komunikasi interpersonal

Hafied Cangara (2004: 4) menjelaskan bahwa komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia.

Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya. Secara lebih rinci mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai suatu keadaan interaksi ketika seorang (komunikator) mengirimkan stimulus (biasanya simbol-simbol

(26)

verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan), dalam peristiwa tatap muka. Komunikasi antarpribadi yang dimaksud di sini ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang secara tatap muka. (Pice dalam Cangara, 2004: 36)

Menurut Maulana & Gumelar (2013: 75) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi pada dua individu, seperti orangtua-anak, suami-istri, dua sahabat dekat, dua sejawat, guru-murid dan sebagainya. Berkomunikasi dengan orang lain berarti kita belajar makna cinta, kasih sayang, simpati, rasa hormat, rasa bangga bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkan antara perasaan yang satu dengan perasaan yang lainnya. McDavid & Harari (dalam Maulana & Gumelar, 2013: 75) komunikasi interpersonal yaitu suatu proses komunikasi yang ber-setting pada objek-objek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau pesan.

Menurut Devito (dalam Maulana & Gumelar, 2013: 75) komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. Menurut Rakhmat (2012: 118) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi saling terbuka dan mendapatkan timbal balik yang positif. Contoh bila anda berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan anda, anda akan merasa terbuka dan nyaman dengan kelompok tersebut. Berkumpul dengan orang-orang yang anda benci anda akan cenderung menutup diri dan menghindari komunikasi dan anda ingin segera mengakhiri komunikasi dengannya.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.

b. Aspek-aspek komunikasi interpersonal

Munurut Ahmad dan Harapan (2014: 55) mengatakan ada tujuh aspek utama yang mendasarinya dalam komunikasi antarpribadi, yakni: 1) Berbagi maksud, gagasan, dan perasaaan yang ada dalam diri pengirim pesan serta bentuk perilaku yang dipilihnya. 2) Proses kodifikasi pesan oleh pengirim, pengirim pesan atau komunikator mengubah gagasan, perasaan, dan maksud- maksudnya ke dalam bentuk pesan yang dapat dikirimkan. 3) Proses pengiriman pesan kepada penerima 4) Adanya saluran (channel) atau media, melalui apa pesan terebut dikirimkan 5) Proses dekodifikasi pesan oleh

(27)

penerima Penerima menginterpretasikan atau menafsirkan makna pesan. 6) Tanggapan batin oleh penerima pesan terhadap hasil interpretasinya tentang makna pesan yang ditangkap 7) Kemungkinan adanya hambatan (noise) tertentu.

Sementara Wood (2013: 23-27) menjelaskan karakteristik komunikasi interpersonal ada delapan karakteristik, yakni:

1) Selektif. Kita tidak mungkin berkomunikasi secara akrab dengan semua orang yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kita berusaha untuk membuka diri seutuhnya hanya dengan beberapa orang yang dikenal baik.

2) Sistemis. Dikatakan bersifat sitemis karena ia terjadi dalam sistem yang bervariasi. Komunikasi terjadi dalam konteks yang mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya. Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi interpersonal.setiap sistem mempengaruhi apa yang kita harapkan dari orang lain. Cara manusia berkomunikasi sangat beragam dan bervariasi.

3) Unik. Pada tingkatan yang paling dalam komunikasi interpersonal sangat unik, pada interaksi yang melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu menjadi tidak tergantikan.

4) Processual. Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan.

Hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring berjalannya waktu. Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat berkembang dari masa ke masa.

5) Transaksional. Pada dasarnya, komunikasi interpersonal adalah proses transaksi antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan anda di kantor menjelaskan sebuah gagasan, anda mengangguk sebagai tanda kalau anda paham. Ketika anda dimarahin orangtua, bisa jadi kepala anda tertunduk sebagai tanda rasa bersalah.

6) Individual. Kita mengetahui bahwa bagian terdalam dari komunikasi interpersonal melibatkan manusia sebagai individu yang unik dan berbeda dengan orang lain

7) Pengetahuan personal. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan personal dan wawasan kita terhadap interaksi manusia. Agar dapat memahami keunikan individu, kita harus memahami pikiran dan perasaan orang lain secara personal.

8) Menciptakan makna. Komunikasi interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak. Kita tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi. Kita menciptakan makna seperti kita memahami

(28)

tujuan setiap kata dan perilaku yang ditampilkan oleh orang lain 3. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Goldberg,2006:6). Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.

Menurut Shaw dalam Arni Muhammad (2002:182) komunikasi kelompok adalah sekumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.

Sedangkan menurut Michael Burgon dan Michael Ruffner seperti yang telahdikutip oleh Sasa Djuarsa (2008: 33), komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih individu guna mmemperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa juga banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti itu kelompok kecil (small group communication), jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar (large group communication). Menurut Brilhart dan Galanes (1998), yang dimaksud dengan komunikasi kelompok kecil adalah proses menggunakan pesan-pesan untuk menhasilkan makna yang sama dalam sebuah kelompok kecil manusia.

Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu bagian dari komunikasi interpersonal (Pearson, 2011 : 20). Menurut (Jalaludin Rakhmat, 1994 : 88) Adapun faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu pada ukuran kelompok, Jaringan komunikasi, kohesi kelompok, kepemimpinan.

Menurut Muhammad (Fajar, 2009: 65) Komunikasi kelompok adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Komunikasi dalam kelompok merupakan kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara suatu kelompok. Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukanya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat peribadi. Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai

(29)

tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama lainya dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok.tersebut.

Karakteristik komunikasi kelompok bersifat homogeny yang terjadi dalam kesempatan saat melakukan tindakan. Arus balik terjadi secara langsung oleh komunikator dengan komunikan. Pesan diterima komunikan bersifat rasional dan emosional. Dimana Komunikator dapat mengetahui dan mengenal komunikan meski hubungan tidak erat menimbulkan konsekuensi bersama”

(Fajar, 2009 : 67)

Menurut Raudhonah (2007:125) komunikasi kelompok memiliki beberapa karakteristik yaitu :

a) Komunikasi Kelompok bersifat formal, dalam arti pelaksanaannya direncanakan terlebih dahulu, sesuai dengan komponen-komponennya.

b) Komunikasi Kelompok terorganisir, yaitu orang-orang yang tergabung dalam kelompok mempunyai peranan dan tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan.

c) Komunikasi Kelompok terlembagakan, dalam arti ada aturan mainnya.

d) Komunikator dalam kelompok ini haruslah :

- Mencoba mengisolir beberapa proses yang sederhana dan mudah dimengerti dari sekian banyak proses-proses yang timbul secara simultan.

- Menggunakan beberapa istilah yang akan memudahkan untuk mengorganisir pengamatan.

4. Komunikasi Massa

Pengertian Komunikasi massa dikemukakan oleh Bitner dalam Riswandi (2009:103) adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Batasan komunikasi massa ini lebih menitikberatkan pada komponen-komponen dari komunikasi massa yang mencakup pesa-pesan dan alat-alat media massa (seperti suratkabar, majalah, televisi, radio dan film)

Defleur dan Dennis McQuail (1985), menjelaskan komunikasi massa adalah proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mem[engaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.

Definisi komunikasi massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh Gerbner (1967). Menurut Gerbner “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of the message in industrial societies”. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga

(30)

dari arus pesan yag kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, atau bulanana. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, malainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Ardianto, 2007:3)

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Gerbner tersebut, terungkap adanya faktor produksi, distribusi, pesan yang kontinyu, juga sejumlah individu. Hal ini menunjukkan bahwa proses komunikasi massa melibatkan lebih banyak komponen dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya.

Komponen-komponen pada komunikasi massa juga memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan komponen komunikasi secara umum. Ada sejumlah komponen yang menjadi cirikhas komunikasi massa itu sendiri dan menjadi objek kajian dalam penelitian komunikasi.

Hiebert, Ungurait, dan Bohn, atau sering disingkat menjadi HUB (1975) ini, mengemukakan bahwa komponen-komponen komunikasi massa yang dapat menjadi objek kajian komunikasi adalah:

1. Communicators (Komunikator) Komunikator pada komunikasi massa berbeda dengan komunikator pada dalam komunikasi antar personal.

Pengirim pesan dalam dalam komunikasi mass bukan seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak. Misalnya kesuksesan seorang pembawa acara dalam sebuah program televisi. Ia tidak bekerja sendirian, melainkan berbagai pihak yang ada pada stasiun televisi tersebut, misalnya sutradara, cameraman, lighting technician, make up artist, floor director dan sebagainya. Bahagian ini bisa menjadi objek kajian dalam penelitian komunikasi.

2. Codes And Conten. Codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi misalnya: kata-kata lisan, tulisan, musik, dan film. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi mengenai perang Irak atau sebuah lelucon yang dilontarkan seorang komedian. Sedangkan codes adalah simbol yang digunakan untuk membawa pesan tersebut. Misalnya kata-kata yang diucapkan atau ditulis, foto, maupun gambar bergerak. Dalam komunikasi massa, codes dan content berinteraksi sehingga codes yang berbeda dari jenis media yang berbeda, dapat memodifikasi persepsi khalayak atas pesan, walaupun content-nya sama.

3. Gatekeeper. Gatekeepers sering diartikan sebagai “penjaga gawang”.

Gawang yang dimaksud adalah gawang dari sebuah media massa, agar

Gambar

Tabel 2.1. Deskripsi Profil Lulusan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Tabel 2.2. Metodologi Penelitian dalam Komunikasi
Gambar 2.1 Hubungan Perspektif dengan Persepsi  Perspektif  Kerangka konseptual Perangkat asumsi  Perangkat nilai  Perangkat gagasan  Mempengaruhi persepsi kita  Mempengaruhi  tindakan dalam situasi
Tabel 4.1. Penyebaran skripsi mahasiswa Prodi KPI Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi   UIN Imam Bonjol Padang Tahun 2017 - 2021
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjenis deskriptif karena diupayakan untuk mengungkapkan sesuatu secara apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Pada penelitian ini, penelitian dilakukan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan, sama-sama

ditambah sampai bahan mengalami keruntuhan pada kedudukan OS tegangan utama menjadi berotasi sehingga tegangan utama mayor menjadi OS. kondisi permukaan bidang longsor

(Baik orang tua saya maupun saya tidak mendengar tentang kecelakaan (yang dialami) sepupu saya). Note: Kalimat ini mengandung dua independent clause yang dihubungkan oleh

Collateral pada prinsip 5C berpengaruh positif sebesar 0,208 terhadap realisasi kredit pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Se- Kecamatan Abiansemal dan signifikan

Pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi mengenai kegiatan yang telah dilakukan selama program pengabdian kepada pemuda RT. 14 Perumnas Aurduri Kota. Evaluasi ini

Aprizal – Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Perbank kan syari’ah di Indonesia Page 22 Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya (1) isu mengenai ISR