• Tidak ada hasil yang ditemukan

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan

No. 26 Tahun 2008). Kawasan permukiman mendominasi kawasan perkotaan yang membangkitkan kegiatan dan terus mengikuti, bahkan mengarahkan pengembangan kawasan lainnya dan akan mempengaruhi arah pengembangan kota yang bersangkutan. Se

dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk yang beraktifitas di dalam kawasan yang tersebut.

Pertumbuhan kawasan permukiman dapat dikelompokan sebagai kawasan yang direncanakan dan tertata dengan baik, serta kawasan permukiman yang merupakan cikal bakal tumbuhnya kawasan perkotaan dan terus berkembang mengikuti pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatannya Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota,

dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali dan menyebabkan munculnya permukiman kumuh, yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya kesenjangan masyarakat serta angka kriminalitas, da

masyarakat.

Dalam rangka mengatasi permasalahan permukiman tersebut, pemerintah daerah bersama dengan semua pemangku kepentingan pembangunan permukiman perlu menentukan kawasan permukiman yang akan mendapatkan penanganan p

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (PP No. 26 Tahun 2008). Kawasan permukiman mendominasi kawasan perkotaan yang membangkitkan kegiatan dan terus mengikuti, bahkan mengarahkan pengembangan kawasan lainnya dan akan mempengaruhi arah pengembangan kota yang bersangkutan. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi pertumbuhan penduduk yang beraktifitas di dalam kawasan yang tersebut.

Pertumbuhan kawasan permukiman dapat dikelompokan sebagai kawasan yang direncanakan an tertata dengan baik, serta kawasan permukiman yang merupakan cikal bakal tumbuhnya kawasan perkotaan dan terus berkembang mengikuti pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatannya Berkenaan dengan kedua jenis tersebut, dalam suatu wilayah atau kota, perkembangan dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali dan menyebabkan munculnya permukiman kumuh, yang seringkali berdampak lebih lanjut pada meningkatnya kesenjangan masyarakat serta angka kriminalitas, dan rendahnya tingkat kesehatan

Dalam rangka mengatasi permasalahan permukiman tersebut, pemerintah daerah bersama dengan semua pemangku kepentingan pembangunan permukiman perlu menentukan kawasan permukiman yang akan mendapatkan penanganan prioritas sesuai dengan potensi dan tantangan

P ENDAHULUAN

bab

01

(2)

yang dihadapi kawasan tersebut. Adapun kawasan permukiman prioritas ditentukan berdasarkan hasil penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan.

Kawasan permukiman prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan tersebut perlu diprioritaskan atau diberikan perhatian khusus dalam penanganannya. Kesalahan mengantisipasi pola penanganan dan pemberian priotitas pada kawasan dengan kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan capaian tujuan pembangunan perkotaan secara keseluruhan. Adapun dalam konteks suatu wilayah atau kota, kawasan permukiman prioritas tersebut dapat berupa:

a. Kawasan permukiman dan lingkungan perumahan kumuh dalam areal perkotaan yang memiliki nilai ekonomis dan atau strategis tinggi, yang apabila ditangani dapat meningkatkan nilai kawasan serta memberikan manfaat bagi peningkatan perekonomian wilayah atau kota yang bersangkutan.

b. Kawasan permukiman dengan fungsi khusus dalam skala pembangunan wilayah kota atau wilayah yang lebih luas. Termasuk dalam kriteria ini seperti kawasan pariwisata, kawasan konservasi kultural, kawasan agro industri, dan sejenisnya.

c. Kawasan permukiman potensi bencana (alam maupun konflik sosial) yang perlu diselesaikan segera agar program lain dapat diselenggarakan pada waktunya.

d. Kawasan ‘peralihan’ dipinggiran areal perkotaan, yang berfungsi sebagai hinterland atau penyangga bagi kawasan perkotaan. Pada umumnya kawasan tersebut berubah menjadi kawasan permukiman baru yang perlu diperhatikan perkembangannya. Hal ini akan terkait pada pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar permukiman perkotaan.

Penanganan terhadap kawasan permukiman prioritas ini perlu dituangkan dalam suatu Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas atau yang disebut dengan RPKPP. RPKPP ini adalah suatu rencana yang memuat rencana aksi program strategis untuk penanganan persoalan permukiman dan pembangunan infrastruktur perkotaan, khususnya bidang Cipta Karya.

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Tujuan Penyusunan RPKPP

Kegiatan ini bertujuan memberikan pendampingan kepada pemangku kepentingan di tingkat Kota/Kabupaten untuk dapat menghasilkan rencana Pembangunan kawasan permukiman prioritas dengan muatan rencana program investasi jangka menengah infrastruktur bidang Cipta Karya, serta rencana pembiayaan yang dilengkapi dengan rencana detail desain pada tahun pertama.

1.2.2 Sasaran Penyusunan RPKPP

Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran dari PembangunanKawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini adalah:

 Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam penyusunan RPKPP sebagai dokumen acuan dalam pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman prioritas di kota/ kabupaten;

 Terwujudnya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas melalui community participatory approach

 Teridentifikasinya kawasan permukiman prioritasdan program strat (berdasarkan hasil SPPIP)

 Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat operasional pada kawasan permukiman prioritas yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di kota/kabupaten .

 Tersusunnya rencana detail desain pembangunan kawasan permukiman prioritas untuk penanganan tahun pertama

1.3 Metodologi dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 1.3.1 Metodologi

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode pendekatan sebagai berikut : 1. Pendekatan Normatif, Pelakasanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan

Permukiman Prioritas (RPKPP) ini dilakukan dengan mengacu pada dokumen perencanaan dan kebijakan pembangunan yang sudah dimiliki kota tersebut.

2. Pendekatan Partisipatif dan Fasilitatif

seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

Pendekatan fasilitatif dilakukan dalam bentuk memberikan pendampingan dalam proses penyusunan RPKPP kepada tim Pokjanis kota bersangkutan. Hal ini selain ditujukan untuk mendapatkan pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan daerah, juga untuk mendapatkan hasil yang disepakati bersama.

Pendekatan partisipatif dilakukan dalam bentuk pembahasan k

renca aksi program bersama pemangku kepentingan kota dan kawasan.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran dari Kegiatan Penyusunan Rencana PembangunanKawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini adalah:

Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/ kabupaten dalam penyusunan RPKPP sebagai dokumen acuan dalam pelaksanaan pembangunan kawasan

Terwujudnya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses rencana pembangunan community participatory approach (CPA);

Teridentifikasinya kawasan permukiman prioritasdan program strategis pada kawasan prioritas

Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat operasional pada kawasan permukiman prioritas yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di

encana detail desain pembangunan kawasan permukiman prioritas untuk

Metodologi dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode pendekatan sebagai berikut : Pelakasanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini dilakukan dengan mengacu pada dokumen perencanaan dan kebijakan pembangunan yang sudah dimiliki kota tersebut.

if Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan

Pendekatan fasilitatif dilakukan dalam bentuk memberikan pendampingan dalam proses pada tim Pokjanis kota bersangkutan. Hal ini selain ditujukan untuk mendapatkan pembelajaran bersama di tingkat pemangku kepentingan daerah, juga untuk mendapatkan hasil yang disepakati bersama.

Pendekatan partisipatif dilakukan dalam bentuk pembahasan konsep, rencana penanganan dan renca aksi program bersama pemangku kepentingan kota dan kawasan.

(3)

3. Pendekatan Teknis – Akademis Proses penyusunan ini dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis baik untuk teknik identifikasi, analisa, penyusunan stategi maupun proses pelaksanaan pengambilan kesepakatan.

4. Pendampingan bagi pemangku kepentingan kota, terutama pokjanis, dalam proses penyusunan RPKPP dalam bentuk

a. Melakukan sosialisasi hasil penyusunan RPKPP melalui diseminasi kepada dinas/instansi terkait di daerah.

b. Menyusun materi visualisasi hasil rencana (RPKPP) yang akan digunakan untuk kebutuhan sosialisasi dalam bentuk poster dan leaflet. Materi visualisasi ini berisikan konsep, rencana, strategi dan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman pada kawasan prioritas

c. Melakukan kegiatan diskusi dan pembahasan sebagai berikut:

Pra FGD dan FGD, merupakan kegiatan pertemuan dengan pemangku kepentingan untuk menjaring masukan tertentu dan dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali sesuai dengan tahapan pelaksanaan dan target capaian, akan melibatkan minimal 20 orang pemangku kepentingan. Adapun diskusi FGD selama 3 kali tersebut dilakukan dalam menentukan beberapa substansi pekerjaan berikut ini :

Pra FGD danFGD 1 merupakan kegiatan diskusi dengan topik kesepakatan penyusunan Konsep Penanganan Kawasan

Pra FGD danFGD 2 merupakan kegiatan diskusi dengan topik kesepakatan Perumusan Rencana Aksi Program

Pra FGD danFGD 3 merupakan kegiatan diskusi dengan topik kesepakatan penyusunan Rencana Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap I

Kolokium, merupakan kegiatan yang akan dikoordinasikan dengan Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya yang ditujukan untuk melakukan penyamaan pencapaian dari kegiatan penyusunan RPKPP.

Pihak konsultan akan mengikuti kegiatan Kolokium dan melaporkan kemajuan pencapaian kegiatan maupun hasil kesepakatan di daerah dalam penyusunan RPKPP.

Setiap wilayah diperkirakan akan melibatkan 2 orang dari tim konsultan, Satker PP Propinsi yang bersangkutan, 2 orang Pokjanis

Diseminasi, merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada akhir kegiatan dan ditujukan untuk menginformasikan seluruh hasil kegiatan khususnya RPKPP dan arahan Program yang telah disepakati, kepada dinas/instansi terkait pemangku kepentingan lainnya yang akan terlibat dalam pembangunan kota tersebut, minimal melibatkan 40 orang.

Diskusi Partisipatif, merupakan kegiatan diskusi dengan masyarakat dalam menentukan pemantapan penentuan lokasi kawasan pembangunan Tahap I.

Konsultasi Publik, merupakan kegiatan diskusi dengan masyarakat dan stakeholder terkait dalam menentukan penyusuna Rencana DED kawasan.

5. Diskusi Pembahasan, merupakan kegiatan pembahasan laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan bers

(Satker). Diskusi Pembahasan dilakukan untuk pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir sementara dan laporan akhir kepada tim teknis dari pemberi pekerjaan.

1.3.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kabupaten Jombang ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7 (Tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan.

1.4 Ruang lingkup

1.4.1 Ruang lingkup substansi

Secara umum ruang lingkup Penyusunan RPKPP Kabupat

yaitu lingkup kegiatan penyusunan RPKPP dan lingkup kegiatan koordinasidiskusi dengan beberapa stakeholder terkait. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini:

A. Kegiatan Penyusunan RPKPP Kabupaten Jombang

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen RPKPP (minimal melibatkan tim tenaga ahli, pokjanis, tim teknis Propinsi, seluruh satker Propinsi bidang Cipta Karya, perwakilan koor

Koordinator Wilayah)

2. Melakukan overview / kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah, teru

yang telah tersusun dalam dokumen SPPIP yang telah dimiliki.

3. Melakukan kajian mikro kawasan permukiman prioritas sesuai arahan dalam SPPIP melalui penyusunan profil rinci eksisting kawasan.

4. Melaksanakan pra FGD bersama dengan tim teknis Propinsi, Satker terkait dan pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/

kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan.

, merupakan kegiatan diskusi dengan masyarakat dan stakeholder terkait dalam menentukan penyusuna Rencana DED kawasan.

, merupakan kegiatan pembahasan laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapnya. Diskusi Pembahasan dilakukan bersama tim teknis dari pemberi kerja (Satker). Diskusi Pembahasan dilakukan untuk pembahasan laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir sementara dan laporan akhir kepada tim teknis dari pemberi pekerjaan.

Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kabupaten Jombang ini diselenggarakan dalam jangka waktu 7 (Tujuh) bulan sejak SPMK diterbitkan.

Secara umum ruang lingkup Penyusunan RPKPP Kabupaten Jombang ini meliputi 2 kegiatan yaitu lingkup kegiatan penyusunan RPKPP dan lingkup kegiatan koordinasidiskusi dengan beberapa stakeholder terkait. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini:

Kegiatan Penyusunan RPKPP Kabupaten Jombang

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut:

Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen RPKPP (minimal melibatkan tim tenaga ahli, pokjanis, tim teknis Propinsi, seluruh satker Propinsi bidang Cipta Karya, perwakilan koordinator Pusat/

/ kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah, terutama terhadap arahan program pembangunan yang telah tersusun dalam dokumen SPPIP yang telah dimiliki.

Melakukan kajian mikro kawasan permukiman prioritas sesuai arahan dalam SPPIP melalui

rsama dengan tim teknis Propinsi, Satker terkait dan pokjanis agar dapat tersedia bahan yang cukup matang untuk dibahas dan mendapatkan masukan/

kesepakatan dalam FGD yang akan dilakukan.

(4)

5. Bersama dengan pemangku kepentingan kota melakukan analisis mendalam tentang potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas.

6. Melakukan penyusunan konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas.

7. Bersama dengan pemangku kepentingan kota dan kawasan menghasilkan:

 Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun dengan pendekatan perencanaan pastisipatif

 Pemilihan kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahun pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1000)

8. Bersama dengan tim penyusun SPPIP mengikuti kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman untuk memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan.

9. Penyelenggaraan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap konsep, rencana penanganan, dan rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas untuk jangka waktu 5 tahun. Penyusunan Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan yang meliputi infrastruktur bidang Cipta Karya yang disajikan dalam bentuk visual 3 dimensi (3D).

10. Melakukan diseminasi hasil penyusunan RPKPP kepada dinas/instansi terkait di kota bersangkutan.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dilakukan untuk kawasan permukiman prioritas yang mengacu pada arahan yang terdapat dalam dokumen SPPIP Kabupaten Jombang yaitu :

 Kawasan perkotaan prioritas Ploso mencakup wilayah administrasi 5 (lima) Wilayah, 1. Wilayah Bawangan

2. WilayahLosari 3. WilayahRejoagung 4. WilayahJatigedong 5. WilayahPloso

 lokasi pengembangan kawasan industri ploso di WilayahJatigedong Kabupaten Jombang

Tema pengembangan kawasna yang diangkat adalah Kawasan Pengembangan Permukiman Untuk Mendukung Industri – Ploso.

1.5 Kedudukan Dokumen 1.5.1 Pengertian RPKPP

RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya pada kawasan prioritas di perkotaan.

Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana sektor bidang permukiman infrastruktur bidang cipta karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1:1.000. RPKPP merupakan penjabarandari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas dengan t

pengembangan kota untuk bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.

memiliki karakteristik yang membedakan dengan rencana pembangunan kawasan permukiman lainnya, meliputi:

 RPKPP berorientasi pada penanganan kawa diprioritaskanpembangunannya;

 Rencana pembangunan kawasan yang terdapat dalam RPKPP dilakukan secara logis dan bertahap sesuai kebutuhan;

 Rencana pembangunan kawasan yang dihasilkan memiliki tingkat implementasi yang tinggi karena dalam penyusunannya melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait termasuk masyarakat yang terkena dampak, serta mempertimbangkan kebijakan

atasnya; dan

 Produk yang dihasilkan dari RPKPP dapat langsung diimplementasikan pada sebagia

paling cepat pada tahun berikutnya, karena RPKPP ini mencakup juga perencanaan detail untuk kawasan pembangunan tahap 1.

Dalam kerangka pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, RPKPP memiliki fungsi sebagai berikut:

 Sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas;

 Sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM

RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya pada kawasan prioritas di perkotaan.

Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana sektor bidang permukiman dan infrastruktur bidang cipta karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1:1.000. RPKPP merupakan penjabarandari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas dengan tetap mengacu pada arah pengembangan kota untuk bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. RPKPP memiliki karakteristik yang membedakan dengan rencana pembangunan kawasan permukiman lainnya,

berorientasi pada penanganan kawasan permukiman yang

Rencana pembangunan kawasan yang terdapat dalam RPKPP dilakukan secara logis dan

Rencana pembangunan kawasan yang dihasilkan memiliki tingkat implementasi yang tinggi am penyusunannya melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait termasuk masyarakat yang terkena dampak, serta mempertimbangkan kebijakan-kebijakan makro di

Produk yang dihasilkan dari RPKPP dapat langsung diimplementasikan pada sebagian kawasan paling cepat pada tahun berikutnya, karena RPKPP ini mencakup juga perencanaan detail untuk

Dalam kerangka pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, RPKPP memiliki fungsi

asionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas;

Sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM

(5)

1. PERSIAPAN

1.1.

Mobilisasi TIM

1.2 Pembentukan/

KoordinasiPokjanis Daerah

2.2

KajianmikrokawasanPermu kimanPrioritas

1.5 Observasiawal

2.1

KajianKebijakan Dan Strategi Pembangunan Daerah 1.3

PersiapanTeknis

Rencanakerja

Petadasar

Data daninformasi

2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERSOALAN

iventarisasikebutuhan data

penyiapanPetadasar

penyiapanalatsurveidanper alatan

3. PERUMUSAN AKSI PROGRAM

4.2

PenentuanKawasanPengembangant ahap I

4. 1

PerumusanKriteriadanIndikatorPenentuanK awasanPengembangantahap I

4. PENYUSUNAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN PEMBANGUNAN

3.3 Identifikasi Program

Penanganan 3.2 PenyusunanKonsep Pembangunan kawasan

3.1

IdentifikasiKebutuhanPena nganan

DiskusiPartisipatif FGD 3

KOLOKIUM

1.4 Penyusunanrencanaker

jadanmetodologi

Survei Data Skunder 2.3

IdentifikasiPotensidanPerma salahan Pembangunan PermukimandanInfrastruktu

rpada KPP

Survei Data Primer PengukuranLapangan

LINGKUP

WAKTU

KEGIATAN PENDAMPINGAN DJCK

KEGIATAN PENYUSUNAN SUBSTANSI

KEGIATAN PENYUSUNAN PETA

KEGIATAN DISKUSI

OUTPUT

LAPORAN

FGD 1

3.4

PerumusanRencanaAksi Program Penanganan Program Penanganan

3.5 Penyusunan Program Penangananpada KPP

FGD 2

4.4

PenyusunanRencana Pembangunan KawasanPengembangant

ahap I 4.3

PenyusunanKonsep Pembangunan KawasanPengembangantahap I

BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5

O1

LaporanPendahuluan

LaporanAntara LaporanAkhirSementara

O2

O1 O2 O3

PetaPotensidanpermasalahan Petainfrastruktur

Penyusunanrencanaaksi program penanganandanpembangunanpermukimantahappertama

 Skenariopembangunan, Skenariopembiayaan

Kajianteknisakademisterkaitpenetapanprioritas ahappertama

 Konseppenanganankawasanpembangunan

 Kesepakatankonsepsi, rencana,

 strategi, dan program penanganan .

 Perumusankebutuhandanskalapri oritaspenanganan.

PetaRencanaAksi Program Penaganan Pembangunan permukimandaninfrastruktur/ CK Petapotensi, persoalan, hambatan, dantantangan

Petakebutuhandanskalaprioritaspenangananpemb angunanpermukimandaninfrastruktur

perumusankebutuhandanskalaprioritaspenang anan.

konsepsi, rencana, strategi, danindikasi

RENCANA KERJA KEGIATAN

RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KABUPATEN JOMBANG

4. PENYUSUNAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN

4.5 Penyusunan DED 4.4

PenyusunanRencana Pembangunan KawasanPengembangant

ahap I 4.3

PenyusunanKonsep Pembangunan KawasanPengembangantahap I

KonsultasiPublik

5. FINALISASI DAN SOSIALISASI

5.1

PenyempurnaanAksi Program danRencana PembangunanKawasanPengembangantaha

p I

BULAN 6 BULAN 7

AkhirSementara LaporanAkhir

ALBUM PETA

DESIMINASI

O3

O4

O4

Penyusunanrencanaaksi program

penanganandanpembangunanpermukimantahappertama N Skenariopembangunan, Skenariopembiayaan

Kajianteknisakademisterkaitpenetapanprioritaspembangunant

 Proceeding

 Dokumenprofilkawasandalam bentuk visual

Dokumen DED dan RAB

Album peta

(6)
(7)

1.5.2 Kedudukan RPKPP Dalam Kerangka Pengembangan Kota

Dalam kerangka kebijakan pembangunan permukiman yang dikembangkan oleh DJCK, kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini sangat erat kaitannya dengan SPPIP dan SPK. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penerapan atau implementasi dari SPPIP dan SPK di bidang permukiman. Kegiatan ini nantinya dapat juga memberikan umpan balik bagi penyempurnaan strategi yang disusun dalam SPPIP. Secara diagramatis kedudukan kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini dalam rangkaian kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman DJCK dapat dijelaskan dalam Gambar berikut.

Penyelenggaraan SPPIP dan RPKPP tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan kota secara keseluruhan. Berdasarkan UndangUndang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kota/kabupaten diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kota/kabupaten memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota/kabupaten berikut dengan rencana rincinya. Dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, kebijakan dan strategi yang terdapat pada kedua kelompok dokumen yang dihasilkan dari 2 (dua) pilar pembangunan di Indonesia ini, akan diterjemahkan dan disinkronkan dalam SPPIP.

Selain kedua pilar utama pembangunan ini, terdapat juga Kebijakan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD) yang merupakan penjabaran dari Kebijakan Strategi Perkotaan Nasional (KSPN). KSPD ini memiliki fungsi: (1) memberikan acuan bagi pembangunan kota dan kawasan perkotaan, (2) mengatur fungsi kota dan penataan ruang kota untuk pembangunan berkelanjutan, (3) menjadi dasar dalam sinkronisasi reguasi dan kebijakan terkait pembangunan perkotaan, serta (4) menjadi instrument perencanaan yang menjadi acuan kementerian/lembaga dalam pelaksanaan program dan kegiatan terkait pembangunan perkotaan. Berdasarkan fungsi tersebut, maka kebijakan di dalam KSPD diterjemahkan dan disinkronisasikan dengan kebijakan lainnya di dalam SPPIP. Selain itu, berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, untuk menunjang pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, kota/kabupaten diharapkan memiliki Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP).

Dari sisi lingkup substansi, RP3KP merupakan penjabaran dari rencana kawasan permukiman yang tertuang dalam RTRW kota/kabupaten. Sebagai rencana yang mengarahkan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di suatu kota/kabupaten, maka RP3KP ini juga perlu disinergikan dengan SPPIP. SPPIP yang menjabarkan kebijakan makro kota/kabupaten untuk

pembangunan permukiman dan infrastruktur perko

bagi penyusunan strategi sektor dan Rencana Induk Sistem (RIS) komponen komponen pembentuk permukiman.Dalam konteks pembangunan bidang cipta karya, strategi sektor dan RIS yang telah disusun secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan Rencana Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang cipta karya, yang selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam RPKPP. Dalam kondisi strategi sektor, RIS, dan RPIJM sudah tersedia terlebih dahulu dari SPPIP, maka proses penyusunan SPPIP akan mempertimbangkan dan mensinkronisasikan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam dokumendokumen tersebut, sedangkan proses penyusunan RPKPP wajib untuk mempertimbangkan program dan kegiatan di dalam RPIJM dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Secara diagramatis, keterkaitan SPPIP dan RPKPP dengan dokumen kebijakan yang berlaku di kota/kabupaten dapat dilihat pada Gambar 1.1. berikut.

RPKPP menjadi alat operasionalisasi dari RPIJM.Dalam hal in

dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaannya di dalam RPIJM. Program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam RPIJM tersebut akan dirinci dalam program dan kegiatan yang terukur baik volume, biaya, dan lokasinya di tiap kawasan prioritas RPKPP (Gambar 2

maka apabila RPIJM sudah disusun sebelum SPPIP dan RPKPP, maka program yang tertuang RPIJM, khususnya untuk tahun pertama, akan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi dan program di dalam SPPIP, sedangkan rumusan, volume, alokasi lokasi, dan alokasi penganggaran akan menjadi acuan utama dalam perumusan kegiatan berikut r

tahunkedua dan seterusnya, rumusan strategi dan program SPPIP akan menjadi dasar dalam upaya review dan penyempurnaan RPIJM. lihat Gambar 1.2.

Dalam kaitannya dengan RTRW, keberadaan RPKPP perlu diperhatikanlingkup substansi dan lingkup wilayahnya. Lingkup RPKPP lebih rinci dari RTRW. RTRW mencakup penanganan untuk seluruh kawasan, baik kawasan lindung, permukiman, perdagangan, dan sebagainya, se

RPKPP hanya fokus pada pembangunan kawasan permukiman yang telah diarahkan oleh RTRW dan secara lebih spesifik, RPKPP fokus pada kawasan permukiman prioritasnya saja. Secara rinci perbedaan RTRW, SPPIP, dan RPKPP dalam kerangka pembangunan perkotaa

Tabel 1.1.

dari sisi operassional pelaksanaan hasil perencanaan arahan spasial, SPPIP RKPP, dan RPIJM dapat dilihat pada gambar 1.4.

pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sektor dan Rencana Induk Sistem (RIS) komponen komponen pembentuk permukiman.Dalam konteks pembangunan bidang cipta karya, strategi sektor dan RIS yang telah an sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan Rencana Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang cipta karya, yang selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam RPKPP. Dalam kondisi strategi sektor, RIS, dan RPIJM sudah tersedia terlebih ulu dari SPPIP, maka proses penyusunan SPPIP akan mempertimbangkan dan mensinkronisasikan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam dokumendokumen tersebut, sedangkan proses penyusunan RPKPP wajib untuk mempertimbangkan program dan kegiatan di IJM dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Secara diagramatis, keterkaitan SPPIP dan RPKPP dengan dokumen kebijakan yang berlaku di kota/kabupaten dapat dilihat pada

RPKPP menjadi alat operasionalisasi dari RPIJM.Dalam hal ini, program 5 (lima) tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaannya di dalam RPIJM. Program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di rinci dalam program dan kegiatan yang terukur baik volume, biaya, dan lokasinya di tiap kawasan prioritas RPKPP (Gambar 2-4 dan Gambar 2-5). Berdasarkan keterkaitan ini, maka apabila RPIJM sudah disusun sebelum SPPIP dan RPKPP, maka program yang tertuang dalam RPIJM, khususnya untuk tahun pertama, akan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi dan program di dalam SPPIP, sedangkan rumusan, volume, alokasi lokasi, dan alokasi penganggaran akan menjadi acuan utama dalam perumusan kegiatan berikut rinciannya di dalam RPIJM. Untuk tahunkedua dan seterusnya, rumusan strategi dan program SPPIP akan menjadi dasar dalam upaya review dan penyempurnaan RPIJM. lihat Gambar 1.2.

Dalam kaitannya dengan RTRW, keberadaan RPKPP perlu diperhatikanlingkup substansi dan lingkup wilayahnya. Lingkup RPKPP lebih rinci dari RTRW. RTRW mencakup penanganan untuk seluruh kawasan, baik kawasan lindung, permukiman, perdagangan, dan sebagainya, sedangkan RPKPP hanya fokus pada pembangunan kawasan permukiman yang telah diarahkan oleh RTRW dan secara lebih spesifik, RPKPP fokus pada kawasan permukiman prioritasnya saja. Secara rinci perbedaan RTRW, SPPIP, dan RPKPP dalam kerangka pembangunan perkotaan dapat dilihat pada

dari sisi operassional pelaksanaan hasil perencanaan arahan spasial, SPPIP RKPP, dan RPIJM

(8)

1.5.3 Keluaran (Output)

Keluaran yang dihasilkan dalam Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) pada dasarnya mencakup tiga keluaran, yaitu:

1. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), yang memuat:

a. Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP b. Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP

c. Potensi dan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas

d. Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas

e. Rencana aksi, berupa rencana program investasi jangka menengah infrastruktur skala kawasan pada kawasan prioritas selama 5 tahun

f. Minimal 2 (dua) kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1000)

g. Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi program dalam skala :

 1 : 5000 (untuk kawasan prioritas)

 1 : 1000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama)

2. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan untuk proses pemberian kekuatan hukum terhadap dokumen RPKPP.

3. Dokumentasi profil kawasan dalam bentuk visual berupa tampilan visual/ video/ film dokumenter untuk menggambarkan kondisi eksisting fisik kawasan, kondisi masyarakat hingga potensi dan permasalahan kawasan prioritas

4. Hasil konsep pembangunan kawasan prioritas yang disajikan dalam bentuk visual dengan tampilan tiga dimensi (3D).

5. Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) infrastruktur bidang Cipta Karya untuk kawasan prioritas beserta indikasi rincian anggaran biaya (RAB)

Gambar 1.1

Kedudukan SPPIP, dan RPKPP Dalam Dokumen Kebijakan Pembangunan Wilayah Perkotaan Gambar 1.1

Kedudukan SPPIP, dan RPKPP Dalam Dokumen Kebijakan Pembangunan Wilayah Perkotaan

(9)

Gambar 1.2

Keterkaitan SPPIP, dan RPKPP dan RPIJM

Gambar 1.3

Subtansi SPPIP, dan RPKPP dan RPIJM

Tabel 1.1

Perbedaan SPPIK, RKPP Dalam Kerangka Pembangunan Perkotaan

Gambar 1.

Perbedaan Arahan Spasial SPPIP, dan RPKPP dan RPIJM dalam pelaksanaan hasil perencanaan

Tabel 1.1

Perbedaan SPPIK, RKPP Dalam Kerangka Pembangunan Perkotaan

Gambar 1.4

Perbedaan Arahan Spasial SPPIP, dan RPKPP dan RPIJM dalam pelaksanaan hasil perencanaan

(10)

a. Rencana Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap I (pertama), yang memuat tentang :

 Masterplan penanganan kawasan

 Konsepsi, rencana, strategi, dan indikasi program prioritas untuk penanganan pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas tersebut.

 Rencana program aksi pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan pengembangan tahap I (pertama)

 Tahapan pelaksanaan penanganan dan pembangunan fisik komponen permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan serta kegiatan sektoral terkait lain yang berbasis kawasan

 DED untuk komponen infrastruktur keciptakaryaan dan sektor terkait lainnya pada kawasan pengembangan tahap I (pertama) yang siap diimplemetasikan untuk tahun berikutnya.

b. Dokumen hasil rangkaian penyelenggaraan konsultasi pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai bahan untuk proses pemberian legitimasi terhadap rencana aksi program strategis penanganan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas. Adapun dokumen ini memuat mengenai:

 Laporan penyelenggaraan FGD dalam rangka perumusan kebutuhan dan skala prioritas penanganan.

 Laporan penyelenggaraan FGD untuk penyepakatan konsepsi, rencana, strategi, dan program penanganan.

 Laporan penyelenggaraan FGD untuk penyusunan rencana aksi programpenanganan dan pembangunan permukiman berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan partisipatif dalam bentuk Community Action Plan (CAP) pada kawasan prioritas

1.5.4 Dasar Hukum

Penyusunan RPKPP pada dasarnya bertitik tolak atau mengacu kepada peraturan perundangan maupun kebijakan yang berlaku pada saat RPKPP ini disusun. Peraturan dan perundangan maupun kebijakan yang perlu diacu tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

A. Peraturan Perundangan

 Undang-Undang No. 16/1985 tentang Rumah Susun;

 Undang-Undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara;

 Undang-Undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;

 Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air;

 Undang-Undang No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

 Undang-Undang No. 32/2004 tentang Pemerintahaan Daerah;

 Undang-Undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah;

 Undang-Undang No. 38/2004 tentang Jalan;

 Undang-Undang No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

 Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang;

 Undang-Undang No. 1/2011 tentang Permukiman;

B. Kebijakan dan Strategi

 Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijaka

Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu;

 Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP) Sistem Penyediaan Air Minum;

 Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP SPP) Sistem Pengelolaan Persampahan;

Undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan

04 tentang Jalan;

Undang No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang;

Undang No. 1/2011 tentang Permukiman;

Permen PU 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman, bahwa pembangunan perkotaan perlu ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu;

Permen PU 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP)

Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KNSP-

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan memberi- kan efek sitotoksik dan mampu meng- induksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7

Tampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri. Jarang terjadi perdarahan atau eksudat atau spasme. Retinopatia arteriosklerotika pada

MENIMBANG : a.Bahwa Tata Cara membuat Peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran Daerah sampai saat ini masih mempergunakan ketentuan-ketentuan yang diatur didalam

Keputusan-keputusan yang diambil akan di laporkan dalam laporan tahunan oleh dewan direktur yang dipimpin oleh direktur utama yang berisi laporan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, kecepatan, keamanan dan kerahasiaan serta kesiapan teknologi

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh Pelayanan, sanksi dan pengetahuan terhadap tingkat kepatuhan dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan

Lembar evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari Bapak/Ibu sebagai ahli media mengenai kelayakan media pembelajaran CD interaktif berbasis Adobe